JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG Mashudi SDN Kiarapandak 01 Kecamatan Sukajaya Kabupaten Bogor
[email protected]
Abstrak. Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya hasil belajar siswa pada ranah kognitif mata pelajaran matematika. Hal ini ditunjukkan dengan skor rata-rata ujian dan pretest yang tidak memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Rendahnya hasil belajar siswa tidak terlepas dari minimnya keterlibatan siswa selama proses pembelajaran. Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif melalui penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif sebagai hasil penerapan RME. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang sikap siswa terhadap pembelajaran matematika realistik. Pada penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SDN Kiarapandak 01 Kec. Sukajaya Kab. Bogor yang berjumlah 25 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, jurnal siswa, tes, dan lembar observasi. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara umum mengalami peningkatan setelah diterapkannya pendekatan RME. Pada siklus I skor rata-rata gain ternormalisasi pada pretest dan akhir siklus I skor rata-rata siswa termasuk kategori rendah. Sementara pada siklus II skor rata-rata siswa gain ternormalisasi pada siklus I dan akhir siklus II skor rata-rata siswa termasuk kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada aspek kognitif mengalami peningkatan setelah diterapkannya pendekatan RME. Kata kunci : pembelajaran matematika realistik, hasil belajar.
Abstract. This research is motivated lack of student learning outcomes in the cognitive domain of mathematics. This is demonstrated by the average score of the test and pretest that do not meet the value of Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Low student learning outcomes can not be separated from the lack of involvement of students during the learning process. This study focused on efforts to increase student achievement in the cognitive approach through the implementation of Realistic Mathematic Education (RME). The purpose of this study is to get an idea of the increase in student achievement in the cognitive domain as a result of the application of RME. In addition, this study also aimed to get an overview of students' attitudes toward learning mathematics realistic. In this study, the research method used is the Classroom Action Research; Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjects in this study were students of class V SDN Kiarapandak 01 Sukajaya District Bogor City totaling 25 people. Data collected through questionnaires, student journals, tests, and observation sheet. Based on the results of the study, found that student learning outcomes in the cognitive domain in general has increased after the implementation of RME approach. In the first cycle the average score of students gain is normalized on pretests and the end of the first cycle of the average score of students included a lower category. While on the second cycle the average score of students gain is normalized in the first cycle and the end of the average score of students included a high category. This shows that student learning outcomes on cognitive aspects increased after the implementation of RME approach. Key word: Realistic Mathematic Education (RME), learning outcomes.
50
[Type here]
A. Pendahuluan Matematika
merupakan
salah
tingkat kelas IV SD dan kelas VIII
satu ilmu dasar yang mempunyai
SMP, Indonesia berada di urutan ke 34
peranan
dari
penting
dalam
upaya
38
negara.
Sementara
penguasaan ilmu pengetahuan dan
penelitian
teknologi.
tertentu
2010) ditemukan bahwa kemampuan
matematika hendaknya dapat dikuasai
komunikasi matematis siswa dalam
oleh segenap warga negara Indonesia.
memberikan
Lebih
dapat
pernyataan hanya 30%, kemampuan
memberi bekal kepada siswa untuk
siswa untuk mengubah uraian pada
menerapkannya
model matematika hanya 47%, dan
Sampai
lanjut
batas
matematika
dalam
berbagai
Wihatma
hasil
(Nurdiansyah,
alasan
logis
keperluan. Akan tetapi banyak siswa
kemampuan
memiliki persepsi negatif terhadap
mengilustrasikan ide matematika hanya
matematika. Persepsi negatif siswa
53%.
terhadap
matematika
diacuhkan
begitu
pelajaran
matematika
tidak
Hasil
dalam
pengamatan
penulis
Umumnya
menunjukkan bahwa konsep bangun
sekolah
ruang cukup sulit dipahami siswa
menjadi momok bagi siswa. Sifat
karena disajikan dalam bentuk gambar
abstrak
matematika
sehingga bersifat abstrak. Menyikapi
menyebabkan banyak siswa mengalami
permasalahan ini, maka perlu upaya
kesulitan dalam memahami konsep-
perbaikan dan inovasi dalam proses
konsep matematika. Akibatnya hasil
pembelajaran. Salah satu inovasi yang
belajar matematika masih rendah.
