PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BEJI KECAMATAN ANDONG KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI Oleh YULIANA ASTUTI NIM K7106049
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bahasa mempunyai peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis. Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. Seseorang belajar bahasa karena didorong oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Oleh karena itu sejak dini anak diajarkan dan diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar untuk dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi melalui bahasa baik secara lisan maupun tulis. Sasaran dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah siswa terampil dalam menggunakan bahasa (Subana dan Sunarti, 2009: 267). Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai tujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik mempunyai kemampuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis, (2) menghargai bahasa dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, (3) memahami bahasa Indonesia dan menggunakanya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, (4) menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosianal dan sosial, (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6) menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depdiknas, 2007: 6). Untuk dapat mengembangkan pembelajaran bahasa dan mencapai hasil yang maksimal guru harus dapat menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas dan hasil pembelajaran. Penggunaan tipe model pembelajaran yang tepat akan meningkatkan efektifitas dan kualitas dalam pembelajaran. Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa yang meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Membaca merupakan salah satu keterampilan reseptif yang memerlukan pemahaman dari pembaca. Membaca adalah salah satu komunikasi tulis yang tidak hanya sekedar melafalkan huruf atau lambang bunyi, tetapi juga memahami dan memberikan tanggapan terhadap apa yang telah dibacanya. Membaca merupakan keterkaitan antara aktivitas fisik dan mental. Secara fisik membaca memerlukan indera visual dan secara mental membaca memerlukan intensif dan daya ingat. Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa Indonesia (Syafi’ie dalam Hairuddin 2007: 3.23). Kemampuan membaca selalu ada dalam setiap tema pembelajaran. Hal tersebut membuktikan pentingnya penguasaan kemampuan membaca karena kemampuan membaca merupakan salah satu standar kemampuan bahasa dan sastra Indonesia yang harus dicapai pada semua jenjang, termasuk di jenjang Sekolah Dasar. Melalui kemampuan membaca tersebut diharapkan siswa mampu membaca dan memahami teks bacaan dengan ketepatan yang memadai. Kemampuan membaca menjadi dasar utama tidak saja bagi pengajaran bahasa sendiri, tetapi juga bagi pengajaran mata pelajaran lain. Kemampuan membaca bagi seorang siswa sangat penting karena merupakan salah satu dasar untuk memahami dan menambah pengetahuan mata pelajaran yang lain. Oleh karena itu anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Lerner dalam Mulyono 2003: 200). Burns dalam Farida Rahim (2008: 1) mengemukakan bahwa kemampuan membaca merupakan sesuatu yang sangat penting dalam suatu masyarakat terpelajar. Belajar membaca merupakan usaha yang terus-menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dengan demikian pembelajaran membaca mempunyai kedudukan yang strategis dalam pendidikan dan pengajaran. Meskipun tujuan akhir dari membaca adalah memahami isi bacaan, tujuan tersebut ternyata tidak semua siswa dapat mencapainya. Banyak anak yang dapat membaca dengan lancar tetapi tidak memahami isi bacaan tersebut (Mulyono 2003: 201). Membaca pemahaman merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa kelas V SD. Melalui kegiatan inilah siswa memperoleh berbagai informasi secara aktif reseptif. Dengan memiliki kemampuan membaca
pemahaman yang tinggi, siswa dapat memperoleh berbagai informasi dalam waktu yang relatif singkat. Di kelas V SD kemampuan membaca pemhaman siswa ditandai dengan kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan berdasrkan teks dan menceritakan kembali isi bacaan. Di SD Negeri Beji, kemampuan siswa kelas V dalam membaca khususnya membaca pemahaman masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, rendahnya kemampuan siswa dalam membaca ditandai dengan kurangnya siswa dalam memahami bacaan. Hal ini terlihat ketika siswa ditanya mengenai apa dan bagaimana cerita yang dibacanya siswa bingung dalam menjawab dan harus membaca kembali apa yang telah dibaca. Menurut pengamatan yang dilakukan guru dalam pembelajaran membaca hanya 40% dari jumlah siswa yang mampu menceritakan kembali cerita yang dibaca secara runtut, 40% yang mampu menyimpulkan isi bacaan dan hanya 25% yang mampu mengajukan pertanyaan dari bacaan tersebut. Sedangkan jika diberi tes pemahaman, dari siswa yang berjumlah 30 siswa hanya 16 siswa yang mendapatkan nilai diatas 60. Artinya baru 53% dari siswa yang menguasai bahan pembelajaran dan nilainya diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman disebabkan karena beberapa faktor baik itu faktor dari guru maupun siswa sendiri. Salah satu faktor penyebab rendahnya tingkat membaca pemahaman adalah metode yang digunakan guru masih konvensional. Dalam pembelajaran membaca pemahaman biasanya siswa diberikan bacaan yang kemudian disuruh membaca dalam hati dilanjutkan dengan menjawab pertanyaan–pertanyaan berkaitan dengan bacaan yang diberikan. Sehingga tidak jarang siswa menjadi bosan dan kurang memperhatikan. Apabila salah satu siswa diminta membaca, siswa lain banyak yang gaduh bermain sehingga apa yang dibaca siswa kurang disimak. Guru hanya menyuruh siswa membaca sendiri tanpa adanya pengamatan dari guru, dan guru terkadang tidak ikut membaca. Akibatnya siswa kurang bersungguh-sungguh ketika disuruh membaca sendiri bahkan ada juga siswa yang membacanya hanya sekilas saja. Salah satu tipe model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah model pembelajaran tipe Cooperative Integreted Reading
Composition (CIRC). Model pembelajaran tipe CIRC adalah model pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa. Rahim (2008: 35) mengatakan bahwa “pendekatan pembelajaran kooperatif yang lebih cocok dengan pembelajaran membaca ialah metode Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)”. Menurut Slavin (1995), tujuan utama CIRC khususnya dalam menggunakan tim kooperatif ialah membantu siswa belajar membaca pemahaman yang luas untuk kelas-kelas tinggi SD. Model pembelajaran tipe CIRC ini mengintegrasikan antara pembelajaran membaca dan menulis secara bersamaan, sehingga tepat dengan karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia yaitu terpadu. Selain itu model pembelajaran tipe CIRC ini bersifat kooperatif dimana dapat meningkatkan kerjasama antar siswa sehingga semua siswa diarahkan untuk bekerja dan waktu pembelajaran menjadi lebih efektif. Model pembelajaran tipe CIRC terdiri dari tiga unsur penting yaitu kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami bacaaan dan seni berbahasa menulis terpadu. Dalam model pembelajaran tipe CIRC siswa bekerjasama dalam kelompok untuk mencari ide pokok, pikiran utama dan hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan. Dalam model pembelajaran tipe CIRC ini salah satu siswa membacakan cerita untuk kelompok, kemudian mengerjakan tugas kelompok bersama-sama dan mempresentasikan hasilnya ke depan kelas.
Hasil penelitian tentang pembelajaran
struktur cerita mengidentifikasikan bahwa CIRC bisa meningkatkan hasil belajar siswa yang rendah dan meringkas unsur-unsur cerita dimana kedua kegiatan ini untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa (Rahim, 2008: 35). Sehingga model pembelajaran tipe CIRC sesuai untuk pembelajaran membaca pemahaman. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman peneliti merasa perlu mengadakan penelitian mengenai Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Melalui Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Pada Siswa Kelas V semester II SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/ 2010. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah yang diambil adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji ? 2. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V SD negeri Beji? 3. Hambatan apakah yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri Beji?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah: 1. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman melalui model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) siswa kelas V SD Negeri Beji. 2. Mendeskripsikan penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition ( CIRC) dalam pembelajaran membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji. 3. Mengatasi hambatan yang dihadapi dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada siswa kelas V SD Negeri Beji.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran mengenai perbaikan metode pembelajaran pada umumnya, dan penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada khususnya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan refleksi dan perbaikan bagi pengembangan dan peningkatan hasil pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Manfaat praktis
a. Bagi guru 1) Memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya. 2) Memberikan pengalaman langsung bagi guru khususnya peneliti yang terlibat dalam memperoleh pengalaman baru untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran bahasa indonesia. 3) Meningkatnya profesionalisme guru. b. Bagi siswa 1) Meningkatnya motivasi siswa dalam membaca pemahaman. 2) Meningkatnya keaktifan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. 3) Meningkatnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. c. Bagi Sekolah 1) Akan mendapatkan siswa yang berkualitas dan berprestasi dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga meningkatnya mutu siswa dan sekolah sesuai dengan tuntunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). 2) Meningkatnya kualitas pembelajaran yang dapat membawa nama baik sekolah
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakekat Kemampuan Membaca Pemahaman a. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus ia lakukan. Kemampuan adalah kecakapan atau potensi menguasai hal tertentu (Robbins dalam http:/jiunkpe/s1/eman/2008/). Robbins menjelaskan bahwa kemampuan terdiri atas kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Selain itu, Davis juga mengungkapkan bahwa kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality yaitu pengetahuan dan keterampilan (hhtp:/jiunkpe/s1/eman/2008/). Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam melakukan suatu hal tertentu.
b. Membaca 1) Pengertian membaca Membaca merupakan kegiatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena membaca tidak hanya untuk memperoleh informasi, tetapi berfungsi sebagai alat untuk memperluas pengetahuan bahasa seseorang. Membaca adalah “suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh informasi, yang ingin disampaikan penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis” (Tarigan, 1979: 7). Membaca adalah suatu alat komunikasi antara penulis dan pembaca tulisan. Membaca adalah proses aktif dari pikiran yang dilakukan melalui mata terhadap bacaan. Dalam kegiatan membaca, pembaca memproses informasi dari teks yang dibaca untuk memperoleh makna. Membaca adalah proses melisankan dan atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya (http://wyw1d.wordpress.com/). Membaca pada hakekatnya adalah ”suatu proses yang
dilakukan oleh pembaca untuk membangun makna dari suatu pesan yang disampaikan melalui tulisan” (http://tarjo2009.blogspot.com/). Dilain pihak, Gibbon dalam Tarigan (1993: 70-71) mendefinisikan membaca sebagai proses memperoleh makna dari cetakan. Kegiatan membaca bukan sekedar aktivitas yang bersifat pasif dan reseptif saja, melainkan mengehendaki pembaca untuk aktif berpikir. Untuk memperoleh makna dari teks, pembaca harus menyertakan latar belakang bidang pengetahuannya, topik, dan pemahaman terhadap sistem bahasa itu sendiri. Tanpa hal-hal tersebut selembar teks tidak berarti apa-apa bagi pembaca. Membaca pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang melibatkan berbagai hal. Membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan tetapi juga melibatkan aktivitas visual dan juga pikiran. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis atau huruf ke dalam kata-kata lisan. Sebagai proses berpikir, membaca mencakup aspek pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis dan pemahaman kreatif
(Rahim, 2008: 2). Hal senada juga
diungkapkan oleh Slamet (2008: 72) bahwa kegiatan membaca terkait dengan: (1) pengenalan huruf, (2) bunyi dan huruf, (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana. Sedangkan Klein dalam Rahim (2008: 3) mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup (1) membaca sebagai suatu proses, (2) membaca adalah strategis, dan (3) membaca merupakan interaktif. Membaca sebagai suatu proses adalah informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna. Rosenbalt dalam Cuero (2008) mengungkapkan bahwa: “how a reader responds to the text with use of a continumm. One end of the continuum consist of the efferent response where the “ meaning results from an abstracting-out and analytic structuring of the ideas, information, directions, conclusions to be retained, used, or acted after reading event. According to Rosenbalt, the efferent response to the text is predominately public due to the reader’s focus on the more literal and conventional aspects of meaning”. Pendapat diatas jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah: bagaimana seorang pembaca bereaksi terhadap teks dengan menggunakan suatu rangkaian. Suatu rangkaian tersebut terdiri dari menanggapi maksud/arti diakibatkan oleh suatu abstrak
luar dan struktur analitik yang menyangkut gagasan, informasi, arah, kesimpulan, menggunakan, atau bertindak setelah pembacaan peristiwa. Menurut Rosenbalt, tujuan menjawab teks secara umum mendominasi dalam kaitan dengan fokus pembaca pada aspek maksud/arti yang konvensional dan harfiah. Pressley (2000) mengatakan bahwa “Reading is often thought of as a hierarchy of skills, from processing of individual letters and their associated sounds to word recognition to text processing competencies” (www.readingonline.org). Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: membaca sering disebut sebagai keterampilan sesungguhnya dari seorang individu dalam memproses huruf dan bunyi yang dihubungkan ke dalam pengenalan kata dan kemampuan untuk memproses suatu teks. Membaca
merupakan
suatu
strategis
yaitu
pembaca
yang
efektif
menggunakan berbagai strategi untuk membaca yang sesuai dengan teks dan konteks dalam rangka membangun makna ketika membaca. Strategi atau metode ini bisa bervariasi tergantung dengan jenis teks dan tujuan membaca. Sedangkan membaca adalah interaktif yaitu keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks. Berdasarkan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa membaca adalah proses interaksi antara pembaca dengan teks bacaan. Pembaca berusaha memahami isi bacaan berdasarkan latar belakang pengetahuan dan kompetensi kebahasaannya. Dalam proses pemahaman bacaan tersebut, pembaca pada umumnya membuat ramalan-ramalan berdasarkan sistem semantik, sintaksis, grafologis, dan konteks situasi yang kemudian diperkuat atau ditolak sesuai dengan isi bacaan yang diperoleh.
