PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP PEMBENTUKAN TANAH DENGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI Panci Sejati 1), Hadi Mulyono 2), Samidi3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta email :
[email protected] Abstract: The purpose of this research is to improve understanding of the concept of soil formation through the model of SAVI in the fifth grade students of SD N Mangkubumen Wetan in academic year of 2014/2015. This research is a class act. The research was conducted in two cycles . Each cycle consists of planning, action, observation and reflection. Source of data derived from the fifth grade students, teachers and documents. The collection of data through observation, interview, test and documentation. Analyzing data in this study using an interactive model analysis. Validity of data using techniques trigangulasi. The inference that the use of SAVI model can improve learning outcomes IPA on draft soil formation in fifth graders of SD N Mangkubumen Wetan in academic year of 2014/2015 Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep pembentukan tanah melalui model SAVI pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan tahun pelajaran 2014/ 2015. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sumber data berasal dari siswa kelas V, guru dan dokumen. Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi. Simpulan bahwa penggunaan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang konsep pembentukan tanah pada siswa kelas V SD N Mangkubumen Wetan Tahun Pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: pembentukan tanah, SAVI .
Pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami sekitar secara ilmiah.Dalam pembelajaran IPA anak harus diberi kesempatan untuk mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Ini akan mendorong anak untuk mengekspresikan kreativitasnya. Anak juga didorong untuk mengembangkan cara berpikir logis dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan ilmiah untuk alasan yang bersifat hakiki dan praktis. Dalam pembelajaran IPA, siswa tidak cukup hanya dengan mendengarkan penjelasan guru, tetapi juga dituntut berpartisipasi aktif dan mempraktikkan sendiri untuk mendapatkan konsep materi melalui pengalaman langsung. Pembelajaran dengan pengalaman langsung akan memberikan kebermaknaan belajar bagi siswa. Hal ini tidak terlepas dari penggunaan alat peraga dan media pembelajaran yang tepat dan memadai sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Kualitas pengalaman belajar adalah hal yang penting. Saat ini peningkatan 1) Mahasiswa Program Studi PGSD 2, 3) Dosen Prodi PGSD FKIP UNS
kualitas situasi kegiatan belajar mengajar merupakan perkembangan positif dalam pendidikan yang lebih berkualitas. Belajar IPA atau membelajarkan IPA kepada siswa adalah memberikan kesempatan dan bekal untuk memproses IPA dan menerapkan dalam kehidupanya sehari-hari melalui cara-cara yang benar dan mengikuti etika keilmuan dan etika yang berlaku dalam masyarakatnya. (Rustaman, N., 2010:1.5). Guru harus mampu mengembangkan sikap dan nilai-nilai ilmiah serta lebih memperhatikan tahap perkembangan siswa. Pembelajaran IPA yang dikehendaki oleh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai dengan hakikat IPA, yaitu sebagai produk ilmi-ah, proses ilmiah, serta sebagai sikap ilmiah. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional dan tujuan mata pelajaran IPA guru harus kreatif dan inovatif utuk menyajikan proses pembelajaran di kelasnya agar proses pembelajaran yang dikelolanya berjalan luwes, afektif, dan efisien. Karena sekolah mempunyai harapan agar siswa memperoleh nilai yang memuaskan sesuai dengan KKM dan memiliki pres-
tasi yang menonjol pada semua mata pelajaran. Dari hasil evaluasi kompetensi dasar mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015 menunjukkan bahwa dari 38 siswa hanya 18 siswa yang mencapai KKM dengan indikator KKM yaitu 65. Sehingga persentase pemahaman konsep pembentukan tanah pada siswa kelas V hanya 47,3%. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan belajar pada kompetensi dasar tersebut menunjukkan rata-rata nilai yang dicapai siswa kelas V adalah 64,5. Hal tersebut di atas disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: kurang memperhatikan kebermaknaan pem-belajaran bagi siswa, hanya beorientasi pada hasil sesaat, informasi yang diperoleh lebih bertumpu pada sumbersumber yang kurang luas, dan kurang mendayagunakan sumber-sumber lainnya, guru tidak dapat meyakinkan siswa untuk belajar pelajaran IPA lebih bergairah dan bersungguh-sungguh, siswa tidak dibelajarkan untuk membangun konseptualisasi yang mandiri, guru lebih menekankan pada pembelajaran yang penuh paksaan. dalam proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, sementara siswanya pasif. Masih rendahnya pemahaman konsep pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 mendorong peneliti melakukan perbaikan proses pembelajaran IPA. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu menggunakan model SAVI agar dalam belajar IPA siswa dapat menggunakan seluruh inderanya sehingga mampu meningkatkan pemahaman siswa. Model pembelajaran SAVI menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Siswa dapat menggunakan alat peraga baik berupa media dua dimensi, tiga dimensi, dan melalui video dimana siswa dapat belajar dengan berbuat dan bergerak yang menjadikan siswa aktif dan tidak merasa jenuh.