dapat
dari
Tak
sulit
saja.
dapat
siswa
pada
objek
di
permasalahan
data
pendidikan matematika adalah guru
statistik tentang rendahnya kemampuan
perlu melakukan pembenahan dalam
matematika siswa baik secara nasional
proses pembelajarannya, memposisikan
maupun internasional. Hasil penelitian
guru sebagai perancang dan organisator
yang
pembelajaran
sehingga
siswa
International Mathematics and Science
memperoleh
kesempatan
untuk
Study (TIMSS) tahun 1999 untuk
memahami dan memaknai matematika
dilakukan
menemukan
mengatasi
oleh
Trends
in
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mashudi 51
[Type here]
melalui
aktivitas
belajar.
Lawson
(Nurdiansyah,
2010)
bahwa
pembelajaran
proses
pengalaman
menyatakan
sehari-hari
menerapkannya
kehidupan
sehari-hari.
Prabawanto
(2009)
menjadi lebih bermakna jika dimulai
memandang
bahwa
dalam
dari pemberian pertanyaan menantang
pembelajaran
matematika
tentang suatu fenomena, menugaskan
siswa datang ke ruang kelas dengan
peserta didik untuk melakukan suatu
otak
aktivitas, kemudian memusatkan pada
sudah
pengumpulan dan penggunaan bukti,
sebelumnya dan pengetahuan
bukan sekedar penyampaian informasi
akan dipelajari bukan merupakan hal
secara langsung dan penekanan pada
yang
hafalan.
harus
mengkonstruksinya sendiri berdasarkan
dirancang adalah pembelajaran yang
atas pengetahuan yang sudah dimiliki
diawali dengan menghadapkan siswa
sebelumnya. Karena itu para siswa
dengan kondisi sebenarnya (realistic),
tidak tinggal diam saat belajar di
intervensi guru diberikan secara tidak
kelas. Mereka aktif terlibat dalam
langsung sehingga konsep dan prinsip
proses pembelajaran. Hal ini tidak
dikonstruksi oleh siswa. Tujuannya
berarti
tidak lain adalah untuk meningkatkan
karena di dalam kelas sudah terbentuk
kebermaknaan dan pemahaman siswa
learning community, yang di dalamnya
terhadap
sudah ada aturan-aturan yang harus
Pembelajaran
matematika.
yang
Salah
akan
dalam
dan
satu
yang
tidak
realistik,
kosong.
mempunyai
Mereka
pengetahuan yang
sudah jadi, tetapi siswa harus
bahwa guru mernjadi pasif,
pendekatan pembelajaran yang khusus
ditaati
diimplementasikan dalam pembelajaran
saling menghormati sesama, dan siswa
matematika
dapat bertindak sebagai pendengar
adalah
Pembelajaran
bersama,
dan
siswa harus
Matematika
Realistik
(Realistic
yang baik (good
listener)
Mathematics
Education,
disingkat
kawannya
mengemukakan
RME).
pendapat. Di sini, guru lebih banyak
Realistic Mathematic Education (RME) merupakan
sedang
jika
salah
bertindak sebagai fasilitator. Menurut
satu
Gravemeijer (Mahmudi, 2009) terdapat
pendekatan pembelajaran matematika
tiga
yang berorientasi pada matematisasi JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
prinsip
utama
dalam Mashudi
52
[Type here]
pembelajaran matematika
realistik,
yaitu: 1.