2) Tujuan Membaca Seseorang melakukan aktivitas membaca pasti mempunyai tujuan atau alasan mengapa ia membaca. Secara garis besar kegiatan membaca mempunyai dua maksud utama, yaitu:
(1) tujuan behavioral, dan (2) tujuan ekspresif. Tujuan behavioral biasanya diarahkan pada kegiatan membaca untuk memahami makna kata, keterampilanketerampilan studi dan pemahaman. Sedangkan tujuan ekspresif terkandung dalam kegiatan-kegiatan membaca pengarahan diri sendiri, membaca penafsiran dan membaca kreatif ( Tarigan 1994: 3). Secara umum tujuan seseorang membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan seseorang membaca adalah: (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang (Nurhadi dalam http://wyw1d.wordpress.com/). Hal menarik juga diungkapkan oleh Nurhadi bahwa ”tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan”. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaanya. Sedangkan tujuan membaca menurut Rahim (2008: 11) adalah sebagai berikut: (1) kesenangan, (2) menyempurnakan bacaan nyaring, (3) menggunakan strategi tertentu, (4) memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik, (5) mengaitkan informasi unuk laporan lisan atau tertulis, (6) memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis, (7) mengkonfirmasikan atau menolak prediksi, (8) menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan (9) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik. 3) Aspek Membaca Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainya. Secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca yaitu: a) Keterampilan yang bersifat mekanis yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah. Aspek ini meliputi: (1) pengenalan bentuk huruf, (2) pengenalan unsur-unsur kebahasaan (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lainlain), (3) pengenalan hubungan/koresponden pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis), dan (4) kecepatan membaca bertaraf lambat. b) Keterampilan yang bersifat intensif yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi. Aspek ini mencakup: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal), (2) memahami signifikansi atau makna (maksud, tujuan pengarang, keadaan budaya, reaksi pembaca), (3) evaluasi dan penilaian (isi, bentuk), (4)
kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Tarigan 1979: 11). Selain aspek diatas, Burns dalam Rahim ( 2008: 11) mengemukakan bahwa proses membaca terdiri atas sembilan aspek yaitu: a) Aspek sensori Proses membaca dimulai dari sensori visual yang diperoleh dari huruf atau kata melalui indra penglihatan. Anak belajar membedakan secara visual di antara simbol-simbol grafis yang digunakan untuk mempresentasikan bahasa lisan. b) Aspek perseptual Aspek perseptual yang dimaksud adalah aktivitas mengenal suatu kata sampai pada makna berdasrkan pengalaman yang lalu. Pembaca satu dengan yang lain dalam memberikan persepsi suatu teks mungkin tidak sama. Meskipun membaca teks yang sama, mungkin mereka memberikan makna yang berbeda. c) Aspek urutan Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada satu halaman dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah. d) Aspek pengalaman Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Seseorang yang mempunyai pengalaman banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosakata. e) Aspek pikiran Membaca merupakan proses berfikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya melalui proses asosiasi. Kemudian membuat simpulan dengan menghubungkan isi yang terdapat dalam materi bacaan. Oleh karena itu ia harus berfikir logis, sistematis dan kreatif. f) Aspek pembelajaran Untuk meningkatkan kemampuan membaca, guru dapat membimbing siswa melalui
pembelajaran
dengan
memberikan
pertanyaan-pertanyaan
memungkinkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berfikirnya.
yang
g) Aspek asosiasi Aspek asosiasi dalam membaca adalah mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi bahasa dan makna. Tanpa adanya kedua kemampuan asosiasi tersebut siswa tidak mungkin dapat memahami suatu teks yang ia baca. h) Aspek sikap Aspek sikap merupakan kegiatan membaca yang berkenaan dengn kegiatan memusatkan perhatian, membangkitkan kegemaran membaca, dan menumbuhkan motivasi ketika sedang membaca. i) Aspek gagasan Aspek pemberian gagasan dapat dimulai dengan penggunaan sensori dan perseptual deng latar belakang pengalaman dan tanggapn afektif serta membangun makna teks yang dibaca secara pribadi.
4) Kemampuan Membaca Kemampuan membaca adalah kemampuan seseorang dalam menemukan informasi dari setiap bacaan. Kemampuan membaca merupakan proses kognitif. Meskipun pada taraf penerimaan lambang-lambang tulisan diperlukan kemampuan gerakan mata, kebanyakan kegiatan dalam membaca adalah kegitan pikiran dan penalaran. Tampubolon ( 2008: 7) menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah pemahaman isi secara keseluruhan. Kathleen Kitao dan Kenji Kitao mengemukakan tentang kemampuankemampuan yang berhubungan dengan kegiatan membaca sebagai berikut: (1) menghubungkan simbol-simbol grafis dengan bunyi dan kata, (2) memahami hubungan antara penggalan informasi dalam sebuah kalimat, termasuk elemen dari struktur kalimat, negasi atau yang tersirat, (3) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari akar kata dan imbuhannya, (4) menarik kesimpulan dari makna kata-kata dari konteksnya, (5) memahami preposisi, (6) memahami hubungan antar bagian teks, yang ditandai dengan sejumlah istilah, seperti istilah leksikal (sinonim, pengulangan, d1l) referensi anaphora (kata ganti orang) dan kata sambung, (7) memahami hubungan temporal danan spatial (8) memahami hubungan-hubungan seperti sebab-akibat; generalisasi dan contoh; persamaan; perbandingan; dan opini dan dukungan, (9) mengantisipasi apa yang akan terjadi, (10) mengidentifikasi pikiran utama dan pikiran-pikiran pendukung, (11) memahami gaya bahasa dan alegori, (12) memahami kesimpulan, (13) skimming (memahami keseluruhan ide dari sebuah wacana),
(14) scanning (mencari informasi tertentu), (15) membaca kritis, dan (17) Menerapkan berbagai macam strategi membaca sesuai dengan jenis wacana dan tujuan membaca.( http://nengwika.wordpress.com) Nurhadi mengemukakan kemampuan yang berhubungan dengan membaca sebagai berikut: (1) kemampuan menafsirkan ide pokok paragraf, (2) kemampuan menafsirkan gagasan utama gagasan, (3) kemampuan menafsirkan ide penunjang, (4) kemampuan membedakan fakta-fakta atau detail bacaan, (5) kemampuan memahamai secar kritis hubungan sebab akibat, (6) kemampuan memahami secara kritis unsurunsur perbandingan (http://nengwika.wordpress.com).
5) Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Kemampuan membaca setiap orang tidaklah sama. Kemampuan membaca tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: a) Kompetensi kebahasaan, yaitu hal-hal yang diketahui oleh pembaca tentang bahasa yan digunakan penulis. Meliputi tata bahasa, kosakata, ejaan, dan tanda baca. b) Kemampuan mata adalah keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Gerakan yang dimaksud adalah jangkauan penglihatan, jangkauan pemahaman. c) Penentuan informasi fokus. Menentukan lebih dahulu informasi yang akan diperoleh dari bacaan sebelum memulai membaca umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca. d) Teknik dan metode membaca, yaitu cara yang digunakan untuk menemukan informasi dari bacaan dengan efektif dan efisien. e) Fleksibilitas membaca, yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca (teknik, metode, dan gaya membaca) dengan kondisi baca. f) Kebiasaan membaca, kebiasaan membaca yang dimaksud adalah minat dan keterampilan membaca yang baik dan efisien ( Tampubolon, 2008: 241-243). Selain faktor diatas, menurut Lamb dan Arnold dalam Rahim (2008: 16) faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca adalah sebagai berikut: a) Faktor fisiologis Faktor fisiologis mencakup kesehatan fisik, perkembangan neurologis dan alat kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran dan alat penglihatan bisa
memperlambat kemajuan belajar membaca anak. Kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untu belajar membaca. b) Faktor intelektual Rubin dalam Rahim (2008: 17) mengemukakan bahwa banyak hasil penelitian yang memperlihatkan tidak semua siswa yang mempunyai kemampuan intelegensi tinggi menjadi pembaca yang baik. Secara umum, intelegensi anak tidak dapat dijadikan satu-satunya ukuran keberhasilan membaca. Masih ada faktor yang lain seperti cara mengajar guru, prosedur dan kemampuan guru sendiri. c) Faktor lingkungan Faktor lingkungan mencakup latar belakang pengalaman siswa dirumah dan faktor sosial ekonomi keluarga siswa. d) Faktor psikologi Faktor lain yang juga mempengaruhi kemampuan membaca anak adalah faktor psikologis. Faktor psikologis ini mencakup (1) motivasi, (2) minat, dan (3) kematangan sosial, emosi dan penyesuaian diri.
6) Jenis - jenis Membaca Ada beberapa jenis membaca, menurut tataranya kegiatan membaca terutama di Sekolah Dasar dapat dibagi dua, yaitu: a). Membaca permulaan Membaca permulaan biasa dilakukan di kelas satu dan 2
SD yang
mempertimbangkan atau mementingkan kelancaran. b). Membaca lanjut Membaca lanjut ini dilaksanakan mulai dari kelas tiga sampai dengan perguruan tinggi. Dalam membaca lanjut yang dipentingkan bukan hanya kelancaran tetapi juga pemahaman dan penerapan dalam praktek sehari-hari sesuai dengan situasi dan kondisi ( Suyatmi, 1996: 39). Sedangkan Tarigan (1979: 12) mengklasifikasikan jenis-jenis membaca sebagai berikut: a). Membaca nyaring
Membaca nyaring adalah membaca dengn menggunakan suara sehingga orang lain bisa mendengar apa yang kita baca. b). Membaca dalam hati (1) Membaca ekstensif Membaca ekstensif terdiri atas membaca survei, membaca sekilas dan membaca dangkal. (2) Membaca Intensif (a) Membaca telaah isi Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis dan membaca ide-ide. (b) Membaca telaah bahasa Membaca telaah bahasa terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra. Menurut tujuanya, membaca dibagi menjadi tujuh yaitu: a). Membaca intensif adalah salah satu jenis membaca yang dilakukan dengan hati-hati dan teliti dengan titik berat untuk memahami isi keseluruhan bacaan sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. b). Membaca kritis adalah perbuatan membaca untuk menggali fakta yang dituangkan dalam bacaan dan memberikan penilaian terhadap fakta itu. c). Membaca cepat adalah salah satu jenis membaca yang menitik beratkan pada kecepatan menangkap gagasan pokok bacaan dengan tepat dalam waktu yang relatif singkat. d). Membaca indah adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada penggunaan segi keindahan yang terdapat dalam suatu karya sastra. e). Membaca teknik adalah salah satu jenis membaca yang menitikberatkan pada keterampila dan ketepatan melafalkan fonem, kata, melagukan kalimat, pemenggalan kata dan kalimat. Dengan kata lain membaca kalimat dengan lancar dan tepat tanpa adanya cacat baca. f). Membaca untuk keperluan praktis adalah salah satu jenis membaca dengan tujuan untuk memahami hal-hal praktis dalam kehidupan sehari-hari secra cepat dan tepat. g). Membaca untuk keperluan studi adalah salah satu jenis membaca yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu guna menambah pengetahuan (Suyatmi, 1996: 58) c. Membaca Pemahaman 1) Pengertian Membaca Pemahaman Membaca pemahaman adalah memahami secara langsung apa yang ada dalam teks bacaan tersebut dan memahami informasi yang tidak secara langsung dalam teks (http: one.indoskripsi.com/). Membaca pemahaman adalah proses pemikiran yang kompleks untuk membangun sejumlah pengetahuan. Yant Mujiyanto dalam Siti
Khuzaimatun (2009: 11) mengatakan bahwa membaca pemahaman adalah membaca yang dilakukan untuk memperoleh pemahaman ide-ide naskah dari ide pokok sampai ke ide-ide penjelas dan dari hal-hal yang global sampai ke hal-hal yang rinci. Tarigan (1994: 9), menyebutkan bahwa kegiatan membaca ialah memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. Seseorang yang melakukan kegiatan membaca pemahaman harus menguasai bahasa serta tulisan agar memahami isi bacaan tersebut. Membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat (http://wyw1d.wordpress.com/) Pemahaman atau komprehensi merupakan kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail yang penting, dan seluruh pengertian. Girgin (2006) mengatakan bahwa: “Reading comprehension is the process of combining the cue systems of the language, namely, syntax, semantics, pragmatics and graphophnonics with the prior knowledge and experiences. If readers have a purpose to read and if the material interests them, they involve their background knowledge in the process, too, which facilitates reading comprehension”.
Menurut pendapat Girgin diatas membaca pemahaman adalah suatu proses yang mengkombinasikan isyarat atau sistem bahasa yang meliputi sintaksis, semantik dan grafem serta pengalaman sebelumnya. Jika seseorang pembaca mempunyai tujuan dan melibatkan pengetahuan yang telah mereka miliki maka seseorang tersebut akan lebih mudah dalam membaca pemahaman. Pemahaman merupakan hal yang penting dalam membaca karena dengan pemahaman kita dapat mengetahui informasi dari bacaan secara keseluruhan. Pemahaman sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca. Pembaca yang mempunyai pengetahuan yang dan penglaman yang lebih luas berpeluang lebih besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep daripada yang lainya ( Burns dalam Slamet, 2008: 72). Selanjutnya keterampilan membaca pun dapat meningkat. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kemampuan membaca untuk memahami isi atau informasi dari suatu bacaan dengan tepat.
2) Tujuan Membaca Pemahaman Tujuan yang ingin dicapai melalui membaca pemahaman, yaitu: a) mengenal ide pokok suatu bacaan, b) mengenal detail atau bagian yang penting, c) meramalkan
hasil, d) mengikuti petunjuk, e) mengenal organisasi dari karangan, dan f) membaca kritis (http://one.indoskripsi.com/). Tujuan membaca pemahaman juga dipaparkan oleh Tarigan (1993: 37) yaitu: a) menemukan ide pokok, b) memilih butir-butir penting, c) mengikuti petunjuk-petunjuk, d) menentukan organisasi bahan bacaan, e) menemukan citra visual dan citra lainya, f) menarik simpulan, g) menduga makna dan merangkaikan dampaknya, h) menyusun rangkuman, dan i) membedakan fakta dari pendapat. Sedangkan tujuan dari pengajaran membaca pemahaman adalah: (1) siswa dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai isi wacana yang diberikan, (2) siswa dapat meringkas isi wacana berdasrkan paragraf yang ada, (3) siswa dapat meringkas isi keseluruhan paragraf di dalam wacana tersebut, dan (4) siswa dapat mengungkapkan kembali isi wacana dengan kata-kata sendiri secara sistematis dan tepat (Suyatmi, 1996: 68). Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan membaca pemahaman adalah membaca secara detail dengan menekankan pada pengenalan ide pokok, pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana. Selain itu siswa juga diharapkan dapat menceritakan kembali apa yang telah dibaca serta menjawab pertanyaan berkaitan dengan isi bacaan.
3) Tingkat Membaca Pemahaman Membaca pemahaman
menurut Hairuddin dkk, (2008) terdiri dari empat
tingkatan yaitu: a) Pemahaman Literal Pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebutkan penulis dalam teks bacaan. Pemahaman ini diperoleh dengan memahami arti kata, kalimat dan paragraf dalam konteks bacaan itu seperti apa adanya. Dalam pemahaman literal ini yang terjadi hanya mengenal dengan mengingat apa yang tertulis dalam bacaan. Untuk membangun pemahaman literal, pembaca dapat menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, bagaimana, mengapa. b) Pemahaman Interpretatif Membaca interpretatif merupakan kegiatan membaca yang berusaha memahami apa yang dimaksudkan oleh penulis dalam teks bacaan. Kegiatan ini lebih dalam lagi
bila dibandingkan dengan membaca literal karena dalam membaca literal pembaca hanya mengenal apa yang tersurat saja, tetapi dalam membaca interpretatif, pembaca ingin juga mengetahui apa yang disampaikan penulis secara tersirat. Menurut Syafi’ie (1999: 36) pemahaman interpretatif harus didahului pemahaman literal yang aktivitasnya berupa: menarik kesimpulan, membuat generalisasi, memahami
hubungan
sebab-akibat,
membuat
perbandingan-perbandingan,
menemukan hubungan baru antara fakta-fakta yang disebutkan dalam bacaan. c) Pemahaman Kritis Membaca kritis merupakan membaca yang bertujuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu teks bacaan dengan jalan melibatkan diri sebaik-baiknya ke dalam teks bacaan itu. d) Pemahaman Kreatif Membaca kreatif merupakan tingkatan membaca pemahaman pada level yang paling tinggi. Pembaca dalam level ini harus berpikir kritis dan harus menggunakan imajinasinya. Dalam membaca kreatif, pembaca memanfaatkan hasil membacanya untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan emosionalnya. Kemampuan itu akan bisa memperkaya pengetahuan-pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan ketajaman daya nalarnya sehingga pembaca bisa menghasilkan gagasan-gagasan baru. Berdasarkan kajian diatas, membaca pemahaman pada penelitian ini menekankan pada pemahaman literal yaitu pemahaman terhadap apa yang dikatakan atau disebut penulis dalam teks bacaan.