Suasana belajar dikatakan baik apabila didukung dengan keadaan yang positif dan adanya minat dalam diri pembelajar sehingga dapat mengoptimalkan pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalammerencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan paraguru dalam melaksanakan pembelajaran (Trianto, 2010: 51). Model SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa, dengan cara menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua alat indera dalam satu peristiwa pembelajaran. Istilah SAVI merupakan kependekan dari Somatic, Auditory, Visualization, Intellectual yang megandung arti bahwa pembelajaran haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki siswa. Belajar dapat berlangsung secara optimal apabila keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Selain itu, dengan model pembelajaran SAVI ini diharapkan siswa akan lebih aktif dan antusias mengikuti pembelajaran IPA sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa dengan baik. METODE Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, selama 5 bulan. Penelitian dimulai pada bulan Februari sampai Juli 2015. Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 38 siswa terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Sumber data berasal dari siswa kelas V, dan dokumen. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dan tes. Validitas data menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi data dan triangulasi metode. Penganalisisan data dalam penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Analisis data menggunakan deskriptif komparatif. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) dengan penggunaan model pembelajaran SAVI pada mata pelajaran IPA dengan KD mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mendeskripsikan jenis-jenis tanah, mempersiapkan media yang akan dipakai dalam pembelajaran, menyiapkan lembar evaluasi/tes, menyiapkan lembar penilaian, dan lembar observasi.
HASIL Data prasiklus pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta diperoleh dari hasil observasi pada waktu proses pembelajaran berlangsung. Kondisi awal penelitian ini menjumpai adanya permasalahan dalam pembelajaran IPA. Dilihat dari hasil belajarI P A materi pembentukan tanah dapat diketahui bahwa pemahaman konsep pembentukan tanah masih rendah. Hal tersebut diketahui dari 38 siswa hanya 18 siswa yang tuntas dan 20 siswa belum tuntas. Berdasarkan perencanaan tindakan pada siklus I, pelaksanaan tindakan pembelajaran pemahaman konsep pembentukan tanah dengan menggunakan model SAVI yaitu dengan cara menampilkan media flash untuk menarik perhatian siswa sehingga dapat memahami tentang konsep pembentukan tanah dan pemberian tugas sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, rekan guru dibantu peneliti sebagai pengamat yang mengambil tempat duduk di belakang untuk mengamati dengan cermat dan teliti jalannya penelitian atau proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Peneliti mencatat setiap apa yang dilihat dan didengar agar evaluasi benar-benar dapat memperbaiki keaktifan dan hasil belajar siswa belajar. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I dengan penggunaan model SAVI nilai materi pembentukan tanah siswa menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan pada pra-siklus. Ketuntasan klasikal siswa pada siklus I sebesar 76,3%. Data tersebut menunjukkan bahwa hasil tindakan pada siklus I nilai siswa belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan,
yaitu dengan ketuntasan klasikal 90%. Hal ini disebabkan karena guru kurang dalam tahap memberi sugesti positif, kurang interaksi tanya jawab yang dilakukan guru, belum adanya permainan dalam belajar kurang bervariasi dalam melakukan , guru kurang membimbing siswa dalam penggunaan media. Distribusi nilai siklus I dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Materi Pembentukan Tanah Siklus I Interval Persentase fi xi fi.xi Nilai (%) 41-50 2 45,5 91 2 51-60 6 55,5 333 6 61-70 5 65,5 327,5 5 71-80 13 75,5 981,5 13 81-90 9 85,5 769,5 9 91-100 3 95,5 286,5 3 Jumlah 38 2789 100 Nilai Rata-rata = 2789 : 38 = 73,3 Ketuntasan Klasikal = 76,3%
Berdasarkan data pada tabel 2, maka dapat diketahui bahwa ada peningkatan nilai rata-rata dari 64,5 menjadi 73,3 dengan perolehan nilai terendah 45 sedangkan nilai tertinggi 100 dan ketuntasan klasikal dari 47,3% menjadi 76,3%. Dari ketuntasan klasikal yang dicapai, dapat diartikan bahwa jumlah siswa yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai di atas KKM meningkat sejumlah 11 siswa, yaitu pada saat pratindakan siswa yang tuntas sejumlah 18 siswa dan pada siklus I menjadi 29 siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa masih ada 9 siswa yang belum tuntas. Dari data tersebut terbukti bahwa indikator kinerja belum tercapai, maka penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus selanjutnya yaitu siklus II. Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 81,1. Ini berarti terdapat kenaikan nilai siswa setelah dilakukannya evaluasi terhadap tindakan kelas siklus II. Dapat dilihat bahwa persentase ketuntasan klasikal sebanyak 35 siswa atau 92,1%. Pada siklus II ada peningkatan nilai materi pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta daripada nilai siklus I. Ketuntasan klasikal pada siklus II adalah sebesar 92,1%.
