PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL KOMPONEN PEMODELAN SISWA KELAS X-1 SMA N 1 ENAM LINGKUNG
TESIS
Oleh ELIZA PUTRI NIM 1103744
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan gelar Magister Pendidikan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013
1
Abstract
Eliza Putri: Improving Writing Skill Description through Contextual Component Modeling Approach of Grade X-1 SMA N 1 Enam Lingkung (2013)
This research was started from the problem of low student skills in expressing ideas into essay description. Moreover, the lack of students knowledge in putting out the ideas, combinning the ideas, and organizing the text so that students were not able to achieve the expected completeness criteria. This research was intended to (1) describe the process of skills to write essays descriptions improvement through contextual approach modeling component; (2) explain the improvement of students learning outcomes in writing skill essays description the contextual component modeling approach; (3) explain the factors supporting, inhibiting, and solution learning leading to improved skills write a description through a contextual approach modeling component grade X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. The type of this research was an action class. The subjects were 33 students of grade X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. The research was conducted in two cycles with six sessions in the third semester of the school year 2012/2013. Each cycle through the four stages, they were planning, action, observation/evaluation, and reflection. Data were obtained in the form of qualitative and quantitative data. Qualitative data were collected through observation, field notes, interviews, and documentation. Furthermore, quantitative data obtained through performance tests and questionnaire responses of students towards learning. The findings of this research showed that the use of a contextual component modeling approach could improve the learning outcomes of students essays description. The improvement was seen in the first cycle test results with an average value of 71.3 were more than enough on the classification and the second cycle improve with an average value of 85.2 were at a good classification. Based on the findings, it could be concluded that the use of a contextual component modeling approach could improve process and learning outcomes essay description of grade X1 Enam Lingkung SMA N 1. There were three support factors that influenced the process of improvements, they were: (a) training of writing a description was done on an ongoing process; (b) model essays contextual descriptions given; (c) learning approach was used. There were three negative factors, they are: (a) students shy to ask; (b) it was difficult to find the idea that can broaden to be a essay description; (c) the less of students understanding in description characteristics the second, the third and the fourth.
i
ABSTRAK Eliza Putri. 2013. “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung”. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Penelitian ini berawal dari masalah rendahnya keterampilan siswa dalam mengungkapkan ide ke dalam bentuk karangan deskripsi. Selain itu, kurangnya pengetahuan siswa dalam meruntutkan gagasan, memadukan gagasan, dan mengorganisasikan tulisan sehingga siswa belum mampu mencapai kriteria ketuntasan yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) menjelaskan proses peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (2) menjelaskan hasil peningkatan belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (3) menjelaskan faktor-faktor pendukung, penghambat, dan solusi yang menyebabkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung yang berjumlah 33 orang. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan enam kali pertemuan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Setiap siklus melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh dalam bentuk data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya, data kuantitatif diperoleh melalui tes unjuk kerja dan angket respons siswa terhadap pembelajaran. Temuan penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan hasil belajar menulis karangan deskripsi siswa. Peningkatan tersebut terlihat pada hasil tes siklus I dengan nilai rata-rata 71,3 berada pada kualifikasi lebih dari cukup dan pada siklus II meningkat dengan nilai rata-rata 85,2 berada pada kualifikasi baik. Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Ada tiga faktor pendukung yang mempengaruhi peningkatan tersebut, di antaranya: (a) latihan menulis karangan deskripsi yang dilakukan secara terus-menerus; (b) model karangan deskripsi kontekstual yang diberikan; (c) pendekatan pembelajaran yang digunakan. Ada tiga faktor penghambat, yaitu (a) siswa malu bertanya; (b) sulitnya menemukan ide yang dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan deskripsi; (c) kurangnya pemahaman siswa dalam ciri deskripsi kedua, ketiga, dan keempat.
ii
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt. yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung”. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (S2) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Pelaksanaan dalam proses penulisan tesis ini terlaksana atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Prof. Dr. Atmazaki, M.Pd. selaku pembimbing I sekaligus ketua Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dengan segala kesungguhan dan kesabaran memberikan arahan dan bimbingan untuk terwujudnya tesis ini.
2.
Dr. Ngusman Abdul Manaf, M.Hum. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dari awal penulisan proposal sampai terwujudnya tesis ini.
3.
Prof. Dr. Harris Effendi Thahar, Dr. Abdurahman, M.Pd, dan Prof. Dr. H. Sufyarma Marsidin sebagai kontributor yang memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.
4.
Prof. Dr. Syahrul, R, M.Pd. selaku validator instrumen yang telah memberikan saran demi validitasnya tes unjuk kerja siswa.
5.
Bapak dan Ibu dosen Pascasarjana UNP yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan tesis ini.
6.
Karyawan Pascasarjana UNP yang telah memberikan bantuan dalam proses administrasi pelaksanaan penelitian.
7.
Bapak Zulherman, S.Pd, M.M selaku kepala SMA N 1 Enam Lingkung yang telah memberi izin mengadakan penelitian di sekolah yang dipimpin.
vi
8.
Dra. Mulyati selaku guru kolaborator sekaligus sebagai validator dalam penelitian tindakan kelas yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
9.
Murniati, SS selaku guru kolaborator II yang berpatisipasi dalam menilai tes unjuk kerja siswa.
10. Siswa SMA N 1 Enam Lingkung kelas X-1 yang menjadi subjek penelitian ini. 11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, PPs UNP tahun 2011 yang telah banyak membantu untuk penyelesaian tesis ini. 12. Teristimewa untuk kedua orang tua dan kakakku yang telah banyak memberikan motivasi baik berupa moril dan materil dalam menyelesaikan penelitian ini. 13. Semua pihak yang ikut memberikan kontribusi dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan bahasa Indonesia pada khususnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.
Padang,
Penulis
vii
Mei 2013
DAFTAR ISI Halaman ABSTRACT................................................................................................................i ABSTRAK.................................................................................................................ii PERSETUJUAN AKHIR TESIS.............................................................................iii PERSETUJUAN KOMISI.......................................................................................iv SURAT PERNYATAAN.........................................................................................v KATA PENGANTAR.............................................................................................vi DAFTAR ISI..........................................................................................................viii DAFTAR TABEL....................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xiv DAFTAR GRAFIK................................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1 B. Identifikasi Masalah.............................................................................7 C. Batasan Masalah...................................................................................8 D. Rumusan Masalah.................................................................................9 E. Pertanyaan Penelitian............................................................................9 F. Tujuan Penelitian.................................................................................10 G. Manfaat Penelitian...............................................................................10 H. Definisi Istilah.....................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori....................................................................................13 1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan..............................................13 a. Batasan Menulis.........................................................................13 b. Tujuan Menulis...........................................................................16 c. Jenis Tulisan................................................................................18
viii
d. Langkah-langkah Menulis..........................................................21 2. Keterampilan Menulis Deskripsi.....................................................22 a. Batasan Deskripsi.......................................................................22 b. Ciri-ciri Deskripsi.......................................................................24 c. Jenis-jenis Deskripsi....................................................................26 d. Tahap-tahap Menulis Deskripsi...................................................29 3. Contextual Teaching and Learning (CTL)......................................30 a. Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL)....................30 b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL)...............33 c. Karakteristik Pembelajaran CTL…………………………….....37 d. Komponen Pemodelan…………………………………………39 e. Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Pembelajaran Kontekstual Komponen Pemodelan……….........44 4. Kedudukan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dalam Kurikulum 2006 SMA/MA...................................................46 5. Penilaian dan Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan................47 B. Penelitian yang Relevan.......................................................................50 C. Kerangka Konseptual...........................................................................53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian....................................................................................58 B. Objek, Lokasi, dan Subjek Penelitian.................................................59 C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas...................................................60 1. Prasiklus..........................................................................................62 2. Siklus I............................................................................................62 a. Tahap Perencanaan.....................................................................62 b. Tahap Tindakan..........................................................................63 c. Tahap Observasi/Evaluasi...........................................................65 d. Tahap Refleksi...........................................................................66 3. Siklus II..........................................................................................66 D. Sumber Data.......................................................................................67 E. Instrumentasi......................................................................................67 F. Validasi Instrumen.............................................................................77 G. Teknik Analisis Data.........................................................................78 H. Teknik Pengabsahan Data.................................................................85 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Penelitian............................................................................87 1. Kondisi Prasiklus ..................................................................... ..88 a. Pelaksanaan............................................................................ 88 b. Hasil....................................................................................... 89
ix
2. Hasil Penelitian Siklus I ............................................................. 91 a. Perencanaan .......................................................................... 91 b. Tindakan ............................................................................... 96 c. Observasi/Evaluasi .............................................................. 104 d. Refleksi ............................................................................... 159 3. Hasil Penelitian Siklus II ......................................................... 163 a. Perencanaan......................................................................... 163 b. Tindakan ............................................................................. 165 c. Observasi/Evaluasi .............................................................. 173 d. Refleksi ............................................................................... 229 B. Pembahasan ................................................................................ ...231 1. Proses Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan ................. .....231 2. Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan.........234 3. Hasil Pengamatan dan Tanggapan Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan......................237 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan.........................................................................................241 B. Implikasi.........................................................................................246 C. Saran...............................................................................................247 DAFTAR RUJUKAN LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Jenis, Alat, dan Teknik Pengumpulan Data....................................................76
2.
Pedoman Konversi untuk Skala Sepuluh........................................................83
3.
Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Prasiklus.................................................................................89
4.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian objek).......................................112
5.
Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian objek) .....................................113
6.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas)..........................117
7.
Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas)..........................118
8.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah)..........121
9.
Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah)..........122
10. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan)..................................................................................126 11. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan).................................................................................127 12. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang).................................130
xi
13. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang)...................................131 14. Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Akhir Siklus I.......................................................................132 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siklus I............................................................135 16. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru pada Siklus I…………..141 17. Rekapitulasi Hasil Angket pada Siklus I Berdasarkan Pernyataan yang Diberikan..............................................................................................143 18. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian objek).......................................182 19. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian objek) .....................................183 20. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas)..........................186 21. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas)..........................187 22. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah)..........190 23. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah)..........192 24. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan)..................................................................................195 25. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan).................................................................................196
xii
26. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang)...................................199 27. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang)...................................200 28. Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Akhir Siklus II.....................................................................201 29. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siklus II.............................................................................204 30. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru pada Siklus II…...…….211 31. Rekapitulasi Hasil Angket pada Siklus II Berdasarkan Pernyataan yang Diberikan..............................................................................................213 32. Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II...............235
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar
Halaman
1.
Bagan Kerangka Konseptual..............................................................56
2.
Bagan Alur Tindakan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan .........................................................................................61
xiv
DAFTAR GRAFIK Grafik 1.
Halaman
Hasil Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.....................................................................................236
xv
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1.
Identitas Anggota Subjek Penelitian.………………………………….........253
2.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I………………………….……254
3.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……………………………...268
4.
Validasi Instrumen Tes Siklus I dan Siklus II……………………………...282
5.
Instrumen Penelitian………………………………………………………..292
6.
Skor Total Pada Tes Awal (Prasiklus) Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung…………………..299
7.
Skor Total Pada Siklus I Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung…………………………….....301
8.
Skor Total Pada Siklus II Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung…………………………….....303
9.
Skor, Nilai, dan Klasifikasi Nilai per-Indikator Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Prasiklus (Tes Awal)……………... ………………………………………………….311
10.
Skor, Nilai, dan Klasifikasi Nilai per-Indikator Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Siklus I……………... ……………………………………………………...313
11.
Skor, Nilai, dan Klasifikasi Nilai per-Indikator Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Siklus II……………... …………………………………………………….315
xvi
12.
Lembar Observasi Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Siklus I……………... ………………………………………………….…..317
13.
Lembar Observasi Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Siklus II……………... ………………………………………………….….319
14.
Perbandingan Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Pada Siklus I dan Siklus II…………………………………………………321
15.
Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru Pada Siklus I dan Siklus II………………………………………………………………..322
16.
Angket Respons Siswa terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung Pada Siklus I dan Siklus II……………... …………………………………………………….324
17.
Catatan Lapangan Siklus I ………………………………………………...326
18.
Catatan Lapangan Siklus II ……………………………………………….338
19.
Hasil Wawancara Siklus I…………………………………………………353
20.
Hasil Wawancara Siklus II……………………………………………..…357
21.
Model Karangan Deskripsi Siklus I……………..………………………..361
22.
Model Karangan Deskripsi Siklus II……………………..……………….368
23.
Dokumentasi Siklus I……………………………………………………..374
24.
Dokumentasi Siklus II…………………………………………………….377
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah melatih berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Untuk dapat berkomunikasi secara lisan dan tulis, seseorang harus mempunyai empat aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan itu adalah keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek itu saling terkait. Seorang yang tidak bisa mendengar, biasanya tidak mampu berbicara. Seorang yang kurang terampil membaca, biasanya kurang mampu menulis. Begitu pula sebaliknya dengan mendengar, mendengar mempunyai kaitan erat dengan berbicara, sementara membaca berkaitan erat dengan menulis. Bukan hanya membaca, mendengar juga mempengaruhi menulis. Menulis mempunyai banyak fungsi yang sangat penting bagi pengembangan intelektual seseorang, salah satu di antaranya untuk mengemukakan sesuatu. Melalui keterampilan menulis, siswa dapat mengeskpresikan pikiran, ide, serta gagasannya kepada orang lain. Seorang penulis tidak hanya dituntut memindahkan permasalahan atau gagasan ke dalam tulisan. Dalam proses memindahkan ini, penulis setidaknya harus menguasai perihal tata cara atau kaidah-kaidah penulisan, menguasai variasi teknik penulisan, kemampuan mempertimbangkan calon pembaca, dan lain-lain. Untuk menulis, ide (gagasan) bisa timbul dengan membaca apa saja, seperti membaca novel, cerpen, artikel, majalah, koran, dan lain sebagainya. Ide (gagasan)
1
2
tersebut juga bisa timbul dengan melakukan pengamatan secara langsung atau tidak langsung terhadap suatu pokok permasalahan atau suatu peristiwa. Hal itu akan melahirkan suatu pemikiran baru untuk ditulis. Menurut Tarigan (1983:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak secara langsung dapat dimiliki oleh siswa, tetapi harus melalui banyak latihan dan praktik yang teratur agar tulisan dapat menjadi lebih baik. Keterampilan menulis perlu dilatih dari usia dini, yakni saat anak menduduki bangku SD, seterusnya akan berlanjut ke jenjang pendidikan SLTP, SLTA sampai ke jenjang Perguruan Tinggi. Di dalam pembelajaran bahasa Indonesia di kelas, selama ini masih banyak dijumpai guru yang menggunakan metode pembelajaran konvensional, kurang memberdayakan pemakaian media pembelajaran, dan masih kurang kreatif dalam mengelola pembelajaran bahasa Indonesia di kelas. Pada hal seorang guru bahasa Indonesia dituntut serius dalam meningkatkan kinerjanya demi meningkatkan keterampilan siswa dalam berbahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia perlu menguasai dan mampu menerapkan berbagai pendekatan dan metode dalam proses belajar mengajar di kelas agar proses belajar mengajar tersebut tidak monoton dan membosankan. Dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran bahasa Indonesia peran guru sangat besar, guru benar-benar ditantang untuk menghadirkan metode
3
yang memadai dan cocok untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut. Keterampilan menulis merupakan suatu yang cenderung dianggap paling sulit oleh siswa. Siswa yang telah duduk di tingkat SMA selayaknya telah mampu menulis. Alasan untuk mengatakan bahwa menulis itu sulit seharusnya tidak ada. Akan tetapi, masih adanya ditemui masalah pada siswa yang mengalami kesulitan dalam menuangkan ide dan gagasan, menulis paragraf yang padu, melahirkan gagasan yang logis, dan lainnya. Siswa SMA seharusnya telah mampu merancang tulisan dalam berbagai jenis karangan, seperti narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Sebaliknya, mereka juga mampu memilih pola pengembangan tulisan sesuai ide dan gagasan yang ingin mereka ungkapkan, seperti menuliskan hal yang mengesankan atau ungkapan ide tentang suatu hal. Di dalam menulis karangan deskripsi dibutuhkan kreativitas penulis. Dengan kreativitas yang tinggi, penulis dapat mengungkapkan ide dan gagasan menjadi sebuah karangan yang dapat menghibur sekaligus dapat meningkatkan pengetahuan pembaca. Jadi, dengan kreativitas yang tinggi, tulisan yang dihasilkan penulis dapat bermanfaat bagi pembaca. Berdasarkan hasil pengalaman peneliti sebagai guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA N 1 Enam Lingkung, pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis siswa khususnya menulis karangan deskripsi belum maksimal. Hal ini terlihat dari hasil menulis karangan deskripsi siswa tersebut yang masih
4
rendah. Kekurangmampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi terlihat dari miskinnya perbendaharaan kosa kata, ketidaktepatan pemakaian ejaan dari kaedah bahasa Indonesia, dan ketidaksesuaian struktur yang digunakan dengan struktur bahasa Indonesia yang baku. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi di SMA N 1 Enam Lingkung, khususnya pada kelas X-1 belum efektif dan efisien. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah selama ini pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada menulis karangan deskripsi di sekolah cenderung disajikan ke dalam bentuk metode ceramah, latihan, tanya jawab, dan berdiskusi. Setiap diberikan pembelajaran keterampilan menulis, khususnya menulis karangan deskripsi siswa selalu mengemukakan permasalahannya tentang kesulitan dalam menemukan ide atau gagasan untuk ditulis, pengembangan tulisan, serta beberapa faktor kebahasaan lainnya, seperti kalimat efektif, diksi yang tepat, dan belum terlihat kepaduan gagasan dalam paragraf. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk menulis sebuah karangan deskripsi siswa selalu mengatakan malas, tidak mengerti, bosan, tidak berbakat, dan sebagainya. Bagi siswa menulis karangan deskripsi merupakan pembelajaran yang paling membosankan dan tidak disukai. Akhirnya, nilai menulis karangan deskripsi siswa menjadi rendah. Kegiatan pembelajaran juga menunjukkan belum adanya usaha yang berarti untuk peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa.
5
Menurut
Kurikulum
2006,
pengajaran
bahasa
Indonesia
mencakup
kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Ketiga komponen ini dalam pengajaran bahasa Indonesia hendaknya dilaksanakan secara terpadu dengan menggunakan metode yang beragam. Artinya, guru dalam kegiatan tersebut tidak hanya menggunakan satu metode, tetapi menggunakan metode yang bervariasi sesuai dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa. Oleh karena itu, untuk mengadakan kegiatan pembelajaran yang meningkatkan kreativitas siswa terutama pembelajaran menulis karangan deskripsi, seorang guru bahasa harus mampu menggunakan berbagai pendekatan dan menvariasikan pendekatan tersebut sehingga tercapai proses pembelajaran yang efektif. Guru yang kreatif melakukan variasi dalam pembelajaran dan mampu membangkitkan semangat belajar siswa. Siswa tidak akan bosan mengikuti pembelajaran bahkan akan menjadi pembelajaran bahasa Indonesia yang sangat menyenangkan. Dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi diharapkan standar kompetensi lulusan satuan pendidikan dan standar kompetensi kelompok mata pelajaran bahasa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam standar isi dapat terpenuhi dengan maksimal. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah satu alternatif untuk mengkondisikan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, karena mereka berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata sehingga pembelajaran pun menjadi menyenangkan. Di samping itu, pendekatan kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan materi yang
6
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan seharihari dengan melibatkan tujuh komponen utama kontekstual dalam pembelajaran. Pembelajaran
dengan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
(modeling) diharapkan dapat mengatasi kesulitan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi siswa SMA N 1 Enam Lingkung, khususnya siswa kelas X-1. Dalam pembelajaran itu, dihadirkan sebuah model teks karangan deskripsi saat pembelajaran. Dengan model ini, siswa berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam karangan tersebut sebelum siswa menulis karangan deskripsi, sehingga mereka mampu menulis karangan deskripsi dengan benar sesuai dengan ciri-ciri deskripsi. Dengan menghadirkan model karangan deskripsi dalam pembelajaran khususnya pada keterampilan menulis, siswa dapat meniru struktur berupa ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada karangan tersebut. Berdasarkan rasionalitas tersebut, penulis merasa penting untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan minat dan motivasi siswa. Dalam hal ini penulis mengambil alternatif, yaitu dengan menggunakan pendekatan kontekstual khususnya komponen pemodelan. Penggunaan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan (modeling) dalam keterampilan menulis karangan deskripsi ini dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
7
di SMA, sebab pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila ada model yang dapat ditiru oleh siswa.
B. Identifkasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan keterampilan menulis karangan deskripsi antara lain. Pertama, pelaksanaan keterampilan menulis siswa khususnya menulis karangan deskripsi belum maksimal. Hal ini terlihat dari nilai karangan deskripsi siswa tersebut yang masih rendah. Kedua, kekurangmampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi terlihat dari miskinnya perbendaharaan kosa kata, ketidaktepatan pemakaian ejaan dari kaedah bahasa Indonesia, dan ketidaksesuaian struktur yang digunakan dengan struktur bahasa Indonesia yang baku. Ketiga, pembelajaran menulis karangan deskripsi belum efektif dan efisien. Keempat, masih digunakannya pendekatan pengajaran yang konvesional, tidak bervariasi dan masih menggunakan metode ceramah. Kelima, sulitnya siswa mengungkapkan ide ke dalam bentuk tulisan. Keenam, kurangnya kemampuan siswa dalam menggunakan diksi. Ketujuh, kurangnya pengetahuan siswa dalam menggunakan EYD. Kedelapan, kurangnya pengetahuan siswa dalam meruntutkan gagasan, memadukan gagasan, dan mengorganisasikan tulisan. Kesembilan, penyajian materi menulis yang kurang menarik dan terkesan monoton. Kesepuluh, belum efektifnya penggunaan pendekatan
8
kontekstual komponen pemodelan terutama dalam keterampilan menulis, khususnya dalam menulis karangan deskripsi. Pendekatan kontekstual merupakan konsep guru mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupannya seharihari. Menurut Rusman (2011:191), pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tujuh komponen, yaitu: (1) kontruktivisme (contructivism), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan alternatif untuk mengkondisikan siswa berpikir kritis, logis, dan analitis sehingga siswa dapat merasakan sendiri manfaat dari pelajarannya dan pelajaran pun menjadi menyenangkan. Pembelajaran kontekstual menganjurkan bahwa belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan yang baru sedemikian rupa sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimilikinya (ingatan, pengalaman, dan tanggapan).
C. Batasan Masalah Sesuai dengan permasalahan yang disebutkan pada latar belakang dan identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada peningkatan keterampilan menulis
9
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, masalah penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: ”Bagaimanakah peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung?”
E. Pertanyaan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, masalah penelitian ini dapat diuraikan menjadi tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah proses peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung?
2.
Bagaimanakah hasil peningkatan belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung?
3.
Faktor-faktor pendukung, penghambat, dan solusi apakah yang menyebabkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung?
10
F.
Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut. 1.
Menjelaskan proses peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
2.
Menjelaskan hasil peningkatan belajar siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
3.
Menjelaskan
faktor-faktor
pendukung,
penghambat,
dan
solusi
yang
menyebabkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
G. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik yang bersifat teoretis maupun praktis. Secara teoretis, dengan adanya penelitian ini akan dapat diperoleh manfaat bagi pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA) khususnya pada keterampilan menulis karangan deskripsi. Selain itu, juga dapat diperoleh manfaat tentang teori yang terdapat dalam hasil
11
penelitian ini, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian yang relevan bagi peneliti lain. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, proses pembelajaran, dan peneliti lanjutan. Pertama, siswa dapat meningkatkan kompetensi dalam menulis karangan deskripsi. Kedua, bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat sebagai masukan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah menengah. Dengan demikian, diharapkan rekan-rekan guru dapat terinspirasi sehingga dapat menerapkan pembelajaran dengan berbagai teknik yang lebih variatif, salah satu di antaranya menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini. Ketiga, hasil penelitian ini memberikan masukan untuk perbaikan pembelajaran pada setiap mata pelajaran, sehingga dapat menerapkan hal yang sama dan dapat mewujudkan pembelajaran yang lebih fleksibel. Keempat, berguna bagi peneliti selanjutnya yang dapat menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini untuk lebih sempurna di masa yang akan datang.
H. Definisi Istilah Untuk menghindari salah paham dalam membaca arahan penelitian ini, berikut ini peneliti jelaskan istilah pokok yang relevan dengan maksud penelitan.
12
1. Menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1983:3). 2. Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar (Semi, 2003:41). 3. Pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan dunia nyata siswa, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki, dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. 4. Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Artinya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru (Rusman, 2011:267).
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori Konsep-konsep yang digunakan sebagai landasan teori dalam penelitian ini meliputi: (1) menulis sebagai suatu keterampilan, (2) keterampilan menulis deskripsi, (3) Contextual Teaching and Learning (CTL), (4) kedudukan keterampilan menulis karangan deskripsi dalam Kurikulum 2006 SMA/MA, dan (5) penilaian dan tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
1. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berkaitan dengan menulis sebagai suatu keterampilan, teori yang akan diuraikan pada bagian ini adalah: (a) batasan menulis, (b) tujuan menulis, (c) jenis tulisan, dan (d) langkah-langkah menulis.
a. Batasan Menulis Menulis merupakan suatu keterampilan yang menunjukkan gambaran keterampilan berbahasa tertinggi dari keempat aspek keterampilan berbahasa, yakni: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis lebih membutuhkan adanya keterampilan pada aspek berbahasa yang lain. Oleh sebab itu,
13
14
menulis merupakan keterampilan mengeluarkan ide dan gagasan secara sistematis melalui bahasa sebagai mediumnya. Tarigan (1983:3) mengemukakan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Komunikasi itu berlangsung dengan cara penulis mengungkapkan suatu ide maupun gagasannya melalui tulisan dan pembaca hanya dapat berinteraksi dengan penulis melalui tulisan itu. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal menulis melibatkan unsur penulis sebagai penyampaian pesan atau isi tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Senada dengan pendapat tersebut, Hedge (2000:302) mengemukakan bahwa “writing is the result af employing strategies to manage the composing process, which is one gradually developing a text”. Hal itu menunjukkan bahwa menulis adalah hasil dari menggunakan suatu strategi untuk mengelola proses penyusunan, yang merupakan salah satu tahap dalam mengembangkan sebuah teks. Di dalam hal ini, Nurgiyantoro (2001:296) mengatakan bahwa aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasi pelajar bahasa setelah keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Selanjutnya, Semi (2003:5) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses yang kreatif. Sebagai suatu proses yang kreatif, menulis harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan dapat pula dilihat dengan hubungan satu dengan yang lain sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas.
15
Menulis merupakan salah satu di antara sarana untuk berkomunikasi dengan orang lain. Melalui tulisan seorang penulis dapat diketahui apa yang dipikirkannya, bagaimana sikapnya, dan sejauhmana pengetahuan yang dimilikinya. Menulis juga merupakan perbuatan kreatif karena menuntut keterampilan seseorang untuk mengungkapkan segala ide-ide dan gagasannya. Oleh sebab itu, menulis cenderung disebut sebagai kegiatan yang produktif. Berdasarkan uraian tersebut, batasan menulis dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, dari segi keterampilan menulis sebagai suatu keterampilan yang produktif sekaligus ekspresif. Kedua, dari segi proses menulis merupakan suatu proses penyampaian ide dan penyampaian pesan, gagasan, perasaan, dan informasi kepada pembaca melalui proses yang kreatif dan menuntut pengetahuan dan keterampilan sehingga apa yang hendak disampaikan dapat dipahami oleh pembaca dengan jelas. Ketiga, dari segi isi menulis memberikan suatu gambaran nyata akan daya pikir seseorang (penulis) karena dapat dilakukan melalui proses berpikir serta membutuhkan keterampilan yang banyak, wawasan yang luas, sikap yang kreatif, dan menggunakan
bahasa
sebagai
mediumnya.
Menulis
juga
sebagai
usaha
mengkomunikasikan kepada orang lain yang berupa pengalaman, pengetahuan, perasaan, dan segala isi jiwa sehingga ide dan gagasannya sampai kepada pembaca. Dengan demikian, keterampilan menulis merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk melambangkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk tulisan. Selain itu, keterampilan menulis merupakan suatu cara yang
16
mengkomunikasikan suatu pikiran. Tulisan juga merupakan sarana untuk mengemukakan ekspresi diri dan sarana untuk beradaptasi. Melalui tulisan, pembaca akan mengetahui jalan dan hasil pemikiran seseorang. Sebagai bagian dari tindak berbahasa, menulis berkaitan dengan kemampuan menulis dan kemampuan berpikir.
b. Tujuan Menulis Sebelum melakukan kegiatan menulis, seorang penulis harus menyadari apa tujuan dalam menulis. Hal itu perlu karena menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kosentrasi, waktu, dan pemikiran bukan suatu permainan atau rekreasi. Kesuksesan seorang penulis dapat ditentukan dari kemampuannya memahami tujuan menulis serta adanya dorongan yang kuat dalam diri individu. Hipple (dalam Tarigan, 1983:24-25) mengatakan tujuan menulis adalah sebagai berikut. Pertama, assignment purpose (tujuan penugasan), yaitu penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Kedua, altruistic purpose (tujuan altruistik), yaitu untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Ketiga, persuasive purpose (tujuan persuasif), yaitu tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. Keempat, informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan), yaitu tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan/
17
penerangan kepada pembaca. Kelima, self-expressive (tujuan pernyataan diri), yaitu tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca. Keenam, creative purpose (tujuan kreatif), yaitu tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik, nilai-nilai kesenian. Ketujuh, problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah), yaitu penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi, serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca. Menurut Semi (2003:14-15), tujuan menulis adalah sebagai berikut. Pertama, memberikan arahan yakni memberikan petunjuk kepada pembaca dengan mengerjakan sesuatu. Kedua, menjelaskan sesuatu yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang sesuatu hal yang harus diketahui oleh pembaca. Ketiga, menceritakan kejadian yakni memberikan informasi tentang sesuatu yang sedang belangsung di suatu tempat pada suatu waktu. Keempat, meringkas yakni membuat rangkaian suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat. Kelima, meyakinkan yakni tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca agar pembaca bisa menyetujui atau sependapat dengan apa yang diungkapkan penulis. Selanjutnya, Suparno dan Yunus (2007:13) mengemukakan bahwa tujuan menulis antara lain: (1) peningkatan kecerdasan, (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, (3) penambahan keberanian, dan (4) pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
18
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan tujuan menulis adalah sebagai berikut. Pertama, dari segi keterampilan tulisan yang bertujuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian. Kedua, dari segi proses memberikan arahan atau petunjuk kepada pembaca dengan mengerjakan sesuatu, menjelaskan sesuatu berupa memberikan penjelasan yang harus diketahui pembaca. Ketiga, dari segi isi memberi informasi atau keterangan kepada para pembaca. Dengan
demikian,
tujuan
menulis
merupakan
suatu
tulisan
untuk
menceritakan sesuatu atau memberikan informasi berupa keterangan kepada pembaca agar pembaca mengetahui apa yang disampaikan atau yang dialami oleh penulis, baik yang ia pikirkan, yang ia khayalkan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis bertujuan untuk meyakinkan pembaca akan gagasan atau ide yang disampaikan dalam tulisannya, sehingga pembaca bisa menyetujui dengan apa yang disampaikan atau diungkapkan penulis dalam tulisannya tersebut. Selain itu, menulis bertujuan mendidik dan menghibur pembaca.
c. Jenis Tulisan Menulis merupakan kegiatan pengungkapan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan secara tertulis. Kegiatan menulis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk atau jenis tulisan tergantung pada tujuan menulis itu sendiri. Semi (2003:29-47) secara umum mengemukakan bahwa bentuk atau jenis tulisan terdiri atas empat. Pertama, narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan
19
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Kedua, eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Ketiga, deskrispi adalah tulisan yang tujuannya memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberi pengaruh pada sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami objek tersebut. Keempat, argumentasi adalah tulisan yang bertujuan menyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis. Sejalan dengan pendapat tersebut, Atmazaki (2006:87-95) mengemukakan bahwa jenis tulisan itu terdiri atas lima, yaitu deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Pertama, deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia). Kedua, narasi adalah cerita yang didasarkan atas urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Ketiga, eksposisi menjelaskan sesuatu, membuka sesuatu, atau memberitahukan sesuatu sehingga pembaca atau pendengar mengerti dan memahami sesuatu itu. Keempat, argumentasi digunakan untuk meyakinkan pembaca atau pendengar tentang gagasan atau pernyataan yang akan dikemukakan. Kelima, persuasi sama dengan bujukan, gagasan, atau rayuan. Selanjutnya,
Rohmadi
(2011:81-83)
merumuskan
lima
jenis
tulisan
berdasarkan isi. Pertama, narasi atau cerita adalah jenis karangan yang menceritakan suatu pokok persoalan. Kedua, deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk
20
menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan informasi yang disampaikan. Ketiga, eksposisi adalah karangan yang dibuat untuk menerangkan suatu pokok persoalan yang dapat memperluas wawasan pembaca. Keempat, argumentasi adalah jenis karangan yang berisi gagasan lengkap dengan bukti dan alasan serta dijalin dengan proses penalaran yang kritis dan logis. Kelima, persuasi adalah jenis karangan yang disampaikan dengan menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan menarik untuk mempengaruhi pembaca sehingga pembaca terhanyut oleh siratan isinya. Berdasarkan uraian tersebut, jenis tulisan adalah sebagai berikut. Pertama, dari segi keterampilan kegiatan menulis dapat dilakukan berbagai bentuk atau jenis tulisan tergantung pada tujuan menulis itu sendiri. Kedua, dari segi proses jenis tulisan meliputi: narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Ketiga, dari segi isi jenis-jenis tulisan terdiri atas lima bentuk, yaitu narasi untuk menyampaikan tentang serentetan suatu peristiwa atau kejadian, deskripsi untuk melukiskan atau menggambarkan tentang suatu objek, eksposisi untuk menyampaikan sesuatu agar pembaca dapat memahami dan mengetahuinya, argumentasi untuk meyakinkan pembaca tentang gagasan yang dikemukakan, dan persuasi untuk mempengaruhi pembaca. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis tulisan terdiri atas lima, yakni narasi tulisan yang bertujuan menyampaikan tentang suatu peristiwa atau kejadian, deskripsi tulisan yang bertujuan melukiskan atau menggambarkan tentang
21
suatu objek, eksposisi bertujuan menyampaikan suatu informasi agar pembaca dapat memahami dan mengetahuinya, argumentasi untuk meyakinkan pembaca tentang gagasan yang dikemukakan, dan persuasi untuk mempengaruhi dan membujuk pembaca. d. Langkah-langkah Menulis Menulis sebuah karangan yang baik dan menarik, diperlukan tahap dalam menulis. Hal ini bertujan agar apa yang ditulis sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut Akhadiah, dkk (1992:2-3), kegiatan menulis terdiri atas tiga tahap, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi. Selanjutnya, menurut Semi (2003:10-11), ada tiga tahap dalam menulis, yaitu: (1) tahap persiapan atau pratulis, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap penyelesaian. Pertama, tahap persiapan atau pratulis yakni penulis menaksir-naksir apa yang ingin penulis
katakan,
penulis
berusaha
menemukan
fakta-fakta,
menyusunnya,
mengelompokkannya secara logis, menetapkan tujuan; pendeknya berusaha “menggulati” bahan atau gagasan itu sampai akhirnya mendapatkan suatu gambaran yang jelas tentang apa yang ingin dikatakan. Kedua, tahap penulisan yaitu penulis mulai mencurahkan gagasan ke atas kertas dengan menggunakan lambang-lambang bahasa tulis sebagai mediumnya. Ketiga, tahap penyelesaian yakni dilakukan kegiatan pembacaan kembali, penyuntingan, dan pengetikan naskah jadi untuk menghasilkan suatu naskah tulis yang selesai, yang siap untuk disampaikan kepada pembaca.
22
Sejalan dengan pendapat tersebut, Suparno dan Yunus (2007:1.15) mengemukakan keterampilan menulis terdiri atas lima tahap, yakni: (1) prapenulisan (persiapan), (2) penulisan (pengembangan isi karangan), dan (3) pascapenulisan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan langkah-langkah dalam menulis antara lain. Pertama, dari segi keterampilan langkah-langkah dalam menulis yakni persiapan, penulisan, dan penyelesaian. Kedua, dari segi proses meliputi: prapenulisan, penulisan, dan revisi atau penyempurnaan. Ketiga, dari segi isi yaitu pramenulis, menulis draf, merevisi, menyunting, dan mempublikasikan. Melalui tahap-tahap dalam menulis yang telah diuraikan sebelumnya, pembelajaran keterampilan menulis di kelas menjadi kegiatan yang menyenangkan, sehingga siswa tidak merasa ”dipaksa” untuk dapat menulis sebuah karangan, tetapi sebaliknya siswa merasa senang dalam menulis sesuatu.
2. Keterampilan Menulis Deskripsi Pada bagian ini, diuraikan teori-teori yang relevan dengan keterampilan menulis deskripsi. Teori-teori tersebut meliputi: (a) batasan deskripsi, (b) ciri-ciri deskripsi, (c) jenis-jenis deskripsi, dan (d) tahap-tahap menulis deskripsi. a. Batasan Deskripsi Karangan yang ditulis sebagai hasil keterampilan menulis tertuang dalam berbagai bentuk tulisan. Bentuk tulisan tersebut dapat berjenis eksposisi, narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Keraf (1982:93) mengatakan deskripsi atau
23
pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang berhubungan dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Selanjutnya, kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata peri-memerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Menurut Semi (2003:41), deskripsi adalah tulisan yang tujuannya adalah memberikan perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberikan pengaruh sensitivitas pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Atmazaki (2006:88) mengatakan bahwa deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia). Pembaca deskripsi seolah-olah ikut mencium, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat segala sesuatu yang dideskripsikan. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Thahar (2008:36) yang menyatakan bahwa deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata tentang sesuatu, berupa benda, tempat, dan suasana atau keadaan. Selanjutnya, Rohmadi (2011:81) mengemukakan deskripsi adalah jenis karangan yang dibuat untuk menyampaikan gambaran secara objektif suatu keadaan sehingga pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan informasi yang disampaikan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, dari segi keterampilan deskripsi merupakan sebuah bentuk tulisan yang berhubungan
24
dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kedua, dari segi proses deskripsi merupakan sebuah tulisan atau karangan yang tujuannya adalah gambaran, perincian atau detail tentang objek, sehingga pembaca atau pendengar, ikut melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut. Ketiga, dari segi isi deskripsi merupakan karangan
yang
memberikan
imajinasi
atau
pengaruh
sensitivitas
dengan
menggunakan pilihan kata yang menggugah, sehingga pembaca ikut melihat, merasakan, dan berada langsung pada objek yang disampaikan tersebut. Dengan demikian, deskripsi merupakan suatu bentuk tulisan yang melukiskan maupun menggambarkan perincian-perincian tentang suatu objek atau kejadian dengan tujuan seolah-olah pembaca atau pendengar seakan-akan ikut melihat, mendengar, merasakan, dan berada langsung di tempat objek atau kejadian yang dilukiskan penulis tersebut.
b. Ciri-ciri Deskripsi Semi (2003:41-42) mengemukakan ada lima ciri-ciri penanda deskripsi. Pertama, deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail suatu perincian tentang suatu objek. Artinya, penulis harus bisa menggambarkan tentang suatu objek secara rinci dan detail sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami dengan jelas oleh pembaca, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang pantai Karta, penulis
25
harus merincikan secara detail tentang letak pantai Karta dan keadaan pantai yang ombaknya bergelombang sehingga membawa rasa segar dan nyaman. Kedua, deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Artinya, penulis harus mampu menciptakan imajinasi pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek tersebut secara keseluruhan, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang sebuah pot bunga yang begitu indah dan pembaca diberi imajinasi mengenai tulisan itu. Ketiga, deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan menggunakan pilihan kata yang menggugah. Artinya, penulis harus mampu menggunakan pilihan kata yang tepat dalam tulisan deskripsi dan dapat menggugah perasaan pembaca, sehingga setelah membaca tulisan deskripsi tersebut maka imajinasi pembaca akan terpengaruh dan dapat menimbulkan perasaan tetentu, misalnya penulis ingin menggambarkan keindahan pantai, agar meninggalkan kesan kepada pembaca maka dapat digunakan kata-kata seperti “pemandangannya yang indah, udaranya yang sejuk, angin berhembus sepoi-sepoi, dan ombak yang bergelombang silih berganti sehingga membuat pengunjung betah jika berada di sana.” Keempat, deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam warna, dan manusia. Artinya, deskripsi pada umumnya objek berupa suatu benda, alam, warna, dan manusia sehingga objek yang dilukiskan tersebut seolah-
26
olah dapat didengar, dilihat, dan dirasakan oleh pembaca, misalnya suara penyanyi itu sangat bagus, pemandangan itu sangat indah, udara itu sangat sejuk. Kelima, organisasi penyampaianya lebih banyak menggunakan susunan ruang. Hal itu biasanya ditandai dengan ungkapan-ungkapan di kiri, di kanan, di barat, di timur, di sini, di sana, dan di situ. Contoh: Rumah warga di Pariaman di sana sini retak akibat gempa. Selanjutnya, Rohmadi (2011:81) merumuskan tiga ciri-ciri deskripsi, yakni: (1) bersifat informatif, (2) pembaca diajak menikmati sesuatu yang ditulis, dan (3) susunan peristiwa tidak dianggap penting. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan ciri-ciri deskripsi sebagai berikut. Pertama, memperlihatkan detail atau perincian tentang suatu objek. Kedua, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Ketiga, menggunakan pilihan kata yang menggugah (diksi yang tepat). Keempat, memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam, warna, dan manusia. Kelima, menggunakan susunan ruang yang biasanya ditandai dengan ungkapan-ungkapan di kiri, di kanan, di barat, di timur, di sini, di sana, dan di situ.
c. Jenis-jenis Deskripsi Keraf (1982:94) mengatakan bahwa berdasarkan tujuannya deskripsi dibedakan atas dua macam. Pertama, deskripsi sugestif, dalam hal ini penulis
27
bermaksud menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca karena perkenalan langsung dengan obyeknya. Pengalaman atas obyek itu harus menciptakan kesan atau interpretasi. Sasaran deskripsi sugestif adalah dengan perantaraan tenaga rangkaian kata-kata yang dipilih oleh penulis untuk menggambarkan ciri, sifat, dan watak dari obyek tersebut sehingga dapat diciptakan sugesti tertentu pada pembaca. Kedua, deskripsi ekspositoris atau deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai obyeknya sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan obyek tadi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Semi (2003:42) mengatakan jenis deskripsi dibagi atas dua, yaitu deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Pertama, deskripsi ekspositorik (teknis) yaitu deskripsi yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pambaca. Kedua, deskripsi artistik (sugestif) yaitu deskripsi yang mengarah kepada pemberian pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan. Marahimin (dalam Thahar, 2008:36) mengemukakan bahwa deskripsi dibagi atas dua macam. Pertama, deskripsi ekspositoris mengutamakan hubungan logis secara berurutan dengan menekankan hubungan logis secara berurutan dengan menekankan detil tiap bagian dan ketat terhadap obyek. Misalnya, dalam
28
mendeskripsikan kereta api, terlebih dahulu dideskripsikan kepalanya, baru diikuti oleh gerbong-gerbong di belakangnya. Kedua, impresionistis lebih mengutamakan kesan (impresi) penulisnya, tanpa harus tunduk pada urutan dan detil ketat. Lebih lanjut, Marahimin (2010:46-47) membedakan dua macam bentuk deskripsi. Pertama, deskripsi ekspositori adalah yang sangat logis, yang isinya biasanya merupakan daftar rincian, semuanya, atau yang menurut penulisnya hal yang penting-penting saja, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan logis obyek yang diamati itu. Kedua, deskripsi impresionistis kadang-kadang dinamakan deskripsi stimulatif adalah untuk menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk stimulasi pembacanya. Berdasarkan uraian jenis-jenis karangan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan. Pertama, deskripsi ekspositorik merupakan deskripsi yang hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi, perincian, atau informasi mengenai obyeknya dengan jelas, tanpa menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca. Kedua, deskripsi artistik (sugestif) bermaksud menciptakan sebuah pemberian pengalaman pada diri pembaca karena perkenalan langsung dengan obyek yang disampaikan, dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan. Ketiga, deskripsi impresionistis lebih menggambarkan (impresi) penulisnya atau untuk menstimulir pembacanya, tanpa harus tunduk pada urutan dan detil ketat.
