PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII B SMP NEGERI 4 TELUK KERAMAT
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH: HAPENI NIM. F04611003
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN MATEMATIKA JURUSAN P. MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2013
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII B SMP NEGERI 4 TELUK KERAMAT
ARTIKEL PENELITIAN
HAPENI F04611003
Disetujui Oleh : Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Edy Yusmin, M.Pd NIP. 196011301987031003
Drs. Dian Ahmad, M.Si NIP. 196010301986031002
Mengetahui, Dekan FKIP
Ketua Jurusan P.MIPA
Dr. Aswandi NIP. 19580513 198603 1 002
Dr. Ahmad Yani NIP. 19660401 199102 1 001
PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PADA MATERI BANGUN RUANG DI KELAS VIII B SMP NEGERI 4 TELUK KERAMAT
Hapeni, Yusmin, Ahmad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini berjudul “Peningkatan Minat Belajar Siswa Menggunakan Alat Peraga Pada Materi Bangun Ruang di Kelas VIII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa menggunakan alat peraga pada materi bangun ruang di kelas VIII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan minat belajar siswa dengan penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Peningkatan yang terjadi pada akhir siklus yakni penambahan jumlah siswa yang memenuhi indikator minat yang meliputi aspek perhatian dengan persentase jumlah siswa 100%, aspek konsentrasi siswa dengan persentase jumlah siswa 100% dan aspek kesadaran siswa dengan persentase jumlah siswa 90%. Kesimpulan dari penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar siswa pada materi bangun ruang di kelas VII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat. Kata kunci : minat belajar, alat peraga. Abstraction: Raising of the studens interest by using space in sphere in VIII B class of SMPN 4 Teluk keramat .Target of this research is to know to improve enthusiasm learn student use physic appliance at items wake up room in VIII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat. Method was used in this research is classroom action research. Result of research show the existence of the rising of student interest with usage of space in study of mathematics. Improvement that happened by the end of cycle namely addition of is amount of student fulfilling enthusiasm indicator covering attention aspect with percentage of is amount of student 100%, student concentration aspect with percentage of is amount of student 100% and aspect awareness of student with percentage of is amount of student 90%. Conclusion from research of this class action is usage of space can improve learn interest at items sphere in VII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat Keramat. Keyword : Learn interest, space
S
alah satu faktor penting dalam sebuah proses belajar adalah adanya minat yang kuat dari peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Minat belajar berasal dari dalam diri siswa sendiri yang membuat siswa untuk selalu bergairah dan selalu ingin menambah pengetahuan yang dimilikinya melalui kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah. Dengan adanya minat belajar yang tinggi dari siswa, suasana pembelajaran di kelas akan semakin menyenangkan karena siswa akan lebih aktif untuk menggali informasi dan mengembangkan potensi yang dimiliki tanpa harus selalu tergantung pada guru. Minat belajar yang tinggi ini akan cenderung berdampak pada hasil belajar yang tinggi, sedangkan minat belajar yang rendah, juga akan berdampak pada penurunan hasil belajar (Dalyono dalam Riska, 2012;16). Mengingat pentingnya pengaruh minat belajar terhadap pencapaian hasil belajar siswa, maka sudah sepatutnya minat belajar ini untuk terus digali dan ditumbuhkan oleh guru dalam setiap kesempatan atau kegiatan pembelajaran. Meskipun kita menyadari bahwa minat sangat berpengaruh terhadap hasil belajar, ternyata bukan hal yang mudah untuk membangkitkan minat siswa untuk mempelajari sesuatu, terutama yang berkenaan dengan pelajaran atau materi yang biasanya dianggap sulit oleh sebagian besar siswa, misalnya pada pembelajaran matematika. Hal ini juga sudah dirasakan oleh penulis selama beberapa waktu terakhir saat mengajar matematika di SMP Negeri 4 teluk Keramat. Dari waktu ke waktu, hasil belajar matematika siswa tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sebagai gambaran, penulis menampilkan hasil belajar siswa kelas VIII pada materi bangun ruang selama 2 tahun terakhir. Tabel 1. Data rekapitulasi hasil belajar materi Bangun Ruang kelas VIII SMP Negeri 4 Teluk Keramat tahun 2011-2012 Tahun 2011 2012
