Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KATA(JURUS) MELALUI PENDEKATAN MASTERY LEARNING Ratna Dewi Dosen Sekolah Tinggi Olahraga Kesehatan Bina Guna Medan Abstrak Secara umum tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar kata pada perkuliahan karate melalui pembelajaran mastery. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan motivasi, proses dan peningkatan hasil belajar kata Karate pada mahasiswa. Penelitian tindakan ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester genap Pendidikan Kepelatihan kelas A regular FIK Universitas Negeri Medan.Penelitian ini dilakukan dengan empat kali pertemuan terdiri dari dua siklus, setiap siklus dua kali pertemuan. Untuk menguji peningkatan motivasi belajar kata melalui pembelajaran mastery pada mata kuliah karate peningkatan motivasi belajar kata melalui pembelajaran mastery pada siklus I menunjukkan bahwa 29 (60,42%) mahasiswa telah tuntas, dan 19 (39,58%) mahasiswa belum tuntas. Hal ini berarti untuk aspek psikomotorik pada pembelajaran Siklus I belum tuntas secara klasikal yaitu 85% mahasiswa belajar tuntas.Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan untuk siklus berikutnya. Dari hasil penilaian menunjukan bahwa 43 (89,58%) peserta didik telah tuntas, dan 5 (10,42%) mahasiswa belum tuntas. Hal ini berarti untuk aspek psikomotorik pada pembelajaran Siklus II telah tuntas secara klasikal yaitu 95% mahasiswa tuntas.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) dengan metode belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan motivasi belajar kata karate mahasiswa. (2) proses belajar di kelas menjadi lebih aktif dengan meningkatnya motivasi belajar mahasiswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar setiap mahasiswa. Keyword: Belajar Tuntas,Motivasi ,dan Hasil Belajar Kata Karate PENDAHULUAN Belajar sangat penting dalam kehidupan manusia.Alasannya, karena belajar itu berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan kehidupan manusia.Belajar merupakan suatu kewajiban bagi setiap manusia agar dapat memperoleh ilmu pengetahuan dalam rangka meningkatkan derajat kehidupan bagi mereka. Hal ini dinyatakan dalam surat Mujadalahayat 11 yang artinya:”niscaya Allah akan meninggikan beberapa derajat kepada orang-orang yang beriman dan berilmu”. Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan dalam rangka perubahan perilaku peserta didik secara konstruktif. Hal ini sejalan dengan undang-undang sistem pendidikan Nasional nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan 1
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya di masyarakat.Salah satu komponen yang sangat menentukan dalam pencapaian kualitas pendidikan adalah kompetensi pendidik. Berdasarkan peraturan Menteri nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Pendidik ada empat yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Penilaian ranah keterampilan gerak meliputi dua unsur yaitu proses gerak dan hasil (produk) gerak, dengan demikian penilaiannya berdasarkan kriteria gerak yang telah distandarkan secara teknik. Instrumen yang digunakan untuk menilai ranah keterampilan adalah lembar pengamatan (observasi) yang berisikan rubrik atau kriteria keterampilan. Karate adalah salah satu cabang olahraga yang cukup popular dan digemari oleh rakyat Indonesia terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa.Hampir seluruh negara yang ada dibelahan dunia ini mengenal Karate, bahkan Karate sudah merupakan salah satu cabang olahraga bela diri favorit di beberapa bagian dunia seperti di Benua Eropa dan Asia.Perkembangannya semakin lama semakin baik sejalan dengan pemanfaatan berbagai metode latihan yang mutakhir melalui hasil-hasil penelitian. Apabila Karate ditelaah lebih dalam banyak sekali hal-hal positif yang terkandung didalam olahraga Karate tersebut.Karena melalui olahraga karate dapat dibina dan dikembangkan sifat-sifat kesopanan, daya juang tinggi, kerjasama, saling menghargai, semangat pantang menyerah, disiplin, tanggung jawab, sportifitas dan sebagainya. Sehubungan dengan pembinaan karate pada khususnya dan pembinaan cabang olahraga pada umumnya yang sebaiknya diberikan sejak usia dini. Pembinaan dimaksud adalah pembinaan secara