29
Dari uraian tersebut, dalam penelitian ini penulis memilih deskripsi artistik (sugestif), yaitu deskripsi yang memberikan pengalaman kepada pembaca, seolaholah pembaca berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui penyampaian gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah. Hal itu sesuai dengan ciri-ciri karangan deskripsi.
d. Tahap-tahap Menulis Deskripsi Secara umum, Semi (2003:42-43) mengatakan bila bermaksud menulis tentang suatu tempat, alat, atau sesuatu yang pernah dilihat dengan menggunakan bentuk deskripsi, maka ikutilah petunjuk berikut ini. Pertama, pilih dan perhatikan objek dengan detail dan teliti. Pilihlah detail yang sangat baik untuk dipaparkan. Detail tersebut harus disusun secara sistematis. Jika anda mendeskripsikan tentang suatu tempat dimana anda berada sekarang, anda harus memahami terlebih dahulu objek yang dideskripsikan, setelah seluk beluk dipahami secara detail barulah dimulai menulis sebuah karangan deskripsi. Kedua, gunakanlah pilihan kata yang tepat, maksudnya gunakan ungkapan atau kata yang spesifik agar apa yang penulis amati dan rasakan dapat pula diamati dan dirasakan oleh pembaca. Pilihan kata dan kalimat dalam karangan deskripsi berupaya untuk menggerakkan saraf-saraf indra sehingga pembaca seakan-akan bisa berhadapan langsung dengan objek yang dilukiskan.
30
Berdasarkan pendapat tersebut, langkah-langkah dalam menulis sebuah tulisan deskripsi ada dua. Pertama, penulis harus benar-benar mengetahui dan memahami tentang objek yang akan dilukiskan atau digambarkan. Kedua, penulis hendaknya kaya akan diksi dan gaya bahasa sehingga dapat menggugah perasaan pembaca.
3. Contextual Teaching and Learning (CTL) Berkaitan dengan Contextual Teaching and Learning (CTL), teori yang diuraikan pada bagian ini meliputi: (a) definisi Contextual Teaching and Learning (CTL), (b) komponen Contextual Teaching and Learning (CTL), (c) karakteristik pembelajaran CTL, (d) komponen pemodelan, dan (e) pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan pembelajaran kontekstual komponen pemodelan.
a. Definisi Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Johnson (2011:67), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. CTL merupakan suatu pendekatan yang bersifat penerapan dan operasional, yaitu apa sesungguhnya yang terjadi di dalam kelas.
31
Sanjaya (2011:255) mengatakan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Selanjutnya, Yamin (2011:199-200) mengemukakan bahwa: ”Contextual Teaching and Learning is a conception to teaching and learning that helps teachers relate matter content to real world situasions; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workes and engage in the hard work that learning requires.” Hal tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi yang sebenarnya dan memotivasi peserta didik untuk membuat hubungan-hubungan pengetahuan dengan penerapannya di dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warganegara, dan pekerja serta mengikatnya di dalam kerja keras yang diperlukan dalam belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut, Elaine (dalam Rusman, 2011:187) mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Jadi, pembelajaran kontekstual merupakan usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa
32
kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Howey R, Keneth (dalam Rusman, 2011:189-190) mengemukakan bahwa ”Contextual teaching is teaching that enables learning in wich student employ their academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school context to solve simulated or real world problem, both alone and with others.” Pernyataan tersebut merupakan bahwa CTL adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar, di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya dalam berbagai konteks, yakni dalam dan luar sekolah dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendirisendiri maupun bersama-sama. Asal kata kontekstual diambil dari bahasa Inggris (asal bahasa Latin con = with dan textum = woven) bermaksud mengikut konteks atau dalam konteks. Konteks juga membawa keadaan, situasi, dan kejadian. Secara umum, kontekstual memiliki dua pengertian, yaitu: (1) yang berkenaan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, dan mengikut konteks, dan (2) yang membawa maksud, makna, dan kepentingan (meaningful). Oleh karena itu, kaidah kontekstual yaitu kaidah yang dibentuk berasaskan maksud kontekstual itu sendiri, seharusnya mampu membawa pelajar pada tujuan pembelajaran isi dan konsep yang berkenaan atau relevan bagi mereka, dan juga memberi makna dalam kehidupan mereka sehari-hari.
33
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, dari segi proses Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademiknya dalam berbagai konteks, yakni dalam dan luar sekolah yang mereka pelajari dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama. Kedua, dari segi isi Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata. Dengan demikian, pembelajaran kontekstual merupakan fenomena yang bersifat alamiah, tumbuh dan terus berkembang, serta beragam karena berkaitan dengan fenomena kehidupan sosial masyarakat. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa, pendekatan kontekstual ini menitikberatkan pada aktivitas mengaktifkan, menyentuh, mempertautkan, menumbuhkan, mengembangkan, dan membentuk pemahaman melalui penciptaan kegiatan, pembangkitan penghayatan, internalisasi, serta proses penemuan jawaban dinamis.
b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) Rusman (2011:191) mengemukakan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tujuh komponen, yaitu: (1) kontruktivisme (contructivism), (2) menemukan (inquiry), (3) bertanya (questioning), (4) masyarakat
34
belajar (learning community), (5) pemodelan (modeling), (6) refleksi (reflection), dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Proses pembelajaran bahasa Indonesia dikatakan menggunakan CTL bila diterapkan secara terintegrasi berbagai komponennya. Artinya, dalam satu kali proses pembelajaran tidak harus diterapkan ketujuh komponen CTL tersebut. Berikut ini akan diuraikan ketujuh komponen CTL yang dimaksud. Pertama, konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat saja, tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Rusman, 2011:193). Selanjutnya, menurut Sanjaya (2011:264) konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Kedua, menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya
menemukan
akan
memberikan penegasan bahwa
pengetahuan
dan
keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (Rusman, 2011:194). Pada tahap ini, guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai sebuah materi, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan
35
”menurut
buku”.
Senada
dengan
pendapat
tersebut,
Sanjaya
(2011:265)
mengemukakan proses menemukan (inquiry) dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu: (1) merumuskan masalah, (2) mengajukan hipotesis, (3) mengumpulkan data, (4) menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan, dan (5) membuat kesimpulan. Ketiga, bertanya (questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiry, yaitu menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya. Keempat, masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain (Sanjaya, 2011:267). Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya heterogen, baik dilihat dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, mapun dilihat dari bakat dan minatnya. Biarpun dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan, yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat belajar mendorong temannya yang lambat belajar, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa bervariasi bentuknya, baik keanggotaan maupun jumlah.
36
Kelima,
pemodelan
(modeling)
adalah
proses
pembelajaran
dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa (Sanjaya, 2011:267). Artinya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Bisa jadi guru memberikan model karya tulis, model paragraf, dan model kalimat. Model bisa didatangkan dari luar kelas atau siswa yang mempunyai kelebihan dapat dijadikan model. Misalnya karangan siswa yang bagus, cara mendeklamasikan puisi yang tepat dan berpidato yang baik, atau guru memberikan contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Keenam, refleksi (reflection) adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Rusman, 2011:197). Artinya, pada saat refleksi, siswa diberi kesempatan untuk mencerna dengan dirinya sendiri. Selain itu, siswa dimotivasi untuk berani merefleksi apa yang baru dipelajarinya, sebagai pengayaan atau revisi terhadap pengetahuan sebelumnya. Ketujuh, penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa (Sanjaya, 2011:269). Pembelajaran yang benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari sesuatu (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di
37
akhir periode pembelajaran. Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran, baik dalam kelas maupun di luar kelas. Itulah data yang sebenarnya (autentik). Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual adalah dengan menerapkan salah satu komponen pendekatan kontekstual tersebut dalam pembelajaran. Komponen tersebut meliputi: konstruktivisme, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian yang sebenarnya. Pada penelitian ini, komponen yang diterapkan dalam pendekatan kontekstual yakni komponen pemodelan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.
c.
Karakteristik Pembelajaran CTL Sanjaya (2011:254) mengemukakan lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Pertama, dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge). Artinya, apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Kedua, pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan
38
baru itu diperoleh dengan cara deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan, kemudian memerhatikan detailnya. Ketiga, pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya
dan
berdasarkan
tanggapan
tersebut
baru
pengetahuan
itu
dikembangkan. Keempat, mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. Kelima, melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan dan penyempurnaan strategi. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan pembelajaran CTL meliputi lima karakteristik,
yaitu: (a) pembelajaran merupakan proses pengaktifan
pengetahuan yang sudah ada, (b) pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru, (c) pemahaman pengetahuan, (d) mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut, dan (e) melakukan refleksi terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
39
d. Komponen Pemodelan Salah satu di antara komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen pemodelan (modeling). Pemodelan dapat berbentuk demosntrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara melempar bola dalam olahraga, selain itu, model juga bisa berupa contoh karya tulis, contoh karangan, cara melafalkan bahasa Inggris dan sebagainya. Kunandar (2007:291) mengatakan bahwa pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan
pada
dasarnya
membahasakan
gagasan
yang
dipikirkan,
mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswa-siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai model (Kunandar, 2007:291). Lebih lanjut, Kunandar (2007:292) merumuskan enam contoh pembelajaran kontekstual dengan pemodelan, yaitu: (1) guru olahraga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa, (2) guru PKN mendatangkan seorang veteran di kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh itu, (3) guru Geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya, (4) guru Biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu
40
badan, (5) guru Kerajinan Tangan mendatangkan model tukang kayu ke kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya, dan (6) guru Ekonomi menunjuk siswa untuk berperan sebagai seorang pedagang. Selanjutnya, Muslich (2009:46) mengemukakan prinsip-prinsip komponen pemodelan
(modeling)
yang
bisa
diperhatikan
guru
ketika
melaksanakan
pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru, (2) model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya, dan (3) model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan. Menurut Yamin (2011:208), dalam pendekatan CTL komponen pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Seorang penutur asli bahasa Inggris dihadirkan di dalam kelas untuk menjadi “model” cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya. Salah satu definisi belajar adalah meniru, artinya meniru model oleh peserta didik sehingga dia mampu melakukannya seperti apa yang dimodelkan seseorang. Lebih lanjut, Yamin (2011:208) mengemukakan dalam kehidupan sehari-hari seorang sering gamang dalam melaksanakan sesuatu yang menurutnya asing dan belum pernah dicoba, maka dibutuhkan suatu model untuk ditiru. Mereka akan mampu melaksanakannya bila dia telah melihat, memahami, mendengar, dan mencoba apa-apa yang telah dibuat model. Dengan kata lain, kata kunci dari pemodelan ini adalah belajar lebih mudah manakala ada “model”.
41
Senada dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2011:267) mengatakan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Lebih lanjut, Sanjaya (2011:268) mengemukakan bahwa proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya, siswa yang pernah menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretisabstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Selanjutnya, Bandura (dalam Trianto, 2012:77-79) mengklasifikasikan empat fase belajar dari pemodelan, yakni fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi. Pertama, fase atensi memberikan perhatian pada suatu model. Dalam pembelajaran guru yang bertindak sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa memberikan perhatian kepada bagian-bagian penting dari pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajarn secara jelas dan menarik, memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan mendemonstrasikan suatu kegiatan. Kedua, fase retensi bertanggung jawab atas pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu dalam ingatan (memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori. Untuk
42
memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan waktu pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental. Misalnya, mereka dapat memvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya. Ketiga, fase reproduksi berupa kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat (pembelajar). Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada halhal yang masih salah dalam penampilan. Keempat, fase motivasi, pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh penguatan. Aplikasi fase motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai. Pemodelan dalam pembelajaran, yaitu guru mempersiapkan suatu karangan yang akan dijadikan sebagai model atau contoh dalam menulis karangan baru. Karangan tidak sama persis dengan model karangan yang diberikan. Struktur memang akan sama, tetapi berbeda isinya. Dengan demikian, dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, misalnya guru memberikan contoh karangan deskripsi kepada siswa saat pembelajaran, sehingga sebelum mengerjakan karangan deskripsi
43
siswa sudah mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan karangan deskripsi. Dengan demikian, hasil karangan deskripsi siswa akan lebih baik, benar, dan memenuhi syarat penulisan karangan deskripsi berupa ciri-ciri deskripsi. Komponen
pemodelan
ini
sangat
membantu
dalam
meningkatkan
keterampilan siswa menulis karangan deskripsi. Hal ini terbukti dengan mendemonstrasikan/ memberikan contoh karangan deskripsi kepada siswa, maka siswa dengan mudah memahami karangan deskripsi tersebut. Selain itu, dalam pembelajaran melalui komponen pemodelan ini dapat melatih siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dengan cara menemukan sendiri ciri-ciri deskripsi dengan memberikan model yang bisa dilihat dan diamati siswa, sehingga pengetahuan dalam menulis deskripsi yang diperoleh siswa untuk dipahami dan dimengerti serta langsung dapat diterapkan dalam kehidupan siswa. Dengan menggunakan model yang konkret sekaligus sesuai dengan tujuan pembelajaran merupakan usaha memberikan pembelajaran yang bermakna kepada siswa. Pembelajaran ini juga lebih kontekstual karena dapat memberikan pengalaman nyata sehingga siswa mampu mengaitkan antara pengalaman yang diperolehnya itu dengan penerapan yang akan mereka laksanakan. Dalam pembelajaran menulis apabila diberikan model yang konkret siswa akan mendapatkan kemudahan dalam merancang tulisannya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemodelan merupakan di dalam pembelajaran ada model yang dapat ditiru oleh siswa, artinya pembelajaran
44
akan berhasil jika ada model yang dapat ditiru oleh siswa. Guru bukan satu-satunya model, model bisa didatangkan dari luar kelas. Selanjutnya, indikator komponen pemodelan, yaitu: (1) ada suatu objek/ suatu tindakan yang ideal untuk dicontoh, (2) objek/ tindakan ideal itu didemonstrasikan kepada siswa, dan (3) siswa diminta untuk meniru atau mencontoh objek atau tindakan yang didemonstrasikan.
e.
Keterampilan Menulis Karangan Kontekstual Komponen Pemodelan
Deskripsi
dengan
Pembelajaran
Keterampilan menulis merupakan suatu proses penyampaian ide dan penyampaian pesan, gagasan, perasaan, dan informasi kepada pembaca melalui proses yang kreatif dan menuntut pengetahuan dan keterampilan sehingga apa yang hendak disampaikan dapat dipahami oleh pembaca dengan jelas. Selain itu, keterampilan menulis memberikan suatu gambaran nyata akan daya pikir seseorang (penulis) karena dapat dilakukan melalui proses berpikir serta membutuhkan keterampilan yang banyak, wawasan yang luas, dan sikap yang kreatif. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa prinsipprinsip komponen pemodelan (modeling) yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran, yakni pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru, model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya, dan model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan.
45
Menurut Nurhadi (2004:20), kegiatan pembelajaran yang bisa diterapkan guru untuk mencapai indikator dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan adalah sebagai berikut. 1. Guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku mengenai pengalaman mereka dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan faktor-faktor penyebab belum mampunya mereka menulis karangan deskripsi dengan baik. 2. Guru bertanya kepada siswa bagaimana pengalaman yang mereka miliki serta kendala yang dihadapi dalam menulis karangan deskripsi. 3. Guru mulai menjelaskan teori menulis karangan deskripsi untuk memancing siswa mengaitkan dengan pengalaman yang mereka miliki, sehingga mereka mampu menemukan dan menyimpulkan sendiri pengetahuan tentang menulis karangan deskripsi dengan pengalaman mereka. 4. Guru menampilkan/ membagikan contoh karangan deskripsi yang bisa diamati oleh siswa. 5. Guru menugaskan siswa menulis karangan deskripsi berdasarkan contoh yang telah diberikan. 6. Guru menugaskan siswa tampil di depan kelas membacakan hasil karangannya sesuai dengan judul yang dipilihnya.
46
7. Guru bersama siswa lainnya memberikan komentar terhadap penampilan siswa yang meliputi ciri-ciri deskripsi, sehingga siswa mampu merefleksi setiap langkah-langkah mereka dalam menulis karangan deskripsi. 8. Guru memberikan penilaian terhadap hasil karangan deskripsi siswa. Uraian kegiatan pembelajaran tersebut yang mendasari siklus penelitian dalam metode penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan oleh peneliti tercantum dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
4. Kedudukan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dalam Kurikulum 2006 SMA/MA Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh siswa, terutama siswa sekolah atas. Hal itu terbukti banyaknya dimuat materi tentang menulis yang terdapat dalam kurikulum. Kurikulum 2006 disebut juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006:4).
47
Pembelajaran keterampilan menulis deskripsi dalam Kurikulum 2006 adalah satu materi yang diajarkan pada SMA/MA di kelas X semester pertama. Dalam standar isi SMA/MA kelas X semester pertama standar kompetensi ke-4 yang rumusannya adalah mengungkapkan informasi dalam bentuk paragraf naratif, deskriptif, dan ekspositif. Kompetensi dasar dari standar kompetensi ini ada 3, yaitu: (1) menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif, (2) menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif, dan (3) menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif. Rumusan Kompetensi Dasar kelas X yang relevan dengan keterampilan menulis karangan deskripsi adalah Kompetensi Dasar kedua, yaitu “Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif.”
5. Penilaian dan Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Penilaian keterampilan menulis siswa haruslah berpedoman kepada aspekaspek yang akan dinilai. Menurut Abdurahman dan Ratna (2003:159), evaluasi keterampilan menulis akan lebih tepat jika dilaksanakan secara terpadu. Evaluasi keterampilan menulis memadukan sejumlah indikator yang dijadikan sebagai sasaran evaluasi, yaitu: (1) keterampilan menulis dalam memaparkan detail atau perincian tentang suatu objek, (2) keterampilan menulis memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, (3) keterampilan menulis dalam pemilihan diksi yang
48
menggugah dan memikat, (4) keterampilan menulis dalam memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan (5) keterampilan menulis dalam menggunakan susunan ruang. Lebih lanjut, Abdurahman dan Ratna (2003:160-161) menjelaskan bahwa menulis hanya melibatkan penguasaan aspek kognitif, tidak melibatkan aspek psikomotor. Artinya, menulis hanya diukur dari ekspresi verbal (yang berupa satuansatuan bahasa) dan tidak nonbahasa (berupa gerakan). Oleh karena itu, keterampilan menulis diukur dengan tes, yaitu tes dengan metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dalam bentuk membuat tulisan (karangan) dan metode tidak langsung dengan tes objektif atau tes kemampuan dasar menulis. Penilaian keterampilan menulis dapat dilakukan dengan mengadakan tes. Tes yang baik harus memenuhi persyaratan, yaitu: (1) sahih, (2) terpercaya, (3) menyeluruh, dan (4) praktis. Kesalihan tes meliputi: (a) kesalihan isi, (b) kesalihan ukuran, (c) kesalihan sejalan, (d) kesalihan konsep, dan (e) kesalihan ramalan. Tes menyeluruh maksudnya adalah bahwa tes harus dibuat dengan mempertimbangkan semua aspek materi yang akan diujikan. Tes dikatakan praktis apabila ekonomis, mudah dalam penskoran dan mudah ditafsirkan. Bentuk penilaian keterampilan menulis juga dikemukakan oleh Zaini Machmoed (dalam Nurgiyantoro, 2001:305) merumuskan lima aspek-aspek atau kategori-kategori penilaian dalam menulis karangan, meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik:
49
tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, kebersihan, dan (5) respons afektif guru terhadap karya tulis. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa indikator keberhasilan keterampilan menulis secara umum dapat dikelompokkan atas beberapa aspek. Pertama, kemampuan dalam memaparkan detail atau perincian tentang suatu objek. Kedua, kemampuan dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Ketiga, kemampuan dalam pemilihan diksi. Keempat, kemampuan dalam memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Kelima, kemampuan menggunakan susunan ruang. Selanjutnya, angket pada penelitian ini terdiri atas sepuluh pernyataan dengan empat jawaban alternatif, yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Angket ini terdiri atas tiga aspek, yakni tindakan yang mendukung di luar PBM, tindakan dalam PBM, dan kesan. Setiap aspek memiliki indikator, yakni kesiapan siswa, keaktifan siswa, dan ketertarikan siswa terhadap pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada setiap aspek dan indikator memiliki beberapa nomor instrumen. Uraian instrumen angket tersebut yang mendasari siklus penelitian dalam metode penelitian tindakan kelas tercantum dalam lampiran.
50
B. Penelitian yang Relevan Melalui studi kepustakaan ditemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Pertama, Karsinem (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Surat Resmi pada Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria Pekanbaru”. Hasil penelitiannya, penerapan pendekatan kontekstual terhadap pembelajaran menulis surat resmi berhasil dengan baik. Kedua, Lubis (2009) melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi melalui Metode Quantum Learning Siswa Kelas XI Boga SMK Negeri 3 Padang Sidimpuan”. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan proses dan keterampilan menulis eksposisi siswa kelas XI Boga SMK Negeri 3 Padang Sidimpuan melalui metode quantum learning. Penelitian ini menyimpulkan bahwa metode quantum learning dapat meningkatkan proses dan keterampilan menulis eksposisi siswa, peningkatan hasil seiring dengan peningkatan proses pembelajaran. Faktor-faktor yang yang mendukung terjadinya peningkatan adalah: keterlibatan aktif siswa dan guru, cara efektif pembelajaran, bahan ajar yang sesuai, lingkungan belajat, dan iringan musik. Ketiga, Endrita (2008) melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bukittinggi.” Hasil penelitiannya, pendekatan kontekstual
51
dalam rangka meningkatkan kemampuan menulis paragraf deskripsi sangat membantu siswa dalam menulis paragraf deskripsi. Keempat, Yosefa (2009) melakukan penelitian yang berjudul ”Peningkatan Minat dan Keterampilan Menulis Eksposisi melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas X SMAN 1 Bukit Sundi Kabupaten Solok”. Hasil penelitiannya, penggunaan teknik pemodelan cukup efektif dalam meningkatkan minat siswa dalam keterampilan menulis eksposisi, hal tersebut terlihat pada peningkatan hasil tes maupun nontes. Kelima, Tabri (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Berita dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri Bantan Kabupaten Bengkalis”. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2011 dengan hasil penelitiannya bahwa penggunaaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks berita siswa. Faktor penyebab peningkatan keterampilan menulis teks berita adalah: (1) pelatihan menulis berita secara terus-menerus, (2) pemberian model teks berita pada siswa, (3) penggunaan pendekatan pembelajaran, dan (4) pelaksanaan observasi. dan adanya perubahan tingkah laku. Keenam, Riana (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Pelafalan Kata-kata Bahasa Indonesia melalui Teknik Pemodelan Pada Siswa Kelas XI IA SMA Swasta Pembda 1 Nias”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan teknik pemodelan dalam pembelajaran ternyata dapat
52
meningkatkan keterampilan pelafalan kata-kata bahasa Indonesia dan meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Adapun
faktor-faktor
yang
dipaparkan
peneliti
yang
menyebabkan
peningkatan keterampilan pelafalan kata-kata bahasa Indonesia adalah: (1) pembelajaran pelafalan kata-kata bahasa Indonesia melalui teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan ketepatan pengucapan vokal, konsonan, diftong, dan kluster siswa kelas XI IA SMA Swasta Pemda 1 Nias sebab konsep fonem yang astrak dapat dikonkretkan dengan teknik pemodelan, (2) pembelajaran pelafalan katakata bahasa Indonesia melalui teknik pemodelan memberi pengalaman kepada siswa bagaimana cara mengucapkan vokal, konsonan, diftong, kluster dengan tepat, dan (3) pembelajaran pelafalan kata-kata bahasa Indonesia melalui teknik pemodelan dalam penerapnnya di kelas dengan diskusi kelompok menyediakan waktu latihan dan penugasan pengucapan vokal, konsonan, diftong, dank luster yang berkesinambungan sehingga siswa memperoleh kesempatan yang banyak dalam mengembangkan keterampilan pelafalan kata-kata bahasa Indonesia. Keenam penelitian tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamamanya adalah sama-sama merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dan meneliti tentang pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tujuan, ruang lingkup, dan metode penelitian. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk
53
meningkatkan proses dan hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
C. Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan kajian secara teoretis yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu proses penyampaian ide dan penyampaian pesan, gagasan, perasaan, dan informasi kepada pembaca melalui proses yang kreatif dan menuntut pengetahuan dan keterampilan sehingga apa yang hendak disampaikan dapat dipahami oleh pembaca dengan jelas. Selain itu, menulis memberikan suatu gambaran nyata akan daya pikir seseorang (penulis) karena dapat dilakukan melalui proses berpikir serta membutuhkan keterampilan yang banyak, wawasan yang luas, dan sikap yang kreatif dan menggunakan bahasa sebagai mediumnya, dalam keteraturan sintaksis, morfologi, dan kosakata. Menulis juga merupakan proses memindahkan pikiran, gagasan, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan-tulisan atau karangan-karangan. Karangan atau tulisan itu akan lahir nantinya bermacam-macam, seperti karangan narasi, deskripsi, argumentasi, dan persuasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan menulis adalah: (1) untuk menceritakan sesuatu, (2) untuk memberi petunjuk, (3) untuk menjelaskan sesuatu, (4) untuk meyakinkan, dan (5) untuk merangkum sesuatu.
54
Karangan deskripsi adalah karangan atau tulisan yang menggambarkan atau melukiskan tentang suatu objek (orang/ benda, tempat, maupun peristiwa) secara detail (rinci) dan sejelas-jelasnya sehingga dapat memberikan pengaruh serta membangkitkan kesan (impresi) dan ransangan (sensitivitas) inspirasi pembaca atau pendengar seolah-olah pembaca dapat melihat, mendengar, merasakan, dan mengalami langsung objek, masalah atau kejadian yang diceritakan tersebut. Ciri-ciri karangan deskripsi yaitu: (1) memperlihatkan detail atau perincian tentang objek, (2) memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, (3) disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan (5) organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang. Pembelajaran kontekstual mengasumsikan bahwa secara alamiah, pikiran mencari makna konteks sesuai dengan situasi nyata lingkungan seseorang, dan itu dapat terjadi melalui pencarian hubungan yang masuk akal dan bermanfaat. Perpaduan materi pelajaran dengan konteks keseharian siswa di dalam pembelajaran kontekstual akan menghasilkan dasar-dasar pengetahuan yang mendalam di mana siswa kaya akan pemahaman masalah dan cara untuk menyelesaikannya. Melalui hubungan di dalam dan di luar ruang kelas, suatu pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam
55
membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup. Salah satu di antara komponen pembelajaran kontekstual adalah komponen pemodelan (modeling). Komponen pemodelan pada pembelajaran, maksudnya yaitu bahwa dalam sebuah pembelajaran keterampilan berbahasa atau keterampilan tertentu ada model yang ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahas gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang guru inginkan agar siswa-siswanya melakukan hal tersebut. Pemodelan dapat berbentuk demosntrasi, pemberian contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain, model itu bisa berupa cara melempar bola dalam olahraga, selain itu, model juga bisa berupa contoh karya tulis, contoh karangan, cara melafalkan bahasa Inggris dan sebagainya. Dalam pendekatan kontekstual komponen pemodelan, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Untuk lebih jelas, kerangka berpikir yang dijadikan dasar pijakan dalam kajian ini, maka dapat dilihat dalam bentuk bagan berikut.
56
Pendekatan pembelajaran kontekstual menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi siswa dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran, selanjutnya keterampilan menulis merupakan proses memindahkan pikiran, gagasan, dan perasaan ke dalam bentuk tulisan-tulisan atau karangan-karangan.
Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Rendah
Pemecahan Masalah
Penerapan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Modeling)
Siklus I
Hasil yang Diharapkan
Siklus II
Adanya Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Modeling)
Bagan 1. Kerangka Konseptual Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Modeling) Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung
57
Berdasarkan bagan tersebut, dapat dijelaskan bahwa peneliti bermaksud akan memecahkan permasalahan menulis siswa, khususnya menulis karangan deskripsi. Untuk itu, disusun rencana yang dilakukan untuk mendapatkan solusi sebagai pemecahan permasalahan yang dialami siswa dalam pembelajaran. Setelah penyusunan rencana dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan oleh peneliti. Hasil dari pelaksanaan tindakan diadakan pengamatan atau observasi terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Hasil pengamatan selanjutnya direfleksikan, apakah ada masalah yang dapat diselesaikan atau belum, adakah penemuan masalah baru di luar rencana atau belum ada peningkatan sama sekali. Apabila peningkatan belum diperoleh, maka selanjutnya kembali disusun rencana untuk siklus berikutnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini, diuraikan gambaran umum kegiatan penelitian, meliputi: (a) jenis penelitian, (b) objek, lokasi, dan subjek penelitian, (c) prosedur penelitian tindakan kelas, (d) sumber data, (e) instrumentasi, (f) validasi instrumen, (g) teknik analisis data, dan (h) teknik pengabsahan data.
A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang telah diuraikan pada Bab I, jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian yang mengacu kepada tindakan yang dapat dilakukan guru secara langsung, praktis, dan relevan dengan situasi yang aktual dalam kelas tertentu sehingga dapat dijadikan alternatif untuk usaha memperbaiki proses pembelajaran. Menurut Arikunto (2006:3), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Sejalan dengan pendapat tersebut, Wardhani (2007:1.4) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui
58
59
refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selanjutnya, Amin (2011:2) mengatakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) merupakan bentuk kajian yang sistematis feleksif yang dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran baik proses maupun hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Oleh sebab itu, penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dilakukan dalam upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
B. Objek, Lokasi, dan Subjek Penelitian Objek tindakan dari penelitian ini adalah proses dan hasil keterampilan menulis karangan deskripsi. Tindakan yang diberikan adalah melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Komponen pemodelan ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan meningkatkan motivasi siswa untuk menulis karangan deskripsi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Enam Lingkung. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung yang terdaftar tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswanya sebanyak 33 orang, yang terdiri atas 14 orang siswa laki-laki dan 19 orang siswa perempuan. SMA N 1 Enam Lingkung terletak di Jalan Raya Padang-Bukittinggi Kecamatan Enam Lingkung Nagari Parit Malintang
60
Kabupaten Padang Pariaman. Lokasi sekolah ini jauh dari jalan raya sehingga tidak bising.
C. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Arikunto (2006:16), ada empat langkah utama dalam penelitian tindakan, yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian tindakan kelas merupakan sebuah tindakan analisis, yang diawali dari upaya menemukan fakta melalui pengamatan, merencanakan, melakukan tindakan, kemudian menemukan, dan mengevaluasi temuan. Jika temuan belum meyakinkan, akan dilakukan daur ulang sebagaimana semula. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam bentuk siklus (daur ulang) yang menyeluruh dan bertujuan untuk memperbaiki praktik dalam pembelajaran. Siklus ini dimulai dengan pengamatan dan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (actions), pengobservasian hasil tindakan (observation), dan pelaksanaan refleksi (reflection). Keempat tahap itu terus diulang sampai peneliti meyakini sudah ada perubahan positif pada setiap aspek yang diberi tindakan tersebut. Untuk lebih jelasnya perhatikan bagan berikut ini.
61
Studi Pendahuluan Observasi keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus I - Presentasi kelas - Penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan (modeling)
Analisis dan Refleksi
Simpulan akhir
Bagan
Berhasil
Analisis dan Temuan Studi Pendahuluan Keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi masih rendah Rencana Tindakan Siklus I - Mendiskusikan pendekatan/komponen yang akan diterapkan dalam menulis karangan deskripsi - Menyusun rencana pembelajaran dan prosedur tindakan
Rencana Tindakan Siklus II Belum atau sudah berhasil
Analisis dan Refleksi
Menyusun rencana tindakan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi Siklus II - Presentasi kelas - Penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan (modeling)
Bagan 2. Alur Penelitian Tindakan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan
62
1. Prasiklus Peneliti melakukan studi pendahuluan berupa tes awal terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru (peneliti) dan siswa berkaitan dengan model keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas tersebut. Pada tes awal ini, peneliti tidak menerapkan pendekatan atau metode apapun. Tes awal dilakukan untuk membuktikan kompetensi dan permasalahan yang terjadi dalam keterampilan menulis, khususnya menulis karangan deskripsi.
2. Siklus I a. Tahap Perencanaan Setelah hasil tes awal didapat dan terbukti bahwa kompetensi siswa dalam menulis karangan deskripsi masih rendah, kemudian peneliti melakukan diskusi dengan teman sejawat, yakni guru bahasa dan sastra Indonesia yang juga mengajar di SMA N 1 Enam Lingkung
dan Kepala Sekolah tentang kemungkinan
dilaksanakannya penelitian tindakan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi bagi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Untuk itu, sesuai dengan permasalahan yang ada maka peneliti bersama teman sejawat (kolaborator) menyusun rencana untuk memecahkan masalah yang ditemui dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi.
63
Langkah-langkah yang akan dilakukan di antaranya sebagai berikut. Pertama, melakukan diskusi mengenai pendekatan dan memilih salah satu komponen CTL yang diterapkan dalam menulis karangan deskripsi. Kedua, menyusun rencana tindakan berupa model Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang meliputi halhal sebagai berikut: (a) membaca dan memahami silabus, (b) menetapkan standar kompetensi, (c) memilih kompetensi dasar, (d) menetapkan indikator, (e) memilih materi/bahan ajar, (f) menetapkan kegiatan belajar mengajar, (g) menetapkan pendekatan dan sumber belajar, dan (h) evaluasi. Setiap RPP dilaksanakan untuk tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 6x45 menit.
b. Tahap Tindakan Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah melaksanakan rencana yang telah disusun dalam bentuk tindakan. Pelaksanaan tindakan dalam kelas disesuaikan dengan siklus yang telah direncanakan. Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana (observer) dan teman sejawat, yakni guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai
kolaborator.
Kolaborator
mengumpulkan
dan
mengamati
proses
pembelajaran yang meliputi aktivitas guru, siswa, interaksi antara siswa dengan bahan pembelajaran dengan menggunakan instrumen pengumpulan data yang telah dibuat oleh peneliti (guru) dan teman sejawat. Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
64
Pelaksanaan tindakan berlangsung tiga kali pertemuan dalam satu siklus. Pada pertemuan pertama, peneliti (guru) menerapkan komponen pemodelan. Sebelum memberikan model karangan deskripsi kepada siswa, terlebih dahulu guru (peneliti) memulai pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pengertian deskripsi dan ciri-ciri deskripsi. Pada pertemuan kedua, peneliti membagi siswa dalam enam kelompok. Kemudian, peneliti membagikan model karangan deskripsi yang sempurna. Berdasarkan model karangan deskripsi tersebut, siswa mulai merumuskan masalah berupa menemukan ciri-ciri deskripsi, sedangkan peneliti mengarahkan siswa pada teori tentang deskripsi dan ciri-ciri deskripsi sambil mendemonstrasikan contoh yang telah dibagikan peneliti. Selanjutnya, peneliti menyuruh setiap siswa untuk menulis karangan deskripsi artistik (sugestif) minimal lima paragraf dengan memilih salah satu topik yang tertera pada petunjuk soal. Sebelum siswa mengerjakan tugasnya, terlebih dahulu peneliti memberikan instruksi pada siswa bahwa karangan deskripsi tersebut harus sesuai dengan ciri-ciri deskripsi yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga, guru (peneliti) meminta setiap siswa untuk menyampaikan hasil karangannya yang telah ditulis pada pertemuan kedua di depan kelas, kemudian guru melakukan penilaian yang nyata terhadap ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam karangan yang dibacakan oleh setiap siswa. Waktu yang diberikan kepada siswa maksimal 10 menit, sementara siswa lainnya
65
memperhatikan temannya untuk menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam karangan yang dibacakan oleh setiap siswa yang tampil. Berdasarkan hasil diskusi tersebut, setiap siswa diwajibkan untuk memberi masukan berupa kritik dan saran atas penampilan pembacaan karangan deskripsi yang disampaikan temannya. Kritik dan saran yang diberikan oleh siswa berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi. Selanjutnya, siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran melalui refleksi terhadap semua kegiatan yang telah dilakukan bersama sehingga dapat diketahui sejauhmana tujuan pembelajaran dapat tercapai.
c. Tahap Observasi/ Evaluasi Pengamatan terhadap tindakan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Kegiatan ini dilakukan oleh kolaborator (teman sejawat) untuk mengamati dua hal, yaitu proses pemberian tindakan oleh guru dan peran siswa dalam proses pembelajaran. Pengamatan kolaborator dilaksanakan terhadap perilaku guru (peneliti) dan siswa dengan menggunakan pedoman observasi. Observasi terhadap peran siswa dalam pembelajaran mencakup: (1) antusias atau motivasi belajar siswa, (2) pemahaman siswa terhadap karangan deskripsi, dan (3) pengembangan kreativitas siswa dalam menulis karangan deskripsi. Hasil observasi tersebut kemudian dianalisis oleh peneliti (guru) dan teman sejawat (kolaborator).
66
d. Tahap Refleksi Refleksi diadakan setiap tindakan berakhir dengan mengadakan diskusi dengan kolaborator tentang tindakan yang baru dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui apakah melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, peneliti dan pengamat (kolaborator) mengadakan perbaikan dan penyempurnaan rencana pelaksanaan pembelajaran pada siklus berikutnya dan kemudian membuat rancangan tindakan siklus berikutnya.
3. Siklus II Pada siklus II, pembelajaran diarahkan untuk memperbaiki hal-hal yang belum tuntas pada siklus I. Selain itu, kasus yang diberikan kepada siswa berbeda dan lebih kompleks dibandingkan dengan kasus pada siklus I. Siklus II dilakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hasil yang diperoleh dari siklus II jauh lebih baik jika dibandingkan dengan hasil yang telah diperoleh pada siklus I. Tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus II sama dengan tahap-tahap yang dilaksanakan pada siklus I, yaitu perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi.
