Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Sri Indrawati Dosen FKIP Universitas Sriwijaya Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bernalar mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah dalam perkuliahan Psikolinguistik melalui pembelajaran konstruktivisme. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian berlangsung selama dua siklus, mulai September –Desember 2007. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester V Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan daerah. Prosedur penelitian diawali dengan perencanaan, implementasi, observasi, dan evaluasi dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan bernalar mahasiswa dalam perkuliahan Psikolinguistik melalui pembelajaran konstruktivisme. Penelitian berakhir pada siklus II karena, baik dari hasil tes maupun hasil proses pembelajaran, telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Kata kunci: kemampuan bernalar dan konstruktivisme
Abstract The objective of this research is to increase studnts’ reasoning ability in Psycholinguistics subject matter by constructivism instruction. Action research is apllied in this study. The study was held in two syclues, from September to December 2007. The research subjects were semester V students of Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Study Programe. Procedures which applied are planning, implementing, observing, evaluating, and reflecting. The result of the study shows that students’ reasoning ability increase by using constructivism instruction. The research which was done in Psycolinguistics ended in syclues II because the achievement test and learning processes have achieved the criteria which were decided before.
Key words: reasoning ability and constructivism
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 maupun proses yang terjadi di otak
Pendahuluan Proses
belajar
mengajar
di
pendengar Bagaimana bahasa itu dipahami,
Perkuliahan akan berlangsung secara optimal jika dosen
dan
terjadi interaksi antara mahasiswa,
mahasiswa
dan
anatara mahasiswa.
Pembelajaran yang demikian
diproduksi,
diperoleh
kajian Psikolinguistik. Berdasarkan selama
pengalaman
mengajarkan
ternyata bahwa
belajar. Dalam Kurikulum 2004 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
terdapat
kuliah
keahlian berkarya (MKB).
Salah mata kuliah Psikolinguistik
sejumlah
mata
MKB itu adalah (GIN354)
yang
diberikan pada semester V dengan
Mata kuliah Psikolinguistik
ini
membahas hubungan bahasa dan psikologi. Objek kajian Psikolinguistik sebenarnya adalah bahasa, tetapi bahasa yang berproses dalam jiwa manusia yang tercermin dalam gejala jiwanya2). Ini berarti bahwa titik berat Psikolinguistik adalah bahasa bukan gejala jiwa itu. Titik berat kajian Psikolinguistik adalah proses bahasa yang terjadi pada otak (mind), baik proses yang terjadi di otak pembicara
peneliti
Psikolinguistik
materi teori-teori
Psikolinguistik masih dirasakan sulit dan membingungkan mahasiswa. Hal ini
berdasarkan
hasil
pengamatan
selama proses perkuliahan dan hasil ujian yang berupa kuis dan ujian tengah
semester.
Dari
hasil
pengamatan selama Proses
bobot 2 sks.1)
oleh
seseorang merupakan ruang lingkup
akan
memberikan dampak terhadap hasil
dan
perkuliahan
Psikolinguistik
(September—Oktober 2006), baik tugas yang maupun
diberikan
secara
individual
kelompok,
ternyata
mahasiswa sulit memahami konsepkonsep yang diberikan.
Mahasiswa
tidak dapat menghubungkan antara konsep teori yang telah dipelajari dan data lapangan. Hal ini tergambar ketika dosen
menyuruh
mahasiswa
untuk
memberikan ilustrasi atau contoh dari suatu
teori/konsep
Contoh, menerangkan
yang
mahasiswa struktur
relevan. diminta
dalam
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
dan
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 struktur
luar
dari
suatu
ujaran.
perkuliahan apa yang dilakukan. Pada
batasan
struktur
setiap kegiatan itu tidak jelas juga apa
dalam dan struktur luar. Namun, ketika
yang harus dilakukan oleh mahasiswa
mereka diminta untuk memberikan
dan dosen..
contoh ujarannya
tidak
Mahasiswa hafal
dan menganalisis
Pembelajaran seperti itu
berdampak
pengiring
agar
ujaran-ujaran yang diperoleh dari data
mahasiswa dapat berpikir tingkat tinggi.