fisik, mental, psikologis dan lain-lain, yang lebih penting pembinaan lewat pendekatan ilmiah benar-benar dibutuhkan, salah satu pendekatan ilmiah itu ialah disiplin ilmu belajar motorik. Karate merupakan salah satu cabang olahraga yang mempunyai kekhususan dan sangat kompleks.Hal ini disebabkan memerlukan keterlibatan seluruh anggota tubuh, sehingga banyak memberikan kemungkinan gerak bagi anggota tubuh. Pemberian latihan dasar-dasar karate melalui pembelajaran tehnik-tehnik dasar berupa kuda-kuda, tangkisan, pukulan,tendangan secara benar merupakan modal dasar dalam upaya mengembangkan kemampuan melalui gerak kata (jurus). Jurus sebagai salah satu bagian pada cabang olahraga karate merupakan koordinasi gerakan dari tangkisan, serangan,dan hindaran. Hal ini merupakan satu kesatuan, satu urutan gerakan yang tidak terputus-putus. Kemahiran satu gerakan menuntut aktivitas fisik siswa lebih banyak melakukan latihan atau mempraktekkan, karena materi ini tidak dapat dikuasai hanya dalam waktu yang singkat.Selain itu juga penyajian materi yang dikemas dalam suasana yang monoton, sebagian siswa akan kesulitan dalam mengikuti pembelajaran karena tidak didukung oleh kemampuannya. Dosen/pelatih yang mengajar kata (jurus) karate harus mampu mengelola mahasiswa dalam proses belajar mengajar, yaitu cara menyajikan bentuk-bentuk belajar keterampilan gerak kata (jurus) yang baik dan benar, agar dapat mendorong mahasiswa untuk memahami, mengerti dan mampu melakukannya. Peranan dosen/ pelatih dalam proses mengajar belajar kata (jurus) karate, di antaranya adalah menentukan dan memilih gaya mengajar yang tepat dan efektif, agar mahasiswa dapat mengerti dan memahami materi pembelajaran yang disajikan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Atas dasar itu penulis melakukan penelitian dengan menerapkan suatu pendekatan gaya pembelajaran. Dari sekian banyak gaya pembelajaran, dalam penelitian inidipilih yaitu gaya mastery learning (belajar tuntas). Selain gaya pembelajaran juga melibatkan motivasi yang merupakan salah satu aspek penunjang yang diharapkan dapat mengefektifkan proses pembelajaran karate khususnya kata (jurus). Oleh karena itu peneliti ingin melihat peningkatan motivasi belajar Kata 2
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 (Jurus) mahasiswa FIK Universitas Negeri Medan, dan mengingat pentingnya peranan gaya mengajar yang digunakan dalam pembelajaran karate untuk pencapaian hasil belajar, maka penelitian ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh gaya pembelajaran mastery learning (belajar tuntas) terhadap belajar kata (jurus) Karate. Konsep Penelitian Tindakan Penelitian diartikan sebagai suatu proses mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data yang didukung oleh kajian konseptual dan kerangka teoritik dalam rangka pemacahan masalah untuk tujuan tertentu, tujuan yang dimaksud adalah tujuan penelitian. Penelitian juga terbagi dalam beberap bentuk, antara lain : penelitian kuantitatif komparatif, penelitian kuantitatif asosiatif, penelitian kualitatif, penelitian evaluasi program/ kebijakan, penelitian pengembangan instrumen, penelitian pengambangan model, penelitian action research. Penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat yang bersangkutan.Ciri atau karakteristik utama dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang “dicoba sambil jalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah. Dalam prosesnya, pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat saling mendukung satu sama lain. Penelitian tindakan merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian, dimana dalam rancangan penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterpretasikan dan menjelaskan suatu situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi.Penelitian tindakan dapat dipergunakan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan yang kronis untuk diberikan tindakan sampai keinginan yang diharapkan tercapai. Belajar Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks pada semua orang dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah dengan perubahan tingkah laku dalam dirinya.Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).Gregory A Kimble dalam B.R Hergenhahn Matthew (2009: 8) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen yang berasal dari pengalaman dan tidak bisa dinisbahkan ke temporary body states ( keadaan tubuh temporer) seperti keadaan yang disebabkan oleh sakit, keletihan dan obat-obatan. Sedangkan menurut Hamalik (2005: 37) belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan tidak dilihat secara fragmentasi atau terpisah, melainkan komperhensif. Sedangkan Nana Sudjana (2004: 20) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan instruksional yang direncanakan oleh guru sebelumnya. Hasil belajar 3