Kelas VIII A VIII B VIII A VIII B
Nilai Rata-Rata 56,60 52,25 54,62 50,84
Nilai Ketuntasan 65 65 65 65
Berdasarkan tabel tersebut, dapat disimpulkan bahwa materi bangun ruang ternyata masih dianggap sulit oleh siswa padahal penulis sudah mencoba menggunakan beberapa variasi mengajar misalnya dengan model belajar kelompok atau memberi pekerjaan rumah setiap selesai pertemuan dengan harapan hasil belajar siswa lebih baik, tapi hasilnya masih tidak memenuhi standar ketuntasan minimal. Setelah diamati, penulis menduga bahwa rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan oleh rendahnya minat siswa untuk mempelajari matematika karena menganggap pelajaran ini adalah pelajaran yang sulit dipahami, penuh dengan soal hitungan yang membuat pusing dan banyak lagi anggapan negatif lainnya. Rendahnya minat belajar ini yang kemudian membuat siswa merasa pesimis terhadap kompetensi yang dimiliki sehingga malas menggunakan daya pikirnya untuk mempelajari materi atau menyelesaikan soal-
soal yang diberikan. Contoh rendahnya minat siswa dalam mempelajari materi ini adalah beberapa siswa tidak bersemangat dalam menyimak penjelasan guru dan lebih memilih berbicara dengan teman sebangkunya. Adapula siswa yang mengerjakan sesuatu yang ternyata tidak berhubungan dengan materi pelajaran sehingga perhatiannya tidak terfokus pada materi yang diajarkan. Akibatnya, saat guru bertanya tentang materi yang baru saja dijelaskan, siswa yang bersangkutan tidak dapat menjawab dengan benar. Upaya untuk menyelesaikan permasalahan ini, maka penulis mengajukan sebuah alternatif dalam bentuk penelitian tindakan kelas yakni dengan menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran guna meningkatkan minat belajar siswa terhadap materi matematika yang dalam hal ini adalah materi bangun ruang kubus dan balok. Alat peraga merupakan salah satu media pembelajaran berupa benda-benda yang memiliki kemiripan sifat dan bentuk dengan benda aslinya. Dalam mempelajari materi bangun ruang kubus dan balok, alat peraga yang digunakan sangat mudah dijumpai di lingkungan sekolah atau kelas tempat siswa belajar. Contohnya batang kaki meja untuk memperagakan bentuk balok dan kotak kapur segi empat untuk memperagakan bentuk kubus. Penggunaan alat peraga ini diharapkan agar materi yang disampaikan tidak lagi bersifat abstrak, namun dapat langsung menunjukkan kepada siswa bentuk bangun ruang sisi datar yang sebenarnya sehingga mereka lebih mudah mengerti. Bila sudah mengerti diharapkan stigma negatif siswa bahwa materi matematika sulit dipelajari akan hilang, sehingga akan timbul minat untuk mempelajari materimateri lain. Konteks penelitian tindakan kelas ini adalah tentang efektivitas penggunaan alat peraga dalam meningkatkan minat belajar matematika siswa yang berlandaskan pada hasil kajian pustaka yang menyebutkan bahwa Fungsi utama dari alat peraga adalah untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep yang abstrak, agar siswa mampu menangkap arti sebenarnya dari konsep tersebut (Agus Suharjana, 2009:3). Dengan melihat, meraba dan memanipulasi obyek/ alat peraga maka siswa mengalami pengalamanpengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari suatu konsep. Berikut ini diberikan contoh dari alat peraga. Papan tulis, buku tulis, meja yang berbentuk persegi panjang dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun geometri datar persegi panjang; Pensil, kapur, lidi, dan biji-bijian dapat berfungsi sebagai alat peraga pada saat mengenalkan bilangan, dengan cara membilang banyaknya anggota dari kelompok benda, sehingga pada akhir membilang akan ditemukan bilangan yang sesuai dengan kelompok tersebut. Pada intinya penggunaan media dalam pembelajaran matematika adalah untuk memudahkan siswa memahami konsep materi yang diajarkan. Saat siswa merasa muda memahami materi yang diajarkan, maka minat belajar mereka juga akan meningkat. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana peningkatan minat belajar siswa menggunakan alat peraga pada pembelajaran matematika materi bangun ruang kubus dan balok di kelas VIII B SMP Negeri 4 Teluk Keramat.
