Dinamika Vol. 3, No. 1, Juli 2012
ISSN 0854-2172
PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG PENJUMLAHAN PECAHAN BERBAGAI BENTUK MELAUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Waeningsih SD N Tonggara 01 Kec. Kedungbanteng Kab. Tegal Abstrak Rumusan masalah dalam penelitian ini pertama apakah aktivitas belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 untuk materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat ditingkatkan?. Kedua apakah hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 untuk materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat ditingkatkan?. Ketiga apakah kinerja guru dalam mengajar dapat ditingkatkan ?. Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, dimana siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2012, siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. Subyek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tonggara 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2011/2012 semester 2 sebanyak 36 orang siswa terdiri dari 21 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa. Kedua dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa. Peningkatan hasil belajar diperoleh dari hasil tes tindakan setiap siklus. © 2012 Dinamika Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe (NHT)
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru mata pelajaran matematika di kelas V SD Negeri Tonggara 01, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata hasil belajar matematika tahun ajaran 20010/2011 pada semester genap (II) hanya mencapai rata-rata 60, khusus materi pecahan berbagai bentuk hanya mencapai rata-rata 58 dan ini belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang ditetapkan yaitu 62 (KKM). Siswa yang memperoleh nilai ≥ 62 hanya 10 orang atau 25% dan siswa yang memperoleh nilai 62 sebanyak 30 orang atau 75 % belum mencapai KKM. Menurut pengamatan peneliti, penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa adalah kurangnya keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini pertama apakah aktivitas belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 untuk materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat ditingkatkan?. Kedua apakah hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 untuk materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat ditingkatkan?. Ketiga apakah kinerja guru dalam mengajar dapat ditingkatkan ? Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodi kasi dan berkembang disebabkan belajar. Seseorang dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan bahwa dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku (Hudojo, 1990: 1). Menurut
Pasaribu dkk (1982: 21) belajar adalah suatu aktivitas yang bertujuan. Agar tujuan mendidik yang dirumuskan tercapai, maka pengajaran harus menimbulkan aktivitas dan kesadaran anak didik, sebab dengan aktivitas dapat diperoleh pengalaman baru yang kelak merupakan landasan. Slavin dalam Yasa (2008:1) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi nara sumber bagi teman yang lain. Jadi pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswasiswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) jika siswa dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yangberbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memprioritaskan pada kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebenarnya, pembelajaran kooperatif merupakan ide lama. Sejak awal abad pertama, seorang losof berpendapat bahwa dalam mengajar seseorang harus memiliki pasangan/teman dalam Ibrahim (2000:12).
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan selama dua siklus, dimana siklus I dilaksanakan pada hari Kamis, 12 April 2012, siklus II dilaksanakan pada hari Kamis, 19 April 2012. Subyek penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Tonggara 01 Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Tegal tahun pelajaran 2011/2012 semester 2 sebanyak 36 orang siswa terdiri dari 21 anak laki-laki dan 16 anak perempuan. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus selama 4 kali pertemuan, dengan tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai pada faktor-faktor yang diselidiki. Dari hasil observasi awal berupa wawancara langsung dengan guru bidang studi matematika, ditetapkan bahwa tindakan yang akan dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada materi penjumlahan pecahan berbagai bentuk adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Secara rinci, prosedur tindakan kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut pertama perencanaan, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini meliputi membuat skenario pembelajaran yang tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Setiap skenario digunakan dalam satu kali pertemuan di kelas. Pada penelitian ini, peneliti melaksanakan prosedur penelitian sebanyak dua siklus dengan siklus pertama terdiri dari dua kali pertemuan, siklus kedua terdiri dari dua kali pertemuan, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, membuat alat evaluasi untuk melihat apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat ditingkatkan, membuat jurnal re eksi diri, peneliti mengadakan evaluasi awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan untuk pembentukan kelompok. Proses observasi dilakukan sejak awal hingga akhir penelitian evaluasi dilakukan pada setiap akhir siklus pembelajaran. Evaluasi bertujuan untuk melihat apakah pemahaman siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT meningkat atau tidak. Alat evaluasi untuk siswa adalah tes hasil belajar. Adapun kriteria untuk PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG PENJUMLAHAN PECAHAN BERBAGAI BENTUK MELAUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Waeningsih
101
mengukur keberhasilan siswa dalam peningkatan hasil belajar pada materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk yaitu apabila siswa secara perorangan memperoleh nilai 62 ke atas. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila 80 % siswa telah mendapat nilai 62 ke atas. Keempat re eksi hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis, dalam hal ini termasuk hasil evaluasinya. Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa, yaitu data tentang keterampilan guru dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran serta data tentang nilai evaluasi hasil belajar matematika pada evaluasi awal, evaluasi siklus I, dan evaluasi siklus II. Jenis data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari evaluasi hasil belajar siswa, sedang data kualitatif diperoleh dari lembar observasi dan hasil re eksi diri. Cara pengambilan data pertama data kuantitatif tentang hasil belajar matematika diambil melalui evaluasi hasil belajar. Kedua data kualitatif tentang pelaksanaan pembelajaran serta perubahan-perubahan yang terjadi di kelas diambil dengan lembar observasi untuk hasil observasi dan dengan jurnal untuk hasil re eksi diri.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Siklus I Tabel 1. Skor Aktivitas Siswa pada pertemuan 1 Siklus 1 Aspek Yang Dinilai Rata-Rata Aktivitas Kelompok Kategori
Kelompok 1
2
3
1,90
2,60
2,40
4 2,10
Kurang Cukup Cukup
Cukup
5
6
7
2,60
2,70
2,50
Cukup Cukup Cukup
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus 1 tergolong rendah, dimana kelompok 1 mempunyai rata-rata 1,90; kelompok 2 sebesar 2,60; kelompok 3 sebesar 2,40; kelompok 4 sebesar 2,10; kelompok 5 sebesar 2,60; kelompok 6 sebesar 2,73 dan kelompok 7 sebesar 2,50. Dari data tersebut, dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yakni kategori kurang seperti kelompok 1 dan kategori cukup seperti kelompok 2, kelompok 3, kelompok 5, kelompok 6, dan kelompok 7. Siklus 2 Untuk mendapatkan gambaran rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut. Tabel 2. Skor Aktivitas Siswa pada pertemuan 1 Siklus 2 Aspek Yang Dinilai Rata-Rata Aktivitas Kelompok Kategori
Kelompok 1
2
3
4
5
6
7
3,0
2,7
3,1
2,7
2,4
2,5
2,5
Baik
Cukup Baik Cukup Cukup Cukup Cukup
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan rata-rata aktivitas siswa pada pertemuan 1 siklus 2 tergolong tinggi karena tidak ada aktivitas yang tergolong kurang, dimana kelompok 1 mempunyai rata-rata 3,00; kelompok 2 sebesar 2,70; kelompok 3 sebesar 3,10; kelompok 4 sebesar 2,70; kelompok 5 sebesar 2,40; kelompok 6 sebesar 2,50 dan kelompok 7 sebesar 2,50. Dari data tersebut, dapat dikategorikan menjadi 2 kategori yakni kategori cukup seperti kelompok 2, kelompok
102
Dinamika Vol. 3. No. 1. (2012)
4, kelompok 5,kelompok 6 dan kelompok 7 serta kategori baik seperti kelompok1 dan kelompok 3. Berdasarkan permasalahan pertama tentang bagaimana gambaran aktivitas belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada materi ajar pecahan yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together), dapat dijelaskan berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 dan siklus 2 yang cenderung mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik, dimana rata-rata aktivitas siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Dari tabel tersebut, rata-rata aktivitas siswa pada siklus 1 sampai siklus 2 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan aktivitas siswa tersebut, menunjukkan adanya minat dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran pada materi ajar penjumlahan pecahan berbagai bentuk dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Di samping itu pula, adanya faktor lain seperti tingkah laku guru dalam pembelajaran yang belum mencirikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together). Hal ini sebagaimana pada Tabel 6, menunjukkan rata-rata aktivitas guru dalam pembelajaran adalah 3,14 yang berkategori cukup baik. Rendahnya aktivitas guru dalam pembelajaran adalah disebabkan oleh suasana kelas yang pada saat itu sangat tidak terkendali dan adanya sebagian siswa yang tidak mau duduk dalam kelompok-kelompok yang telah ditentukan, sehingga sebagian waktu tersita untuk membenahi kelompok siswa. Oleh karena itu, sebagian aktivitas guru dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) kurang diperhatikan guru untuk dilaksanakan seperti berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan masalah dalam LKS, menjawab atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari. Secara umum, ketuntasan skenario pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus 1 baru mencapai 82,14 % Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa pada siklus 2 menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa yang sangat signi kan dari siklus 1. Hal ini sebagaimana terlihat pada Tabel 5, dimana rata-rata aktivitas siswa untuk siklus 1 adalah sebesar 2,91 dengan kategori cukup meningkat pada siklus 2 menjadi sebesar 3,16 dengan kategori baik, dan untuk semua rata-rata persatuan aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang sangat baik. Selain itu juga, pada siklus 2 ini, ada beberapa aktivitas siswa yang berhasil ditingkatkan dari kategori kurang menjadi kategori baik diantaranya berdiskusi dengan teman kelompoknya dalam menyelesaikan masalah dalam LKS, menjawab atau mempresentasekan hasil kerja kelompoknya di depan kelas dan membuat rangkuman tentang materi yang dipelajari. Peningkatan aktivitas belajar siswa tersebut juga dipengaruhi oleh adanya kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hal ini sebagaimana pada Tabel 8, menunjukkan rata-rata aktivitas guru mengalami peningkatan pula, dimana rata-rata aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebesar 3,36 yang berkategori baik. Adanya peningkatan aktivitas guru dari siklus 1 menunjukkan bahwa guru sudah dapat mengelola pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) khususnya di kelas V SD Negeri Tonggara 01.
PENUTUP Simpulan pada penelitian ini pertama model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 pada materi ajar pecahan. Hal ini tergambar dari rata-rata aktivitas siklus I mencapai 2,91 dan meningkat sebesar 3,16 oada siklus II. Kedua model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar belajar siswa kelas V SD Negeri Tonggara 01 pada materi ajar pecahan. Peningkatan hasil belajar diperoleh dari hasil tes tindakan setiap siklus, dimana siklus I mencapai 72,22 %, dan siklus II mencapai 88,89 % Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) sudah terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran di kelas V SD Negeri Tonggara 01. Keterlaksanaan dari siklus I mencapai rata-rata PENINGKATAN PEMAHAMAN TENTANG PENJUMLAHAN PECAHAN BERBAGAI BENTUK MELAUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) Waeningsih
103
sebesar 72,36, dan siklus II mencapai rata-rata sebesar 88,89. Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini pertama kepada para guru diharapkan dapat menerapkan pembelajaran kooperatif khususnya pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam proses pembelajaran matematika pada materi ajar Penjumlahan pecahan berbagai bentuk. Kedua kepada para peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran yang lain yang dapat membangkitkan keaktifan siswa untuk belajar matematika.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Supriyono W. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta: Jakarta Awaliyah, Hilda. 2008. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Head Together (NHT) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Tonggara Pada Pokok Bahasan Penjumlahan pecahan berbagai bentuk (PECAHAN). Universitas Haluoleo. Tonggara. Depdiknas, 2005. Pendidikan Kewarganegaraan, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Depdiknas: Jakarta @ indoskripsi.com 2009 (diakses 20 Februari 2010) Hadis, Abdul. 2006. Psikologi Dalam Pendidikan. Alfabeta: Bandung. Waeningsih. 2012. Peningkatan Pemahaman Tentang Penjumlahan Pecahan Berbagai Bentuk Melaui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Pada Siswa Kelas V. Tegal (Laporan Penelitian)
104
Dinamika Vol. 3. No. 1. (2012)