Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
PENINGKATAN MINAT BELAJAR PRAKTEK MENGGULUNG TRAFO MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) PADA SISWA SMK NEGERI 3 MAKASSAR Hasrul
Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNM
e-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar praktek menggulung trafo melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) pada siswa SMK Negeri 3 Makassar. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan metode dan strategi pembelajaran yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklusnya masingmasing dilaksanakan sebanyak 4 pertemuan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas dua listrik SMK Negeri 3 Makassar. Sedangkan sampel penelitiannya adalah siswa kelas II L3 yang melaksanakan praktek menggulung trafo. Instrumen yang digunakan adalah angket, observasi, dan dokumentasi. Dalam instrumen angket terdiri atas 26 item pertanyaan atau pernyataan dengan empat alternatif jawaban. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) maka minat belajar praktek menggulung trafo dapat ditingkatkan yang jika ditinjau dari segi sub variabel perhatian mengalami peningkatan 13,33%. Begitu pula jika ditinjau dari segi sub variabel inisiatif, minat praktek menggulung trafo mengalami peningkatan 10,00%. Hasil observasi tentang kegiatan siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah juga mengalami peningkatan sebesar 16,67%. Kata Kunci : Minat belajar, Problem based learning, Praktek menggulung trafo. Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Upaya meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan secara terus menerus dilakukan. Hal ini sejalan dengan tujuan oendidikan nasional yang dituangkan dalam UU RI No. 20 tahun 2003 pasal 3 , yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Proses pembelajaran adalah suatu peristiwa yang melibatkan dua pihak, guru dan siswa, dengan tujuan yang sama, yaitu meningkatkan prestasi belajar, tetapi dengan pemikiran yang berbeda. Dari pihak siswa pemikirannya terutama tertuju kepada bagaimana mempelajari materi pelajaran supaya prestasi belajarnya dapat meningkat. Dari pihak guru pemikirannya bercabang dua, tertuju kepada siswa dan materi pelajaran.
Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
Di satu sisi guru memikirkan pula bagaimana mengajarkan materi pelajaran supaya prestasi belajar siswa dapat meningkat. Di sisi lain guru memikirkan pula bagaimana meningkatkan minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran agar timbul motivasi belajar dan dapat mencapai hasil atau prestasi belajar yang lebih baik. Ini tidak berarti bahwa guru lebih aktif dari siswa, tetapi karena tanggung jawab propesional, mengharuskan guru berupaya merangsang motivasi belajar siswa dan berupaya pula menguasai materi pelajaran beserta strategi yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapakan. Banyak faktor yang menyebabkan minat belajar siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: inisiatif dalam belajar, intelegensi, kebiasaan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa seperti: guru sebagai pembina kegiatan belajar, pendekatan pembelajaran, sarana dan prasarana. Hasil pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti selama pra penelitian, terlihat siswa kurang berinisiatif dalam melaksanakan praktek menggulung trafo. Pada proses pemberian materi siswa cenderung tidak memperhatikan penjelasan guru. Ini dikarenakan, guru dalam melaksanakan proses pembelajaran masih menggunakan skenario pembelajaran konvensional. Guru cenderung hanya menulis di papan tulis, menyebabkan siswa bersifat pasif, sehingga mereka (siswa) lebih banyak menunggu apa yang diajarkan guru dari pada mencari dan menemukan sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapi dalam praktek menggulung trafo. Pada proses pelaksanaan praktek siswa sering menemui kesulitan-kesulitan, kesulitankesulitan ini juga membuat siswa fakum untuk melanjutkan praktek, ini dikarenakan mereka tidak tau bagaimana cara mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi, masalah-masalah yang sering muncul pada praktek menggulung trafo diantaranya yaitu: pada proses pembuatan
koker terjadi ketidak cocokan ukuran antara koker dan keren yang digunakan sehingga perencanaan kembali diulang, dan pada proses menggulung kawat email kedalam koker biasa terjadi kawat tersebut putus pada pertengahan gulungan, selain putus kesalahan menghitung gulungan juga sering terjadi. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, perlu dicari pendekatan baru dalam pembelajaran praktek menggulung trafo yang melibatkan siswa dan guru secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (focus on learners) dan guru sebagai fasilitator, memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter). Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi dimana dalam proses belajar siswa terlatih bekerja sama dalam kolompok. Mereka bertanggung jawab bersama dalam memecahkan masalah. Timbulnya pertanyaan, saran dan komentar mendorong mereka untuk berpikir lebih lanjut, dan berusaha memperbaiki kekurangannya. Di sini guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan penciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Dalam hal ini penulis memilih pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam memecahkan masalah-masalah yang muncul pada praktek menggulung trafo. Menurut E. Mulyana sebagaimana dikutip oleh Aston (2008), pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisis dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator. Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan problem based learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (contextual teaching learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aston (2008), bahwa model problem based learning dapat meningkatakan kemampuan siswa memecahkan masalah HAM dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan dalam penelitian ini adalah apakah ada peningkatan minat belajar siswa pada praktek menggulung trafo setelah diterapkannya pendekatan pembelajaran berbasis masalah di SMK Negeri 3 Makassar?.