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas yang terbagi dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. 1. Perencanaan a. Meninjau kembali rancangan skenario yang telah disiapkan sebelumnya dan membahas rancangan skenario tersebut bersama kolaborator. b. Menyiapkan RPP yang merupakan kelanjutan pertemuan sebelumnya. c. Menyiapkan instrumen yang diperlukan untuk melihat ketercapaikan indikator seperti lembar pengamatan untuk guru dan siswa, lembar kerja dan soal tes. 2. Pelaksanaan tindakan Secara garis besar, pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah adalah sama dengan pertemuan pertama yakni sebagai berikut: a. Guru mempersiapkan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar. b. Guru memberikan apersepsi sebelum memulai proses belajar dengan mendasarkan pada pentingnya penguasaan materi jaring-jaring kubus dan balok bagi siswa serta contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. c. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. d. Guru menyampaikan materi tentang jaring-jaring kubus dan balok kepada siswa menggunakan alat peraga. e. Guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil. Setiap kelompok berisi 5-6 siswa yang terdiri dari siswa dengan kompetensi tinggi-sedangrendah; siswa laki-laki dan perempuan; dan kriteria lain yang memungkinkan setiap kelompok bersifat heterogen. f. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat jaring-jaring kubus dan balok yang dikerjakan bersama-sama. Saat siswa mengerjakan tugas, guru memberi arahan secara bergantian kepada setiap kelompok. Dalam mengerjakan tugas, guru memberi batasan waktu selama 10-15 menit. g. Setelah waktu pengerjaan tugas selesai, maka setiap kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Presentasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga yang ada. Waktu presentasi maksimal 10 menit. h. Setelah presentasi dari setiap kelompok guru memberikan kesempatan kepada siswa melakukan diskusi kelas. i. Setelah diskusi selesai, guru memberikan soal latihan tentang jaring-jaring kubus dan balok untuk mengevaluasi proses belajar yang dilakukan. Latihan ini dikerjakan secara individu. j. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa menyimpulkan hasil pelaksanaan pembelajaran. 3. Pengamatan Selama proses pembelajaran guru yang sekaligus peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan pada hal-hal berikut: a. Kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan rancangan skenario yang telah ditetapkan.
b. Pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran oleh guru. c. Tingkat minat yang ditunjukkan oleh keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran materi jaring-jaring kubus dan balok dengan alat peraga yang digunakan. d. Tingkat pemahaman dan penguasaan materi oleh siswa yang dilihat dari nilai yang diperoleh. 4. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan untuk melihat ketercapaian indikator penelitian serta kekurangan atau kegagalan yang telah terjadi untuk kemudian diperbaiki di siklus 2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Lembar Observasi Aspek minat belajar yang diobservasi dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga setiap pertemuan adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menyimak saat guru menyampaikan materi Antusias dalam belajar kelompok Perhatian penuh (konsentrasi) pada guru saat mengajar Mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh Kesadaran untuk bertanya Kesadaran untuk membagi pengetahuan kepada siswa lain (menjawab atau mengomentari) Tabel 2. Hasil Observasi Aspek Minat
No
Aspek Pengamatan
Skor/ Pertemuan
1
Menyimak saat guru menyampaikan materi
I 5
II 5
III IV 5 5
2
Antusias dalam belajar kelompok
4
5
5
5
3
Perhatian penuh (konsentrasi) pada guru saat mengajar
3
4
5
5
4
