Peningkatan Kompetensi Dasar K3 Melalui Metode CTL Dengan Pemanfaatan Program Multimedia Power Point Pada Siswa Heri Winoto (11320022 ST) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang masalah. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam dan bernilai bagi perbaikan kinerja pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana metode CTL dengan program multimedia power point dalam pembelajaran kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal?; dan (2) Apakah metode CTL dengan program multimedia power point mampu meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal?. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui penerapan metode CTL dengan program multimedia power point dalam pembelajaran kometensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal; dan (2) Untuk mengetahui apakah metode CTL dengan program multimedia power point mampu meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal. Metode penelitian. Penelitian di sini merupakan penelitian tindakan kels yang dilakukan dengan menggunakan 2 siklus, yaitu Siklus I dan Siklus II. Dimana masing-masing siklus dilakukan dengan 4 tahapan, yaitu perencanaan, observasi, tindakan, dan refleksi. Sedangkan subjek penelitian adalah siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal Tahun Pelajaran 2012-2013 sebanyak 38 siswa. Kesimpulan. Metode pembelajaran CTL dengan program multimedia power point dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal. Secara klasikal hasil belajar pada siklus I tersebut belum mampu mencapai ketuntasan. Pelaksanaan siklus II mampu mencapai keberhasilan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian ketuntasan klasikal 94,74% lebih tinggi dari harapan.Sehingga hipotesis yang menyatakan “penerapan metode CTL dengan program multimedia power point dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal tahun pelajaran 2012-2013” dapat diterima.Saran yang dapat diajukan yaitu: sekolah, diharapkan pihak sekolah, yaitu SMK NU 1 Adiwerna Tegal menyediakan fasilitas pembelajaran.Bagi guru, guru hendaknya dapat menguasai/memiliki pengetahuan tentang penggunaan berbagai metode pembelajaran. Bagi siswa, diharapkan siswa memotivasi diri sendiri untuk menjadi seseorang yang lebih baik, yaitu dengan cara membuat planing atau rencana ke depan. Kata Kunci : Kompetensi Dasar K3, Metode CTL, Multimedia Power Point. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu investasi yang berharga untuk suatu bangsa. Hal ini dikarenakan tolok ukur kesuksesan suatu bangsa salah satunya terletak pada kualitas pendidikan yang baik. Seiring berjalannya waktu, perkembangan globalisasi yang ditandai dengan teknologi informasi telah berkembang dengan cepat dan menghadapkan kita semua untuk ikut dalam persaingan global. Tuntutan pendidikan yang berkualitas menjadi kata kunci yang harus dijawab semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan. Salah satu masalah yang mendasar dalam dunia pendidikan adalah bagaimana usaha untuk meningkatkan proses belajar mengajar sehingga memperoleh hasil yang efektif dan efisien. Pendidikan tidak lagi hanya dilihat dari dimensi rutinitas, melainkan harus diberi makna mendalam Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
89
dan bernilai bagi perbaikan kinerja pendidikan sebagai salah satu instrumen utama pengembangan sumber daya manusia dengan multi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan menghendaki perencanaan dan pelaksanaan yang matang agar hasil yang diharapkan tercapai dengan maksimal. Meningkatnya hasil belajar merupakan salah satu indikator pencapaian tujuan pendidikan yang mana hal itu tidak terlepas dari motivasi siswa maupun kreativitas guru dalam menyajikan suatu materi pelajaran melalui berbagai metode untuk dapat mencapai tujuan pengajaran secara maksimal. Dalam interaksi belajar mengajar, metode mengajar di pandang sebagai salah satu unsur penting dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Metode pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pengajaran yang ingin dicapai sehingga semakin baik penggunaan metode pengajaran semakin berhasil pencapaian tujuan. Hal ini bahwa guru harus memilih metode yang tepat dan sesuai dengan pengajaran agar tujuan pengajaran dapat tercapai. Dapat kita sadari bahwa guru memiliki peran yang cukup besar terhadap baik buruknya hasil belajar siswa. Pemanfaatan media pembelajaran yang diterapkan guru ini memegang peran penting dalam menentukan hasil belajar siswa. Seperti halnya di SMK NU 1 Adiwerna Tegal, dimana sebagian besar guru masih menggunakan metode pembelajaran konvensional, yaitu ceramah. Hal ini tentunya akan menciptakan rasa jenuh pada siswa, sehingga siswa akan malas untuk mendengarkan materi yang disampaikan guru. Untuk itu, guru di sini dituntut untuk bisa menciptakan media-media pembelajaran yang menarik, sehingga dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dan lebih termotivasi dalam belajar. Selain itu dari hasil pengamatan sementara yang dilakukan pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal menunjukkan hasil belajar materi K3 untuk pokok bahasan “menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP” masih rendah, yang ditunjukkan dari hasil nilai ulangan yang diperoleh siswa untuk pokok bahasan tersebut lebih rendah dari pada pokok bahasan materi K3 yang lainnya. Untuk melihat gambaran dari hasil ulangan kompetensi dasar K3 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Hasil nilai rata-rata ulangan komptensi dasar K3 No 1. 2.
