Peningkatan Kompetensi Membaca Gambar Teknik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Siswa Felix Juni Sutrisman (11320021 – ST) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Gambar teknik merupakan alat untuk menyatakan ide atau gagasan ahli teknik. Oleh karena itu gambar teknik sering juga disebut sebagai bahasa teknik atau bahasa bagi kalangan ahli-ahli teknik (Juhana, 2008:12). Membaca gambar teknik merupakan salah satu kompetensi kejuruan di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) program studi keahlian teknik mesin yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa lulusan SMK harus mempunyai kompetensi yang diharapkan oleh dunia industri atau dunia usaha. Dalam kasus yang terjadi pada siswa kelas XI jurusan teknik pemesinan SMK IPT Karangpanas Semarang, diperoleh informasi bahwa kompetensi siswa terhadap mata pelajaran membaca gambar teknik masih kurang. Untuk mencapai kompetensi di atas KKM ( nilai >75) banyak siswa yang membutuhkan remedial (mengulang). Beberapa hal yang menjadi penyebab siswa gagal mencapai kompetensi yang diharapkan pada mata pelajaran membaca gambar teknik. Metode pembelajaran dengan cara konvensional, yakni cara mengajar banyak ceramah dan cenderung monoton membuat siswa kurang antusias dalam pembelajaran, sehingga tidak efektif. Pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Setiap anggota kelompok harus membantu temannya dalam satu kelompok dalam rangka keberhasilan kelompoknya. Dengan kata lain, penghargaan kelompok didasarkan pada kinerja kelompok. Dalam pembelajaran Membaca Gambar Teknik ini, siswa belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya menyelesaikan seluruh tugas. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja. Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah agar siswa meningkat minatnya dalam belajar Membaca Gambar Teknik sehingga siswa memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang positif. Untuk mengatasi kondisi kelas yang demikian, sebenarnya banyak terdapat model pembelajaran yang dapat digunakan. Berdasarkan berbagai uraian di atas salah satu alternatif model pembelajaran yang ingin peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini dilaksanakan di kelas XI Teknik Pemesinan SMK IPT Karangpanas yang berlokasi di Jalan Dr. Wahidin 110 Semarang. Jumlah siswa yang diteliti ada 26 orang, dengan latar belakang sosial ekonomi yang heterogen. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam dua siklus. Berdasarkan data hasil penelitian, tampak bahwa kompetensi membaca gambar teknik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus I dan Siklus II mengalami peningkatan. Berdasarkan data di atas setelah dilakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada siklus I siswa terlihat meningkat kompetensinya rata-rata sebesar 74,94 dan pada siklus II meningkat kompetensinya rata-rata sebesar 77,27. Persentase siswa yang > KKM 75 meningkat pada siklus I sebesar 57,69% dan pada siklus II sebesar 76,92%, sehingga penggunaan metode kooperatif STAD dalam penelitian ini dapat menjadikan pembelajaran membaca gambar teknik meningkat lebih baik dan menyenangkan. Dari angket siswa disimpulkan bahwa ada peningkatan minat siswa, baik terhadap mata pelajaran membaca gambar teknik maupun pelaksanaan pembelajarannya. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan minat siswa terhadap kegiatan belajar mengajar membaca gambar teknik. Indikator kinerja guru diambil dari observasi terhadap persiapan dan pelaksanaan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan skor penilaian paling rendah adalah baik. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dapat meningkatkan kompetensi membaca gambar teknik bagi siswa. Implikasi dalam pembelajaran adalah: (a). Guru dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk berbagai kelas dan mata pelajaran; (b). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat memberikan Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
63