Mengerjakan tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh
2
2
4
5
5
Kesadaran untuk bertanya
1
2
2
4
6
Kesadaran untuk membagi pengetahuan kepada siswa lain (menjawab atau mengomentari) Skor Total
0
0
0
5
15 18 21
29
Berdasarkan skor pengamatan aspek minat pada setiap pertemuan, maka nilai persentase minat pada pertemuan 1 sebesar 50%, pertemuan 2 sebesar 60%, pertemuan 3 sebesar 70% dan pertemuan 4 sebesar 96,6%. Adapun nilai angket minat adalah 72,84% (Cukup Berminat). Pembahasan Pembahasan tentang prosedur pelaksanaan tindakan pembelajaran menggunakan alat peraga kongkrit dan hasil observasi terkait indikator dan aspek minat pada siklus pertama pertemuan 1 dan 2 dan siklus kedua pada pertemuan 1 dan 2. 1. Pertemuan 1 siklus 1 Pertemuan pertama pada siklus 1 dilaksanakan pada Kamis (28/03/2013) pada jam pelajaran ke 6 dan 7. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan memberikan apersepsi kepada siswa tentang materi yang akan dibahas yang dilanjutkan dengan menjelaskan prosedur pembelajaran yang akan dilakukan yakni pembelajaran berkelompok menggunakan alat peraga, setiap kelompok terdiri atas 6-7 siswa. Setelah siswa bergabung dengan kelompok yang telah ditentukan, peneliti menyampaikan pokok materi sesuai RPP yang telah dibuat dengan menggunakan alat peraga yang telah disiapkan sebelumnya. Pada akhir penyampaian materi, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, namun hanya 2 siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Pertanyaan tersebut peneliti ajukan kepada siswa lain untuk merangsang aktivitas belajar mereka, namun belum ada yang berani menjawab sehingga ada akhirnya peneliti yang memberikan penjelasan. Langkah berikutnya adalah memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk membuat alat peraga sederhana berbentuk jaring-jaring kubus dan balok. Semua peralatan dan perlengkapan telah tersedia karena siswa telah diberikan arahan pada pertemuan sebelumnya. Saat siswa mengerkan tugas kelompok, peneliti mengawasi setiap kelompok secara bergantian untuk membantu kelompok yang mengalami kesulitan. Kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya dengan baik diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas. Presentasi yang dilakukan siswa mencakup penjelasan tentang jaring-jaring kubus atau balok yang mereka buat. Pada pertemuan ini, hanya 3 kelompok yang berkesempatan mempresentasikan pekerjaan kelompoknya. Guna mengetahui tingkat pemahaman siswa, peneliti memberikan tugas individu yang harus dikerjakan saat itu juga. Pada tahap ini, masih ada beberapa siswa yang tidak mampu mengerjakan tugasnya secara mandiri sehingga harus bertanya kepada temannya. Pembelajaran ditutup dengan kesimpulan yang dibuat oleh peneliti bersama siswa tentang materi jaring-jaring kubus dan balok. Hasil observasi aspek minat yang tampak pada pertemuan pertama, sebagai berikut: a. Perhatian siswa Pada indikator perhatian siswa dalam proses pembelajaran, semua siswa teramati menyimak materi yang disampaikan oleh guru di kelas. Ketercapaian angka 100% pada aspek ini disebabkan guru memberikan materi
dengan menggunakan alat peraga yang sebelumnya jarang digunakan sehingga dapat menarik perhatian siswa. Selain itu, keberadaan kolaborator yang bertindak sebagai observer di ruang kelas membuat perhatian siswa lebih terfokus pada peneliti yang sedang mengajar. Pada aspek kedua, hanya terdapat 21 siswa yang antusias dalam kelompok belajarnya. Antusias siswa dalam pekerjaan kelompok ini misalnya dengan pembagian tugas kepada setiap anggota kelompok sehingga setiap siswa harus mengerjakan tugas masing-masing, namun pembagian tugas ini hanya dilakukan oleh beberapa kelompok sedangkan kelompok lain hanya terlihat antusias saat didatangi oleh peneliti. b. Konsentrasi siswa Selama guru menjelaskan, siswa memang menyimak penjelasan