lapangan,
Hal ini disebabkan mereka tidak digiring
hampir sebagian besar
mahasiswa tidak dapat menganalisis
untuk
ujaran itu.
terjadi di lapangan, mereka hanya hafal
Pembelajaran dalam mata kuliah Psikolinguistik berlangsung dengan
yang selama
ini
menggunakan
telah
memecahkan
masalah
yang
teori yang ada dalam buku. Mahasiswa tidak
dapat
memadukan
antara
dilakukan
pengetahuan yang telah dimilikinya dan
ceramah,
pengetahuan
diskusi, tugas, tanya jawab. Langkahlangkah yang dilakukan
sebagai
baru
Berdasarkan peneliti
materi dengan ceramah dan kadang-
penyebab
kadang
konsep-konsep
dengan
data
lapangan.
berikut: dosen langsung menyajikan
diselingi
berupa
hasil
refleksi
berkesimpulan rendahnya
itu,
mungkinkah pemahaman
Psikolinguistik
dari
menggunakan media OHP atau LCD,
mahasiswa itu karena kurang tepatnya
mahasiswa
strategi pembelajaran yang digunakan.
mendengarkan
penjelasan, lalu tanya jawab atau
Setelah peneliti melakukan
berdiskusi.
dengan tim dosen
Dari hasil refleksi ternyata bahwa pembelajaran dilakukan
seperti
selama
menunjukkan
yang
ini
kelemahan.
kuliah
diskusi
pengampu mata
ini dan beberapa mahasiswa
telah
peserta kuliah Psikolinguistik semester
masih
V tahun akademik 2004/2005 perlu
Pertama
dicarikan
alternatif
pemecahannya.
kurang adanya langkah-langkah yang
Salah satu strategi yang dipilih yang
jelas, kegiatan awalnya apa yang
diharapkan
dilakukan, kegiatan intinya apa yang
kemampuan
dilakukan,
adalah
dan
kegiatan
akhir
dapat bernalar
meningkatkan mahasiswa
konstruktivisme. Pembelajaran
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 konstruktivisme
diharapkan dapat
menjadi alternatif dalam peningkatan kualitas
pembelajaran
perkuliahan Psikolinguistik. diasumsikan dapat
komprehensi,
produksi,
dan
menyatakan
bahwa
4)
pemerolehan.
dalam
Chaer
Hal ini
psikolinguistik mencoba menerangkan
karena konstruktivisme
hakikat struktur bahasa, dan bagaimana
menjembatani
kesenjangan
pembelajaran dewasa ini. dikatakan oleh Nur,
strutur itu diperoleh, digunakan waktu
Seperti
bertutur, dan pada waktu memahami
konstruktif lahir
kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.5)
dari gagasan Piaget dan Vygotsky,
Dengan
yang
menekankan
merupakan
kajian
perubahan kognitif hanya terjadi jika
berbahasa,
bagaimana
konsepsi-konsepsi
berproses
keduanya
yang
telah
dipahami sebelumnya diolah melalui proses
ketidakseimbangan
demikian,
psikolinguistik tentang
dalam
prilaku
bahasa
jiwa
itu
seseorang
sebelum tuturan itu terwujud.
dalam
Konstruktivisme
merupakan
salah
upaya memahami informasi-informasi
satu strategi yang dapat meningkatkan
baru.3)
kemampuan bernalar mahasiswa untuk
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memahami
konsep-konsep
meningkatkan kemampuan bernalar
Psikolinguistik.
mahasiswa Program Studi Pendidikan
prinsip-prinsip
Bahasa dan Sastra Indonesia
dan
konstruktivisme
dapat
konsep-konsep
konsep-konsep
ilmu
Daerah
memahami
Psikolinguistik
melalui pembelajaran
konstruktivisme.