67
D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada tiga kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Siswa Asal data yang diambil dari siswa terdiri atas tiga, yaitu skor keterampilan menulis
karangan
deskripsi
melalui
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan pada tes awal, siklus I, dan siklus II, pendapat siswa tentang pembelajaran, dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Guru Asal data yang diambil dari guru terdiri atas dua, yaitu aktivitas guru selama pembelajaran berlangsung dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sewaktu dilakukannya tindakan baik pada siklus I maupun siklus II. 3. Kolaborator Asal data yang diambil dari kolaborator adalah hal-hal khusus selama penelitian, yakni untuk melihat implemantasi PTK secara komprehensif, baik dari siswa maupun guru.
E. Instrumentasi Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan lembar observasi, lembar catatan lapangan, panduan wawancara, dokumentasi, angket, dan tes. Moleong (2010:168) mengatakan bahwa kedudukan dalam penelitian kualitatif ini sekaligus merupakan perencanaan, pelaksanaan, pengumpulan data,
68
penganalisis, penafsiran data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Instrumen dalam pengumpulan data yaitu lembaran observasi aktivitas guru dan siswa, catatan lapangan, wawancara, dokumentasi, tes unjuk kerja menulis karangan deskripsi, dan angket. Selanjutnya, data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan tes, angket, lembar observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Untuk lebih jelasnya, data tersebut untuk masing-masingnya diuraikan satu persatu sebagai berikut: 1. Tes Tes adalah sejumlah pertanyaan yang disampaikan pada seseorang atau sejumlah orang untuk mengungkapkan keadaan atau tingkat perkembangan salah satu atau aspek psikologis di dalam dirinya (Kunandar, 2010:186). Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada setiap akhir pembelajaran atau akhir siklus. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat atas keterampilan siswa menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada metode ini, datanya berupa skor keterampilan menulis karangan deskripsi. Data ini dikumpulkan dengan teknik pengujian dan instrumennya berupa soal tes yaitu tes keterampilan menulis karangan deskripsi. Pada instrumen ini sumber datanya adalah siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung.
69
Bentuk tes yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah soal yang tujuannya untuk mengukur pencapaian atau hasil belajar siswa. Tes yang diberikan adalah keterampilan menulis karangan deskripsi. Tes unjuk kerja ini mengacu kepada Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Tes dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu tes awal (pre test) dan tes akhir (post test) setiap siklus untuk mengetahui tingkat ketuntasan siswa secara klasikal sebelum dan sesudah diberikan tindakan (action). Aspek penilaian menulis karangan deskripsi dalam tes unjuk kerja ini meliputi lima indikator berdasarkan ciri-ciri deskripsi. Pertama, memperlihatkan detail atau perincian tentang suatu objek. Kedua, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Ketiga, disampaikan dengan gaya yang memikat dan menggunakan pilihan kata yang menggugah. Keempat, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Kelima, menggunakan susunan ruang. Setiap indikator yang diamati diberi skor 5, 10, 15, 20, dan 25. Skor 5 diberikan apabila di dalam karangan hanya 1 yang memaparkan masing-masing dari ciri-ciri deskripsi. Skor 10 diberikan apabila di dalam karangan hanya 2 yang memaparkan masing-masing dari ciri-ciri deskripsi. Skor 15 diberikan apabila di dalam karangan hanya 3 yang memaparkan masing-masing dari ciri-ciri deskripsi. Skor 20 diberikan apabila di dalam karangan hanya 4 yang memaparkan masingmasing dari ciri-ciri deskripsi. Skor 25 diberikan apabila di dalam karangan terdapat 5 yang memaparkan masing-masing dari ciri-ciri deskripsi.
70
2. Angket Angket adalah alat untuk mengumpulkan data yang berupa daftar pertanyaan atau pernyataan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis. Angket digunakan sebagai pelengkap penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kondisi ranah afektif para siswa. Ranah afektif tersebut meliputi penerimaan, sikap atau tanggapan, keyakinan, perhatian atau partisipasi para siswa berkaitan dengan penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya menulis karangan deskripsi. Angket juga bertujuan untuk memperkuat hasil tes. Pada metode ini, datanya yaitu pendapat siswa tentang pelaksanaan kegiatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Data ini dikumpulkan dengan teknik survei dan instrumennya yaitu angket. Sumber data instrumen angket ini adalah siswa. Pada penelitian ini, angket yang digunakan adalah angket dengan pertanyaan tertutup. Angket pertanyaan tertutup adalah menyediakan alternaif jawaban yang harus dipilih oleh responden tanpa kemungkinan memberikan jawaban lain (Kunandar, 2010:177-178). Angket disebarkan dan dijawab oleh siswa untuk mengetahui persepsi siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Seperti yang telah diuraikan pada bagian bab II, dalam angket ini terdapat sepuluh pernyataan, yang mana masing-masing pernyataan tersebut terdapat empat alternatif jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS
71
(Sangat Tidak Setuju). Alternatif jawaban tersebut, diberi dengan tanda check-list (√) pada kolom skala penilaian yang telah disediakan. Selanjutnya, pernyataan pada angket ini terdapat tiga aspek dan tiga indikator. Aspek tersebut meliputi: tindakan yang mendukung di luar PBM, tindakan yang mendukung selama PBM, dan kesan siswa terhadap pembelajaran. Indikator setiap aspek tersebut, yaitu: kesiapan siswa, keaktifan siswa, dan ketertarikan siswa terhadap pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pernyataan yang sesuai untuk aspek pertama ini adalah nomor instrumen 1, 2, dan 3. Pernyataan yang sesuai untuk aspek kedua ini adalah nomor instrumen 4, 5, 6, dan 7. Pernyataan yang sesuai untuk aspek ketiga ini adalah nomor instrumen 8, 9, dan 10.
3. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan menghimpun data untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan yang dilaksanakan. Lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran pada setiap siklus. Lembar observasi digunakan untuk menjaring data tentang proses pembelajaran yang sedang berlangsung, aktivitas belajar mengajar serta interaksi yang terjadi di dalam kelas selama kegiatan pembelajaran. Datanya adalah aktivitas guru dan siswa yang dikumpulkan dengan teknik observasi dengan menggunakan instrumen pedoman observasi. Sumber data untuk pedoman observasi ini adalah guru dan siswa.
72
Lembar observasi dilaksanakan oleh teman sejawat (kolaborator) untuk mengetahui pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang disusun sebelumnya. Format observasi berisi tentang aktivitas siswa yang disusun berdasarkan sikap dan perilaku siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Aspek yang menjadi sasaran dalam kegiatan observasi ini berkaitan dengan sikap dan perilaku siswa yang diamati yang terdiri atas tujuh kegiatan, yaitu: (a) melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan serius, (b) mengerjakan tugas dengan antusias, (c) kreatif mengajukan pertanyaan dari guru, (d) keaktifan siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat, (e) keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, (f) keaktifan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dan (g) suasana hati siswa dalam pembelajaran. Setiap kegiatan tersebut diisi dengan memberi tanda ceklis (√) pada kolom yang telah disediakan. Format diisi oleh guru pengamat pada setiap pertemuan. Selanjutnya, lembar observasi (pengamatan) kegiatan guru dalam proses belajar mengajar terdapat lima belas kegiatan yang akan dilakukan guru. Setiap tindakan yang dilakukan guru diisi dengan memberi tanda ceklis (√). Pada setiap tindakan tersebut, terdapat empat keterangan, yakni SB (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan K (Kurang). Pada penelitian ini, peneliti mengggunakan format aktivitas guru yang dikemukaan oleh Kunandar (2010:235).
73
4. Catatan lapangan Catatan lapangan adalah catatan yang dibuat oleh peneliti atau mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi terhadap subjek atau objek penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dan berpikir tentang semua kejadian selama berlangsungnya keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Datanya yaitu hal-hal khusus selama penelitian berlangsung yang dikumpulkan dengan teknik observasi. Instrumen yang digunakan yaitu format catatan lapangan dengan mengisi lembaran-lembaran pada format catatan lapangan yang telah disediakan. Catatan lapangan ini diisi setiap pertemuan dalam setiap siklus dan sumber datanya diperoleh dari kolaborator (guru pengamat). Catatan lapangan ini berupa hasil pengamatan tentang aspek pembelajaran di kelas, seperti: suasana kelas, interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan beberapa aspek lainnya dapat dicatat sebagai catatan lapangan dan akan digunakan sebagai sumber data penelitian tindakan kelas. Catatan lapangan ini berisikan apa saja yang dilakukan dan dikatakan dalam situasi nyata yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Catatan lapangan juga mencakup peristiwa-peristiwa yang terjadi selama siklus dilakukan termasuk kesan dan penafsiran yang subjektif. Catatan lapangan ini dijadikan sebagai bahan kajian untuk menyimpulkan refleksi pada kegiatan perencanaan perbaikan selanjutnya.
74
Catatan lapangan dalam penelitian ini berupa aktivitas guru dan siswa pada setiap siklus, baik siklus I maupun siklus II. Setiap siklus terdiri atas tiga kali pertemuan. Format catatan lapangan dalam penelitian ini meliputi: hari/tanggal, tempat penelitian/sekolah, pokok bahasan, guru yang mengajar, dan guru yang mengamati. Selanjutnya, keterangan mengenai catatan lapangan yang diisi oleh guru kolaborator (teman sejawat). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan format catatan lapangan yang dikemukakan oleh Miles (dalam Kunandar, 2010:198).
5. Wawancara Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara digunakan untuk mengungkap data yang berkaitan dengan sikap, pendapat, atau wawasan. Datanya yaitu pendapat siswa tentang pembelajaran, yakni keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Data ini dikumpulkan dengan teknik wawancara dan instrumen yang digunakan berupa pedoman wawancara. Sumber datanya diperoleh dari siswa. Dalam penelitian ini, wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak terstruktur yang bertujuan untuk menggali komentar siswa terhadap penggunaan strategi keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Wawancara digunakan berdasarkan panduan wawancara untuk mengetahui pendapat atau sikap siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui
75
pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang dilakukan sebelum dan sesudah penelitian. Wawancara dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui proses permasalahan keterampilan menulis karangan deskripsi. Adapun format untuk panduan wawancara ini, yaitu: (a) nama sekolah, (b) tahun pelajaran, dan (c) kelas/semester. Panduan wawancara berisi lima pertanyaan yang digunakan untuk menggali komentar siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Pertanyaan tersebut digunakan oleh guru dan respondennya adalah siswa. Panduan wawancara yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu teori yang dikemukakan oleh Kunandar (2010:305).
6. Dokumentasi Menurut Arikunto (dalam Iskandar, 2009:134), dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran berupa satuan pembelajaran. Selain itu, juga menjaring data evaluasi, meliputi pertanyaan siswa dan hasil tes. Pertanyaan siswa berupa pertanyaan tertulis yang diajukan selama pembelajaran keterampilan menulis. Dokumentasi juga digunakan oleh guru untuk melihat kehadiran siswa setiap pertemuan.
76
Di dalam hal ini, datanya yaitu peristiwa-peristiwa yang terjadi sewaktu dilakukan tindakan yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Instrumennya berupa
pedoman
dokumentasi.
Selanjutnya,
foto
digunakan
untuk
mendokumentasikan data tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas sewaktu dilakukan tindakan. Peristiwa-peristiwa yang dimaksud adalah kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas, seperti aktivitas kelompok, guru yang sedang mengajar, guru yang sedang membimbing, interaksi antara siswa dan guru di kelas, dan sebagainya. Tabel 1. Jenis, Alat, dan Teknik Pengumpulan Data No.
Jenis Data
Alat Pengumpulan Data Tes menulis karangan deskripsi
Teknik Pengumpulan Data Pengujian
Sumber Data
1.
Skor menulis karangan deskripsi
2.
Pendapat siswa tentang pembelajaran
3.
Aktivitas guru-siswa
Pedoman observasi
Observasi
Guru/ Siswa
4.
Hal-hal khusus selama penelitian
Format catatan lapangan
Observasi
Kolaborator
5.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi sewaktu dilakukan tindakan
Angket Pedoman wawancara
Pedoman dokumentasi
Survei Wawancara
Dokumentasi
Siswa
Siswa
Rekan dan Guru
77
F. Validasi Instrumen Sebelum instrumen penelitian digunakan, terlebih dahulu dilakukan validasi. Validasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah validasi isi. Pada penelitian ini, untuk data kuantitatif instrumen yang divalidasi adalah tes dan angket. Menurut Sukardi (2010:32), tes yang valid dari segi isi merupakan derajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang ingin diukur. Tes disusun berdasarkan kurikulum dan materi yang diajarkan guru, serta didahului dengan pembuatan kisikisi soal, dengan demikian tes ini dianggap telah memiliki validasi isi. Tes sebelum diberikan kepada siswa terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yaitu Prof. Dr. Syahrul R., M.Pd. dan teman sejawat guru bahasa Indonesia, yaitu Dra. Mulyati. Begitu juga dengan RPP, model, dan angket sebelum digunakan dikonsultasikan terlebih daluhu dengan validator setelah direvisi baru dapat digunakan. Validasi instrumen untuk tes yang dilakukan oleh validator adalah memberikan masukan-masukan, antara lain: (a) kelengkapan indikator dan tujuan pembelajaran; (b) penggunaaan bahasa pada soal uraian, yakni ketepatan bahasa, ketepatan petunjuk soal, kejelasan perintah pada soal, dan ketepatan materi dengan soal yang diberikan. Selanjutnya, validasi instrumen untuk angket yang dilakukan validator adalah memberikan masukan-masukan berkaitan dengan materi dan kebahasaan. Setelah dinilai dapat dipergunakan, kemudian angket tersebut diujicobakan dengan tujuan
78
untuk melihat efektivitasnya. Uji coba instrumen angket ini diberikan kepada siswa pada kelas X-3 dan X-4, untuk mengetahui apakah mereka paham dengan kebahasaan atau kalimat yang terdapat dalam angket tersebut. Berdasarkan masukan dari validator mengenai instrumen tes ini, baik dari segi ejaan, kalimat, dan diksi bahwa tes tersebut layak digunakan. Begitu pula halnya dengan angket, pada saat peneliti memberikan angket tersebut kepada kelas X-3 dan X-4 ternyata mereka mengerti setiap pernyataan yang ada dalam angket tersebut, baik dari segi kebahasaan atau kalimat. Dengan demikian, angket tersebut layak untuk digunakan.
G. Teknik Analisis Data Penganalisisan data pada penelitian ini dibagi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut. 1. Data Kualitatif Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh melalui lembar pengamatan/ observasi, catatan lapangan berupa aktivitas siswa dan tindakan guru selama pembelajaran berlangsung, wawancara, dan dokumentasi yang dianalisis dengan teknik interaktif. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (dalam Iskandar, 2009:139-142),
79
analisis interaktif dilakukan melalui tiga langkah, yaitu (1) reduksi data, (2) display/penyajian data, dan (3) mengambil kesimpulan lalu diverifikasi. Pertama, reduksi data merupakan proses pemilihan informasi berupa memilih hal-hal yang pokok, penyederhanaan, pengurangan, dan transformasi data mentah yang berupa catatan-catatan tertulis di lapangan (field note) dan harus ditafsirkan atau diseleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang diteliti. Di samping itu, reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Kedua, melaksanakan display data atau penyajian data yang dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara sistematis atau simultan, sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, display data dilakukan dalam bentuk uraian singkat atau dalam bentuk teks naratif, matriks, bagan, grafik, dan hubungan antar kategori. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah diraih. Ketiga, mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data di lapangan, yakni dengan cara merefleksi kembali, peneliti
80
dapat bertukar pikiran dengan teman sejawat, triangulasi sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Bila proses siklus interaktif ini berjalan dengan kontinu dan baik, keilmiahan hasil penelitian dapat diterima. Setelah hasil penelitian telah teruji kebenarannya, peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai pedoman laporan penelitian.
2. Data Kuantitaif Data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari: (1) hasil tes unjuk kerja keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan (2) angket respons siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Data skor keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dianalisis seperti langkah-langkah berikut ini. (1) Pengelompokan data Pengelompokan data kuantitatif yaitu berupa skor, nilai, dan klasifikasi nilai keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, baik pada prasiklus, siklus I, maupun siklus II. (2) Pemberian skor Skor diberi berdasarkan hasil karangan yang ditulis siswa dengan menggunakan format berikut ini.
81
Lampiran 1 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi No.
Kriteria
Bobot
1.
Detail atau perincian tentang objek
5
2.
Memberi pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
5
3.
Disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
5
4.
Memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
5
Tingkat Kinerja 1
2
3
4
5
Terdapat hanya 1 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 1 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 2 memperlihat kan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 2 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 3 memperlihat kan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 3 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 4 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 4 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat 5 atau lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat 5 atau lebih memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 1 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat Terdapat hanya 1 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 2 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 3 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 4 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat 5 atau lebih disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 2 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 3 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 4 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat 5 atau lebih memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
82
5.
Mengguna kan susunan ruang
5
Jumlah
125
Terdapat hanya 1 mengguna kan susunan ruang
Terdapat hanya 2 menggunakan susunan ruang
Terdapat hanya 3 menggunakan susunan ruang
Terdapat hanya 4 menggunakan susunan ruang
Terdapat 5 atau lebih menggunakan susunan ruang
(3) Pengolahan nilai Skor yang sudah diperoleh, baik skor tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, diolah menjadi nilai. Untuk merubah skor menjadi nilai, Abdurahman dan Ratna (2003:264) mengatakan bahwa pengolahan skor menjadi nilai menggunakan rumus persentase berikut ini: N= SM X SMax SI Keterangan: N = Tingkat penguasaan SM = Skor yang diperoleh SI = Skor yang harus dicapai siswa dalam satu tes S Max = Skala yang digunakan
Setelah nilai didapat, kemudian dilakukan kualifikasi data yaitu mengelompokkan data keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan maupun angket pembelajaran menggunakan standar norma Penilaian Acuan Patokan (PAP) dalam bentuk skala 10, berikut ini.
83
Tabel 2. Pedoman Konversi untuk Skala Sepuluh Tingkat Penguasaan
Nilai Ubahan Skala 10
Kualifikasi
96-100%
10
Sempurna
86-95%
9
Baik Sekali
76-85%
8
Baik
66-75%
7
Lebih dari Cukup
56-65%
6
Cukup
46-55%
5
Hampir Cukup
36-45%
4
Kurang
26-35%
3
Kurang Sekali
16-25%
2
Buruk
0-15%
1
Buruk Sekali
(Abdurahman dan Ratna, 2003:265) (4) Mencari rata-rata Menentukan nilai rata-rata keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Menurut Abdurahman dan Ratna (2003:270), untuk mencari rata-rata hitung menggunakan rumus: M= FX N Keterangan: M = mean (rata-rata) F = frekuensi X = skor N = jumlah siswa (5) Menganalisis data yang sudah dikumpulkan
84
Penganalisisan
dilaksanakan
melalui
perbandingan,
yaitu
perbandingan
keterampilan menulis karangan deskripsi pada prasiklus, siklus I, dan siklus II. (6) Menyimpulkan hasil pembahasan Pembahasan ini disimpulkan berdasarkan hasil pengolahan data. Data pendapat siswa tentang pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dianalisis seperti langkah-langkah berikut ini. (1) Skor angket yang telah diperoleh, diolah menjadi nilai. Untuk merubah skor menjadi nilai, Abdurahman dan Ratna (2003:264) mengatakan bahwa pengolahan skor menjadi nilai menggunakan rumus persentase berikut ini: N= SM X SMax SI Keterangan: N = Tingkat penguasaan SM = Skor yang diperoleh SI = Skor yang harus dicapai siswa dalam satu tes S Max = Skala yang digunakan Setelah nilai didapat, kemudian dilakukan kualifikasi data yaitu mengelompokkan data pendapat siswa tentang pembelajaran menggunakan standar norma Penilaian Acuan Patokan (PAP) dalam bentuk skala 10. Pedoman konversi skala 10 untuk angket sama dengan tes. (2) Mencari rata-rata Menentukan nilai rata-rata pendapat siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Menurut
85
Abdurahman
dan
Ratna
(2003:270),
untuk
mencari
rata-rata
hitung
menggunakan rumus: M= FX N Keterangan: M = mean (rata-rata) F = frekuensi X = skor N = jumlah siswa (3) Menganalisis data yang sudah dikumpulkan Penganalisisan dilaksanakan melalui perbandingan, yaitu perbandingan pendapat siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi siklus I dan siklus II. (4) Menyimpulkan hasil pembahasan Pembahasan ini disimpulkan berdasarkan hasil pengolahan data.
H. Teknik Pengabsahan Data Teknik pengabsahan data penelitian ini dilakukan dengan tiga cara. Pertama, perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Kedua, teknik triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap suatu data (Iskandar, 154-155). Pada teknik ini dilakukan dengan menggunakan empat jenis instrumen, yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, format catatan lapangan, dan pedoman dokumentasi. Data yang satu dengan data yang lain dibandingkan untuk
86
saling mengecek. Ketiga, diskusi teman sejawat yang bertujuan untuk mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan pembimbing dan rekan-rekan sejawat.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Di dalam bab ini, dikemukakan dua hal, yaitu hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian didasarkan atas proses pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I hingga siklus II. Dalam subbab ini, dideskripsikan proses dan hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang meliputi: (a) perencanaan, (b) pemberian tindakan, (c) observasi/evaluasi, dan (d) refleksi. Selanjutnya, dalam pembahasan dikemukakan uraian dari data yang diperoleh dari setiap tindakan pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas.
A. Temuan Penelitian Data yang dideskripsikan dalam bab ini berupa skor keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siklus I dan siklus II. Data diperoleh dengan memberikan tes menulis karangan deskripsi sebanyak tiga kali kepada 33 siswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya, karangan deskripsi dianalisis sesuai dengan indikator yang diteliti. Hasil penelitian dideskripsikan berdasarkan siklus-siklus yang telah dilaksanakan. Siklus ini berupa pemberian tindakan keterampilan menulis karangan deskripsi yang dinilai berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75
87
88
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA N 1 Enam Lingkung untuk mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
1. Kondisi Prasiklus a. Pelaksanaan Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru, sedangkan guru yang mengajar di kelas lain yang juga merupakan guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia di SMA N 1 Enam Lingkung yang bernama Dra. Mulyati bertindak sebagai kolaborator. Sebelum melakukan siklus I, peneliti terlebih dahulu melaksanakan prasiklus yang dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 22 Oktober 2012. Prasiklus ini bertujuan untuk melihat kemampuan dasar atau melihat sejauh mana pemahaman siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi selama ini. Di samping itu, prasiklus ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal, kelemahan, dan fokus upaya perbaikan untuk melaksanakan siklus I. Kegiatan ini diawali dengan membuka pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai pelajaran karangan deskripsi. Dalam kegiatan tersebut, guru menanyakan pengetahuan siswa tentang karangan deskripsi. Berdasarkan tanya jawab tersebut, guru dapat mengetahui seberapa besar pemahaman siswa mengenai karangan deskripsi. Berdasarkan hasil tanya jawab itu dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa tentang karangan deskripsi seperti,
89
definisi deskripsi, jenis-jenis deskripsi, ciri-ciri deskripsi, dan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi masih rendah. Selanjutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi dengan tema bebas minimal 5 paragraf. Pada tahap prasiklus, siswa menulis karangan deskripsi tanpa menggunakan metode atau pendekatan apa pun. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran deskripsi dan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman serta kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tanpa menggunakan metode atau pendekatan. Setelah memberikan waktu lebih kurang 15 menit kepada siswa untuk menulis karangan deskripsi, kemudian guru mengumpulkan hasil kerja siswa. Hasil penskoran, nilai, dan klasifikasi dicantumkan pada lampiran 9.
b. Hasil Untuk mengetahui lebih jelas data hasil keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung pada tahap prasiklus ini, berikut tabulasinya. Tabel 3. Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Prasiklus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kualifikasi S BS B LDC C HC
Indikator 1 N % 5 15,2 14 42,4 11 33,3 -
Indikator 2 N % 6 18,2 19 57,6 -
Indikator 3 N % -
Indikator 4 N % 6 18,2 19 57,6 -
Indikator 5 N % 2 6,10 4 12,1 6 18,2 -
Total N % 4 12,1 8 24,2 11 33,3
90
7. K 8. KS 9. Br 10. BrS Jumlah
Keterangan:
3 33
9,1 100
8 33
24,2 100
5 28 33
15,1 84,8 100
8 33
24,2 100
18 3 33
54,5 9,1 100
10 33
30,3 100
N = Jumlah Siswa; S = Sempurna; BS = Baik Sekali; B = Baik; LDC = Lebih Dari Cukup; C = Cukup; HC = Hampir Cukup; K = Kurang; KS = Kurang Sekali; Br = Buruk; BrS = Buruk Sekali. Indikator 1 = Rincian tentang objek Indikator 2 = Memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca Indikator 3 = Pilihan kata yang menggugah Indikator 4 = Memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan Indikator 5 = Menggunakan susunan ruang
Berdasarkan data pada tabel 3, diperoleh gambaran bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada seluruh indikator secara umum berada pada kualifikasi hampir cukup, dan hanya 4 orang siswa yang berada pada kualifikasi baik. Selain itu, berdasarkan data lampiran 9 diperoleh gambaran bahwa rata-rata: (1) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memperlihatkan detail atau perincian tentang objek adalah 2400/33 yaitu 72,7%, (2) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca adalah 1940/33 yaitu 58,8%, (3) keterampilan menulis karangan deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah adalah 760/33 yaitu 23,0%, (4) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan adalah 1940/33 yaitu 58,8%, dan (5) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam menggunakan susunan ruang adalah 1660/33 yaitu 50,3%. Rata-rata nilai
91
keterampilan menulis karangan deskripsi siswa tanpa menggunakan pendekatan kontekstual komponen pemodelan secara keseluruhan pada prasiklus adalah 1740:33 = 52,7% berada pada kualifikasi hampir cukup. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa baik pada masing-masing indikator keterampilan menulis karangan deskripsi secara umum belum mencapai ketuntasan belajar minimal (KKM) ≥75%, apalagi pada indikator kedua, ketiga, keempat, dan kelima yang tergolong masih rendah. Berdasarkan dari hasil data prasiklus inilah peneliti melaksanakan siklus I dari penelitian tindakan kelas.
2. Hasil Penelitian Siklus I Kegiatan ini diawali dengan tahap perencanaan, kemudian diikuti oleh tahap tindakan. Selanjutnya, masuk pada tahap observasi atau evaluasi, serta diakhiri dengan tahap refleksi. Setiap tahapan tersebut memiliki berbagai aktivitas/ kegiatan pendukung. Untuk lebih jelasnya, berikut deskripsi mengenai kegiatan dari masingmasing tahapan.
a. Perencanaan Agar proses pembelajaran berjalan dengan baik dan terarah, pada tahap ini guru harus merancang pelaksanaan siklus I yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disajikan dalam waktu tiga kali pertemuan (6 x 45 menit). Rancangan tersebut disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kolaborator
92
yang juga mengajar di SMA N 1 Enam Lingkung. Rancangan tersebut disusun dan disesuaikan berdasarkan program semester 1. Indikator dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi (SK) ke-4, yakni ”Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskripsi, ekspositif)” dan Kompetensi Dasar (KD) ini terdiri atas tiga, yaitu: KD 4.1 ”Menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif, KD 4.2 menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskripsi, dan KD 4.3 menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif”. Selanjutnya, KD yang relevan dengan penelitian ini adalah KD 4.2 yaitu menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskripsi. Siklus I pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 29 September 2012. Kegiatan-kegiatan yang direncanakan pada pertemuan pertama ini adalah sebagai berikut: (1) apersepsi dan motivasi; (2) guru meminta siswa untuk memaparkan pendapatnya tentang keterampilan menulis karangan deskripsi, yang meliputi pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, dan langkah-langkah menulis karangan deskripsi (construktivism); (3) bertanya jawab tentang kegiatan menulis karangan deskripsi pada pertemuan sebelumnya tanpa menggunakan pendekatan apapun dan bertanya (questioning) kepada siswa tentang kesulitan-kesulitan dalam menulis karangan deskripsi; (4) menyimpulkan hasil tanya jawab; (5) menyampaikan tujuan pembelajaran, yakni menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (6) memberikan penjelasan tentang materi, yaitu pengertian
93
deskripsi, jenis-jenis deskripsi, ciri-ciri deskripsi, dan langkah-langkah menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (7) guru meminta beberapa orang siswa membacakan hasil tulisannya mengenai karangan deskripsi yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya (tes awal); (8) siswa lain menanggapi penampilan temannya mengenai ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam karangan yang ditulis oleh siswa yang tampil dan dibimbing oleh guru; (9) memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan (questioning); (10) menyimpulkan hasil pelajaran. Pertemuan kedua siklus I ini dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 03 November 2012. Kegiatan yang direncanakan pada pertemuan kedua ini sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang sebelumnya adalah sebagai berikut. Pertama, kegiatan pendahuluan tahap-tahapnya yaitu: (1) apersepsi; (2) mengadakan tanya jawab (questioning) dengan siswa tentang pelajaran yang lalu mengenai menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kedua, kegiatan inti tahap-tahapnya yaitu: (1) guru menentukan jenis atau bentuk model yang sesuai dengan jenis keterampilan menulis deskripsi yang diajarkan; (2) guru membagi siswa dalam enam kelompok (learning community); (3) guru membagikan model (modeling) karangan deskripsi yang sempurna, di mana dalam karangan tersebut terdapat lima ciri-ciri deskripsi, model tersebut diberikan kepada setiap kelompok yang diambil dari berbagai sumber yang terdiri atas lima, di antaranya: model 1: ”Pesona Air Terjun Berasap” yang dikutip
94
dari Singgalang edisi Minggu 22 Januari 2012, model 2: ”Keindahan Pulau Cubadak Membuat Mata Terpana” yang dikutip dari Singgalang edisi Minggu 22 Januari 2012, model 3: deskripsi tentang benda yakni ”Gerobak” yang dikutip dari buku sumber Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X semester I halaman 56-57, model 4: deskripsi tempat yang dikutip dari buku sumber Gorys Keraf Tahun 1982 dengan judul Eksposisi dan Deskripsi halaman 102, dan model 5: deskripsi orang yang dikutip dari buku sumber Gorys Keraf tahun 1982 dengan judul Eksposisi dan Deskripsi halaman 106-107; (4) setiap kelompok (learning community) mengamati model yang diberikan sambil berdiskusi untuk menemukan (inquiry) ciriciri deskripsi yang terdapat dalam model tersebut; (5) setiap kelompok menyampaikan pendapatnya mengenai ciri-ciri deskripsi yang ditemukan dalam model karangan deskripsi tersebut (construktivism); (6) kelompok lain menanggapi penampilan dari kelompok yang tampil; (7) guru membimbing diskusi kelompok dan memberikan penguatan mengenai ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam model tersebut; (8) setelah diskusi kelompok selesai, siswa diminta kembali duduk berdasarkan bangku masing-masing; (9) guru meminta siswa menulis karangan deskripsi minimal lima paragraf dengan memilih salah satu topik yang telah disediakan, siswa dapat mempedomani model (modeling) karangan deskripsi yang telah dibagikan untuk menambah pemahaman mereka dalam menulis karangan deskripsi (construktivism); (10) siswa menyampaikan hasil karangan deskripsi yang telah ditulisnya di depan kelas untuk ditanggapi oleh teman yang lain dan guru; (11)
95
guru dan siswa lain menanggapi karangan deskripsi yang dibacakan oleh setiap siswa yang tampil berdasarkan ciri-ciri deskripsi; (12) guru mengumpulkan pekerjaan siswa; (13) guru bertanya jawab (questioning) mengenai kemudahan-kemudahan dan kesulitan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan (modeling). Ketiga, pada kegiatan akhir (penutup) guru menyimpulkan pelajaran dan menutup pelajaran (reflection). Pertemuan ketiga siklus I dimulai pada hari Senin tanggal 05 November 2012 dengan kegiatan sebagai berikut: (1) guru menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) guru meminta beberapa orang siswa untuk membacakan hasil tulisannya ke depan kelas, yakni menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya, (3) guru bersama siswa membahas karangan deskripsi yang telah ditulis siswa dilihat dari ciri-ciri deskripsi, yaitu: (a) memperlihatkan detail atau perincian tentang objek; (b) memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca; (c) disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah; (d) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan; (e) menggunakan susunan ruang, (4) guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran (reflection), (5) guru meminta siswa untuk mengisi angket mengenai respons siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung, (6) guru menilai hasil kerja siswa (authentic assessment), dan (7) guru dan kolaborator menganalisis hasil observasi kegiatan belajar siswa dan angket respons siswa terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.
96
Komponen akhir perencanaan pembelajaran adalah evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses yang direncanakan adalah mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Evaluasi proses tersebut dilakukan oleh kolaborator selama proses pembelajaran berlangsung, serta memantau kegiatan siswa pada lembar observasi. Sebaliknya, evaluasi hasil yang direncanakan adalah berupa penilaian hasil unjuk kerja siswa yakni hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan berdasarkan indikator yang telah ditetapkan. Setelah siklus I selesai dilaksanakan, peneliti mengadakan diskusi dengan guru (kolaborator) yang bertujuan untuk merefleksikan tindakan yang telah dilaksanakan. Hasil refleksi siklus I, khususnya mengenai prosedur dan model karangan deskripsi yang membawa perubahan pada: (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat, (2) prosedur pelaksanaan pembelajaran oleh peneliti, dan (3) alat atau media yang digunakan. Hasil refleksi ini nantinya akan diimplementasikan pada siklus I.
b. Tindakan Setelah tahapan perencanaan selesai, tahapan berikutnya adalah tindakan. Tahap tindakan ini merupakan wujud nyata dari persiapan-persiapan yang telah dilakukan pada tahap perencanaan sebelumnya. Pada pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
97
Sabtu, tanggal 29 Oktober 2012 dengan fokus penjelasan materi tentang karangan deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kemudian, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 03 November 2012 dengan fokus penelitian menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Selanjutnya, pertemuan ketiga dilaksakan pada hari Senin, tanggal 05 November 2012 dengan fokus penelitian membahas hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan mengisi angket respons siswa terhadap pembelajaran. Berdasarkan perencanaan yang telah diuraikan sebelumnya, penggunaan model karangan deskripsi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek menulis, khususnya menulis karangan deskripsi dilaksanakan dalam beberapa langkah. Untuk lebih jelasnya, pelaksanaan pembelajaran ini diuraikan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tahap Penjelasan Materi tentang Karangan Deskripsi dan Cara Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Pertemuan I) Penelitian tindakan kelas pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 29 Oktober 2012 dengan fokus pembelajaran penjelasan materi tentang karangan deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Tahap ini diawali dengan kegiatan membuka pelajaran berupa apersepsi dan motivasi, penyampaian tujuan pelajaran, dan kegiatan
98
pembelajaran. Selanjutnya, peneliti membangkitkan skemata siswa dengan meminta siswa untuk memaparkan pendapatnya tentang pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi, yang meliputi pengertian, ciri-ciri, jenis-jenis, dan langkahlangkah dalam menulis karangan deskripsi (construktivism). Kemudian, guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan menulis karangan deskripsi pada pertemuan sebelumnya tanpa menggunakan pendekatan apapun dan bertanya (questioning) kepada siswa tentang kesulitan-kesulitan dalam menulis karangan deskripsi. Pada tahap ini, peneliti memberikan penjelasan tentang karangan deskripsi. Peneliti menjelaskan pengertian deskripsi, ciri-ciri deskripsi, jenis-jenis deskripsi, dan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, peneliti meminta beberapa orang siswa untuk membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas. Setelah siswa selesai membacakan hasil karangannya, siswa diminta mendiskusikan karangan deskripsi tersebut dilihat dari ciri-ciri deskripsi yang merupakan indikator dalam pembelajaran ini. Dalam diskusi tersebut, terlihat antusias siswa dalam menyampaikan pendapatnya mengenai ciri-ciri yang ditemukan dalam karangan yang dibacakan oleh temannya yang tampil. Selain itu, juga terlihat pemahaman siswa dalam menemukan ciri-ciri deskripsi. Pada kegiatan tersebut juga terlihat peneliti membimbing diskusi atau tanya jawab dalam menanggapi ciri-ciri deskripsi yang dibacakan oleh siswa yang tampil. Setelah lebih kurang 10 menit siswa menyimak karangan deskripsi yang dibacakan, peneliti melakukan tanya jawab tentang karangan deskripsi yang telah dibacakan. Peneliti menanyakan berdasarkan contoh karangan deskripsi yang
99
dibacakan tadi mana yang menyatakan perincian tentang objek, memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi, penggunaan gaya yang memikat dan pemilihan diksi, memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan menggunakan susunan ruang. Selanjutnya, guru mulai menjelaskan tujuan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kegiatan berikutnya adalah kegiatan inti, yakni memberikan penjelasan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada kegiatan ini, peneliti memberikan penjelasan tentang pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning). Peneliti juga menjelaskan ketujuh komponen dalam pendekatan kontekstual. Di samping itu, dalam percakapan atau dialog tersebut juga terlihat bahwa peneliti menjelaskan apa itu komponen pemodelan dan apa manfaat atau keuntungannya bagi siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kegiatan berikutnya adalah memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan. Tanya jawab ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah dijelaskan. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan akhir. Pada kegiatan akhir ini, peneliti meminta beberapa orang siswa untuk menyimpulkan materi pelajaran yang telah dijelaskan dan menutup pelajaran.
100
2) Tahap Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Pertemuan II) Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 03 November 2012. Pada pertemuan kedua siklus I ini barulah peneliti menerapkan pendekatan kontekstual yang lebih ditekankan pada komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi. Fokus pembelajaran pada pertemuan kedua siklus I ini adalah menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada pertemuan kedua ini diawali dengan apersepsi, kemudian guru mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang pelajaran yang lalu mengenai pengertian deskripsi, ciri-ciri deskripsi, jenis-jenis deskripsi, dan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang telah dijelaskan dan menanyakan kendala apa saja yang ditemukan dalam menulis karangan deskripsi. Tanya jawab ini juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa mengerti dan memahami penjelasan yang telah diberikan guru. Setelah melakukan tanya jawab tersebut, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang dilaksanakan, yakni agar siswa mampu mendata objek yang akan dijadikan bahan dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan ciri-ciri karangan deskripsi yang telah dijelaskan. Selanjutnya, masuk pada kegiatan inti. Pada kegiatan inti ini, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok (learning community). Setiap kelompok terdiri atas empat orang. Kemudian, guru membagikan model (modeling) karangan deskripsi
101
yang kontekstual kepada masing-masing kelompok. Model karangan deskripsi pada siklus I ini terdiri atas lima model, yakni tiga model deskripsi tempat, satu model deskripsi orang, dan satu model deskripsi benda. Kelima model tersebut telah dipaparkan pada penjelasan sebelumnya. Pada kegiatan ini, peneliti menyuruh siswa duduk berkelompok serta menyuruh siswa mendiskusikan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam model karangan yang telah dibagikan kepada masing-masing kelompok. Dari kegiatan diskusi tersebut, terlihat antusias siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya untuk menemukan ciri-ciri deskripsi dalam model tersebut. Setelah lebih kurang 10 menit siswa mendiskusikan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam model karangan tersebut, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk menyampaikan hasil diskusinya. Dalam diskusi itu, terlihat antusias dan semangat siswa dalam menanggapi penampilan kelompok yang tampil. Setiap kelompok juga memaparkan alasannya dengan logis. Dalam kegiatan ini, guru juga membimbing diskusi kelompok yakni menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam model karangan tersebut. Setelah kegiatan diskusi kelompok selesai, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk duduk seperti semula. Kegiatan berikutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diberikan. Setelah ± 25 menit
berlangsung,
kemudian
guru
mengumpulkan
pekerjaan
siswa
dan
102
mendiskusikan
kemudahan-kemudahan
serta
kesulitan-kesulitan
keterampilan
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Setelah bertanya jawab mengenai kemudahan-kemudahan dan kesulitan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, diketahui bahwa siswa lebih mudah berimajinasi dan menemukan ide dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Selain itu, siswa juga lebih bisa memaparkan rincian objek, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Siswa juga mudah dalam menggunakan susunan ruang dari keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kesulitan-kesulitan yang ditemukan siswa adalah dalam memahami cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, yaitu memaparkan ciri kedua dan ketiga, yakni memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca serta menggunakan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah. Selain itu, juga ditemukan penyampaian materi tentang cara menulis karangan deskripsi oleh guru terlalu cepat. Siswa juga mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi karena waktu yang diberikan guru sangat singkat. Pada kegiatan akhir, guru dan siswa kembali mengukuhkan pelajaran dan menyimpulkan pelajaran yang sudah berlangsung.