4) Prinsip-prinsip Membaca Pemahaman Menurut McLaughlin dan Allen (2002) dalam Farida Rahim (2008: 3) mengemukakan prinsip-prinsip membaca pemahaman adalah: a) Pemahaman merupakan proses konstruktivis sosial. Anak-anak terus membangun makna baru pada dasar pengetahuan sebelumnya yang mereka miliki untuk proses komunikasi (Cox dalam Rahim, 2008: 4). Maksud dari konsep ini adalah belajar terjadi apabila informasi baru diintregasikan dengan apa yang telah diketahui sebelumnya. Seorang anak yang mempunyai lebih banyak pengalaman suatu topik tertentu akan lebih mudah untuk mamahami dan mempelajari apa yang dibacanya.
b) Keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. Keseimbangan kemahiraksaraan memberikan kedudukan yang sama antara membaca dan menulis. Selain itu juga mengenal dimensi afektif dan kognitif berkaitan dengan tulisan. c)
Guru membaca yang profesional (unggul) mempengaruhi belajar siswa. Peranan guru dalam proses membaca siswa diantaranya adalah menciptakan pengalamn yang memperkenalkan dan memperluas kemmapuan siswa dalam memahami suatu teks. Sehingga guru harus melaksanakan pembelajaran langsung, memodelkan, membantu, memfasilitasi, dan mengikutsertakan dalam belajar.
d) Pembaca yang baik memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam proses membaca. Siswa belajar pentingnya membaca, menulis dan berpikir kritis untuk keefektifan belajar mandiri. Pembaca yang baik adalah pembaca yang berpartisipasi aktif dalam proses membaca. Mereka mempunyai tujuan dan menggunkan strategi tertentu untuk mempermudah membangun makna. e)
Membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Siswa perlu mengenal teks dengan tingkat kesukaran yang berbeda. Guru harus memberikan dukungan yang penuh sesuai dengan tingkat kesukaran membaca tersebut tergantung pada tujuan dan setting pengajaran.
f) Siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas. Siswa perlu membaca teks dari tingkat yang berbeda. Apabila tingkat teks akan digunakan, guru hendaknya memberikan bantuan untuk memperluas dan meningkatkan kemampuan siswa. g) Perkembangan kosakata dan pembelajaran mempengaruhi pemahaman membaca. Kosakata yang dimilki siswa mempengaruhi tingkat pemahaman membaca. Pengajaran membaca bagi siswa sebaiknya bermakna bagi siswa, mencakup makna kata dari bacaan dan menetukan suatu strategi untuk menentukan makna kata yang belum diketahui oleh siswa. h) Pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. Keterlibatan pembaca berinteraksi dengan cetakan membangun pemahaman berdasarkan pada hubungan antara pengetahuan sebelumnya dengan inforamsi yang baru diterima.
i) Strategi dan keterampilan membaca bisa diajarkan. Siswa yang mengalami strategi pemahaman langsung dapat meningkatkan pemahaman teks tentang topik yang baru. Mengaitkan antara keterampilan atau kemampuan dan strategi bisa membuat siswa lebih mudah memahami pemahaman. j) Asesmen yang dinamis menginformasikan pembelajaran membaca pemahaman. Menilai kemampuan dan kemajuan siswa sangat penting karena memungkinkan guru untuk menemukan kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran. Selain itu dapat digunkan untuk merencanakan pengajaran yang tepat dan mengevaluasi keefektifan strategi mengajar.
5) Aspek Membaca Pemahaman Dalam membaca ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Sejumlah aspek dalam membaca pemahaman menurut Kamidjan (1996), adalah: (a) mempunyai kosakata yang banyak, (b) mempunyai kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat dan wacana, (c) memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang, (d) memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian, (e) memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (http: wyw1d.wordpress.com).
6) Tahapan Membaca Pemahaman Dalam kegiatan membaca pemahaman meliputi beberapa tahapan, yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) memilih bahan, (3) menentukan cara penyajian (mengajarkan), (4)
menentukan
hal-hal
yang
akan
dilatih
(tema),
dan
(5)
evaluasi
(http://one.indoskripsi.com/). Penentuan tujuan dari membaca pemahaman akan membuat aktivitas membaca menjadi lebih terarah. Apakah tujuan yang ingin dicapai mencari hiburan, untuk keperluan studi atau yang lain. Bahan bacaan hendaknya disesuaikan dengan tujuan membaca. Cara penyajian atau pengajaran dalam membaca pemahaman dapat menentukan seseorang dalam memahami isi bacaan. Kemudian ditentukan apa yang akan dicari dari bacaan tersebut, hal ini akan mempermudah dalam memahami bacaan. Tahap yang terakhir adalah evaluasi, evaluasi ini digunkan untuk mengetahui sejauh mana pembaca memahami apa yang telah dibaca.
d. Kemampuan Membaca Pemahaman Berdasarkan kajian tersebut diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kesanggupan seseorang untuk menangkap informasi atau ide-ide yang disampaikan oleh penulis melalui bacaan sehingga ia dapat menginterpretasikan ide-ide yang ditemukan, baik makna yang tersirat maupun tersurat dari teks tersebut. Kemampuan siswa dalam kemampuan membaca pemahaman ditandai dengan: (1) kemampuan siswa dalam menangkap isi wacana baik tersirat maupun tersurat, (2) kemampuan menceritakan kembali isi wacana dengan bahasa atau kata-kata sendiri, (3) kemampuan menemukan pokok pikiran setiap paragraf, (4) kemampuan menemukan ide atau pengertian pokok wacana.
2. Hakekat Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) a. Model Pembelajaran 1) Pengertian Model Pembelajaran Menurut Winataputra dalam Sugiyanto (2008: 7) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan suatu pengalaman belajar untuk mencapai tujuan dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan pengajar dalam membuat rencana dan melakukan kegiatan pembelajaran. Joyce (Isjoni, 2009: 50) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pola atau pedoman dalam merencanakan pembelajaran dalam tutorial dan dalam menentukan suatu perangkat termasuk buku-buku, film, komputer, kurikulum. Toeti Sukamto dan Udin Saripudin (Anton Sukarno, 2006:144) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dalam mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar, dan pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau prosedur yang sistematis yang dapat digunakan
sebagai
panduan
dalam
merencanakan
pembelajaran
dengan
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu.
2) Ciri-ciri Model Pembelajaran Kardi dan Nur (Arief grahadi Jayantio, 2009: 10) menyatakan bahwa modelmodel pembelajaran mempunyai ciri-ciri khusus, antara lain: (a) Rasional teoritik logis yang disusun oleh para pengembangnya. (b) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. (c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat diterapkan dengan sukses. (d) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
3) Hal Yang Diperhatikan Dalam Memilih Model Pembelajaran Sugiyanto (2008: 8) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih model pembelajaran yaitu: 1) tujuan pembelajaran 2) sifat bahan 3) kondisi siswa 4) ketersediaan sarana prasarana belajar. Killen (2008: 8) menjelaskan ada beberapa prinsip dalam memilih strategi pembelajaran
yakni: berorientasi pada tujuan, mendorong aktivitas siswa,
memperhatikan aspek individual siswa, mendorong proses interaksi, menantang siswa dalam berpikir, menimbulkan inspirasi untuk berbuat dan menguji, menimbulkan proses belajar yang menyenangkan, dan memberikan motivasi siswa dalam belajar.
4) Macam-macam Model Pembelajaran Joice dan Weil (Anton Sukarno, 2007: 145) membagi model pembelajaran dalam empat orientasi yaitu: orientasi informasi, orientasi interaksi sosial, orientasi pribadi, dan orientasi modifikasi tingkah laku. Sedangkan Sugiyanto (2008: 7) menjelaskan bahwa ada beberapa model atau strategi pembelajaran dalam mengoptimalkan hasil belajar siswa antara lain:
(a) Model pembelajaran kontekstual Merupakan
konsep
pembelajaran
yang
mendorong
guru
untuk
menghubungkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-harinya. (b) Model pembelajaran kooperatif Model kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran yang berfokus pada
penggunaan
kelompok
kecil
siswa
untuk
bekerja
sama
dalam
memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan. (c) Model pembelajaran kuantum Model ini merupakan ramuan dari berbagai teori pandangan psikologi kognitif dan pemrograman neurologi yang mengandung konsep-konsep teori otak kiri/kanan, teori otak truine pilihan modalitas, teori kecerdasan ganda, pendidikan holistik, belajar berdasarkan
pengalaman,
belajar dengan
simbol, dan
simulasi/permainan. (d) Model pembelajaran terpadu Model pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, menemukan konsep serta prinsip secara holistik dengan memadukan beberapa pokok bahasan. (e) Model pembelajaran berbasis masalah Model pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran berbasis masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa belajar untuk berpikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri.
b. Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mengintregasikan antara pengajaran membaca dan menulis. Tujuan utama dari penggunaan model pembelajaran tipe CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas (Slavin, 2008: 203).
CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif, dalam kelompok 2-6 orang. Sintaksnya adalah membentuk kelompok, guru memberikan wacana bahan bacaan sesuai dengan materi bahan ajar, siswa bekerja sama (membaca bergantian, menemukan kata kunci, memberikan tanggapan) terhadap wacana kemudian menuliskan hasil kolaboratifnya, presentasi hasil diskusi kelompok, dan yang terakhir adalah refleksi dari pembelajaran (http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html). “Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) is a comprehensive program for teaching reading and writing/language arts. It has three principle elements: story-related activities, direct instruction in reading comprehension, and integrated language arts/writing. In CIRC, teachers use anthologies basal readers and/or novels, much as they would in traditional reading programs. Students are assigned to teams composed of pairs of students from the same or different reading groups. Students work in pairs on a series of cognitively engaging activities, including reading to each other; predicting how stories will end; summarizing stories to each other; writing responses to stories; and practicing spelling, decoding, and vocabulary. Students work in teams to understand the main idea and master other comprehension skills. During language arts periods, students also write drafts, revise and edit one another's work, and prepare to "publish" their writing” (http://www.ed.gov/pubs). Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu program menyeluruh untuk pengajaran membaca dan seni seni menulis. CIRC mempunyai tiga elemen penting yaitu: aktivitas terkait dengan cerita, mengarahkan instruksi dalam pengertian pembacaan, dan mengintegrasikan bahasa secara tertulis. Di dalam
CIRC, para guru menggunakan
kumpulan puisi roman atau cerita, seperti/ketika mereka di dalam program pembacaan tradisional. Para siswa ditugaskan ke regu yang terdiri atas para siswa dari kelompok pembacaan berbeda atau yang sama. Para siswa bekerja berpasangan pada satu rangkaian secara teori melibatkan aktivitas, termasuk membacakan untuk satu sama lain, penggambaran kesimpulan bagaimana cerita akan berakhir, peringkasan cerita ke satu sama lain, penulisan menjawab cerita, dan praktek mengeja, memecahkan kode, dan kosakata. Para siswa bekerja di dalam regu untuk memahami gagasan yang utama dan ketrampilan pemahaman yang lain. Selama periode seni bahasa, para siswa juga menulis rancangan, meninjau kembali dan mengedit pekerjaan satu sama lain, dan bersiap-siap untuk " menerbitkan" apa yang mereka mereka tulis.
Pengembangan model pembelajaran tipe CIRC dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan membaca, menulis dan pembelajaran
sastra tradisional. Prinsip
pengembangan model pembelajaran tipe CIRC didasarkan pada beberapa alasan yaitu: 1) Tindak lanjut. Salah satu fokus utama aktivitas CIRC menentukan isi cerita adalah membuat agar lebih efektif melalui waktu tindak lanjut. Siswa akan termotivasi bekerja dengan yang lain dengan menggunakan kooperatif reward dimana mereka mendapat sertifikat atau mereka saling mengenal anggota kelompoknya. 2) Membaca oral. Salah satu tujuan program CIRC adalah untuk meningkatkan keuntungan siswa membaca dengan suara keras dan mendapat umpan balik dari kegiatan membacanya dalam kelompok dan dari latihan merespon satu sama lain dalam membaca. 3) Keterampilan membaca komprehensif. Tujuan utama CIRC adalah menggunakan kelompok koperatif untuk membantu siswa untuk mengaplikasikan lebih luas keterampilan membaca komprehensif. Dalam tindak lanjut, siswa bekerja secara berpasangan untuk mengidentifikasi lima kritikan setiap teks cerita: karakter, seting, masalah, solusi awal dan solusi akhir. Salah satu fokus dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif. Para siswa yang bekerja di dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan
dalam bidang lain seperti
pemahaman membaca, kosakata, dan membuat kesimpulan. CIRC terdiri dari 3 prinsip elemen yaitu: aktivitas mencari hubungan dasar, pembelajaran langsung dalam membaca komprehensif serta bahasa sastra dan menulis terpadu. Sonia Casal menyatakan bahwa “Key features of CIRC are heteregenous groups with
different
reading
to
each
other,
predicting,
spelling
and
vocabulary“(http://gretajournal.com/wordpress/wp). Apabila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia ialah: kunci utama CIRC adalah kelompok dengan golongan yang heterogen yang saling membacakan satu sama lain, meramalkan, mengeja dan kosa kata. Slavin (2010: 31) menyatakan bahwa: “All but one of the cooperative learning studies evaluated Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC), which involves students in well-structured
cooperative groups within they help each other master and aply metacognitive learning strategis. CIRC was the basic for middle school reading programs called Student Team Reading and The Reading Edge”. Menurut pendapat Slavin diatas salah satu dari evaluasi pembelajaran kooperatif adalah Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang melibatkan para siswa dalam susunan yang baik, yang mana mereka saling membantu satu sama lain dan menerapakan strategi pembelajaran metakognitif. CIRC adalah adalah dasar untuk program membaca sekolah tingkat menengah yang disebut dengan Kelompok Membaca Siswa dan Membaca Tepi. Komponen utama CIRC menurut Slavin (2008: 205) terdiri dari: 1) Kelompok membaca. Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggotakan 2 - 4 orang siswa sesuai dengan tingkat kemampuan membacanya. 2) Tim. Siswa disusun berpasangan (atau berempat) di dalam kelompok, kemudian saling berinteraksi dengan kelompok serta saling membantu antara kelompok tinggi dan kelompok rendah. 3) Kegiatan yang berhubungan dengan cerita. Dalam hal ini siswa menggunakan novel. Urutan aktivitas ini meliputi: partner reading (saling koreksi), tata bahasa cerita dan menulis hubungan cerita, mencari kata-kata sulit, makna kata, rangkuman cerita dan pengejaan. 4) Pemeriksaan tugas bersama teman sejawat. 5) Tes. Setelah akhir kegiatan siswa diberi tes pemahaman terhadap cerita yang telah dibaca. Pada tes ini siswa bekerja secara individu. 6) Pembelajaran langsung di dalam membaca komprehensif. 7) Seni berbahasa dan menulis terintregasi. Setelah membaca siswa dapat menuangkanya ke dalam bentuk tulisan. 8) Membaca mandiri dan buku laporan. Para siswa diminta membaca buku di rumah dan keesokan harinya membuat laporan tentang apa yang dibacanya. Membaca mandiri dan buku laporan ini sebagai salah satu pengaganti pekerjaan rumah. Kegiatan model pembelajaran tipe CIRC tidak berbeda dengan kegiatan belajar model pembelajaran kooperatif sebelumnya, seperti tahap-tahap pembelajaran yang
terdapat pada model Investigasi Kelompok. Tahap pembelajaranya adalah sebagai berikut: Tahap 1: Mengidentifikasi Topik dan Mengorganisasikan ke dalam masing-masing kelompok kerja. Siswa
membaca
cepat
berbagai
sumber,
mengajukan
topik
dan
mengkategorikan saran-saran. Siswa bergabung dalam kelompok yang sedang mempelajari topik yang mereka pilih. Komposisi kelompok didasarkan pada minat dan bersifat heterogen. Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi organisasi. Tahap 2: Merencanakan Kegiatan Kelompok Siswa membuat perencanaan bersama: Apa yang akan kita kaji? Bagaimana kita mengkaji? Siapa yang melakukannya? (pembagian kerja) dan Apa tujuan atau maksud kita menyelidiki topik ini? Tahap 3: Melaksanakan Pembelajaran Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data-data dan mencapai kesimpulan. Masing-masing anggota kelompok berkontribusi terhadap usaha kelompok. Siswa saling menukarkan, mendiskusikan, menjelaskan dan mensistesiskan gagasan-gagasan. Tahap 4: Mempersiapkan Laporan Akhir Para anggota kelompok menentukan hal-hal yang sangat penting dari pesan pembelajaran yang telah dipelajari. Para anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka. Para
wakil
kelompok
membentuk
steering
committee
untuk
mengkoordinasikan rencana-rancana untuk presentasi. Tahap 5: Menyajikan Laporan Akhir Presentasi dilakukan terhadap seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk. Presentasi harus melibatkan khalayak(audience) secara aktif. Khalayak mengevaluasi kejelasan dan daya tarik presentasi menurut kriteriakriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh kelas. Tahap 6: Evaluasi
Siswa saling tukar umpan balik tentang topik, tentang hasil bacaan, dan tentang pengalaman-pengalaman afektif mereka tentang bacaan tersebut. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam penilaian siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes dan kemudian masing-masing mengerjakan tes sendiri dan menilai nilai pribadi ( Lie, 2010: 88). Sedangkan menurut Agus Supriyono (2009: 45) langkah pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah sebagai berikut: 1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen 2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai dengan topik pembelajaran 3) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/ kliping dan ditulis pada lembar kertas 4) Mempresentasikan / membacakan hasil kelompok 5) Guru membuat kesimpulan bersama 6) Penutup
c.Langkah-langkah Penggunaan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dalam Membaca Pemahaman Langkah kegiatan CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman adalah sebagai berikut: 1) Guru menerangkan secara singkat mengenai pembelajaran membaca pemahaman. 2) Guru menyampaikan judul teks bacaan sesuai topik pembelajaran 3) Siswa memprediksi awal mengenai cerita. 4) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen 5) Guru membagikan teks cerita 6) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran CIRC yang akan dilaksanakan.
7) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah dibagikan 8) Seiap kelompok membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan teks bacaan seperti ide pokok, pikiran utama dan lain-lain yang berkaitan dengan teks. Kemmudian mereka menuliskan hasilnya secara tertulis pada kertas. 9) Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok. 10) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas 11) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik serta atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat. 12) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik. 13) Pada akhir kegiatan guru bisa memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.
B.
Penelitian Relevan
Penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah: a. Penelitian yang dilakukan Suwarto, Tesis UNS “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif Intregasi Membaca dan Komposisi (CIRC)” (PTK pada Siswa Kelas I SD Negeri Eromoko Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan metode Kooperatif Intregasi Membaca Komposisi (CIRC) dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca menulis permulaan, baik pada siswa maupun guru.. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan pembelajaran pada siklus I sebanyak 53,38%, siklus II sebanyak 71,43%, dan siklus III sebanyak 100%. b. Penelitian oleh Siti Khuzaimatun, Skripsi FKIP UNS 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Dengan Metode SQ3R Pada Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Sumberlawang. Berdasarkan hasil penelitian terjadi peningkatan kemampuan membaca pemahaman pada siklus I 32,5%, siklus II 60%, dan siklus III 87,5%.
C. Kerangka Berfikir Pada kondisi awal terdapat beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami apa yang telah dibaca, yaitu pada saat membaca pemahaman. Hal ini terjadi karena dirasa guru kurang inovatif dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Diantara berbagai tipe model pembelajaran, model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) adalah suatu tipe model pembelajaran yang diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa. Melalui model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dapat membawa siswa menjadi lebih tertarik dan berminat untuk belajar membaca pemahaman. Dan melalui model pembelajaran tipe CIRC ini diharapkan pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dan akhirnya kemampuan membaca pemahaman pun akan meningkat.
Kondisi Awal
Tindakan
Guru belum menggunakan model pembelajaran tipe CIRC
Dalam pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran tipe CIRC
Kemampuan membaca pemahaman masih rendah Siklus I Siklus II Siklus III
Kondisi Akhir
Penggunaan model pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman Gambar 1: Bagan Kerangka Berfikir
D. Hipotesis Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut : Penggunaan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri Beji, yaitu: a. Pembelajaran dengan CIRC belum pernah diteliti di SD Negeri Beji b. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini mulai tahap persiapan hingga pelaporan hasil pengembangan akan dilakukan selama 6 bulan, yakni mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Juni 2010. Tahap perencanaan dilaksanakan bulan Januari dan tahap pelaksanaan dimulai bulan Maret, dengan jadwal pada tabel: Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Penelitian No
Jenis Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
1
Penyusunan proposal
XXX
2
Seminar proposal
X
3
Perbaikan proposal
XX
4
Perizinan
XX
5
Penyusunan RPP
X
6
Pelaksanaan penelitian
7
Anlisis data
XX
8
Penyusunan hasil laporan
XX
XXX
Juni
9
Revisi hasil laporan dan ujian
XX
10
Penggandaan, pengiriman laporan
XX
Adapun rincian pelaksanaan tindakan siklus I sampai siklus III dilakukan sebagai berikut: a. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan 17 April 2010. b. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 sampai dengan 22 April 2010. c. Siklus III dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 April 2010.
B. Subjek Penelitian Subjek Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali yang berjumlah 30 siswa. Dengan rincian siswa laki-laki 20 siswa dan siswa perempuan 10 siswa.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan bentuk metode yang digunakan adalah deskriftif kualitatif. Karena data yang dipergunakan adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan langsung tercatat dari kegiatan lapangan. 2. Strategi Penelitian Strategi yang dipilih dalam penelitian ini adalah strategi tindakan kelas model spiral Kemmis dan Taggart dalam Rochiati (2009: 66). Setiap siklus ditempuh melalui empat fase yaitu: perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect).
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perencanaan Ulang
Refleksi
Tindakan Observasi
Gambar 2: Model strategi penelitian
C. Sumber Data Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini diperoleh dari data kualitatif. Informasi data ini akan digali dari berbagai macam sumber data. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain: 1. Informasi data dari nara sumber yaitu guru dan siswa kelas V SD Negeri Beji. 2. Arsip nilai ulangan siswa 3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC)
D.Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data yang dipergunakan adalah: 1. Observasi Observasi dilakukan untuk memantau proses dan dampak pembelajaran yang diperlukan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien. Observasi dipusatkan pada proses dan hasil tindakan pembelajaran beserta peristiwa-
peristiwa yang melingkupinya. Dilihat dari jenis pelaksanaanya obsevasi dibedakan menjadi empat yaitu: (1) observasi terbuka yaitu tidak menggunakan lembar observasi melainkan hanya kertas kosong untuk merekam apa yang diamati, (2) observasi terfokus yaitu observasi yang secara khusus ditujukan untuk ,mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran, (3) observasi terstuktur, dan (4) observasi sistematik yang lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori dat yang diamati. Langkah-langkah observasi meliputi perencanaan, pelaksanaan observasi kelas dan pembahasan balikan (Wardani dan Kuswaya, 2008: 2.26). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman, sebelum tindakan maupun setelah tindakan yang sedang berlangsung di kelas. Melalui observasi ini diharapkan gejala ketidakberhasilan maupun kekeliruan dalam perencanaan tindakan dapat diketahui lebih awal sehingga dapat dilakukan perbaikan atau modifikasi perencanaan tindakan sebelum berjalan lebih lanjut. 2. Tes Tes adalah suatu alat yang digunakan oleh pengajar untuk memperoleh informasi tentang keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi yang telah diberikan oleh pengajar (Iskandarwassid 2008: 180). Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam membaca pemahaman. Dengan diketahui hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran. Selain itu tes digunakan untuk mengetahui perkembangan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan berupa tes kemampuan membaca pemahaman. 3. Wawancara Wawancara adalah percakapan tertentu yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan yang diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu) Moloeng dalam Slamet dan Suwarto (2007: 34). Wawancara dapat dilakukan untuk mengungkapkan pendapat siswa tentang pembelajaran. Dalam hal ini wawancara dapat terjadi antara guru dan siswa, pengamat dan siswa, serta siswa dan siswa. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada guru kelas V dan siswa kelas V SD Negeri Beji untuk mengetahui proses pembelajaran sebelum diterapkan tindakan dan kemampuan membaca pemahaman sebelum pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC). 4. Metode Dokumentasi Digunakan untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Dokumen merupakan bahan tertulis atau film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumentasi yang
digunakan dapat berupa nama responden penelitian dan dokumen lain yang diperlukan, misalnya hasil pekerjaan siswa, daftar nilai, foto pembelajaran dan lain-lain.
E.Validitas Data Di dalam suatu penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang sebenarnya diukur atau diteliti. Di dalam penelitian ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Adapun yang dimaksud ketiga hal tersebut adalah: 1. Validitas isi adalah validitas yang berhubungan dengan kemampuan instrumen untuk menggambarkan atau melukiskan secara tepat domain perilaku yang akan diukur. Dalam penelitian ini untuk mengukur kemampuan membaca pemhaman siswa kelas V SD Negeri Beji digunakan instrumen tes yang sesuai dengan materi membaca pemahaman yang harus dikuasai siswa. 2. Trianggulasi data Trianggulasi data atau yang sering disebut trianggulasi sumber adalah data atau informasi yang diperoleh selalu dikomparasikan dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Dalam mengumpulkan data, peneliti wajib menggunakan beragam sumber data yang tersedia. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenaranya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda (Slamet dan Suwarto 2007: 54). Dalam penelitian ini dicapai dengan cara data hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V sebelum tindakan dengan data hasil evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V setelah dilakukan tindakan. 3. Trianggulasi metode yaitu seorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam trianggulasi metode ini yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya (Slamet dan Suwarto 2008: 54). Peneliti bisa menggunakan metode pengumpulan data yang berupa observasi
kemudian dilakukan wawancara yang mendalam dari informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan. Dari data yang diperoleh dari yang diperoleh lewat beberapa teknik pengumpulan data yang berbeda tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan data yang lebih kuat validitasnya. Dalam penelitian ini dicapai dengan cara membandingkan data hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa kelas V SD Negeri Beji dengan data hasil wawancara dengan siswa dan guru kelas V SD Negeri Beji serta membandingkan data hasil evaluasi kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji.
F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif interaktif. Tahapan yang terdapat pada analisis interaktif yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Adapun yang dimaksud dengan ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Reduksi data Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informan
yang bermakna. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menajmakan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengn cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. 2. Sajian data Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adnya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representatasi tabular termasuk format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. 3. Penyimpulan Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi, disajikan langkah terakhir adalah kesimpulan. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data
yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/ atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas. E. Indikator Kinerja Rumusan kinerja penelitian tindakan kelas ini adalah peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa, yaitu memperoleh nilai minimal 60 (KKM). Penelitian tindakan kelas ini berhasil jika 75% siswa mendapatkan nilai ≥ 60. H. Prosedur Penelitian Dalam pelaksanaan PTK ini, mekanisme kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus yang tercakup empat kegiatan, yaitu rencana, tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada 2 kali pertemuan yang masing-masing pertemuan 2 x 35 menit.
1. Rancangan Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan ini adalah: 1) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 2) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman 3) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan 4) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan 5) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. Dengan langkah-langkah pembelajaranya sebagai berikut: Kegiatan Awal (a) Apersepsi berkaitan dengan materi yang akan dipelajari (b) Motivasi, menginformasikan manfaat rajin membaca (c) Tujuan, menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai secara sederhana kepada siswa Inti Pembelajaran
(a) Guru menjelaskan secara singkat mengenai membaca pemahaman (b) Guru membagikan teks bacaan kepada siswa (c) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok secara heterogen (d) Guru menginformasikan kepada tiap kelompok mengenai langkah pembelajaran CIRC yang akan dilaksanakan. (e) Setiap kelompok ada yang membacakan untuk kelompoknya bacaan yang telah dibagikan (f) Setiap kelompok membahas tentang hal-hal atau isi yang berkaitan dan terkandung dalam teks bacaan (g) Secara bergiliran, wakil dari setiap kelompok membacakan hasil diskusinya di depan kelas (h) Kelompok yang lain memberikan tanggapan dan guru memberikan umpan balik serta atas materi yang telah dipresentasikan siswa secara singkat. (i) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil dengan baik. (j) Siswa mengerjakan tes evaluasi untuk mengetahui tingkat membaca pemahaman siswa. Kegiatan Akhir (a) Guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang terjadi. (b) Guru melakukan refleksi pada siswa bahwa membaca dengan model pembelajaran tipe CIRC membuat siswa lebih mudah memahami bacaan. (c) Guru menugasi siswa di rumah melakukan latihan membaca pemahaman Dalam siklus pertama ini pada pertemuan pertama dilaksanakan dengan materi mengidentifikasi isi cerita. Pada pertemuan kedua dengan materi menceritakan isi cerita yang telah dibaca. 2) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC. 3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman pada anak. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga
melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. d. Tahap Refleksi Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa dan hasil observasi. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.
2. Rancangan Siklus II Pada siklus kedua dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus pertama. Pada siklus ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus I sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah: a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Mengidentifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif
pemecahan
masalah. 2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman 4) Menentukan sumber belajar yang akan digunakan 5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan 6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan tidakan sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman. 3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa c.Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. d. Tahap Refleksi Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi serta angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target.
3. Rancangan Siklus III Pada siklus ketiga ini perencanaan tindakan dikaitkan dengan hasil yang telah dicapai pada tindakan dalam siklus II sebagai upaya perbaikan dari siklus tersebut dengan materi pembelajaran membaca pemahaman. Tahap pada siklus kedua ini adalah: a. Tahap Perencanaan Tindakan Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Mengidentifikasi masalah pada siklus II dan menetapkan alternatif pemecahan masalah. 2) Merencanakan pembelajaran CIRC yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 3) Menyusun rencana pembelajaran untuk pembelajaran membaca pemahaman 4) Membuat media dan menentukan sumber belajar yang akan digunakan 5) Membuat format observasi dan penilaian yang akan digunakan 6) Menyusun tes yang akan diberikan kepada siswa b. Tahap pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan sesuai sesuai dengan rencana perbaikan yang telah direncanakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus II 2) Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC yang telah direncanakan pada pembelajaran membaca pemahaman.