Kompetensi Dasar K3 Nilai Mendiskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) 85 Melaksanakan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja 90 (K3) 3. Mengidentifikasi aspek-aspek keamanan kerja 85 4. Mengontrol kontaminasi 80 5. Mendemonstrasi-kan pemadaman kebakaran 95 6. Melakukan pengangkatan benda kerja secara manual 95 7. Menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP 70 Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari ke tujuh kompetensi dasar K3 menunjukkan kompetensi dasar K3 untuk pokok bahasan “menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP” memiliki nilai rata-rata paling rendah, yaitu 70. Hasil nilai tersebut menggambarkan bahwa hasil belajar materi
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
90
K3 pokok bahasan “menerapkan pekerjaan sesuai dengan SOP” rendah. Rendahnya hasil belajar tersebut kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya: metode pembelajaran yang dipakai guru, profesionalitas guru, semangat belajar, dan lain-lain. Dilihat dari metode pembelajaran yang diterapkan guru SMK NU 1 Adiwerna Tegal menunjukkan mayoritas guru masih menggunakan metode pembelajaran secara konvensional, yaitu guru hanya menerangkan materi pada siswa tanpa menggunakan media yang menarik, sehingga kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru rendah. Melihat kondisi tersebut, menggambarkan bahwa metode pembelajaran memiliki peran penting dalam peningkatan hasil belajar siswa. Media pembelajaran yang baik harus memenuhi beberapa syarat. Penggunaan media mempunyai tujuan memberikan motivasi kepada siswa. Selain itu media juga harus merangsang siswa mengingat apa yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan belajar baru. Media yang baik juga akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik dan juga mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik dengan benar. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, timbul keinginan untuk melakukan penelitian dengan judul: “Peningkatan Kompetensi Dasar K3 melalui Metode CTL dengan Program Multimedia Power Point pada Siswa Kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal Tahun Pelajaran 20122013”.
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bagian dari suatu sistem manajemen yang penerapannya berguna untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan fisik. Pengertian Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning/ CTL) merupakan konsep belajar yang membantu para guru dalam mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan dari pada hasil belajar. Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya guru lebih banyak berurusan dengan strategi dari pada dengan informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai strategi tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari hasil menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
91
METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas (classroom action research), dengan merujuk pada model Kurt Lewin yang menunjuk empat komponen pokok penelitian yakni: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting) (Aqib, 2006:21). Sedangakn rancangan Penelitian Tindakan Kelas dengan desain Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model Kemmis dan Tanggar (1988) yang terdiri dari 4 komponen antara, lain: 1) Perencanaan; 2) Tindakan; 3) Observasi, dan 4) Refleksi. Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMK NU 1 Adiwerna Tegal. Dengan alasan lokasi penelitian dekat dengan tempat peneliti sehingga peneliti dapat melakukan observasi/pengamatan dengan lebih mudah, sehingga data yang diperlukan untuk penelitian akan lebih mudah didapatkan. 2. Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada siswa kelas X jurusan Teknik Sepeda Motor SMK NU 1 Adiwerna Tegal tahun pelajaran 2012-2013 sebanyak 38 siswa, karena hasil pengamatan sementara peneliti melihat kompetensi dsar K3 pada siswa kelas X belum sesuai harapan, sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan pembelajaran yang tujuannya untuk meningkatkan kompetensi dasar K3. 3. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan yaitu bulan April s/d September 2013. Dengan waktu selama enam bulan tersebut, peneliti harus dapat melakukan penelitian dengan maksimal, oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan metode CTL dengan pemanfaatan program Multimedia Power Point guna meningkatkan kompetensi dasar K3. Prosedur Penelitian Pada dasarnya, prosedur dalam penelitian itu terdiri dari tiga tahap, yaitu: pertemuan pendahuluan, observasi dan diskusi balikan. Adapun prosedur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan PTK berbentuk siklus (cycle). Tiap siklus dilakukan sesuai dengan perubahan ke arah peningkatan dan perbaikan proses pembelajaran. Pengumpulan Data Data penelitian tindakan yang dikumpulkan berupa informasi-informasi tentang kemampuan siswa dalam memahami materi K3. Disamping hal-hal tersebut di atas, diperlukan pula data tentang kemampuan guru dalam menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan penguasaan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Sumber data dalam penelitian ini adalah daftar nilai hasil belajar pada tahap penjajagan (data awal), daftar nama siswa, peneliti, teman sejawat dan kepala sekolah sebagai data pendukung, jenis data yang di dapat dari: (1) Proses belajar mengajar; (2) Nilai test siswa; dan (3) Observasi selama pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
92
1. Metode observasi Penelitian tindakan kelas ini lebih banyak didasarkan untuk mengamati proses pembelajaran yang berlangsung pada diri siswa setelah melewati perbaikan yang telah diterapkan dalam metode pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah. Metode observasi merupakan kegiatan pemuatan pemerhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. 2. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode dokumentasi digunakan karena sebelum dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencari informasi-informasi tentang daftar hasil belajar anak dari data-data yang diperoleh dari sekolah tersebut. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai daftar nama siswa, hasil belajar siswa.
HASIL PENELITIAN Siklus I Siklus I di sini dilakukan dengan menggunakan 2 kali pertemuan. Pada siklus I pembelajaran kompetensi dasar K3 dilakukan melalui metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal Tahun Pelajaran 2012-2013. Dengan langkahlangkah sebagai berikut: a. Perencanaan Setting penelitian : Pertemuan pertama : 1) Hari/Tanggal
:
Senin, 06 Mei 2013
2) Kelas
:
X Teknik Kendaraan Ringan
3) Jumlah Anak
:
38
4) Waktu
:
45 menit
5) Lokasi
:
SMK NU 1 Adiwerna
Dalam tahapan pertama ini kegiatan yang direncanakan atau dipersiapkan terdiri dari: 1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan disampaikan pada siswa 2) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang kompetensi dasar K3, yaitu mengenai kompetensi pelaksanaan prosedur darurat dan kompetensi mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. 3) Mempersiapkan alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran, yaitu berupa penyajian materi dengan menggunakan media power point, laptop/komputer, dan OHP/LCD 4) Membuat soal dan melakukan penilaian sesuai dengan prosedur penilaian
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
93
5) Membuat lembar observasi dan lembar penilaian untuk menilai keaktifan siswa. Sedangkan lembar soal digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam memahami materi K3. b. Tindakan Dalam tahapan ini, peneliti bertugas melakukan penelitian dengan melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Setelah peneliti menyusun persiapan tindakan, selanjutnya pelaksanaan tindakan siklus I dilakukan dengan melakukan proses kegiatan pembelajaran kompetensi dasar K3. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut: Kegiatan diawali dengan melakukan pengkondisian siswa kearah siap belajar, membaca doa dan mengucapkan salam. Hal ini dilakukan untuk membiasakan siswa berlaku positif. Selanjutnya guru memeriksa kehadiran siswa. Sebelum pembelajaran dilaksanakan guru melakukan apersepsi sesuai dengan materi yang akan diberikan, maksudnya adalah untuk menghubungkan materi yang akan disampaikan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Apersepsi dengan mengajak siswa bertanya tentang pengalaman pribadi siswa yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dalam hal permasalahan kecelakaan dalam bekerja. Adapun apersepsi disertai dengan pertanyaan-pertanyaan lisan sebagai berikut: Tabel 1. Pertanyaan guru terhadap siswa dalam apersepsi No 1.