yang
contoh
Psikolinguistik studi yang aspek
tertarik terhadap aspek-
psikologikal
Psikolinguistik
membicarakan tiga topik utama, yaitu
pembelajaran menjembatani (Psikolinguistik)
berupa
model/ilustrasi,
yang
sehingga
baru
itu
dapat
berasimilasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki oleh mahasiswa.
bahasa. sesungguhnya
disebabkan
peristiwa,
pengetahuan adalah lapangan
ini
yang masih kabur melalui pemberian media
Tinjauan Pustaka
Hal
Seperti prinsip itu
dikatakan
oleh
Bruner,
pembelajaran konstruktivisme
adalah
pembelajaran
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
hendaklah
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 dimulai dari isu-isu yang berada di
mahasiswa Program Studi Pendidikan
sekeliling mahasiswa;
Bahasa dan Sastra Indonesia dan
keaktifan dan
keterlibatan mahasiswa dalam proses
Daerah
belajar
Psikolinguistik
mengajar
sesuai
dengan
kemampuan, pengetahuan awal, dan gaya
belajar
masing-masing;
memahami
konsep-konsep
dapat
ditingkatkan
melalui pembelajaran konstruktivisme? Driver dalam Fraser dan Walberg
sementara dosen sebagai fasilitator
(1995)
perlu memahami model-model mental
pembelajaran
si pemelajar (mahasiswa) sehingga
konstruktivisme,
dapat
pemelajar membangun sendiri konsep-
membantu mahasiswa apabila
mereka
menemui
kesulitan;
telah menciptakan prosedur berdasarkan yaitu
memfasilitasi
konsep baru berdasarkan konsep lama
pengukuran pembelajaran dilakukan
yang
melalui assesment.6)
konsep baru itu tidak terjadi di ruang
Bruner
Lebih lanjut,
mengindikasikan
telah
dimiliki.
Pembangunan
bahwa
hampa melainkan dalam konteks sosial,
pembelajaran itu akan lebih bermakna
tempat pemelajar berinteraksi dengan
kalau struktur kognitif yang dimiliki
orang lain untuk merestruksi ide itu.9)
pemelajar
berasimilasi
pengetahuan/pengalaman
dengan yang
Berikut disajikan bagan prosedur pembelajaran
7)
Driver
f
(1999)
baru.
dalam
konstruktivisme Fraser
dan
Selanjutnya dikatakan pula oleh Heins (1991), dalam konstruktivsime itu mahasiswa mengkontruksi dan menemukan sendiri konsep-konsep, baik
secara
kelompok.
individual
maupun
Mahasiswa
harus
difokuskan pada pembelajaran bukan pada subjek materi.8) Masalah penelitian ini adalah apakah
kemampuan
bernalar
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
dari Wilberg
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5
Penggalian ide Restrukturisasi ide
Orientasi
• •
Membandingkan • dengan ide sebelumnya •
Klarifikasi dan pertukaran Ekspose pada situasi konflik Konstruksi ide baru Evaluasi
Aplika si Ide
Reviu perubahan
Dari bagan di atas terlihat bahwa ada
antara konsep baru dan konsep lama
lima
digunakan alat/media
fase/tahapan
dalam prosedur
pembelajaran
pembelajaran konstruktivisme, yaitu (1)
yang berupa carta, ausio visual, dan
orientasi,
(3)
multimedia. Dari contoh atau perisitiwa
restrukturisasi ide, (4) aplikasi ide, (5)
itu mahasiswa dapat menyimpulkan
dan reviu perubahan ide.
pengertian
Dalam
(2)
penggalian
penelitian
ide,
ini
prosedur
dipelajari.
konsep Hal
ini
yang
sedang
didasari
hasil
pembelajaran konstruktivisme di atas
penelitian yang mengatakan bahwa
menjadi acuan dalam
memecahkan
kalau guru menyediakan semacam
masalah
Pembelajaran
sarana pengatur (advance organizers),
merupakan
alat untuk membangkitkan skemata
penelitian.
konstruktivisme pembelajaran
yang
menjembatani
siswa,
pembelajaran
akan
lebih
pengetahuan baru dan pengetahuan
bermakna
lama
memahami materi yang disajikan.10)
mahasiswa
berasimilasi.