Guided
reinvention
progressive yaitu
menjadi
model
atau
strategi
mempunyai
lima
mathematization,
RME
topik-topik
karakteristik,
yang
dikembangkan
disajikan,
berdasarkan ketiga prinsip di atas. Hal
siswa diberi kesempatan untuk
ini diungkapkan De Lange (Suwarsono,
mengalami
2001), yaitu sebagaimana dijelaskan di
proses
yang
sama
dengan proses yang dilalui oleh
bawah ini.
para penemu matematika
1.
dalam
konsep-konsep
Menggunakan konteks nyata (real context)
matematika,
Menggunakan konteks nyata
didactical phenomenology,
yaitu
berarti bahwa dalam pembelajaran
topik-topik
yang
matematika harus diawali dengan
matematika
diajarkan berasal dari fenomena
masalah-masalah
sehari-hari.
Masalah-masalah kontekstual akan
dipilih
Topik-topik
dengan
itu
pertimbangan
mempermudah
kontekstual.
siswa
dalam
aplikasi dan kontribusinya untuk
mengkonstruksi pengetahuannya,
perkembangan
karena siswa dapat menggunakan
matematika
lanjut, dan 3.
dikembangkan
formal.
yang
menemukan
2.
akan
and
melalui
matematika
siswa
pengalaman-pengalaman
self-developed
models,
siswa mengembangkan mereka
sendiri
yaitu
yang
telah dimiliki sebelumnya secara
model
langsung. Menggunakan
model-model,
memecahkan masalah soal-soal
skema-skema,
diagram-diagram,
kontekstual.
simbol-simbol
Mula-mula,
sewaktu
2.
siswa
akan menggunakan model atau strategi
Istilah
lain
penggunaan
penyelesaian masalah
model adalah matematisasi. Model
secara informal. Setelah terjadi
dalam hal ini berkaitan dengan
interaksi dan diskusi di kelas,
model
salah satu model atau strategi
matematika yang dikembangkan
penyelesaian yang dikemukakan JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
oleh siswa sendiri. Penggunaan Mashudi 53
situasi
dan
model
[Type here]
model
3.
yang
digunakan
siswa
Dengan adanya proses interaksi,
sendiri berperan sebagai jembatan
siswa dapat membandingkan ide-
bagi siswa dari situasi nyata ke
idenya dengan teman-temannya
situasi
maupun dengan ide guru sehingga
abstrak
atau
dari
matematika informal-matematika
pada
formal.
menemukan konsep dengan benar.
Menggunakan
dapat
Dalam hal ini selain pengetahuan
konstruktif dalam pembelajaran
dapat dikonstruksi oleh individu
dimana
sendiri, pengetahuan juga dapat
mengkonstruksi
sendiri penyelesaian soal Pembelajaran
dikonstruksi
matematika
Jadi,
secara
interaksi
kelompok.
membutuhkan
realistik berpusat kepada siswa.
komunikasi yang baik antara siswa
Dalam
dengan siswa yang lain maupun
pembelajaran,
siswa
diharapkan dapat berperan secara
antara siswa dengan guru.
aktif dalam proses belajarnya.
5.
keterkaitan
antara
unit-unit
Siswa aktif mengemukakan ide
matematika dan masalah-masalah
dan gagasannya dan aktif dalam
yang ada dalam dunia ini.
mengkontruksi
4.
siswa
yang
siswa
proses
akhirnya
pengetahuan.
Proses pengintegrasian dari
Dalam hal ini guru diharapkan
cabang-cabang matematika dalam
dapat
pembelajaran matematika realistik
merangsang
siswa
agar
dapat mengemukakan ide-idenya
merupakan
secara bebas (free production) dan
Keterkaitan
memfasilitasi
matematika maupun matematika
siswa
dalam
hal
antar
memproduksi pengetahuannya.
dengan
Terdapat Interaksi yang terus-
mempengaruhi
menerus antara siswa yang satu
pemahaman
dengan siswa yang lain, juga
masalah.
antara siswa dengan guru. Interaksi yang
penting
bidang
cabang
lain pada
dan
penting.
