IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG Fathimatuzzahro Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Pembimbing: Prof. Dr. H. Ipung Yuwono, M.S, M.Sc ABSTRAK: Berdasarkan observasi awal melalui wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMP Negeri 21 Malang, diperoleh informasi bahwa hasil belajar sebagian besar siswa pada mata pelajaran matematika masih tergolong rendah. Proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 21 Malang masih belum maksimal. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar yang menunjukkan bahwa 55,3% nilai tes siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 73. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diterapkan pembelajaran matematika realistik yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran matematika realistik pada materi bangun ruang untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Malang. Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari satu siklus yaitu 4 pertemuan. Sebagai sumber data, dipilih siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 21 Malang. Data penelitian hasil belajar siswa diperoleh melalui tes pada setiap akhir pokok bahasan dan melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada tes 1 persentase ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 60,5%, sedangkan pada tes 2 meningkat menjadi 81,6%. Hasil belajar siswa pada tes mengalami persentase peningkatan sebesar 21,1%. Untuk hasil belajar siswa yang diperoleh melalui wawancara dengan subjek wawancara yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah menunjukkan telah mencapai penguasaan materi lebih baik dari sebelumnya. Pada wawancara 1 rata-rata ketuntasan belajar siswa sebesar 69,17 % sedangkan pada wawancara 2 sebesar 85,83% dan mengalami peningkatan sebesar 16,66 %. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Malang pada materi bangun ruang. KATA KUNCI: Matematika Realistik, Hasil Belajar
Rendahnya pemahaman siswa dikarenakan siswa cenderung kurang bersemangat pada saat belajar matematika. Semua itu terlihat dengan adanya sikap beberapa siswa yang kurang antusias dalam pembelajaran matematika terutama pada saat mengerjakan soal-soal matematika. Berdasarkan dari wawancara yang dilakukan peneliti pada beberapa siswa SMP Negeri 21 Malang, sebagian besar siswa mengatakan bahwa sering tidak memahami materi yang dipelajari. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 21 Malang diperoleh fakta bahwa banyak siswa mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada materi bangun ruang. Hal ini terlihat pada hasil ulangan matematika yaitu pada materi bangun ruang, dimana 55,3% siswa tidak memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 73. Proses pembelajaran di SMP Negeri 21 Malang belum berjalan secara maksimal. Hal ini dilihat dari hasil belajar yang belum maksimal. Guru sudah 1
berupaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Untuk itu para guru terus berusaha menyusun dan mencoba menerapkan berbagai model dan strategi pembelajaran yang bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar matematika sehingga siswa terlibat secara aktif dalam menemukan konsep dari suatu materi sehingga hasilnya menjadi lebih baik dari pada hasil yang dijelaskan pada alinea sebelumnya. Pembelajaran Matematika Realistik merupakan pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antara konsep-konsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari. Pembelajaran ini dilakukan dengan membentuk kelompok kecil secara heterogen, siswa diberikan LKS untuk didiskusikan dengan kelompoknya, kemudian guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas sehingga terjadi diskusi kelas. Dalam buku “ Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer “ oleh Suherman, dkk tahun 2003 halaman 147, secara garis besar langkah-langkah dalam Pembelajaran Matematika Realistik yaitu penggunaan masalah kontekstual (the use of context), penggunaan model (the use of models), kontribusi siswa (student contribution), interaktivitas (interactivity), dan pengaitan (intertwinning). Dalam model pembelajaran ini pengelompokan siswa secara heterogen. Pembelajaran matematika realistik merupakan pembelajaran dimana siswa diberikan suatu masalah kontekstual yang kemudian diminta untuk memikirkan langkah-langkah