103
3)
Tahap Membahas Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Mengisi Angket Respons Siswa terhadap Pembelajaran (Pertemuan III) Pertemuan ketiga siklus I, dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 05
November 2012. Fokus penelitian pada pertemuan ketiga siklus I ini adalah membahas hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya dan mengisi angket respons siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada pertemuan ini, diawali guru dengan kegiatan membuka pelajaran, yakni berupa penyampaian tujuan pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Selanjutnya, pada kegiatan inti, guru meminta beberapa orang siswa membacakan hasil tulisannya ke depan kelas yakni menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya serta membahas hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan tersebut ditinjau dari ciri-ciri deskripsi yang telah dijelaskan. Kegiatan selanjutnya, guru meminta siswa mengisi angket respons siswa yakni pendapat siswa mengenai penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Guru memberikan penjelasan tentang angket, yakni angket tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi. Dalam pengisian angket ini, siswa diharapkan
104
dapat menjawab dengan jujur dan serius. Setelah mengisi angket tersebut, guru mengumpulkan angket untuk dianalisis bersama kolaborator. Pada kegiatan akhir, guru mengukuhkan pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
c. Observasi/Evaluasi Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (pengumpulan data) terhadap peristiwa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan upaya pemecahan masalah dan strategi serta model pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Kegiatan yang diamati pada tahap observasi ini adalah peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan atau ketidakberhasilan pemecahan masalah dan penerapan pendekatan CTL khususnya pada komponen pemodelan dalam pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Observasi ini dilakukan dengan enam cara, yaitu menganalisis hasil kerja siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, angket respons siswa terhadap pembelajaran pada akhir siklus I, lembar catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini diuraikan keenam hasil analisis data observasi tersebut.
1.
Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Analisis Data Siklus I Pada bagian ini, diuraikan hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan analisis data siklus I. Berikut ini diuraikan kedua bagian tersebut.
105
a.
Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Untuk melihat keberhasilan penerapan siklus I baik pada pertemuan pertama,
kedua, dan ketiga pada kegiatan siswa digunakan tes unjuk kerja siswa. Penskoran, nilai, dan klasifikasi siklus I dicantumkan pada lampiran 10. Selanjutnya, skor total siklus I keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dapat dilihat pada lampiran 7. Berdasarkan data yang tertera pada lampiran 7 tersebut, dapat dideskripsikan pemerolehan skor keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung sebagai berikut.
1)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) Berdasarkan data lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 1, yakni tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 19 orang (57,6%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 12 orang (36,4%), (3) siswa yang
106
memperoleh skor 15 berjumlah 2 orang (6,0%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. 2)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Berdasarkan data lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 tidak ada, (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 19 orang (57,6%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 13 orang (39,4%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. 3)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) Berdasarkan data lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah
107
adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 tidak ada, (2) siswa yang memperoleh skor 20 tidak ada, (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 berjumlah 19 orang (57,6%), dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 berjumlah 4 orang (12,1%). 4)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Berdasarkan data lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik berada pada skor 525. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 3 orang (9,1%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 16 orang (48,5%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 14 orang (42,4%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada.
108
5)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Berdasarkan data lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 9 orang (27,3%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang (39,4%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. Dari data pada lampiran 7 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk secara keseluruhan indikator adalah 2352:33 = 71,3% berada pada kualifikasi lebih dari cukup.
b.
Analisis Data Siklus I Berdasarkan penjelasan mengenai hasil tes keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan tersebut, berikut ini diuraikan analisis data siklus I.
109
Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung, maka skor pada lampiran 7 dapat diolah dengan menggunakan rumus berikut ini. N=
SM Smax SI
Keterangan: SM = Skor yang diperoleh SI = Skor yang harus dicapai dalam suatu tes Smax = Skala yang digunakan Jumlah Skor yang Diperoleh 100 Jadi, keterampilan menulis karangan deskripsi = Jumlah Skor Maksimal Berdasarkan data pada lampiran 7 dapat dikelompokkan skor, nilai, dan klasifikasi nilai keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung yang dicantumkan pada lampiran 10. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dapat dilihat pada lampiran 10, berikut ini akan diuraikan satu per satu lampiran tersebut. 1)
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) Setelah data pada lampiran 10 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
110
kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 1 berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek, yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 19 (57,6%), (2) siswa yang memperoleh skor 80 berjumlah 12 orang (36,4%), (3) siswa yang memperoleh skor 60 berjumlah 2 orang (6,0%), (4) siswa yang memperoleh skor 40 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 20 tidak ada. Keterampilan siswa memberikan rincian objek dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding pada tes awal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 21 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus I yang memperoleh skor 25 (nilai 100) pada kualifikasi sempurna adalah sebagai berikut. Kamarku Istanaku Selayaknya remaja perempuan, kamarku dipenuhi dengan kreasi-kreasi tanganku dan gambar atau poster-poster idolaku. Kamarku berbentuk persegi panjang dengan panjang ± 4 meter dan lebar ± 2 meter. Cat dinding kamarku bewarna putih ditambah dengan gambar-gambar dan poster-poster idolaku yang menambah keindahan kamarku. Di kamarku terdapat tempat tidur yang cukup besar, karena aku tidur bersama adik laki-lakiku yang berusia 10 tahun, ditambah meja belajar dengan ukuran 100 cm x 25 cm yang terletak di sebelah selatan tepatnya di sudut dinding. Begitu juga dengan tempat tidurku yang berada di sebelah timur yang letaknya juga dempet dengan dinding kamar. Selanjutnya, di meja belajarku juga terdapat beberapa perkakasku yang terkadang agak sedikit berantakkan, terutama pada pagi hari karena aku tidak sempat untuk merapikannya. Barang-barang di meja itu berupa bedakku yang berukuran cukup besar bewarna kuning, lalu ada sebuah body lotionku yang berukuran 100 ml. Selain itu, juga terdapat cologneku yang berukuran 100 ml, ditambah dengan kotak-kotak untuk meletakkan aksesorisku yang berbentuk hati dengan kombinasi berbagai warna, yaitu merah, biru, pink, hijau, dan biru muda yang aku rangkai menjadi bunga dengan tumpukkan 4 di bawah dan 1 di atas. Lalu, di meja itu juga terdapat tas dan terkadang juga terdapat helmku.
111
Kamarku adalah istanaku karena suasananya nyaman, apalagi tempat tidurku yang selalu terlihat rapi dan indah dengan sepray batik bewarna hijau muda yang terang, ditambah biru muda membuat cantiknya istanaku. Di atas tempat tidurku terdapat empat bantal dan dua bantal guling. Di samping itu, aku sering menghiasi tempat tidurku dengan berbagai bonekaku, yaitu boneka anjing yang bewarna cokelat, boneka bebek yang sedang seluncur bewarna pink dan putih, dan dua buah boneka dora serta selimutku bewarna hijau garis-garis putih dan pink. Jarak antara tempat tidur dengan jendela cukup dekat, jadi dengan mudah aku melihat pemandangan kebun dari ranjangku. Gordenku bewarna keemasan menambah kemanisan kamarku di sela-sela pojok kirinya itu terdapat dua gulungan tikarku diletakkan dipojokkan itu dan di atasnya terdapat mukena beserta sajadahku bewarna merah. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa memberikan rincin objek (indikator 1) dalam siklus I sudah cukup baik. Sampel sudah mampu merinci objek-objek yang ada di kamarnya tersebut, mulai dari ukuran kamar, warna cat kamar, dan benda-benda yang ada di dalam kamar tersebut. Misalnya, kalimat ”Kamarku berbentuk persegi panjang dengan panjang ± 4 meter dan lebar ± 2 meter. Cat dinding kamarku bewarna putih ditambah dengan gambargambar dan poster-poster idolaku yang menambah keindahan kamarku”. Berdasarkan kalimat tersebut terlihat bahwa siswa sudah mampu memberikan rincian objek, seperti ukuran kamar, warna cat kamar, dan benda-benda yang berada di kamar tersebut. Kemudian, pada paragraf berikutnya, juga terlihat rincian objek yang dipaparkan siswa, yakni ”Tempat tidur yang cukup besar” dan “Meja belajar dengan ukuran 100 cm x 25 cm yang terletak di sebelah selatan tepatnya di sudut dinding”. Pada kalimat tersebut terlihat bahwa siswa merincikan objek yang ada di kamarnya, seperti adanya tempat tidur dan meja belajar disertai dengan ukuran serta letaknya.
112
Berdasarkan hal tersebut, terlihat siswa sudah mampu merincikan seluk beluk objek dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus I untuk indikator 1 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 90,3. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 1 yaitu 60, 80, dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 21 yang memperoleh skor 25 (nilai 100). Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 10 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) X 100 80 60 40
F 19 12 2 -
FX 1900 960 120 -
20
-
-
Jumlah
33
∑ FX = 2980
M = 2980 = 90,3 33 Dari data dalam tabel 4 dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 90,3. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen
113
pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) berada pada kualifikasi baik sekali pada rentang 86-95% pada skala 10. Setelah diketahui rata-rata hitung (M) dalam menulis karangan deskripsi seperti
yang
telah
dipaparkan
sebelumnya,
langkah
selanjutnya
adalah
mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 19 orang (57,6%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 12 orang (36,4%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 2 orang (6,0%), (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) juga tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.
Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek)
Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45 16-25 Jumlah
Nilai 100 80 60 -
Frekuensi 19 12 2 33
Persentase 57,6% 36,4% 6,0% 100%
114
2) Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Setelah data pada lampiran 10 diolah dengan rumus, terlihat tingkat penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 tidak ada, (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 19 orang (57,6%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 13 orang (39,4%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa memberikan pengaruh sensitivitas dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding pada tes awal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 08 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus I yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut. Kamarku yang Berantakan Namaku Genta Putra, usiaku saat ini 16 tahun. Aku anak ketiga dari tiga orang bersaudara yang semuanya laki-laki. Di rumahku terdiri atas tiga kamar. Kamar paling depan adalah kamar orang tuaku, kamar di tengah adalah kamar kakakku, dan kamar yang paling belakang adalah kamarku.
115
Kamarku berukuran cukup besar dibandingkan dengan kamar kakakku yang nomor dua. Kamarku berbentuk pesergi panjang. Warna cat kamarku adalah abu-abu yang dikombinasikan dengan cat warna putih. Lantai kamarku terbuat dari keramik yang berbentuk kotak-kotak (persegi empat) bewarna putih. Pintu masuk kamarku bewarna coklat muda. Jika dari arah pintu msuk, tempat tidurku menghadap ke timur. Alas kasurku bewarna hitam dan dikombinasikan dengan warna putih. Tempat tidurku cukup besar. Di sebelah barat terlihat meja belajarku yang bewarna coklat muda. Di atas meja belajarku tersusun beberapa buku, seperti buku pelajaran, buku cerita (komik), dan koran bola karena aku menyukai bola. Kamarku termasuk kamar yang tidak rapi jika dibandingkan dengan kamar kakakku, apalagi saat aku berangkat ke sekolah. Setelah bangun tidur aku jarang membersihkan atau merapikan tempat tidurku, sehingga alas kasur serta selimut terlihat berantakan. Di samping itu, sepulang sekolah kebiasaanku paling buruk adalah tidak meletakkan sepatuku pada tempatnya, sehingga terlihat berantakan. Di belakang pintu masuk kamarku, terlihat beberapa pakaian kotor yang aku gantungkan di sana. Tidak hanya itu, di kamarku tepatnya di sebelah barat terdapat jendela kamarku. Jendela kamarku memiliki pentilasi, dimana pentilasi ini biasanya aku gunakan untuk menggantungkan pakaian yang telah aku pakai. Setelah itu, di kamarku terutama di atas kasurku terlihat tas yang tidak aku letakkan pada tempatnya, sehingga membuat suasana di kamarku tidak rapi. Aku juga sering meletakkan gitar yang tidak aku gantungkan dengan baik, sehingga terlihat berantakan. Sepulang sekolah, aku juga sering tidak menggantungkan seragam sekolahku. Kadang aku letakkan saja di atas kasur, sehingga terlihat sangat berantakan. Dengan keadaan kamar seperti itu, jika pada malam hari nyamuk sering bertebangan di kamarku. Kadang-kadang juga tercium bau yang kurang mengenakkan hidungku. Kalau keadaan kamarku seperti ini, biasanya aku hdupkan kipas angin untuk menghilangkan baunya serta memberantas nyamuk. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa memberikan pengaruh sensitivitas (indikator 2) pada siklus I sudah cukup baik. Sampel sudah mampu memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi dari karangan yang objek kamar tersebut, mulai dari bentuk kamar berupa warna dan lantai kamarnya dan keadaan kamar yang berantakan. Misalnya, kalimat ”Aku jarang membersihkan atau merapikan tempat tidurku, sehingga alas kasur serta selimut
116
terlihat berantakan. Di samping itu, sepulang sekolah kebiasaanku paling buruk adalah tidak meletakkan sepatuku pada tempatnya, sehingga terlihat berantakan”. Pada kalimat tersebut terlihat bahwa siswa sudah mampu membentuk imajinasi pembaca serta mempengaruhi pembaca dengan tulisan tersebut, sehingga pembaca berimajinasi melalui karangan yang ditulis itu. Kemudian, pada paragraf berikutnya, juga terlihat pengaruh sensitivitas yang dipaparkan siswa, yakni ”Sepulang sekolah, aku juga sering tidak menggantungkan seragam sekolahku. Kadang aku letakkan saja di atas kasur, sehingga terlihat sangat berantakan. Dengan keadaan kamar seperti itu, jika pada malam hari nyamuk sering bertebangan di kamarku. Kadangkadang juga tercium bau yang kurang mengenakkan hidungku”. Berdasarkan kalimat tersebut terlihat bahwa siswa sudah mampu memberikan pengaruh sensitivitas, sehingga pembaca dapat berimajinasi mengenai kebiasaan siswa tersebut yang tidak rapi, sehingga keadaan kamarnya berantakkan. Berdasarkan hal tersebut, terlihat siswa sudah mampu memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus I untuk indikator 2 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 70,9. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 2 yaitu 40, 60, dan 80. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 08 yang memperoleh skor 20 (nilai 80).
117
Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 10 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 19 13 1 33
FX 1520 780 40 ∑ FX = 2340
M =2340 = 70,9 33 Dari data dalam tabel 6 dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 70,9. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) berada pada kualifikasi lebih dari cukup berada pada rentang 66-75% pada skala 10. Setelah diketahui rata-rata hitung (M) dalam menulis karangan deskripsi seperti
yang
telah
dipaparkan
sebelumnya,
langkah
selanjutnya
adalah
mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui
118
pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) tidak ada, (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 19 orang (57,6%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 13 orang (39,4%), (4) kualifikasi kurang (K) berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Ketrampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
3)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45% 16-25% Jumlah
Nilai 100 80 60 40 20
Frekuensi 19 13 1 33
Persentase 57,6% 39,4% 3,0% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) Setelah data pada lampiran 10 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk
119
indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 tidak ada, (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 tidak ada, (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 berjumlah 19 orang (57,6%), dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 berjumlah 4 orang (12,1%). Sehubungan dengan hal tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa menggunakan pilihan kata yang menggugah dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding pada tes awal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 01 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus I yang memperoleh skor 10 (nilai 40) pada kualifikasi kurang adalah sebagai berikut. Suasana Senja di Pantai Tiram Namaku Amri Hanafi, aku paling senang bergi bertamasya. Tempat objek wisata yang paling senang aku kunjungi adalah pantai. Menurutku, pantai merupakan cintaan Tuhan yang paling indah dan sempurna karena di pantai ini aku bisa merilekskan pikiranku kareana aktivitas sehari-hari, yaitu sekolah. Pantai yang paling sering aku kunjungi adalah Pantai Tiram. Pantai Tiram ini merupakan pantai yang berada dekat dengan Ulakan. Aku sering mengunjungi Pantai Tiram ini pada sore hari. Di sore hari, pantai ini terlihat begitu indah dipandang mata. Jika pada sore aku bisa merasakan suasana yang begitu menyenangkan, karena aku merasakan kesegaran udara serta melihat ombaknya yang begitu besar. Air pantainya bersih dan terawat. Tetapi, kadang-kadang aku melihat sampah yang bertebaran di mana-mana, seperti kayu sampah plastik, dan lain-lainnya. Di pantai ini aku juga melihat pohon-pohon yang daunnya bewarna hijau. Di bawah pohon ini aku bisa berlindung dari sinar matahari. Di tepi pantai ini juga terlihat kerang-kerang bewarna putih. Kerang-kerang itu memiliki ukuran yang bermacam-macam, ada kerang kecil dan ada kerang besar.
120
Pasir pantai ini bewarna kekuning-kuningan. Aku juga sering menuliskan namaku dan nama temanku di pasir ini yang menandakan persahaatan kami. Pada sore hari, tepatnya diujung pantai dari kejauhan aku melihat warna langit yang mulai berubah yang menandakan matahari akan terbenam. Aku dan kawankawanku menyaksikan bersama-sama terbenamnya matahari di Pantai Tiram ini. Bagiku sungguh indah pemandangan pantai pada sore hari jika dibandingkan pada siang hari, karena siang hari aku kurang menyenangi suasana di pantai sebab menurutku disiang hari suasana di pantai sangat panas. Pada sore hari aku juga merasakan tiupan angin yang menyejukkan. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa menggunakan pilihan kata yang menggugah (indikator 3) pada siklus I sudah cukup baik, walaupun masih dalam kualifikasi kurang. Namun, jika dibandingkan dengan prasiklus, pada umumnya siswa sudah mampu menggunakan pilihan kata yang menggugah. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan kalimat berikut, yakitu ”Di sore hari, pantai ini terlihat begitu indah dipandang mata. Jika pada sore aku bisa merasakan suasana yang begitu menyenangkan, karena aku merasakan kesegaran udara serta melihat ombaknya yang begitu besar”. Berdasarkan kalimat tersebut terlihat bahwa siswa sudah mampu menggunakan pilihan kata yang menggugah, sehingga setelah membaca tulisan atau karangan tersebut ada kesan tertentu yang muncul dalam diri pembaca, yakni keindahan pantai pada sore hari. Begitu juga halnya dengan paragraf berikutnya, yakni kalimat ”Air pantainya bersih dan terawat. Tetapi, kadang-kadang aku melihat sampah yang bertebaran di mana-mana, seperti kayu sampah plastik, dan lain-lainnya. Di pantai ini aku juga melihat pohon-pohon yang daunnya bewarna hijau”. Dari kutipan kalimat tersebut, terlihat siswa sudah mampu menggunakan kata yang spesifik (khusus), dimana kata spesifik itu
121
merupakan penjelasan dalam menggunakan kata yang menggugah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Semi. Kata spesifik tersebut, terlihat dari jenis sampah yang dituliskan oleh siswa dan warna daun yang ada pada pohon tersebut. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu menggunakan pilihan kata yang menggugah dengan baik. Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 10 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 10 19 4 33
FX 600 760 80 ∑ FX = 1440
M = 1440 = 43,6 33 Dari data dalam tabel 8 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 43,6. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
122
komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) berada pada kualifikasi kurang karena berada pada rentang 36-45% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) tidak ada, (2) kualifikasi baik (B) tidak ada, (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 10 orang (30,3%), (4) kualifikasi kurang (K) berjumlah 19 orang (57,6%), dan (5) kualifikasi buruk (Br) berjumlah 4 orang (12,1%). Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45%
Nilai 100 80 60 40
Frekuensi 10 19
Persentase 30,3% 57,6%
123
Buruk (Br) Jumlah
4)
16-25%
20
4 33
12,1% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Setelah data pada lampiran 10 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 3 orang (9,1%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 16 orang (48,5%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 14 orang (42,4%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 tidak ada, dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding pada tes awal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 16 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus I yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut.
124
Keunikan Kelasku Kelasku X-1 terletak dengan parkiran dan musholla sekolah. Di depan kelasku terdapat sebuah bangunan atau pondok kecil yang terbuat dari bambu dan kayu beratapan daun rumbia yang berdiri kokoh dan unik. Tempat ini biasanya digunakan oleh laki-laki untuk bersantai-santai, duduk berkelompok, canda tawa, dan juga kadang-kadang untuk tempat istirahat mereka. biasanya pondok itu ramai pada saat bel masuk belum berbunyi atau pagi sebelum masuk kelas. Di sebelah barat kelasku, terdapat kelas X-2 sampai dengan kelas X-5. Di belakang kelas terdapat sebuah WC dan sumur, tetapi itu tidak berfungsi. Di dalam ruang kelasku terdapat 33 meja dan 33 kursi. Meja dan kursi guru terdapat di depan pojok sebelah kanan. Di samping kiri meja dan kursi guru, terlihat papan tulis yang bewarna putih berbentu persegi panjang. Selanjutnya, di sebelah kiri papan tulis ini terlihat pintu masuk kelas X-1. Kelasku merupakan kelas yang unik karena banyak hiasan dinding, seperti kaligrafi yang letaknya di atas papan tulis. Di samping kiri dan kanan kaligrafi terlihat poster presiden Republik Indonesia beserta wakil presiden Republik Indonesia. Di samping kiri dan kanan papan tulis terdapat daftar pelajaran kelas X-1, daftar piket kelas, kalender X-1 yang gambarnya adalah foto kami keluarga besar X-1 bersama dengan wali kelas. Di atas kalender terdapat denah kelas X-1 yang unik dan indah dipandang mata, karena denah X-1 itu ditempelkan foto-foto siswa yang tersusun rapi dan sesuai dengan urutan tempat duduk kami. Di belakang bangku siswa juga terdapat hiasan dinding kelas, yaitu kata-kata mutiara, seperti “Senyum Guru Semangat Bagi Kami”, “X-1 Forever”, dan “Smart” yang banyak seninya itu. Di samping itu, juga terdapat daftar K6 X-1, dan struktur kelas X-1. Pada dinding ini juga terlihat gambar sebuah buku yang terbuka yang bertuliskan “Jadikanlah kegagalan untuk terus menyalakan api semangat juangmu demi lekas tercapainya cita-cita yang luhur”. Selanjutnya, pada dinding ini terlihat tulisan bahasa Inggris, yakni “Take that experience to blaze your con ciusness for combate, so that your glorius, aspirations reacted immediately”. Cat kelasku dindingnya bewarna hijau dan kayunya bewarna ungu, kemudian bagian bawah yang terbuat dari semen bewarna pink. Selain itu, yang paling unik adalah ketika angin datang, kami merasakan tiupan angin yang sepoi-sepoi, cahaya matahari yang menerangi belajar kami. Apabila hujan datang dan ditambah lagi dengan angin, terkadang kami juga merasakan air hujan yang diterpa oleh angin tersebut. Walaupun demikian, kami tetap ceria dan senang belajar di kelas kami. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan (indikator 4) pada siklus I sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat
125
yang dilukiskan atau dipaparkan siswa, seperti ”Meja dan kursi guru terdapat di depan pojok sebelah kanan. Di samping kiri meja dan kursi guru, terlihat papan tulis yang bewarna putih berbentu persegi panjang. Selanjutnya, di sebelah kiri papan tulis ini terlihat pintu masuk kelas X-1. Kelasku merupakan kelas yang unik karena banyak hiasan dinding, seperti kaligrafi yang letaknya di atas papan tulis. Di samping kiri dan kanan kaligrafi terlihat poster presiden Republik Indonesia beserta wakil presiden Republik Indonesia”. Pada kalimat tersebut, terlihat bahwa seakanakan pembaca ikut melihat langsung objek yang dilukiskan oleh siswa (sampel) secara keseluruhan. Selain itu, indikator 4 ini juga dapat dilihat dari kalimat berikut, “Kami merasakan tiupan angin yang sepoi-sepoi” dan “Apabila hujan datang dan ditambah lagi dengan angin, terkadang kami juga merasakan air hujan yang diterpa oleh angin tersebut”. Berdasarkan kutipan kalimat tersebut, terlihat bahwa siswa tidak hanya mampu memaparkan sesuatu yang dapat dilihat, tetapi siswa juga sudah mampu memaparkan sesuatu yang dapat didengar dan dirasakan. Berdasarkan hal tersebut, terlihat siswa sudah mampu memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus I untuk indikator 4 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 73,3. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 4 yaitu 60, 80, dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 16 yang memperoleh skor 20 (nilai 80).
126
Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 10 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 10.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 3 16 14 33
FX 300 1280 840 ∑ FX = 2420
M = 2420 = 73,3 33 Dari data dalam tabel 10 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 73,3. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), berada pada kualifikasi lebih dari cukup karena berada pada rentang 6675% pada skala 10.
127
Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) 3 orang (9,1%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 16 orang (48,5%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 14 orang (42,4%), (4) kualifikasi kurang (K) berjumlah tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 11. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br) Jumlah
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45% 16-25%
Nilai 100 80 60 40 20
Frekuensi 3 16 14 33
Persentase 9,1% 48,5% 42,4% 100%
128
5)
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Setelah data pada lampiran 10 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 9 orang (27,3%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 13 orang (39,4%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa menggunakan susunan ruang dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sudah mengalami peningkatan dibanding pada tes awal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 14 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus I yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut. Kamarku Kamarku bewarna kuning, kamarku terletak di samping gudang. Di depan kamarku adalah kamar orang tuaku. Di belakang kamarku terdapat dapur yang memanjang ke samping. Di dinding kamarku terlihat berderetan fotoku, teman-temanku, dan almarhum ayahku. Tempat tidurku menghadap ke barat yang dialasi sepray bewarna merah. Aku sangat suka warna ungu, tetapi sayangnya di kamarku di kamarku tidak ada satu
129
terlihat satun benda pun yang bewarna ungu, karena yang mendekorasi kamarku adalah mama. Di samping sebelah kanan tempat tidurku ada meja belajar yang berbentuk persegi panjang dan dialasi alas meja yang bewarna merah. Di sebelah kiri meja belajar terlihat meja tempat menyimpan buku-buku pelajaran. Meja tersebut berbentuk persegi yang bewarna coklat. Di dekat pintu masuk terdapat rak atau tempat menyimpan sepatu yang bewarna hijau. Di rak tersebut, terlihat beberapa pasang sepatu sekolahku dan sandal yang biasa aku gunakan untuk bepergian jauh. Selain itu, di kamarku juga terdapat dua lemari berbentuk persegi panjang. Lemari tersebut terdiri atas dua warna, yakni coklat dan kuning lembut. Lemari yang bewarna coklat aku gunakan tempat menyimpan baju untuk bepergian, sedangkan lemari yang bewarna kuning lembut aku gunakan untuk menyimpan baju atau pakaian sehari-hari. Letak kedua lemariku itu berdempat satu sama lain. Di belakang pintu masuk kamarku, terlihat baju yang bergelantungan sehabis dipakai. Di belakang pintu terdapat keranjang bewarna merah yang aku gunakan untuk tempat menyimpan pakaian kotor. Pada pagi hari, biasanya kamarku terlihat sangat berantakan karena aku tidak sempat membereskannya. Kebiasaanku yang paling aku benci dan tidak pernah bisa ku ubah yaitu bangun kesiangan, sampai-sampai hampir setiap pagi aku mendengar omelan-omelan dari mamaku yang selalu marah karena aku sulit untuk dibangunkan. Hampir setiap pagi mamaku membangunkanku dengan mengetok pintu kamarku dengan kuat yang membuatku jantungan. Pagi-pagi mamaku terpaksa harus membersihkan kamarku dan merapikan tempat tidurku karena aku terburu-buru berangkat ke sekolah, jadi tidak sempat untuk membersihkannya. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan susunan ruang (indikator 5) pada siklus I sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan-ungkapan, seperti ”Di depan, di sebelah kanan, di sebelah kiri, dan di belakang”. Ungkapan tersebut merupakan susunan ruang, dimana hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Semi. Dari susunan ruang yang dipaparkan oleh siswa tersebut, sehingga pembaca dapat berimajinasi letak setiap benda yang ada pada kamar tersebut. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu menggunakan susunan ruang dengan baik.
130
Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus I untuk indikator 5 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 78,2. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 5 yaitu 40, 60, 80, dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 14 yang memperoleh skor 20 (nilai 80). Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 10 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 12. Distribusi Frekuensi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 9 13 10 1 33
FX 900 1040 600 40 ∑ FX = 2580
M = 2580 = 78,2 33 Dari data dalam tabel 12 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 78,2. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
131
komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) berada pada kualifikasi baik karena berada pada rentang 76-85% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 9 orang (27,3%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 13 orang (39,4%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 10 orang (30,3%), (4) kualifikasi kurang (K) berjumlah 1 orang (3,0%), dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 13. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Kualifikasi Tingkat Penguasaan Nilai Frekuensi Sempurna (SP) 96-100% 100 9 Baik (B) 76-85% 80 13 Cukup (C) 56-65% 60 10 Kurang (K) 36-45% 40 1 Buruk (Br) 16-25% 20 Jumlah 33 Ringkasan hasil siklus I tersebut dicantumkan pada tabel berikut ini.
Persentase 27,3% 39,4% 30,3% 3,0% 100%
132
Tabel 14.
Kualifikasi 1. S 2. BS 3. B 4. LDC 5. C 6. HC 7. K 8. KS 9. Br 10. BrS Jumlah
No.
Keterangan:
Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Akhir Siklus I Indikator 1 N % 19 57,6 12 36,4 2 6,0 33 100
Indikator 2 N % 19 57,6 13 39,4 1 3,0 33 100
Indikator 3 N % 10 30,3 19 57,6 4 12,1 33 100
Indikator 4 N % 3 9,1 16 48,5 14 42,4 33 100
Indikator 5 N % 9 27,3 13 39,4 10 30,3 1 3,0 33 100
Total N % 16 48,5 7 21,2 9 27,3 1 3,0 33 100
N = Nilai; S = Sempurna; BS = Bak Sekali; B = Baik; LDC = Lebih dari Cukup; C = Cukup; HC = Hampir Cukup; K = Kurang; KS = Kurang Sekali; Br = Buruk; BrS = Buruk Sekali. Indikator 1 = Rincian tentang objek Indikator 2 = Memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca Indikator 3 = Pilihan kata yang menggugah Indikator 4 = Memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan Indikator 5 = Menggunakan susunan ruang
Berdasarkan data tabel 14, diperoleh gambaran bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung pada kelima indikator pada akhir siklus I sudah cukup baik jika dibandingkan dengan hasil tes awal. Ada 16 orang siswa yang memperoleh nilai pada kualifikasi baik, 7 orang siswa memperoleh nilai pada kualifikasi lebih dari cukup, 9 orang siswa memperoleh nilai pada kualifikasi cukup, dan 1 orang siswa memperoleh nilai pada kualifikasi hampir cukup.
133
Selain itu, berdasarkan lampiran 10 diperoleh gambaran bahwa rata-rata hasil tes siswa pada siklus I memperoleh peningkatan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan jika dibandingkan pada tes awal. Berikut ini diuraikan adanya peningkatan dari kelima indikator dalam keterampilan menulis karangan deksripsi siswa pada tes awal (prasiklus) sampai pada siklus I, di antaranya: (1) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memberikan rincian objek 2980/33, yaitu 90,3% (naik 17,6%), (2) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca adalah 2340/33, yaitu 70,9% (naik 12,1%), (3) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah adalah 1440/33, yaitu 43,6% (naik 20,6%), (4) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan adalah 2420/33, yaitu 73,3% (naik 14,5%), dan (5) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam menggunakan susunan ruang adalah 2580/33, yaitu 78,2% (naik 27,9%). Rata-rata nilai keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan secara keseluruhan pada siklus I adalah 2352:33 = 71,3% berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tes awal, meskipun belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%. Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa mencakup hal-hal
134
sebagai berikut: (1) peningkatan dalam memberikan rincian tentang suatu objek dengan baik, (2) peningkatan dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik, (3) peningkatan dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah dengan baik, (4) peningkatan dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik, dan (5) peningkatan dalam menggunakan susunan ruang dengan baik. Meskipun demikian, pada akhir siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
2.
Hasil Observasi Data yang berasal dari pengamatan merupakan hasil analisis dari pengamatan
aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data observasi ini dilakukan oleh kolaborator. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru ini dilaksanakan pada setiap siklus. Berikut ini diuraikan hasil observasi yakni aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran pada siklus I.
a.
Analisis Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan oleh
guru dan kolaborator. Aktivitas siswa selama pembelajaran berdasarkan aspek yang diamati dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini.
135
Tabel 15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siklus I No.
Kategori
1.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan serius Siswa senang mengikuti pelajaran Mengerjakan tugas dengan antusias Kreatif mengajukan pertanyaan kepada guru Siswa aktif menanggapi pertanyaan baik dari guru maupun dari teman Siswa aktif berdiskusi dengan anggota kelompok tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan Kreatif dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan Jumlah Rata-rata
2. 3. 4. 5. 6.
7.
Siklus I Jumlah % 24 72,7
Klasifikasi Lebih dari Cukup
25 22 21
75,7 66,7 63,6
Lebih dari Cukup Lebih dari Cukup Cukup
19
57,6
Cukup
21
63,6
Cukup
19
57,6
Cukup
151 21,6
457,5 65,3
Cukup
Berdasarkan tindakan yang telah diberikan, diperoleh hasil pengamatan yang berkaitan dengan kesiapan siswa dalam menghadapi pembelajaran pada siklus I yang belum maksimal. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini peneliti memaparkan aktivitas siswa selama pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I dari ketujuh aspek yang diamati. Pada aspek pertama, keseriusan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sudah baik. Hal ini terbukti dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan
136
pembelajaran dengan serius sebanyak 24 orang (72,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Di samping itu, aspek pertama ini juga ditunjukkan oleh kesiapan siswa sebelum kegiatan keterampilan menulis karangan deskripsi dimulai, siswa mempersiapkan buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan tertib. Pada saat pembelajaran berlangsung, terlihat juga siswa memperhatikan dengan saksama ketika guru menjelaskan pelajaran. Namun, masih ada beberapa siswa yang sibuk dengan kegiatan lain, seperti menulis, sibuk dengan pulpennya, bahkan ada yang berbicara dengan teman sebangkunya sehingga membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman dan mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Pada aspek kedua, siswa cukup senang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran ini dengan baik sebanyak 25 orang (75,7%) dengan kualifikasi lebih dari cukup. Pada saat pembelajaran, siswa cukup aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Selan itu, siswa juga terlihat antusias dan semangat saat guru menjelaskan materi tentang deskripsi. Namun, pada kegiatan ini masih ada beberapa siswa yang kurang antusias dan kurang senang mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Ada di antara mereka yang izin keluar pada saat pembelajaran dan ada juga yang mengganggu teman sebangkunya serta sibuk dengan memainkan alat tulisnya. Pada aspek ketiga, siswa antusias dalam mengerjakan tugas menulis karangan deskripsi. Hal itu terlihat dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik
137
sebanyak 22 orang (66,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Pada kegiatan ini, terlihat siswa yang semangat dan percaya diri dalam mengerjakan tugasnya menulis karangan deskripsi. Kelas terlihat tenang dan semua siswa sibuk dengan tugasnya masing-masing. Hal ini juga disebabkan karena sebelum siswa menulis karangan deskripsi, guru terlebih dahulu memberikan model karangan deskripsi yang dekat dengan kehidupan mereka. Di samping itu, guru juga memberikan penjelasan kepada siswa dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan ciri-ciri deskripsi. Berdasarkan hal tersebut, pada saat guru meminta siswa menulis karangan deskripsi, siswa lebih percaya diri. Namun, dalam kegiatan ini masih ada beberapa siswa yang kurang percaya diri dalam menulis karangan deskripsi. Hal tersebut terlihat bahwa ada di antara mereka yang sulit dalam memaparkan gagasannya menjadi sebuah karangan, ada yang melamun, dan ada yang ragu dalam memilih topik yang disediakan oleh guru. Dalam hal ini, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan deskripsi, sehingga siswa lebih percaya diri dalam mengerjakan tugasnya. Pada aspek keempat, terlihat bahwa siswa cukup aktif mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang aktif mengajukan pertanyaan kepada guru sebanyak 21 orang (63,6%) berada pada kualifikasi cukup. Kegiatan ini terlihat bahwa siswa yang memperhatikan penjelasan guru sering menanggapi penjelasan guru serta menanyakan materi yang kurang mereka pahami, yaitu untuk ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat. Sementara itu, bagi siswa
138
yang kurang memperhatikan penjelasan guru perilakunya bermacam-macam, ada yang sibuk dengan alat tulisnya, berbicara dengan teman sebangkunya, dan ada yang melamun. Pada aspek kelima, keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan dari guru maupun dari temannya tergolong cukup. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini sebanyak 19 orang (57,6%) berada pada kualifikasi cukup. Ketika guru memberikan pertanyaan kepada siswa, siswa meresponsnya dengan antusias. Ada di antara mereka yang berlomba mengajukan tangannya agar dipilih guru untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Di samping itu, pada kegiatan ini siswa cukup antusias dalam menanggapi pertanyaan dari temannya baik pada saat guru memberikan penjelasan maupun dalam diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok, masing-masing kelompok memberikan komentar kepada kelompok yang tampil dan kelompok yang tampil menanggapi dengan baik komentar atau saran dari kelompok lain. Namun, dalam hal ini masih ada beberapa siswa yang tidak merespons atau tidak menanggapi pertanyaan yang diberikan guru serta temannya. Hal ini disebabkan karena mereka ada yang kelihatan malu untuk bertanya karena takut salah, ada yang kelihatan ragu-ragu serta tidak percaya diri untuk mengajukan pertanyaan yang ingin mereka sampaikan kepada guru, atau mereka bingung apa yang harus ditanyakan. Kemudian, pada aspek keenam keaktifan siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompok tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui
139
pendekatan kontekstual komponen pemodelan tergolong baik. Hal itu dibuktikan dengan jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik sebanyak 21 orang (63,6%) berada pada kualifikasi cukup. Pada saat diskusi berlangsung, terlihat di antara mereka aktif dalam berdiskusi dengan anggota kelompok masing-masing, yakni menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model karangan yang diberikan guru. Dalam hal ini mereka bertukar pikiran atau pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing, ada yang bertugas menuliskan hasil diskusinya dan ada yang berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Namun, ada juga beberapa siswa yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi kelompok. Ada di antara mereka yang berbicara dengan anggota kelompoknya, ada yang mengganggu teman kelompoknya, dan ada yang sibuk menulis gambar. Selanjutnya, pada aspek ketujuh siswa yang kreatif menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan tergolong cukup baik. Hal itu terlihat dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini sebanyak 19 orang (57,6%) berada pada kualifikasi cukup. Pada kegiatan ini, siswa terlihat percaya diri dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan karena karangan deskripsi yang mereka tulis objeknya dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari, sehingga memudahkan mereka dalam menulis karangan tersebut. Di samping itu, mereka cukup paham mengenai penjelasan setiap ciri-ciri deskripsi. Hal ini juga membantu mereka dalam mengerjakan tugasnya. Namun, pada kegiatan ini masih terlihat beberapa orang siswa yang tidak kreatif dalam menulis karangan deskripsi.
140
Hal ini terlihat bahwa pada saat guru meminta siswa menulis karangan deskripsi, ada yang bingung apa yang akan mereka tulis dan ada yang kurang percaya diri dalam mengungkapkan gagasannya karena takut salah. Sehubungan dengan hal tersebut, guru memberikan bimbingan kepada mereka, sehingga mereka dapat mengerjakan tugasnya dengan baik dan mengumpulkannya sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan secara keseluruhan ratarata hasil observasi aktivitas siswa selama keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan adalah 457,5:7 = 65,3% berada pada kualifikasi cukup. Dari hasil pengamatan tersebut, tindakan dinyatakan belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%, sehingga perlu dilakukan siklus II. b. Analisis Aktivitas Guru dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pada penelitian ini, peneliti bertidak sebagai guru, sedangkan guru yang juga mengajar di SMA N 1 Enam Lingkung, tetapi mengajar di kelas lain bertindak sebagai kolaborator (pengamat). Fokus kegiatan guru pada pembelajaran adalah: (1) kegiatan awal pembukaan dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) bertanya jawab tentang pembelajaran karangan deskripsi; (3) menjelaskan materi tentang deskripsi; (4) meminta beberapa orang siswa membacakan hasil tulisannya tentang karangan deskripsi yang ditulis pada pertemuan sebelumnya (tes awal); (5) membahas karangan deskripsi yang telah ditulis siswa pada pertemuan sebelumnya berdasarkan ciri-ciri deskripsi; (5) menjelaskan cara menulis karangan deskripsi
141
melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (6) memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (7) membagi siswa dalam enam kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model yang telah diberikan; (8) meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya dan kelompok lain diminta untuk memberikan komentar terhadap hasil diskusi kelompok yang tampil; (9) meminta siswa menulis karangan deskripsi yang kontekstual berdasarkan model yang diamati dengan memilih salah satu topik yang telah ditentukan pada petunjuk soal; (10) mengumpulkan hasil kerja siswa; (11) meminta siswa untuk menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas; (12) mendiskusikan secara bersama-sama karangan deskripsi yang dibacakan oleh siswa di depan kelas dilihat dari ciri-ciri deskripsi; (13) meminta siswa mengemukakan kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (14) meminta siswa mengisi angket respons siswa terhadap pembelajaran; (15) menyimpulkan pelajaran. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, berikut ini disajikan tabel lembar observasi, yakni aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus I. Tabel 16. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru pada Siklus I NO. 1. 2. 3. 4.
KEGIATAN Apersepsi Penjelasan materi Penjelasan pendekatan kontekstual komponen pemodelan Teknik pembagian kelompok
SB √ √ √ √
B
C
K
142
5. Penguasaan kelas 6. Penggunaan komponen pemodelan 7. Suara 8. Pengelolaan kegiatan diskusi 9. Bimbingan kepada kelompok 10. Pemberian pertanyaan atau kuis 11. Kemampuan melakukan evaluasi 12. Memberikan penghargaan individu dan kelompok 13. Menentukan nilai individu dan kelompok 14. Menyimpulkan materi pembelajaran 15. Menutup pembelajaran Keterangan: SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Berdasarkan tabel 16 tersebut, terlihat bahwa pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga siklus I kegiatan peneliti semuanya terlaksana. Semua kegiatan dapat dilaksanakan guru dengan baik, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dan tidak satupun kegiatan peneliti yang tidak terlaksana saat melaksanakan penelitian. Hal ini disebabkan karena peneliti telah mempersiapkan semuanya dengan baik dan terarah.