3) Memantau perkembangan kemampuan membaca pemahaman siswa c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti. Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan angket para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa perlu diberikan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih lengkap.
d. Tahap Refleksi Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi serta angket. Dengan demikian, analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan fase mana yang perlu diperbaiki atau disempurnakan dan fase mana yang telah memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah ditetapkan tidak atau kurang sesuai dengan target. Siklus I
Pelaksanaan
Perencanaan
Observasi Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Observasi
Perencanaan Refleksi
Pelaksanaan
Siklus III
Perencanaan
Observasi
Refleksi
Gambar 3. Bagan siklus pelaksanaan tindakan
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian
1.Tinjaun Historis Sekolah Dasar Negeri Beji Sekolah Dasar Negeri Beji kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Propinsi Jawa Tengah berdiri pada tahun 1951 ijin operasional penggunaannya dikeluarkan oleh Kepala Jawatan Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah dengan surat keputusan No. SR/ KEP/ PPK 61621, tanggal 1 Januari 1951. Sejak berdiri status SDN Beji adalah Sekolah Dasar Negeri dengan Nomor Statistik Sekolah (NSS) 10.10.30916007. Saat ini SDN Beji merupakan salah satu SD di gugus Sudirman Cabang Dinas Pendidikan dan Olahraga Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali. Sejak awal berdirinya SD ini yakni tahun 1951 sampai sekarang telah mengalami beberapa pergantian Kepala Sekolah. Kepala yang menjabat saat ini adalah Bapak Suwarno Ama. Pd. Pergantian Kepala Sekolah dilakukan melalui prosedur yang benar sesuai dengan peraturan yang ada. SD Negeri Beji telah terakreditasi dengan nilai B. Hal ini mendorong pihak sekolah untuk berusaha dalam meningkatkan kinerja dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah diharapkan. 2.Letak Goegrafi Sekolah Dasar Negeri Beji Secara geografis, letak SD Negeri Beji berada di desa Beji, kecamatan Andong, kabupaten Boyolali. SD Negeri Beji berada di antara pemukiman penduduk dekat dengan komplek Balai Desa Beji. Lokasinya sangat strategis tidak jauh dari pusat kecamatan dan berada di lintasan jalur utama antar desa, sehingga memberikan banyak keuntungan bagi SD ini, diantaranya adalah memberikan kemudahan bagi sekolah dalam melaksanakan tugas kedinasan dan tersedia berbagai sumber belajar yang dapat digunakan secara langsung untuk proses pembelajaran sehingga menarik minat siswa untuk belajar.
3.Keadaan Personil Sekolah Dasar Negeri Beji SD Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali pada tahun 2009/ 2010 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah dan memiliki 7 guru yang telah berstatus Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan 1 orang tenaga pengajar dan 1 pegawai perpustakaan yang masih Wiyata Bakti. Semua personel telah melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik sesuai dengan tanggungjawabnya. Dengan jumlah guru yang memadai maka proses belajar mengajar juga dapat berjalan dengan lancar. Dengan kelancaran proses pembelajaran tersebut seharusnya para siswa SD Beji dapat meraih prestasi yang baik baik secara akademik maupun non akademik. Bukan hanya guru dan Kepala sekolah yang bertanggungjawab dalam membimbing siswa namun peran orang tua dan masyarakat juga sangat penting. Hal ini telah diwujudkan di SD Negeri Beji dalam wadah Paguyuban Orang Tua Siswa dan Komite sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa merupakan tanggungjawab bersama sehingga harus ada kerjasama yang baik dari semua pihak. 4.Keadaan sarana dan Prasarana Sekolah Dasar Negeri Beji Bangunan gedung SDN Beji berdiri di atas tanah seluas 2400 meter persegi, dengan luas bangunan 695 meter persegi. Bangunan yang ada adalah 6 ruang kelas, 1 gudang, 1 rumah dinas, 1 kantin sekolah, 1 ruang guru dan Kepala Sekolah, UKS, perpustakaan, ruang olahraga, dapur dan 5 kamar mandi atau toilet. Selain mempunyai beberapa ruangan, SDN Beji juga mempunyai halaman yang sangat luas yang biasanya digunakan untuk pembelajaran olahraga, upacara dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan oleh sekolah serta tempat bermain bagi para siswa ketika jam istirahat. Taman sekolah juga tertata secara rapi sehingga memberikan suasana nyaman bagi para siswa dalam mengikuti pembelajaran ketika di luar ruangan. 5.Keadaan Siswa Sekolah Dasar Negeri Beji Jumlah seluruh siswa di SDN Beji pada tahun 2009/2010 adalah 181 siswa yang terdiri dari 94 siswa laki-laki dan 87 siswa perempuan. Siswa terbagi dalam 6 kelas yakni kelas I sebanyak 31 siswa, kelas II sebanyak 31 siswa, kelas III sebanyak 32 siswa, kelas IV sebanyak 29 siswa, kelas V sebanyak 30 siswa dan kelas VI sebanyak 28 siswa. Siswa berasal dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua siswa bekerja sebagai petani dan buruh yang pendidikannya masih terhitung rendah. Berdasarkan data yang ada bahwa rata-rata pendidikan orang tua siswa masih rendah maka pihak sekolah terdorong untuk memberikan pendidikan dan pengajaran
semaksimal mungkin karena orang tua siswa kurang begitu
memperhatikan
perkembangan anaknya dalam belajar. Sebagian dari mereka hanya menyerahkan pendidikan anak-anaknya pada pihak sekolah. Hal ini dapat membuat terhambatnya perkembangan prestasi siswa terutama dalam kebiasaan membaca. Siswa-siswa banyak menemui kesulitan karena mereka menganggap bahwa membaca itu membosankan dan membuat siswa menjadi mengantuk. Keadaan seperti ini terjadi pada siswa kelas V SDN Beji pada materi membaca pemahaman.
B. Deskripsi Sebelum Tindakan Dalam kondisi awal atau sebelum diadakanya tindakan, metode yang digunakan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman yaitu dengan menggunakan metode konvensional. Dalam metode ini, guru menyuruh siswa membuka buku yang akan dibaca pada halaman tertentu, kemudian siswa
disuruh membaca sendiri dan langsung
mengerjakan soal yang berkaitan dengan bacaan tanpa adanya pembahasan isi bacaan. Peneliti menemukan banyak siswa yang kesulitan memahami isi bacaan, terutama jika disuruh menceritakan kembali isi cerita. Kesulitan siswa dalam memahami isi bacaan menyebabkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman masih rendah. Kesulitan siswa terlihat pada saat menjawab pertanyaan berkaitan isi bacaan dan menceritakan kembali isi cerita banyak yang masih keliru. Siswa masih menemui kesulitan karena guru belum mengupayakan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman, sehingga kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah Selain itu kurangnya kosakata yang dimilki siswa membuat siswa kesulitan memahami atau menafsirkan isi bacaan. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya 14 siswa atau sekitar 46,67% siswa yang nilainya belum dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 60. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka peneliti mengadakan penelitian di kelas V dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Agar lebih jelas maka kondisi awal hasil belajar membaca pemahaman dapat dilihat dari tabel dan grafik di bawah ini:
Tabel 2. Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan No. Subyek
Nilai
No. Subyek
Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
40 10 20 20 60 50 60 80 70 70 70 20 80 60 50
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
70 70 70 80 60 50 30 30 80 50 50 80 70 20 50
Tabel 3. Data Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SDN Beji Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan No. 1 2
Interval
Frekuensi
%
Kategori
10-21
5
16.6
Kurang sekali
22-33
2
6.6
Kurang
3 4 5 6
34-46
1
3.3
Hampir cukup
47-58
6
20
Cukup
59-70
11
36.6
Lebih dari cukup
71-82 Jumlah
5 30
16.6 100
Baik
Dari tabel nilai membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji sebelum diadakan tindakan melalui penerapan model pembelajaran tipe CIRC, dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
12
Jumlah Siswa
10
10,0-21 22-33 34-46 47-58
8 6 4
59-70 71-82
2 0 Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 4. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum Dilakukan Tindakan
C. Deskripsi Tindakan Dalam deskripsi tindakan ini dibahas mengenai beberapa hal yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III 1. Siklus I Siklus I dilaksanakan pada tanggal 15-17 April 2010 yang diikuti oleh siswa kelas V sebanyak 30 siswa. Dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh seorang observer
yaitu guru kelas V yang bernama Martani. Adapun kegiatan siklus I ini adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Berdasarkan informasi yang diperoleh sebagai data awal siswa sebagai subyek penelitian sebanyak 14 siswa dari 30 siswa mendapatkan nilai membaca pemahaman dibawah 60 sehingga belum mencapai ketuntasan minimal yang ditetapkan guru yaitu 60. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan guru kemampuan membaca pemahaman siswa masih rendah. Oleh karena itu perlu diadakan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan beberapa hal antara lain: 1) Mengidentifikasi masalah belajar siswa terutama dalam proses pembelajaran membaca pemahaman. 2) Mengkaji materi pembelajaran membaca kelas V semester II dengan indikator: menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan dan menjelaskan kembali isi teks yang telah dibacanya. 3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 4) Merancang pelaksanaan kegiatan serta mempersiapkan sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang berupa: menyiapkan buku teks, menyiapkan tes formatif untuk penilaian hasil belajar. Dalam merancang kegiatan berkoordinasi dengan guru kelas V sebagai observer. 5) Menyiapkan lembar observasi dan penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman.
b. Pelaksanaan Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti segera melakukan tindakan penelitian dengan melakukan proses pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman sesuai dengan tahapan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan dan hasil belajar siswa. 1) Pertemuan pertama
Pada pertemuan pertama, pelajaran membaca yang diajarkan yaitu membaca cerita anak dengan indikator dapat menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Sebagai kegiatan awal guru mengkondisikan kelas dan melakukan apersepsi. Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, setiap kelompok beranggotakan 4 siswa dan ada 2 kelompok yang anggotanya 5 siswa. Guru membagikan media teks bacaan dengan judul ”Burung yang Malang”. Guru menjelaskan langkah-langkah pembelajaran dengan model pembelajaran tipe CIRC. Guru meminta satu dari setiap anggota kelompok untuk membacakan teks bacaan di dalam kelompoknya. Sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak. Setelah itu, setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi cerita, mulai dari tokoh, tempat terjadinya cerita, dan jenis cerita. Setelah berdiskusi, perwakilan setiap kelompok diminta maju ke depan untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasilnya paling baik berupa tepuk tangan bersama dan bendera kertas. Siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Sebagai kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan membuat kesimpulan bersama dengan siswa. 2) Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua guru memberikan pembelajaran dengan materi yang sama namun indikatornya berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya yaitu menceritakan kembali isi cerita yang telah dibaca ke dalam beberapa kalimat. Sebagai kegiatan awal guru melakukan apersepsi tentang materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya dengan tujuan memberikan penguatan dan mengingat kembali pada pelajaran yang telah dilaksanakan. Pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok seperti kelompok pada pertemuan pertama. Kemudian guru memberikan wacana ”Burung yang Malang”. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Salah satu anggota kelompok membacakan wacana kepada anggota kelompoknya. Tugas dari anggota kelompok adalah mencari isi cerita setiap paragraf. Setelah selesai, siswa perwakilan kelompok maju ke depan menyampaikan hasil diskusi. Guru memberikan penghargaan pada kelompok yang kinerjanya baik dengan kertas yang berbentuk bintang.
Kemudian siswa mengerjakan evaluasi secara individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Pada kegiatan akhir guru memberikan penguatan materi dan kesimpulan serta tugas rumah sebagai tindak lanjut dari pembelajaran yang telah dilaksanakan.
c. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran tipe CIRC dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman di kelas V. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
(a) Kegiatan Siswa Siswa kurang memperhatikan apersepsi guru, ada 7 tujuh siswa yang pasif. Pada saat pembentukan kelompok siswa masih bingung dan ramai, dan ada beberapa siswa yang tidak menerima anggota kelompok yang diberikan. Siswa kurang memahami langkah diskusi yang diberikan, aktivitas keaktifan kelompok kurang terlihat dan sebagian besar masih individual pada kelompok. Ketika salah satu siswa membacakan cerita dalam kelompoknya, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan
bercakap-cakap bermain sendiri. Saat mengerjakan tugas kelompok, ada siswa yang mengerjakanya individu saja, kerjasama dan toleransi siswa kurang khususnya pada siswa yang merasa paling pandai diantara anggota kelompoknya. Pada saat disuruh maju presentasi kelompok siswa masih malu-malu dan harus ditunjuk oleh guru. Kata-kata sukar yang artinya belum dimengerti oleh siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi cerita. Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap aktivitas guru. Pada saat melakukan tugas individu, masih banyak siswa yang saling bertanya dengan temanya. (b) Kegiatan Guru Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi kurang menarik dan melibatkan siswa sehingga terlihat beberapa siswa yang masih pasif dan kurang memperhatikan. Guru kurang mampu mengendalikan kelas ketika pembagian kelompok, sehingga kelas menjadi ramai dan gaduh. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu masih kurang baik, karena lebih dari jam pelajaran yang seharusnya. Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya diskusi setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik. Pada saat evaluasi secara individu, siswa masih tetap duduk di dalam kelompok. Sehingga banyak siswa yang saling bertanya. 2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat. (a) Kegiatan Siswa Sebagian besar siswa cukup memperhatikan apersepsi guru, tetapi masih terlihat 7 siswa yang pasif dan kurang memperhatikan. Siswa masih ramai pada saat berkumpul dengan kelompoknya, dan ada 2 siswa yang masih belum menerima anggota kelompok yang diberikan. Siswa sudah mulai memahami langkah diskusi yang diberikan, tetapi kerjasama dalam mengerjakan tugas kelompok masih kurang dan terlihat sebagian besar pengerjaan tugas masih individual pada kelompok. Pada saat dibacakan cerita mayoritas siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan.
Siswa mengerjakan dengan baik tugas individu, namun pada tugas kelompok masih ada yang dikerjakan oleh satu orang saja. Siswa belum menunjukkan sikap antusias terhadap aktifitas guru dan saat presentasi kelompok sudah ada kelompok yang langsung maju presentasi tanpa ditunjuk. Namun, itu baru sebgian kelompok sedangkan sebagian kelompok yang lain masih menunggu giliran untuk ditunjuk. Siswa mengeluh teks bacaan yang diberikan masih dianggap sulit bagi siswa. (b) Kegiatan Guru Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan kelas ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu masih kurang baik, karena melebihi dari jam pelajaran yang seharusnya. Penuh perhatian terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah menggunakan media pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan penilaian hasil belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.
d. Analisis dan Refleksi Hasil siklus I yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah: 1) Dalam membentuk kelompok guru tidak menjelaskan kepada siswa dasar penetapan kelompok sebaiknya diberikan penjelasan alasan penetapan kelompok, sehingga siswa banyak yang menolak. Untuk siklus berikutnya sebaiknya guru memberikan penjelasan dasar pembentukan kelompok. 2) Siswa ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus berikutnya sebaiknya guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan kelompok masing-masing. 3) Dalam kelompok, guru meminta satu siswa membacakan teks untuk kelompoknya dan yang lain menyimak. Tetapi, banyak anggota kelompok yang tidak menyimak dan hanya bermain sendiri. Pada siklus berikutnya, sebaiknya pembacaan teks dilakukan bergiliran oleh semua anggota dalam kelompok sehingga siswa benar-benar menyimak dan memperhatikan.