penyelesaiannya. Pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran matematika dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah, sehingga dapat dijadikan alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Seperti penelitian yang dilakukan Auliyana (2005) menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan pembelajaran matematika realistik lebih baik secara signifikan dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional. Untuk itu, peneliti ingin menerapkan pembelajaran matematika realistik dalam suatu proses belajar mengajar. Pembelajaran matematika realistik yaitu pembelajaran matematika yang menekankan pada keterkaitan antara konsepkonsep matematika dengan pengalaman siswa sehari-hari Pembelajaran ini dilakukan dengan membentuk kelompok secara heterogen, selanjutnya siswa bekerja dalam kelompok dan guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan pekerjaannya di depan kelas, sementara kelompok lain menanggapi. Setelah presentasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Pembelajaran matematika realistik berfungsi untuk memperkuat siswa dalam mendalami dan menguasai materi, selain itu pembelajaran matematika realistik juga mempermudah siswa untuk memecahkan masalah karena dengan berkelompok siswa dapat bekerjasama, dan saling bertukar pikiran. Sehingga dalam penelitian ini perlu dikembangkan model pembelajaran yang melibatkan pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi bangun ruang. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Peneliti dalam penelitian bertindak sebagai perencana, pengajar, pengamat,
2
pelaksana, pengumpul data, penganalisis data dan pelapor hasil penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 21 Malang dengan subyek penelitian siswa kelas VIII-8 berjumlah 38 siswa. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi : 1) hasil observasi selama proses pembelajaran yang berpedoman pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik; 2) hasil tes akhir siklus berupa tes kemampuan; 3) hasil wawancara sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran; 4) hasil angket respon siswa tehadap pembelajaran matematika realistik. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi terdiri dari lembar validasi RPP, lembar validasi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik, serta lembar validasi LKS, soal tes, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik, pedoman wawancara, angket respon siswa tehadap pembelajaran matematika realistik. Tahap pelaksanaan penelitian disusun berdasarkan model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart yang terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Plan (perencanaan), (2) Act (tindakan), (3) Observe (pengamatan), (4) Reflect (refleksi) (Fatchan, 2009:42). Pelaksanaan tindakan dalam satu siklus akan dibagi menjadi empat tahap sesuai dengan tahapan pembelajaran matematika realistik yang telah tersusun dalam rancangan pelaksanaan pembelajaran. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam tentang proses pembelajaran dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung yang berpedoman pada lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik. Refleksi yaitu peneliti mengumpulkan dan menganalisis data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik, angket respon siswa tehadap pembelajaran matematika realistik serta hasil tes akhir siklus siswa. Data dari tes akhir siklus dianalisis untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara klasikal. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat dari hasil tes akhir siklus apabila data hasil tes tulis menunjukkan bahwa minimal 80 % siswa memperoleh nilai lebih atau sama dengan 73 serta keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik mencapai kategori “baik”. Untuk mengetahui persentase subyek yang mencapai ketuntasan belajar dengan menggunakan rumus: TB = Jumlah siswa yang memperoleh skor 73/ Jumlah seluruh siswa x 100%. Untuk mengetahui respon siswa dengan menggunakan rumus: SK = Jumlah total/banyak siswa x 100%. Indikator keberhasilan adalah apabila ketercapaian kriteria hasil belajar siswa secara klasikal mengalami peningkatan dari tes 1 dan tes 2.Ketuntasan belajar siswa secara klasikal yang dimaksud jika mencapai 80% dari jumlah siswa memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni 73. Dan keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik dapat mencapai kategori “baik”. HASIL Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan observasi dalam kelas dan wawancara informal dengan ibu Sad Diana Maretnawati selaku guru matematika SMP Negeri 21 Malang. Didapatkan fakta didasarkan dalam pengamatan bahwa pembelajaran dalam kelas masih menggunkan metode ceramah, kemudian dari hasil wawancara informal diperoleh informasi tentang keadaan siswa dalam kelas yang meliputi keaktifan,