3. Hasil Angket Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang pendapat siswa dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada pengisian angket siklus I jumlah anggota sampel yang melakukan pengisian angket sebanyak 33 orang.
143
Hasil dari tabulasi angket respons siswa terhadap pembelajaran pada siklus I dicantumkan pada lampiran 16. Adapun aspek dalam angket ini terdiri atas tiga, yaitu tindakan yang mendukung di luar PBM, tindakan yang mendukung selama PBM, dan kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi. Hasil respons siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Angket pada Siklus I Berdasarkan Pernyataan yang Diberikan No. 1.
Aspek Tindakan yang mendukung di luar PBM
2.
3.
4.
5.
Tindakan yang mendukung selama PBM
Pernyataan Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu membaca bahan ajar sebelum pembelajaran berlangsung Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu untuk tidak terlambat datang Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu mengerjakan PR di rumah Pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi saya dalam menulis karangan deskripsi Selama proses
Alternatif Jawaban SS 21 siswa (63,6%)
S
TS
STS -
11 siswa (33,3%)
1 siswa (3,1%)
22 siswa (66,7%)
10 siswa (30,3%)
1 siswa (3,1%)
-
15 siswa (45,4%)
17 siswa (51,5%)
1 siswa (3,1%)
-
26 siswa (78,8%)
7 siswa (21,2%)
-
-
15 siswa
28 siswa
-
-
144
6.
7.
8.
9.
10.
Kesan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya selalu memperhatikan pendapat teman Latihan yang diberikan guru dapat memantapkan pemahaman saya tentang menulis karangan deskripsi Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya lebih mudah memahami materi tentang deskripsi Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pelajaran bahasa Indonesia lebih mudah Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya lebih serius dalam belajar
(45,4%)
(54,5%)
10 siswa (30,3%)
16 siswa (48,5%)
25 siswa (75,7%)
8 siswa (24,2%)
-
-
24 siswa (72,7%)
9 siswa (27,3%)
-
-
10 siswa (30,3%)
18 siswa (54,5%)
5 siswa (15,1%)
-
19 siswa (57,6%)
11 siswa 3 siswa (33,3%) (9,1%)
-
6 siswa 1 siswa (18,2%) (3,1%)
Berdasarkan tabel 17, dapat dilihat jumlah siswa yang memilih SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) pada setiap pernyataan yang terdapat pada angket tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dideskripsikan hasil angket untuk siklus I sesuai pada tabel yang telah disajikan.
145
Pertama, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 21 orang siswa (63,6%) berada pada kualifikasi cukup yang menyatakan sangat setuju bahwa dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu membaca bahan ajar sebelum pembelajaran berlangsung, 11 orang siswa (33,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan setuju, 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Kedua, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 22 orang siswa (66,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu untuk tidak terlambat datang, 10 orang siswa (30,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan setuju, 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 orang siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Ketiga, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 15 orang siswa (45,4%) berada pada kualifikasi kurang menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu mengerjakan PR di rumah, 17 orang siswa (51,5%) berada pada kualifikasi hampir cukup menyatakan setuju, 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju.
146
Keempat, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 26 orang siswa (78,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi saya dalam menulis karangan deskripsi, 7 orang siswa (21,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kelima, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 15 orang siswa (45,4%) berada pada kualifikasi kurang menyatakan sangat setuju selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, 28 orang siswa (54,5%) berada pada kualifikasi kurang menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Keenam, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 10 orang siswa (30,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan sangat setuju selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu memperhatikan pendapat teman, 16 orang siswa (48,5%) berada pada kualifikasi hampir cukup menyatakan setuju, 6 orang siswa (18,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan tidak setuju, dan 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Ketujuh, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 25 orang siswa (75,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup menyatakan sangat
147
setuju latihan yang diberikan guru dapat memantapkan pemahaman saya tentang menulis karangan deskripsi, 8 orang siswa (24,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kedelapan, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 24 orang siswa (72,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya lebih mudah memahami materi tentang deskripsi, 9 orang siswa (27,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesembilan, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 10 orang siswa (30,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pelajaran bahasa Indonesia lebih mudah, 18 orang siswa (54,5%) berada pada kualifikasi hampir cukup menyatakan setuju, 5 orang siswa (15,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Kesepuluh, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 19
148
orang siswa (57,6%) berada pada kualifikasi cukup menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya lebih serius dalam belajar, 11 orang siswa (33,3%) berada pada kualifikasi kurang sekali menyatakan setuju, 3 orang siswa (9,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan deskripsi tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, rata-rata nilai keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan secara keseluruhan pada siklus I adalah 2352:33 = 71,3% berada pada kualifikasi lebih dari cukup. Kedua, rata-rata hasil observasi, yakni aktivitas siswa selama pembelajaran secara keseluruhan pada siklus I adalah 457,5:7 = 65,3% berada pada kualifikasi cukup. Ketiga, rata-rata hasil analisis angket respons siswa terhadap pembelajaran secara keseluruhan pada siklus I, yaitu: (a) siswa yang menyatakan sangat setuju adalah 566,5:10 = 56,6% berada pada kualifikasi lebih dari cukup; (b) siswa yang menyatakan setuju adalah 378,6 = 37,9% berada pada kualifikasi kurang; (c) siswa yang menyatakan tidak setuju adalah 51,7 = 5,2% berada pada kualifikasi buruk sekali; (d) siswa yang menyatakan sangat tidak setuju adalah 3,1 = 0,31% berada pada kualifikasi buruk sekali. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, tindakan siklus I dinyatakan belum berhasil karena belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%, baik
149
pada tes menulis karangan deskripsi, hasil observasi maupun hasil angket, sehingga perlu dilaksanakan siklus II.
4. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran atau pelajaran telah selesai. Wawancara siklus I ini tidak dilakukan pada semua siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung, tetapi dilakukan kepada siswa yang terlihat menonjol serta aktif dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa yang diwawancarai pada siklus I ini berjumlah delapan orang, yakni dua orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, dua orang siswa yang memperoleh nilai terendah, dua orang siswa yang bersikap positif dalam kegiatan pembelajaran, dan dua orang siswa yang bersikap negatif dalam kegiatan pembelajaran. Wawancara yang diberikan kepada siswa ini bertujuan melihat pandangan atau pendapat siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Wawancara ini terdiri atas lima pertanyaan, secara umum pertanyaan tersebut berkaitan dengan pendapat serta saran siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dalam pengisian lembaran wawancara ini, siswa disarankan agar menjawab dengan jujur sehingga data yang didapatkan lebih objektif.
150
Hasil wawancara dari kedelapan siswa tersebut diuraikan sebagai berikut. Pada pertanyaan pertama, dari kedelapan siswa mengatakan bahwa pembelajaran yang diikutinya sangat menarik. Adapun alasan mereka karena dengan pembelajaran tersebut mereka mudah mengerti dan memahami apa yang dijelaskan guru. Di samping itu, dengan pembelajaran menulis tersebut dapat menambah wawasan mereka serta memudahkan mereka dalam menulis. Namun, 2 orang siswa mengatakan kurang senang mengikuti pembelajaran yang baru berlangsung. Alasan siswa yang mengatakan kurang senang mengikuti pembelajaran karena mereka kurang memperhatikan pada saat guru menjelaskan pelajaran. Pada pertanyaan kedua, dari kedelapan siswa semuanya mengatakan bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang baru diikutinya karena guru dapat membuat suasana menjadi menyenangkan. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa keterampilan menulis terutama dalam mengarang merupakan pembelajaran yang menantang kreativitas mereka, bagaimana mereka bisa berimajinasi dengan baik sehingga dapat menulis sebuah karangan yang padu. Namun, ada 3 orang siswa mengatakan bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran menulis, tetapi mereka kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan agar menjadi karangan yang padu. Pada pertanyaan ketiga, dari kedelapan siswa semuanya mengatakan bahwa mereka lebih mudah menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan daripada tidak menggunakan komponen pemodelan. Adapun
151
alasan yang dikemukakan mereka karena dengan menghadirkan komponen pemodelan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi mereka bisa berpedoman pada model tersebut. Selain itu, ada juga yang mengemukakan bahwa dengan model tersebut mereka lebih tahu contoh karangan deskripsi yang sempurna dan hal ini dapat membantu mereka dalam menulis karangan deskripsi. Namun, di antara mereka banyak yang mengemukakan bahwa mereka kesulitan dalam memaparkan ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat. Hal ini disebabkan karena mereka kesulitan dalam memaparkan gagasannya. Pada pertanyaan keempat, dari kedelapan siswa ada enam orang siswa mengemukakan bahwa banyak manfaat yang dapat mereka peroleh dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Adapun alasan yang mereka kemukakan bahwa dengan model yang kontekstual tersebut mereka lebih mudah berimajinasi tentang objek yang diceritakan dalam karangan itu, sehingga hal tersebut memudahkan mereka dalam menulis karangan deskripsi karena karangan yang mereka tulis objeknya dekat dengan kehidupan mereka. Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa melalui model karangan deskripsi tersebut mereka bisa mengetahui dan mengerti bentuk karangan deskripsi tersebut, dengan demikian mereka lebih mudah dalam menulis karangan deskripsi. Selanjutnya, 2 orang siswa mengatakan bahwa mereka kurang mendapatkan manfaat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Alasan mereka mengatakan demikian karena mereka kurang memperhatikan penjelasan guru,
152
kurang berpatisipasi dalam kegiatan tanya jawab, dan tidak memperhatikan dengan saksama model karangan yang diberikan. Selanjutnya, pada pertanyaan kelima dari delapan siswa semuanya mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai usul mereka tentang pelaksanaan pembelajaran menulis karangan yang akan datang. Adapun beberapa alasan yang mereka kemukakan, antara lain: (1) agar dalam keterampilan menulis karangan deskripsi yang akan datang, guru memberikan contoh karangan tersebut yang kontekstual agar kami bisa mengerti dan memahaminya; (2) untuk keterampilan menulis karangan deskripsi yang akan datang agar guru memberikan model karangan deskripsi yang objeknya dekat dengan kehidupan kami sehari-hari, sehingga dengan memberikan contoh karangan tersebut dapat memudahkan kami menulis karangan deskripsi karena kami bisa mengetahui dengan jelas bagaimana bentuk karangan deskripsi tersebut; (3) pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi yang akan datang, agar guru memperbanyak lagi memberikan contoh karangan deskripsi karena dengan menyajikan contoh tersebut kami lebih mudah menulis karangan deskripsi sebab selama ini kami hanya bisa mengetahui contoh karangan deskripsi tersebut hanya dalam buku paket atau LKS, namun setelah diberikan model karangan yang kontekstual itu kami lebih mudah mengerti dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil wawancara yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi, walaupun ada dua orang siswa yang mengemukakan hal
153
yang berbeda karena kurang memperhatikan. Namun, secara keseluruhan mereka senang dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi. Selain itu, mereka lebih mudah menulis karangan deskripsi dengan menghadirkan sebuah model karangan yang kontekstual karena contoh atau model tersebut dekat dengan lingkungan mereka. Tetapi, banyak di antara mereka yang kesulitan memaparkan gagasannya terutama pada ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat.
5. Hasil Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dan berpikir tentang semua kejadian selama berlangsungnya keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Datanya yaitu hal-hal khusus selama penelitian berlangsung yang dikumpulkan dengan teknik observasi. Catatan lapangan ini diisi setiap pertemuan, yakni pertemuan pertama, kedua, dan ketiga dalam setiap siklus dan sumber datanya diperoleh dari kolaborator (guru pengamat). Adapun format pada catatan ini meliputi: hari/tanggal, tempat, topik, guru yang mengajar, dan guru yang mengamati. Untuk lebih jelasnya, hasil dari catatan lapangan yang datanya hal-hal khusus selama penelitian ini dapat dilihat pada lampiran 17. Berdasarkan penjelasan tersebut, dideskripsikan hasil catatan lapangan siklus I dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 29
154
Oktober 2012 dengan topik penjelasan materi menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Sebelum guru masuk pada kegiatan inti, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi. Selanjutnya, guru melakukan kegiatan inti, yakni penjelasan materi deskripsi. Dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa pada saat guru menjelaskan pelajaran, terlihat antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Hal ini juga terlihat dari semangat siswa dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan materi deskripsi. Siswa juga terlihat aktif dalam bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum mereka pahami. Namun, dalam hal ini ada beberapa siswa yang kurang percaya diri atau kurang berani menyampaikan argumennya mengenai deskripsi. Hal ini dibuktikan ketika guru bertanya, mereka hanya diam dan tidak menjawab apa-apa. Di samping itu, pada kegiatan ini juga terlihat beberapa siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru. Di antara mereka ada yang sibuk dengan kegiatannya sendiri, seperti berbicara dengan teman sebangkunya, mengganggu teman yang ada di depannya, sibuk dengan mempermainkan alat tulisnya, dan ada yang sibuk menulis tugas lain. Namun, dalam hal ini guru mendekati mereka satu persatu dan pada akhirnya mereka bisa serius mengikuti pelajaran. Selanjutnya, pada kegiatan penutup, guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran. Pada pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Sabtu, 03 November 2012 dengan topik menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen
155
pemodelan. Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi dan motivasi, kemudian masuk pada kegiatan inti. Dalam kegiatan inti ini, sebelum siswa menulis karangan deskripsi guru terlebih dahulu mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai materi deskripsi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Hal ini bertujuan melihat pemahaman siswa, apakah mereka masih ingat pelajaran minggu sebelumnya atau tidak. Dari kegiatan tanya jawab tersebut, terlihat beberapa orang siswa cukup aktif dalam menjawab pertanyaan guru, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak merespons pertanyaan guru. Kemudian, guru membagi siswa dalam beberapa kelompok dan membagikan model karangan deskripsi yang kontekstual. Setiap kelompok mendapat lima model karangan deskripsi. Siswa diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya, yakni menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model tersebut. Dalam kegiatan diskusi tersebut, terlihat antusias siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Namun, dalam kegiatan diskusi kelompok ini juga terlihat beberapa siswa yang tidak terlibat dalam diskusi. Ada yang berbicara dengan anggota kelompoknya, dan ada yang sibuk menulis gambar. Setelah waktu yang ditentukan telah habis dalam berdiskusi, guru meminta setiap kelompok membacakan hasil analisisnya dan kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil. Siswa yang memberikan komentar terhadap penampilan temannya ini, dari penampilan yang pertama sampai pada penampilan terakhir di antara mereka orangnya tetap itu juga. Mereka terlihat malu untuk memberikan komentar. Selanjutnya, guru meminta siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pada kegiatan
156
ini, terlihat antusias siswa dalam mengerjakan tugasnya. Namun, masih ada beberapa siswa yang terlihat bingung untuk menulis apa, ada juga yang ragu dalam memilih topik yang disediakan pada petunjuk soal. Selanjutnya, pada kegiatan penutup, guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran. Pada pertemuan ketiga, dilaksanakan pada hari Senin, 05 November 2012 dengan topik membahas karangan deskripsi dan mengisi angket. Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi dan motivasi, kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti. Pada awal kegiatan ini, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai materi deskripsi serta kesulitan dan kemudahan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dari kegiatan tanya jawab tersebut, terlihat antusias siswa mengemukakan kesulitan mereka dalam menulis karangan deskipsi, khususnya memaparkan ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat. Siswa terlihat aktif dalam menanggapi pertanyaan guru. Namun, masih ada beberapa orang siswa yang tidak memperhatikan dan sibuk dengan kegiatan lain. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membcakan hasil karangannya dan siswa lain menanggapinya. Dalam kegiatan ini terlihat mereka masih malu untuk membacakan hasil karangannya, sehingga guru terpaksa memanggil nama yang akan membacakan karangannya di depan kelas. Pada pemberian komentar, terlihat juga mereka yang kurang percaya diri dalam menanggapi penampilan temannya. Tetapi, ada juga yang berani dan percaya diri dalam memberikan komentar terhadap hasil tulisan temannya. Selanjutnya, pada
157
kegiatan akhir, guru menyebarkan angket dan meminta siswa untuk mengisi angket tersebut dengan jujur. Kemudian, guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran.
6.
Hasil Dokumentasi Dokumentasi
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
proses
pembelajaran berupa satuan pembelajaran. Selain itu, dokumentasi juga digunakan oleh guru untuk melihat kehadiran siswa setiap pertemuan. Dokumentasi mengenai satuan pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada lampiran 2. Selanjutnya, dokumentasi berupa pengambilan foto merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Penggunaan instrumen dokumentasi berupa pengambilan gambar (foto) ini bertujuan untuk memperoleh gambar aktivitas kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas, seperti aktivitas kelompok, guru yang sedang mengajar, guru yang sedang membimbing diskusi kelompok, interaksi antara siswa dan guru di kelas, kegiatan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dan sebagainya. Dokumentasi foto ini dapat memperkuat bukti analisis pada setiap siklus. Selain itu, data yang diambil melalui dokumentasi foto juga memperjelas data yang lain yang hanya dideskripsikan melalui tulisan atau angka. Dokumentasi foto ini dilakukan pada saat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pengambilan foto
158
ini dilakukan pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Dokumentasi foto ini dapat dilihat pada lampiran 23. Pada saat guru menjelaskan pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini, terlihat guru kolaborator mengamati aktivitas guru dan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 1 dalam lampiran 23. Setelah guru menjelaskan pelajaran menulis karangan deskripsi tersebut, kemudian guru membagi siswa dalam enam kelompok. Selanjutnya, guru membagikan model karangan deskripsi pada masing-masing kelompok. Model karangan deskripsi yang diberikan tersebut terdiri atas lima, yakni tiga model deskripsi tempat, satu model deskripsi benda, dan satu model deskripsi orang. Pada saat guru membagikan model tersebut, terlihat antusias siswa mengamati model itu dengan saksama seperti yang terlihat pada gambar 2 dalam lampiran 23. Dalam kegiatan diskusi kelompok ini, guru meminta siswa untuk mendiskusikan ciri-ciri apa saja yang terdapat dalam model karangan deskripsi yang dibagikan. Setelah waktu yang ditentukan dalam berdiskusi kelompok telah habis, kemudian guru meminta setiap kelompok untuk menyampaikan atau membacakan hasil diskusinya. Sementara itu, kelompok lain diminta memperhatikan hasil diskusi temannya dan memberikan komentar terhadap kelompok yang tampil tersebut. Pada kegiatan ini, kelompok II membacakan hasil diskusinya dengan antusias seperti yang terlihat pada gambar 3 dalam lampiran 23. Ketika kelompok II membacakan hasil
159
diskusinya, terlihat antusias kelompok lain memperhatikan penampilan temannya. Namun, ada juga siswa yang tidak memperhatikan kelompok yang tampil. Kegiatan selanjutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi seperti yang tertera pada petunjuk soal. Kegiatan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siklus I ini sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4 dalam lampiran 23. Pada gambar tersebut, terlihat antusias siswa dalam mengerjakan tugasnya, selain itu pada kegiatan tersebut suasana dalam ruang kelas kelihatan sangat tenang, sehingga siswa dapat berkonsentrasi untuk menulis karangan deskripsi. Tetapi, pada kegiatan ini masih ada terlihat beberapa orang siswa yang tidak mengerjakan tugasnya dengan serius. Ada di antara mereka yang berbicara dengan teman sebangkunya dan ada yang mengganggu teman yang duduk di depannya.
d. Refleksi Setelah guru dan kolaborator mengadakan observasi, kegiatan selanjutnya adalah evaluasi dan menganalisis data observasi yang diperoleh. Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan peneliti bersama guru kolaborator untuk menentukan sejauh mana pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan guru berhasil dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Hasil pengamatan peneliti bersama guru kolaborator dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir.
160
Berdasarkan pelaksanaan hasil siklus I, penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dibandingkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada tes awal (prasiklus). Selain itu, keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini cukup diminati oleh siswa. Hasil refleksi pada pelaksanaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus I sebagai berikut. Pertama, siswa terkendala dalam menulis karangan deskripsi karena sulit menemukan ide yang dapat dikembangkan menjadi sebuah karangan deskripsi. Solusi dari masalah ini adalah pada pertemuan berikutnya, guru memberikan model yang lebih kontekstual sehingga lebih mudah dipahami siswa untuk dijadikan pedoman dalam menulis karangan deskripsi. Di samping itu, dengan menyajikan model yang kontekstual tersebut juga dapat membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi. Kedua, masih terlihat siswa yang malu bertanya atau ragu-ragu dalam bertanya maupun menjawab pertanyaan guru. Solusi dari masalah ini adalah guru harus memotivasi siswa untuk berani atau percaya diri dalam mengemukakan pendapat atau gagasannya. Ketiga, siswa sulit untuk memilih topik yang telah ditentukan pada tes siklus I, walaupun pada pilihan ketiga adalah pilihan bebas namun mereka kesulitan juga dalam menentukan topik yang dikembangkan menjadi sebuah karangan deskripsi. Solusi dari masalah ini adalah guru menyajikan topik lebih banyak lagi, dimana topik
161
yang disajikan tersebut lebih kontekstual sehingga memudahkan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Keempat, kurangnya pemahaman siswa tentang ciri-ciri deskripsi terutama pada ciri kedua dan ketiga yakni memberikan pengaruh sensitivitas dan menggunakan diksi (pilihan kata) yang menggugah. Hal ini disebabkan karena penjelasan guru yang terlalu cepat dan contoh kalimat dari setiap ciri tersebut yang kurang. Solusi dari masalah ini adalah guru harus lebih fokus pada penjelasan materi tentang ciri-ciri deskripsi terutama mengenai ciri deskripsi kedua dan ketiga yaitu memberikan pengaruh sensitivitas dan penggunaaan diksi yang menggugah. Selanjutnya, pada penjelasan setiap ciri tersebut, guru lebih banyak memberikan contoh ciri deskripsi terutama ciri kedua dan ketiga yang merupakan kesulitan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Di samping itu, guru juga memberikan waktu yang lebih banyak untuk bertanya kepada siswa yang masih belum memahami materi tersebut. Kelima, penyampaian guru yang terlalu cepat sehingga siswa kurang memahami penjelasan yang disampaikan guru tentang materi pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Solusi dari masalah ini adalah pada pertemuan berikutnya guru disarankan untuk lebih pelan dalam menyampaikan materi pembelajaran dan benar-benar memastikan semua siswa memahami materi yang disampaikan dengan cara memberikan kesempatan bertanya kepada siswa lebih lama. Untuk memastikan semua siswa memahami materi deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
162
komponen pemodelan, dalam hal ini guru juga dapat menanyakan terlebih dahulu kepada beberapa siswa tentang materi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Keenam, kurangnya pendekatan personal kepada siswa yang merupakan kendala dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan karena guru kurang memperhatikan siswa yang masih belum paham terhadap pelajaran yang telah dijelaskan. Solusi dari masalah ini adalah pendekatan guru lebih banyak pada siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Di samping itu, guru harus melakukan penguasaan kelas yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi siswa yang berbicara, mengganggu temannya, dan melakukan kegiatan lain seperti menulis gambar. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, diperoleh dua gambaran berbeda dari pelaksanaan siklus I yaitu adanya beberapa kemajuan dan masih ada beberapa kelemahan. Kelemahan dari pelaksanaan siklus I yaitu belum mampu membawa hasil belajar siswa hingga standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75%. Dari hasil refleksi tersebut, perlu diadakan pelaksanaan siklus II guna mewujudkan sebuah peningkatan belajar. Untuk pelaksanaan siklus II ini, tentu kelemahan-kelemahan pada siklus I harus disiasati.
163
3. Hasil Penelitian Siklus II Pelaksanaan penelitian tindakan siklus II dilaksanakan dengan tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 10 November 2012, pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 November 2012, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 17 November 2012. Tahapan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini tidak berbeda dengan tahapan pelaksanaan siklus I. Pada siklus II ini, pelaksanaan tindakan juga mencakup empat tahapan pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian siklus II juga digunakan enam instrumen untuk melihat keberhasilan penerapan siklus II, yaitu tes unjuk kerja siswa, lembar observasi, angket respons siswa, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pola pembelajaran pada siklus II lebih ditingkatkan agar kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak ditemui lagi. Sehubungan dengan hal itu, langkah yang dilakukan pada siklus II ini adalah memfokuskan tindakan pada beberapa bagian yang merupakan permasalahan pada siklus I, yaitu ciri deskripsi yang kedua dan ketiga. Berikut deskripsi singkat pelaksanaan siklus II.
a. Perencanaan Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, disusunlah perencanaan siklus II dengan jumlah pertemuan sebanyak tiga kali pertemuan yang disajikan dalam waktu 6 X 45 menit untuk tiga kali pertemuan. Persiapan yang dilakukan sama halnya
164
dengan pelaksanaan siklus I. Dari hasil tes akhir siklus I diperoleh gambaran bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan masih banyak siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75%. Selain itu, masih ada beberapa siswa yang belum paham mengenai ciri-ciri deskripsi, terutama ciri deskripsi yang kedua dan ketiga serta cara menulis karangan deskripsi yang kontekstual. Kelemahan lain yaitu penyampaian guru yang terlalu cepat, sehingga siswa sulit memahami materi yang dijelaskan guru. Menyikapi fakta tersebut, pada siklus II diupayakan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini lebih memancing keinginan siswa untuk menulis. Dalam hal ini, guru merancang skenario pembelajaran (RPP) yang lebih menarik agar siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan (RPP tercantum pada lampiran 3). Penelitian tindakan kelas pertemuan pertama siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 10 November 2012 dengan fokus pembelajaran memantapkan penjelasan materi tentang karangan deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan.
Pertemuan
kedua
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 12 November 2012 dengan fokus penelitian melaksanakan tes menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 17
165
November 2012 dengan fokus penelitian membahas hasil tes menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya dan mengisi angket yang bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang pelaksanaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
b. Tindakan Pembelajaran pada siklus II ini berjalan sesuai dengan skenario/RPP yang telah dirancang oleh guru. Hal yang berubah dari pelaksanaan tindakan sebelumnya yaitu, guru berusaha meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan tidak terlalu cepat dalam memberikan penjelasan kepada siswa agar siswa bisa mengerti apa yang dijelaskan guru. Guru juga berusaha untuk memperkuat motivasi belajar siswa dan menggiring siswa untuk menyampaikan hasil pikirannya dalam aktivitas diskusi/tanya jawab dan kerjasama yang baik dalam kelompok. Akhir tindakan tersebut, diberikan tes unjuk kerja untuk mengukur tingkat penguasaan siswa dan gambaran keberhasilan (tidak) dari pelaksanaan siklus II. Adapun tindakan yang dilakukan pada siklus II ini dilakukan dengan melaksanakan perbaikan-perbaikan dari kelemahan-kelemahan pelaksanaan siklus I. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada siklus II ini adalah sebagai berikut.
166
1)
Tahap Penjelasan Materi tentang Deskripsi dan Cara Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Pertemuan I) Pada pertemuan pertama siklus II, kegiatan difokuskan pada memantapkan
materi tentang deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kegiatan pada siklus II pertemuan pertama terdiri atas tiga, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Berikut diuraikan ketiga kegiatan tersebut. Pada kegiatan pendahuluan, ada empat kegiatan yang dilakukan guru. Pertama, guru masuk dengan mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa. Kedua, guru melakukan kegiatan apersepsi dengan bertanya jawab tentang materi menulis karangan deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Ketiga, guru menempel chart yang merupakan garis-garis besar materi deskripsi, yang meliputi pengertian deskripsi, ciri-ciri deskripsi, jenis-jenis deskripsi, dan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi. Di samping itu, pada chart ini juga ditulis pendekatan kontekstual, yakni pengertian dan komponen-komponennya. Keempat, guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Kegiatan selanjutnya adalah kegiatan inti. Pertama, guru dan siswa mengadakan tanya jawab mengenai kesulitan dan kemudahan siswa dalam menulis karangan deskripsi yang telah dilaksanakan pada siklus I. Dalam hal ini, guru memberikan arahan yang lebih tegas kepada siswa saat siswa mulai memikirkan
167
permasalahan yang mereka alami selama ini dari pengalaman menulis karangan deskripsi. Kedua, guru memantapkan materi sesuai dengan indikator yang dinilai yaitu,
perincian
tentang
suatu
objek,
memberikan
pengaruh
sensitivitas,
menggunakan diksi yang menggugah, memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, serta menggunakan susunan ruang. Pada kegiatan ini, guru mempertegas dan menekankan teori deskripsi dan kontekstual khususnya komponen pemodelan. Di samping itu, dalam kegiatan penjelasan materi ini guru lebih memfokuskan pada ciri-ciri deskripsi yang kedua dan ketiga yakni memberi pengaruh sensitivitas dan menggunakan diksi yang menggugah. Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan tanya jawab dan hasil tes siklus I bahwa kesulitan siswa dalam memaparkan ciri deskripsi yang kedua dan ketiga. Di samping itu, pada ciri-ciri deskripsi ini guru juga memberikan contoh kalimat dan paragraf dari setiap ciri tersebut agar siswa lebih mudah memahaminya. Ketiga, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya (questioning) apabila masih ada di antara siswa yang masih belum memahami materi tentang karangan deskripsi yang telah dijelaskan. Keempat, guru bersama siswa membahas karangan deskripsi yang ditulis pada siklus I berdasarkan indikator yang telah dijelaskan sebagai contoh tambahan menguatkan pemahaman siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini, setelah memberikan penjelasan materi deskripsi tersebut, guru memberikan konfirmasi
168
terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran dan merefleksikannya. 2)
Tahap Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan (Pertemuan II) Pada pertemuan kedua, kegiatan inti yang dilakukan guru difokuskan pada
menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Model yang diberikan pada pertemuan kedua siklus II berbeda dengan model yang diberikan pada siklus I. Pada siklus II, guru memberikan model karangan deskripsi yang objeknya mudah dipahami siswa. Model yang diberikan pada siklus II ini terdiri atas lima, di antaranya: (1) model 1 berjudul ”Kamar Sebuah Asrama” oleh Ni Made Tuti Marhaeni yang dikutip dari buku yang ditulis oleh Ismail Marahimin tahun 2010 halaman 56-57; (2) model 2 berjudul ”Air Terjun Tiga Tingkat” yang dikutip dari Koran Singgalang edisi Minggu, 23 Oktober 2012, halaman C-23; (3) model 3 merupakan deskripsi tempat yang dikutip dari buku berjudul ”Eksposisi dan Deskripsi” yang ditulis oleh Gorys Keraf, tahun 1982, halaman 138-139; (4) model 4 merupakan deskripsi orang yang dikutip dari buku Atar Semi yang berjudul ”Dasar-dasar Keterampilan Menulis”, tahun 2007, halaman 69-70; (5) model 5 merupakan deskripsi orang yang dikutip dari buku berjudul ”Eksposisi dan Deskripsi” yang ditulis oleh Gorys Keraf, tahun 1982, halaman 109.
169
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan kedua dibuka dengan kegiatan pendahuluan, kemudian dilanjutkan kegiatan inti, dan diakhiri dengan kegiatan penutup. Berikut ini diuraikan ketiga kegiatan pada pertemuan pertama siklus II. Pada kegiatan pendahuluan, ada dua kegiatan yang dilakukan guru. Pertama, guru masuk dengan mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa. Kedua, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang dilaksanakan. Selanjutnya, pada kegiatan inti, kegiatan yang dilakukan guru terdiri atas tujuh. Pertama, guru kembali meminta siswa mengemukakan kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah dilaksanakan pada siklus I (questioning). Kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan yang dikemukakan siswa langsung didiskusikan solusinya bersama guru. Kelemahan-kelemahan pada siklus I juga sudah tidak dipakai lagi pada siklus II dan telah dicarikan solusinya oleh guru dan kolaborator. Kedua, guru kembali menguatkan materi tentang menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Penjelasan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan berdasarkan ciri-ciri karangan deskripsi secara lengkap, yaitu: (1) merincikan sedetail-detail mungkin seluk beluk objek yang ada pada gambar tersebut; (2) memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca; (3) menggunakan diksi yang menggugah sehingga ada kesan yang timbul bagi pembaca setelah membaca karangan tersebut, selain itu juga menggunakan kata yang spesifik;
170
(4) dalam tulisan deskripsi harus memaparkan tentang sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dan dirasakan sesuai dengan objek yang dilukiskan atau digambarkan; (5) menggunakan susunan ruang, susunan ruang biasanya ditandai dengan ungkapan di sana, di sini, di situ, di sebelah utara, di sebelah selatan, dan lain-lain. Ketiga, guru membagi siswa dalam enam kelompok. Anggota kelompok siklus II sama dengan anggota kelompok pada siklus I. Keempat, guru membagikan model karangan deskripsi kepada masing-masing kelompok. Model (modeling) karangan deskripsi tersebut berjumlah lima model yang dikutip dari berbagai sumber seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Setiap kelompok diminta mengamati model tersebut. Selanjutnya, guru meminta siswa berdiskusi kelompok (learning community), yakni menemukan (inquiry) ciri-ciri apa saja yang terdapat pada model karangan tersebut. Dalam mendiskusikan ciri-ciri deskripsi ini, guru memberikan waktu lebih kurang 15 menit. Kelima, guru meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya dan kelompok lain diminta untuk menanggapi hasil diskusi kelompok yang tampil. Keenam, guru membimbing siswa dalam diskusi kelompok dengan melibatkan semua siswa secara efektif dan efisien. Ketujuh, setelah penampilan kelompok selesai, kemudian guru meminta siswa untuk duduk di bangku masing-masing. Selanjutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa juga bisa mempedomani model karangan yang telah dibahas dalam diskusi kelompok. Karangan deskripsi yang ditulis minimal lima paragraf dan maksimal delapan paragraf. Siswa diminta untuk memilih salah satu
171
topik yang tertera pada petunjuk soal, siswa juga bisa menentukan topik sendiri yakni pilihan bebas. Dalam hal ini, guru menyarankan kepada siswa agar karangan yang mereka tulis, objeknya yang pernah mereka kunjungi karena hal itu dapat memudahkan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Dalam mengerjakan tugas ini guru memberikan waktu selama 25 menit. Kedelapan, guru mengumpulkan pekerjaan siswa dan menampilkan satu karangan deskripsi yang ditulis siwa, kemudian ditanggapi oleh teman yang lain. Tanggapan yang diberikan tersebut berdasarkan ciri-ciri deskripsi yang sudah dijelaskan. Dalam kegiatan ini, guru juga membimbing siswa dalam menyampaikan tanggapannya terhadap penampilan temannya yang tampil. Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini, guru memberikan konfirmasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran dan merefleksikannya. 3)
Tahap Membahas Hasil Tes Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Mengisi Angket Respons Siswa (Pertemuan III) Pembelajaran pada pertemuan ketiga difokuskan pada kegiatan membahas
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya dan mengisi angket respons siswa. Pertemuan ketiga diawali dengan kegiatan pendahuluan, kemudian kegiatan inti, dan terakhir kegiatan penutup. Berikut ini diuraikan ketiga kegiatan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
172
Pada kegiatan pendahuluan, ada dua kegiatan yang dilakukan guru. Pertama, guru masuk dengan mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa. Kedua, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Selanjutnya, pada kegiatan inti ada tiga kegiatan yang dilakukan. Pertama, meminta beberapa orang siswa untuk menampilkan atau membacakan hasil karangannya di depan kelas yang telah ditulis pada pertemuan kedua siklus II kemudian ditanggapi oleh teman yang lain. Tanggapan yang diberikan tersebut berdasarkan ciri-ciri deskripsi, yaitu: (1) memberikan perincian objek, (2) memberikan pengaruh sensitivitas, (3) menggunakan diksi yang menggugah dan memikat, (4) memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, lihat, dan dirasakan, dan (5) menggunakan susunan ruang. Dalam kegiatan ini, guru juga membimbing siswa dalam menyampaikan tanggapannya terhadap penampilan temannya yang tampil. Kedua, guru dan siswa mengadakan kegiatan pengukuhan terhadap pembelajaran keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi. Ketiga, guru meminta siswa mengisi angket mengenai respons siswa atau pendapat siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah dilaksanakannya. Guru memberikan penjelasan tentang angket, yakni angket tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi. Jadi, dalam hal ini siswa diharapkan menjawab angket tersebut
173
dengan jujur dan serius. Setelah mengisi angket, guru mengumpulkan angket dan dianalisis bersama kolaborator. Kegiatan terakhir adalah kegiatan penutup. Pada kegiatan ini, guru memberikan konfirmasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Selanjutnya, guru bersama siswa menyimpulkan pelajaran dan merefleksikannya, kemudian guru menilai hasil kerja siswa.
c. Observasi/Evaluasi Observasi adalah suatu kegiatan pengamatan (pengumpulan data) terhadap peristiwa kegiatan pembelajaran yang terkait dengan upaya pemecahan masalah dan strategi serta model pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Kegiatan yang diamati pada tahap observasi adalah peristiwa yang menjadi indikator keberhasilan atau ketidakberhasilan pemecahan masalah dan penerapan pendekatan CTL khususnya pada komponen pemodelan dalam pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Observasi dilakukan dengan enam cara, yaitu menganalisis hasil kerja siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, angket respons siswa terhadap pembelajaran pada akhir siklus II, lembar catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. Berikut ini diuraikan keenam hasil analisis data observasi tersebut.
174
1.
Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dan Analisis Data Siklus II Pada bagian ini diuraikan hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi
melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan analisis data siklus II. Berikut ini diuraikan kedua bagian tersebut. a.
Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Untuk melihat keberhasilan penerapan siklus II baik pada pertemuan pertama,
kedua, dan ketiga pada kegiatan ini digunakan tes unjuk kerja siswa. Penskoran, nilai, dan klasifikasi siklus II dicantumkan pada lampiran 11. Selanjutnya, skor total siklus II keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dapat dilihat pada lampiran 8. Berdasarkan data yang tertera pada lampiran 8 tersebut, dapat dideskripsikan pemerolehan skor keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung sebagai berikut. 1)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) Berdasarkan data lampiran 8 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 1, yakni tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi
175
yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 32 orang (97,0%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 1 orang (3,0%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 tidak ada, (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. 2)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Berdasarkan data lampiran 8 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 6 orang (18,2%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 26 orang (78,8%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 1 orang (3,0%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada.
176
3)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) Berdasarkan data lampiran 8 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 7 orang (21,2%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 16 orang (48,5%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. 4)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Berdasarkan data lampiran 8 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik berada pada skor 525. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, yaitu: (1) siswa yang
177
memperoleh skor 25 berjumlah 9 orang (27,3%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 22 orang (66,7%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 2 orang (6,0%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. 5)
Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Berdasarkan data lampiran 8 dapat dilihat bahwa keterampilan menulis
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang dengan baik berada pada skor 5-25. Skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 dan skor terendah adalah 5. Pemerolehan skor secara lengkap untuk indikator berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang, yaitu: (1) siswa yang memperoleh skor 25 berjumlah 11 orang (33,3%), (2) siswa yang memperoleh skor 20 berjumlah 13 orang (39,4%), (3) siswa yang memperoleh skor 15 berjumlah 9 orang (27,3%), (4) siswa yang memperoleh skor 10 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 5 tidak ada. Dari data pada lampiran 8 dapat dilihat bahwa secara keseluruhan rata-rata hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk secara keseluruhan indikator pada siklus II adalah 2812:33 = 85,2% berada pada kualifikasi baik. Hasil tersebut meningkat, dari 71,3% dengan kualifikasi lebih dari cukup pada siklus I meningkat menjadi 85,2% dengan kualifikasi baik pada siklus II.
178
b.
Analisis Data Siklus II Berdasarkan penjelasan mengenai hasil tes keterampilan menulis karangan
deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan tersebut, berikut ini diuraikan analisis data siklus II. Untuk mengetahui keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung, maka skor pada lampiran 11 dapat diolah dengan menggunakan rumus berikut ini. N=
SM Smax SI
Keterangan: SM = Skor yang diperoleh SI = Skor yang harus dicapai dalam suatu tes Smax = Skala yang digunakan Jumlah Skor yang Diperoleh 100 Jadi, keterampilan menulis karangan deskripsi = Jumlah Skor Maksimal Berdasarkan data pada lampiran 11 dapat dikelompokkan skor, nilai, dan klasifikasi nilai keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung yang dicantumkan pada lampiran 11. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dapat dilihat pada lampiran 11, berikut ini akan diuraikan satu per satu lampiran tersebut.