motivasi kuat untuk siswa, dapat berprestasi lebih tinggi, memperoleh pengalaman langsung dan dapat mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan perubahan sikap yang positif. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dapat meningkatkan kompetensi membaca gambar teknik bagi siswa, yaitu (a) Nilai rata-rata siswa meningkat dari kondisi awal 73,21 menjadi 74,94 pada siklus I dan 77,27 pada siklus II (indikator rata-rata siswa > KKM 75) ; (b) Ketuntasan belajar secara klasikal meningkat dari 34,62% (deskripsi awal) menjadi 57,69% pada siklus I dan 76,92% pada siklus II (indikator ketuntasan belajar > 75%); (c) Minat siswa terhadap kegiatan belajar mengajar membaca gambar teknik meningkat dari tidak berminat (deskripsi awal) menjadi berminat pada siklus I dan sangat berminat pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang diajukan adalah: (1) Guru agar lebih memperbaiki pelaksanaan kegiatan belajar mengajar lebih baik, sebaiknya tidak hanya berada didepan kelas, tetapi sesekali harus berjalan kebelakang sambil memonitor siswa agar selalu aktif mengikuti pembelajaran; (2) Karena banyak siswa yang suka minat dengan gambar, maka guru sebaiknya bisa menggunakan tampilan gambar media bergambar secara bervariasi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa secara visual; (3) Guru agar memotivasi siswa lebih intensif lagi dan membangkitkan semangat dan kepercayaan diri pada siswa; (4) Guru sebaiknya lebih meluangkan waktu pendampingan kepada kelompok siswa yang lamban dalam meningkatkan kompetensi belajarnya. Kata Kunci : Peningkatan Kompetensi, Membaca Gambar Teknik, Kooperatif STAD
PENDAHULUAN Gambar teknik merupakan alat untuk menyatakan ide atau gagasan ahli teknik. Oleh karena itu gambar teknik sering juga disebut sebagai bahasa teknik atau bahasa bagi kalangan ahli-ahli teknik. Membaca gambar teknik merupakan salah satu kompetensi kejuruan di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) program studi keahlian teknik mesin yang harus dikuasai oleh siswa. Siswa lulusan SMK harus mempunyai kompetensi yang diharapkan oleh dunia industri atau dunia usaha. Namun pada kenyataannya kompetensi siswa dalam memahami mata pelajaran tersebut masih kurang. Siswa kurang memahami materi pelajaran, salah membaca gambar, salah dalam membuat ukuran gambar dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan ini sangatlah fatal, karena gambar teknik sebagai bahasa teknik tidak bisa digunakan sebagai alat komunikasi kerjadan hasil produk yang dibuat menjadi tidak sesuai dengan perencanaan. Dalam kasus yang terjadi pada siswa kelas XI jurusan teknik pemesinan SMK IPT Karangpanas Semarang, diperoleh informasi bahwa kompetensi siswa terhadap mata pelajaran membaca gambar teknik masih kurang. Untuk mencapai kompetensi di atas KKM ( nilai >75) banyak siswa yang membutuhkan remedial (mengulang). Beberapa hal yang menjadi penyebab siswa gagal mencapai kompetensi yang diharapkan pada mata pelajaran membaca gambar teknik adalah: - Siswa pasif dalam belajar dan banyak bergantung kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan. - Guru enggan menggunakan model pembelajaran dalam mengajar dan selalu terpaku pada metode ceramah. Praktek pendidikan di sekolah tahun 1960 bahwa praktek pendidikan menitik beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
64
dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran. Sebagai akibatnya siswa pasif dan kurang termotivasi untuk belajar, yang akhirnya berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran harus mengenal dan melaksanakan dengan baik berbagai pedoman, strategi, pendekatan, teknik, metode serta model pembelajaran. Untuk itu diperlukan sebuah strategi belajar baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal materi ajar, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkontruksikan di pikiran mereka sendiri. Menurut pandangan konstruktivisme tentang belajar, guru tidak begitu saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswalah yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendri. Belajar menurut teori konstruktivisme adalah membangun pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Melalui proses belajar yang mengalami sendiri, menemukan sendiri, secara berkelompok seperti bermain, maka anak menjadi senang, sehingga tumbuhlah minat untuk belajar. Tugas guru dalam pembelajaran membaca gambar teknik di sekolah menengah kejuruan antara lain menyajikan materi ajar gambar teknik sesuai dengan standar bahasa gambar teknik dan akan mampu memfasilitasi perkembangan potensi sikap, berfikir, berprilaku dan ketrampilan dasar ilmiah yang terdapat pada diri siswa. Kegiatan belajar merupakan sebuah proses interaksi yang bernilai pendidikan, didalamnya terjadi interaksi edukatif antara guru dan siswa. Keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang paling utama. Untuk mengatasi kondisi kelas yang demikian, sebenarnya banyak terdapat model pembelajaran yang dapat digunakan. Berdasarkan berbagai uraian di atas salah satu alternatif model pembelajaran yang ingin peneliti terapkan dalam penelitian ini adalah model Cooperative Learning tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Peningkatan Kompetensi Membaca Gambar Teknik Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas XI Teknik Pemesinan SMK IPT Karangpanas Semarang”.
