PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA DENGAN APLIKASI MODEL RESEARCH BASED LEARNING MELALUI LESSON STUDY DI SEKOLAH DASAR Kartika Chrysti S*
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menggambarkan langkah-langkah model research based learning dalam pembelajaran IPA melalui lesson study di SD dan (2) meningkatkan pembelajaran IPA di SD. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Kejawang, siswa kelas V SDN Selang dan SDN 1 Banyuroto pada tahun pelajaran 2012/2013. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara, angket, dan tes. Validasi data menggunakan teknik triangulasi. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif dan kualitatif. Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa langkah research based learning meliputi: (1) pendahuluan, mengajar pengetahuan, penelitian, laporan intern, presentasi, laporan akhir dan (2) model research based learning dapat meningkatkan pembelajaran IPA di SD. Kata kunci: research based learning, ilmu pengetahuan alam, lesson study
Abstract: This research aims: (1) to describe steps of Research Based Learning model in natural science through Lesson Study in the elementary school, (2) to improve natural science learning in the elementary school. This research is classroom action research implemented in two cycles. The subject of this research is the fourth grade students at SDN Kejawang, the fifth grade students at SDN Selang and SDN I Banyuroto in academic year 2012/2013. The data were collected by observation, interview, questionnaire, and test. The data were validated by using triangulation technique, and analyzed by using comparative and qualitative description. The result of this research shows that (1) the steps of Research Baser Learning are introduction, lecturing on knowledge, research, intern report, presentation, and final report, and (2) Research Based Learning model can be used for improving natural science learning in the elementary school. Keywords: research based learning, natural science, lesson study
*Alamat korespondensi: RT 04/16 Menulis, Sumbersari, Moyudan, Sleman, Yogyakarta, HP 081392173743, e-mail:
[email protected]
187
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA di SD membutuhkan profesionalisme guru yang memadai. Guru harus mempunyai cukup ilmu dalam menyampaikan pengetahuan IPA secara utuh. Kegiatan belajar-mengajar yang efektif harus melibatkan peserta didik secara aktif dalam membangun pengetahuannya dengan melibatkan pengajar sebagai fasilitator. Selain itu, dalam penyampaian pembelajaran IPA diperlukan suatu sarana yang berupa model pembelajaran beserta perangkat pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode untuk guru dalam melakukan tukar pikiran tentang penyusunan dan pengembangan rencana pembelajaran IPA adalah melalui kegiatan lesson study. Oleh karena itu, dipandang perlu dilakukan kegiatan lesson study untuk diterapkan sebagai model bimbingan mahasiswa calon guru. Sebab, lesson study telah terbukti dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menerapkan strategi pembelajaran. Lesson study dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (do); dan (3) refleksi (see). Guru yang berkolaborasi dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran untuk
mendapatkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi (Rustono & Muin, 2007). Lesson Study adalah sebuah pendekatan untuk melakukan perbaikan pembelajaran di Jepang. Perbaikan pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses kolaborasi antarguru. Lewis (2002) mendeskripsikan proses tersebut sebagai langkahlangkah kolaborasi dengan guru-guru untuk merencanakan (plan), mengamati (observe), dan melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lesson). Lesson study adalah proses yang kompleks didukung oleh penataan tujuan secara kolaboratif, pencermatan dalam pengumpulan data tentang belajar siswa dan kesepakatan yang memberi peluang diskusi yang produktif tentang isu-isu yang sulit. Lesson study pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. Lesson study merupakan salah satu strategi pengembangan profesi guru. Kegiatan lesson study selain melibatkan guru sebagai kolaborator juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam mengembangkan. Secara lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui serangkaian kegiatan praktik. Kegiatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