Minat Pada dasarnya yang dimaksud dengan minat dalam konteks penelitian ini adalah aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu yang mendorong orang yang bersangkutan melakukan kegiatan tersebut. Karena tinggi rendahnya perhatian dan dorongan pada setiap orang belum tentu sama. Para ahli pendidikan serta para psikolog mencoba mendefinisikan terminologi atau mengenai pengertian minat (interest) dengan bahasa yang berbeda meskipun inti pengertian adalah sama. Hilgart dalam Slameto (2003) merumuskan minat sebagai berikut : “interest is persisting to pay attention to and same activity or content”. Minat adalah kecendrungan yang tetap memperhatikan dan menyenangi beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa senang. Sementara itu, Andi Mappiasse dalam Rohana (2006), mengemukakan bahwa minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, rasa takut, atau kecendrungan-
kecendrungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Berdasarakan definisi tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Hilgart atau Mappiase kiranya sependapat bahwa minat merupakan suatu faktor yang ada dalam seseorang yang merupakan gejala psikis dan berkaitan dengan aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Dengan minat inilah yang akan memberikan dorongan kepada individu tersebut untuk melakukan berbagai aktivitas yang disenanginya. Sementara itu Witherinton dalam Rohana (2006), mendefinisikan minat sebagai suatu kesadaran seseorang, bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut dengan dirianya. Minat harus dipandang sebagai sesuatu arti sama sekali. Lebih lanjut Witherinton dalam Rohana (2006), membagi minat menjadi dua jenis yaitu minat primitif serta minat kultural. Minat primitif adalah minat yang ditimbulkan oleh kebutuhan-kebutuhan biologis misalnya makanan, minuman dan kebebasan aktif. Ketiga hal ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang terasa akan sesuatu dengan langsung dapat memuaskan dorongan untuk mempertahankan hidup. Sedangkan minat kultural adalah minat yang ditimbulkan oleh persepsi dari lingkungannya. Berdasarkan pendapat Witherinton dalam Rohana (2006), tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang menyebabkan timbulnya kesadaran ada dua macam, yaitu dari dalam diri seseorang itu sendiri serta dari luar dirinya. Kesadaran yang timbul dari dalam diri sendiri (inisiatif) akan menimbukan minat primitif, misalnya karena lapar timbul minat untuk makan, karena haus akhirnya timbullah minatnya untuk minum dan sebagainya. Sedangkan kesadaran yang timbul dari luar dirinya akan menimbulkan minat kultural, misalnnya melihat ada orang bermain musik maka timbul minatnya untuk bernyanyi, dan sebagainya. Sementara itu, Abdul Hadis dalam Rohana (2006), mengemukakan bahwa
Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
minat berpengaruh terhadap prestasi belajar mahasiswa, sebab minat berkaitan dengan rasa kesukaan dalam melakukan sesuatu aktivitas yang ada sangkut pautnya dengan dirinya. Karena seseorang menyukai aktivitas tersebut, maka orang tersebut akan terdorong untuk melakukan aktivitas tersebut dengan sebaik-baiknya dan berusaha berkonsentrasi pada aktivitas tersebut dengan harapan dapat diperoleh hasil yang optimal, juga dapat meningkatkan kepuasan pada orang tersebut dan selanjutnya dapat merumuskan kesukaannya itu. Lebih lanjut Abdul Hadis mengemukakan bahwa anak muda cenderung melibatkan diri dalam aktivitas yang dipandang sesuai dan menghindari aktivitas yang tidak sesuai dengan dirinya. Berdasarkan pendapat Abdul Hadis tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa minat seseorang akan timbul apabila orang tersebut merasa senang, suka atau sesuai dengan aktivitas tersebut sehingga ada dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan aktivitas dengan sebaik-baiknya berusaha dan berusaha untuk berkonsentrasi pada aktivitas tersebut dengan harapan dapat diperoleh hasil yang optimal. Sementara walau orang itu tidak senang ia akan menghindari aktivitas tersebut. Ismail seperti yang dikutip oleh Rohana (2006), menyimpulkan bahwa minat merupakan salah satu potensi dalam diri setiap individu yang perlu ditinggkatkan baik untuk memperoleh pekerjaan, maupun melaksanakan pekerjaan, karena suatu pekerjaan dapat dilaksanakan dengan tekun apabila memiliki minat terhadap kegiatan. Selanjutnya Muhiddin yang juga dikutip oleh Rohana (2006), mengemukakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. Dapat pula dikatakan bahwa minat adalah motivasi yang menujukkan kebiasaan dan arah perhatian individu kepada obyek, sehingga di dalam minatnya