Pertanyaan/Dialog Guru Anak-anak
apakah
kalian
Jawaban Siswa
menyadari Menyadari
bahwa bahaya dapat mengancam kita setiap saat? 2.
Kalian tahu bahaya apa yang sering Tahu, dialami oleh para pekerja? Misalkan apa?
yaitu
kecelakaan
kerja.
Misalnya kalau di bengkel tangan kejepit, kulit kena api las, mata kena percikan api las, dll.
3.
Untuk
meminimalisasikan
kecelakaan Pekerja harus mematuhi peraturan-
dalam bekerja sebaiknya pekerja harus peraturan yang ada, pekerja juga bagaimana?
harus mengenakan pelindung tubuh seperti yang disediakan di tempat kerja.
4.
Menurut kalian penting tidak memahami Sangat penting. bahaya dan resiko pada setiap pekerjaan yang kita kerjakan Setelah melakukan apersepsi, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan. Pada tahap konstruktivisme, guru memberikan
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
94
informasi dengan tanya jawab tentang hal yang akan dipelajari yaitu tentang keamanan dan keselamatan kerja di lingkungan kerja. Tabel 2. Pertanyaan guru terhadap siswa dalam apersepsi No
Pertanyaan/Dialog Guru
1.
Jawaban Siswa
Menurut kalian apakah kecelakaan kerja di
Bisa
lingkungan kerja itu bisa diminimalisasi? 2.
Dengan
cara
apa
pekerja
dapat Dengan cara mematuhi peraturan
meminimalisasi kecelakaan dalam bekerja?
dan prosedur kerja yang benar. Selain
itu,
pekerja
juga
perlu
mengenakan peralatan keselamatan kerja. 3.
Siapa yang perlu bertanggungjawab dalam Seluruh karyawan yang ada di menjaga keselamatan kerja di lingkungan lingkungan kerja kerja? Pada tahap inkuiri, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok masing-masing 4-5
orang siswa tiap kelompok. Untuk dilakukan kegiatan diskusi mengenai materi K3. Kegiatan yang dilakukan setelah melakukan apersepsi, yaitu guru memberi tindakan kelas dengan menggunakan metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan media power point melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 8 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 anak 2) Memberi tugas kelompok untuk membahas materi pelajaran 3) Setiap kelompok melaksanakan diskusi untuk membahas semua pertanyaan yang telah disusun guru 4) Siswa melaporkan hasil diskusi pada guru 5) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi Pemberian tes merupakan kegiatan akhir dalam kegiatan pembelajaran dengan metode CTL. Pemberian tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah menggunakan metode CTL dengan media power point. Soal-soal yang digunakan untuk tes berupa soal pilihan ganda dengan 5 pilihan jawaban. Soal-soal tes kemudian dievaluasi pada siklus I. Selain melakukan pengamatan terhadap kegiatan guru di kelas, pengamatan juga dilakukan terhadap siswa, khususnya mengenai : 1) Melaksanakan diskusi kelompok 2) Kerjasama dalam kelompok 3) Penyelesaian tugas mandiri 4) Keaktifan dalam memecahkan masalah
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
95
5) Keaktifan menjawab pertanyaan 6) Keaktifan berinteraksi dengan teman 7) Merangkum hasil belajar 8) Keaktifan mengerjakan tugas rumah c. Observasi Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman observasi (instrumen penelitian). Observasi ini berfungsi untuk mengamati segala sesuatu yang terjadi dan terlihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Selanjutnya hasil pengamatan tersebut di dokumentasikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi dan revisi terhadap rencana dan tindakan yang telah dilaksanakan untuk menyusun rencana dan tindakan yang selanjutnya. Hasil observasi yang dilakukan pada siswa, yaitu mengenai keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Keaktifan siswa sikus I Kategori Aspek Penilaian Baik
Cukup Kurang
14
3
21
%
36.84
7.89
55.26
18
5
15
%
47.36
13.15
39.47
16
13
9
%
42.10
34.21
23.68
13
14
11
%
34.21
36.84
28.94
16
11
11
%
42.10
28.94
28.94
16
11
11
%
42.10
28.94
28.94
15
10
13
%
39.47
26.31
34.21
15
12
11
%
39.47
31.57
28.94
Diskusi kelompok
Kerjasama dalam kelompok
Penyelesaian tugas mandiri
Keaktifan dalam memecahkan masalah
Keaktifan menjawab pertanyaan