Pelaksanaan (Do) Pelaksanaan pembelajaran Pengamatan oleh teman sejawat
Perencanaan (Plan) Penggalian akademis Perencanaan pembelajaran Persiapan alat
Refleksi (See) Refleksi dengan rekan Komentar dan diskusi
Gambar 1. Siklus Lesson Study Berorientasi Praktik 188
PAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198
Tahap perencanaan (plan) pada tahap ini bertujuan untuk menghasilkan rancangan pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan siswa secara efektif serta membangkitkan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Dalam perencanaan guru secara kolaboratif berbagi ide menyusun rancangan pembelajaran untuk menghasilkan cara-cara pengorganisasian bahan ajar, proses pembelajaran maupun penyiapan alat bantu pembelajaran diimplementasikan dalam kelas. Pada tahap ini ditetapkan prosedur pengamatan dan instrumen yang diperlukan dalam pengamatan. Tahap pelaksanaan (do) bertujuan untuk mengimplementasikan rancangan pembelajaran. Dalam proses pelaksanaan tersebut salah satu guru berperan sebagai pelaksana lesson study dan guru yang lain sebagai pengamat. Fokus pengamatan bukan pada penampilan guru yang mengajar, tetapi diutamakan pada kegiatan belajar siswa dengan berpedoman pada prosedur dan instrumen yang telah disepakati pada tahap perencanaan. Tahap refleksi (see) bertujuan untuk menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan diawali dengan penyampaian kesan dari pembelajar dan selanjutnya diberikan kepada pengamat. Kritik dan saran diarahkan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dan disampaikan secara bijak tanpa merendahkan atau menyakiti hati guru yang membelajarkan. Masukan yang positif dapat digunakan untuk merancang pembelajaran yang lebih baik. Model research based learning (RBL) atau pembelajaran berbasis riset adalah metode pengajaran menggunakan riset dalam proses pembelajarannya. Pembelajaran berbasis riset didasari filosofi konstruktivisme yang mencakup empat
aspek, yaitu pembelajaran yang membangun pemahaman siswa, pembelajaran dengan mengembangkan prior knowledge, pembelajaran yang merupakan proses interaksi sosial dan pembelajaran bermakna yang dicapai melalui pengalaman nyata. Research based learning (RBL) adalah sistem pengajaran yang bersifat autentik problem solving dengan sudut pandang formulasi permasalahan, penyelesaian masalah, dan mengkomunikasikan manfaat hasil penelitian. Hal tersebut diyakini mampu meningkatkan mutu pembelajaran. RBL merupakan metode pembelajaran kooperatif, problem-solving, authentic learning, contextual (hands on & minds on) dan inquiry discovery approach secara konstruktivisme dengan harapan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, menganalisis dan mengevaluasi suatu persoalan. Poonpan & Siriphan (2001) menyatakan bahwa peserta didik seharusnya dapat membangun pengetahuan baru dari prosedur penelitian. RBL merupakan salah satu metode student-centered learning (SCL) yang mengintegrasikan riset di dalam proses pembelajaran. RBL bersifat multifaset yang mengacu kepada berbagai macam metode pembelajaran. RBL memberi peluang atau kesempatan kepada siswa untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalam aktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan learning by doing. Aplikasi model RBL pada pembelajaran IPA ini dengan meliputi tiga tahap, yaitu: exposure, experience, dan capstone sehingga peserta didik berkompeten. Pada model RBL siswa dibekali terlebih dahulu dengan konsep dasar IPA,
Kartika Chrysti S., Peningkatan Pembelajaran IPA dengan Aplikasi ....
189