179
1)
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) Setelah data pada lampiran 11 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 1 berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek, yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 32 orang (97,0%), (2) siswa yang memperoleh skor 80 berjumlah 1 orang (3,0%), (3) siswa yang memperoleh skor 60 tidak ada, (4) siswa yang memperoleh skor 40 tidak ada, dan (5) siswa yang memperoleh skor 20 tidak ada. Keterampilan siswa memberikan rincian objek dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 01 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus II yang memperoleh skor 25 (nilai 100) pada kualifikasi sempurna adalah sebagai berikut. Keindahan Suasana di Tirta Alami Tirta Alami atau disingkat dengan TA, begitulah nama objek wisata yang satu ini. Objek wisata ini terletak di Kabupaten Padang Pariaman Kecamatan 2x11 Kayutanam. Objek wisata Tirta Alami ini terkenal dengan tempat pemandiannya, baik untuk orang dewasa maupun anak-anak. Untuk bisa masuk ke dalam tempat pemandian Tirta Alami ini, pengunjung harus menempuh perjalanan ± 1 km dari gerbang pintu masuk TA menuju ke tempat pembelian tiket. Sepanjang perjalanan tempat pembelian tiket ini baik sebelah kanan maupun sebelah kiri terlihat beberapa pohon besar yang rindang, sehingga bagi pengunjung yang berjalan kaki dari gerbang menuju pembelian tiket ini dengan adanya pohon-pohon tersebut maka
180
pengunjung tidak merasa kepanasan karena dilindungi oleh daun dari pohon-pohon tersebut serta pengunjung juga bisa merasakan tiupan angin yang menyejukkan. Di sekitar tempat pembelian tiket ini, terdapat tempat parkir yang cukup luas. Tempat parkir ini digunakan bagi pengunjung yang akan masuk pada tempat pemandian TA ini. Di samping itu, juga terdapat warung-warung kecil yang menjual berbagai makanan atau snack. Harga tiket untuk masuk ke tempat pemandian ini bermacam-macam, yakni harga tiket untuk orang dewasa dan harga tiket untuk anakanak. Dari tempat pembelian tiket menuju tempat pemandian tersebut, pengunjung menempuh jalan sekitar 200 meter. Setelah berjalan sekitar 200 meter tersebut, maka pengunjung akan menemui tempat pemandian orang dewasa dan anak-anak. Kolam pemandian untuk orang dewasa terdiri atas tiga kolam, sedangkan untuk kolam anakanak hanya ada satu kolam. Kolam pemandian orang dewasa memiliki kedalaman sekitar 2-2,5 meter, sedangkan untuk kolam anak-anak kedalamannya sekitar 1 meter. Jika pengunjung sudah berada di tempat pemandian ini, maka pengunung langsung merasakan perubahan udara di luar tempat pemandian karena airnya yang begitu dingin. Udara di tempat pemandian ini sangat sejuk dan dingin. Di samping itu, tiupan angin yang sepoi-sepoi juga membuat suasana di TA ini menjadi menyenangkan. Pada kolam pemandian orang dewasa ini, terdapat air yang turun seperti air terjun, namun jatuh air ini kecil. Air ini entah berasal dari mana, yang jelas air ini mengalir ke dalam kolam mandi orang dewasa. Pengunjung juga bisa mendengar suara air terjun yang gemuruh sehingga menambah suasana menjadi nyaman. Di tempat pemandian objek wisata TA ini juga menyewakan benen baik untuk orang dewasa maupun anak-anak yang digunakan untuk mandi serta menyewakan pakaian untuk mandi. Jadi, jika pengunjung tidak membawa pakaian dari rumah untuk mandi, pengunjung bisa menyewa pakaian di sini. Harga sewa pakaian pun tidak terlalu mahal, begitu pula halnya dengan benen. Di sini, juga menyediakan tikar yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau bersantai-santai sambil melihat pemandangan di sekitar. Tidak hanya itu, di lokasi pemandian TA ini baik di sebelah kiri maupun sebelah kanan juga terdapat beberapa tempat mengganti pakaian, toilet serta musholla. Musholla dan toiletnya pun cukup bersih. Di samping itu, di area lokasi ini juga terlihat warung-warung kecil yang menyediakan berbagai makanan, minuman atau snack. Namun, makanan yang paling banyak disukai pengunjung adalah mie rebus atau pop mie, apalagi suasana atau udara di sini cukup dingin sehingga selera makan pun jadi lahap. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam memberikan rincian objek (indikator 1) pada siklus II sudah baik. Hal
181
tersebut dapat dilihat dari kalimat yang dilukiskan atau dipaparkan siswa, seperti ”Objek wisata ini terletak di Kabupaten Padang Pariaman Kecamatan 2x11 Kayutanam”, “Pengunjung harus menempuh perjalanan ± 1 km dari gerbang pintu masuk TA menuju ke tempat pembelian tiket”, dan “Tempat pembelian tiket ini baik sebelah kanan maupun sebelah kiri terlihat beberapa pohon besar yang rindang”. Berdasarkan kalimat tersebut, terlihat bahwa siswa merincikan objek yang ada di TA itu dengan sedetai-detailnya, seperti letak objek wisata TA serta perjalanan yang ditempuh dari gerbang untuk menuju wisata itu. Selain itu, indikator 1 ini juga dapat dilihat dari kalimat berikut, “Kolam pemandian orang dewasa memiliki kedalaman sekitar 2-2,5 meter, sedangkan untuk kolam anak-anak kedalamannya sekitar 1 meter” dan “Menyewakan benen baik untuk orang dewasa maupun anak-anak yang digunakan untuk mandi serta menyewakan pakaian untuk mandi”. “Di sini, juga menyediakan tikar yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau bersantai-santai sambil melihat pemandangan di sekitar”. Dari kalimat tersebut, terlihat bahwa siswa mampu memberikan rincian objek yang terdapat di objek wisata itu, siswa memaparkan apa-apa saja yang terdapat di sana. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu merincikan seluk beluk objek dengan baik. Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 11 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut.
182
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) X F FX 100 32 3200 80 1 80 60 40 20
-
-
Jumlah
33
∑ FX = 3280
M = 3280 = 99,4 33 Dari data dalam tabel 18 dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 99,4. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) berada pada kualifikasi sempurna pada rentang 96-100% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 32 orang (97,0%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 1 orang (3,0%), (3) kualifikasi cukup (C) tidak ada, (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) juga tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1
183
SMA N 1 Enam Lingkung untuk Indikator 1 (berupa tulisan yang memberikan detail atau perincian tentang objek) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 19. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 1 (memberikan rincian tentang suatu objek) Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
2)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45 16-25 Jumlah
Nilai 100 80 60 40 20
Frekuensi 32 1 33
Persentase 97,0% 3,0% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Setelah data pada lampiran 11 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 6 orang (18,2%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 26 orang (78,8%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 1 orang (3,0%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 tidak ada, dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
184
komponen pemodelan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 19 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus II yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut. Keindahan Panorama Air Terjun Lembah Anai Sumatera Barat kaya akan berbagai tempat objek wisata, salah satunya yaitu Air Terjun yang berada di Malibo atau lebih dikenal dengan Lembah Anai. Air Terjun Lembah Anai ini terkenal dengan eksotisme air terjunnya serta keindahan panorama alamnya. Keindahan panorama alam ini akan semakin terasa ketika wisatawan menginjakkan kaki di tempat objek wisata ini. Lokasi objek wisata yang satu ini sangat strategis, yaitu dekat dengan jalan raya. Objek wisata ini bisa dilihat bagi setiap kendaraan yang melewati tempat ini. Air Terjun Lembah Anai ini berada di sebelah kanan jika kita dari arah Padang, sebaliknya jika dari arah Bukittinggi air terjun ini berada di sebelah kanan. Objek wisata ini menyediakan tempat parkir yang cukup luas. Tempat parkir ini berada di depan penjual makanan atau warung-warung kecil yang menjual berbagai makanan khas daerah ini. Sebelum kita memasuki tempat lokasi air terjun ini, terlebih dahulu kita membeli tiket masuk, harga tiketnya pun tidak trelalu mahal. Untuk menuju tempat air terjun ini, kita harus menaiki tangga, tangganya tidak terlalu tinggi. Di sekitar tangga itu kita bisa melihat beberapa pondok-pondok kecil yang atapnya terbuat dari bambu. Biasanya pondok tersebut digunakan oleh pengunjung sambil melihat keindahan air terjun ini. Air terjun ini memiliki ketinggian ±25 meter, namun dari kejauhan kita sudah bisa mendengar gemuruh air terjun ini. Di sekitar air terjun ini kita bisa melihat beberapa pohon-pohon besar yang menambah keindahan panorama Air Terjun Lembah Anai ini. Air terjun tersebut jatuh ke dalam kolam, jika kita menginjakkan kaki ke dalam air terjun ini maka kita akan merasakan dinginnya air terjun ini. Di sekitar kolam ini kita bisa melihat beberapa batu besar. Di atas batu-batu ini kita bisa duduk-duduk sambil merasakan dinginnya air terjun ini serta menikmati panoramanya yang begitu indah. Di samping itu, kita juga bisa berfoto-foto. Jika kita berada di tempat objek wisata di Lembah Anai ini, kita akan merasakan suasana yang begitu menyenangkan karena di sini udaranya cukup dingin. Di samping itu, air terjunnya pun begitu indah, apalagi di sekitar air terjun ini terdapat pohon-pohon yang daunnya begitu hijau, sehingga menambah pesona air terjun ini. Di samping untuk refreshing, di sini kita juga bisa melepaskan kepenatan karena akvitas sehari-hari. Inilah gambaran tentang objek wisata Air Terjun Lembah Anai ini yang terkenal dengan panoramanya yang begitu indah.
185
Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca (indikator 2) pada siklus II sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat yang dilukiskan atau dipaparkan siswa, seperti ”Air terjun ini memiliki ketinggian ±25 meter, namun dari kejauhan kita sudah bisa mendengar gemuruh air terjun ini. Di sekitar air terjun ini kita bisa melihat beberapa pohon-pohon besar yang menambah keindahan panorama Air Terjun Lembah Anai ini”. Berdasarkan kutipan kalimat itu, terlihat bahwa siswa sudah mampu memberikan pengaruh sensitivitas, sehingga pembaca dapat berimajinasi melalui karangan yang dilukiskan oleh siswa. Pembaca seakan-akan ikut berhayal melihat langsung objek wisata air terjun tersebut. Di samping itu, pengaruh sensitivitas ini juga dapat dilihat pada kalimat berikutnya yang telah disajikan tersebut. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus II untuk indikator 2 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 83,0. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 2 yaitu 80 dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 21 yang memperoleh skor 20 (nilai 80). Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis
186
karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 11 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 20. Distribusi Frekuensi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 6 26 1 33
FX 600 2080 60 ∑ FX = 2740
M =2740 = 83,0 33 Dari data dalam tabel 20 dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 83,0. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) berada pada kualifikasi baik berada pada rentang 76-85% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 6 orang (18,2%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 26 orang (78,8%), (3) kualifikasi cukup
187
(C) berjumlah 1 orang (3,0%), (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 2 (tulisan yang memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 21. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 2 (memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca) Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
3)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45% 16-25% Jumlah
Nilai 100 80 60 40 20
Frekuensi 6 26 1 33
Persentase 18,2% 78,8% 3,0% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) Setelah data pada lampiran 11 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 7 orang (21,2%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 16
188
orang (48,5%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 10 orang (30,3%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 tidak ada, dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa menggunakan pilihan kata yang menggugah dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 12 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus II yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut. Keindahan Panorama Pantai Gandoriah Pantai merupakan salah satu tempat pariwisata yang banyak disukai orang, baik mereka yang ada di dalam daerah maupun di luar daerah, karena pantai bisa membuat hati orang senang. Apalagi saat-saat liburan, pantai salah satu sasaran bagi banyak orang untuk melepaskan kepenatan, di antaranya Pantai Gndoriah yang berada di Kota Pariaman. Pantai ini cukup bersih, di sekitar pantai ini banyak terlihat permainan lainnya, seperti olang-aling. Di sepanjang Pantai Gandoriah ini terlihat beberapa pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi. Di samping di sebelah kiri tepi pantai juga terlihat pondokpondok kecil yang terbuat dari bambu. Pondok itu bisa digunakan pengunjung untuk melihat keindahan pantai dari kejauhan. Warna air pantai ini cukup bersih, ombaknya pun cukup besar yang bergelombang silih berganti. Pantai ini juga merupakan sasaran bagi masyarakat setempat untuk mandi-mandi atau bermain surving. Di samping itu, apabila sore hari di tepi pantai ini juga sering digunakan orang untuk main bola volly pantai. Di sebelah kiri pantai terlihat batu-batu yang cukup besar yang biasa digunakan oleh pngunjung untuk menikamati keindahan pantai. Di sebelah barat terlihat pohon kelapa yang melambai-lambai ditiup angin. Tidak hanya itu saja yang bisa kita lihat, di sekitar pantai ini juga terlihat beberapa warung yang menjual makanan khas Pariaman yaitu nasi set serta es kelapa muda. Kurang rasanya, jika kita pergi berwisata ke Pantai Gandoriah ini tanpa mencicipi nasi set karena rasanya sangat enak sebab nasi tersebut dibungkus dengan daun pisang yang membuat
189
aromanya menjadi sedap. Di samping enak, harga nasi set pun cukup murah. Begitu pula halnya dengan es kelapa muda yang merupakan ciri khas minuman di sini. Di tepi pantai terlihat batu-batu besar, setiap detik batu-batu itu dihampar oleh ombak yang bergelombang dan di bibir pantai kita bisa melihat kerang-kerang yang bertebaran di sana-sini. Pantai Gandoriah yang berada di Pariaman ini begitu indah dan bersih. Di pantai ini kebersihannnya sangat dijaga dan dirawat dengan baik. Tidak satu pun sampah terlihat bertebaran di tepi pantai. Air pantainya yang bersih dan jernih. Di Pantai Gandoriah ini juga terlihat beberapa kapal yang digunakan oleh para nelayan untuk menangkap ikan. Namun, jika lebaran biasanya kapal ini digunakan untuk para pengunjung yang ingin pergi ke pulau seberang. Pulau yang berada di Pantai Gandoriah inin tidak terlalu jauh, untuk itu pada hari-hari tertentu pengunjung sering pergi ke sana. Terima kasih ya Allah Swt., telah menciptakan pantai yang begitu indah dan bermacam-macam raga di sana. Pantai yang tak bosan-bosannya dipandang mata, apalagi di sore hari kita bisa menyaksikan matahari terbenam. Burung-burung pun ikut berkicau melihat keindahan Pantai Gandoriah terutama pada sore hari. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah (indikator 3) pada siklus II sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat yang dilukiskan atau dipaparkan siswa, seperti ”Di sepanjang Pantai Gandoriah ini terlihat beberapa pohon kelapa yang tidak terlalu tinggi”. Selanjutnya, pada kutipan kalimat “Di sebelah barat terlihat pohon kelapa yang melambai-lambai ditiup angin. Tidak hanya itu saja yang bisa kita lihat, di sekitar pantai ini juga terlihat beberapa warung yang menjual makanan khas Pariaman yaitu nasi set serta es kelapa muda”. Dari kalimat tersebut, terlihat siswa sudah mampu dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah. Setiap kalimat yang dipaparkan oleh siswa saling berkaitan satu sama lain, sehingga pembaca mudah memahaminya dan setelah membaca tulisan tersebut seakan-akan ada kesan tertentu yang muncul dalam diri pembaca. Di samping itu, pada tulisan
190
tersebut, siswa juga menggunakan kata yang konkrit atau khusus, yaitu “pohon kelapa”, sehingga dapat menggugah imajinasi pembaca. Hal itu, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Semi. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu menggunakan pilihan kata yang menggugah dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus II untuk indikator 3 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 78,2. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 3 yaitu 60, 80, dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 12 yang memperoleh skor 20 (nilai 80). Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 11 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 22. Distribusi Frekuensi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah) X 100 80 60 40 20
F 7 16 10 -
FX 700 1280 600 -
191
Jumlah
33
∑ FX = 2580
M = 2580 = 78,2 33 Dari data dalam tabel 22 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 78,2. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) berada pada kualifikasi baik karena berada pada rentang 76-85% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 7 orang (21,2%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 16 orang (48,5%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 10 orang (30,3%), (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 3 (berupa tulisan disampaikan dengan
192
gaya yang memikat dan dengan pilihan kata yang menggugah) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 23.
Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 3 (menggunakan pilihan kata yang menggugah)
Kualifikasi Sempurna (SP) Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
4)
Tingkat Penguasaan 96-100% 76-85% 56-65% 36-45% 16-25% Jumlah
Nilai 100 80 60 40 20
Frekuensi 7 16 10 33
Persentase 21,2% 48,5% 30,3% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Setelah data pada lampiran 11 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 9 orang (27,3%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 22 orang (66,7%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 2 orang (6,0%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 tidak ada, dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
193
komponen pemodelan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 17 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus II yang memperoleh skor 25 (nilai 100) pada kualifikasi sempurna adalah sebagai berikut. Eksotisme Air Terjun di Lembah Anai Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang banyak memiliki berbagai jenis objek wisata, salah satu di antaranya adalah Air Terjun Lembah Anai. Air Terjun Lembah Anai ini terletak di Lembah Anai dekat dengan objek wisata Tirta Alami. Letak air terjun ini sangat strategis, yakni tidak terlalu jauh dari tepi jalan raya. Jika kita dari Bukittinggi atau arah dari Bukittinggi menuju Padang atau arah Padang, maka air terjun ini berada di sebelah kanan. Sebaliknya, jika kita dari arah Padang menuju Bukittinggi, maka air terjun ini berada di sebelah kiri. Semua orang yang melewati objek wisata ini bisa melihat keindahan air terjun ini dari dekat karena letak air terjun tersebut dengan jalan raya hanya dibatasi dengan pagar yang tidak terlalu tinggi. Untuk menuju tempat air terjun ini, kita terlebih dahulu membeli tiket masuk. Penjualan tiket itu berada di sebelah kiri pintu masuk tempat air terjun tersebut. Setelah membeli tiket masuk, maka kita sudah berada di area tempat air terjun tersebut. Di sekitar area itu, kita dapat melihat beberapa pondok yang atapnya terbuat dari rumbia dan tempat duduk yang terbuat dari kayu yang bisa digunakan pengunjung untuk duduk-duduk atau bercengkrama sambil menikmati suasana air terjun ini atau melihat kendaraan yang lewat. Suasana tempat objek wisata Air Terjun Lembah Anai ini sangat menyejukkan. Udaranya yang dingin serta tiupan angin yang sepoi-sepoi membuat kita betah berada di sini. Di samping itu, karena letak air terjun ini dekat dengan tepi jalan raya maka kita sering mendengarkan suara mobil atau motor yang lewat lalu lalang di sekitar area tersebut. Suara air terjun yang gemuruh serta suasana yang menyejukkan membuat kita ingin merasakan kesegaran air terjun ini. Sungguh hal yang merugi jika kita tidak merasakan langsung bagaimana kesegaran dan dinginannya air terjun ini karena airnya yang begitu jernih dan bersih. Jika kita masuk ke dalam tempat air terjun ini mengalir, maka kita akan merasakan dinginnya air terjun ini. Kita akan merasa betah merasakan dinginnya Air Terjun Lembah Anai ini dan ingin berlamalama merasakan airnya yang jernih dan bersih. Air terjun ini tidak terlalu dalam, ketinggian air terjun ini sekitar lutut orang dewasa. Sungguh menyejukkan dan menyegarkan sekali air terjun ini.
194
Di sekitar air terjun atau tempat di mana air ini mengalir, terlihat beberapa batu besar yang bisa kita gunakan untuk duduk atau berfoto. Di samping itu, sekitar air terjun ini juga terlihat tebing yang cukup tinggi dan pohon-pohon yang cukup besar serta daun-daunnya yang hijau rindang rindang yang membuat pesona air terjun ini menjadi lebih indah dan memukau. Jika kita berada di tempat objek wisata ini, seakan-akan masalah serta kejenuhan yang kita alami akan hilang begitu saja karena suasana dan kesegaran airnya yang membuat kita hanyut dan betah dalam suasana ini. Bahkan kita ingin berlama-lama berada di tempat objek wisata ini. Eksotisme Objek Wisata Air Terjun di Lembah Anai ini tidak hanya dilihat dari keindahan air terjun dan suasananya, namun kita juga dapat menjumpai tempar parkir dan makanan khas Padang Panjang atau Bukittinggi. Tempat parkir ini cukup luas, di mana tempat parkir ini digunakan bagi pengunjung yang akan melihat Objek Wisata Air Terjun Lembah Anai ini dari dekat. Di samping itu, kita juga menemui beberapa makanan atau minuman di sekitar area ini. Makanan yang ada di sini beraneka ragam, ada yang menjual keripik, snak, kue, dan jenis makanan atau cemilan lainnya. Selain itu, di sekitar objek wisata ini juga terdapat warung nasi atau makanan lainnya yang bisa dinikmati oleh setiap pengunjung. Jadi, jika kita berwisata ke tempat Air Terjun Lembah Anai ini kita tidak perlu khawatir untuk menyediakan makanan dari rumah atau merasa lapar berada di sini, karena di sini terdapat berbagai macam makanan dan minuman yang bisa kita nikmati sambil merasakan suasana air terjun ini. Selain itu, makanan ini juga bisa dijadikan sebagai ole-ole untuk dibawa pulang. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan (indikator 4) pada siklus II sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari kalimat yang dilukiskan atau dipaparkan siswa, seperti ”Semua orang yang melewati objek wisata ini bisa melihat keindahan air terjun ini dari dekat karena letak air terjun tersebut dengan jalan raya hanya dibatasi dengan pagar yang tidak terlalu tinggi”. Selain itu, juga terlihat pada kutipan kalimat ”Suasana tempat objek wisata Air Terjun Lembah Anai ini sangat menyejukkan” dan “Suara air terjun yang gemuruh serta suasana yang menyejukkan membuat kita ingin merasakan kesegaran air terjun ini”. Dari
195
kutipan kalimat itu, terlihat pembaca seolah-olah ikut mendengar, melihat, dan merasakan objek yang dilukiskan oleh sampel. Walaupun pembaca hanya membaca karangan itu, namun pembaca seakan-akan merasakan hal yang dilukiskan penulis. Berdasarkan hal tersebut, terlihat siswa sudah mampu memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik. Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 11 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 24. Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 9 22 2 33
FX 900 1760 120 ∑ FX = 2780
M = 2780 = 84,2 33 Dari data dalam tabel 24 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 84,2. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa
196
tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), berada pada kualifikasi baik karena berada pada rentang 76-85% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 9 orang (27,3%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 22 orang (66,7%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 2 orang (6,0%), (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 4 (berupa tulisan yang memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan), dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 25. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 4 (memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan) Kualifikasi Sempurna (SP)
Tingkat Penguasaan 96-100%
Nilai 100
Frekuensi 9
Persentase 27,3%
197
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
5)
76-85% 56-65% 36-45% 16-25% Jumlah
80 60 40 20
22 2 33
66,7% 6,0% 100%
Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Setelah data pada lampiran 11 diolah dengan rumus, terlihat tingkat
penguasaan tertinggi yang dicapai siswa adalah 100 dan terendah adalah 20. Gambaran tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang), yaitu: (1) siswa yang tingkat penguasaannya 100 berjumlah 11 orang (33,3%), (2) siswa yang tingkat penguasaannya 80 berjumlah 13 orang (39,4%), (3) siswa yang tingkat penguasaannya 60 berjumlah 9 orang (27,3%), (4) siswa yang tingkat penguasaannya 40 tidak ada, dan (5) siswa yang tingkat penguasaannya 20 tidak ada. Keterampilan siswa menggunakan susunan ruang dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II sudah mengalami peningkatan dibanding pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil karangan deskripsi siswa sampel 02 yang ditulis pada pertemuan kedua siklus II yang memperoleh skor 20 (nilai 80) pada kualifikasi baik adalah sebagai berikut. Keindahan Panorama di Pantai Karta Sumatera Barat, tepatnya di Kabupaten Padang Pariaman kaya akan objek wisata. Seperti halnya, objek wisata yang satu ini yaitu Pantai Karta yang berada di
198
Pariaman. Pantai ini cukup bersih dan terawat, karena di sekitar lokasi pantai ini jarang sekali ditemukan sampah-sampah. Panorama Pantai Karta ini sungguh sangat indah. Di sepanjang tepi pantai ini, tepatnya di sebelah kiri pantai terlihat beberapa pohon cemara yang cukup besar. Pohon ini sungguh sangat indah karena daunnya yang hijau yang tinggi menjulang. Di bawah pohon ini bisa digunakan oleh pengunjung untuk berteduh sambil melihat keindahan Pantai Gandoriah serta merasakan suasana di sini. Di Pantai Gandoriah ini, tepatnya di sebelah selatan tepi pantai juga terdapat warung kecil yang menyediakan makanan seperti snack serta minuman. Namun, pengunjung dilarang membuang sampah makanan di sembarang tempat karena di lokasi ini cukup banyak disediakan tempat sampah. Mungkin karena itu, pantai ini menjadi bersih dan terawat. Di samping itu, di pantai ini juga menyewakan tikar yang bisa digunakan pengunjung untuk sekedar duduk sambil meinkmati keindahan suasana di pantai. Udara di pantai ini sangat sejuk, apalagi di siang hari. Sesekali kita bisa merasakan tiupan angin yang sepoi-sepoi membuat suasana menjadi menyenangkan. Jika angin datang, maka pohon-pohon cemara ikut bergoyang dan menghembuskan anginnya. Tidak hanya itu, kita juga bisa mendengar suara burung yang berkicau ke sana ke mari yang membuat kita semakin betah. Suasana di sini sangat nyaman karena di pantai ini tidak terlalu rame. Tempat ini sangat cocok dikunjungi terutama bagi pengunjung yang ingin mencari kedamaian karena di tempat ini suasananya sepi dan sunyi. Jika kita melihat ke sebelah kanan, maka kita akan melihat Pantai Gandoriah di mana pantai ini memiliki ombak yang cukup besar. Air di pantai ini pun cukup bersih, sehingga kadang-kadang juga terlihat pengunjung yang berenang di pantai ini. Apalagi pantainya bersih dan udaranya pun sejuk membuat pengunjung semakin betah dan ingin berlama-lama berenang di sini. Jika kita berada di tepi pantai ini, pantai ini terlihat sangat luas. Pantai ini sangat cocok untuk dikunjungi bagi kita yang ingin melepaskan segala kepenatan karena aktivitas sehari-hari. Di samping itu, pantai ini juga tepat dikunjungi bagi kita yang sedang menghadapi masalah dan ingin mencari kedamaian atau ketenangan karena di sini suasananya sangat tenang serta panoramanya pun sungguh terlihat indah dipandang mata. Berdasarkan karangan deskripsi tersebut, dapat dilihat bahwa keterampilan siswa dalam menggunakan susunan ruang (indikator 5) pada siklus II sudah baik. Hal tersebut dapat dilihat dari ungkapan-ungkapan yang ditulis siswa, seperti ”Di sebelah kiri, di bawah, di sebelah selatan, dan di sebelah kanan”. Ungkapan tersebut, dalam
199
sebuah karangan deskripsi merupakan susunan ruang, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Semi. Setiap objek yang dilukiskan oleh siswa pada karangannya disertai dengan susunan ruang, sehingga pembaca dapat berimajinasi mengenai objek tersebut. Berdasarkan hal itu, terlihat siswa sudah mampu menggunakan susunan ruang dengan baik. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, pada siklus II untuk indikator 5 ini, siswa tidak ada yang memperoleh nilai yang mendekati rata-rata 81,2. Adapun nilai yang diperoleh siswa pada indikator 5 yaitu 60, 80, dan 100. Atas dasar itulah, peneliti menyajikan contoh karangan deskripsi yang ditulis siswa pada sampel 02 yang memperoleh skor 20 (nilai 80). Setelah tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) diketahui, langkah selanjutnya adalah menafsirkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa berdasarkan rata-rata hitung (M). Untuk keperluan data lampiran 11 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut. Tabel 26.
Distribusi Frekuensi Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) X 100 80 60 40 20 Jumlah
F 11 13 9 33
FX 1100 1040 540 ∑ FX = 280
200
M = 2680 = 81,2 33 Dari data dalam tabel 26 tersebut dapat diperoleh rata-rata hitung (M) sebesar 81,2. Berdasarkan rata-rata hitung (M) yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) berada pada kualifikasi baik karena berada pada rentang 76-85% pada skala 10. Langkah selanjutnya adalah mengklasifikasikan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) berdasarkan skala 10 dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu: (1) kualifikasi sempurna (SP) berjumlah 11 orang (33,3%), (2) kualifikasi baik (B) berjumlah 13 orang (39,4%), (3) kualifikasi cukup (C) berjumlah 9 orang (27,3%), (4) kualifikasi kurang (K) tidak ada, dan (5) kualifikasi buruk (Br) tidak ada. Untuk lebih jelasnya pengelompokan tingkat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk indikator 5 (berupa tulisan yang menggunakan susunan ruang) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 27. Klasifikasi Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Indikator 5 (menggunakan susunan ruang) Kualifikasi Sempurna (SP)
Tingkat Penguasaan 96-100%
Nilai 100
Frekuensi 11
Persentase 33,3%
201
Baik (B) Cukup (C) Kurang (K) Buruk (Br)
76-85% 56-65% 36-45% 16-25% Jumlah
80 60 40 20
13 9 33
39,4% 27,3% 100%
Ringkasan hasil siklus II tersebut dicantumkan pada tabel berikut ini. Tabel 28. Nilai Tingkat Keterampilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Akhir Siklus II Kualifikasi 1. S 2. BS 3. B 4. LDC 5. C 6. HC 7. K 8. KS 9. Br 10. BrS Jumlah
No.
Keterangan:
Indikator 1 N % 32 97,0 1 3,0 33 100
Indikator 2 N % 6 18,2 26 78,8 1 3,0 33 100
Indikator 3 N % 7 21,2 16 48,5 10 30,3 33 100
Indikator 4 N % 9 27,3 22 66,7 2 6,0 33 100
Indikator 5 N % 11 33,3 13 39,4 9 27,3 33 100
Total N % 2 6,0 11 33,3 20 60,7 33 100
N = Nilai; S = Sempurna; BS = Bak Sekali; B = Baik; LDC = Lebih dari Cukup; C = Cukup; HC = Hampir Cukup; K = Kurang; KS = Kurang Sekali; Br = Buruk; BrS = Buruk Sekali. Indikator 1 = Rincian tentang objek Indikator 2 = Memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca Indikator 3 = Pilihan kata yang menggugah Indikator 4 = Memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan Indikator 5 = Menggunakan susunan ruang
Berdasarkan data tabel 28, diperoleh gambaran bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung untuk kelima indikator pada akhir siklus II sudah baik jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I. Ada 2 orang siswa yang
202
memperoleh nilai pada kualifikasi sempurna, 11 orang siswa memperoleh nilai pada kualifikasi baik sekali, dan 20 orang siswa memperoleh nilai pada kualifikasi baik. Selain itu, berdasarkan lampiran 11 diperoleh gambaran bahwa rata-rata hasil tes siswa pada siklus II memperoleh peningkatan dalam keterampilan menulis karangan
deskripsi
melalui
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
dibandingkan pada siklus I. Berikut ini diuraikan adanya peningkatan dari kelima indikator dalam keterampilan menulis karangan deksripsi siswa pada siklus I sampai pada siklus II, di antaranya: (1) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memberikan rincian objek 3280/33, yaitu 99,4% (naik 9,1%), (2) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca adalah 2740/33, yaitu 83,0% (naik 12,1%), (3) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah adalah 2580/33, yaitu 78,2% (naik 34,6%), (4) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan adalah 2780/33, yaitu 84,2% (naik 10,9%), dan (5) keterampilan menulis karangan deskripsi dalam menggunakan susunan ruang adalah 2680/33, yaitu 81,2% (naik 3%). Rata-rata nilai keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan secara keseluruhan pada siklus II adalah 2812:33 = 85,2% berada pada kualifikasi baik. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
203
hasil tes siklus I dan telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%. Peningkatan hasil tes siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II mencakup hal-hal sebagai berikut: (1) peningkatan dalam memberikan rincian tentang suatu objek dengan baik, (2) peningkatan dalam memberikan pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca dengan baik, (3) peningkatan dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah dengan baik, (4) peningkatan dalam memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan dengan baik, dan (5) peningkatan dalam menggunakan susunan ruang dengan baik.
2. Hasil Observasi Data yang berasal dari pengamatan merupakan hasil analisis dari pengamatan aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Pengumpulan data observasi ini dilakukan oleh kolaborator. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dilaksanakan pada setiap siklus. Berikut ini diuraikan hasil observasi, yakni aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran pada siklus II. a.
Analisis Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan oleh
guru dan kolaborator. Aktivitas siswa selama pembelajaran berdasarkan aspek yang diamati dapat dilihat pada tabel 29 berikut ini.
204
Tabel 29.
Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan pada Siklus II
No.
Kategori
1. 2.
Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan serius Siswa senang mengikuti pelajaran
3. 4. 5. 6.
7.
Siklus II Jumlah % 30 90,9
Kualifikasi Baik Sekali
31
93,9
Baik Sekali
Mengerjakan tugas dengan antusias
30
90,9
Baik Sekali
Kreatif mengajukan pertanyaan kepada guru Siswa aktif menanggapi pertanyaan baik dari guru maupun dari teman Siswa aktif berdiskusi dengan anggota kelompok tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan Kreatif dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan Jumlah Rata-rata
28
84,8
Baik
26
78,8
Baik
30
90,9
Baik Sekali
31
93,9
Baik Sekali
206 29,4
624,1 89,1
Baik Sekali
Berdasarkan tindakan yang telah diberikan, diperoleh hasil pengamatan yang berkaitan dengan kesiapan siswa dalam menghadapi pembelajaran pada siklus II yang sudah mengalami peningkatan, yakni dari 65,3% berada pada kualifikasi cukup pada siklus I meningkat menjadi 89,1% berada pada kualifikasi baik sekali pada siklus II. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini peneliti memaparkan aktivitas siswa selama pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II dari ketujuh aspek yang diamati.
205
Pada aspek pertama, keseriusan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat baik. Hal ini terbukti dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan serius sebanyak 30 orang (90,9%) berada pada kualifikasi baik sekali. Di samping itu, aspek pertama ini juga ditunjukkan oleh antusias dan semangat siswa saat akan dimulai kegiatan pembelajaran menulis karangan deskripsi, siswa mempersiapkan buku mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dengan tertib. Pada saat pembelajaran berlangsung, terlihat juga antusias siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Selanjutnya, pada saat guru menjelaskan pelajaran kelas terlihat lebih tenang dan dengan kondisi kelas seperti itu siswa lebih berkonsentrasi dalam memahami penjelasan guru. Pada aspek kedua, siswa terlihat sangat senang dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran ini dengan baik sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kualifikasi baik sekali. Pada saat pembelajaran, siswa aktif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Selain itu, siswa juga terlihat antusias dan semangat saat guru menjelaskan materi tentang deskripsi, sehingga suasana kelas terlihat lebih tenang. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya, yaitu pada siklus I kurang memperhatikan penjelasan guru, namun pada siklus II ini mereka sudah mulai bisa berkonsentrasi dalam mendengarkan penjelasan guru. Mereka tidak lagi mengganggu temannya dan tidak
206
lagi sibuk dengan alat tulisnya. Hal ini dibuktikan ketika guru mengajukan pertanyaan, mereka bisa menjawabnya dengan baik. Namun, pada kegiatan ini masih ada dua orang siswa yang kurang antusias mengikuti pembelajaran yang diberikan guru. Mereka kurang merespons penjelasan guru, mereka sibuk berbicara dengan teman sebangkunya dan tidak memperhatikan guru menjelaskan pelajaran. Tetapi, secara keseluruhan pada aspek kedua ini perhatian siswa atau semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah meningkat jika dibandingkan pada pertemuan sebelumnya, yakni siklus I. Hal ini menunjukkan adanya perubahan peningkatan tingkah laku siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi ke arah positif. Berdasarkan pengamatan peneliti pada aspek ketiga, siswa terlihat lebih serius dalam mengerjakan tugas menulis karangan deskripsi. Hal itu terlihat dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik sebanyak 30 orang (90,9%) berada pada kualifikasi baik sekali. Pada kegiatan ini, terlihat antusias siswa dalam mengerjakan tugasnya. Siswa juga terlihat lebih percaya diri dalam menulis karangan deskripsi. Pada kegiatan menulis karangan deskripsi ini, kelas terlihat tenang dan semua siswa berkonsentrasi dalam mengerjakan tugasnya masing-masing. Hal ini juga disebabkan karena setiap pertemuan guru selalu memantapkan materi dengan mengadakan tanya jawab kepada siswa mengenai kesulitan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Selain itu, guru juga memberikan atau menyajikan topik yang lebih menarik dan variatif jika dibandingkan pada topik untuk siklus I. Model yang
207
diberikan guru pada siklus II ini model karangan deskripsi yang dekat dengan kehidupan mereka. Berdasarkan hal tersebut, pada saat guru meminta siswa menulis karangan deskripsi, siswa lebih percaya diri dalam mengerjakan tugasnya Selanjutnya, pada aspek keempat terlihat siswa sangat aktif mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini dibuktikan dengan jumlah siswa yang aktif mengajukan pertanyaan kepada guru dengan baik sebanyak 28 orang (84,8%) berada pada kualifikasi baik. Pada kegiatan ini, siswa yang pada siklus I masih malu-malu dalam bertanya atau ragu-ragu dalam bertanya, pada pertemuan ini atau siklus II mereka sudah terlihat aktif dan lebih percaya diri dalam bertanya ataupun mengemukakan gagasan mereka. Mereka tidak takut atau malu-malu lagi menanyakan materi deskripsi yang belum mereka pahami, sehingga adanya komunikasi dua arah atau respon dari siswa pada saat pembelajaran. Pada aspek kelima, keaktifan siswa dalam menanggapi pertanyaan dari guru maupun dari temannya sudah baik, jika dibandingkan pada siklus I. Hal tersebut dibuktikan dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik sebanyak 26 orang (78,8%) berada pada kualifikasi baik. Pada kegiatan pembelajaran berlangsung, terlihat antusias siswa dalam menanggapi pertanyaan dari guru. Siswa sudah mulai percaya diri dan berani dalam mengemukakan gagasannya secara langsung, mereka tidak takut lagi salah. Setiap guru mengajukan pertanyaan, mereka langsung merespons dengan mengangkat tangannya agar dipilih guru dalam mengemukakan gagasannya. Mereka juga bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dengan
208
lancar dan baik. Di samping itu, mereka juga tidak takut atau malu-malu lagi memberikan komentar terhadap penampilan temannya, baik pada saat diskusi kelompok maupun pada saat temannya membacakan hasil diskusinya di depan kelas. Pada saat mereka memberikan komentar, terlihat kelancaran mereka dalam berbicara dan komentar yang diberikan itu disertai dengan alasan yang logis. Dalam memberikan komentar pada kegiatan diskusi kelompok pun, mereka secara bergiliran mengomentari hasil diskusi kelompok yang tampil. Hal ini berbeda pada siklus I, dimana pada siklus I siswa yang memberikan komentar selalu siswa yang sama. Berdasarkan pengamatan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa sudah ada peningkatan pada siswa dalam menanggapi pertanyaan dari guru maupun dari temannya. Kemudian, pada aspek keenam keaktifan siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompok tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat baik. Hal itu dibuktikan dengan jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik sebanyak 30 orang (90,9%) berada pada kualifikasi baik sekali. Pada saat diskusi berlangsung, terlihat semua anggota kelompok terlibat dalam diskusi menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model karangan yang diberikan guru. Pada saat guru mengamati kegiatan diskusi kelompok ini, terlihat setiap kelompok bertukar pikiran dalam menyampaikan ide atau pendapatnya. Siswa yang pada diskusi kelompok sebelumnya sering
209
berbicara atau menggganggu temannya, pada diskusi kelompok siklus II ini terlihat mereka sudah aktif dan terlibat dalam diskusi. Selanjutnya, pada aspek ketujuh keaktifan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat baik. Hal itu terlihat dari jumlah siswa yang melakukan kegiatan ini dengan baik sebanyak 31 orang (93,9%) berada pada kualifikasi baik sekali. Pada kegiatan ini, kelas terlihat tenang sehingga siswa bisa berkonsentrasi dengan baik. Siswa juga terlihat lebih percaya diri dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan karena karangan deskripsi yang mereka tulis objeknya dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari, sehingga memudahkan mereka dalam menulis karangan tersebut. Di samping itu, mereka cukup paham mengenai penjelasan setiap ciri-ciri deskripsi. Hal ini juga membantu mereka dalam mengerjakan tugasnya. Topik yang disajikan guru pada siklus II ini lebih menarik dan variatif. Pemahaman yang baik tentang materi deskripsi dan topik yang menarik merupakan suatu hal yang membuat siswa lebih kreatif menulis karangan deskripsi. Pada kegiatan ini, mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan baik sesuai dengan waktu yang ditentukan. Berdasarkan deskripsi tersebut, dapat disimpulkan secara keseluruhan ratarata hasil observasi aktivitas siswa selama pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan pada siklus II adalah 624,1:7 = 89,1% berada pada kualifikasi baik sekali. Dari hasil observasi aktivitas siswa tersebut, terlihat bahwa sudah ada perubahan peningkatan tingkah laku siswa ke arah
210
positif selama pembelajaran menulis karangan deskripsi jika dibandingkan dengan tingkah laku siswa pada siklus I yakni 65,3% berada pada kualifikasi cukup. Dengan demikian, berdasarkan hasil pengamatan tersebut tindakan pada siklus II dinyatakan sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%, sehingga tidak perlu dilakukan siklus III. b.