Keaktifan berinteraksi dengan teman
Merangkum hasil belajar
Keaktifan mengerjakan tugas
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
96
Keaktifan siswa dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan delapan aspek. Hasil observasi yang dilakukan pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal tahun pelajaran 20122013 dapat dijelaskan sebagai berikut. Aspek diskusi kelompok mengambarkan mayoritas siswa yaitu 55,26% dalam kategori kurang. Aspek kerjasama dalam kelompok mayoritas siswa memiliki kategori baik yaitu 47,36%. Aspek penyelesaian tugas mandiri mayoritas siswa memiliki kategori baik yaitu 42,10%. Kemudian untuk aspek keaktifan dalam memecahkan masalah mayoritas siswa yaitu 36,84% memiliki kategori cukup. Aspek keaktifan menjawab pertanyaan yaitu 42,10% memiliki kategori baik. Untuk aspek keaktifan berinteraksi dengan teman, yaitu 42,10% memiliki kategori baik. Untuk aspek merangkum hasil belajar, yaitu 39,47% memiliki kategori baik. Dan untuk aspek keaktifan mengerjakan tugas 39,47% memiliki kategori baik. Hasil tersebut menggambarkan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi pra siklus. Secara grafis, keaktifan siswa siklus I dapat dilihat pada gambar 4.2. 60 50 40 30 20 10 0 Baik
Cukup
Kurang
Diskusi kelompok
Kerjasama dlm kelompok
Penyelesaian tugas mandiri
Keaktifan dlm memecahkan masalah
Keaktifan menjawab pertanyaan
Keaktifan berinteraksi dgn teman
Merangkum hasil belajar
Keaktifan mengerjakan tugas
Gambar 1. Keaktifan siswa siklus I Hasil observasi terhadap guru dalam pelaksanaan pembelajaran siklus I dengan metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point. Hasil observasi yang dilakukan terhadap guru, mengindikasikan guru masih belum optimal. Misalnya kemampuan guru dalam menjelaskan materi dengan menggunakan media power point, kemampuan guru membimbing siswa dalam mengerjakan tugas, kemampuan guru dalam mengelola kelas menjadi lebih aktif, kemampuan guru memberi semangat (dorongan secara emosional) kepada siswa dalam mengerjakan tugas saat pembelajaran K3 dilaksanakan dengan menggunakan metode CTL, dan Pemerataan perhatian guru kepada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Kondisi tersebut menjadikan proses pembelajaran melalui metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point juga kurang optimal, sehingga pemahaman siswa terhadap materi kompetensi dasar K3 kurang. Selain itu, kurang maksimalnya guru dalam penguasaan metode pembelajaran membuat siswa kurang termotivasi dalam belajar. Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
97
d. Refleksi Refleksi ini dilakukan bersama dengan observer. Observer yang dimaksud adalah rekan guru yang mengajar di SMK NU 1 Adiwerna. Melalui refleksi ini peneliti dapat melihat dan menemukan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran, sehingga dapat dijadikan acuan dalam menentukan perencanaan pada siklus berikutnya. Dalam refleksi ini akan dikaji mengenai tingkat keberhasilan pembelajaran K3 yang dilakukan guru dengan metode CTL dengan pemanfaatan media power point. Selain itu kegiatan refleksi ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan guru dalam penguasaan materi serta kemampuan dalam pembuatan media pembelajaran power point. Pada siklus I peningkatan kompetensi dasar K3 melalui metode CTL dengan pemanfatan program multimedia power point pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal dapat dilihat dari beberapa indikator berikut: 1) Keaktifan siswa dalam kegiatan diskusi kelompok mulai muncul 2) Kerjasama dalam kelompok mulai muncul 3) Keaktifan dalam pemecahan masalah yang diberikan guru secara mandiri mulai muncul 4) Keaktifan dalam memecahkan masalah/kasus yang diberikan guru di kelas mulai muncul 5) Keaktifan menjawab pertanyaan di kelas mulai muncul 6) Keaktifan berinteraksi dengan teman di kelas mulai muncul Kurang berhasilnya pelaksanaan siklus I perlu dilakukan perbaikan, yaitu dengan menerapkan siklus II. Pada siklus II, guru lebih matang dalam membuat renana