TINJAUAN PUSTAKA Kompetensi Membaca Gambar Teknik Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Pengetahuan dibangun dalam pikiran. Setiap individu membangun sendiri pengetahuannya. Pengetahuan yang dibangun terdiri dari tiga bentuk, yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logikamatematik, dan pengetahuan sosial. Belajar merupakan suatu proses yakni suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Menurut Gagne (Baharuddin,2012), proses belajar, terutama belajar yang terjadi di sekolah, melalui
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
65
tahap-tahap atau fase-fase: motivasi, konsentrasi, mengolah, menyimpan, menggali 1, menggali 2, prestasi dan umpan balik.
1. Tahap motivasi Tahap motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar bangkit. Siswa sadar akan tujuan yang ingin dicapai dan bersedia melibatkan diri. 2. Tahap konsentrasi Tahap kosentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk menuju pada hal-hal yang relevan dengan apa yang dipelajari. 3. Tahap mengolah Siswa menahan informasi yang diterima dari guru dalam ingatan jangka pendek (Short Term Memory/STM), kemudian mengolah informasi-informasi untuk diberi makna berupa sandi-sandi sesuai dengan penangkapan masing-masing. 4. Tahap menyimpan Siswa menyimpan informasi yang diolah dalam ingatan jangka panjang (Long Term Memory/LTM). Informasi dimasukkan ke dalam ingatan. Hasil belajar sudah diperoleh , sebagian atau keseluruhan. 5. Tahap menggali 1 Informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang digali dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka pendek atau dikaitkan dengan sesuatu diluar lingkup bidang studi yang bersangkutan. Dimasukkan kembali dalam LTM. 6. Tahap menggali 2 Siswa menggali informasi yang tersimpan di LTM dan mempersiapkannya sebagai masukan bagi fase prestasi, baik langsung atau melalui STM. 7. Tahap prestasi Informasi yang digali digunakan untuk prestasi atau kompetensi yang menampakkan hasil belajar. 8. Tahap umpan balik. Siswa mendapat konfirmasi sejauh mana prestasinya tepat. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti bahwa hasil dari belajar hanya dapat diamati dari tingkah laku, yaitu adanya perubahan tingkah laku dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil menjadi terampil. Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar. Karena belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu yang langsung menyenangkan dan mencerdaskan siswa. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
66
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu. (2) Mempunyai nilai atau tujuan pendidikan tertentu. (3) Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas. (4) Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (a) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c) sistem sosial; dan (d) sistem pendukung. (5) Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. (6) Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya. Pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi langsung (kegiatan tatap muka) maupun secara tidak langsung (kegiatan dengan menggunakan berbagai media pembelajaran). Didasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai model pembelajaran. Contoh-contoh model pembelajaran antara lain: (1) model pembelajaran kooperatif, (2) model pembelajaran kontekstual, (3) model pembelajaran berbasis masalah, (4) model pembelajaran langsung, dan lain-lain.