3
kemampuan siswa untuk bertanya dan menjawab soal selama mengikuti pelajaran matematika. Paparan data siklus I, tahap perencanaan tindakan sebagai berikut. (1) memilih materi pembelajaran yaitu “bangun ruang”. (2) menyusun RPP yang sesuai dengan pembelajaran matematika realistik, RPP 1-4 disusun dengan alokasi waktu 8 x 40 menit (4 pertemuan). (3) menyusun Lembar Kegiatan Siswa sesuai dengan materi yang dipelajari. (4) Menyusun lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik . (6) membagi kelompok heterogen berdasarkan hasil tes kemampuan awal. (7) mengkoordinasikan dengan guru mata palajaran matematika untuk proses observasi pembelajaran matematika dan 2 seorang mahasiswa UM jurusan matematika. Pada pembelajaran matematika realistik ini terdiri dari 5 prinsip utama, yaitu, penggunaan masalah kontekstual ( the use of context), Penggunaan Model (The Use Of Models), Kontribusi Siswa (Student Contribution), Interaktifitas (Interactivity), dan Pengaitan (Intertwinning). Pelaksanaan tindakan penelitian dalam 4 pertemuan. Setiap pertemuan pelaksanaan pembelajaran matematika realistik terbagi dalam tiga kegiatan yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal guru memandu siswa dan memberikan contoh bangun ruang prisma. Kegiatan Inti terdiri dari pembagian kelompok yaitu siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang heterogen. Terdapat 9 kelompok yang masing – masing terdiri dari 4 siswa. Penyampaian masalah yaitu siswa diberikan pertanyaan berupa masalah kontekstual dalam bentuk LKS. Diskusi kelompok dimana siswa setelah mendapatkan LKS, siswa diminta mendiskusikan LKS yang telah diberikan. Jika dalam kelompok ada anggota yang tidak mengerti atau tidak bisa mengerjakan maka siswa diminta berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjawab permasalahan tersebut. Jika dalam anggota kelompok tidak bisa mengatasi permasalahan maka bertanyalah kepada guru. Membandingkan jawaban yaitu guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Pada saat membahas hasil diskusi, kelompok yang lain diminta untuk menanggapinya. Setelah itu, guru meminta siswa untuk duduk di bangku masing-masing dan mengeluarkan selembar kertas.Kemudian guru membagikan lembar tes kepada seluruh siswa. Kegiatan Akhir Siswa yang telah selesai mengerjakan tes, mengumpulkan lembar jawaban di meja guru. Guru mengingatkan untuk menyiapkan materi untuk pertemuan selanjutnya. Dan guru memberi salam untuk menutup pertemuan. Hasil Refleksi Tindakan I yaitu Penerapan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus 1 telah mencerminkan langkah-langkah pembelajaran matematika realistik. Hal ini didukung oleh hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori “baik”. Penerapan pembelajaran matematika realistik menunjukkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang. Hal ini berdasarkan ketuntasan belajar pada tes 1 sebesar 60,5% dari siswa yang tuntas belajar sedangkan ketuntasan belajar pada tes 2 sebesar 81,6% dari siswa yang tuntas belajar dan mengalami peningkatan sebesar 21,1% dibandingkan tes 1.
4
PEMBAHASAN Hasil pembelajaran matematika siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 21 Malang meningkat setelah diterapkan pembelajaran matematika realistik. Hal ini terlihat dari hasil tes 1 pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik menunjukkan rata-rata nilai siswa adalah 70,66. Nilai tertinggi pada tes 1 ini adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Pada tes 1 ini persentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah 60,5% (23 siswa tuntas belajar dari 38 siswa). Hasil tes 2 pembelajaran matematika dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik menunjukkan rata-rata nilai siswa meningkat dari tes 1 menjadi 80,13. Nilai