kemudian pembelajaran dilaksanakan dengan menyajikan permasalahan kepada siswa dan menyelesaikan masalah dengan kegiatan penelitian. Tahap selanjutnya melaporkan hasil penelitian dengan presentasi dan membuat laporan. Penyelesaian suatu masalah yang berkaitan dengan IPA dilakukan melalui metode ilmiah. Pelaksanaan metode ilmiah ini menuntut siswa untuk melakukan kerja ilmiah, sehingga pembelajaran RBL memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat meningkatkan keterampilan kerja ilmiahnya. Pendekatan menggunakan RBL ini telah mengubah fokus pendidikan IPA dari penghafalan konsep-konsep dan fakta-fakta ke dalam belajar berdasar inkuiri, selanjutnya peserta didik mencoba menjawab untuk memahami atau memecahkan suatu masalah (Sinlarat, 2002). Penelitian aplikasi model RBL pada pembelajaran IPA ini dirancang dengan terlebih dulu melakukan kegiatan lesson study guru SD dan mahasiswa PGSD dengan mendapat masukan dari dosen pembimbing. Penelitian model RBL ini sejalan dengan RIP/road map UNS dalam pengembangan kompetensi profesionalisme dosen. Peneliti menyadari bahwa penelitian dalam pembelajaran sangat penting sebagai sarana untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Prosedur penelitian dan hasilnya dapat digunakan untuk mendapatkan pembelajaran yang efektif bagi guru, mahasiswa, dan siswa. Menurut Landrum & Nelesson (dalam Kazura, 2010) menyatakan bahwa penerapan pembelajaran berbasis riset merupakan penelitian interdisiplin dan kolaboratif pada peserta didik dalam pembelajaran. Artinya, ada hubungan antara pengalaman peserta didik selama pembelajaran dalam kelas dengan penemuan baru 190
pada penelitian. RBL menguatkan peserta didik menjadi aktif dalam pembelajaran. Dengan pengalaman selama penelitian peserta didik diharapkan melaksanakan pembelajaran kolaboratif selama penelitian dan menerapkan pengetahuan yang diperoleh dari membaca dan pembelajaran dalam kelas. RBL merupakan penggabungan dari dua komponen, yaitu pengajaran dan penelitian. Pada pembelajaran ini, peserta didik dilatih dalam hal kepemimpinan dan mampu berkomunikasi dan membuat hipotesis. Menurut Arifin (2010), dalam RBL terdapat kompetensi bahwa peserta didik dapat: (1) mempunyai pemahaman konsep dasar dan metodologi yang kuat; (2) dapat memecahkan masalah secara kreatif, logis dan sistematis; dan (3) mempunyai sikap ilmiah yang selalu mencari kebenaran, terbuka, dan jujur. Peserta didik diharapkan mempunyai keterampilan berkomunikasi, teknik dan analitis yang kompeten untuk beradaptasi, kerja kelompok dan kompetitif. Model tersebut merupakan implementasi pembelajaran di dalam kelas dan laboratorium dengan puncaknya pengalaman sebagai projek akhir. Tahapan dalam RBL dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, tahap exposure tahap ini dilaksanakan pada tahun pertama dan kedua selama pembelajaran dengan karakteristik: (1) membangun pengetahuan peserta didik dari berbagai disiplin dengan studi literatur dan (2) mengembangkan analitis dan keterampilan teknis. Kedua, tahap experience tahap ini dilaksanakan tahun ketiga dan keempat pembelajaran dengan karakteristik: (1) peserta didik mengembangkan pengetahuan; (2) bekerja dan belajar mandiri; dan (3) peserta didik mendapat petunjuk yang benar dalam keterampilan berkomunikasi. Ketiga, tahap PAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198
capstone tahap ini mempersiapkan dalam projek akhir peserta didik dengan karakteristik: (1) aplikasi dari pengalaman selama pembelajaran dan penelitian sebagai penampilan projek; (2) presentasi hasil secara tertulis dan lisan; dan (3) publikasi ilmiah. Berdasarkan hasil wawancara dari guru-guru SD di Kebumen bahwa kenyataan di lapangan kompetensi keterampilan proses IPA siswa SD masih rendah dan belum mampu mengaitkan antara konsepkonsep yang disampaikan di kelas dengan percobaan siswa masih terkesan hafalan. Gejala lain terlihat banyaknya guru yang menggunakan metode ceramah yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Pembelajaran masih bersifat teacher center sehingga kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah pencapaian kompetensi pembelajaran. Banyak guru SD dalam pembelajaran IPA bersifat teoretis dan hafalan serta belum menggunakan metode dan model yang bervariasi. Siswa tidak termotivasi untuk melakukan riset. Perencanaan pembelajaran tidak dipersiapkan dengan baik oleh guru. Jika guru membuat perencanaan pembelajaran masih bersifat individu sehingga tidak ada sharing dari guru lain. Karena itu, peneliti bermaksud menerapkan model RBL melalui lesson study pada pembelajaran IPA. Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimanakah aplikasi model Research Based Learning pada pembelajaran IPA melalui lesson study yang paling tepat di SD? dan (2) Apakah aplikasi model Research Based Learning melalui lesson study dapat meningkatkan Pembelajaran IPA di SD?