dapat proses
pemecahan
Frans Moerland (Dhoruri, 2010)
merupakan dalam
yang
hal
memvisualisasikan proses matematisasi
proses
pembelajaran
pembelajaran matematika realistik. JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
seperti
54
matematika
pembentukan
realistik
gunung es Mashudi
[Type here]
(iceberg). Proses pembentukan gunung
dengan alur pemikiran sendiri. Yang
es dilaut selalu diawali dari bagian
patut
dasar di bawah permukaan laut dan
langkah ini tidak berlaku baku, siswa
seterusnya akhirnya terbentuk puncak
menggunakan cara yang ditemukan
gunung es yang muncul di atas
sendiri. Pada tahap penalaran, siswa
permukaan laut. Bagian dasar gunung
dilatih untuk menggunakan nalarnya
es lebih luas dari pada puncaknya,
dalam mengerjakan soal. Artinya siswa
dengan demikian konstruksi gunung es
dilatih
tersebut menjadi kokoh dan stabil.
mempertanggungjawabkan cara yang
Proses
dipilihnya. Pada tahap komunikasi,
ini
diadopsi
matematisasi
pada
dalam
proses
matematika
dihargai
adalah
penggunaan
untuk
siswa
dapat
diharapkan
dapat
realistik, yaitu dalam pembelajaran
mengkomunikasikan
selalu diawali dengan matematisasi
didapatkan dengan alasan yang tepat
horisontal kemudian meningkat sampai
dan meyakinkan. Setelah itu, siswa lain
matematisasi
diberi kesempatan untuk bertanya dan
horisontal membentuk
vertikal.
lebih
Matematisasi
ditekankan
konstruksi
solusi
yang
untuk
memberi tanggapan atau sanggahan
matematika
pendapat temannya tetapi harus dengan
yang kokoh sehingga matematisasi
alasan
vertikal lebih bermakna bagi siswa.
mengemukakan ide matematika dari
Pembelajaran
yang
jelas.
Kemampuan
dengan
suatu teks (konteks nyata) baik dalam
menggunakan pendekatan RME dapat
bentuk lisan maupun tulisan merupakan
menjadikan siswa aktif dan termotivasi
bagian penting yang perlu dimiliki
untuk belajar. Pada awal pembelajaran,
siswa.
guru menyampaikan masalah yang
Melalui
RME,
iklim
belajar
dekat dengan kehidupan sehari-hari
ilmiah
dapat
ditumbuhkembangkan
siswa.
sejak
awal.
Sikap
Siswa
diharapkan
dapat
kritis
dan
memahami dan mengerti masalah yang
argumentatif dibudayakan. Ini sangat
diberikan dengan baik sehingga mereka
bermanfaat
dapat
tepat
meyingkap tirai ilmu yang lebih luas.
masalah tersebut. Selanjutnya, siswa
Di sisi lain, seorang guru diharapkan
diajak untuk menyelesaikan masalah JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
untuk
merumuskan
dengan
55
tetap
bagi
belajar.
siswa
untuk
Tidak hanya Mashudi
[Type here]
pengetahuan dan wawasan tentang
memikirkannya
topik
ditingkatkan,
diharapkan guru tidak merasa puas
diharapkan
dengan ilmu yang telah diperoleh,
kemampuan
tetapi ingin terus belajar, baik dipicu
manajemen dan kepemimpinan yang
oleh ide-ide segar yang muncul selama
baik.
guru
pembelajaran atau dari sisa pertanyaan
diharapkan dapat mengarahkan diskusi
yang tak terjawabkan secara spontan
di kelas dengan baik sehingga setiap
dikelas,
siswa dapat ikut berperan aktif. Guru
untuk membuat suasana lebih baik.
juga sekaligus menjadi motivator yang
Suksesnya implementasi materi RME
mendorong
tergantung
pelajaran
tetapi
yang
juga
mengembangkan
Sebagai
moderator,
semua
siswa
berani
lagi.
maupun
pada
Untuk
karena
itu,
keinginan
kemampuan
guru
menyampaikan pendapatnya dengan
untuk membuat suatu iklim di mana
cara yang sopan. Semua pendapat
siswa mau mencoba berpikir dengan
siswa harus dihargai, jika ada pendapat
cara baru dan mengkomunikasikan apa
siswa yang tidak benar guru berusaha
yang
mengarahkan sehingga siswa tersebut
menghargai perbedaan jawaban siswa,
menyadari kesalahannya tanpa merasa
maka
tertekan
mencoba idenya.
atau
memunculkan
malu,
tetapi
motivasi
untuk
dihasilkannya.
siswa
akan
Jika
respek
guru
untuk
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
1.