Untuk
sehingga itu,
dapat
Metodologi
pengetahuan itu melalui pemberian
Metode
peristiwa,
pembelajaran.
Dalam
mudah
yang digunakan dalam
dengan
penelitian ini adalah metode penelitian
alat/media
tindakan kelas. Prosedur penelitian
contoh
menggunakan
siswa
diperlukan
sarana untuk menghubungkan kedua
ilustrasi
sehingga
perkuliahan
Psikolinguistik ini sarana penghubung
menggunakan dengan
rancangan
siklus-siklus.
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
spiral Prosedur
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 penelitian tindakan itu dimulai dengan
dan mahasiswa, wawancara, dan tes
perencanaan, implementasi tindakan,
akhir siklus, (5) menetapkan indikator
observasi/evaluasi, dan refleksi.
keberhasilan
Subjek penelitian adalah mahasiswa reguler
Program
Studi
melakukan
penelitian, simulasi
dan
(6)
pembelajaran
Pendidikan
bersama tim untuk melakukan kegiatan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP
pembelajaran sesuai dengan rencana.
Universitas Sriwijaya tahun akademik
Pelaksanaan penelitian dilakukan
2005/206 yang berjumlah 35 orang,
dengan mengacu pada tahap-tahap
laki-laki
pembelajaran konstruktivisme sebagai
6 orang dan perempuan 29
orang.
berikut: (1) Pada pertemuan pertama,
Penelitian ini dilaksanakan pada
dosen
membuka
awal
perkuliahan
semester V tahun 2007 Pelaksanaan
dengan
penelitian berlangsung selama 3 bulan
perkuliahan dan hal-hal
(satu semester), mulai September s.d.
dilakukan
November 2007.
semester; (2) Dosen mengadakan tes
Prosedur dengan
penelitian
ini
perencanaan.
perencanaan,
dimulai
awal
Dalam
mahasiswa
mahasiswa
untuk
silabus yang perlu
selama
satu
menjajaki
kemampuan
sebelum
mengikuti
melakukan
perkuliahan lebih lanjut; (3) Pertemuan
langkah-langkah berikut: (1) membuat
berikutnya, dosen mulai melaksanakan
silabus perkuliahan yang disesuaikan
penelitian. Pada fase pendahuluan
kalender akademik, (2) merancang
dosen
skenario pembelajaran yang berisikan
mengkondisiskan mahasiswa
langkah-langkah, tindakan yang akan
fase orientasi melalui penginformasian
dilakukan oleh dosen dan mahasiswa,
deskripsi materi yang akan dibahas; (4)
(3) mempersiapkan fasilitas dan sarana
Masih
pendukung yang akan
langkah berikutnya dosen mengadakan
kelas,
peneliti
memberikan
diperlukan di
seperti membuat media audio
membuka pelajaran
dalam
penggalian
fase
dengan atau
pendahuluan,
ide.
Dosen
visual dan alat bantu pembelajaran, (4)
mendemonstrasikan
menyusun
penelitian,
peristiwa yang problematik dengan
seperti lembar observasi untuk guru
memperlihatkan media audivisual yang
instrumen
contoh-contoh
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 telah dirancang. menanggapi,
meramalkan
memecahkan kegiatan
Mahasiswa diminta
masalah
penelitian
siklus ini
tindakan
dilakukan
dalam
observasi.
melalui
Observasi dilakukan untuk mengamati
kelompok (pasangan), dan
dan mendokumentasikan hal-hal yang
individual;
(5)
kegiatan
inti
Fase
itu
dan
Setiap
berikutnya
perkuliahan,
yaitu
terjadi
selama tindakan berlangsung.