tertinggi pada tes 2 ini adalah 97 dan nilai terendah adalah 50. Pada tes 2 ini persentase ketuntasan belajar matematika secara klasikal adalah 81,6% siswa yang tuntas belajar dan mengalami peningkatan sebesar 21,1% dibandingkan tes 1. Hasil wawancara menunjukkan bahwa ketiga siswa yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah telah mencapai peningkatan penguasaan materi lebih baik dari sebelumnya. Hal itu dapat dilihat melalui hasil wawancara yang telah dilakukan, pada wawancara 1 rata-rata ketuntasan belajar siswa yaitu 69,17 atau sebesar 69,17 % sedangkan rata-rata ketuntasan belajar siswa pada wawancara 2 yaitu 85,83 atau sebesar 85,83% dan mengalami peningkatan sebesar 16,66 % dibandingkan wawancara 1. Penerapan pembelajaran matematika realistik secara keseluruhan telah sesuai dengan harapan yaitu dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-8. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah pengajaran dengan menggunakan fasilitas berupa LKS dan kegiatan yang dapat membuat siswa semangat belajar. Dalam kerja tim yang merupakan inti dari pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa yang belum menguasai materi, sehingga dapat menambah pengetahuan. Hal ini seperti pendapat Ibrahim (dalam Azizah 2007 :21) yang menyatakan pembelajaran kooperatif juga bertujuan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Selain itu faktor lainnya adalah adanya presentasi diskusi kelompok. Dalam pelaksanaan presentasi diskusi kelompok, siswa tidak mengetahui siapa yang akan ditunjuk oleh peneliti untuk mempresentasikan diskusi kelompoknya. Oleh karena itu siswa dituntut untuk menguasai materi yang dipelajari saat itu sehingga sebelum presentasi siswa harus belajar terlebih dahulu. Presentasi diskusi kelompok merupakan salah satu tahapan dalam pembelajaran matematika realistik yaitu tahap membandingkan jawaban yang juga berperan meningkatkan hasil belajar siswa, karena dengan adanya presentasi tersebut, siswa menjadi semangat belajar dan dapat berlatih mengerjakan soal – soal yang terdapat dalam LKS. Pembelajaran matematika realistik pada materi luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas dilaksanakan sesuai dengan tahapantahapan pada pembelajaran matematika realistik. Pelaksanaan dimulai dari pembagian kelompok, penyampaian masalah, diskusi kelompok, dan membandingkan jawaban. Tahap-tahap tersebut dapat dilalui oleh siswa dengan baik. Meskipun pelaksanaan telah sesuai dengan tahapan-tahapan pada pembelajaran matematika realistik tetapi masih terdapat kendala yang dihadapi
5
oleh peneliti. Kendala tersebut dialami selama pembelajaran pada siklus 1. Kendala-kendala tersebut akan menjadi bahan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya. Tabel Kendala dan Solusi Selama Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Realistik Kendala
Solusi
Pada saat pembagian kelompok kelas menjadi gaduh dikarenakan banyak siswa yang memprotes pembentukan kelompok tersebut dengan alasan siswa tersebut tidak sekelompok dengan teman akrabnya.
Peneliti memberikan penjelasan bahwa semua siswa itu sama dan memberikan motivasi kepada siswa. Contohnya, semua teman itu sama, selain itu kalian bisa lebih akrab dengan satu sama lain.
Pada awal pertemuan pada saat diskusi kelompok berlangsung terkadang suasana kelas menjadi terlalu ramai, terlihat siswa masih banyak yang berbicara dengan temannya, bersenda gurau, dan lari kesana kemari, sehingga siswa tidak aktif dalam diskusi kelompok.
Peneliti menegur siswa yang ramai dan bertindak tegas.
Pada langkah membandingkan jawaban, siswa kurang percaya diri dalam mengungkapkan pendapatnya. Hal ini terlihat, siswa masih ragu-ragu ketika diminta untuk mempresentasikan jawabannya didepan kelas.
Siswa diberi motivasi dengan memberikan reward yaitu dengan mengatakan akan memberikan tambahan nilai bagi siswa yang mengajukan atau menjawab pertanyaan atau dengan cara memberikan pujian bagi siswa yang mengajukan atau menjawab pertanyaan.
Pembelajaran matematika realistik dengan metode diskusi kelompok memerlukan waktu yang lama, karena siswa harus berpikir dan berdiskusi untuk menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan guru
Peneliti harus memperhitungkan waktu yang diperlukan, yaitu dengan memberi batasan waktu dalam mengerjakan tugas secara berkelompok.