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di beberapa SD Kecamatan Kebumen Tahun Ajaran 2012/2013. SDN 1 Selang dengan penekanan aplikasi model RBL fokus khusus mendapatkan langkah-langkah yang tepat jika diterapkan di SD. SD Negeri 1 Banyuroto dan SD Negeri Kejawang dengan penekanan peningkatan keterampilan proses IPA. Penekanan-penekanan ini dengan tujuan untuk memperoleh gambaran bahwa model RBL dalam pembelajaran IPA bukanlah berteori, tetapi adalah sebuah pengalaman riset yang nyata. Waktu penelitian dilaksanakan semester genap tahun ajaran 2012/2013. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Selang yang berjumlah 22 siswa. SD Negeri 1 Banyuroto yang berjumlah 20 siswa dan SDN Kejawang dengan jumlah 19 siswa. Sumber data yang digunakan peneliti pada penelitian ini, yaitu: siswa dan teman sejawat, yaitu dosen dan guru. Teknik pengumpulan data dengan tes hasil belajar, angket, wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Validitas data dicek dengan teknik triangulasi. Dalam hal ini beberapa data dikonfirmasi berdasarkan informasi data yang dimiliki dosen dan anggota lesson study. Dalam penelitian tindakan kelas ini, analisis menggunakan dua macam teknik, yaitu analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan keterampilan proses siswa sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru. Analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Mengacu pada pendapat Miles & Huberman (dalam Sujana, 1992: 246) menyebutkan ada tiga langkah pengolahan data kualitatif, yaitu: (1) re-
Kartika Chrysti S., Peningkatan Pembelajaran IPA dengan Aplikasi ....
191
duksi data; (2) menyajikan data; dan (3) menarik kesimpulan dan verifikasi. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan mengacu pada model Kemmis & Mc Taggart (1998) yang terdiri dari: (1) perencanaan; (2) tindakan; (3) observasi; dan (4) refleksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Plan (Perencanaan) Pada penelitian ini dilaksanakan dalam satu semester dan diawali dengan kegiatan plan. Pada tahap ini dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu: SDN Selang, SDN 1 Banyuroto, dan SDN Kejawang dengan beberapa kegiatan, antara lain: (1) guru kelas mahasiswa dan dosen pembimbing secara kolaborasi berdiskusi menyiapkan skenario pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran dan metode, lembar kegiatan siswa (LKS), lembar observasi, dan angket siswa; (2) Dosen model (dalam hal ini peneliti) menjelaskan strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas, yaitu dengan model pembelajaran research based learning (RBL); dan (3) Dosen pengamat (observer) bertugas mengamati kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan ini diperlukan waktu khusus untuk melaksanakan pertemuan dan mengimplementasikan lesson study. Do (Pelaksanaan) Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SDN Selang, SDN 1 Banyuroto dan SDN Kejawang kegiatan, antara lain: (1) Pelaksa192
naan pembelajaran IPA pada pertemuan pertama menerapkan model RBL berlangsung tertib dan lancar; (2) guru model sebagai pelaksana lesson study sebagai fasilitator dalam pembelajaran; (3) guru lain sebagai pengamat dalam pembelajaran yang tidak membantu siswa, bertugas mengamati keaktifan siswa, kegiatan belajar siswa dan sikap afektif siswa di kelas, keterampilan proses siswa, penampilan guru dalam mengajar, membuat catatan lapangan serta mendokumentasikan selama pembelajaran berlangsung dengan kamera dan handycam. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati dan membuat catatan lapangan. Namun sebelumnya, peneliti terlebih dulu memberikan lembar observasi pada observer, yaitu dosen, kepala sekolah, guru kelas, dan 2 orang mahasiswa. Penyampaian motivasi dilaksanakan dengan menyanyikan sebuah lagu. Pembelajaran berbasis riset diawali dengan tahapan pengenalan masalah riset tentang “Pembiasan Cahaya dan Perubahan Sifat-sifat Benda”, yaitu: pengenalan langkah-langkah riset, pembagian kelompok, dan pembagian alat-alat riset. Guru juga memberikan gambaran tentang masalah riset yang akan dilakukan siswa sebagai referensi dan menuntun siswa untuk menemukan hipotesis. Guru juga memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas. Tindakan guru ini tergolong pada tahap pemberian pengetahuan (lecturing of core knowledge). Kegiatan inti pada pembelajaran berbasis riset menitikberatkan pada praktik atau tahap bertindak. Experience stage (tahap bertindak) terdiri dari dua bagian umum, yaitu research (penelitian dengan PAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198
bahan-bahan yang dirisetkan) dan intern report for feedback (diskusi untuk menemukan kesimpulan). Kegiatan research menerapkan langkah model pembelajaran berbasis riset yang di dalamnya memuat kedisiplinan siswa dalam melaksanakan percobaan, penggunaan alat dan bahan yang disediakan secara tepat dan penemuan hal baru dari bahan dan alat yang dirisetkan. Kegiatan riset berbeda dengan kegiatan percobaan pada umumnya, karena kegiatan riset ini memberikan peluang pada guru untuk berinovasi dan kreatif menyediakan bahan-bahan yang tidak biasa digunakan untuk percobaan. Hal ini dimaksudkan untuk memacu keterampilan siswa berpikir dari hasil penemuan-penemuan baru. Pada siklus I, siswa merisetkan kaca bening pengganti cermin yang dimasukkan ke dalam air berwarna pengganti air bening.