METODE PENELITIAN
Pendekatan Penelitian Penelitian ini berusaha mengkaji tentang peningkatan kompetensi membaca gambar teknik melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD. Oleh karena itu penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat guru mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktek pembelajaran. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini dilaksanakan di SMK IPT Karangpanas Semarang yang berlokasi di jalan Dr. Wahidin 110 Semarang, pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan Maret 2013.
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
67
3. Subjek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XI program keahlian teknik pemesinan, dengan jumlah siswa 26 anak, pada mata pelajaran membaca gambar teknik. Standar kompetensi adalah memilih teknik gambar yang benar, dengan kompetensi dasar penunjukkan ukuran.
Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (class action research). Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Aqib, 2009:22), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Alur PTK menurut Model Kemmis & Taggart
Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Silabus, yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
68
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP), yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar. 3. Lembar Kegiatan Siswa, yaitu lembar kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data. 4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar a. Lembar observasi pengolahan metode pembelajaran Kooperatif tipe STAD, untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. b. Lembar observasi aktivitas guru, untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. 5. Tes Formatif Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif ini diberikan setiap akhir putaran. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
HASIL PENELITIAN Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Gambar Teknik dengan Metode Kooperatif tipe STAD pada Tindakan Kelas Siklus I a. Perencanaan Tahap perencanaan ini merupakan perbaikan-perbaikan langkah kegiatan yang sudah dilakukan pada pertemuan pertama. Pada kesempatan tersebut guru berperan sekaligus sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai kolabolator mempersiapkan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam perencanaan awal adalah: 1) Peneliti dan teman sejawat mendiskusikan identifikasi masalah dan perumusan masalah, perangkat pembelajaran, berupa penetuan kompetensi dasar dan indikator dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul/bahan ajar dan media pembelajaran. 2) Menyusun skenario pembelajaran, yaitu: - Guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu penunjukkan ukuran. - Guru menjelaskan singkat tentang penunjukkan ukuran 3) Persiapan instrumen penelitian, lembar evaluasi dan lembar observasi yang akan digunakan untuk pengambilan data.
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
69
b. Pelaksanaan Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh peneliti yang sekaligus berperan sebagai guru. Adapun tugas guru pendamping (teman sejawat) adalah melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
c. Observasi dan Evaluasi 1) Observasi dan Evaluasi Siswa Hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan pembelajaran Membaca Gambar Teknik pertemuan kedua dan ketiga menunjukkan bahwa: a) Nilai terendah
= 63,50
b) Nilai tertinggi
= 82,00
c) Nilai rata-rata
= 74,94
d) Siswa yang kompeten (N > KKM 75) ada 15 anak atau sebesar 57,69% dari jumlah siswa Tabel 1. Kategori Skor Nilai Membaca Gambar Teknik Siklus I Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase
90 – 100
Baik sekali
0
0%
75 – 89
Baik
15
57,69 %
60 – 74
Cukup
11
42,31 %
0 – 59
Kurang
0
0%
26
100 %
Jumlah
Gambar 2. Peningkatan Nilai Membaca Gambar Teknik pada Siklus I Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK IPT Karangpanas Semarang pada kategori cukup 42,31% dan sebagian besar