terdapat dua unsur yang penting, yakni motif dan perhatian. Motif merupakan tenaga pendorong dari dalam diri manusia yang menyebabkan manusia melakukan aktivitas, sedangkan perhatian adalah pemusatan keadaan pada suatu obyek. Menurut Guntata (2005), minat adalah suatu yang dapat membangkitkan gairah seseorang dan menyebabkan orang itu menggunakan waktu, harta, serta energi untuk kesukaannya terhadap obyek tertentu. Sedangkan Menurut Slameto (2003), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Selain itu Winkel dalam Muhammad Kasim (2003), berpendapat bahwa minat itu selalu menunjukkan kecendrungan hati, keinginan yang menetap dalam diri seseorang terhadap suatu keinginan dalam bidang tertentu agar merasa senang dan tertarik melalui kegiatan tersebut. Berdasarkan pendapat di atas, maka pada hakekatnya minat adalah suatu yang dapat membangkitkan perhatian yang lebih, kecendrungan hati, keinginan, dan gairah pada suatu hal aktivitas tanpa ada yang menyuruh, menyebabkan orang itu menggunakan waktu, harta, dan energi untuk kesukaanya itu.
BELAJAR
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Kegiatan belajar ini hanya dilakukan oleh siswa atau pebelajar saja. Ini sebabnya berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Hamalik sebagaimana dikutip oleh Hervina (2007), belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkunganya. Selanjutnya menurut Bruner
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
dalam Muliana (2003), belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya. Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia secara sadar untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Menurut Slameto (2003), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2006), belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari stimulus yang berasal dari lingkungan, dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh seseorang yang berlangsung secara berkesinambungan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang kemudian dapat di gunakan dalam interaksi dengan lingkungannya. Slameto (2003), mengemukakan ciriciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar diantaranya adalah: 1)Perubahan terjadi secara sadar; 2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional; 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif; 4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara; 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah; 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Minat Belajar Salah satu kondisis belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat untuk belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya tanpa minat, seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Menurut Slameto (1993), minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan dipengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru, jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya. Minat dan kegiatan belajar merupakan aspek yang sangat penting dimiliki pada diri seseorang seperti siswa yang melakukan aktivitas belajar melalui proses pembinaan keterampilan, mengingat seseorang akan berhasil dalam belajarnya kalau pada dirinya ada kesedihan untuk melakukan aktivitas belajar,kesediaan inilah yang yang disebut dengan minat belajar. Minat belajar tersebut ditandai adanya kesenangan atau keterkaitan mengikuti pelajaran (teori dan praktek), dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. Jadi dalam kegiatan pembelajar, siswa yang dalam belajar, akan merasa senang dan mau mengerjakan semua tindakantindakan dalam proses belajar. Sebab minat yang tumbuh dari kebutuhan dirinya sendiri merupakan fakor pendorong bagi siswa dalam melakukan usahanya. 4. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Sejatinya banyak jenis metode mengajar, dan setiap metode mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga pengajar dituntut untuk dapat memilih metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Suatu metode mengajar dikatakan efektif apabila tujuan pembelajaran dicapai dengan kata lain keefektifan metode mengajar ditentukan oleh keberhasilan siswa menguasai materi yang diajarkan dengan metode tersebut. Dalam hal ini salah satu metode mengajar yang tepat dan efektif merefleksikan orientasi tersebut adalah model pembelajaran berbasis masalah, karena model ini memberikan kesempatan yang luas kepada siswa membangun, mengenali dan memecahkan sendiri masalah nyata yang dihadapinya.
Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
Oleh karena itu mulai dari sekarang peserta didik perlu dilatih dan diperhadapkan pada berbagai situasi berbasis masalah, ini merangsang mereka berupaya memecahkan bermacam-macam masalah. Seperti dikemukaan sebelumnya, bahwa salah satu model pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata pendidikan sekarang adalah model pembelajaran berbasis masalah. Sebagaimana dikemukakan oleh Glazer dalam Ahmad Talib dkk (2005), bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata. Secara garis besar model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan situasi masalah yang autentik dan bermakna yang memberikan kemudahan kepada siswa melakukan penyelidikan dan inquiri. Ibrahim. M dalam Ahmad Talib dkk (2005), mengemukakan bahwa model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai dengan guru mengorientasikan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan diakhiri dengan penyajian karya. 1. Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah, 2. Tahap-2 Mengorientasi siswa untuk belajar, 3. Tahap-3 Membimbing penyelidikan individu, 4. Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, 5. Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Jika jangkauan masalah sedangsedang saja, kelima tahap tersebut dapat diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Namun untuk masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya. Peran guru dalam model pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi adalah guru melakukan scaffolding. Scaffolding merupakan proses dimana guru membantu
siswa untuk menuntaskan suatu masalah melampaui tingkat pengetahuannya saat itu. Nurhadi dalam Ahmad Talib dkk (2005), menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pengajaran yang menggunakan masalahmasalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi pelajaran. Menurut Ahmad Talib dkk (2005), bahwa model pembelajaran problem based learning mempunyai karasteristik sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah; 2) Berfokus pada keterkaitan antara disiplin; 3) Penyelidikan autentik; 4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya; dan 4) Kerjasama. Pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang laianya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi yang berkelanjutan dan terlibat dalam tugastugas kompleks. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, serta belajar berbagai peran orang dewasa. Pembelajaran berbasis masalah juga membuat siswa menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Ahmad Talib dkk (2005), mengemukakan secara terinci pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah; 3) Pemodelan peranan orang dewasa; dan 4) Pembelajaran yang otonom dan mandiri.
Praktek Menggulung Trafo
Praktek menggulung trafo merupakan salah satu dari tiga kompetensi dasar mata pelajaran melilit dan membongkar kumparan. Dalam praktek ini siswa diajarakan tentang bagaimana merancang suatau transformataor. Di bawah ini ada langkah-langkah dalam proses penggulungan suatu transformator
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
diantaranya: mencatat data transformator, membongkar keren, mengukur koker, mengukur diameter kawat email, membuat koker baru, menghitung jumlah lilitan pada setiap sisi, menggulung/melilit kawat email pada koker, memasang keren, menyolder ujung-ujung kawat pada terminal, menguji transformator, mencelup transformator pada seerlack, dan yang terakhir mengeringkan transformator. Setelah siswa mengetahui dan megerti dari keduabelas langkah tersebut diatas diharapkan siswa dapat merancang suatu transformator sampai pada proses perakitannya.
METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan metode dan strategi pembelajaran, dengan tahapan-tahapan yang berdaur ulang meliputi : perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan evaluasi serta refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Makassar, yang beralamat di jalan Bonto Te’ne nomor 6 Makassar, dan penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 15 September 2008 dan berakhir tangal 15 November 2008. Variable-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Pembelajaran berbasis masalah ( problem based learning) - Minat belajar praktek menggulung trafo. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas II Listrik 3 yang berjumlah 30 orang. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik angket dan observasi. Angket disusun dengan menggunakan dua indiokaotr, yaitu indikator perhatian dan inisiatif. Observasi digunakan untuk mengamati secara langsung proses pembelajaran. Ada 6 indikator yang diamati dalam proses observasi ini yaitu: 1) keberanian siswa dalam bertanya; 2) bergairah dalam mengikuti pembelajaran (aktif menyelasikan tugas mandiri yang diberikan); 3) Hubungan siswa dengan guru dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran; 4) Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan kelompok; 5) Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok); dan 6) Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti arahan guru). Pengolahan data hasil penelitian ini digunakan teknik analisis deskriptif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data dari masingmasing responden berupa rata-rata, standar deviasi (simpanan baku), kategori variabel dan persentase. Kemudian analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan program SPSS 12 for Windows. Tabel distribusi tiap indikator disusun berdasarkan kelas interval dan kategori. Tabel 1. Penyusunan Kelas Interval dan Kategori Kelas Interval >M + (1,5 SD) M s/d (M+1,5 SD) (M-1,5 SD) s/d M <M – (1,5 SD) Sumber: Sujana (1992) Keterangan : M : Rata-Rata SD : Standar Devisi Untuk menentukan digunakan rumus :
P=
Kategori Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
nilai
persentase
F x100% (Sutrisno Hadi (2007)) N
Keterangan: P = Persentase F = Frekuensi N = Jumlah Sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis deskriktif dimaksudkan untuk mendeskripsikan karasteristik responden penelitian tiap perlakuan. Untuk keperluan tersebut digunakan frekuensi, rata-rata, skor tertinggi, skor terendah, dan standar deviasi untuk masing-masing kelompok. Penyajian karasteristik responden untuk setiap kelompok adalah sebagai berikut:
Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
1. Peningkatan minat pada Siklus I. a. Untuk sub variabel perhatian siklus I Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diketahui mean sebesar 24,23; median 24; modus sebesar 24; standar deviasi sebesar 2,62. Adapun distribusi frekuensi skor siswa sub variabel perhatian pada siklus I dapat dilihat pada table 2 di bawah ini. Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase sub variabel perhatian siklus I No
Interval
Kategori
F
Persentase (%) Rel.
Kom.
2
6,67
6,67
24,23 sd 28,23
Sangat Tinggi Tinggi
15
50
56,67
3
20,30 sd 24,23
Sedang
11
36,67
93,34
4
20,30 ke bawah
rendah
2
6,67
100
30
100
1
28,16 ke atas
2
Total
Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa sebanyak 17 orang siswa atau 56,67% nilai siswa berada di atas snilai rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 13 orang siswa atau 43,34% nilai siswa berada di bawah rata-rata (mean). Berdasarkan tabel 3 juga dapat diketahui bahwa minat siswa praktek menggulung trafo di SMK Negeri 3 makassar pada siklus I ditinjau dari segi perhatian berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 50,00%.
tinggi yaitu sebesar 46,67%. Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase untuk sub variabel inisiatif siklus I No
Interval
F
Rel.
Kom.
1
3,33
3,33
14
46,67
50,00
1
49,49 ke atas
2
43,13 sd49,49
Sangat Tinggi Tinggi
3
36,77 sd 43,13
Sedang
13
43,33
93,33
4
36,77 ke bawah
rendah
2
6,67
100
30
100
Total
2. Peningkatan Minat pada siklus II. a. Untuk sub variabel perhatian siklus II Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diketahui bahwa mean sebesar 24,40; median 24; modus sebesar 24; standar deviasi sebesar 3,01 Adapun distribusi frekuensi skor siswa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase sub variabel perhatian siklus II No
Interval
Kategori
1
28,92 ke atas
2
24,40 sd 28,92
Sangat Tinggi Tinggi
3
19,89 sd 24,40
Sedang
4
19,89 ke bawah
Rendah
Total
b. Untuk sub variabel inisiatif siklus I Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 responden diketahui mean sebesar 43,13; median 43,50; modus sebesar 42; standar deviasi sebesar 4,24. Adapun distribusi frekuensi dan fersentase skor siswa dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 di atas diketahui bahwa sebanyak 15 orang siswa atau 50,00% nilai siswa diatas rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 15 orang siswa atau 50,00% nilainya berda di bawah rata-rata (mean). Dari tabel 12 juga dapat diketahui bahwa peningkatan minat praktek menggulung trafo pada siswa SMK Negeri 3 Makassar ditinjau dari sub variabel inisiatif untuk siklus I berada pada kategori
Kategori
Persentase (%)
F
Persentase Rel.
Kom.