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran berbasis riset difungsikan sebagai kontrol kelompok untuk bertukar pikiran, mengaktifkan siswa untuk menemukan hasil riset secara berkelompok dengan bantuan LKS. Kegiatan akhir dilaksanakan sesuai dengan langkah research based learning yang tahap presentasi dan penyajian hasil akhir. See (Refleksi) Pelaksanaan refleksi tindakan pada siklus I dilakukan di SDN Selang, SDN 1 Banyuroto, dan SDN Kejawang oleh tiga observer terhadap langkah research based learning dari kegiatan guru dan kegiatan siswa, keterampilan proses, dan hasil belajar siswa, pelaksanaan pembelajaran melalui lesson study sebagai pendukung data penelitian. Skor rata-rata hasil observasi terhadap kegiatan guru pada penggunaan langkah model research based learning siklus I dijelaskan lebih rinci pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Observasi pada Langkah Model RBL Siklus I No 1 2 3 4 5 6
Langkah Model RBL Introductory Lecturing knowledge Research Intern Report Presentation Final report
Skor Total Skor Rata-rata Total % Ketuntasan belajar
Rata-rata di Lokasi SD I II III 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 13 2,17 50
13 2,17 45
12 2,0 30
Rata-rata Total 2,33 2,00 3,00 3,00 2,33 2,00 12,67 2,11 30
%
Kategori
58,25 2,00 75,00 75,00 58,25 50,00
C C B B C C
52,75
C
Keterangan: 1. SDN Selang 2. SDN 1 Banyuroto 3. SDN Kejawang
Berdasarkan Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa keseluruhan proses pembelajaran IPA dari guru dengan menerapkan enam langkah model research based learning pada siklus I mendapatkan skor
rata-rata total 2,11 atau 52,75 % belum mencapai target ketuntasan sesuai dengan indikator kinerja 85,00 % dan masih perlu perbaikan tindakan untuk pertemuan selanjutnya. Di SDN 1 Banyuroto persentase
Kartika Chrysti S., Peningkatan Pembelajaran IPA dengan Aplikasi ....
193
siswa yang sudah mencapai ketuntasan hasil belajar sesuai dengan KKM (70) sebanyak 45 %, ketuntasan di SDN Selang 50%, sedangkan SDN Kejawang hanya 30% siswa. Berdasarkan data tersebut banyak siswa yang belum tuntas selama mengikuti pembelajaran IPA dengan model pendekatan RBL. Oleh karena itu,
perlu diadakan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Kegiatan lesson study dalam pembelajaran IPA dengan model RBL pada siklus I peneliti telah melibatkan dosen, mahasiswa, guru kelas, dan kepala sekolah. Pencapaian indikator pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pencapaian Indikator Pembelajaran Melalui Lesson Study Siklus 1 Aspek Tahap perencanaan (Plan) 1. Membentuk kelompok Lesson study 2. Bekerja kolaboratif 3. Sharing pengalaman 4. Dalam lesson study diperlukan komitmen 5. Setiap anggota kelompok sepakat aturan main Rerata Tahap Pelaksanaan (Do) 1. Lesson study bertujuan mengimplementasikan RPP model RBL 2. Fokus pengamatan tertuju pada kegiatan siswa 3. Pembagian tugas observer Rerata Tahap Refleksi (See) 1. Kegiatan penyampaian kesan & pesan 2. Instruktur/dosen/ guru yang menyampaikan kritik dan saran Rerata Jumlah
Berdasarkan Tabel 2 pada tahap perencanaan dengan kegiatan membentuk kelompok lesson study, untuk bekerja secara kolaboratif dengan sharing pengalaman mengajar. Dalam lesson study semua anggota kelompok harus berkomitmen dan sepakat dengan aturan main. Langkah selanjutnya, yaitu refleksi dengan rerata skor 3,30 (baik) dengan penyampaian kesan dan pesan dari guru pelaksana. Observer lain, yaitu: peneliti, 194
Rerata Skor
I
Lokasi SD II
III
3 3,5 3 3 4
3,5 3 2 3 3
3 3,5 3 3 3
3 3 2.67 3 3.33 3
3
3,5
3,5
3
3 3
3 3,5
3 4
3 3.5 3.17
3,5 3,5
3 3,5
3 3
3.33 3.25 3.30
3.2
2.8
3.2