Penelitian
dilakukan di SDN Kiarapandak 01
Tindakan Kelas (PTK). Suhardjono (Arikunto,
2006)
Lokasi Penelitian; Penelitian ini
Kec. Sukajaya Kab. Bogor.
mengemukakan
2.
Subjek
Penelitian;
Subjek
bahwa PTK adalah penelitian tindakan
penelitian ini adalah siswa kelas V
yang dilakukan di kelas dengan tujuan
SDN Kiarapandak 01, Kp. Cipatat
memperbaiki atau meningkatkan mutu
Desa
praktik pembelajaran.
Sukajaya Kab. Bogor tahun ajaran
Kiarapandak
01
Kec.
2015-2016 sebanyak 25 siswa JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mashudi 56
[Type here]
berusia 10-11 tahun yang terdiri
akan terlihat kemampuan dan proses
dari
berpikir siswa.
11
laki-laki
dan
14
perempuan. 3.
Instrumen non tes berupa jurnal
Waktu Penelitian; Penelitian ini
siswa, angket sikap, lembar observasi
dilaksanakan pada semester genap
aktivitas guru dan siswa. Jurnal siswa,
tahun ajaran 2015/2016 sebanyak
angket
2 siklus.
mengetahui respon atau sikap siswa
Instrumen
diperlukan
untuk
sikap
terhadap
memperoleh atau mengumpulkan data
digunakan
pembelajaran
untuk
matematika
dengan pendekatan realistik.
yang akurat. Ada dua jenis instrumen
Teknik
pengumpulan
data
yang digunakan dalam penelitian ini,
merupakan cara-cara yang dilakukan
yaitu
untuk
instrumen
pembelajaran
dan
memperoleh
data-data
instrumen pengumpul data. Instrumen
mendukung
pembelajaran
penelitian. Dalam penelitian ini, teknik
yang
merupakan
menjadi
perangkat
penunjang
pencapaian
yang tujuan
dalam
pengumpulan data yang digunakan
pelaksanaan pembelajaran yang terdiri
ialah melakukan observasi aktivitas
dari
guru dan siswa, menyebarkan angket
Rencana
Pembelajaran
Pelaksanaan
(RPP)
dan
Lembar
dan jurnal siswa, dan memberikan
Aktivitas Siswa (LAS). Sedangkan
instrumen tes berupa terdiri dari pre
instrumen
pengumpul
perangkat
yang
data
adalah
test dan tes formatif setiap akhir siklus.
digunakan
untuk
Prosedur yang diterapkan dalam
memperoleh data dan informasi yang
penelitian ini terdiri dari:
diperlukan dalam penelitian. Instrumen
1.
Penelitian Awal (Pra Siklus)
pengumpul data yang digunakan dalam
Kegiatan yang dilakukan selama
penelitian ini terdiri dari instrumen tes
penelitian
terdiri dari pretest yang dilakukan
observasi dan evaluasi terhadap
sebelum pelaksanaan penelitian dan tes
kegiatan pembelajaran matematika
formatif yang diberikan pada setiap
di kelas V SDN Kiarapandak 01;
akhir
dan pre test (tes awal) untuk
pembelajaran
suatu
siklus.
Bentuk tes yang diberikan berupa tes
mengetahui
uraian karena dengan dengan tes uraian JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
awal
antara
seberapa
lain:
jauh Mashudi
57
[Type here]
2.
pemahaman konsep siswa tentang
selama kegiatan belajar-mengajar
sifat-sifat bangun ruang.
berlangsung.