Observasi
ini
dilakukan
dengan
restrukrisasi ide dan aplikasi ide. Pada
menggunakan lembar pengamatan dan
kegiatan
catatan lapangan.
ini
mahasiwa
secara
kooperatif, yaitu kelompok pasangan atau
berempat. (bergantung pada
Hasil data yang berupa proses pembelajaran,
yang
diperoleh
materi), mahasiswa mengklarifikasi dan
pengamatan,
catatan
mengadakan
mengerjakan
ide,
wawancara
dievaluasi.
gagasan
dan
pengamatan
dipergunakan
evaluasi;
terakhir (penutup), reviu ide.
Pada
lapangan,
pertukaran
mengkonstruksi
mengamati
kegiatan
perubahan
mahasiswa
selama
dosen
dan
perkuliahan
materi
berupa daftar isian (check list) yang
pembelajaran yang dapat dilakukan
berisi kegiatan kegiatan dosen, mulai
secara klasikal dan individu. Selama
dari kegiatan awal, inti perkuliahan,
proses perkuliahan berlangsung,mulai
dan
dari kegiatan awal (fase pendahuluan)
dengan
sampai dengan fase penutup dilakukan
konstruktivisme. Instrumen wawancara
pengamatan oleh dosen lain (anggota
diberikan kepada mahasiswa
tim)
lembar
bertujuan untuk mengetahui pendapat
pengamatan; (7) Setelah pelaksanaan
mahasiswa bagaimana materi, teknik
pembelajaran
pembelajaran, suasana pembelajaran
dilaksanakan
dosen
untuk
berlangsung. Lembar pengamatan ini
dengan
ini
Fase
Lembar
dan
mahasiswa
tahap
(6)
dari
menyimpulkan
menggunakan
konstruktivisme dalam
beberapa
penutup
perkuliahan
prosedur
pembelajaran
yang telah berlangsung,
pertemuan diakhiri dengan tes akhir
yang dihadapi selama
siklus I.
berlangsung,
sesuai
yang
kesulitan
pembelajaran
harapan-harapan untuk
perbaikan pembelajaran yang akan
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 datang dapat
(berikutnya) dilihat
Instrumennya
pada
(lampiran
5).
berhasil. Kriteria ini digunakan sebagai bahan
refleksi
Catatan lapangan dipergunakan untuk
tindakan
hak-hal
pelaksanaan
yang
pelaksanaan
terjadi
penelitian,
dalam
baik
yang
siklus
mengadakan
berikutnya.
Jika
pembelajaran siklus I
belum mencapai kriteria yang telah
berlangsung selama KBM maupun di
ditetapkan,
luar KBM.
produk,
Selain data proses, data produk pun
untuk
baik
proses
tindakan
dilanjutkan
ke
maupun
penelitian siklus
II
perlu dengan
dianalisis. Data produk itu berupa hasil
menggunakan prosedur semula, yaitu
tes
Untuk
perencanaan, implementasi, observasi,
keberhasilan
evaluasi dan refleksi. Namun, jika
proses pembelajaran yang diperoleh
pelaksanaan pembelajaran siklus I,
dari pengamatan digunakan indikator
baik proses maupun produk, sudah
dan kriteria sebagai berikut.
menunjukkan
akhir
setiap
mengetahui
siklus..
tingkat
Jika di
ketuntasan
belajar
dalam proses pembelajaran
75 %
(mencapai
mahasiswa
dapat
ditetapkan), tindakan penelitian akan
sudah
memperlihatkan dalam,
1)
kemampuannya
membandingkan
kriteria
antara Hasil dan Pembahasan
(termasuk
konsep,
Hasil Penelitian
2)
Pelaksanaan
mengklasifikasi
konsep),
mengaplikasikan
telah
diakhiri pada siklus I.
konsep satu dan konsep yang lain mengidentifikasi
yang
konsep
tindakan siklus I
dimulai pada 10 September
– 22
(menghubungkan antara kajian teori
Oktober 2007. Pertemuan pertama,
dan data, dan 3) menyimpulkan suatu
sebelum pelaksanaan tindakan siklus I
konsep/teori.