Perolehan nilai siswa pada si-klus II dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Materi Pembentukan Tanah Siklus II Interval Persentase fi xi fi.xi Nilai (%) 51-60 3 55,5 166,5 7,9 61-70 1 65,5 65,5 2,6 71-80 14 75,5 1057 36,8 81-90 13 85,5 1111,5 34,2 91-100 7 95,5 668,5 18,4 Jumlah 38 3069 100 Nilai Rata-rata = 3069 : 38 = 81,1 Ketuntasan Klasikal = 92,1%
Dari ketuntasan klasikal yang dicapai, dapat diartikan bahwa jumlah siswa yang dinyatakan tuntas atau mendapat nilai diatas KKM meningkat sejumlah 6 siswa, yaitu pada saat Siklus I siswa yang tuntas sejumlah 29 siswa dan pada siklus II menjadi 35 siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan pula bahwa masih ada 3 siswa yang belum tuntas. Meskipun belum semua siswa memperoleh nilai > 65 (KKM), akan tetapi penelitian ini telah dapat dikatakan berhasil karena ketuntasan yang dicapai telah melebihi indikator kinerja yang ditargetkan yaitu 90%. Dengan demikian, tindakan bisa dihentikan karena telah mencapai indikator kerja yang ditetapkan dan berhenti pada siklus II. Dari data yang diperoleh, terlihat perkembangan nilai materi pembentukan tanah dari nilai terendah, nilai tertinggi, nilai rata-rata, nilai klasikal, dan persentase ketuntasan pada prasiklus, si-klus I, dan siklus II. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 . Perbandingan Nilai Terendah, Nilai Tertinggi, Nilai Rata-Rata, dan Persentase Ketuntasan Klasi-kal pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II. Keterangan
Nilai terendah Nilai tertinggi Nilai rata - rata Ketuntasan Klasikal
Pra siklus
Siklus I
Siklus II
27 100 64,5
45 100 73,3
55 100 81,1
47,3%
76,3%
92,1%
Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa nilai terendah pada prasiklus adalah 27, pada siklus I nilai terendah meningkat menjadi 47, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 55. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 100, pada siklus I dan II meningkat menjadi 100. Un-
tuk nilai rata- rata juga terjadi peningkatan yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 64,5 pada siklus I meningkat menjadi 73,3 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 81,1. Sedangkan untuk siswa yang dinyatakan tuntas pada prasiklus terdapat 18 siswa atau 47,3%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa atau 76,3%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 35 siswa atau 92,1%. Data tersebut diambil dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 38 siswa.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai peneliti aktif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan model pembelajaran SAVI dapat meningkatkan pemahaman konsep pembentukan tanah dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Karena pada dasarnya konsep pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI menarik perhatian siswa karena mendapat hal-hal baru dan juga meningkat-kan rasa ingin tahu siswa. Kenyataannya ba-nyak siswa yang terlihat aktif pada saat dibe-rikannya materi tentang pemahaman konsep pembentukan tanah. Dalam setiap siklus, peneliti selalu memberitahukan tujuan pembelajaran dan menyampaikan materi ajar secara sistematis. Langkah-langkah lain seperti memberikan petunjuk atau saran terhadap permasalahan, mendorong keaktifan, tang-gungjawab, dan kemampuan peserta didik serta waktu dan ke-sempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan hanya dilakukan guru pada kesempatan tertentu dimana langkah-langkah itu diperlukan. Peneliti juga melakukan empat tahap model pembelajaran SAVI yang sesuai dengan pendapat Meier (2002:106) menyatakan bahwa model SAVI dapat direncanakan dalam pembelajaran melalui empat tahap, yaitu: persiapan, penyampaian, pelatihan, dan penam-pilan hasil. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI telah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk berfikir mandiri dan aktif. Guru lebih banyak memantau aktivitas
dan memeriksa pekerjaan peserta didik dapat meningkatkan keberanian dan keaktifan peserta didik dalam bertanya, mengeluargkan ide, dan memecahkan masalah. Sehingga keaktifan siswa maju ke depan juga meningkat. Pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI, membuat pembelajaran lebih terfokus dan menyenangkan, karena proses pembelajaran berlangsung secara multi arah baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru karena pendekatan SAVI, mengkondisikan pembelajarn yang melatih keterampilan dalam berpendapat, mempraktekan alat peraga dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mengembangkan daya imajinasi siswa. Dengan pendekatan SAVI pelaksanaan pembelajaran dapat lebih optimal jika disesuaikan dengan materi