Tahap Perencanaan
pengamatan
Menyusun berupa:
instrumen Rencana
penelitian
terhadap
kegiatan
belajar
hasil
mengajar,
Pelaksanaan
melakukan evaluasi terhadap hasil
Pembelajaran (RPP) tiap siklus
kegiatan belajar-mengajar , dan
yang akan dilakukan; soal evaluasi
refleksi
atau tes tulis yang diberikan tiap
tindakan atau siklus selanjutnya
akhir siklus; lembar observasi guru
dalam upaya pencapaian tujuan
dan
PTK.
siswa;
lembar
observasi
kegiatan kelompok siswa. 3.
melakukan
untuk
4. Pengumpulan
menentukan
Data,
dilakukan
Tahap Pelaksanaan
melalui; Tes akhir pembelajaran
Pelaksanaan tindakan terdiri dari:
(Tes Formatif), Observasi guru dan
intervensi,
pelaksanaan
siswa,
pengamatan
kelompok siswa, dan Jurnal siswa.
berupa
RPP,melakukan
Observasi
kegiatan
C. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Sebelum pelaksanaan tindakan, terlebih
Sebelum dilakukan pengolahan data,
dahulu siswa diberi pre test sebagai
semua
upaya untuk mengetahui kemampuan
diperiksa
awal mereka. Siswa mendapatkan tes
perhitungan
formatif di akhir siklus pada setiap
persentase ketuntasan belajar siswa
pokok bahasan..
secara umum/klasikal adalah 64%.
jawaban
Adapun Tujuan
penelitian
diberi
Formatif skor.
menunjukkan
ketuntasan
1
Hasil bahwa
individual
adalah
berdasarkan KKM adalah 84% karena
mengetahui peningkatan hasil belajar
masih ada 4 orang yang belum tuntas.
siswa mata pelajaran matematika
Setelah diperhatikan dengan seksama,
pokok
bangun
ternyata siswa yang belum tuntas; rata-
ruang. Oleh karena itu, peneliti akan
rata mereka tergabung dalam satu
membandingkan perolehan skor Tes
kelompok
Formatif 1 dengan skor pre test. JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
pembelajaran. Pada saat pembentukan Mashudi
bahasan
ini
dan
Tes
sifat-sifat
58
saat
pelaksanaan
[Type here]
kelompok
di
siklus
peneliti
ketuntasan klasikan maupun individual
memberikan wewenang kepada siswa
(KKM) untuk Siklus 2 adalah 100%.
untuk
rekan
Dengan demikian, siklus dalam PTK
pintar
dinyatakan
cenderung berkelompok dengan siswa
pendekatan
yang pintar. Sebaliknya, siswa yang
pelajaran matematika pokok bahasan
kurang pintar cenderung berkumpul
bangun
dengan yang kurang pintar juga.
meningkatkan hasil belajar siswa, baik
Hal ini menyebabkan kelompok yang
secara individual maupun klasikal.
memilih
kelompoknya.
1,
sendiri
Siswa
yang
terbentuk bersifat homogen. Evaluasi
cukup
dan
realistik
ruang
penerapan pada
mata
terbukti
Peningkatan
dapat
prestasi
siswa
untuk pelaksanaan siklus II, peneliti
dapat dilihat dari skor belajar, skor
mengelompokkan
dengan
rata-rata kelas, ketuntasan belajar, dan
Hasil
indeks gain setiap siklusnya dapat
komposisi
yang
perhitungan
siswa heterogen.
menunjukkan
bahwa
dilihat
pada
tabel
berikut.
prosentase ketuntasan belajar; baik Tabel 1. Rekapitulasi Skor Rata-Rata, Ketuntasan Belajar, dan Gain Tiap Siklus Rekapitulasi
Pretest
Siklus I
Siklus II
58,09
72,17
91,2
Individual
48
84
100
Klasikal G
40
64 14,08
100 19,03
0,29
0,71
Skor rata-rata Ketuntasan belajar (%)
Gain
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mashudi 59
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Berdasarkan data dalam tabel 3 diatas,
dan gain siklus 1 – akhir pembelajaran
skor rata-rata
setiap siklus
siklus 2. Gain pada pretest-akhir
mengalami peningkatan. Pada saat
pembelajaran siklus 1 adalah 14,08
pretest skor rata-rata adalah 58,09.