Analisis Aktivitas Guru dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pada penelitian ini, peneliti bertidak sebagai guru, sedangkan guru yang juga
mengajar di SMA N 1 Enam Lingkung, tetapi mengajar di kelas lain bertindak sebagai kolaborator (pengamat). Fokus kegiatan guru pada pembelajaran adalah: (1) kegiatan awal pembukaan dan apersepsi serta menyampaikan tujuan pembelajaran; (2) membangkitkan skemata siswa dengan membagikan model deskripsi dan mendiskusikan secara bersama-sama karangan tersebut berdasarkan ciri-ciri deskripsi; (3) bertanya jawab tentang pembelajaran karangan deskripsi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya; (4) mengukuhkan materi tentang deskripsi; (5) meminta beberapa orang siswa untuk membacakan karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya; (6) meminta siswa mengemukakan kesulitan-kesulitan dan kemudahankemudahan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (7) menjelaskan cara menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (8) memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
211
kontekstual komponen pemodelan; (9) membagi siswa dalam enam kelompok dan meminta siswa untuk mendiskusikan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model yang telah diberikan; (10) meminta setiap kelompok untuk membacakan hasil diskusinya dan kelompok lain diminta untuk memberikan komentar terhadap hasil diskusi kelompok yang tampil; (11) meminta siswa menulis karangan deskripsi yang kontekstual berdasarkan model yang diamati dengan memilih salah satu topik yang telah ditentukan pada petunjuk soal; (12) mengumpulkan hasil kerja siswa; (13) meminta siswa untuk menyampaikan hasil tulisannya di depan kelas; (14) mendiskusikan secara bersama-sama karangan deskripsi yang dibacakan oleh siswa yang tampil dilihat dari ciri-ciri deskripsi; (15) meminta siswa mengisi angket respons siswa terhadap pembelajaran; (16) menyimpulkan pelajaran. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, berikut ini disajikan tabel lembar observasi, yakni aktivitas guru selama proses pembelajaran pada siklus II. Tabel 30. Lembar Observasi Proses Belajar Mengajar Guru pada Siklus II NO. KEGIATAN 1. Apersepsi 2. Penjelasan materi 3. Penjelasan pendekatan kontekstual komponen 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
pemodelan Teknik pembagian kelompok Penguasaan kelas Penggunaan komponen pemodelan Suara Pengelolaan kegiatan diskusi Bimbingan kepada kelompok Pemberian pertanyaan atau kuis Kemampuan melakukan evaluasi Memberikan penghargaan individu dan kelompok
SB √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
B
C
K
212
Menentukan nilai individu dan kelompok Menyimpulkan materi pembelajaran Menutup pembelajaran Keterangan: SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang
13. 14. 15.
√ √ √
Berdasarkan tabel 30 tersebut, terlihat bahwa pada pertemuan pertama, kedua, dan ketiga pada siklus II kegiatan peneliti semuanya terlaksana. Semua kegiatan dapat dilaksanakan guru dengan baik, mulai dari kegiatan awal hingga kegiatan akhir dan tidak satu pun kegiatan peneliti yang tidak terlaksana saat melaksanakan penelitian, yakni mengenai keterampilan menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan karena peneliti telah mempersiapkan semuanya dengan baik dan terarah.
3.
Hasil Angket Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data tentang
pendapat siswa tentang pelaksanaan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada pengisian angket siklus II, jumlah anggota sampel yang melakukan pengisian angket sebanyak 33 orang. Hasil dari tabulasi angket respons siswa terhadap pembelajaran pada siklus II dicantumkan pada lampiran 16. Adapun aspek dalam angket ini terdiri atas tiga, yaitu tindakan yang mendukung di luar PBM, tindakan yang mendukung selama PBM, dan kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi. Hasil respons siswa terhadap keterampilan menulis
213
karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 31. Rekapitulasi Hasil Angket pada Siklus II Berdasarkan Pernyataan yang Diberikan No.
Aspek
Pernyataan SS
1.
Tindakan yang mendukung di luar PBM
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tindakan yang mendukung selama PBM
Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu membaca bahan ajar sebelum pembelajaran berlangsung Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu untuk tidak terlambat datang Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu mengerjakan PR di rumah Pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi saya dalam menulis karangan deskripsi Selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru Selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya selalu memperhatikan pendapat teman Latihan yang diberikan
Alternatif Jawaban S TS
26 siswa 6 siswa (78,8%) (18,2%)
STS
1 siswa (3,1%)
-
-
-
27 siswa (81,8%)
6 siswa (18,2%)
24 siswa (72,7%)
8 siswa (24,2%)
29 siswa (87,9%)
4 siswa (12,1%)
-
-
27 siswa (81,8%)
5 siswa (15,2%)
-
-
26 siswa 7 siswa (78,8%) (21,2%)
-
-
29 siswa
-
-
4 siswa
1siswa (3,1%)
-
214
8.
9.
10.
Kesan
guru dapat memantapkan pemahaman saya tentang menulis karangan deskripsi Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya lebih mudah memahami materi tentang deskripsi Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pelajaran bahasa Indonesia lebih mudah Dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan, saya lebih serius dalam belajar
(87,9%)
(12,1%)
28 siswa 5 siswa (84,8%) (15,1%)
-
-
27 siswa (81,8%)
6 siswa (18,2%)
-
-
28 siswa 5 siswa (84,8%) (15,1%)
-
-
Berdasarkan tabel 31, dapat dilihat jumlah siswa yang memilih SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak Setuju) pada setiap pernyataan yang terdapat pada angket tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut ini dideskripsikan hasil angket untuk siklus II sesuai pada tabel yang telah disajikan. Pertama, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 26 orang siswa (78,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju bahwa dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu membaca bahan ajar sebelum pembelajaran berlangsung, 6 orang siswa (18,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju.
215
Kedua, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 27 orang siswa (81,1%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu untuk tidak terlambat datang, 6 orang siswa (18,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ketiga, pada aspek tindakan yang mendukung di luar PBM terdapat 24 orang siswa (72,7%) berada pada kualifikasi lebih dari cukup menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu mengerjakan PR di rumah, 8 orang siswa (24,2%) berada pada kualifikasi hampir cukup menyatakan setuju, 1 orang siswa (3,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan sangat tidak setuju. Keempat, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 29 orang siswa (87,9%) berada pada kualifikasi baik sekali menyatakan sangat setuju pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran dapat memotivasi saya dalam menulis karangan deskripsi, 4 orang siswa (12,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju.
216
Kelima, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 27 orang siswa (81,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, 5 orang siswa (15,2%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Keenam, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 26 orang siswa (78,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju selama proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya selalu memperhatikan pendapat teman, 7 orang siswa (21,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Ketujuh, pada aspek tindakan yang mendukung selama PBM terdapat 29 orang siswa (87,9%) berada pada kualifikasi baik sekali menyatakan sangat setuju latihan yang diberikan guru dapat memantapkan pemahaman saya tentang menulis karangan deskripsi, 4 orang siswa (12,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kedelapan, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 28 orang siswa (84,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju dengan
217
pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya lebih mudah memahami materi tentang deskripsi, 5 orang siswa (15,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesembilan, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 27 orang siswa (81,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan pelajaran bahasa Indonesia lebih mudah, 6 orang siswa (18,2%) berada pada kualifikasi buruk menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kesepuluh, pada aspek mengenai kesan siswa terhadap penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam menulis karangan deskripsi terdapat 28 orang siswa (84,8%) berada pada kualifikasi baik menyatakan sangat setuju dengan pendekatan kontekstual komponen pemodelan saya lebih serius dalam belajar, 5 orang siswa (15,1%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan setuju, dan 0 siswa (0%) berada pada kualifikasi buruk sekali menyatakan tidak setuju dan sangat tidak setuju. Berdasarkan deskripsi tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, rata-rata nilai keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan secara keseluruhan pada siklus II
218
adalah 2812:33 = 85,2% berada pada kualifikasi baik. Kedua, rata-rata hasil observasi, yakni aktivitas siswa selama pembelajaran secara keseluruhan pada siklus II adalah 624,1:7 = 89,1% berada pada kualifikasi baik sekali. Ketiga, rata-rata hasil analisis angket respons siswa secara keseluruhan pada siklus II terhadap pembelajaran yaitu: (a) siswa yang menyatakan sangat setuju adalah 821,2:10 = 82,1% berada pada kualifikasi baik; (b) siswa yang menyatakan setuju adalah 169,6:10 = 17,0% berada pada kualifikasi buruk; (c) siswa yang menyatakan tidak setuju adalah 6,2:10 = 0,6% berada pada kualifikasi buruk sekali; (d) siswa yang menyatakan sangat tidak setuju tidak ada. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, tindakan siklus II dinyatakan sudah berhasil karena sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥ 75%, baik pada tes keterampilan menulis karangan deskripsi, hasil observasi maupun hasil angket, sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus III.
4. Hasil Wawancara Wawancara dilakukan setiap akhir siklus di luar jam pelajaran atau pelajaran telah selesai. Wawancara siklus II ini tidak dilakukan pada semua siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung, tetapi dilakukan kepada siswa yang terlihat menonjol serta aktif dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Siswa yang diwawancarai pada siklus II ini berjumlah delapan orang, yakni dua orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi, dua
219
orang siswa yang memperoleh nilai terendah, dua orang siswa yang bersikap positif dalam kegiatan pembelajaran, dan dua orang siswa yang bersikap negatif dalam kegiatan pembelajaran. Wawancara yang diberikan kepada siswa ini bertujuan untuk mengetahui pendapat siswa tentang keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Wawancara ini terdiri atas lima pertanyaan, secara umum pertanyaan tersebut berkaitan dengan pendapat serta saran siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dalam pengisian lembaran wawancara ini, siswa disarankan agar menjawab dengan jujur, sehingga data yang didapatkan lebih objektif. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut ini diuraikan kedelapan hasil wawancara dari siswa. Pada pertanyaan pertama, dari kedelapan siswa semuanya mengatakan bahwa pembelajaran yang diikutinya sangat menarik. Adapun alasan yang mereka kemukakan bahwa mereka sangat menyenangi pembelajaran yang baru diikuti dan mudah dimengerti karena metode yang digunakan guru menarik, sehingga memudahkan mereka memahami materi deskripsi serta menulis karangan dekripsi. Di samping itu, mereka menjadi termotivasi dalam menulis karangan deskripsi. Pada pertanyaan kedua, dari kedelapan siswa semuanya mengatakan bahwa mereka senang dengan pembelajaran yang baru diikutinya, karena pada pembelajaran tersebut guru menyajikan sebuah contoh karangan deskripsi yang mudah dipahami, dimana objek karangan deskripsi yang disajikan guru merupakan contoh yang
220
kontekstual. Di samping itu, mereka juga mengemukakan bahwa pada pembelajaran ini guru dapat membuat suasana menjadi menyenangkan, sehingga mereka tidak merasa malu atau takut dalam mengemukakan pendapatnya. Mereka lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi. Mereka juga mengatakan bahwa keterampilan menulis terutama dalam mengarang merupakan pembelajaran yang menantang kreativitas mereka dalam mengemukakan gagasannya menjadi sebuah tulisan atau karangan yang padu. Pada pertanyaan ketiga, dari kedelapan siswa tersebut semuanya mengatakan bahwa mereka lebih mudah menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan daripada tidak menggunakan komponen pemodelan. Adapun alasan yang dikemukakan mereka karena dengan menyajikan contoh atau model karangan deskripsi yang kontekstual tersebut membuat mereka mengerti bagaimana bentuk karangan deskripsi tersebut. Selain itu, mereka juga mengemukakan bahwa melalui contoh yang diberikan guru tersebut membuat mereka lebih mudah mengemukakan ide atau gagasannya menjadi sebuah karangan, sehingga hal ini dapat membantu mereka dalam menulis karangan deskripsi karena objek yang dilukiskan atau digambarkan dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Pada pertanyaan keempat, dari kedelapan siswa ada enam orang siswa mengemukakan bahwa banyak manfaat yang dapat mereka peroleh dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Adapun alasan yang mereka kemukakan bahwa sebelum mereka menulis karangan deeskripsi,
221
mereka terlebih dahulu mengamati model tersebut sehingga hal ini dapat membuka pikiran mereka dalam berimajinasi untuk menulis karangan deskripsi. Selain itu, mereka juga mengemukakan bahwa melalui model karangan deskripsi tersebut, mereka lebih mudah untuk memaparkan setiap ciri-ciri deskripsi sehingga menjadi sebuah karangan deskripsi yang sempurna. Mereka juga bisa melukiskan atau menggambarkan objek yang akan mereka kembangkan menjadi sebuah tulisan deskripsi. Selanjutnya, pada pertanyaan kelima dari delapan siswa semuanya mengemukakan pendapat yang berbeda-beda mengenai usul mereka tentang pelaksanaan pembelajaran menulis karangan yang akan datang. Secara umum, berikut ini diuraikan beberapa saran yang mereka kemukakan, antara lain: (1) agar model karangan deskripsi dapat diperbanyak, sehingga siswa lebih mudah memahami karangan deskripsi itu sendiri; (2) menambah alokasi waktu untuk pembelajaran menulis karangan deskripsi agar kami bisa menyelesaikan tugas dengan maksimal; (3) seringlah berdiskusi dengan kami (siswa) mengenai kesulitan atau kendala dalam menulis karangan deskripsi; (4) agar selalu menghadirkan model karangan deskripsi yang kontekstual, sehingga dapat mempermudah kami menulis karangan deskripsi; (5) untuk pembelajaran menulis karangan deksripsi yang akan datang, agar guru selalu menggunakan metode mengajarnya seperti saat ini, sehingga semua siswa dapat termotivasi dan aktif untuk mengkikuti pembelajaran; (6) sering memberikan latihan kepada siswa agar terlatih dalam menulis karangan deskripsi.
222
Berdasarkan hasil wawancara pada siklus II yang telah diuraikan tersebut, secara umum dapat disimpulkan bahwa mereka senang mengikuti pembelajaran menulis karangan deskripsi. Selain itu, mereka lebih mudah menulis karangan deskripsi dengan menghadirkan sebuah model karangan yang kontekstual karena contoh atau model tersebut dekat dengan lingkungan mereka. Banyak di antara mereka mengemukakan saran agar pada pembelajaran menulis karangan deskripsi yang akan datang guru memberikan contoh karangan yang kontekstual lebih banyak. Di samping itu, mereka juga menyarankan agar metode pembelajaran menulis karangan deskripsi yang akan datang tetap seperti ini, sehingga mereka dapat termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.
5. Hasil Catatan Lapangan Catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan segala yang didengar, dilihat, dirasakan, dan berpikir tentang semua kejadian selama berlangsungnya keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Datanya yaitu hal-hal khusus selama penelitian berlangsung yang dikumpulkan dengan teknik observasi. Catatan lapangan ini diisi setiap pertemuan, yakni pertemuan pertama, kedua, dan ketiga dalam setiap siklus dan sumber datanya diperoleh dari kolaborator (guru pengamat). Adapun format pada catatan ini meliputi: hari/tanggal, tempat, topik, guru yang mengajar, dan guru yang mengamati. Untuk
223
lebih jelasnya, hasil dari catatan lapangan yang datanya hal-hal khusus selama penelitian pada siklus II ini dapat dilihat pada lampiran 18. Berdasarkan hal tersebut, dideskripsikan hasil catatan lapangan siklus II dalam setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu, 10 November 2012 dengan topik penjelasan materi menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Sebelum guru masuk pada kegiatan inti, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi dan motivasi. Kemudian, guru melakukan kegiatan inti, yakni penjelasan materi deskripsi. Dalam kegiatan ini menunjukkan bahwa pada saat guru menjelaskan pelajaran, terlihat antusias dan semangat siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Siswa terlihat lebih bersemangat dalam menanggapi pertanyaan yang diberikan oleh guru berkaitan dengan materi deskripsi. Siswa juga terlihat aktif dalam bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum mereka pahami. Siswa yang pada awalnya malu bertanya, namun pada pertemuan ini siswa terlihat tidak malu atau ragu-ragu lagi dalam bertanya maupun menanggapi pertanyaan guru serta memberikan komentar terhadap temannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa siswa sudah paham dan mengerti mengenai materi deskripsi serta menulis karangan deksripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Selanjutnya, pada kegiatan penutup guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran. Pada pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Senin, 12 November 2012 dengan topik menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen
224
pemodelan. Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi dan motivasi, kemudian masuk pada kegiatan inti. Dalam kegiatan inti ini, sebelum siswa menulis karangan deskripsi guru terlebih dahulu mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai materi deskripsi yang telah dijelaskan pada pertemuan sebelumnya. Hal ini bertujuan melihat pemahaman siswa, sejauh mana mereka masih ingat pelajaran minggu sebelumnya. Dari kegiatan tanya jawab tersebut, terlihat antusias siswa dalam merespons pertanyaan guru. Mereka sudah terlihat aktif mengikuti pembelajaran. Siswa yang awalnya pasif dalam pembelajaran, namun pada pertemuan ini mereka terlihat lebih percaya diri dalam mengemukakan gagasannya pada saat menjawab pertanyaaan guru. Selanjutnya, pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam enam kelompok dan membagikan model karangan deskripsi yang kontekstual. Setiap kelompok mendapat lima model karangan deskripsi. Siswa diminta berdiskusi dengan anggota kelompoknya yakni menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model tersebut. Dalam kegiatan diskusi tersebut, terlihat antusias siswa dalam berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Semua anggota kelompok terlibat dalam diskusi. Siswa yang pada diskusi kelompok sebelumnya ada yang berbicara, namun diskusi kelompok pada pertemuan ini mereka ikut terlibat dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena guru telah memantapkan materi tentang deskripsi dan mencarikan solusi kesulitan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Setelah waktu yang ditentukan telah habis dalam berdiskusi, guru meminta setiap kelompok membacakan hasil analisisnya dan kelompok lain menanggapi hasil kerja kelompok yang tampil.
225
Dalam kegiatan memberikan komentar ini, setiap anggota kelompok terlihat antusias dan berpatisipasi dalam memberikan komentarnya. Semua anggota kelompok menyampaikan komentarnya secara bergiliran kepada kelompok yang tampil. Kelompok yang tampil pun secara bergiliran juga menanggapi komentar yang diberikan oleh temannya. Selanjutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi dengan memilih salah satu topik yang terdapat pada petunjuk soal. Pada kegiatan ini terlihat antusias siswa dan mereka terlihat lebih percaya diri siswa dalam mengerjakan tugasnya. Kelas terlihat tenang dan siswa pun dapat berkosentrasi dengan baik. Pada saat waktu mengerjakan tugas telah habis, semua mereka mengumpulkan tugasnya dan tidak ada satu siswa pun yang tidak menyelesaikan tugasnya melebihi dari waktu yang ditentukan. Selanjutnya, pada kegiatan penutup guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran. Pada pertemuan ketiga, dilaksanakan pada hari Sabtu, 17 November 2012 dengan topik membahas karangan deskripsi dan mengisi angket respons siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pada awal pembelajaran, guru terlebih dahulu mengadakan apersepsi dan motivasi, kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti. Pada awal kegiatan ini, guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai materi deskripsi serta kesulitan dan kemudahan dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dari kegiatan tanya jawab tersebut, siswa sudah bisa memahami materi deskripsi dan cara menulis karangan deskrispsi melalui
226
pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Banyak di antara mereka yang mengemukakan topik yang ditentukan guru pada pertemuan sebelumnya tersebut merupakan topik yang menarik bagi siswa karena objek yang terdapat pada topik tersebut lebih dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Mereka juga mengemukakan, pada tugas sebelumnya mereka lebih mudah mengemukakan gagasannya dan kesulitan yang mereka temui pada ciri deskripsi yang kedua dan ketiga pada siklus I sudah bisa diatasi. Mereka sudah paham bagaimana memberi pengaruh sensitivitas dan menggunakan diksi yang mengugah. Siswa terlihat aktif dalam menangapi pertanyaan guru. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk membacakan hasil tulisan deskripsinya di depan kelas dan siswa lain mengomentari tulisan deskripsi temannya. Pada saat memberikan komentar ini, terlihat antusias siswa memberikan komentar terhadap tulisan deskripsi temannya, komentar yang diberikan itu pun disertai dengan alasan yang logis. Pada kegiatan akhir, guru menyebarkan angket dan meminta siswa untuk mengisi angket tersebut dengan jujur. Selanjutnya, guru bersama siswa mengadakan refleksi dan menyimpulkan pelajaran.
6.
Hasil Dokumentasi Dokumentasi
digunakan
untuk
mengumpulkan
data
tentang
proses
pembelajaran berupa satuan pembelajaran. Selain itu, juga menjaring data evaluasi, meliputi pertanyaan siswa dan hasil tes. Pertanyaan siswa berupa pertanyaan tertulis yang diajukan selama pembelajaran keterampilan menulis. Dokumentasi juga
227
digunakan oleh guru untuk melihat kehadiran siswa setiap pertemuan. Dokumentasi mengenai satuan pembelajaran (RPP) dapat dilihat pada lampiran 3. Dokumentasi berupa pengambilan gambar (foto) merupakan data yang cukup penting sebagai bukti terjadinya suatu peristiwa. Penggunaan instrumen dokumentasi berupa pengambilan gambar (foto) ini bertujuan untuk memperoleh gambar aktivitas kegiatan belajar mengajar yang terjadi di kelas, seperti aktivitas kelompok, guru yang sedang mengajar, guru yang sedang membimbing diskusi kelompok, interaksi antara siswa dan guru di kelas, kegiatan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dan sebagainya. Dokumentasi foto ini dapat memperkuat bukti analisis pada setiap siklus. Selain itu, data yang diambil melalui dokumentasi foto juga memperjelas data yang lain yang hanya dideskripsikan melalui tulisan atau angka. Dokumentasi foto ini dilakukan pada saat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Pengambilan foto ini dilakukan pada setiap pertemuan dalam setiap siklus. Dokumentasi foto ini dapat dilihat pada lampiran 24. Pada saat guru menjelaskan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
ini,
terlihat
antusias
siswa
memperhatikan penjelasan guru. Pada kegiatan ini, kelas juga terlihat lebih tenang dari pertemuan sebelumnya. Semua siswa mengikuti kegiatan ini dengan serius dan berkonsentrasi. Siswa yang pada pertemuan sebelumnya tidak merespons atau tidak memperhatikan ketika guru menjelaskan pembelajaran, namun pada pertemuan ini
228
semua siswa terlihat serius mengikuti pembelajaran dan memperhatikan penjelasan guru dengan baik. Kegiatan ini dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 dalam lampiran 24. Pada gambar tersebut, juga terlihat guru kolaborator mengamati aktivitas siswa dan guru selama pemelajaran berlangsung. Setelah guru menjelaskan pelajaran menulis karangan deskripsi tersebut, kemudian guru bersama siswa mendiskusikan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model karangan siklus II yang telah dibagikan. Pada saat guru membagikan model tersebut, terlihat antusias siswa mengamati model itu dengan saksama dan membahas ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model itu seperti yang terlihat pada gambar 3 dalam lampiran 24. Kegiatan selanjutnya, guru meminta siswa menulis karangan deskripsi dengan memilih salah satu topik seperti yang tertera pada petunjuk soal. Kegiatan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siklus II ini sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat pada gambar 4 dan 5 dalam lampiran 24. Pada gambar tersebut, terlihat antusias siswa dalam mengerjakan tugasnya dan siswa juga terlihat lebih percaya diri dalam menulis karangan deskripsi. Dalam kegiatan ini suasana dalam ruang kelas kelihatan sangat tenang, sehingga siswa dapat berkonsentrasi dengan baik untuk menulis karangan deskripsi.
229
d. Refleksi Setelah guru dan kolaborator mengadakan observasi, kegiatan selanjutnya adalah evaluasi dan menganalisis data observasi yang diperoleh. Refleksi adalah kegiatan menganalisis hasil pengamatan peneliti bersama guru kolaborator untuk menentukan sejauh mana pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang digunakan guru berhasil dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Hasil pengamatan peneliti bersama guru kolaborator dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir. Berdasarkan pelaksanaan hasil siklus II, penerapan menulis karangan deskripsi
melalui
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
mampu
meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi dibandingkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I. Selain hal itu, keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini sangat diminati oleh siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas siswa, wawancara, dan catatan lapangan. Refleksi siklus II ini mencakup refleksi terhadap empat hal, yakni: (1) perencanaan pembelajaran, (2) pelaksanaan pembelajaran, (3) evaluasi pembelajaran, dan (4) hasil pemahaman siswa tentang karangan deskripsi. Berdasarkan peningkatan pembelajaran yang terjadi pada siklus I dan siklus II dilihat dari hasil tes unjuk kerja, hasil observasi, hasil angket, hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi membuktikan bahwa penerapan pendekatan
230
kontekstual komponen pemodelan cukup efektif untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Di samping itu, peningkatan tersebut juga dilihat dari penanganan pada hambatan yang ditemukan siswa dalam pembelajaran, sehingga dengan penanganan tersebut membuat siswa menjadi senang dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Siswa pun mampu menulis karangan deskripsi dengan baik, hal ini dapat dilihat dari hasil unjuk kerja siswa. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, bahwa tingkat penguasaan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75%. Hal ini berarti, pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dan penerapan pola diskusi/tanya jawab serta kerja sama kelompok, telah berhasil membawa perubahan hasil belajar siswa pada siklus II dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Pada siklus II ini, antusias dan semangat belajar siswa semakin membaik, siswa pun berperan aktif dalam setiap kegiatan. Secara umum, hasil refleksi pada pembelajaran telah terlaksana dengan baik dan terjadi peningkatan yang signifikan terhadap keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
231
B. Pembahasan 1.
Proses Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Pada penelitian ini, sebelum dilakukan siklus I peneliti sebagai guru terlebih
dahulu mengadakan tes awal (prasiklus). Tes awal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana kemampuan siswa dalam keterampilan menulis, khusunya menulis karangan deskripsi. Di samping itu, tes awal ini dilakukan untuk mengukur kemampuan awal, kelemahan, dan fokus upaya perbaikan untuk melaksanakan siklus I. Pada tes awal ini, peneliti tidak menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil unjuk kerja siswa pada prasiklus ini, ditemukan bahwa rata-rata hasil tes siswa berada di bawah standar yang ditetapkan. Dari hasil evaluasi tersebut, kemudian guru bersama kolaborator berdiskusi mengenai perencanaan yang dilakukan pada siklus I. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pelaksanaan tindakan yang telah dirancang pada tahap perencanaan siklus I ini ternyata perencanaan yang telah disusun tersebut belum terlaksana secara masksimal. Pada pertemuan pertama dengan fokus penelitian penjelasan materi menulis karangan deskripsi bahwa pada kegiatan ini perhatian dan motivasi siswa dalam pembelajaran sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan ketidakseriusan siswa ketika peneliti mengarahkan pemikiran siswa saat mengkonstruksi permasalahan tentang keterampilan menulis karangan deskripsi yang siswa alami selama ini. Selain itu, keseriusan siswa kurang baik pada saat guru menjelaskan pelajaran.
232
Pada kegiatan ini, rata-rata siswa masih sibuk dengan kegiatan masingmasing. Ada yang berbicara dengan teman sebangkunya, ada yang mengganggu temannya yang duduk di depan, dan ada yang sibuk menulis, sehingga pembelajaran yang mereka peroleh tidak sepenuhnya dipahami. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pemahaman siswa saat diminta untuk menulis karangan deskripsi ataupun menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam model yang telah diberikan pada pertemuan kedua siklus I. Kemudian, pada pertemuan ketiga guru mengadakan tanya jawab dengan siswa mengenai kesulitan dan kemudahan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Dari tanya jawab pada siklus I tersebut, secara umum kendala yang dihadapi siswa adalah indikator kedua, ketiga, dan keempat. Indikator tersebut merupakan ciri-ciri deskripsi, yaitu memberikan pengaruh sensitivitas, menggunakan diksi yang menggugah, dan memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan. Dalam hal ini, peneliti bersama kolaborator mencari solusi untuk pemecahan masalah tersebut, terutama pada kesulitan siswa dalam memaparkan ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat. Selanjutnya, pada tahap perencanaan siklus II, peneliti bersama kolaborator menyusun perencanaan yang dilakukan pada pertemuan berikutnya. Dengan solusi yang telah ditemukan tersebut, pada siklus II ini siswa mulai tertarik dengan pembelajaran yang dilaksanakan. Siswa bersemangat untuk mengajukan pertanyaan
233
dan memberikan tanggapan terhadap penampilan temannya dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini disebabkan sambil mengadakan diskusi kelas, guru juga tetap memotivasi siswa dengan memberikan penguatan positif selama pembelajaran. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi menyenangkan dan siswa pun aktif meskipun sebagian siswa sibuk mempersiapkan diri dengan berlatih menulis karangan deskripsi dan menanggapi penampilan temannya. Begitu pula hanya dengan siswa yang telah tampil, mereka sibuk memikirkan kesalahannya dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan tanggapan atau komentar dari teman-temannya. Pada saat peneliti mulai memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, rata-rata siswa serius mendengarkan dan mengamati penegasaan dan penguatan yang diberikan oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga meminta keterlibatan siswa untuk dapat memberikan kesimpulan dari pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga siswa benar-benar aktif dalam belajar dan dapat memahami pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Hal ini juga dibuktikan dari hasil tes unjuk kerja siswa, berdasarkan hasil tes tersebut terlihat bahwa rata-rata siswa sudah memahami materi deskripsi dan menulis karangan deskripsi yang kontekstual. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan mampu meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nurhadi, dkk (2004:50) menyatakan bahwa pemodelan artinya ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa,
234
sebelum mereka berlatih dalam menemukan sesuatu. Pada kasus ini, guru menyediakan model karangan deskripsi yang sempurna. Model tersebut dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari, sehingga dapat membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi. Model yang peneliti sajikan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber seperti yang terlihat pada lampiran 21 untuk siklus I dan lampiran 22 untuk siklus II. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini dapat melatih siswa untuk memperoleh pengetahuan baru dengan cara menemukan sendiri pengetahuan menulis karangan deskripsi yang diperoleh siswa. Dalam hal ini siswa bukan hanya sekedar membaca, namun mereka dapat menulis sendiri karangan deskripsi tersebut berdasarkan objek yang diamati. Pada akhirnya, siswa mampu menemukan refleksi terhadap cara pengembangan pengetahuan siswa dengan bantuan dan bimbingan guru. Oleh karena itu, proses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi sesuai dengan penelitian yang dilakukan peneliti secara bertahap dari siklus I hingga siklus II.
2.
Hasil Tes Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Berdasarkan nilai pada prasiklus, keterampilan menulis karangan deskripsi
siswa memiliki skor rata-rata 65,9 dengan nilai rata-rata 52,7 berada pada kualifikasi hampir cukup secara klasikal. Hasil ini memang menjadi permasalahan utama dalam
235
proses pembelajaran karena nilai rata-rata klasikal ini sangat rendah dan jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ≥75%. Namun, setelah pelaksanaan dengan
menerapkan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
terjadi
peningkatan terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I hingga siklus II yang mengalami peningkatan. Pada hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siklus I skor rata-rata adalah 89,1 dengan nilai rata-rata 71,3 berada pada kualifikasi lebih dari cukup secara klasikal. Kemudian, hasil tes keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini lebih meningkat pada siklus II dengan skor rata-rata 106,5 dan nilai rata-rata 85,2 berada pada kualifikasi baik secara klasikal. Dari hasil tes tersebut menunjukkan bahwa siswa merasa termotivasi dan tertarik dengan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Fakta mengenai rata-rata hasil belajar siswa ini dapat dilihat pada tabel 32 sebagai berikut. Tabel 32. Rata-rata Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II No Indikator 1. Memberikan rincian objek 2. Memberikan
Prasiklus 72,7
Siklus I 90,3
Siklus II 99,4
58,8
70,9
83,0
Keterangan Naik 9,1% Tuntas Naik12,1%
236
3. 4.
5.
pengaruh sensitivitas Menggunakan pilihan kata yang menggugah Memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan Menggunakan susunan ruang Jumlah
Rata-rata
Tuntas Naik 34,6% Tuntas Naik 10,9% Tuntas
23,0
43,6
78,2
58,8
73,3
84,2
50,3
78,2
81,2
263,3:5 = 52,7
356,3:5 = 71,3
426:5 = 85,2
Naik 3% Tuntas Naik 69,7% Tuntas
52,7%
71,3%
85,2%
Naik 13,9%
Selanjutnya, hasil keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dari prasiklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada grafik berikut ini. 120 100 80 Prasiklus
60
Siklus I Siklus II
40 20 0 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5
Grafik 1. Hasil Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan dari Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
237
Keterangan: 1. Keterampilan memberikan rincian objek 2. Keterampilan memberikan pengaruh sensitivitas 3. Keterampilan menggunakan pilihan kata yang menggugah 4. Keterampilan memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan 5. Keterampilan menggunakan susunan ruang 3.
Hasil Pengamatan dan Tanggapan Siswa dalam Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Penerapan pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan
kompetensi siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi karena melalui model karangan deskripsi ini, siswa lebih termotivasi dan aktif dalam belajar. Siswa lebih percaya diri dan berani dalam membacakan hasil tulisannya di depan kelas, memberikan pendapat atau komentar kepada temannya yang tampil membacakan hasil karangannya, bertanya, dan menjawab pertanyaan dalam diskusi kelas. Selain itu, model karangan deskripsi yang disajikan dalam pembelajaran ini merupakan model karangan yang kontekstual yang diambil peneliti dari berbagai sumber, sehingga menyebabkan siswa paham dan dapat mengamati langsung bagaimana cara menulis karangan deskripsi yang tepat. Model tersebut dapat membantu siswa dalam menulis karangan deskripsi karena sebelum mereka menulis karangan deskripsi, terlebih dahulu mereka mengamati dengan saksama model tersebut untuk dapat dijadikan pedoman dalam menulis karangan deskripsi. Di samping itu, melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan ini, keterampilan menulis karangan deskripsi dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pengertian pemodelan menurut Nurhadi (2004:50),
238
bahwa ada model yang dapat ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menulis karangan deskripsi. Dalam kasus itu, guru bukan satu-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Sehubungan dengan penjelasan tersebut, dari hasil wawancara dengan siswa diperoleh keterangan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
berdampak
positif
terhadap
peningkatan menulis karangan deskripsi. Mereka mengemukakan bahwa dengan memberikan model karangan deskripsi tersebut memudahkan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Mereka juga mengetahui bagaimana cara menulis karangan deskripsi yang sempurna. Di samping itu, pendekatan yang digunakan peneliti dalam pembelajaran dapat membantu mereka dalam menulis karangan deskripsi karena objek yang mereka lukiskan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pada hasil wawancara ini juga dapat disimpulkan bahwa siswa merasa tertarik mengikuti pembelajaran yang berlangsung, sehingga terciptanya suasana belajar yang menyenangkan dan tidak menegangkan. Di samping itu, pada pembelajaran ini peneliti tidak banyak dalam memberikan ceramah, tetapi lebih didominasi pada keterlibatan siswa secara aktif dalam mendiskusikan model karangan yang diberikan. Hal tersebut membuat siswa semakin paham mengenai deskripsi dan terlatih menulis karangan deskripsi dengan baik. Seain itu, mereka juga berani membacakan hasil tulisan deskripsinya di depan kelas, mengemukakan
239
pendapat, dan bersedia mendengarkan pendapat orang lain serta dapat pula menerima perbedaan pendapat. Bentuk tindakan guru dalam memilih dan menampilkan model karangan deskripsi yang bervariasi dalam setiap siklus yakni siklus I dan siklus II memberi dampak positif terhadap meningkatnya keterampilan menulis karangan deskripsi yang diperoleh siswa. Di samping itu, melalui model yang disajikan dapat memberikan motivasi bagi siswa untuk terus mencoba berlatih menulis karangan deskripsi. Terjadinya suasana pembelajaran yang menyenangkan dipengaruhi oleh tindakan guru dalam membatasi penggunaan ceramah dan memberi fasilitas terbanyak untuk latihan menulis karangan deskripsi di rumah. Berkembangnya kemampuan siswa dalam bertanya, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan aktifnya siswa berdiskusi serta beraninya siswa menampilkan wakil kelompoknya untuk membaca hasil diskusinya merupakan dampak positif dari langkah terakhir dari strategi pembelajaran menulis karangan deskripsi sesuai dengan minat dan keadaan jiwa siswa. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan sangat tepat digunakan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil pengamatan dari kolaborator maupun peneliti yang menyatakan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Terjadinya peningkatan tersebut merupakan dampak yang positif
240
dari strategi pembelajaran yang digunakan guru dalam membelajarkan siswanya. Pernyataan tersebut didukung oleh keterangan siswa yang diperoleh melalui wawancara di kelas sebanyak 8 orang siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung yang mengatakan bahwa keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan lebih baik dari strategi pembelajaran menulis sebelumnya.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Penggunaan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan
dalam
pembelajaran ternyata dapat meningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Peningkatan ini tidak terlepas dari upaya dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam menerapkan pendekatan kontekstual komponen pemodelan selama dalam pembelajaran. Proses peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, yaitu dengan mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Di samping itu, proses peningkatan ini juga terlihat dari tahap-tahap yang dilakukan dalam pembelajaran,
yakni
dimulai
dari
perencanaan,
pelaksanaan/tindakan,
observasi/evaluasi, dan refleksi yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan pada setiap siklus. Pada pertemuan pertama, kegiatan pembelajaran difokuskan pada penjelasan materi menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual
komponen
pemodelan.
241
Pada
pertemuan
kedua,
kegiatan
242
pembelajaran difokuskan pada menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga kegiatan pembelajaran difokuskan pada membahas hasil tes unjuk kerja dan mengisi angket respons siswa terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi sudah terlihat dari pelaksanaan siklus I jika dibandingkan pada tes awal atau prasiklus. Namun, peningkatan pada siklus I ini belum maksimal karena masih ada siswa yang belum tuntas. Setelah dilaksanakan siklus II, keterampilan menulis karangan deskripsi terlihat lebih baik. 2.
Peningkatan hasil belajar keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dilihat dari tes unjuk kerja, observasi terhadap aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung, angket berupa respons siswa terhadap pembelajaran, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Pertama, peningkatan hasil tes unjuk kerja siswa dalam keterampilan menulis karangan deskripsi terlihat dari indikator pembelajaran, di antaranya: (1) keterampilan siswa dalam memberikan rincian objek pada prasiklus adalah 72,7% berada pada kualifikasi lebih dari cukup, pada siklus I meningkat 91,3% berada pada kualifikasi baik sekali, dan pada siklus II meningkat menjadi 99,4% berada pada kualifikasi sempurna; (2) keterampilan siswa dalam memberikan pengaruh
243
sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca pada prasiklus adalah 58,8% berada pada kualifikasi cukup, pada siklus I meningkat 70,9% berada pada kualifikasi lebih dari cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,0% berada pada kualifikasi baik; (3) keterampilan siswa dalam menggunakan pilihan kata yang menggugah pada prasiklus adalah 23,0% berada pada kualifikasi buruk, pada siklus I meningkat 43,6% berada pada kualifikasi kurang, dan pada siklus II meningkat menjadi 78,2% berada pada kualifikasi baik; (4) keterampilan siswa dalam memaparkan sesuatu yang didengar, dilihat, dan dirasakan pada prasiklus adalah 58,8% berada pada kualifikasi cukup, pada siklus I meningkat 73,3% berada pada kualifikasi lebih dari cukup, dan pada siklus II meningkat menjadi 84,2% berada pada kualifikasi baik; (5) keterampilan siswa dalam menggunakan susunan ruang pada prasiklus adalah 50,3% berada pada kualifikasi hampir cukup, pada siklus I meningkat 78,2% berada pada kualifikasi baik, dan pada siklus II meningkat menjadi 81,2 berada pada kualifikasi baik. Berdasarkan kelima indikator tersebut, dapat disimpulkan secara keseluruhan rata-rata hasil tes unjuk kerja keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung pada prasiklus adalah 52,7% berada pada kualifikasi hampir cukup, kemudian setelah dilakukan siklus I meningkat 71,3% berada pada kualifikasi lebih dari cukup, dan setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 85,2% berada pada kualifikasi baik. Kedua, peningkatan hasil observasi terhadap aktivitas siswa
244
selama pembelajaran berlangsung dari ketujuh aspek yang diamati rata-rata pada siklus I adalah 65,3% berada pada kualifikasi cukup, setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 89,1% berada pada kualifikasi baik sekali. Ketiga, peningkatan hasil angket respons siswa terhadap pembelajaran dari sepuluh pernyataan yang diberikan rata-rata siswa yang menyatakan sangat setuju pada siklus I adalah 56,6% berada pada kualifikasi cukup, setelah dilakukan siklus II meningkat menjadi 82,1% berada pada kualifikasi baik. Keempat, peningkatan hasil wawancara berdasarkan kelima pertanyaan yang diajukan pada siklus I bahwa siswa kesulitan dalam memaparkan gagasannya terutama pada ciri deskripsi yang kedua, ketiga, dan keempat, kemudian setelah dilakukan siklus II siswa mengemukakan tidak kesulitan lagi memaparkan kelima ciri deskripsi dan mereka lebih mudah menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. Kelima, peningkatan hasil catatan lapangan bahwa pada siklus I masih terlihat siswa yang kurang memperhatikan penjelasan guru dan malu untuk bertanya, kemudian setelah dilakukan siklus II rata-rata siswa terlihat serius dan antusias mengikuti pembelajaran dan siswa sudah terlihat aktif dalam mengikuti pembelajaran. Keenam, peningkatan hasil dokumentasi terlihat dari gambar atau foto setiap dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II. 3.