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
70
siswa memiliki prestasi belajar baik ada 57,69%. Hasil pada Siklus I menunjukkan siswa mengalami peningkatan hasil belajar. 2) Observasi dan Evaluasi Kinerja Guru Hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat terhadap proses belajar mengajar yang disampaikan oleh peneliti sebagai guru, antara lain: a) Guru telah membuat rencana kegiatan sangat baik (lihat lampiran 18) b) Guru telah membuat pelaksanaan kegiatan sangat baik (lihat lampiran 19) c) Ada beberapa perbaikan yang sudah dilakukan guru sewaktu mengajar pada Siklus I ini antara lain: (1) Guru sudah berkeliling mendamping masing-masing kelompok siswa. (2) Guru sudah dapat mengajak siswa untuk berperan aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar pelajaran membaca gambar teknik. (3) Guru sudah menyediakan contoh-contoh gambar sebagai alat peraga agar siswa lebih mengerti. d. Refleksi Siswa sudah aktif pada saat kegiatan awal maupun kegiatan inti, dan minat siswa terhadap kegiatan pembelajaran sudah muncul. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar, diperoleh gambaran siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut : Tabel 2. Refleksi Hasil Pembelajaran pada Siklus I No
Kondisi Awal
Hasil Tindakan Kelas Siklus I
Refleksi
Indikator ketuntasan : - Nilai rata-rata siswa (X) > KKM 75 - Ketuntasan belajar (P) > 75 % 1 Nilai rata-rata 73,21
=
Nilai rata-rata 74,94
=
Diskriptif Komparatif: Nilai rata-rata meningkat dari 73,21 menjadi 74,94
Persentase siswa kompeten = 34,62%
Persentase siswa kompeten = 57,69%
Persentase siswa kompeten meningkat dari 34,62% menjadi 57,69%
Siswa yang pasif masih banyak
Siswa yang pasif agak banyak
Deskriptif kualitatif Siswa yang pasif berkurang dari banyak menjadi agak banyak
Siswa sebagian besar tidak berani bertanya
Siswa sebagian tidak berani bertanya
2
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
Siswa tidak berani bertanya berkurang dari sebagian besar menjadi sebagian
71
No
Kondisi Awal Kreaktivitas siswa dalam belajar masih rendah
Hasil Tindakan Kelas Siklus I Kreaktivitas siswa dalam belajar agak tinggi
Refleksi Kreativitas siswa meningkat dari rendah ke agak tinggi
Motivasi belajar cukup Motivasi belajar kurang
Motivasi belajar meningkat dari kurang menjadi cukup
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dan guru teman sejawat pada siklus I tersebut, maka dilakukan refleksi sebagai berikut: 1) Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatf tipe STAD pada siklus I sudah ada peningkatan kompetensi siswa dari 34,62% menjadi 57,69%, namun belum mencapai batas ketuntasan 75%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a) Siswa belum sepenuhnya dapat mengikuti sistem pembelajaran yang digunakan ini, karena belum terbiasa menghadapi sistem pembelajaraan kooperatif tipe STAD. b) Interaksi antar siswa masih kurang, karena beberapa siswa masih ada yang kurang percaya diri menerima penjelasan dari teman kelompoknya. 2) Pendampingan kepada kelompok siswa yang kurang prestasi belajarnya belum efektif. Sehingga rekomendasi yang harus ditindaklanjuti dalam pelaksanaan pada siklus II adalah 1) Guru agar memotivasi siswa lebih intensif lagi dan membangkitkan semangat dan kepercayaan diri pada siswa. 2) Guru agar memperbaiki pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik, sebaiknya lebih meluangkan waktu pendampingan kepada kelompok siswa yang lamban dalam meningkatkan kompetensi belajarnya. 3) Guru agar memberikan penjelasan di dalam pendampingan siswa dengan cara atau gaya yang berbeda agar siswa lebih nyaman dan dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru maupun teman siswa. 4) Guru agar dapat menunjukkan contoh gambar dengan penunjukkan ukuran dari sumber yang berbeda-beda agar siswa ada gambaran tentang materi yang diberikan. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Gambar Teknik dengan Metode Kooperatif tipe STAD pada Tindakan Kelas Siklus II a. Perencanaan Tahap perencanaan ini merupakan perbaikan-perbaikan langkah kegiatan yang sudah dilakukan pada pertemuan siklus I. Pada kesempatan tersebut guru berperan sekaligus sebagai peneliti dan teman sejawat sebagai kolabolator mempersiapkan rencana tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian. Beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam perencanaan awal adalah:
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
72
1) Peneliti dan teman sejawat mendiskusikan identifikasi masalah dan perumusan masalah, perangkat pembelajaran, berupa penetuan kompetensi dasar dan indikator dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), modul/bahan ajar dan media pembelajaran. 2) Menyusun skenario pembelajaran, yaitu: a) Guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan kepada siswa tentang materi yang akan diajarkan yaitu penunjukkan ukuran. b) Guru menjelaskan singkat tentang penunjukkan ukuran 3) Persiapan instrumen penelitian, lembar evaluasi dan lembar observasi yang akan digunakan untuk pengambilan data. b. Pelaksanaan Tindakan ini dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus berperan sebagai guru. Adapun tugas guru pendamping (teman sejawat) adalah melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan melakukan wawancara kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir. c. Observasi dan Evaluasi 1) Observasi dan Evaluasi Siswa Hasil observasi dan evaluasi pada pelaksanaan pembelajaran Membaca Gambar Teknik pertemuan keempat dan kelima menunjukkan bahwa: a) Nilai terendah = 67,50 b) Nilai tertinggi = 84,00 c) Nilai rata-rata = 77,27 d) Siswa yang kompeten (N > KKM 75) ada 20 anak atau sebesar 76,92% dari jumlah siswa Tabel 3. Kategori Skor Nilai Membaca Gambar Teknik Siklus II Nilai
Kategori
Frekuensi
Persentase
90 – 100
Baik sekali
0
0%
75 – 89
Baik
20
76,92 %
60 – 74
Cukup
6
23,08 %
0 – 59
Kurang
0
0%
26
100 %
Jumlah
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
73
Gambar 3. Peningkatan Nilai Membaca Gambar Teknik pada Siklus II Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa kelas XI Teknik Pemesinan SMK IPT Karangpanas Semarang pada kategori cukup 23,08% dan sebagian besar siswa memiliki prestasi belajar baik ada 76,92% . 2) Observasi dan Evaluasi Kinerja Guru Hasil pengamatan yang dilakukan oleh teman sejawat terhadap proses belajar mengajar yang disampaikan oleh peneliti sebagai guru, antara lain: 1. Guru telah membuat rencana kegiatan sangat baik (lihat lampiran 20) 2. Guru telah membuat pelaksanaan kegiatan sangat baik (lihat lampiran 21) 3. Ada beberapa perbaikan yang sudah dilakukan guru sewaktu mengajar pada Siklus II ini antara lain: a) Guru sudah memotivasi siswa lebih intensif dan membangkitkan semangat dan kepercayaan diri pada siswa. b) Guru sudah memperbaiki pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik, dan dapat meluangkan waktu pendampingan kepada kelompok siswa yang lamban dalam meningkatkan kompetensi belajarnya. c) Guru sudah memberikan penjelasan di dalam pendampingan siswa dengan cara atau gaya yang berbeda agar siswa lebih nyaman dan dapat menangkap penjelasan yang diberikan guru maupun teman siswa. d) Guru sudah dapat menunjukkan contoh gambar dengan penunjukkan ukuran dari sumber yang berbeda-beda agar siswa ada gambaran tentang materi yang diberikan. d. Refleksi Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar, diperoleh gambaran siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, yaitu sebagai berikut :
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
74
Tabel 4. Refleksi Hasil Pembelajaran pada Siklus II No
Kondisi Awal Hasil Tindakan Kelas Siklus I Siklus II Indikator ketuntasan : - Nilai rata-rata siswa (X) > KKM 75 - Ketuntasan belajar (P) > 75 %
1 Nilai rata-rata = 74,94 Kondisi Awal Siklus I Persentase siswa kompeten = 57,69%
No
2
Siswa yang pasif agak banyak
Siswa sebagian tidak berani bertanya
Kreaktivitas siswa dalam belajar agak tinggi
Nilai rata-rata = 77,27 Hasil Tindakan Kelas Siklus II Persentase siswa kompeten = 76,92%