dosen, mahasiswa, guru kelas, dan kepala sekolah memberikan masukan untuk kelangsungan pembelajaran yang lebih baik. Secara keseluruhan kegiatan lesson study dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi sudah berlangsung dengan baik namun belum memenuhi target atau indikator yang diharapkan, yaitu dengan rerata 3,6. Hasil wawancara terhadap 2 observer didapatkan kesimpulan bahwa guru sudah melaksanakan proses pembelajaran dePAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198
ngan model pembelajaran berbasis riset sudah sesuai dengan skenario, siswa sudah diajak menemukan hipotesis dengan bantuan guru. Namun, pada langkah pengenalan, pemberian tanggapan hasil riset perlu adanya perbaikan pembelajaran dari guru untuk meningkatkan antusias dan keaktifan siswa. Hasil wawancara terhadap 3 siswa kelas V dan 4 siswa kelas IV didapatkan kesimpulan bahwa kesan siswa terhadap guru pada saat pembelajaran, siswa senang dan lebih senang belajar IPA dengan praktik percobaan daripada belajar materi di kelas. Siswa sudah terlihat aktif melaksanakan kegiatan percobaan sesuai dengan petunjuk LKS meskipun siswa masih memerlukan bimbingan secara khusus dari guru dalam melaksanakan kegiatan. Siklus II Plan (Perencanaan) Tindakan di siklus II dengan kegiatan, antara lain: (1) guru kelas mahasiswa dan dosen pembimbing secara kolaborasi berdiskusi menyiapkan skenario pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), media pembelajaran dan metodenya, lembar kegiatan siswa (LKS), lembar observasi, dan lembar angket siswa; (2) Dosen model (dalam hal ini peneliti) menjelaskan strategi pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas, yaitu dengan model pembelajaran research based learning (RBL); dan (3) Dosen, mahasiswa, guru kelas sebagai pengamat (observer) bertugas mengamati kegiatan perencanaan. Dalam kegiatan perencanaan ini diperlukan waktu khusus untuk melaksanakan pertemuan dan mengimplementasikan lesson study. Pertemuan ini dilaksanakan untuk membahas pembelajaran yang akan diterapkan di SDN Selang dan SDN 1 Banyu-
roto dengan peserta didik kelas V SD. Adapun materi yang diajarkan ialah Sifatsifat Cahaya yang Dapat Dibiaskan. Pelaksanaan yang akan diterapkan di SDN Kejawang dengan peserta didik kelas IV SD dengan materi yang diajarkan tentang Perubahan Sifat-sifat Benda. Do (Pelaksanaan) Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan yang dilaksanakan di SDN Selang, SDN 1 Banyuroto dan SDN Kejawang, antara lain: (1) Pelaksanaan pembelajaran IPA pada siklus II menerapkan model RBL berlangsung tertib dan lancar; (2) Guru model sebagai pelaksana lesson study sebagai fasilitator dalam pembelajaran; dan (3) Guru lain sebagai pengamat dalam pembelajaran, bertugas mengamati keaktifan siswa, kegiatan belajar siswa dan sikap afektif siswa di kelas, keterampilan proses siswa, penampilan guru dalam mengajar, membuat catatan lapangan serta mendokumentasikan selama pembelajaran dengan kamera dan handycam. Kegiatan inti pada pembelajaran berbasis riset menitikberatkan pada praktik atau tahap bertindak dengan pelaksanaan sama dengan siklus I. Kegiatan riset berbeda dengan kegiatan percobaan pada umumnya. Sebab, kegiatan riset ini memberikan peluang guru untuk berinovasi dan kreatif menyediakan bahan-bahan yang tidak biasa digunakan untuk percobaan. Hal ini dimaksudkan untuk memacu keterampilan siswa berpikir dari hasil penemuan-penemuan baru. Kegiatan akhir dilaksanakan sesuai dengan langkah research based learning, yaitu: presentasi dan penyajian hasil akhir. Guru memberikan siswa waktu untuk mempresentasikan hasil riset, yaitu menyuruh perwakilan kelompok membaca-
Kartika Chrysti S., Peningkatan Pembelajaran IPA dengan Aplikasi ....