guru namun hanya 15 orang yang teramati benar-benar berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan sedangkan siswa lain masih mudah teralihkan perhatiannya. Aspek kedua adalah kesungguhan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Pada aspek ini hanya 10 siswa yang teramati mengerjakan tugas individu yang diberikan secara sungguh-sungguh sedangkan siswa lain lebih sibuk bertanya tentang jawaban tugas. Kondisi ini disebabkan siswa masih malu bertanya kepada guru jika masih ada materi yang belum mereka pahami sehingga mereka kesulitan saat diminta mengerjakan tugas. c. Kesadaran siswa Indikator minat yang diamati selanjutnya adalah tentang kesadaran siswa yang meliputi aspek kesadaran bertanya dan kesadaran menjawab pertanyaan atau mengomentari jawaban teman. Pada pertemuan pertama ini, hanya 2 siswa yang berani mengajukan pertanyaan namun masih belum ada yang berani mencoba menjawab pertanyaan tersebut. sebagian besar siswa masih malu dan takut jika pertanyaan atau jawaban yang diajukan salah sehingga mereka lebih memilih diam. 2. Pertemuan 2 siklus 1 Pertemuan kedua pada siklus pertama dilaksanakan pada Kamis (4/04/2013) pada jam pelajaran ke 6 dan 7. Langkah pembelajaran pada pertemuan kedua siklus pertama, hampir sama dengan pertemuan selanjutnya yakni membagi siswa ke dalam kelompok kecil, memberi tugas kelompok dan meminta kelompok yang sebelumnya tidak tampil untuk mempresentasikan pekerjaannya. Peneliti juga masih menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga. Namun demikian, pada pertemuan kedua peneliti lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan minat sehingga siswa lebih aktif dalam proses belajar. Bentuk motivasi yang peneliti lakukan berbentuk motivasi verbal berupa kata-kata penyemangat atau memberikan pujian dan pemberian hadiah berupa makanan ringan bagi siswa yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan.
Adapun indikator minat berdasarkan pengamatan observer pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: a. Perhatian siswa Seperti pertemuan sebelumnya, semua siswa menyimak penjelasan materi yang disampaikan oleh peneliti. Adapun pada aspek antusiasme siswa dalam mengerjakan tugas kelompok meningkat menjadi 26 siswa. Peningkatan ini karena ketua kelompok yang ditunjuk dapat lebih tegas kepada anggota kelompoknya yang dinilai tidak serius. b. Konsentrasi siswa Peningkatan minat belajar siswa juga terjadi pada aspek konsentrasi dalam memperhatikan penjelasan guru menjadi 19 orang. Siswa lebih berkonsentrasi agar lebih paham terhadap materi pelajaran sehingga mampu menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti secara tiba-tiba. Saat diminta mengerjakan tugas individu, jumlah siswa yang mengerjakannya dengan sungguh-sungguh juga bertambah menjadi 12 siswa. Kesungguhan tersebut sebagai hasil dari pemberian motivasi non verbal yang dilakukan oleh peneliti pada proses pembelajaran. c. Kesadaran siswa Indikator kesadaran siswa juga mengalami peningkatan pada aspek kesadaran siswa untuk bertanya yang sebelumnya hanya 2 siswa, pada pertemuan ini bertambah menjadi 4 siswa. Namun demikian, masih belum ada siswa yang berani memberikan jawaban meskipun mereka mengakui mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut. Pertemuan kedua ini sebagai akhir dari siklus pertama. Hasil pengamatan setiap aspek pada pertemuan kedua ini adalah sebagai berikut: Indikator perhatian siswa = 100% dari total siswa Indikator konsentrasi siswa = 60% dari total siswa Indikator kesadaran siswa = 20% dari total siswa Karena dua indikator minat yakni indikator konsentrasi dan kesadaran siswa belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian sebesar 70% maka peneliti bersama kolaborator memutuskan untuk melanjutkan pada siklus berikutnya. Hasil refleksi pada akhir siklus ini yakni