Sedangkan untuk data
dilaksanakan terlebuh dahulu tes awal
produk yang berupa tes kemampuan
pada 3 September 2007. Hasil tes awal
pemahaman materi diukur dari hasil tes
itu menunjukkan bahwa nilai-rata-rata
akhir setiap siklus. Jika > 85 % dari
pemahaman konsep
mahasiswa mendapat nilai > 70 atau
mahasiswa adalah 52.
minimal 71,
pada kegiatan awal perkuliahan, dosen
penelitian dikatakan
Psikolinguistik Selain
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
itu,
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 juga
menyampaikan
silabus
bahwa
yang
mencapai
ketuntasan
perkuliahan, yang berisi tujuan umum
belajar hanya 63,85%. Atau baru 22
perkuliahan, materi perkuliahan, buku
mahasiswa yang mendapat nilai > 70.
acuan yang dapat dibaca, serta teknik
Nilai rerata tes akhir siklus I
hanya
evaluasi perkuliahan.
64,54.
proses
Dilihat
dari
hasil
Pertemuan kedua (10 September
pembelajaran selama perkuliahan pada
2007) materi perkuliahan adalah ”Latar
siklus I ternyata bahwa baru 38,66 %
belakang lahirnya Psikolinguistik dan
mahasiswa
objek
Psikolinguistik”.
memperlihatkan
dan
kemampuan
kajian
Pertemuan
ketiga
keempat
yang
dapat
keaktifannya
dalam
menjawab pertanyaan
dilaksanakan pada 17 September dan
dosen yang berupa membandingkan
24 September 2007. Oleh karena
konsep, mengaplikasikan konsep, dan
materi perkuliahan yang disampaikan
menyimpulkan suatu konsep.
cukup luas, perkuliahan dilaksanakan
Tindakan siklus II berlangsung dari
dalam dua kali pertemuan. Perkuliahan
29
dilanjutkan pada pertemuan kelima dan
Pertemuan pertama tindakan siklus II
keenam, 1 Oktober
dan 5 Oktober
dilaksanakan pada 29 dan pertemuan
2007. Materi yang disampaikan adalah
kedua 5 November Oktober 2007.
”Hubungan Berbahasa, Berpikir, dan
Materi yang disampaikan mengenai
Berbudaya”.
”Aspek Neurologi Bahasa”.
Cara
penyajian
pada
ketujuh
Oktober
Pertemuan
–12
November
ketiga
dan
2007.
keempat
pertemuan itu menggunakan model
tindakan siklus II dilaksanakan pada 9
konstruktivisme, yang diawali dengan
November dan 12 November 2007.
masa
Materi
orientasi,
penggalian
ide,
restrukturisasi ide, aplikasi ide dan reviu perubahan ide. Berikut salah satu contoh model pembelajaran tersebut. Pertemuan ketujuh pada tanggal 22
yang
disampaikan
adalah
”Gangguan Berbahasa”. Pertemuan kelima pada tanggal 19 November 2007 dilakukan tes akhir siklus II. Tes yang diberikan berbentuk
Oktober 2007 dilakukan tes akhir siklus
esei.
I. Dari hasil tes akhir siklus I ternyata
ternyata bahwa 85% mahasiswa sudah
Dari hasil tes akhir siklus II
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 mendapat
nilai
>70.
Atau
33
dibandingkan dengan hasil tes awal,
mahasiswa yang mendapat nilai > 70.
hasil
Nilai rerata tes akhir siklus I
hanya
menunjukkan peningkatan (hasil tes
74,85.
proses
awal atau TO diperoleh dengan rata-
pembelajaran selama perkuliahan pada
rata 52, sedangkan T1 rata 64,54).
siklus II ternyata bahwa
Oleh karena itu, penelitian ini masish
Dilihat
dari
mahasiswa
hasil
79,92 %
yang
memperlihatkan kemampuan
dapat
keaktifannya
dalam
tes
siklus
I
(T1)
sudah
perlu dilanjutkan ke siklus II. Pelaksanaan
siklus
II
dilakukan
menjawab pertanyaan
dengan berbagai perubahan strategi
dosen yang berupa membandingkan
aktivitas dosen dan mahasiswa dalam
konsep, mengaplikasikan konsep, dan
proses
menyimpulkan suatu konsep.
pembelajaran konstruktivisme terdapat
pembelajaran.