Ada tiga faktor pendukung yang menyebabkan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi, di antaranya: (1) latihan menulis karangan deskripsi yang dilakukan secara terus-menerus mulai dari siklus I hingga siklus II; (2)
245
model karangan deskripsi kontekstual yang diberikan yang terdiri atas lima model pada setiap siklus; (3) pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh peneliti. Selain ketiga faktor tersebut, masih ada faktor lain yang berkaitan dengan kegiatan observasi, yaitu: (1) tindakan guru selama proses pembelajaran berlangsung; (2) tindakan atas aktivitas siswa selama pembelajaran, dari data ini dapat diketahui perhatian siswa terhadap pembelajaran dalam setiap pertemuan pada setiap siklus; (3) angket yang keseluruhannya, khususnya pada siklus II telah mencapai batas standar ketuntasan belajar minimal; (4) wawancara untuk mengetahui pendapat siswa tentang pelaksanaan pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan; (5) catatan lapangan yang dilakukan pada setiap pertemuan atau selama penelitian berlangsung; (6) dokumentasi berupa gambar atau foto. Selanjutnya, keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan juga memiliki beberapa faktor penghambat. Faktor penghambat tersebut ditemukan pada siklus I. Akan tetapi, penghambat tersebut disiati pada siklus II sehingga proses dan hasil pembelajaran menjadi lebih baik. Adapun faktor penghambat keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan, yaitu: (1) siswa malu bertanya atau mengemukakan pendapatnya; (2) sulitnya siswa menemukan ide yang dapat dikembangkan menjadi sebuah tulisan deskripsi; (3) kurangnya pemahaman siswa tentang ciri deskripsi kedua, ketiga, dan keempat. Sehubungan dengan
246
faktor penghambat tersebut, solusi faktor penghambat pertama adalah guru harus memotivasi siswa untuk berani atau percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Solusi faktor penghambat kedua adalah pada pertemuan berikutnya (siklus II), guru memberikan model yang lebih kontekstual sehingga lebih mudah dipahami siswa untuk dijadikan pedoman dalam menulis karangan deskripsi. Solusi faktor penghambat ketiga adalah guru harus lebih fokus pada penjelasan materi terutama ciri deskripsi kedua dan ketiga serta lebih banyak memberikan contoh ciri deskripsi kedua, ketiga, dan keempat.
B. Implikasi Keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan perlu dikembangkan pada proses pembelajaran di kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini bahwa pendekatan kontekstual komponen pemodelan dapat meningkatan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Di samping itu, pemodelan ini dapat membuat siswa lebih berani dan percaya diri sehingga siswa termotivasi membacakan hasil tulisannya di depan kelas dengan pengetahuan yang didukung oleh contoh atau model dalam pembelajaran. Keterampilan menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan dalam penerapannya di kelas dengan mengadakan diskusi kelompok, menyediakan waktu latihan, dan penugasan dalam memaparkan rincian objek, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca,
247
menggunakan pilihan kata yang menggugah dan memikat, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan serta menggunakan susunan ruang yang berkesinambungan sehingga siswa memperoleh kesempatan yang lebih leluasa untuk mengembangkan keterampilan menulis karangan deskripsi. Oleh sebab itu, rendahnya keterampilan siswa kelas X-1 SMA N 1 Enam Lingkung dalam menulis karangan deskripsi dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan.
C. Saran Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan, peneliti memberikan saran kepada pihak berikut ini. 1.
Peneliti sendiri sebagai guru bahasa Indonesia dan guru bahasa Indonesia lainnya yang mengajar di kelas X SMA N 1 Enam Lingkung atau pun di sekolah lain yang siswanya mempunyai masalah yang sama tentang menulis karangan deskripsi,
perlu
untuk
menerapkan
pendekatan
kontekstual
komponen
pemodelan dalam keterampilan menulis karangan deskripsi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi siswa. Proses peningkatan tersebut dapat dilakukan guru melalui empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi. 2.
Guru bahasa Indonesia hendaknya dapat menerapkan pendekatan kontekstual, khususnya komponen pemodelan dalam keterampilan menulis karangan
248
deskripsi karena dapat meningkatkan hasil tes unjuk kerja atau pun aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian, indikator pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan siswa pun memperoleh nilai berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan. 3.
Guru hendaknya selalu memberikan latihan secara terus-menerus kepada siswa, sehingga siswa terlatih dalam menulis karangan deskripsi. Guru diharapkan agar menyajikan model karangan deskripsi yang kontekstual dalam pembelajaran, sehingga siswa mudah memahami model tersebut karena dekat dengan dunia nyata siswa. Selain itu, guru hendaknya mencari alternatif cara-cara yang dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan siswa, baik melalui penggunaan metode, media atau alat peraga yang lebih bervariasi sehingga mutu pembelajaran dapat ditingkatkan.
4.
Peneliti yang lain perlu melaksanakan penggunaaan pendekatan kontekstual komponen pemodelan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
249
DAFTAR RUJUKAN
Abdurahman dan Ratna, Ellya. 2003. ”Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” (Bahan Ajar). Padang: FBSS Padang. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Amin, Moh. 2011. Panduan Praktis Penelitian Tindakan Kelas. Grobogan: Inspirasi. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Depdiknas. 2006. Pedoman Umum Pengembangan (Instruktional Materials). Jakarta: Pustaka Jaya.
Materi
Pembelajaran
Endrita, Zulni. 2008. ”Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Deskripsi melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Bukittinggi”. Tesis PPs UNP: Padang. Hedge, Tricia. 2000. Teaching and Learning in the Language Classroom. New York: Oxford University Press. Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada. Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa. Karsinem. 2008. “Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Menulis Surat Resmi Pada Siswa Kelas VIII SMP Santa Maria Pekanbaru”. Tesis PPs UNP: Padang. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah. Kunandar. 2007. Guru Profesionalisme. Jakarta: RajaGrafindo Persada. ________. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
250
Lubis, Nasarudin. 2009. ”Peningkatan Keterampilan Menulis Eksposisi Melalui Metode Quantum Learning Siswa Kelas XI BOGA SMK Negeri 3 Padang Sidimpuan”. Tesis PPs UNP: Padang. Marahimin, Ismail. 2010. Menulis Secara Pupuler. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2009. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Nurhadi, Yasin Burhan dan Gerrad, Senduk Agus. 2004. Pembelajaran kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Riana. 2009. ”Peningkatan Keterampilan Pelafalan Kata-kata Bahasa Indonesia melalui Teknik Pemodelan Pada Siswa Kelas XI IA SMA Swasta Pemda 1 Nias”. Tesis PPs UNP: Padang. Rohmadi dan Nugraheni. 2011. Belajar Bahasa Indonesia: Upaya Terampil Berbicara dan Menulis Karya Ilmiah. Surakarta: Cakrawala Media. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Sukardi. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara. Suparno dan Yunus, Mohamad. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka. Tabri, M. 2011. ”Peningkatan Keterampilan Menulis Berita dengan Pendekatan Kontekstual Komponen Pemodelan Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2 Bantan Kabupaten Bengkalis”. Tesis. PPs UNP: Padang.
251
Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif Panduan Bagi Pemula. Padang: UNP Press. Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. Wardhani, Igak, dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press. Yosefa, Lista. 2009. ”Peningkatan Minat dan Keterampilan Menulis Eksposisi melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas X SMAN 1 Bukit Sundi Kabupaten Solok”. Tesis. PPs UNP: Padang.
252
LAMPIRAN
253
LAMPIRAN 1 Identitas Anggota Subjek Penelitian No.
NIS Sekolah
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
5722 5733 5741 5770 5775 5785 5786 5790 5806 5807 5813 5827 5830 5840 5851 5852 5855 5867 5872 5884 5886 5893 5899 5907 5927 5945 5960 5969 5993 6006 6011 6025 6026
Nama Anggota Subjek Amri Hanafi Ariandi Septian Benny Ahmad Dwi Moulina Sari Elvira Meldona Febrina Anggiastanti Febriyanda Azhar Genta Putra Hatesi Hermansyah Putra Ikhsan Wahyudi Iskana Putri Jasman Khairani Maikel Amres Marisa Elvi Yuni Putri Maya Fitri Zuly Muhammad Al Akmal Musdian Niko Hendri Nola Chorlina Nursyakinah Aulia Putri Oriza Sativa Putri Andani Reza Efendi Risma Yuliza Salsabila Putri Sisri Yeni Eka Putri Wh. Happiness Wira Yudha Wastuti Yoga Zulnanda Yuni Pera Setiawati Yurice Prastika
Jenis Kelamin L L L P P P L L P L L P L P L P P L P L P P L P L P P P P P L P P
254
LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS 1)
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu Aspek Berbahasa
: SMA : Bahasa dan Sastra Indonesia : X/ 1 : Menulis Karangan Deskripsi : 6 X 45 menit (3 x pertemuan) : Menulis
A. Standar Kompetensi 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, dan ekspositif) B. Kompetensi Dasar 4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskripsi C. Indikator Pencapaian Kompetensi Menentukan topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan Menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi Menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati D. Tujuan Pembelajaran Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa mampu menentukan topik untuk dikembangkan menjadi karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan dengan tepat. Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi dengan baik. Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa mampu menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati dengan baik. E. Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Bersahabat/ komunikatif Tanggung jawab
255
F. Uraian Materi 1. Deskripsi a. Pengertian Keraf (1982:93) mengatakan deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang berhubungan dengan usaha penulis untuk memberikan perincianperincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Selanjutnya, kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata perimemerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Menurut Semi (2003:41), deskripsi adalah tulisan yang tujuannya adalah memberikan perincian atau detail tentang objek, sehingga dapat memberikan pengaruh sensitivitas pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Atmazaki (2006:88) mengatakan bahwa deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia). Pembaca deskripsi seolah-olah ikut mencium, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat segala sesuatu yang dideskripsikan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan maupun menggambarkan perincianperincian tentang suatu objek atau kejadian sehingga pembaca seakan-akan ikut melihat, merasakan, dan berada langsung di tempat objek atau kejadian yang dilukiskan tersebut.
b. Ciri-ciri Deskripsi Semi (2003:41-42) mengemukakan ada lima ciri-ciri penanda karangan deskripsi adalah sebagai berikut: (2)
Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail suatu perincian tentang suatu objek. Artinya penulis harus bisa menggambarkan tentang suatu objek secara rinci dan detail sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami dengan jelas oleh pembaca, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang pantai Karta, penulis harus merincikan secara detail tentang letak pantai Karta dan keadaan pantai yang ombaknya bergelombang sehingga membawa rasa segar dan nyaman.
256
(3)
(4)
(5)
(6)
Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Artinya penulis harus mampu menciptakan imajinasi pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek tersebut secara keseluruhan, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang sebuah pot bunga yang begitu indah dan pembaca diberi imajinasi mengenai tulisan itu. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan menggunakan pilihan kata yang menggugah. Artinya penulis harus mampu menggunakan pilihan kata yang tepat dalam tulisan deskripsi dan dapat menggugah perasaan pembaca, sehingga setelah membaca tulisan deskripsi tersebut maka imajinasi pembaca akan terpengaruh dan dapat menimbulkan perasaan tetentu, misalnya penulis ingin menggambarkan keindahan pantai, agar meninggalkan kesan kepada pembaca maka dapat digunakan kata-kata seperti “pemandangannya yang indah, udaranya yang sejuk, angin berhenbus sepoi-sepoi, dan ombak yang bergelombang silih berganti sehingga membuat pengunjung betah jika berada disana. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam warna, dan manusia. Artinya deskripsi pada umumnya objek berupa suatu benda, alam, warna, dan manusia sehingga objek yang dilukiskan tersebut seolah-olah dapat didengar, dilihat, dan dirasakan oleh pembaca, misalnya suara penyanyi itu sangat bagus, pemandangan itu sangat indah, udara itu sangat sejuk. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang. Hal itu biasanya ditandai dengan ungkapan-ungkapan di kiri, di kanan, di barat, di timur, di sini ,di sana, dan di situ. Contoh: Rumah warga di Pariaman di sana sini retak akibat gempa.
c. Jenis-jenis Deskripsi Menurut Semi (2003:42), jenis deskripsi dibagi atas dua yaitu deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Pertama, deskripsi ekspositorik (teknis) yaitu deskripsi yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pambaca. Kedua, deskripsi artistik (sugestif) yaitu deskripsi yang mengarah kepada pemberian pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan.
257
Selanjutnya, Marahimin (2010:46-47) membedakan dua macam bentuk deskripsi. Pertama, deskripsi ekspositori adalah yang sangat logis, yang isinya biasanya merupakan daftar rincian, semuanya, atau yang menurut penulisnya hal yang penting-penting saja, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan logis obyek yang diamati itu. Kedua, deskripsi impresionistis kadang-kadang dinamakan deskripsi stimulatif adalah untuk menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk stimulasi pembacanya. d. Langkah-langkah Menulis Deskripsi Semi (2003:42-43) mengatakan bila bermaksud menulis tentang suatu tempat, alat, atau sesuatu yang pernah dilihat dengan menggunakan bentuk deskripsi, maka ikutilah petunjuk berikut ini. Pertama, pilih dan perhatikan objek dengan detail dan teliti. Pilihlah detail yang sangat baik untuk dipaparkan. Detail tersebut harus disusun secara sistematis. Jika anda mendeskripsikan tentang suatu tempat dimana anda berada sekarang, anda harus memahami terlebih dahulu objek yang dideskripsikan, setelah seluk beluk dipahami secara detail barulah dimulai menulis sebuah karangan deskripsi. Kedua, gunakanlah pilihan kata yang tepat, maksudnya gunakan ungkapan atau kata yang spesifik agar apa yang penulis amati dan rasakan dapat pula diamati dan dirasakan oleh pembaca. Pilihan kata dan kalimat dalam karangan deskripsi berupaya untuk menggerakkan saraf-saraf indra sehingga pembaca seakan-akan bisa berhadapan langsung dengan objek yang dilukiskan.
2. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Menurut Johnson (2011:67), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. CTL merupakan suatu pendekatan yang bersifat penerapan dan operasional, yaitu apa sesungguhnya yang terjadi di dalam kelas.
258
b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) Rusman (2011:191) mengemukakan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tujuh komponen. Pertama, konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Kedua, menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (Rusman, 2011:194). Ketiga, bertanya (questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Keempat, masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain (Sanjaya, 2011:267). Kelima, pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa (Sanjaya, 2011:267). Artinya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Keenam, refleksi (reflection) adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Rusman, 2011:197). Ketujuh, penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa (Sanjaya, 2011:269).
c.
Karakteristik Pembelajaran CTL
Sanjaya (2011:254) mengemukakan lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Pertama, dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge). Kedua, pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka
259
memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Ketiga, pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. Keempat, mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. Kelima, melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan.
d. Komponen Pemodelan Kunandar (2007:291) mengatakan bahwa pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswa-siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai model (Kunandar, 2007:291). Trianto (2007:112) mengemukakan bahwa pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila diberi contoh atau model dari guru. Guru bukan satu-satunya model, sebab model bisa didatangkan dari luar kelas atau siswa yang mempunyai keterampilan yang lebih bisa menjadi model. Selanjutnya, Muslich (2009:46) mengemukakan prinsip-prinsip komponen pemodelan (modeling) yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru; (2) model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya; dan (3) model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan. Senada dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2011:267) mengatakan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Lebih lanjut, Sanjaya (2011:268) mengemukakan bahwa proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat
260
terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme. Contoh (model) karangan deskripsi terlampir G. 1) Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan unjuk kerja 2) Teknik Pemodelan (contoh/model karangan deskripsi) H. Strategi Pembelajaran Tatap Muka
Terstruktur
Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif
Contoh/ model karangan deskripsi
Mandiri Siswa menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati
I. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN 1. Kegiatan Pendahuluan a) Guru masuk dengan mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa. b) Apersepsi: Tanya jawab dengan siswa tentang pembelajaran deskripsi yang pernah diketahui. c) Motivasi: Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi: Siswa mengeksplorasi pengalamannya tentang karangan deskripsi yang pernah dibaca.
WAKTU 10 menit
261
b. Elaborasi: Kegiatan Inti Pertemuan Pertama 2 x 45 menit a) Bertanya jawab tentang materi karangan deskripsi dan cara menulis karangan deskripsi. b) Guru menjelaskan materi tentang deskripsi, yakni pengertian deskripsi, jenis-jenis deskripsi, ciri-ciri deskripsi, dan langkahlangkah dalam menulis karangan deskripsi. c) Guru meminta beberapa orang siswa membacakan hasil tulisannya mengenai karangan deskripsi yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya (tes awal). d) Siswa lain menanggapi penampilan temannya mengenai ciri-ciri deskripsi yang terdapat dalam karangan yang ditulis oleh siswa yang tampil dan dibimbing oleh guru. e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah diajarkan. Kegiatan Inti Pertemuan Kedua 2 x 45 menit a) Guru kembali menjelaskan cara menulis karangan deskripsi. b) Guru menentukan jenis atau bentuk model yang sesuai dengan jenis keterampilan menulis deskripsi yang akan diajarkan. c) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. d) Guru menampilkan atau menunjukkan bentuk model karangan deskripsi kepada masing-masing kelompok yang akan dipelajari siswa. e) Guru mengarahkan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model. f) Setiap kelompok mempelajari atau mengamati bentuk model (bagian-bagian model yang berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi). g) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model yang telah dibagikan. h) Siswa menganalisis ciri-ciri karangan deskripsi yang terdapat pada contoh atau model tersebut dan dituliskan pada kertas. i) Guru meminta masing-masing perwakilan kelompok untuk membacakan hasil analisis deskripsinya di depan kelas dan meminta setiap kelompok memberi masukan berupa kritik dan saran pada setiap kelompok yang tampil. j) Siswa membacakan hasil analisisnya di depan kelas untuk mendapat masukan dari teman dan guru. k) Guru meminta siswa untuk menulis karangan deskripsi
70 menit
262
l) m)
n)
o)
p)
berdasarkan topik yang telah disediakan atau dengan tema bebas, karangan deskripsi yang ditulis tersebut sesuai dengan realita yang ada. Siswa menentukan topik yang dipilihnya yang akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi. Siswa mencoba mengembangkan topik tulisannya sesuai bentukbentuk model yang diberikan. Siswa dapat menulis karangan deskripsi dengan mengingat objek, seperti kamar, kelas atau pemandangan yang pernah mereka kunjungi. Siswa menyampaikan hasil karangan deskripsi yang telah ditulisnya di depan kelas untuk ditanggapi oleh teman yang lain dan guru. Guru dan siswa lain menanggapi karangan deskripsi yang dibacakan oleh setiap siswa yang tampil berdasarkan ciri-ciri deskripsi. Guru mengumpulkan hasil kerja siswa.
Kegiatan Inti Pertemuan Ketiga 2 x 45 menit a) Guru meminta beberapa orang siswa membacakan hasil tulisannya mengenai karangan deskripsi yang telah ditulis pada pertemuan sebelumnya. b) Guru dan siswa membahas hasil tes menulis karangan deskripsi berdasarkan ciri-ciri deskripsi, yaitu memperlihatkan detail atau perincian tentang objek, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan menggunakan susunan ruang dalam menulis deskripsi. c) Guru meminta siswa mengisi angket respons siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. d) Guru mengumpulkan angket yang telah diisi siswa untuk dianalisis. e) Guru mengukuhkan materi yang telah disajikan secara keseluruhan. c. Konfirmasi: Siswa dan guru mengambil kesimpulan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
263
3. Penutup
10 menit
a) Siswa bersama guru merangkum atau menyimpulkan materi pelajaran hari ini. b) Guru menilai hasil kerja siswa. c) Guru dan kolaborator menganalisis hasil observasi siswa dalam kegiatan pembelajaran (refleksi), angket siswa terhadap pembelajaran, dan merancang perbaikan pembelajaran seperti penyempurnaan RPP yang perlu ditempuh pada siklus berikutnya.
J. Alat dan Sumber Belajar (a) Alat Chart Contoh (model) karangan deskripsi (b) Sumber Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah. Kunandar. 2007. Guru Profesionalisme. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Marahimin, Ismail. 2010. Menulis Secara Pupuler. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Muslich, Masnur. 2009. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. K. Penilaian Hasil Belajar a. Jenis tagihan tes b. Bentuk instrumen unjuk kerja c. Instrumen: a. Tulislah karangan deskripsi artistik (sugestif) dengan memilih salah satu di antara topik di bawah ini! Karangan yang ditulis sesuai dengan ciriciri deskripsi berdasarkan model yang telah diamati.
264
b. c.
Topik: 1. Kamarku 2. Kelasku 3. Pilihan sendiri (bebas) Karangan yang ditulis minimal lima paragraf dan maksimal delapan paragraf. Waktu penulisan ± 25 menit
Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi No.
Kriteria
Bobot
Tingkat Kinerja 1
2
3
4
5
1.
Detail atau perincian tentang objek
5
Terdapat hanya 1 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
Terdapat hanya 2 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
Terdapat hanya 3 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
Terdapat hanya 4 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
Terdapat 5 atau lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang objek
2.
Memberi pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
5
Terdapat hanya 1 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 2 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 3 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 4 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat 5 atau lebih memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
3.
Disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
5
Terdapat hanya 1 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 2 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 3 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 4 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat 5 atau lebih disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
265
4.
Memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
5
Terdapat hanya 1 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 2 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 3 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 4 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat 5 atau lebih memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
5.
Menggunakan susunan ruang
5
Terdapat hanya 1 mengguna kan susunan ruang
Terdapat hanya 2 menggunakan susunan ruang
Terdapat hanya 3 menggunakan susunan ruang
Terdapat hanya 4 mengguna kan susunan ruang
Terdapat 5 atau lebih mengguna kan susunan ruang
Jumlah
125
L. Kriteria Penilaian 1. Penilaian Kognitif (1)
a. Jika menulis 1 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 5 b. Jika menulis 2 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 10 c. Jika menulis 3 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 15 d. Jika menulis 4 detail atau perincian tentan objek , diberi bobot 20 e. Jika menulis 5 atau lebih detai atau perincian tentang objek diberi bobot 25
(2)
a. Jika memberikan 1 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 5 b. Jika memberikan 2 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 10 c. Jika memberikan 3 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 15 d. Jika memberikan 4 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 20 e. Jika memberikan 5 atau lebih pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 25
266
(3)
a. Jika menyampaikan 1 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 5 b. Jika menyampaikan 2 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 10 c. Jika menyampaikan 3 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 15 d. Jika menyampaikan 4 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 20 e. Jika menyampaikan 5 atau lebih pilihan kata yang tepat, diberi bobot 25
(4)
a. Jika memaparkan 1 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 5 b. Jika memaparkan 2 sesuatu yang dapat didengar, dilihat,dan dirasakan, diberi bobot 10 c. Jika memaparkan 3 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 15 d. Jika memaparkan 4 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 20 e. Jika memaparkan 5 atau lebih sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 25
(5)
a. Jika menggunakan 1 susunan ruang, diberi bobot 5 b. Jika menggunakan 2 susunan ruang, diberi bobot 10 c. Jika menggunakan 3 susunan ruang, diberi bobot 15 d. Jika menggunakan 4 susunan ruang, diberi bobot 20 e. Jika menggunakan 5 atau lebih susunan ruang, diberi bobot 25
267
268
LAMPIRAN 3 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (SIKLUS II)
Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu Aspek Berbahasa
: SMA : Bahasa dan Sastra Indonesia : X/ 1 : Menulis Karangan Deskripsi : 6 X 45 menit (3 x pertemuan) : Menulis
A. Standar Kompetensi 4. Mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif,deskriptif, dan ekspositif) B. Kompetensi Dasar 4.2 Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif C. Indikator Pencapaian Kompetensi Menentukan topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan Menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi Menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati D. Tujuan Pembelajaran Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa mampu menentukan topik untuk dikembangkan menjadi karangan deskripsi berdasarkan hasil pengamatan dengan tepat. Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa dapat menyebutkan ciri-ciri karangan deskripsi dengan baik. Setelah diperlihatkan contoh karangan deskripsi, siswa mampu menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati dengan baik. E. Nilai Budaya dan Karakter Bangsa Bersahabat/ komunikatif Tanggung jawab
269
F. Uraian Materi 1. Deskripsi a. Pengertian Keraf (1982:93) mengatakan deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang berhubungan dengan usaha penulis untuk memberikan perincianperincian dari obyek yang sedang dibicarakan. Kata deskripsi berasal dari kata latin describere yang berarti menulis tentang atau membeberkan sesuatu hal. Selanjutnya, kata deskripsi dapat diterjemahkan menjadi pemerian, yang berasal dari kata perimemerikan yang berarti melukiskan sesuatu hal. Menurut Semi (2003:41), deskripsi adalah tulisan yang tujuannya adalah memberikan perincian atau detail tentang objek, sehingga dapat memberikan pengaruh sensitivitas pembaca atau pendengar, bagaikan mereka ikut melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Atmazaki (2006:88) mengatakan bahwa deskripsi merupakan bentuk tulisan yang melukiskan suatu objek (tempat, benda, dan manusia). Pembaca deskripsi seolah-olah ikut mencium, mendengarkan, meraba, merasakan, atau melihat segala sesuatu yang dideskripsikan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang melukiskan maupun menggambarkan perincianperincian tentang suatu objek atau kejadian sehingga pembaca seakan-akan ikut melihat, merasakan, dan berada langsung di tempat objek atau kejadian yang dilukiskan tersebut.
b. Ciri-ciri Deskripsi Semi (2003:41-42) mengemukakan ada lima ciri-ciri penanda karangan deskripsi adalah sebagai berikut: (1)
(2)
Deskripsi lebih berupaya memperlihatkan detail suatu perincian tentang suatu objek. Artinya penulis harus bisa menggambarkan tentang suatu objek secara rinci dan detail sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami dengan jelas oleh pembaca, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang pantai Karta, penulis harus merincikan secara detail tentang letak pantai Karta dan keadaan pantai yang ombaknya bergelombang sehingga membawa rasa segar dan nyaman. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca. Artinya penulis harus mampu menciptakan imajinasi
270
(3)
(4)
(5)
pembaca sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek tersebut secara keseluruhan, misalnya penulis ingin menggambarkan tentang sebuah pot bunga yang begitu indah dan pembaca diberi imajinasi mengenai tulisan itu. Deskripsi disampaikan dengan gaya yang memikat dan menggunakan pilihan kata yang menggugah. Artinya penulis harus mampu menggunakan pilihan kata yang tepat dalam tulisan deskripsi dan dapat menggugah perasaan pembaca, sehingga setelah membaca tulisan deskripsi tersebut maka imajinasi pembaca akan terpengaruh dan dapat menimbulkan perasaan tetentu, misalnya penulis ingin menggambarkan keindahan pantai, agar meninggalkan kesan kepada pembaca maka dapat digunakan kata-kata seperti “pemandangannya yang indah, udaranya yang sejuk, angin berhenbus sepoi-sepoi, dan ombak yang bergelombang silih berganti sehingga membuat pengunjung betah jika berada di sana. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, sehingga objeknya pada umumnya berupa benda, alam warna, dan manusia. Artinya deskripsi pada umumnya objek berupa suatu benda, alam, warna, dan manusia sehingga objek yang dilukiskan tersebut seolah-olah dapat didengar, dilihat, dan dirasakan oleh pembaca, misalnya suara penyanyi itu sangat bagus, pemandangan itu sangat indah, udara itu sangat sejuk. Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan susunan ruang. Hal itu biasanya ditandai dengan ungkapan-ungkapan di kiri, di kanan, di barat, di timur, di sini ,di sana, dan di situ. Contoh: Rumah warga di Pariaman di sana sini retak akibat gempa.
c. Jenis-jenis Deskripsi Menurut Semi (2003:42), jenis deskripsi dibagi atas dua yaitu deskripsi ekspositorik dan deskripsi artistik. Pertama, deskripsi ekspositorik (teknis) yaitu deskripsi yang bertujuan menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebagaimana adanya tanpa menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pambaca. Kedua, deskripsi artistik (sugestif) yaitu deskripsi yang mengarah kepada pemberian pengalaman kepada pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek yang disampaikan, dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui keterampilan penyampaian dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah perasaan. Selanjutnya, Marahimin (2010:46-47) membedakan dua macam bentuk deskripsi. Pertama, deskripsi ekspositori adalah yang sangat logis, yang isinya biasanya merupakan daftar rincian, semuanya, atau yang menurut penulisnya hal yang penting-penting saja, yang disusun menurut sistem dan urut-urutan logis obyek
271
yang diamati itu. Kedua, deskripsi impresionistis kadang-kadang dinamakan deskripsi stimulatif adalah untuk menggambarkan impresi penulisnya, atau untuk stimulasi pembacanya. d. Langkah-langkah Menulis Deskripsi Semi (2003:42-43) mengatakan bila bermaksud menulis tentang suatu tempat, alat, atau sesuatu yang pernah dilihat dengan menggunakan bentuk deskripsi, maka ikutilah petunjuk berikut ini. Pertama, pilih dan perhatikan objek dengan detail dan teliti. Pilihlah detail yang sangat baik untuk dipaparkan. Detail tersebut harus disusun secara sistematis. Jika anda mendeskripsikan tentang suatu tempat dimana anda berada sekarang, anda harus memahami terlebih dahulu objek yang dideskripsikan, setelah seluk beluk dipahami secara detail barulah dimulai menulis sebuah karangan deskripsi. Kedua, gunakanlah pilihan kata yang tepat, maksudnya gunakan ungkapan atau kata yang spesifik agar apa yang penulis amati dan rasakan dapat pula diamati dan dirasakan oleh pembaca. Pilihan kata dan kalimat dalam karangan deskripsi berupaya untuk menggerakkan saraf-saraf indra sehingga pembaca seakan-akan bisa berhadapan langsung dengan objek yang dilukiskan.
2. Contextual Teaching and Learning (CTL) a. Pengertian Menurut Johnson (2011:67), Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjeksubjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya mereka. CTL merupakan suatu pendekatan yang bersifat penerapan dan operasional, yaitu apa sesungguhnya yang terjadi di dalam kelas. b. Komponen Contextual Teaching and Learning (CTL) Rusman (2011:191) mengemukakan bahwa pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) memiliki tujuh komponen. Pertama, konstruktivisme (contructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) dalam CTL, yaitu bahwa
272
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas. Kedua, menemukan (inquiry) merupakan kegiatan inti dari CTL, melalui upaya menemukan akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (Rusman, 2011:194). Ketiga, bertanya (questioning) merupakan strategi utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Keempat, masyarakat belajar (learning community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain (Sanjaya, 2011:267). Kelima, pemodelan (modeling) adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa (Sanjaya, 2011:267). Artinya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Keenam, refleksi (reflection) adalah berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu, siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya (Rusman, 2011:197). Ketujuh, penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa (Sanjaya, 2011:269).
c. Karakteristik Pembelajaran CTL Sanjaya (2011:254) mengemukakan lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. Pertama, dalam CTL pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activiting knowledge). Kedua, pembelajaran yang kontekstual adalah belajar dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Ketiga, pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi untuk dipahami dan diyakini. Keempat, mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge), artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam
273
kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa. Kelima, melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. d. Komponen Pemodelan Kunandar (2007:291) mengatakan bahwa pemodelan artinya dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Pemodelan pada dasarnya membahasakan gagasan yang dipikirkan, mendemonstrasikan bagaimana guru menginginkan para siswanya untuk belajar, dan melakukan apa yang diinginkan guru agar siswa-siswanya melakukan. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa “contoh” tersebut dikatakan sebagai model (Kunandar, 2007:291). Trianto (2007:112) mengemukakan bahwa pembelajaran akan berhasil dengan baik apabila diberi contoh atau model dari guru. Guru bukan satu-satunya model, sebab model bisa didatangkan dari luar kelas atau siswa yang mempunyai keterampilan yang lebih bisa menjadi model. Selanjutnya, Muslich (2009:46) mengemukakan prinsip-prinsip komponen pemodelan (modeling) yang bisa diperhatikan guru ketika melaksanakan pembelajaran adalah sebagai berikut: (1) pengetahuan dan keterampilan diperoleh dengan mantap apabila ada model atau contoh yang bisa ditiru; (2) model atau contoh bisa diperoleh langsung dari yang berkompeten atau dari ahlinya; dan (3) model atau contoh bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, contoh hasil karya, atau model penampilan. Senada dengan pendapat tersebut, Sanjaya (2011:267) mengatakan modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Lebih lanjut, Sanjaya (2011:268) mengemukakan bahwa proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Modeling merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modeling siswa dapat terhindar dari pembelajaran yang teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
Contoh (model) karangan deskripsi terlampir
274
G. 1) Metode Pembelajaran Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan unjuk kerja 2) Teknik Pemodelan (contoh/model karangan deskripsi) H. Strategi Pembelajaran Tatap Muka
Terstruktur
Menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif
Contoh/ model karangan deskripsi
Mandiri Siswa menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati
I. Langkah-langkah Pembelajaran KEGIATAN
WAKTU
10 menit 1. Kegiatan Pendahuluan a) Guru masuk dengan mengucapkan salam, lalu mengecek kehadiran siswa. b) Apersepsi: Tanya jawab dengan siswa tentang pembelajaran deskripsi yang pernah diketahui. c) Motivasi: Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi: Siswa mengeksplorasi pengalamannya tentang karangan deskripsi yang pernah dibaca. b.
Elaborasi:
Kegiatan Inti Pertemuan Pertama 2 x 45 menit a) Guru memantapkan materi sesuai dengan indikator yang dinilai. b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila masih ada di antara siswa yang masih belum memahami tentang apa yang telah dijelaskan pada siklus I. c) Guru bersama siswa membahas karangan deskripsi yang ditulis pada siklus I sebagai contoh tambahan untuk menguatkan
70 menit
275
pemahaman siswa dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati. Kegiatan Inti Pertemuan Kedua 2 x 45 menit a) Guru meminta siswa mengemukakan kesulitan-kesulitan dan kemudahan-kemudahan dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan model yang telah diamati pada pertemuan sebelumnya lalu mendiskusikannya. b) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. c) Guru menampilkan atau menunjukkan bentuk model karangan deskripsi kepada masing-masing kelompok yang akan dipelajari siswa pada siklus II. d) Guru mengarahkan pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model. e) Setiap kelompok mempelajari atau mengamati bentuk model (bagian-bagian model yang berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi). f) Setiap kelompok berdiskusi dengan anggota kelompoknya dalam menemukan ciri-ciri deskripsi yang terdapat pada model yang telah dibagikan. g) Siswa menganalisis ciri-ciri karangan deskripsi yang terdapat pada contoh atau model tersebut dan dituliskan pada kertas. h) Guru dan siswa mendiskusikan model karangan deskripsi tersebut berdasarkan ciri-ciri deskripsi. i) Guru meminta siswa untuk menulis karangan deskripsi berdasarkan topik yang telah ditentukan atau dengan tema bebas, karangan deskripsi yang ditulis sesuai dengan realita yang ada. j) Siswa menentukan topik yang dipilihnya yang akan dikembangkan menjadi karangan deskripsi. k) Siswa mencoba mengembangkan topik tulisannya sesuai bentukbentuk model yang diberikan. Siswa dapat menulis karangan deskripsi dengan mengingat objek pemandangan yang pernah mereka kunjungi atau objek berupa benda dan manusia. l) Siswa menyampaikan hasil karangan deskripsi yang telah ditulisnya di depan kelas untuk ditanggapi oleh teman yang lain dan guru. m) Guru dan siswa lain menanggapi karangan deskripsi yang dibacakan oleh setiap siswa yang tampil berdasarkan ciri-ciri deskripsi. n) Guru mengumpulkan hasil kerja siswa.
276
Kegiatan Inti Pertemuan Ketiga 2 x 45 menit a) Guru bersama siswa membahas karangan deskripsi yang telah ditulis siswa pada pertemuan kedua silkus II dilihat dari ciri-ciri deskripsi, yaitu memperlihatkan detail atau perincian tentang objek, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan menggunakan susunan ruang dalam menulis deskripsi. b) Guru dan siswa mengadakan kegiatan pengukuhan terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan yang berkaitan dengan ciri-ciri deskripsi, yaitu memperlihatkan detail atau perincian tentang objek, memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi pembaca, disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang menggugah, memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, dan menggunakan susunan ruang dalam menulis deskripsi. c) Guru meminta siswa mengisi angket mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menulis karangan deskripsi melalui pendekatan kontekstual komponen pemodelan. d) Guru mengumpulkan angket yang telah diisi siswa untuk dianalisis. c. Konfirmasi: Siswa dan guru mengambil kesimpulan dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. 3. Penutup 1. Siswa bersama guru merangkum atau menyimpulkan materi pelajaran hari ini. 2. Guru menilai hasil kerja siswa.
K. Alat dan Sumber Belajar (a) Alat Chart Contoh (model) karangan deskripsi (b) Sumber
10 menit
277
Atmazaki. 2006. Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting. Padang: Yayasan Citra Budaya Indonesia. Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende: Nusa Indah. Kunandar. 2007. Guru Profesionalisme. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Marahimin, Ismail. 2010. Menulis Secara Pupuler. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya. Muslich, Masnur. 2009. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa Raya. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta: Prestasi Pustaka. L. Penilaian Hasil Belajar a. Jenis tagihan tes b. Bentuk instrumen unjuk kerja c. Instrumen: (2) Tulislah karangan deskripsi artistik (sugestif) dengan memilih salah satu di antara topik di bawah ini! Karangan yang ditulis sesuai dengan ciriciri deskripsi berdasarkan model yang telah diamati. Topik: 1. Keindahan Suasana di Pantai Gandoriah 2. Eksotisme Air Terjun di Lembah Anai 3. Wajah Nenekku 4. Kucingku 5. Pilihan sendiri (bebas) (3) Karangan yang ditulis minimal lima paragraf dan maksimal delapan paragraf (4) Waktu penulisan ± 25 menit.
278
Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi No.
Kriteria
Bobot
1.
Detail atau perincian tentang objek
5
2.
Memberi pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
5
3.
Disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
5
4.
Memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
5
Tingkat Kinerja 1
2
3
4
5
Terdapat hanya 1 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 1 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 2 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 2 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 3 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 3 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 4 memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat hanya 4 memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat 5 atau lebih memperlihatkan detail atau perincian tentang objek Terdapat 5 atau lebih memberikan pengaruh sensitivitas dan imajinasi kepada pembaca
Terdapat hanya 1 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat Terdapat hanya 1 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan
Terdapat hanya 2 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 3 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat
Terdapat hanya 2 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 3 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan
Terdapat hanya 4 disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat Terdapat hanya 4 memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan
Terdapat 5 atau lebih disampaikan dengan gaya yang memikat dan pilihan kata yang tepat Terdapat 5 atau lebih memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan
279
dirasakan 5.
Menggunak an susunan ruang
5
Jumlah
125
Terdapat hanya 1 mengguna kan susunan ruang
Terdapat hanya 2 menggunakan susunan ruang
Terdapat hanya 3 menggunakan susunan ruang
dirasakan
dirasakan
Terdapat hanya 4 mengguna kan susunan ruang
Terdapat 5 atau lebih mengguna kan susunan ruang
L.Kriteria Penilaian 1. Penilaian Kognitif (1) a. Jika menulis 1 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 5 b. Jika menulis 2 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 10 c. Jika menulis 3 detail atau perincian tentang objek, diberi bobot 15 d. Jika menulis 4 detail atau perincian tentan objek , diberi bobot 20 e. Jika menulis 5 atau lebih detai atau perincian tentang objek diberi bobot 25 (2) a. Jika memberikan 1 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 5 b. Jika memberikan 2 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 10 c. Jika memberikan 3 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 15 d. Jika memberikan 4 pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 20 e. Jika memberikan 5 atau lebih pengaruh sensitivitas dan imajinasi, diberi bobot 25 (3) a. Jika menyampaikan 1 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 5 b. Jika menyampaikan 2 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 10 c. Jika menyampaikan 3 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 15 d. Jika menyampaikan 4 pilihan kata yang tepat, diberi bobot 20 e. Jika menyampaikan 5 atau lebih pilihan kata yang tepat, diberi bobot 25 (4) a. Jika memaparkan 1 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 5 b. Jika memaparkan 2 sesuatu yang dapat didengar, dilihat,dan dirasakan, diberi bobot 10
280
c. Jika memaparkan 3 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 15 d. Jika memaparkan 4 sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 20 e. Jika memaparkan 5 atau lebih sesuatu yang dapat didengar, dilihat, dan dirasakan, diberi bobot 25 (5) a. Jika menggunakan 1 susunan ruang, diberi bobot 5 b. Jika menggunakan 2 susunan ruang, diberi bobot 10 c. Jika menggunakan 3 susunan ruang, diberi bobot 15 d. Jika menggunakan 4 susunan ruang, diberi bobot 20 e. Jika menggunakan 5 atau lebih susunan ruang, diberi bobot 25
2. Afektif dan Psikomotorik No. 1.
2.
3.
Kriteria Penilaian Kesungguhan/keseriusan Mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh dari awal sampai akhir pembelajaran Keseriusan kadang terganggu oleh aktivitas lain Tidak mengikuti kegiatan dengan serius
Nilai A B C
Keaktifan Terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran Mengikuti kegiatan pembelajaran Tidak mengikuti kegiatan pembelajaran
A B C
Kedisiplinan Menyelesaikan tugas sebelum waktu yang ditetapkan Menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan Tidak menyelesaikan tugas tepat waktu
A B C