6
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut. 1. Proses pembelajaran matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 21 Malang pada materi bangun ruang dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut. (a) Peneliti membagi siswa kelas VIII-8 menjadi 9 kelompok yang heterogen dengan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa (Lampiran 2). (b) Peneliti memberikan LKS yang berisikan masalah kontekstual tentang luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada setiap kelompok (Lampiran 4, 5, 7, dan 8). (c) Siswa kelas VIII-8 diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas bersama kelompoknya. (d) Peneliti memilih perwakilan kelompok secara acak untuk mempresentasikan jawaban / hasil diskusi kelompok yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume pada bangun ruang prisma dan limas di depan kelas dan kelompok yang lain diminta untuk membandingkan jawaban kemudian memberikan tanggapan, komentar atau masukan kepada kelompok yang presentasi di depan kelas tersebut. 2. Pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII-8 SMP Negeri 21 Malang, dapat dilihat pada ketuntasan belajar pada tes 1 sebesar 60,5 % siswa yang tuntas belajar sedangkan pada tes 2 sebesar 81,6 % dari siswa yang tuntas belajar dan mengalami peningkatan sebesar 21,1 % dibandingkan tes 1. Serta dapat juga dilihat pada hasil wawancara kepada 3 siswa yaitu siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah yang telah mencapai penguasaan materi lebih baik dari sebelumnya dapat dilihat dari rata-rata ketuntasan belajar yang dicapai pada wawancara 1 yaitu sebesar 69,17 atau sebesar 69,17 % sedangkan pada wawancara 2 yaitu 85,83 atau sebesar 85,83% dan mengalami peningkatan sebesar 16,66 % dibandingkan wawancara 1. Keterlaksanaan pembelajaran matematika realistik juga menunjukkan taraf keberhasilan dalam kategori “Baik”. 3. Hasil perolehan angket tanggapan siswa dapat dipaparkan sebagai berikut. Pada tahap diskusi kelompok, siswa merasa senang dengan kegiatan diskusi yang dilakukan selama pembelajaran matematika selain itu siswa menjadi aktif dalam memecahkan masalah dan sangat termotivasi untuk belajar matematika. Pada tahap membandingkan jawaban, siswa merasa mendapat kesempatan untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran. Saran 1. Bagi guru SMP Negeri 21 Malang khususnya guru bidang studi matematika dapat menerapkan pembelajaran matematika realistik sebagai alternatif pembelajaran matematika karena pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika realistik, hendaknya lebih memperhatikan kondisi kelas dalam pembentukan kelompok pada tahap
7
pembagian kelompok. Pada tahap diskusi kelompok, lebih giat memantau jalannya diskusi kelompok agar siswa tidak berbicara di luar materi pelajaran dan bercanda dengan temannya, sehingga fokus perhatian siswa tertuju pada kegiatan pembelajaran serta mendatangi siswa yang kurang aktif dalam diskusi kelompok dan memberikan motivasi kepada mereka. Pada tahap membandingkan jawaban, guru disarankan dapat memberikan penguatan (seperti memberikan pujian atau penghargaan) kepada siswa sehingga siswa akan lebih termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran terutama pada saat berdiskusi dan presentasi di depan kelas serta mengeluarkan pendapat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, S, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Fatchan, Ahmad. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Jenggala Pusataka Utama. Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Kurniastuti, Auliyana. 2005. Rencana Pembelajaran Materi Fungsi dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) untuk Siswa SMP Kelas VIII Semester 1. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Moleong, Lexy. J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rhozaq, Abdul. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII - D SMP Negeri 1 Gedeg Mojokerto. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Rifa’I, Danang. 2008. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Think Pair Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X SMAN 8 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Safitri, Eka. 2010. Luas Permukaan dan Volume pada Bangun Ruang Prisma dan Limas. (Online), (http://ekhaesafitri.wordpress.com/prisma/ diakses 23 Mei 2013) Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
8
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. UPI: JICA. Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Negeri Malang. Winkel, WS. 1996. Psikologi Pengajaran Edisi Revisi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Yuwono, Ipung. 2001. RME (Realistic Mathematics Education) dan Hasil Studi Awal Implementasinya di SLTP. Makalah Disajikan dalam Seminar Nasional Realistic Mathematics Education (RME). Yuwono, Ipung. 2004. Pendidikan Matematika Realistic untuk Mengimplementasikan Kurikulum 2004 dalam Pembelajaran Matematika. Makalah Disajikan dalam WorkShop Kegiatan Piloting JICA-IMSTEP FMIPA UM.
9
Malang, Juli 2013 Penulis
Pembimbing
Prof. Dr. Ipung Yuwono, M.S, M.Sc NIP 19581118 198403 1 002
Mahasiswa
Fathimatuzzahro NIM 908312409118
10