195
kan hasil diskusi kelompoknya. Guru memberikan penilaian dengan terlebih dahulu menanyakan tanggapan kelompok selain yang berkesempatan untuk maju memberikan tanggapan. Dari proses bertukar pikiran antarkelompok siswa dibantu oleh guru untuk mendapat kesimpulan dan menghubungkannya dengan hipotesis awal. Pada riset tentang Cahaya Matahari yang Dapat Dibiaskan adalah pensil yang dimasukkan ke dalam gelas berisi air akan terlihat patah; sedangkan makin banyak kadar minyak pada campuran minyak dan air, pensil akan terlihat menghilang. Pembelajaran berbasis riset diawali dengan tahapan pengenalan masalah dalam kehidupan sehari-hari tentang pembakaran, pemanasan dan pendinginan. Riset yang
akan dilakukan, yaitu: pengenalan langkah-langkah riset, pembagian kelompok, dan pembagian alat-alat riset. See (Refleksi) Pelaksanaan refleksi tindakan pada siklus II dilakukan di SDN Selang, SDN 1 Banyuroto dan SDN Kejawang oleh tiga observer terhadap langkah research based learning dari kegiatan guru dan kegiatan siswa, keterampilan proses, dan hasil belajar siswa, pelaksanaan pembelajaran melalui lesson study sebagai pendukung data penelitian. Skor rata-rata hasil observasi terhadap kegiatan guru pada penggunaan langkah model research based learning siklus II dapat dijelaskan lebih rinci pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Observasi tentang Langkah Model RBL Siklus II No 1 2 3 4 5 6
Langkah Model RBL Introductory Lecturing knowledge Research Intern Report Presentation Final report
Skor Total Skor Rata-rata Total % Ketuntasan belajar
Rata-rata per observer I II III 4 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 20 3,50 100
21 3,33 100
21 3,50 94,8
Rata-rata Total 4,00 2,67 3,00 3,00 4,00 4,00
%
Kategori
100,0 66,75 75,00 75,00 100,0 100,0
A C B B A A
20,67 3,44
86,00
B
Keterangan: 1. SDN Selang 2. SDN 1 Banyuroto 3. SDN Kejawang
Berdasarkan Tabel 3 dapat diuraikan enam langkah pokok model pembelajaran berbasis riset yang dilaksanakan guru pada pembelajaran IPA, sebagai berikut. Dapat disimpulkan bahwa keseluruhan proses pembelajaran IPA dari guru dengan menerapkan 6 langkah model research based learning pada siklus II mendapatkan skor rata-rata total 3,44 atau 196
86,00%, sudah mencapai target ketuntasan sesuai dengan indikator kinerja 85,00%,. Di SDN 1 Banyuroto persentase siswa yang sudah mencapai ketuntasan hasil belajar sesuai dengan KKM (70) sebanyak 100 %, ketuntasan di SDN Selang 100%, sedangkan SDN Kejawang hanya 94,6% siswa. Berdasarkan data tersebut banyak siswa yang sudah tuntas selama mengikuti PAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198
pembelajaran IPA dengan model pendekatan RBL. Kegiatan lesson study dalam pembelajaran IPA dengan model RBL pada
siklus II peneliti telah melibatkan dosen, mahasiswa, guru kelas, dan kepala sekolah. Pencapaian indikator pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pencapaian Indikator Pembelajaran Melalui Lesson Study Siklus II Aspek Tahap perencanaan (Plan) 1. Membentuk kelompok Lesson study 2. Bekerja kolaboratif 3. Sharing pengalaman 4. Dalam lesson study diperlukan komitmen 5. Setiap anggota kelompok sepakat aturan main Rerata Tahap Pelaksanaan (Do) 1. Lesson study bertujuan mengimplementasikan RPP model RBL 2. Fokus pengamatan tertuju pada kegiatan siswa 3. Pembagian tugas observer Rerata Tahap Refleksi (See) 1. Kegiatan penyampaian kesan & pesan 2. Instruktur/dosen/ guru yang menyampaikan kritik dan saran Rerata Jumlah
Berdasarkan Tabel 4 dapat dikemukakan bahwa pada tahap perencanaan dengan kegiatan membentuk kelompok lesson study, untuk bekerja secara kolaboratif dengan sharing pengalaman mengajar. Dalam lesson study semua anggota kelompok harus berkomitmen dan sepakat dengan aturan main. Kegiatan perencanaan tersebut dengan rerata skor 3,5 (baik).