pelajaran, dan hal tersebut dapat lebih meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan perolehan hasil belajar siswa yang dilakukan. Setelah seluruh proses pembelajaran berlang-sung rata-rata siswa memperoleh hasil yang memuaskan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marpaung (dalam Suharta 2001: 6) yang menyatakan bahwa guru seyogyanya bersikap ramah dan komunikatif dalam arti, guru mendekatkan diri pada peserta didik dengan caracara komunikatif (menggunakan bahasa, gerakan atau pendekatan individual yang menunjukkan keakraban). Dengan cara itu, guru dapat memahami pikiran/ karakteristik peserta didik, dan tidak mengganggu perasaan peserta didik. Melalui pemahaman ini, guru menumbuhkan keberanian peserta didik, mau mengutarakan idenya, dan mengembangkan kemampuannya menggunakan nalar. Berdasarkan peningkatan keaktifan peserta didik, tanggung jawab dan kemampuan serta dengan menggunakan model pembelajaran SAVI dirasa guru cukup efektif dan dapat menciptakan suasana kondusif dan aktif bagi peserta didik yang terjadi pada setiap siklus tindakan kelas, jika pembelajaran model pembelajaran SAVI terus dilakukan pada akhirnya dalam proses pembelajaran tersebut semua peserta didik akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Menurut peneliti, kesan peserta didik dalam belajar dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada umumnya peserta didik senang belajar, belajar menjadi lebih mudah, belajar khususnya memahami konsep pembentukan tanah tidak membosankan. Dengan kesan belajar menggunakan model pembelajaran SAVI tersebut dapat menumbuhkan semangat dan ketertarikan sehingga peserta didik terdorong untuk belajar dengan serius. Semangat belajar dan ketertarikan peserta didik terhadap pelajaran, ditambah dengan selalu meningkatkan keaktifan, tanggungjawab, dan kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada akhirnya dapat meningkatkan intensitas belajar. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut melalui penerapan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, and Intellectualy) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi pelajaran IPA kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil nilai belajar siswa dalam tiap-tiap siklus. Pada prasiklus nilai terendah adalah 27, pada siklus I nilai terendah meningkat menjadi 47, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 55. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa pada prasiklus adalah 100, pada siklus I dan II meningkat menjadi 100. Untuk nilai rata- rata juga terjadi peningkatan yaitu pada prasiklus nilai rata-ratanya 64,5 pada siklus I meningkat menjadi 73,3 dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 81,1. Sedangkan untuk siswa yang dinyatakan tuntas pada prasiklus terdapat 18 siswa atau 47,3%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa atau 76,3%, dan pada siklus II kembali meningkat menjadi 35 siswa atau 92,1%. Data tersebut diambil dari jumlah keseluruhan siswa yaitu 38 siswa. Dari penelitian ini juga diperoleh hasil bahwa langkah-langkah model pembelajaran SAVI sebagai berikut: siswa dibagi dalam beberapa kelompok (somatic), siswa mendengarkan dan mengamati video tentang pembentukan tanah yang ditayangkan di
depan kelas (auditory dan visualization), beberapa siswa maju ke depan menceritakan dengan suara yang keras tentang apa yang mereka ketahui dari video yang ditayangkan (auditory), siswa mendengarkan dan mengamati penjelasan dalam media flash yang ditayang di depan kelas (auditory dan visualization), siswa melakukan pengamatan terhadap benda-benda yang mengalami pelapukan (somatic), siswa melakukan permainan dengan kartu bergambar berbagai jenis batuan dan siswa menggolongkannya (somatic), siswa mendengarkan penjelasan-penjelasan yang diberikan guru (auditory), siswa melakukan
percobaan tentang lapisan penyusun tanah dan jenis-jenis tanah (somatic), siswa menyusun sebuah laporan dalam Lembar Kerja yang disediakan oleh guru (intellectual), setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (intellectual). Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa implementasi model pembelajaran SAVI dengan langkah-langkah di atas dengan tepat dapat meningkatkan pemahaman konsep pembentukan tanah pada siswa kelas V SD Negeri Mangkubumen Wetan No. 63 Surakarta tahun pelajaran 2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA Meier, Dave. (2002). The Accelerated Learning. Bandung: Kaifa. Rustaman, N. Y. (2010). Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi untuk Pembangunan Karakter. FPMIPA UPI. Suharta. (2001). Metode Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Kencana.