peneliti bersama kolaborator menyimpulkan kendala yang dihadapi dalam melaksanakan pembelajaran yakni kondisi fisik dan psikis siswa yang mulai kelelahan saat memasuki jam pelajaran ke 6 dan 7. Kondisi ini diperparah bila pelajaran sebelumnya kosong, sehingga sebagian besar siswa memilih berolahraga yang membuat mereka kelahan dan kurang konsentrasi saat pelajaran berlangsung. Kendala yang lain adalah sebagian besar siswa masih malu dan takut untuk bertanya apalagi menjawab pertanyaan. Siswa enggan bertanya karena takut dianggap tidak memahami materi yang disampaikan. Siswa juga takut ditertawai jika ternyata jawaban yang mereka sampaikan tidak tepat. Guna menghilangkan kendala pertama, peneliti bersama kolaborator sepakat untuk memberikan inovasi pada setiap pertemuan sehingga siswa tidak mudah bosan pada jam pelajaran ke 6 dan 7. Selain itu, peneliti dan kolaborator juga mengawasi kegiatan siswa bila pelajaran sebelumnya kosong
karena guru berhalangan hadir. Pengawasan ini dilakukan dengan meminta siswa tidak melakukan aktivitas fisik secara berlebihan dan mengarahak siswa ke perpustakaan dalam mengisi kekosongan pelajaran. 3. Pertemuan 1 siklus 2 Pertemuan pertama pada siklus kedua (pertemuan ketiga dalam tindakan kelas) dilaksanakan pada Jumat (5/04/2013) pada jam terakhir sebelum pulang sekolah. Langkah pembelajaran yang dilakukan hampir sama dengan siklus sebelumnya karena pada siklus pertama tidak ada kendala dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga peneliti bersama kolaborator sepakat untuk tidak mengubah prosedur pembelajaran. Perubahan yang dilakukan hanya bersifat teknis, seperti pemberian motivasi yang lebih banyak terutama kepada siswa yang minat dan aktivitas belajarnya masih kurang pada siklus sebelumnya. Selain itu, pada pertemuan pertama siklus kedua ini evaluasi materi hanya berupa tugas kelompok tidak ada tugas individu yang diberikan kepada siswa. Evaluasi dalam bentuk tugas kelompok ini dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama antar anggota kelompok sehingga siswa yang malu untuk bertanya pada guru dapat menanyakan hal yang belum dipahami kepada teman kelompoknya. Begitu juga siswa yang masih takut untuk menjawab pertanyaan guru, dapat berlatih memberikan jawaban dan membagi pengetahuan kepada siswa lain. Hasil pengamatan observer pada pertemuan pertama siklus kedua adalah sebagai berikut: a. Perhatian siswa Aspek pertama yakni menyimat penjelasan guru masih seperti pertemuan sebelumnya yakni semua siswa kelas VIII b menyimak penjelasan materi oleh peneliti. Adapun pada aspek kedua yakni antusiasme siswa dalam belajar kelompok mengalami penambahan jumlah siswa menjadi 28 siswa. Peningkatan jumlah siswa ini karena siswa sudah mulai terbiasa dan merasakan manfaat dari pembelajaran berkelompok sedangkan siswa yang masih kurang antusias terus diberikan motivasi oleh peneliti. b. Konsentrasi siswa Konsentrasi siswa mengalami peningkatan yang cukup signifikan pada pertemuan ketiga dalam penelitian tindakan kelas ini yakni berjumlah 29 siswa pada aspek konsentrasi saat menyimak penyampaian materi. Peningkatan konsentrasi ini sebagai dampak tindakan peneliti dengan memberikan pertanyaan secara tiba-tiba kepada siswa yang kurang fokus memperhatikan dan mendengarkan materi yang disampaikan. Aspek kesungguhan mengerjakan tugas yang pada pertemuan ini diberikan secara berkelompok juga meningkat menjadi 22 siswa. Kesungguhan tersebut terlihat dari semakin aktifnya setiap anggota kelompok mengerjakan tugas yang telah dibebankan kepadanya. c. Kesadaran siswa Meskipun sudah memasuki pertemuan ketiga dalam penelitian tindakan, ternyata meningkatkan minat belajar pada aspek kesadaran bertanya dan menjawab pertanyaan masih cukup sulit dilakukan. Pada pertemuan ini