dengan indeks gain 0,29 yang termasuk
Setelah
pembelajaran
kategori rendah. Adapun gain pada
siklus 1, skor rata-rata siswa meningkat
siklus 1 – akhir pembelajaran siklus 2
menjadi 72,17 dan terus meningkat
adalah 19,03 dengan indeks gain 0,71
hingga pada akhir siklus 1 skor rata-
yang
rata
Besarnya
Peningkatan hasil belajar siswa pada
peningkatan hasil belajar siswa setiap
setiap siklus dapat dilihat pada grafik di
siklus dapat dilihat dari gain antara
bawah ini.
siswa
pelaksanaan
menjadi
96,8.
termasuk
kategori
tinggi.
pretest – akhir pembelajaran siklus 1 Series1; Siklus 2;
91,20 Grafik Hasil Belajar Siswa Series1; Siklus 1; 72,17
Skor Rata-Rata
Series1; Pretest; 58,09
Series1; Gain Series1; Gain siklus 1 - Siklus 2; pretest - Siklus 1; 19,03 14,08
Grafik 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Setiap Siklus Setelah pelaksanaan Siklus 1, siswa
semua siswa mendapatkan skor diatas
yang mendapatkan skor lebih dari 64
65. Jadi, persentase ketuntasan, baik
ada
ketuntasan klasikal maupun individual
16
orang,
berarti
persentase
ketuntasan belajar klasikal adalah 64%.
(KKM)
Adapun
ketuntasan belajar siswa dapat dilihat
ketuntasan
individual
berdasarkan KKM, masih ada empat orang
yang
belum
tuntas
adalah
100%.
pada grafik 2 berikut ini.
karena
skornya dibawah 60. Pada siklus 2,
60
Rata-rata
JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Belum Tuntas; Belum Tuntas;Tuntas; Klasikal Individual Siklus Tuntas; Klasikal Siklus I; Siklus II; 100 I; 16 Individual Siklus Belum Tuntas; Tuntas; 36 Belum Tuntas; Individual Individual Siklus II; 100 Klasikal Pretest;Tuntas; Klasikal Belum Tuntas Pretest; 52 I; 84 60 Siklus I; 64 Tuntas Tuntas; Tuntas; Klasikal Individual Pretest; 40 Pretest; 48
Prosentase
Rata-Rata Ketuntasan Belajar (%)
Grafik 2. Rata-rata Ketuntasan Hasil Belajar Data sikap siswa diperoleh
menganggap
belajar
matematika
melalui pengamatan yang dilakukan
melalui pendekatan realistik sangat
oleh observer, jurnal siswa, dan angket.
menyenangkan. Akhirnya poses belajar
Berdasarkan data hasil jurnal dan
berjalan
angket respon siswa di atas, dapat
mengaitkan konsep matematika dalam
disimpulkan bahwa hampir semua
kehidupan
siswa
demikian, pembelajaran matematika
menyukai
metematika
pembelajaran
realistik.
Siswa
baik
dan
siswa
sehari-hari.
mampu
Dengan
pun menjadi bermakna bagi mereka.
D. Simpulan Berdasarkan
penelitian
pembelajaran matematika realistik.
Pendekatan
Skor rata-rata pada saat pre test
untuk
adalah 58.09, skor rata-rata pada
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Siklus 1 adalah 72.17, dan skor
Kelas
Pelajaran
rata-rata pada Siklus 2 adalah
Matematika Pokok Bahasan Sifat-Sifat
91.20. Besarnya peningkatan hasil
Bangun Ruang yang dilaksanakan di
belajar siswa dari pre test ke Siklus
SDN Kiarapandak 01 Kec. Sukajaya
1
Kab. Bogor, maka dapat ditemukan
besarnya peningkatan dari Siklus 1
beberapa simpulan berikut ini.