4) Siswa mengeluh teks bacaan yang diberikan guru dianggap sulit dan rumit. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru memberikan teks cerita yang tidak telalu panjang dan lebih mudah. 5) Kata-kata sukar yang belum diketahui siswa membuat siswa keliru menafsirkan cerita. Pada siklus selanjutnya sebaiknya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan menjelaskan arti kata-kata yang masih dianggap sukar oleh siswa. 6) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. 7) Guru memberikan tugas di luar jam untuk melatih pemahaman siswa. Tetapi, hasilnya belum memuaskan dan banyak siswa yang tidak mengerjakan. Untuk siklus berikutnya, guru supaya meminta apa yang telah dibaca siswa dilaporkan dalam bentuk tertulis. Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus I dapat dilihat pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I. No. Subyek
Nilai
No. Subyek
Nilai
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
53 32 32 32 55 55 58 90 77
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
82 79 72 84 74 79 65 62 84
25. 26. 27. 28. 29. 30.
72 82 45 90 77 59
10. 11. 12. 13. 14. 15.
77 75 87 72 45 72
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan membaca pemahaman oleh siswa adalah 90 dan nilai terendah adalah 32. Kemudian hasil perhitungan mean nilai rata-rata 67, 27 dengan kategori nilai cukup. fx X= ∑
N = 2018 30 = 67,27
Keterangan: ∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N
= Jumlah siswa
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus I. No.
Interval
Frekuensi
%
Kategori
32-41
3
10
Kurang sekali
42-51
2
6.6
Kurang
52-61
5
16.6
Hampir cukup
62-71
2
6.6
Cukup
72-81
11
36.6
Lebih dari cukup
1 2 3 4 5
6 82-91 Jumlah
Apabila
disajikan
7 30
dalm
23.6 100
bentuk
Baik
grafik
hasilnya
sebagai
berikut:
12
Jumlah Siswa
10
32-41
8
42-51 52-61
6
62-71
4
72-81 82-91
2 0 Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 5. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus I Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji, kualitas baik sebanyak 7 siswa atau 23,6%, kualitas lebih dari cukup 11 siswa atau 36,6%, kualitas cukup sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, kualitas hampir cukup sebanyak 5 siswa atau 16,6%, kualitas kurang sebanyak 2 siswa atau 6,6 %, dan kualitas kurang sekali sebanyak 3 siswa atau 10%.
Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 3 siswa mendapatkan nilai 32, 2 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 2 siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 59, 1 siswa mendapatkan nilai 62, 1 siswa mendapatkan nilai 65, 4 siswa mendapatkan nilai 72, 1 siswa mendapatkan nilai 72, 1 siswa mendapatkan nilai 75, 4 siswa mendapatkan nilai 77, 2 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 2 siswa mendapatkan nilai 84, dan 2 siswa mendapatkan nilai 90. Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus I belum dapat dikatakan berhasil, sebab jumlah siswa
secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
kurangnya 60 belum mencapai 75% meskipun secara klasikal nilai rata-rata siswa dikategorikan cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus I adalah sebagai berikut: n x 100%
r% = N 20
x 100%
= 30
= 66,67%
Keterangan: n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60 N = Jumlah siswa Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji masih belum tuntas karena baru 66,67% siswa yang mendapatkan nilai di atas ketuntasan. Sedangkan 33,33% siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60. Secara lebih rinci perkembangan peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siswa kelas V dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I No
Rata-rata sebelum tindakan
1
Rata-rata setelah tindakan siklus I 67,27
54,00
Keterangan Meningkat
Tabel 7. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan siklus I No
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 Sebelum Sesudah 16 20
Keterangan
Prosentase Sebelum 53,33%
Sesudah 66,67%
Meningkat
Untuk lebih jelasnya perbandingan nilai antara pra siklus dengan siklus I disajikan dalam bentuk grafik berikut: 12
Jumlah Siswa
10 8 Pra Siklus Siklus I
6 4 2 0 1,0-10 11,0-20 21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 6. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus dan Siklus I Berdasarkan hasil analisis siklus di atas, maka penulis memutuskan untuk mengadakan pembelajaran perbaikan dengan model pembelajaran tipe CIRC pada siklus ke II.
2. Siklus II Pada siklus I hasil pembelajaran membaca pemahaman dengan kompetensi dasar membaca cerita anak dan indikator menjawab pertanyaan serta menceritakan kembali isi
cerita yang telah dibaca belum tuntas. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki kelemahankelemahan pada siklus I sehingga tujuan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC dapat terwujud. Kegiatan penelitian tindakan pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 20-22April 2010 yang diikuti oleh 30 siswa. Alokasi waktu yang digunakan yaitu 2x 35 menit. Kegiatan dari siklus II ini adalah sabagai berikut:
a.Perencanaan Pada siklus II, tahap perencanaanya adalah sebagai berikut: 1) Melanjutkan tindakan sebelumnya melalui proses belajar mengajar pada kompetensi membaca cerita anak dan dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi cerita yang telah dibaca. 2) Membuat rencana pembelajaran yang telah direview pada tahap pembelajaran membaca dilaksanakan. Pada siklus kedua ini perbaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan adalah penggantian teks bacaan yang lebih pendek, pembacaan teks cerita dalam kelompok dilakukan secara bergiliran dan memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya mengenai kata-kata yang masih dianggap sukar. Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan proses pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC yang meliputi : penyusunan indikator pencapaian hasil belajar, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan strategi dan instrumen pembelajaran dan lembar tes hasil belajar. Selain itu juga melakukan koordinasi kembali dengan guru kelas V sebagai observer. b.Pelaksanaan Setelah rencana tindakan dibuat, peneliti melakukan tindakan penelitian sebagai berikut: 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanaan pada hari Senin tanggal 20 April 2010, jam pelajaran pertama dan kedua. Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama, mengabsen siswa serta mengkondisikan kelas dan memberikan apersepsi mengingat pelajaran sebelumnya.
Pada kegiatan inti guru melaksanakan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan kompetensi membaca cerita anak dan indikator menjawab pertanyaan berdasarkan teks yang telah dibaca. Pada pertemuan ini, teks cerita yang diberikan yaitu ”Pak Lebai yang Malang”. Guru membagi siswa dalam kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4 siswa, dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Guru menginformasikan kepada siswa langkah pembelajaran CIRC dan adanya penilaian untuk kelompok. Siswa diminta membacakan cerita kepada anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok diminta mengidentifikasikan isi hal-hal yang berkaitan dengan cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok diminta maju ke depan mempresentasikan hasilnya. Pada saat ada perwakilan kelompok yang maju, kelompok lain diminta memberikan tanggapan. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok dengan kinerja yang terbaik. Setelah selesai presentasi, siswa diminta duduk ke tempat duduk masing-masing. Guru memberikan evaluasi untuk dikerjakan secara individu. Setelah selesai siswa diminta mengumpulkan hasilnya. Pada kegiatan akhir, guru memberikan penguatan materi dan tanya jawab secara klasikal mengenai cerita. 2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 April 2010. Materi yang diberikan sama pada pertemuan pertama dengan indikator menceritakan kembali isi cerita yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat. Pada kegiatan awal, guru memberikan apersepsi untuk menggali pengetahuan siswa dan motivasi kepada siswa. Guru memberikan materi singkat tentang cara menceritakan kembali isi cerita. Guru meminta siswa berkumpul dengan anggota kelompok seperta pada pertemuan pertama, sehingga ada tujuh kelompok. Guru membagikan teks cerita kepada siswa. Guru mengingatkan kepada siswa tentang langkah pembelajaran model pembelajaran tipe CIRC. Siswa bekerja dalam langkah model pembelajaran tipe CIRC. Siswa saling membacakan cerita kepada anggota kelompoknya secara bergiliran. Setiap kelompok diminta mencari isi setiap paragraf dalam cerita. Setelah selesai perwakilan kelompok maju mempresentasikan hasil kelompok. Kelompok lain memberikan tanggapan. Guru
memberikan penghargaan bagi kelompok yang terbaik. Setelah selesai siswa diminta kembali duduk ke tempat duduknya masing-masing. Pada kegiatan akhir, guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa. Setelah selesai siswa mengumpulkan hasil pekerjaanya. Guru memberikan kesimpulan dan refleksi serta memberikan tugas rumah.
c. Observasi Dalam tahap ini dilaksanakan pemantauan terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC, yang dilaksanakan dengan menggunkan alat bantu berupa lembar observasi dan perekaman dengan kamera. Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kesesuaian pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Serta untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perbaikan siklus I yang dilaksanakan dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman di kelas V SD Negeri Beji. Oleh karena itu, pengamatan tidak hanya ditujukan pada aktivitas siswa atau proses yang terjadi dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran termasuk suasana kelas pada saat proses pembelajaran berlangsung. 1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pembelajaran membaca dengan indikator menjawab pertanyaan berdasarkan teks bacaan. Hasil observasi pada pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
(a) Kegiatan Siswa Siswa mulai aktif memperhatikan apersepsi guru, ada 2 siswa yang berbicara sendiri. Pada saat pembentukan kelompok siswa langsung bergabung dengan anggotanya meskipun masih ada beberapa yang ramai, dan ada 2 siswa yang masih tidak menerima anggota kelompok yang diberikan. Siswa mulai memahami langkah diskusi yang diberikan, aktivitas kelompok sudah terlihat tetapi masih ada 5 siswa yang individual pada kelompok. Pada saat membacakan cerita dalam kelompoknya secara bergiliran,
mayoritas siswa sudah menyimak dan memperhatikan. Namun masih ada siswa yang tidak memperhatikan dan bermain sendiri, sehingga ketika tiba giliranya membaca ia tidak siap. Saat mengerjakan tugas kelompok, masih ada kelompok yang mengerjakanya individu saja. Siswa sudah mulai mengerti tujuan kerjasama dalam kelompok dan toleransi antar anggota kelompok sudah cukup baik. Pada saat mengerjakan tugas individu, siswa mengerjakan sendiri-sendiri. (b) Kegiatan Guru Apersepsi yang diberikan untuk meningkatkan motivasi sudah menarik dan melibatkan siswa sehingga terlihat adanya timbal balik antara guru dan siswa. Pada saat pembagian kelompok, guru sudah mengendalikan siswa dengan baik sehingga tidak terjadi kegaduhan meskipun ada beberapa yang ramai tetapi hal itu masih dalam batas kewajaran. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu sudah cukup baik. Memotivasi individu dan kelompok. Memperhatikan dan mengawasi jalanya diskusi setiap kelompok. Setelah siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok, guru memberikan tanggapan dan umpan balik terhadap siswa serta telah memberikan penghargaan bagi kelompok yang kerjanya baik. Setelah evaluasi individu, guru membacakan beberapa hasil pekerjaan siswa dan memberikan masukan serta penguatan materi. 2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua ini dilaksanakan dengan indikator menceritakan kembali teks bacaan yang telah dibaca kedalam beberapa kalimat.
(a) Kegiatan Siswa Siswa aktif memperhatikan apersepsi guru, saat tanya jawab banyak siswa yang mengangkat tangan tetapi masih terlihat 4 siswa yang pasif. Siswa bersemangat ketika disuruh berkelompok dan tidak ramai lagi. Sikap individual siswa dalam kelompok sudah tidak terlihat lagi, mereka langsung bekerja dan suasana cukup tenang. Pada saat dibacakan cerita mayoritas siswa sudah memperhatikan, tetapi masih ada 3 siswa yang tidak memperhatikan. Tugas kelompok sudah dikerjakan bersama-sama, tetapi ada 1 kelompok yang masih kurang bisa menerima pendapat teman dalam anggota
kelompoknya. Hal ini mengakibatkan kelompok tersebut menjadi sedikit ramai dan menjadi perhatian kelompok lain. (b) Kegiatan Guru Sudah melakukan apersepsi dengan cukup baik. Guru mampu mengendalikan kelas ketika pembagian kelompok. Guru menggunakan berbagai sumber belajar. Penggunan waktu sudah baik, sesuai dengan jam pelajaran yang seharusnya. Penuh perhatian terhadap siswa. Memotivasi individu dan kelompok. Sudah menggunakan media pembelajaran. Sudah melakukan penilaian proses. Sudah melakukan penilaian hasil belajar. Sudah memberikan tindak lanjut.
d. Analisis dan refleksi Hasil siklus II yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan pada siklus berikutnya. Adapun hasilnya adalah: (1) Siswa masih ada yang ramai ketika bergabung dengan kelompoknya. Pada siklus berikutnya sebaiknya guru lebih mengendalikan untuk segera berkumpul dengan kelompok masing-masing. (2) Dalam kelompok, guru meminta siswa bergiliran membacakan teks untuk kelompoknya dan yang lain menyimak. Mayoritas siswa sudah memperhatikan namun masih ada siswa yang bermain sendiri dan tidak siap ketika tiba giliranya. (3) Pada saat kelompok melakukan presentasi, kelompok lain banyak ramai dan tidak memperhatikan. Untuk siklus berikutnya, sebaiknya guru meminta setiap kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap kelompok yang sedang presentasi di depan kelas. (4) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan II. Untuk selanjutnya sebaiknya dilakukan pergantian anggota kelompok yang baru. Dari hasil penilaian kemampuan membaca pemahaman pada siklus II dapat dilihat pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini: Tabel 8. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II.
No. Subyek
Nilai
No. Subyek
53 1. 35 2. 45 3. 58 4. 58 5. 79 6. 93 7. 89 8. 82 9. 65 10. 87 11. 74 12. 100 13. 85 14. 74 15. Dari tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa
Nilai
76 16. 94 17. 76 18. 92 19. 85 20. 76 21. 92 22. 84 23. 94 24. 75 25. 82 26. 86 27. 95 28. 55 29. 89 30. nilai tertinggi dari hasil kemampuan
membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian hasil perhitungan mean nilai rata-rata 77,76 dengan kategori nilai cukup. fx X =∑ N = 2339 30 = 77,76 Keterangan: ∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N = Jumlah siswa Tabel 9. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus II. No.
Interval
Frekuensi
Prosentase
Kategori
(%) 1
31-40
1
3,33
Kurang sekali
2
41-50
1
3,33
Kurang
3
51-60
4
13,33
Hampir cukup
4
61-70
1
3,33
Cukup
5
71-80
7
23,33
Lebih dari cukup
6
81-90
9
30
Baik
7
91-100
7
23,33
Baik Sekali
30
100
Jumlah
10
Jumlah Siswa
9 8
31-40
7
41-50
6
51-60
5
61-70
4
71-80
3
81-90
2
91-100
1 0
Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 7. Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus II Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji, kualitas baik sekali sebanyak 7 siswa atau 23,33% kualitas baik sebanyak 9siswa atau 30%, kualitas lebih dari cukup 7 siswa atau 23,33% kualitas cukup sebanyak 1 siswa atau 3,33 %, kualitas hampir cukup sebanyak 4 siswa atau 13,33%, kualitas kurang sebanyak 1 siswa atau 3,33 %, dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%. Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1 siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65, 1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai 76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1 siswa mendapatkan nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1 siswa mendapatkan nilai 95 dan 1 siswa mendapatkan nilai 100.
Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus II sudah dapat dikatakan berhasil, sebab jumlah siswa kurangnya 60 sudah
secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus II adalah sebagai berikut: n x 100%
r% = N 24
x 100%
= 30 =
80%
Keterangan: n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60 N = Jumlah siswa Berdasarkan perhitungan di atas, kelas V SD Negeri Beji sudah dapat dikatakan tuntas karena 80% siswa telah mendapatkan nilai di atas ketuntasan, dan hanya 20% siswa masih mendapatkan nilai di bawah ketuntasan yaitu kurang dari 60. Untuk
mengetahui
perkembangan
peningkatan
kemampuan
membaca
pemahaman dengan metode CIRC pada siswa kelas V dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 10. Rekapitulasi nilai rata-rata membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji sebelum dan sesudah tindakan Siklus I-II No Rata-rata sebelum tindakan 1 54,00
Rata-rata siklus I 67,27
Rata-rata siklus II 77,76
Keterangan Meningkat
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-
rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, dan nilai ratarata pada siklus II adalah 77,76. Tabel 11. Prosentase siswa yang memperoleh nilai lebih dari ≥ 60 sebelum dan sesudah tindakan siklus I-II Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 Sebelum Siklus Siklus I II 16 20 24
No
1
Prosentase Sebelum
Siklus I 66,67%
53,33%
Keterangan Siklus II 80%
Meningkat
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00 mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%, dan pada siklus kedua 80%. Jika disajikan dalam bentuk grafik perbandingan nilai antara Siklus I dan Siklus II adalah sebagai berikut: 12
Jumlah Siswa
10 8 Pra Siklus 6
Siklus I Siklus II
4 2 0 1,0-10
11,0-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
71-80
81-90
91-100
Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 8. Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Oleh karena itu, pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC sudah dapat dinyatakan berhasil karena sudah mencapai
indikator yang telah ditentukan. Namun untuk pemantapan maka dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Siklus III Pada siklus II hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji dengan indikator menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali isi teks berdasarkan bacaan yang dibaca mayoritas telah mencapai ketuntasan belajarnya karena telah mendapatkan nilai diatas standar ketuntasan minimal yaitu 60. Namun masih ada 6 siswa yang nilainya kurang dari 60. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan dan pemantapan pada siklus III ini. Dalam siklus III ini, dilaksanakan pada tanggal 23-25 April 2010 dengan alokasi waktu masing-masing pertemuan 2x35 menit. Adapun tindakan yang dilaksanakan pada siklus III ini adalah: a .Perencanaan Sebelum tindakan pembelajaran pada siklus III peneliti menyusun perencanaanperencanaan pembelajaran diantaranya menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan menyiapkan media. Perencanaan siklus III dengan pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC direncanakan pergantian anggota kelompok dan cerita untuk menghindari kejenuhan siswa dan proses pembacaan teks cerita dilakukan secara berpasangan dalam anggota kelompok.
b Pelakasanaan Pelaksanaan siklus III ini guru melaksanakan proses kegiatan pembelajaran memabaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe CIRC sesuai dengan perencaanaan yang telah dibuat. Adapun kegiatan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pertemuan pertama Pada pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010 Pertemuan pertama ini dilaksanakan pembelajaran membaca pemahaman dengan indikator menjawab pertanyaan berdasarkan isi teks cerita. Sebelum pembelajaran dimulai guru menyuruh salah satu siswa untuk memimpin doa, kemudian dilanjutkan dengan presensi. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu ”
Naik Delman” untuk membangkitkan motivasi. Pada saat apersepsi guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang cerita yang pernah dibaca siswa serta menyampaikan tujuan pembelajaran dengan singkat. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa menjadi 7 kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4 orang dan 2 kelompok beranggotakan 5 orang. Kelompok ini berbeda dengan kelompok pada siklus I dan kedua. Selanjutnya guru membagikan teks cerita berjudul ”Seruni” kepada setiap anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah kerja CIRC yang harus dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi menjadi 2 bagian dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian kelompok salah satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan dengan pasanganya. Baru setelah selesai, didiskusikan kembali dengan pasangan kelompok lain dalam 1 kelompok sehingga didapatkan jawaban yang diinginkan. Setelah itu, diadakan presentasi kelompok. Guru dan kelompok lain memberikan tangapan. Dalam kegiatan akhir guru memberikan evaluasi secara individu. Serta memberikan pemantapan materi. dan refleksi. 2) Pertemuan kedua Pertemuan II dilakasanakan pada tanggal 25 April 2010 dan dengan indikator menceritakan kembali cerita yang telah dibaca. Pada kegiatan awal diawali dengan doa, mengabsen dan memberikan apersepsi pelajaran yang telah lalu, kemudian menyamapaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Kegiatan inti diawali dengan guru meminta siswa berkelompok seperti pada pertemuan I. Selanjutnya guru membagikan teks cerita berjudul ”Seruni” kepada setiap anggota kelompok. Guru mengingatkan kembali langkah kerja CIRC yang harus dilakukan siswa. Pada pertemuan ini dalam satu kelompok dibagi menjadi 2 bagian dimana setiap bagian beranggotakan 2 atau 3 anggota. Setiap bagian kelompok salah satunya membacakan cerita dan berdiskusi tentang cerita yang dibagikan dengan pasanganya. Pada pertemuan kedua ini yang dibahas adalah pokok pikiran dalam setiap paragraf pada cerita. Setelah selesai membaca guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan kata-kata yang dianggap sukar atau yang belum dikaetahui. Siswa mencari pokok pikiran setiap paragraf. Setelah selesai siswa mempresentasikan hasilnya ke depan kelas. Siswa dan kelompok memberikan tanggapan
terhadap
presentasi yang dilakukan temanya. Siswa dan kelompok yang hasilnya paling baik diberi penghargaan berupa sertifikat. Pada kegiatan akhir guru memberikan evaluasi individu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dan pemantapan materi serta refleksi terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
c Observasi Pada tahap ini peneliti bersama observer mengadakan pengamatan berkaitan dengan tindakan penelitian. Pengamatan yang dilaksanakan ada dua yaitu pengamatan siswa dan pengamatan guru pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal samapai dengan kegiatan akhir.
1) Pertemuan pertama (a) Kegiatan Siswa Pada pertemuan pertama siklus ketiga ini siswa sudah aktif dalam pembelajaran baik pada saat kegiatan awal sampai kegiatan akhir. Meskipun masih ada beberapa siswa yang keaktifanya kurang tetapi hal ini dapat dimaklumi. Perhatian siswa terhadap pembelajaran cukup baik. Pada saat pembentukan kelompok, siswa sudah tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota kelompok yang telah ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah kegiatan CIRC seperti yang dijelaskan oleh guru. Kerjasama dalam kelompok sudah baik. Sifat individual siswa dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan mereka selalu berupaya untuk lebih cepat mengerjakan dari kelompok lain. Ketika presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk jari ingin maju ke depan terlebih dulu. Para siswa ingin mendapatkan penghargaan yang terbaik. Pada saat mengerjakan tugas individu, mereka cukup tenang dan dikerjakan sungguh-sungguh sendiri. (b) Kegiatan Guru Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa. Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah
dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Pemberian tes akhir sudah cukup baik, begitu pula dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat baik. 2) Pertemuan kedua (a) Kegiatan Siswa Pada pertemuan kedua siklus ketiga ini siswa terlihat sangat aktif dalam pembelajaran. Keaktifan mereka terlihat pada saat kegiatan awal inti maupun akhir. Ada beberpa yang terlihat kurang aktif, namun hal tersebut dapat dimaklumi karena siswa tersebut termasuk dalam kategori siswa yang lamban. Pada saat pembentukan kelompok, siswa sudah tidak ramai lagi dan langsung bergabung dengan anggota kelompok yang telah ditentukan. Siswa sudah melaksanakan langkah-langkah kegiatan CIRC seperti yang dijelaskan oleh guru. Siswa bekerja cukup aktif dalam kelompoknya. Sifat individual siswa dalam kelompok sudah tidak terlihat, bahkan mereka selalu berupaya untuk lebih cepat mengerjakan dari kelompok lain. Ketika presentasi kelompok, mayoritas siswa tunjuk jari ingin maju ke depan terlebih dulu, bahkan ada siswa yang ingin maju terus meskipun ia sudah maju presentasi sebelumnya. Para siswa terlihat antusias ingin mendapatkan penghargaan yang terbaik baik untuk dirinya maupun kelompok. Pada saat mengerjakan tugas individu, mereka cukup tenang dan dikerjakan sungguh-sungguh sendiri. (b) Kegiatan Guru Pada saat kegiatan awal maupun inti, guru bisa membuat suasana kelas menjadi hidup. Apersepsi yang ditampilkan menarik bagi siswa. Pada saat kegiatan inti, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti, hal ini membuat siswa lebih mudah dalam mengikuti pembelajaran dan memahami teks bacaan yang diberikan. Guru selalu mengawasi dan memberikan motivasi serta bagi tiap anggota kelompok. Pengelolaan kelas yang dilakukan cukup baik. Mobilitas guru juga tidak hanya di depan tetapi ke seluruh bagian. Guru juga memberikan masukan dan tanggapan pada saat kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Penghargaan yang diberikan guru mampu meningkatkan motivasi dan semangat siswa dalam pembelajaran. Pemberian tes akhir sudah cukup baik, begitu pula dengn pemantapan materi dan refleksi juga sudah sangat baik.
d Analisis dan Refleksi Hasil siklus III yang didapat dari hasil observasi, penilaian proses dan penilaian hasil pemahaman isi bacaan melalui tes kemudian dianalisis dan direfleksi sebagai langkah pengambilan tindakan berikutnya. Adapun hasilnya adalah: 1) Hasil belajar atau kemampuan membaca pemahaman dengan menggunakan model pembelajaran tipe CIRC lebih meningkat dibandingkan dengan siklus II. 2) Selama proses pembelajaran berlangsung keaktifan dan keantusiasan siswa sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat ketika anak berebut ingin maju saat mempresentasikan hasil kerja kelompok. Pada saat kerja kelompok siswa juga terlihat berusaha mengerjakan lebih cepat dari kelompok lain. 3) Masih ada siswa yang hasil kemampuan membaca pemahamannya kurang baik. Siswa ini daya pikirnya masih rendah dan termasuk anak yang lambat belajar. 4) Penghargaan dan motivasi yang diberikan oleh guru sudah cukup merata dan bagus, namun untuk anak yang tingkat membacanya masih kurang guru harus memberikan perhatian atau waktu yang lebih. Karena membaca merupakan modal dasar untuk menyerap pelajaran selanjutnya. 5) Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru telah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Hanya pada pertemuan II guru kelebihan waktu 10 menit. Hal ini dikarenakan guru memberikan penghargaan kepada siswa atas kinerja individu maupun kelompok. Dari hasil evaluasi dan penilaian kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji pada siklus III dapat dilihat pada interval nilai dan kualitas frekuensi dalam tabel di bawah ini: Tabel 12. Data Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III. No. Subyek Nilai No. Subyek Nilai
53 35 55 61 70 76 85 100 89 100 100 74 100 84 74
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
94 94 92 88 97 80 87 80 84 90 90 97 97 70 100
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai tertinggi dari hasil kemampuan membaca pemahaman oleh siswa adalah 100 dan nilai terendah adalah 35. Kemudian hasil perhitungan mean nilai rata-rata 83,2 dengan kategori nilai lebih dari cukup. fx X =∑ N = 2496 30 = 83,2
Keterangan: ∑ f x = Jumlah skor seluruh siswa N
= Jumlah siswa
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Membaca Pemahaman pada Kompetensi Dasar Membaca Siswa Kelas V SD Negeri Beji Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010 Siklus III. No. 1 2 3
Interval
Frekuensi
Prosentase (%)
Kategori
31-40
1
3,33
Kurang sekali
41-50
0
0
Kurang
51-60
2
6,67
Hampir cukup
4 5 6 7
61-70
3
10
Cukup
71-80
5
16,67
Lebih dari cukup
81-90 91-100
8 11
26,67 36,67
Baik Baik Sekali
30
100
Jumlah
Apabila dibuat dalam bentuk grafik adalah sebagai berikut:
Jumlah Siswa
12 10
31-40
8
41-50 51-60
6
61-70 71-80
4
81-90
2
91-100
0 Nilai Membaca Pemahaman
Gambar 9: Grafik Nilai Membaca Pemahaman Siswa kelas V SD Negeri Beji Siklus III Dari data interval nilai kemampuan membaca siswa kelas V SD Negeri Beji, kualitas baik sekali sebanyak 11 siswa atau 36,67%, kualitas baik sebanyak 8 siswa atau 26,67%, kualitas lebih dari cukup 5 siswa atau 16,67%, kualitas cukup sebanyak 3 siswa atau 10 %, kualitas hampir cukup sebanyak 2 siswa atau 6,67%, kualitas kurang tidak ada dan kualitas kurang sekali sebanyak 1 siswa atau 3,33%. Dari hasil kemampuan membaca pemahaman siklus I menunjukkan 1 siswa mendapatkan nilai 35, 1 siswa mendapatkan nilai 45, 1 siswa mendapatkan nilai 53, 1 siswa mendapatkan nilai 55, 1 siswa mendapatkan nilai 58, 1 siswa mendapatkan nilai 65, 1 siswa mendapatkan nilai 68, 2 siswa mendapatkan nilai 74, 4 siswa mendapatkan nilai 76, 1 siswa mendapatkan nilai 79, 2 siswa mendapatkan nilai 82, 1siswa mendapatkan nilai 84, 2 siswa mendapatkan nilai 85, 1 siswa mendapatkan nilai 89, 2 siswa
mendapatkan nilai 92, 1 siswa mendapatkan nilai 93, 2 siswa mendapatkan nilai 94, 1 siswa mendapatkan nilai 97 dan 5 siswa mendapatkan nilai 100. Berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan, peneliti dikatakan berhasil bila prestasi belajar siswa secara individu menunjukkan sekurang-kurangnya 60 dan klasikal menunjukkan 75%. Jadi kesimpulanya hasil penelitian siklus III sudah dapat dikatakan berhasil, sebab jumlah siswa kurangnya 60 sudah
secara individu yang mendapatkan nilai sekurang-
mencapai 75% dan secara klasikal nilai rata-rata siswa
dikategorikan lebih dari cukup. Adapun perhitungan ketuntasan belajar pada siklus III adalah sebagai berikut: n x 100%
r% = N 27
x 100%
= 30 =
90%
Keterangan: n = Jumlah siswa yang mendapat nilai sekurang-kurangnya 60 N = Jumlah siswa Setelah melakukan tindakan penelitian dari siklus I sampai siklus III maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD Negeri Beji mengalami peningkatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 14. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Membaca Pemahaman Siswa Kelas V SD Negeri Beji Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III. No
1
Rata-rata sebelum tindakan 54,00
Rata-rata siklus I
Rata-rata siklus II
Rata-rata siklus III
Keterangan
67,27
77,76
83,2
Meningkat
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami peningkatan. Nilai rata-
rata sebelum tindakan hanya 54, nilai rata-rata pada siklus I adalah 67,27, nilai rata-rata pada siklus II adalah 77,76 dan nilai rata-rata pada siklus III adalah 83,2.