siswa yang secara sadar bertanya hanya 5 siswa dan masih belum juga ada yang berani menjawab pertanyaan atau membagi pengetahuan kepada siswa lain. Padahal, tujuan utama dari pemberian tugas untuk mengerjakan soal secara berkelompok adalah agar siswa yang lebih paham dapat berlatih menjawab pertanyaan dari temannya yang masih kesulitan menjawab soal. Pada akhir pertemuan pertama siklus kedua ini, penelit memberikan pengarahan untuk membawa peralatan sehari-hari yang digunakan sebagai alat peraga pada pertemuan berikutnya. Selain itu, peneliti kembali menekankan dan memberi motivasi kepada siswa agar tidak malu bertanya jika memang belum memahami materi ajar. Peneliti menegaskan kepada siswa bahwa bertanya justru menggambarkan keingintahuan yang besar pada diri seorang siswa sehingga sesungguhnya siswa yang bertanya adalah siswa yang terus berfikir selama proses belajar. Peneliti juga menekankan agar siswa tidak takut untuk mencoba menjawab pertanyaan karena jikalau jawabannya tidak tepat, siswa tersebut sudah berani mencoba dibandingkan siswa lain. 4. Pertemuan 2 siklus 2 Pertemuan kedua dalam prosedur penelitian tindakan kelas menggunakan alat peraga ini dilaksanakan pada Kamis (19/04/2013), dengan tetap menjalankan langkah-langkah pembelajaran yang secara umum sama dengan sebelumnya. Hanya saja, pada kegiatan apersepsi peneliti memberikan motivasi yang lebih banyak kepada siswa terkait aktivitas bertanya dan menjawab pertanyaan mereka yang masih kurang pada tiga pertemuan sebelumnya. Motivasi ini juga diberikan dalam bentuk non verbal seperti pemberian hadiah dan penambahan nilai kepada siswa yang berani menjawab pertanyaan. Adapun tugas kelompok yang diberikan pada pertemuan ini adalah meminta siswa menghitung volume alat peraga berupa benda-benda sehari-hari berbentuk kubus dan balok yang telah mereka bawa. Setiap kelompok membawa alat peraga beragam seperti kotak pasta gigi, dus obat dan kemasan lampu senter. Hasil pengamatan indikator minat pada akhir siklus kedua yang meliputi aspek menyimak penyampaian materi oleh guru masih tetap 100%, aspek antusias dalam pembelajaran kelompok tetap 28 siswa. Adapun aspek konsentrasi dalam pelajaran juga tetap 29 siswa dan aspek kesungguhan dalam mengerjakan tugas meningkat menjadi 27 siswa. Peningkatan yang paling signifikan dan menggembirakan adalah pada aspek kesadaran bertanya dan menjawab pertanyaan. Sebanyak 10 siswa telah berani mengajukan pertanyaan, sebagian besar dilakukan oleh siswa yang sudah sering bertanya pada pertemuan sebelumnya. Selain itu, sebanyak 6 siswa sudah berani mencoba untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya, meskipun masih ada jawaban yang kurang tepat namun penelit memberikan apresiasi kepada siswa tersebut. Peningkatan pada kedua aspek ini karena meningkatnya rasa percaya diri dan minat belajar siswa. Selain itu, siswa menjadi lebih mudah memahami pelajaran saat peneliti menjelaskan materi menggunakan alat peraga dan benda-benda kongkrit yang mereka temui
dalam kehidupan sehari-hari. Persentase aspek pengamatan pada akhir siklus kedua, yakni: Indikator perhatian siswa = 100% dari total siswa Indikator konsentrasi siswa = 100% dari total siswa Indikator kesadaran siswa = 90% dari total siswa Berdasarkan persentase tersebut, maka indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas terkait ketiga indikator minat tersebut telah terpenuhi, bahkan melebihi target yang telah ditetapkan. Namun demikian, peneliti bersama kolaborator tetap melakukan refleksi pada akhir pertemuan ini guna mengevaluasi prosedur pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan terutama tentang faktor penghambat dan pendukung keberhasilan tindakan. Berdasarkan hasil refleksi, faktor penghambat penelitian tindakan ini adalah penempatan pelajaran matematika pada jam ke 6 dan 7 pada hari kamis serta jam terakhir pada hari