hingga Siklus 2 sebesar 19.03. Hal
1. Terdapat peningkatan hasil belajar
ini
tentang
hasil
Penerapan
Matematika
V
siswa
Realistik
pada
Mata
setelah
mengikuti
sebesar
menunjukkan
belajar
61
14.08,
siswa
sementara
bahwa
hasil
mengalami
[Type here]
peningkatan
setelah
penerapan
belajar yang semakin baik. Selain itu,
pendekatan realistik pada mata
pada
pelajaran
pendekatan realistik dengan alasan cara
matematika
pokok
umumnya
mereka
menyukai
bahasan sifat-sifat bangun ruang.
belajarnya berbeda dari pembelajaran
2. Siswa memberikan sikap positif
yang biasa mereka terima, pertanyaan-
terhadap
penerapan
pendekatan
pertanyaan yang menantang, serta lebih
realistik.
Hal
ditunjukkan
mudah
dengan keterlibatan siswa secara
karena
aktif menjawab setiap pertanyaan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
yang
agar
ini
diberikan
mengemukakan
guru, konsep,
dalam
mempelajari
suatu
persoalannya
proses
konsep
menyangkut
pembelajaran
dengan
dan
penerapan pendekatan realistik dapat
merumuskan suatu konsep materi
berjalan dengan baik, maka peneliti
pelajaran yang sedang dipelajari,
mengajukan
sehingga
berikut:
tercipta
pembelajaran
suatu
yang
situasi
interaktif,
rekomendasi
sebagai
1. Pembelajaran matematika dengan
kemampuan siswa untuk bekerja
pendekatan
sama dan berinteraksi antar siswa
dimulai
dan antara siswa dengan guru sudah
masalah (soal) yang real bagi siswa
terjalin. Pada tahap akhir, siswa
sesuai
dengan
telah mampu untuk berpendapat
tingkat
pengetahuannya sehingga
dan mengkomunikasikan gagasan
siswa
segera
dan idenya, sehingga diharapkan
pembelajaran secara bermakna.
dengan kondisi seperti ini, siswa dapat
menemukan
matematika,
memahami,
realistik dengan
sebaiknya mengajukan
pengalaman
terlibat
dan
dalam
2. Pendekatan Matematika Realistik
konsep
bisa diterapkan dalam pembelajaran
dan
sifat-sifat
bangun
karena
mengaplikasikannya kembali dalam
dapat
kehidupan sehari-hari.
pembentukan konsep bangun ruang
Penerapan pendekatan realistik
disertai
sekurang-kurangnya telah mengubah
membantu
ruang
dengan
menanamkan
meningkatnya
aktivitas siswa dalam pembelajaran.
sikap siswa menjadi lebih tertarik
3. Penggunaan konteks sebagai titik
terhadap matematika dan aktivitas JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
awal pembelajaran bisa diambil dari Mashudi 62
[Type here]
kegiatan
sehari-hari
yang
dengan
kehidupan
siswa.
tersebut
memudahkan
dekat
mengembangkan
Hal
gagasan
siswa
konsep
matematika
dan dalam
memahami sifat-sifat bangun ruang.
Daftar Pustaka
dengan Upaya Implementasi Pendidikan Matematika Realistik di Indonesia. Makalah pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Realistik, Yogyakarta. TIMSS. 1999. International Student Achievement in Mathematics. [Online].
Arikunto, S. Suharjono, & Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta. Dhoruri, Atmini. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Makalah pada PMRI PPPPTK, Yogyakarta. Mahmudi, Ali. 2009. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Siswa melalui Pembelajaran Matematika Realistik. Makalah pada Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, Yogyakarta. Nurdiansyah, B. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Prabawanto, Sufyani. 2009. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa. Makalah pada Workshop Nasional PMRI untuk Dosen S1 Matematika PGSD, Bandung. Suwarsono. 200). Beberapa Permasalahan Yang Terkait JPSD Vol. 2 NO. 1, Maret 2016 ISSN 2301-671X
Mashudi 63