pembelajaran dengan metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point. Dalam siklus II pembuatan media power point dibuat dengan lebih menarik, sehingga dapat memotivasi siswa dan merangsang siswa untuk lebih serius dalam mengikuti proses pembelajaran kompetensi dasar K3. Siklus II Siklus II merupakan siklus perbaikan dari siklus I yang belum dapat mencapai keberhasilan sesuai harapan. Perbaikan-perbaikan dalam siklus II yaitu: guru lebih banyak memberikan motivasi pada siswa, pembuatan media power point lebih banyak menggunakan animasi sehingga dapat menarik dan memotivasi siswa. Pelaksanaan siklus II ini hampir sama dengan pelaksanaan siklus I. Siklus II dilakukan dengan 2 kali pertemuan. a. Perencanaan Setting penelitian : Pertemuan pertama : 1) Hari/Tanggal
:
Senin, 03 Juni 2013
2) Kelas
:
X Teknik Kendaraan Ringan
3) Jumlah Anak
:
38
4) Waktu
:
45 menit
5) Lokasi
:
SMK NU 1 Adiwerna
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
98
Perencanaan yang disusun dalam siklus II ini sama dengan perencanaan dalam siklus I, yaitu: 1) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang kompetensi dasar K3, yaitu mengenai kompetensi pelaksanaan prosedur darurat dan kompetensi mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. 2) Mempersiapkan alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran, yaitu berupa penyajian materi dengan menggunakan media power point, laptop/komputer, dan OHP/LCD 3) Membuat soal dan melakukan penilaian sesuai dengan prosedur penilaian 4) Membuat lembar observasi dan lembar penilaian untuk menilai keaktifan siswa. Sedangkan lembar soal digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam memahami materi K3 Pertemuan kedua : 1) Hari/Tanggal
:
Senin, 17 Juni 2013
2) Kelas
:
X Teknik Kendaraan Ringan
3) Jumlah Anak
:
38
4) Waktu
:
45 menit
5) Lokasi
:
SMK NU 1 Adiwerna
Pelaksanan pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan pada pertemuan pertama, yaitu sebagai berikut: 1) Membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) tentang kompetensi dasar K3, yaitu mengenai kompetensi pelaksanaan prosedur darurat dan kompetensi mengikuti prosedur pada tempat kerja untuk pengamanan dan pengendalian limbah. 2) Mempersiapkan alat peraga yang diperlukan dalam pembelajaran, yaitu berupa penyajian materi dengan menggunakan media power point, laptop/komputer, dan OHP/LCD 3) Membuat soal dan melakukan penilaian sesuai dengan prosedur penilaian 4) Membuat lembar observasi dan lembar penilaian untuk menilai keaktifan siswa. Sedangkan lembar soal digunakan untuk menilai keberhasilan siswa dalam memahami materi K3 Pelaksanaan pertemuan kedua sedikit berbeda dengan pelaksanaan pertemuan pertama. Dimana pada pertemuan kedua guru lebih banyak mengulas materi pada pertemuan pertama, selain itu pada pertemuan kedua guru juga lebih aktif membuka sesi tanya jawab pada siswa, sehingga siswa dapat menanyakan materi-materi yang belum dipahami dalam pertemuan pertama. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan guru. b. Tindakan Dalam tahapan ini, peneliti bertugas melakukan penelitian dengan melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya, dengan pelaksanaan tindakan sebagai berikut:
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
99
1) Mempersiapkan dan melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Contextual Learning and Teaching (CTL). 2) Menyusun materi kompetensi dasar K3 dalam bentuk power point 3) Melakukan pemantauan dari efektifitas belajar 4) Melakukan evaluasi dari kegiatan yang telah dilakukan berdasarkan format, keberhasilan dan efektifitas model pembelajaran dan hambatan yang membuat proses tersebut mengalami kegagalan. 5) Melakukan perbaikan dan menentukan penggantian dari beberapa hal yang menghambat proses pembelajaran yang berjalan kurang baik dan mencari solusi dalam mengatasi hambatan proses pembelajaran pembelajaran yang telah dilaksanakan. c. Observasi Observasi dilakukan dengan meminta bantuan pada teman sejawat/rekan, yang mana kegiatan observasi dilakukan pada siswa dan guru. Hasil observasi yang dilakukan pada siswa, yaitu mengenai keaktifan siswa dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Keaktifan siswa sikus II Kategori Aspek Penilaian Baik