jumat. Penempatan jam ini sedikit mengurangi konsentrasi siswa dalam belajar akibat kelelahan fisik dan psikis. Sedangkan faktor pendukung keberhasilan penelitian ini adalah tersedianya alat peraga yang peneliti butuhkan untuk menjelaskan materi kubus dan balok serta kondisi kelas yang relatif kondusif saat pembelajaran berlangsung. Pembahasan kedua, terkait hasil pengumpulan data menggunakan instrument angket untuk melihat tingkat minat belajar matematika siswa kelas VIII b setelah mengikuti pembelajaran menggunakan alat peraga. Penelitian tindakan ini menggunakan instrument angket tertutup yang berupa 40 pernyataan terkait minat belajar matematika siswa. Angket ini disebarkan kepada semua siswa kelas VIII b dan meminta mereka memberikan tanggapan sangat setuju, setuju, tidak setuju atau sangat tidak setuju pada setiap butir pernyataan. Setiap tanggapan memiliki skor berbeda pada pernyataan positif dan negatif. Berdasarkan hasil perhitungan pada instrument angket, diperoleh angka 72,84% yang berada pada interval 57,75 - 82,49 dengan kategori cukup berminat. Pemenuhan kategori ini juga menggambarkan bahwa penggunaan metode dan strategi yang tepat dapat meningkatkan minat belajar siswa pada pelajaran matematikan yang selama ini masih dirasakan sulit, salah satunya dengan menggunakan alat peraga kongkrit yang dikombinasikan dengan belajar kelompok. Ketika menjelaskan materi dengan menggunakan alat peraga yang mudah dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, kesadaran siswa bahwa matematika sangat dekat dengan kehidupan menjadi meningkat. Meningkatnya kesadaran tersebut berdampak pada peningkatan minat mereka mempelajari materi matematika karena menganggap bahwa matematika itu penting untuk dipelajari dan dipahami. Peningkatan minat belajar secara otomatis meningkatkan aktivitas belajar mereka karena minat merupakan fondasi utama seseorang untuk melakukan sesuatu. Jika siswa sudah berminat pada pelajaran tertentu, maka siwa akan bersemangat dan antusias mengikuti pelajaran tersebut. Selain itu, dengan adanya minat belajar siswa yang tinggi, guru akan lebih mudah mengarahkan
proses pembelajaran sesuai metode yang tepat sehingga proses belajar menjadi menyenangkan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar matematika pada siswa kelas VIIIb SMP Negeri 4 Teluk Keramat yang ditandai tercapainya indikator keberhasilan penelitian pada setiap aspek minat belajar. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kekurangan selama pelaksanaan tindakan, maka peneliti dapat memberian saran sebagai berikut: (1) Hendaknya alat peraga yang digunakan mudah diperoleh baik oleh guru maupun oleh siswa, (2) Hendaknya alat peraga yang digunakan dapat memberikan gambaran materi yang diajarkan sekaligus meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari, (3) Hendaknya perlu kombinasi metode yang mengiringi penggunaan alat peraga tersebut agar pembelajaran lebih variatif sehingga siswa tidak mudah bosan terutama bila pelajaran matematika dijadwalkan pada siang hari atau jam terakhir. DAFTAR RUJUKAN Agus Suharjana. 2009. Pemanfaatan Alat Peraga Sebagai Media Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK MATEMATIKA Departemen Pendidikan Nasional Direktoral Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Keterampilan Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi Depdiknas. Dimyati, Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Perguruan Tinggi, Depdikbud Hidayat. 2004. Teori Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA UNNES Saminanto. 2010. Ayo Praktik PTK. Semarang: Rasail Media Group. Suhito. 1990. Strategi Pembelajaran Matematika. Semarang: IKIP Semarang Press. Suyitno. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika. Semarang: FMIPA UNNES. Wina Wijaya. 2009. http://www.fkip.unri.ac.id, diakses pada 1/2/2013