1
3,33
3,33
19
63,33
66,67
8
26,67
93,33
2
6,67
100
30
100
Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa sebanyak 20 orang siswa atau 66,67% mempunyai skor di atas nilai rata-rata (mean), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 10 orang siswa atau 33,33% nilai siswa berada dibawah rata-rata (mean). Berdasarkan tabel 4 juga dapat diketahui bahwa minat siswa praktek menggulung trafo di SMK Negeri 3 makassar pada siklus II ditinjau dari segi sub variabel perhatian berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 63,33%. Daftar distribusi frekuensi untuk tiap sub variabel pada siklus I dan siklus II selengkapnya disajikan pada table 5.
Jurnal MEDTEK, Volume 1, Nomor 1, April 2009
Tabel 5. Daftar distribusi frekuensi tiap sub variabel siklus I dan Siklus II No
Kategori
Siklus i
Siklus ii
Frekuensi Perha- Inisiatian tif
Frekuensi Perha- Inisiatian tif
Sangat Tinggi Tinggi
2
1
1
1
15
14
19
17
3
Sedang
11
13
8
10
4
Rendah
2
2
2
2
30
30
30
30
1 2
TOTAL
Selain data angket, juga disajikan data hasil observasi aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran berbasis masalah. Data observasi ini diambil dari siklus ke siklus. Selajutnya hasil observasi aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
kegiatan pembelaran dengan pendekatan berbasis masalah juga mengalami peningkatan 16,67%. 3. Melalui pembelajaran problame based learning, guru dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa dalam kelompok belajar. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat lebih efektif dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan–perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya. Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problam based learning) dapat meningkatkan minat belajar siswa praktek menggulung trafo pada siswa SMK Negeri 3 Makassar.
Tabel 6. Data aktivitas siswa yang relevan dengan proses pembelajaran No
Indikator
1
Keberanian siswa dalam bertanya Bergairah dalam mengikuti pembelajaran (aktif menyelasikan tugas mandiri yang diberikan) Hubungan siswa dengan guru dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan kelompok Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok) Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti arahan guru) Rata-rata
2 3 4 5
6
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian di atas, ada beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu: 1. Minat siswa mengalami peningkatan. Jika ditinjau dari segi sub variabel perhatian mengalami kenaikan 13,33%, dan jika ditinjau dari segi sub variabel inisiatif mengalami kenaikan 10,00%. 2. Dari data hasil observasi tentang kegiatan siswa yang relevan dengan
Jumlah Siswa Siklus I Siklus II 18 22
Persentase Siklus I Siklus II 60,00% 73,33%
20
24
66,66%
80,00%
21
25
70,00%
83,33%
23
28
76,66%
93,33
24
29
80,00%
96,66
26
30
86,66%
100%
22
26,33
71,10%
87,77%
Berdasarkan temuan-temuan dari hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat disarankan agar: 1. Proses pembelajaran menggulung trafo sebaiknya digunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah (problame based learning). 2. Untuk melihat efektifitas pendekatan pembelajaran ini, sebaiknya dilakukan
Hasrul, Peningkatan Minat Belajar Melalui Pendekatan Problem Based Learning
penelitian pada mata pelajaran yang lain dan pada subjek yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aston L. Toruan. Laporan Penelitian Tindakan Kelas –PKn. www.ktiguru.org/index.php/ptk-3 72k. Akses 12 Juli 2008 Dimyati, Dr & Mudjiono, Drs. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta Guntata Sioni Bungaya. 2005. Hubungan Motifasi, Minat, dan Profesionalitas Guru Dengan Kualitas Pembelajaran Pada SMA Negeri di Kota Kendari. Tesis. Makassar. PPS UNM Muhmmad Kasim. 2003. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta. PT Rineka Cipta.
Sitti Aisya Jemi. 2006. Dampak Perubahan Kurikulum Bagi Guru dan Siswa. KTI. Makasar. FIP UNM. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta Sujana. 1992. Metode Statistik. Bandung. Tarsito Sutrisno Hadi. 2000. Yogyakarta. Andi
Statistik.
Jilid
2.
Talib Ahmad, Mardin, Alam Sinar, Tibarang Katarina. 2005. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembejaran Berbasis Masalah pada Siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan. Makassar. Seksi Kajian Mutu Pendidikan (KMP), Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).