Cukup
Kurang
31
5
2
%
81.57
13.15
5.26
32
5
1
%
84.21
13.15
2.63
32
6
0
%
84.211
15.78
0
Keaktifan dalam memecahkan
32
5
1
masalah
%
84.21
13.15
2.63
27
9
2
%
71.05
23.68
5.26
Keaktifan berinteraksi dengan
32
5
1
teman
%
84.21
13.15
2.63
30
7
1
%
78.94
18.421
2.63
31
7
0
%
81.57
18.42
0
Diskusi kelompok
Kerjasama dalam kelompok
Penyelesaian tugas mandiri
Keaktifan menjawab pertanyaan
Merangkum hasil belajar
Keaktifan mengerjakan tugas
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa keaktifan siswa sebagian besar adalah baik. Keaktifan siswa di sini diukur dengan delapan aspek yang dapat dijelaskan bahwa untuk aspek diskusi
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
100
kelompok sebagian besar siswa memiliki kategori baik (81,57%), kemudian 13,15% memiliki kategori cukup, dan 5,26% memiliki kategori kurang. Aspek kerjasama dalam kelompok sebagian besar (84,21%) memiliki kategori baik, 13,15% memiliki kategori cukup, dan 2,63% memiliki kategori kurang. Kemudian untuk aspek penyelesaian tugas mandiri menunjukkan 84,21% memiliki kategori baik, dan 15,78% memiliki kategori cukup. Untuk aspek keaktifan dalam memecahkan masalah menunjukkan 84,21% memiliki kategori baik, 13,15% memiliki kategori cukup, dan 2,63% memiliki kategori kurang. Untuk aspek keaktifan menjawab pertanyaan menunjukkan 71,05% memiliki kategori baik, 23,68% memiliki kategori cukup, dan 5,26% memiliki kategori kurang. Pada kategori keaktifan berinteraksi dengan teman menunjukkan 84,21% memiliki kategori baik, 13,15% memiliki kategori cukup, dan 2,63% memiliki kategori kurang. Aspek merangkum hasil belajar, menunjukkan 78,94% memiliki kategori bak, 18,42% dengan kategori cukup, dan 2,63% dengan kategori kurang. Sedangkan untuk aspek keaktifan mengerjakan tugas menunjukkan 81,57% dengan kategori baik, dan 18,42% dengan kategori cukup. Hasil tersebut menggambarkan perkembangan yang lebih baik daripada kondisi pra siklus. Secara grafis, keaktifan siswa siklus I dapat dilihat pada gambar 4.3. 100 80 60 40
20 0 Baik
Cukup
Kurang
Diskusi kelompok
Kerjasama dlm kelompok
Penyelesaian tugas mandiri
Keaktifan dlm memecahkan masalah
Keaktifan menjawab pertanyaan
Keaktifan berinteraksi dgn teman
Merangkum hasil belajar
Keaktifan mengerjakan tugas
Gambar 2. Keaktifan siswa siklus II Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa mayoritas siswa mempunyai kategori baik. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa keaktifan siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal pada saat dilaksanakan proses pembelajaran melalui metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point dalam kategori baik. d. Refleksi Dalam refleksi ini akan dikaji mengenai tingkat keberhasilan pembelajaran K3 yang dilakukan guru melalui metode CTL dengan pemanfaatan media power point. Selain itu kegiatan
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
101
refleksi pada siklus II ini juga bertujuan untuk melihat kemampuan guru dalam penguasaan materi serta kemampuan dalam pembuatan media pembelajaran power point. Pelaksanaan siklus II mampu mencapai keberhasilan sesuai harapan. Dari 38 siswa, terdapat 36 siswa (94,74%) dapat mencapai ketuntasan, sedangkan 2 siswa (5,26%) belum tuntas. Secara klasikal menunjukkan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 94,74%. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui metode CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point dapat meningkatkan kompetensi dasar K3 sesuai harapan, karena secara klasikal mayoritas siswa dapat mencapai ketuntasan belajar. Hasil siklus II tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan metode CTL melalui pemanfaatan program multimedia power point pada siklus II mampu memberikan hasil yang lebih baik daripada siklus I. Hal ini dikarenakan pada siklus II guru lebih matang dalam pembuatan perencanaan pembelajaran. Pada siklus II guru juga lebih baik dalam mendesain media pembelajaran power point yang digunakan, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan meningkatkan daya tarik siswa untuk lebih serius dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan siklus I yaitu setelah menggunakan metode pembelajaran CTL dengan pemanfaatan program multimedia power point, hasil belajar kompetensi dasar K3 mengalami peningkatan, yaitu dengan tingkat ketuntasan klasikal 81,58%, dengan 81,58% siswa tuntas dan 18,42% sisswa belum tuntas. Secara klasikal hasil belajar pada siklus I tersebut belum mampu mencapai ketuntasan. Pelaksanaan siklus II mampu mencapai keberhasilan sesuai harapan. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian ketuntasan klasikal 94,74% lebih tinggi dari harapan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan metode CTL dengan program multimedia power point sangat efektif untuk meningkatkan kompetensi dasar K3 pada siswa kels X SMK NU 1 Adiwerna Tegal, sehingga hipotesis yang menyatakan “penerapan metode CTL dengan program multimedia power point dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal tahun pelajaran 2012-2013” dapat diterima. Pemanfaatan metode CTL dengan program multimedia power point dalam pembelajaran kompetensi dasar K3 dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi guru, yang mana kemampuan guru dalam menyampaikan materi, kemampuan guru dalam menjawab pertanyaan, kemampuan guru dalam mengelola kelas dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yang lebih baik dari setiap siklusnya. 2. Metode pembelajaran CTL dengan program multimedia power point dapat meningkatkan hasil belajar kompetensi dasar K3 pada siswa kelas X SMK NU 1 Adiwerna Tegal. Dengan menerapkan metode pembelajaran CTL, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Sedangkan dilihat dari Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
102
tingkat ketuntasan klasikal metode tersebut mampu meningkatkan ketuntasan pembelajaran siswa, sehingga metode CTL dengan program multimedia power point sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kompetensi dasar K3. Perkembangan dapat dilihat dari tingkat ketuntasan klasikal, yaitu kondisi pra siklus dengan ketuntasan klsikal 63,16% mengalami peningkatan pada siklus I sebesar 81,58% dan pada siklus II meningkat menjadi 94,74% menunjukkan nilai lebih besar dari ketentuan ketuntasan klasikal, yaitu 90%.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. (2006). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya Arikunto, Suharsimi. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. _________. (2007). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bina Aksara Azwar, S,. (2002). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Depdikbud. (1996). Kurikulum Pendidikan Dasar (GBPP). Jakarta: Proyek Pengembangan Guru SD. Depdikbud. DikMenJur. (2003). Mengikuti Prosedur Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Yogyakarta: DepDikNas Ernawati. (2012). “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS Tentang Kegiatan Ekonomi Melalui Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL)”. Jurnal Pendidikan. Vol. V. Hal. 14-22. Ervianto, Wulfram I. (2005). Manajemen Proyek Konstruksi (Edisi Revisi). Yogyakarta : C.V Andi Offset Gerald, OT. (2005). Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. (editor) Koesworo. Bandung : Eresgeu Hamalik, Umar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hermawan, dkk. (2007). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung: UPI Press. Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud. Miner, J.B. (1992). Industrial Organizational Psychology. McGraw-Hill. Inc. Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda. Nandang, Budiman. (2006). Memahami Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Nasution, S. (1994). Diktat Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Gardan. Vol. 3. No. 2, November 2013
103