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada siswa kelas V SD Negeri 1 Banyuroto dan SDN Selang tahun ajaran
Rerata Skor
I
Lokasi SD II
III
3 3,5 3.5 3 4
3.5 3.5 3.5 3 4
3.5 3,5 4 3 4
3.33 3.5 3.67 3 4 3.5
3.6
3.5
3.5
3.53
4 3.5
4 3.5
4 4
4 3.67 3.73
3,5 3,5
4 3,5
3.5 3.8
3.7 3.72
3.5
3.6
3.7
3.7
2012/2013 serta SDN Kejawang tahun ajaran 2013/2014 dapat disimpulkan sebagai berikut. Aplikasi pembelajaran IPA yang paling tepat di SD terlebih dulu menerapkan lesson study dengan 3 tahapan, yaitu: (1) perencanaan (plan); (2) pelaksanaan (do); dan refleksi (see) yang pelaksanaannya menerapkan model research based learning melalui langkah-langkah: (a) Introductory atau tahap pengenalan; (b) Lecturing of knowladge atau pemberian referensi; (c) Research atau pengadaan riset; (d) Intern report for feedback atau proses diskusi; (e) Presentation atau pre-
Kartika Chrysti S., Peningkatan Pembelajaran IPA dengan Aplikasi ....
197
sentasi hasil riset; dan (f) Final report atau pengumpulan hasil. Guru yang berkolaborasi dalam penyusunan rencana pembelajaran dapat saling bertukar pikiran untuk mendapatkan solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Aplikasi model research based learning melalui lesson study dapat meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD terbukti bahwa keterampilan proses IPA mengalami peningkatan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan, antara lain: (1) Guru hendaknya mempelajari langkah-langkah model research based learning melalui lesson study sehingga sesuai tujuan pembelajar-
an; (2) Siswa hendaknya aktif bertanya, menjawab pertanyaan, mengembangkan rasa ingin tahu untuk proses riset, dan antusias sehingga mencapai hasil yang maksimal; (3) Peneliti hendaknya lebih kreatif dan inovatif dalam merancang penggunaan metode dan media pembelajaran dalam riset agar esensial Research Based Learning tercapai; dan (4) Sekolah hendaknya menganjurkan guru untuk melaksanakan lesson study pada setiap pembelajaran tidak hanya IPA saja. Sekolah memberikan fasilitas yang memadai, bahan dan alat yang digunakan untuk melakukan riset sehingga mempermudah dalam pengalokasian siswa melakukan riset guna mengembangkan hasil dan tujuan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA Arifin, P. 2010. Research Based Learning. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Lewis, C. 2002. Lesson study: A handbook of Teacher-led Instructional Change. Philadelphia: Research for Better School Lesson study. Poonpan, Suchada & Siriphan, S. 2001. “Indicators of Research-Based Learning Instructional Process: A Case Study of Best Practice in a Primary School”, dalam Disertasi. Faculty of Education, Chulalongkorn University Phaya Thai. Bangkok. Thailand Rustono, E.H.M. & Muin, Abdul. 2007. Lesson Study sebagai Model Bimbingan Mahasiswa PGSD Pada Program Pengalaman Lapangan di Sekolah Dasar. Penelitian Pembinaan. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI. Sinlarat, P. 2002. Research Based Instruction (collected articles). Bangkok: Faculty of Education. Chulalongkorn University. (in Thai). Sujana. 1992. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
198
PAEDAGOGIA, Jilid 16, Nomor 2, Agustus 2013, halaman 187 - 198