Tabel 15. Prosentase Siswa yang Memperoleh Nilai ≥ 60 Sebelum dan Sesudah Tindakan Siklus I-III. No
Jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 60 Sebelum I II III
1
16
20
24
Prosentase
27
Keterangan
Sebelum
I
II
III
53,33%
66,67%
80%
90%
Meningkat
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa prosentase siswa yang mendapatkan nilai kurang dari 60,00 menurun dan prosentase siswa yang menapatkan nilai lebih dari 60,00 mengalami peningkatan. Prosentase jumlah siswa yang mendapatkan nilai lebih dari 60,00 adalah sebagai berikut: sebelum tindakan 53,33%, pada siklus pertama 66,67%, pada siklus kedua 80%, dan pada siklus ketiga 90%. Jika disajikan dalam bentuk grafik, perbandingan nilai membaca pemahaman antara pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III adalah sebagai berikut: 12
Jumlah Siswa
10 8 Pra Siklus Siklus I
6
Siklus II Siklus III
4 2 0 1,0-10
11,0-20
21-30
31-40
41-50
51-60
61-70
Nilai Membaca Pemahaman
71-80
81-90
91-100
Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Membaca Pemahaman Pra Siklus, Siklus I, Siklus II dan Siklus III
D. Temuan dan Hasil Tindakan Data yang berhasil dikumpulkan dianalisis berdasarkan hasil temuan yang dikaji sesuai dengn rumusan masalah yang selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Proses analisis data ditujukan untuk menemukan suatu hasil atau hal apa saja yang terjadi di lokasi penelitian, sehingga peneliti dapat menarik kesimpulan dari penelitian tersebut yang pada akhirnya peneliti dapat mengambil pelajaran dan memberikan masukan kepada pihak yang terkait di dalamnya.
1. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) a. Hasil Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah siswa lebih aktif dalam memperhatikan penjelasan dari guru, siswa lebih aktif dalam mengerjakan tugas-tugas dari guru, keberanian siswa untuk bertanya dan menyampaikan pendapat meningkat, siswa mulai dapat mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan diskusi, kreativitas dan inisiatif siswa berkembang, dan siswa lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga timbul kemauan untuk menerapkan hasil dan pemahaman siswa terhadap materipun meningkat. Adapun hasilnya sebagai berikut: Tabel. 16: Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas V SDN Beji Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Materi Membaca Pemahaman
N o 1 2 3 4
Kategori Sangat kurang Kurang Cukup Baik
Jumlah II
I
III
Prosentase (%) II
I
III
1 4
2 2
1 1
2 0
1 0
2 0
1 13,3
2 6,6
1 3,3
2 0
1 0
2 0
6 14 6
5 13 10
4 4 19
4 3 19
3 3 18
3 2 18
20 46,6 20
16,6 43,3 33,3
13,3 13,3 63,3
13,3 10 63,3
10 10 60
10 6,6 60
5
Sangat baik
0
0
2
4
5
7
0
0
6,6
13,3
16,6
23,3
Berdasarkan hasil olahan observasi dari pengamatan di atas dapat kita lihat prosentase hasil aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi membaca pemahaman dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) secara individual dan kelompok, dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan aktivitas yang cukup baik. Peningkatan aktivitas ini mengakibatkan peningkatan hasil evaluasi belajar siswa sehingga kemampuan membaca pemahaman mengalami peningkatan.
b. Hasil Evaluasi Belajar Hasil evaluasi belajar mengalami peningkatan dibuktikan dengan adanya peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan hasil yang disajikan dalam bentuk rata-rata nilai dan ketuntasan belajar. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: 1) Sebelum Tindakan Rata-rata nilai adalah 54,00 Nilai lebih dari 60,00 adalah 16 siswa Nilai kurang dari 60,00 adalah 14 siswa 2) Siklus I Rata-rata nilai adalah 67,27 Nilai lebih dari 60,00 adalah 20 siswa Nilai kurang dari 60,00 adalah 10 siswa 3) Siklus II Rata-rata nilai adalah 77,67 Nilai lebih dari 60,00 adalah 24 siswa Nilai kurang dari 60,00 adalah 6 siswa 4) Siklus III Rata-rata nilai adalah 83,2 Nilai lebih dari 60,00 adalah 27 siswa Nilai kurang dari 60,00 adalah 3 siswa
Dari hasil evaluasi yang dilaksanakan terbukti adanya peningkatan kemampuan membaca pemahaman antara sebelum tindakan, siklus I, siklus II, dan siklus III terus adanya peningkatan yang signifikan. Akan tetapi kenyataan di lapangan, pembelajaran membaca pemahaman dengan model pembelajaran tipe CIRC mengalami beberpa hambatan.
2. Penerapan Model Pembelajaran Tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) Dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman. Pelaksanaan
membaca
pemahaman
dengan
model
pembelajaran
tipe
Cooperative Intregated Reading Composition (CIRC) yang dilaksanakan di SD Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali merupakan suatu pembelajaran dari rangkaian kurikulum SD Negeri Beji yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman. Adapun penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus I adalah sebagai berikut: a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita. c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan. d. Setiap kelompok, ada satu siswa yang membacakan cerita untuk anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak. e. Siswa dalam kelompok berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan cerita. f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik. Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus II adalah sebagai berikut: a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. b. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar teks cerita. c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan.
d. Setiap kelompok, siswa bergiliran membacakan cerita untuk anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain yang tidak membaca menyimak. e. Siswa dalam kelompok berdiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan cerita. f. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas. g. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik. Penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan pada siklus III adalah sebagai berikut: a. Guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Lima kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa. Pada siklus III ini anggota kelompoknya berbeda dengan siklus I dan II. b. Setiap kelompok mendapatkan dua lembar teks cerita. c. Guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan. d. Setiap kelompok, siswa berpasangan 2 atau 3 saling membacakan cerita untuk anggota pasangannya, sedangkan anggota yang tidak membaca menyimak. e. Siswa dalam kelompok pasangan berdisiskusi tentang tugas yang diberikan yaitu halhal yang berkaitan dengan cerita. f. Pasangan-pasangan dalam kelompok mendiskusikan hasil kerja dalam pasangan mereka, sehingga diambil jawaban yang menurut mereka benar. g. Perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas h. Guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik.
3. Hambatan-hambatan Dalam Penelitian Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Siklus I 1) Ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak terbiasa dengan
pembelajaran
kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu untuk penyesuaian. 2) Sikap individual siswa dalam kelompok masih tinggi, sehingga berakibat kurangnya kerjasama dalam kelompok. 3) Pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas tidak menyimak tetapi malah ramai sendiri.
4) Teks yang terlalu panjang membuat siswa sedikit kesulitan memahami isi bacaan. 5) Kata-kata sukar atau yang asing bagi siswa membuat siswa keliru menafsirkan isi bacaan. b. Siklus II 1) Siswa merasa bosan dengan kelompok yang sama pada siklus I dan siklus II. 2) Pada saat dibacakan cerita, meskipun pembacaan sudah dilakukan secara bergiliran masih ada siswa yang tidak siap saat tiba giliranya untuk membaca karena tidak memperhatikan. 3) Perbendaharaan kata yang sedikit dan kata-kata yang belum dimengerti oleh siswa, membuat siswa kesulitan memahami isi bacaan. c. Siklus III Untuk siklus ketiga ini dapat dikatakan sudah tidak ada hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC).
Siswa sudah terbiasa dengan aktivitas belajar
kelompok sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Adapun cara untuk mengatasi hambatan-hambatan selama proses pembelajaran tersebut adalah: a. Siklus I 1) Menjelaskan kepada siswa alasan pemilihan anggota kelompok. 2) Menjelaskan bahwa aktivitas dalam kelompok juga dinilai. 3) Pembacaan cerita dilakukan secara bergiliran dengan anggota kelompok yang lain. 4) Teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan mudah dimengerti siswa. 5) Guru memberikan kesempatan siswa untuk menanyakan kata-kata yang masih dianggap sukar dan menjelaskan arti kata tersebut kepada siswa. b. Siklus II 1) Mengadakan pergantian kelompok dengan anggota yang berbeda dari kelompok sebelumnya. 2) Pembacaan cerita dilakukan secara berpasangan dan bergiliran dalam satu kelompok, sehingga siswa lebih memperhatikan. Selain itu siswa diminta mengoreksi pembacaan cerita siswa yang lain.
3) Guru memberikan penjelasan mengenai kata-kata yang masih dianggap asing bagi siswa.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus tersebut di atas, ternyata hipotesis yang dirumuskan telah terbukti kebenarannya. Dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD Negeri Beji kecamatan Andong kabupaten Boyolali tahun ajaran 2009/2010. Hal ini terbukti pada siklus I nilai rata-rata kelas 67,27, siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,76, dan siklus III nilai rata-rata kelas menjadi 83,2. Dengan demikian penerapan metode pembelajaran tipe CIRC dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran membaca di kelas V sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Adapun langkah penerapan model pembelajaran tipe CIRC yang dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) guru membagi siswa menjadi tujuh kelompok, 5 kelompok beranggotakan 4 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 5 siswa, (2) setiap kelompok mendapatkan teks cerita, (3) guru memberitahukan tugas masing-masing kelompok dan langkah kegiatan, (4) setiap kelompok ada satu siswa yang membacakan cerita untuk anggota kelompoknya, sedangkan anggota kelompok yang lain menyimak dan pembacaan teks ini dapat dilakukan secara bergiliran atau berpasangan, (6) siswa dalam kelompok berdisskusi tentang tugas yang diberikan yaitu hal-hal yang berkaitan dengan cerita, (7) perwakilan kelompok menyampaikan hasilnya ke depan kelas sedangkan kelompok yang lain menanggapi, (8) guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang hasilnya paling baik, dan (9) setelah selesai siswa mengerjakan evaluasi secara individu. Hambatan-hambatan yang ditemui dalam penerapan model pembelajaran tipe CIRC ini adalah sebagai berikut: (1) ketika pembagian kelompok, siswa yang tidak terbiasa dengan pembelajaran kelompok mengalami kesulitan dan memerlukan waktu untuk penyesuaian, (2) pada saat dibacakan cerita, siswa yang tidak membaca mayoritas tidak menyimak tetapi malah ramai sendiri, (3) teks yang terlalu panjang membuat siswa sedikit kesulitan memahami isi bacaan, (4) kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa
membuat siswa sulit memahami isi bacaan, dan (5) siswa kurang memperhatikan pada saat perwakilan kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok. Cara untuk mengatasi hambatan atau kendala yang terjadi selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran tipe CIRC adalah sebagai berikut: (1) membiasakan siswa untuk segera berkelompok dan memberikan penjelasan, (2) pembacaan teks dilakukan bergiliran dan siswa diminta mengoreksi pembacaan teks yang dilakukan siswa lain, (3) teks yang diberikan dipilih yang lebih pendek dan lebih mudah dipahami siswa, (4) guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan memberikan penjelasan mengenai kata-kata sukar yang belum dimengerti siswa, dan (5) menyuruh siswa memberikan tanggapan dan memberikan pertanyaan terhadap presentasi yang dilakukan temanya.
B.
Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia kompetensi dasar membaca. Berdasarkan hasil penelitian di atas terbukti model pembelajaran tipe CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1. Memberikan informasi bagi guru untuk menentukan model pembelajaran yang tepat dengan model pembelajaran tipe CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada pelajaran bahasa Indonesa kompetensi membaca khususnya dan pelajaran lain pada umumnya. 2. Mendorong siswa untuk memiliki keberanian dalam mengungkapkan pendapat dan mengembangkan
kreativitas
serta
inisiatifnya
untuk
menunjang
proses
pembelajaran. 3. Menunjukkan pentingnya menerapkan model pembelajaran yang bervariasi dan inovatif, salah satunya adalah model pembelajaran tipe CIRC yang terbukti dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga terjalin hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.
C. Saran Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan antara lain: 1. Bagi Sekolah Hendaknya sekolah mengupayakan pelatihan bagi guru untuk dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan harapan. 2. Bagi Guru a. Sebaiknya guru meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan merancang proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan pembelajaran akan menjadi lebih kondusif dan bermakna. Hal ini membuat siswa tidak mudah bosan dan tetap termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan pemahaman konsep pada materi pelajaran. b. Guru hendaknya menerapkan model pembelajaran tipe Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) pada mata pelajaran yang lain tidak hanya pada pembelajaran membaca saja. 3. Bagi Siswa Siswa harus lebih mengembangkan inisiatif, kreativitas, keaktifan, motivasi belajar dan mengembangkan keberanian menyampaikan gagasan dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan prestasi belajar. 4. Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan pembelajaran kooperatif tipe CIRC guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan siswa yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Supriyono. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anita Lie. 2010. Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruangruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Anton Sukarno. 2006. Pelayanan dan Model Pembelajaran Anak Berkesulitan Belajar. Surakarta: UNS Press 2007. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/ MI. Jakarta. Cuero, K.K. 2008. Venturing into Unknown Territory: Using Aesthetic Representation to Understanding Reading Comprehension. International Journal of Education & the Arts. Volume 9 Number 1. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 1995. http://www.ed.gov/pubs/EPTW/eptw4/eptw4c.html diakses 23 desember 2009 DP. Tampubolon. 2008. Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. Farida Rahim. 2008. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Hairuddin dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia. Direktorat Pendidikan Tinggi. Henry Guntur Tarigan. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa 1994. Membaca Ekspresif. Bandung: Angkasa. I G A K Wardani & Kusmaya Wihardit. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka. Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Bandung: Alfabeta Iskandarwassid & Dadang Suhendar. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pressley, Michael. 2000. Comprehension Instruction: What Makes Sense Now, What Might Make Sense Soon. Kamil, Monsethal& Bar volume III. http: readingonline.org diakses tanggal 17 Januari 2010. Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahmat Widodo. 2009. Pembelajaran Membaca di SD. http://wyw1d.wordpress.com/. Diakses tanggal 22 Desember 2009. Rochiati Wiriaatmadja. 2009. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset dan praktik. Terjemahan Nurlita. Bandung: Nusa Media. 2010. Effective Reading Programs for the Elementry Grades: A BestEvidence Synthesis. Johns Hopkins University School of Education’s Center Siti Khuzaimatun. 2009. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Metode SQ3R Siswa Kelas X SMA N 1 Sumberlawang. Skripsi: UNS Sonia Casal. Cooperative Learning in CLIL Contexts: Ways to improve Students, Competences in the foreign Language Clasroom. (Sevilla-Spain Universidad Pablo de Olavide). St. Y Slamet. 2008. Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press. 2008. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: UNS Press St. Y Slamet & Suwarto. 2007. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Suarakarta: UNS Press. Sugiyanto. 2008. Model-model Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Suwarto. 2009. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca dan Menulis Permulaan Dengan Metode Kooperatif Integrasi Membaca dan Komposisi (CIRC). Tesis : UNS. Suyatmi. 1996. Membaca I. Surakarta: UNS. Girgin, Umit. 2006. Evaluation Of Turkish Hearing Impaired Students’ Reading Comprehension With The Miscue Analysis Inventory. Journal Of Special Education. Vol 21 No.3 (http://endonusa.wordpress.com). Diakses tanggal 14 Desember 2010 http://ulyssesonline.com/. Pembelajaran Bahasa Indonesia. diakses tanggal 15 Desember 2009
http://one.indoskripsi.com/. Korelasi Antara Kebiasaan Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kealas XI SMA Taman Islam Bogor. diakses 12 Desember 2009 http:/jiunkpe/s1/eman/2008/. Definisi Kemampuan. Diakses tanggal 16 Desember 2009