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 merupakan suatu puncak dari proses belajar yang telah dilakukan. Memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pengolahan dari berbagai masukan.Berbagai sistem masukkan tersebut berupa perbuatan atau kinerja (performance).Membedakan dua jenis hasil belajar yaitu pengetahuan dan keterampilan. Pengertian Motivasi Belajar Kata motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginnan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang sesungguhnya (Pintrich,2003). Menurut Santrock, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah, dan bertahan lama (Santrock,2007). Dalam kegiatan belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai (Sardiman,2000). Sejalan dengan pernyataan Santrock di atas, Brophy (2004) menyatakan motivasi belajar lebih mengutamakan respon kognitif, yaitu kecenderungan mahasiswa untuk mencapai aktivitas akademis yang bermaknadan bermanfaat serta mencoba untuk mendapatkan keuntungan dari aktivitas tersebut. Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, mahasiswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan intinya, motivasi belajar melibatkan tujuan-tujuan belajar dan strategi yang berkaitan dalam mencapai tujuan belajar tersebut (Brophy,2004). Aspek-Aspek Motivasi Belajar Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh Santrock (2007),yaitu: a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman. Misalnya, mahasiswa belajar keras dalam menghadapi ujian untuk mendapatkan nilai yang baik. Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif agar mau mengerjakan tugas, dimana tujuannya adalah mengontrol perilaku mahasiswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan keahlian. b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, mahasiswa belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu. Mahasiswa termotivasi untuk belajar saat mereka diberi pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai informasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol, misalnya dosen memberikan pujian kepada mahasiswa. 4
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 Hasil Belajar Kata Hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai yang diukur dengan tes hasil belajar. Artinya dengan hasil belajar dapat memungkinkan mahasiswa/atlet untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan yang dikuasainya terhadap sesuatu yang dipelajari, dalam penelitian ini hasil belajar kata (jurus) pinan diperoleh mahasiswa/atlet setelah mengikuti kegiatan belajar dalam waktu yang telah ditentukan.Pada umumnya setiap mahasiswa/atlet melakukan kegiatan tentunya ingin mengetahui hasil belajar kata (jurus) pinan yang dicapai atau diperoleh selama mengikuti kegiatan belajar. Menurut Romiszowski hasil belajar diperoleh mahasiswa setelah mengalami proses pembelajaran, baik dalam bentuk pengetahuan maupun keterampilan. Pengetahuan yang dimaksud berkaitan dengan informasi yang tersimpan dalam pikiran, sedangkan keterampilan berkaitan dengan aksi dan reaksi yang dilakukan seseorang dalam mencapai suatu tujuan. Selanjutnya Soedijarto mengemukakan hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh mahasiswa dalam mengikuti program pelajaran yang telah ditetapkan. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa hasil itu merupakan kecakapan dari hasil yang diperoleh mahasiswa melalui proses belajar yang dinyatakan dengan angka atau nilai hasil belajar berdasarkan hasil test belajar. Hasil belajar merupakan pola yang secara umum memungkinkan mahasiswa untuk mencapai secara sukses apa yang diinginkannya. Artinya, hasil belajar dapat memungkinkan mahasiswa untuk mengetahui sampai sejauh mana kemampuan yang dikuasainya terhadap sesuatu yang diajarkan. Hasil belajar kata (jurus) pinan adalah adanya perubahan tingkah laku atau bertambahnya kemampuan atau tingkat penguasaan kata (jurus) pinan yang dimiliki atau dicapai oleh seorang mahasiswa/atlet, baik sebagai hasil pengaruh internal dari dirinya maupun rangsangan yang datang dari luar dirinya setelah mengikuti proses pembelajaran kata (jurus) pinan dalam jangka waktu tertentu. Hasil belajar kata (jurus) pinan dapat diketahui dengan membandingkan antara tingkah laku, kemampuan atau penguasaan melakukan kata sebelum belajar dan sesudah belajar kata (jurus).Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa/atlet dalam kapasitasnya untuk mempelajari suatu gerakan, maka tentunya dibutuhkan alat untuk mengukur hal tersebut. Hasil belajar kata (jurus)pinan dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh mahasiswa dari suatu tes hasil belajar yang diadakan setelah selesai mengikuti suatu program pembelajaran. Mastery Learning Sistem belajar tuntas merupakan pola pengajaran terstruktur yang bertujuan untuk mengadaptasikan pengajaran kepada kelompok mahasiswa yang besar (pengajaran klasikal) sedemikian rupa, sehingga diberikan perhatian secukupnya pada sejumlah perbedaan yang terdapat diantara mahasiswa, khususnya yang menyangkut laju kemajuan atau kecepatan dalam dalam belajar (rate of progress). Sistem ini diharapkan mampu mengatasi kelemahan/kekurangan yang sering melekat pada pengajaran klasikal; antara lain hanyalah mahasiswa yang pandai akan mencapai semua tujuan instruksional, sedangkan mahasiswa yang tidak begitu cerdas hanyalah mencapai sebagian dari semua tujuan instruksional, bahkan boleh jadi sama sekali tidak mencapai apa-apa. Bagi mahasiswa yang terakhir ini, belajar di sekolah merupakan sumber frustasi, motivasi belajar menghilang dan rasa percaya diri lenyap.Individualisasi pengajaran terutama dilaksanakan melalui individualisasi kecepatan belajar, yang berarti; setiap mahasiswa diberi waktu secukupnya 5
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 untuk belajar dan pertolongan secukupnya, sesuai dengan kebutuhan masing-masing mahasiswa dalam hal jumlah waktu belajar dan pertolongan/pendampingan individual.Dengan demikian, diusahakan supaya setiap mahasiswa mencapai semua tujuan instruksional, namun kelompok mahasiswa sebagai satuan pun dapat melaju dalam mempelajari materi pelajaran dengan tempo yang layak dan wajar. Supaya pola pengajaran terstruktur ini efisien dan efektif, ditekankan perlunya: (1) tujuantujuan instruksional yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan itu dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian segala tujuan instruksional;(2) dituntut supaya mahasiswa mencapai tujuan insstruksional yang pertama lebih dahulu, sebelum mahasiswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan instruksional yang kedua; tujuan instruksional yang kedua harus tercapai lebih dahulu, sebelum mahasiswa maju lebih lanjut dan seterusnya. Dengan kata lain,”yang berikutnya” tidak dimulai, sebelum “yang sebelumnya” dikuasai. Maka, sistem belajar ini menekankan “penguasaan” (mastering);(3) ditingkatkan motivasi belajar mahasiswa dan efektivitas usaha belajar mahasiswa, dengan memonitor proses belajar mahasiswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada mahasiswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya tepat pada saat itu juga (testing formatif); dan (4) diberikan bantuan atau pertolongan kepada mahasiswa yang masih mengalami kesulitan pada waktu yang sesuai, yaitu sesudah penyelenggaraan testing formatif, dan dengan cara yang efektif untuk mahasiswa bersangkutan. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa mastery learningdapat memperbaiki proses perkuliahan Karatesehingga diharapkan hasil belajar mahasiswa lebih baik dari sebelumnya. Pengamatan dilakukan oleh peneliti diantaranya menggunakan Kamera Digital. Dari pengamatan ini dihasilkan Catatan Lapangan (CL).Dari hasil penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa pada siklus I masih banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal.Hal ini di karenakan terdapat kesulitan-kesulitan yang di alami mahasiswa selama perkuliahan, pada siklus II peneliti melakukan penambahan tingkat kesulitan yang lebih efektif sesuai dengan kendala pada siklus I sehingga pada siklus II motivasi dan hasil belajar dapat meningkat. Dalam proses pembelajaran, peneliti melakukan penilaian psikomotorik pada saat mereka melakukan gerakan kata karate. Dari hasil penilaian kata karate menunjukkan bahwa 29 (60,42%) mahasiswa telah tuntas, dan 19 (39,58%) mahasiswa belum tuntas. Hal ini berarti untuk aspek psikomotorik pada pembelajaran Siklus I belum tuntas secara klasikal yaitu 85% mahasiswabelajar tuntas.Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan untuk siklus berikutnya.Dari hasil penilaian menunjukan bahwa 43 (89,58%) peserta didik telah tuntas, dan 5 (10,42%) mahasiswa belum tuntas. Hal ini berarti untuk aspek psikomotorik pada pembelajaran Siklus II telah tuntas secara klasikal yaitu 95% mahasiswa tuntas KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa dengan metode pembelajaran belajar tuntas (mastery learning) dapat meningkatkan motivasibelajardanhasilbelajarkata karate. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan hasil analisis secara deskriptif data aspek afektif (motivasibelajar) diperoleh harga rata-rata pada Siklus I sebesar 75,52meningkatpadaSiklus II sebesar 63,72, atau 6
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 terjadi peningkatan prosentase sebesar 11,80 dari Siklus I ke Siklus II.Selain itu ditunjukkan juga berdasarkan hasil nilai aspekkognitif (hasilbelajarkata karate) diperoleh ketuntasanbelajarSiklus I sebesar 60,42% meningkatpadaSiklus II sebesar89,58%, atau terjadi peningkatan prosentase sebesar 29,16% dari Siklus I ke Siklus II. Berdasarkanperhitungankorelasiantaramotivasibelajardenganhasilbelajarkata karate sebesar 0,472. Hal inimengindikasikanbahwamotivasibelajardapatmempengaruhihasilbelajarkata karate mahasiswasebesar23,3%. Dengandemikian, dapatdinyatakanbahwapembelajaranmastery learningdapatmeningkatkanmotivasibelajar, yang akhirnyameningkatkanhasilbelajarkata karate mahasiswaFakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan.
7
Prosiding Seminar Nasional Keolahragaan Tahun 2017 Tren Terbaru Dalam Penelitian dan Penelitian Bidang Olahraga STOK BinaGuna Medan, Jumat 07 April 2017 DAFTAR PUSTAKA Ali,Muhammad. 1992.Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung: Sinar BaruArikunto,Suharsimi, SuhardjonodanSupardi. 2011.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi AksaraAsmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Pintar. Yokyakarta: LaksanaAzizahwati. 2009. “PenerapanStrategiMasteryLearningUntukMendeskripsikanHasilBelajarMahasiswa Program StudiPendidikanFisika FKIP UNRI Pada Mata KuliahFisikaMatematika I”. JurnalGeligaSains, Program StudiPendidikanFisika FKIP Universitas Riau, Vol 3 (No 2), Hal. 29-33, 2009Depdiknas.2002. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar.Jakarta: Direktorat Olahraga Masyarakat, Direktorat Jenderal Olahraga Dewi, Rahma. 2011. ”Hasil Belajar Passing Bawah BolaVoli”.Disertasi. Jakarta: Program Pascasarjana UniversitasNegeriJakarta Hidayah, Nur. 2013.Panduan Praktis Penyusunan dan Pelaporan PTK.Jakarta: Prestasi PustakarayaKunandar. 2013.Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: RajaGrafindo PersadaLutan, Rusli. 2001. Mengajar Pendidikan Jasmani, Pendekatan Pendidikan Gerak. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga, Depdiknas ___________. 2004.Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Pengelolaan Proses Belajar Mengajar, Modul 2. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas, Bagian Proyek Pengendalian dan Peningkatan Mutu Guru Pendidikan Jasmani Madya,Suwarsih. 2006.Teori Dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: AlfabetaMoleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya Muchsin,Sabeth. 1980. Karate Terbaik, Olahan dari Best Karate oleh M.Nakayama. Jakarta: Indira Mulyasa. 2012. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Simanjuntak,Viktor. 2005. ”Hasil Belajar Kata (Jurus) Heian Shodan Karate”.Disertasi. Jakarta:Program Pascasarjana UniversitasNegeriJakarta Syah, Muhibin. 2009. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
8