Siswa yang pasif sedikit
Siswa sedikit tidak berani bertanya
Kreaktivitas siswa dalam belajar tinggi
Refleksi
Diskriptif Komparatif: Nilai rata-rata meningkat dari 74,94 menjadi 77,27 Refleksi Persentase siswa kompeten meningkat dari 57,69% menjadi 76,92% Deskriptif kualitatif Siswa yang pasif berkurang dari agak banyak menjadi sedikit Siswa yang tidak berani bertanya berkurang dari sebagian menjadi sedikit Kreativitas siswa meningkat dari agak tinggi ke tinggi Motivasi belajar meningkat dari cukup menjadi baik
Motivasi belajar Motivasi belajar baik cukup Kelemahan yang dimiliki oleh guru pada siklus I sudah mampu teratasi dengan baik pada siklus II. Kemudian pada pelaksanaan tindakan, guru sudah mampu mengelola kelas dengan baik sehingga tidak ditemukan kelemahan guru. Berdasarkan hasil refleksi, siklus II dikatakan berhasil dan sudah mencapai kriteria ketuntasan yang direncanakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil evaluasi siswa dalam meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran membaca gambar teknik.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian tindakan kelas, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dapat meningkatkan kompetensi membaca gambar teknik bagi siswa, terbukti (a) Nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan hingga mencapai 74,94 pada siklus I dan 77,27 pada siklus II > dari indikator nilai KKM 75; (b) Ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan mencapai 57,69% pada siklus I dan 76,92% pada siklus II > dari indikator ketuntasan belajar 75%;
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
75
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD), dapat diterapkan pada pelaksanaan pembelajaran membaca gambar teknik bagi guru dan siswa, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam kegiatan belajar mengajar, dan guru lebih termotivasi untuk menggunakan cara-cara yang tepat dalam mengadakan bimbingan ke siswa, terbukti minat siswa terhadap kegiatan belajar mengajar membaca gambar teknik meningkat dari tidak berminat (kondisi awal) menjadi berminat pada siklus I dan sangat berminat pada siklus II. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: (a) Guru mengadakan persiapan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, yaitu membuat perangkat pembelajaran, seperti Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Menyiapkan perangkat observasi dan evaluasi untuk guru dan siswa; (b) Guru menerapkan pelaksanaan tindakan kelas dalam kegiatan belajar mengajar membaca gambar teknik, dengan cara guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa belajar, guru menyajikan informasi atau materi pembelajaran, guru membagi siswa kedalam kelompok belajar yang terdiri 4-5 orang per kelompok, guru membimbing setiap kelompok belajar, guru mengevaluasi
hasil kerja siswa, guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal, 2009, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: Yrama Widya. Baharuddin, dan Wahyuni, Esa Nur, 2012, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Dimyati, dan Mudjiono, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Juhana, Ohan, dan Suratman, 2008, Menggambar Teknik Mesin dengan Standar ISO, Bandung: Pustaka Grafika. Marmo, dan Idris, M, Strategi dan Metode Pengajaran, Menciptakan Keterampilan Mengajar yang Efektif dan Edukatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Pujiati, Irma, 2008, Peningkatan Motivasi dan Ketuntasan Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Vol.1No.1, Purwokerto: Jurnal Ilmiah Kependidikan. Rusman, 2012, Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sunarti, B dan Yusuf, Munawir, 2008, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta. Yogaswara, Eka, 2004, Membaca Gambar Teknik SMK, Bandung: CVArmico Yunus, Falah, 2008, Meningkatkan Percepatan Belajar Dalam Pembelajaran KKPI Melalui Metode Kooperatif STAD Kelas XII AP SMK Negeri 1 Samarinda. Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
76