Dalam
lima fase atau tahapan. Perbedaan Pembahasan
dengan tindakan siklus I terletak pada
Dari hasil analisis tindakan siklus I
kegiatan dosen dan mahasiswa pada
ternyata, baik proses maupun tes
fase kedua, ketiga, dan keempat.
belum mencapai kriteria yang telah
Pada fase pertama, yaitu orientasi ide,
ditetapkan. Untuk proses, hasil yang
kegiatan
dicapai
dengan
baru
mencapai
mahasiswa
38,66%
yang
cara
dosen
dalam
nyata sehari-hari dan mengemukakan
menjawab pertanyaan
tujuan pembelajaran. Kegiatan dosen
keaktifannya
dan mahasiswa
konsep, mengaplikasikan konsep, dan
tidak
menyimpulkan
seperti pada
siklus
I
ketuntasan Atau
baru
menunjukkan
relevansi materi dengan kehidupan
dosen yang berupa membandingkan
Sedangkan
dilakukan
dapat
memperlihatkan kemampuan
pembelajaran
suatu
konsep.
hasil tes akhir tindakan menunjukkan
dalam pembelajaran
mengalami
perubahan
sama
tindakan siklus I. Pada
fase kedua, penggalain ide, kegiatan
bahwa
pembelajaran dilakukan dengan cara
63,85%.
dosen memperlihatkan gambar melalui
belajar
hanya
22
mahasiswa
yang
mendapat nilai > 70. Namun, bila
OPH atau LCD dan mahasiswa diminta meramalkan
dan
menanggapinya.
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 Pembelajaran
dilakukan
secara
peningkatan yang cukup memadai.
klasikal.
fase
ketiga,
Hasil tes pada siklus II menunjukkan
dosen
bahwa nilai rata-rata tes siklus II (T2)
peristiwa,
mencapai 74,28. Ketuntasan belajar
Pada
restrukturisasi
ketiga
ide,
menyanyikan
suatu
memperlihatkan gambar/carta sekali-sekali
meragakan.
dan
diperoleh
85,72%. Atau
30
orang
Dosen
mahasiswa sudah mendapat nilai >70.
mahasiswa
Hasil ini sudah memenuhi kriteria
mengkonstruksi ide melalui pemberian
ketuntasan belajar. Selain itu, dilihat
pertanyaan
pemberian
dari hasil proses pembelajaran selama
penguatan. Dosen juga menuliskan
perkuliahan pada siklus II ternyata
jawaban-jawaban mahasiswa di papan
bahwa
tulis. Dosen mengajukan pertanyaan
dapat
memperlihatkan
lagi untuk mengetahui penguasaan
dalam
kemampuan
konsep yang telah dibentuk dalam
pertanyaan
berbagai cara itu. Pada fase keempat,
membandingkan
aplikasi ide, mahasiswa mendiskusi
mengaplikasikan
hubungan
menyimpulkan suatu konsep.
mendorong
pemandu,
konsep
yang
diajarkan
dengan kehidupan nyata sehari-hari dan
mempresentasikannya.
menciptakan suasana kondusif,
Dosen
belajar yang
melalui
untuk bertanya. Fase kelima, reviu ide, menyuruh
yang
keaktifannya menjawab
dosen
yang
berupa konsep,
konsep,
dan
Tabel 1 berikut dapat memperjelas hasil proses, produk, dan ketuntasan belajar.
merespon,
mengarahkan, memotivasi mahasiswa
dosen
79,92 % mahasiswa
mahasiswa
menyimpulkan materi dan memberikan tugas di rumah yang dapat berupa
Tabel 1 Persentase hasil proses, rerata tes dan persentase ketuntasan Tahap
% Hasil Proses
Rerata Tes
TO
0
52
% Ketuntasan 40
T1
38,86
64,43
63,85
T2
79,92
74,28
85,72
meenganalisis soal atau membaca buku acuan.
Dari tabel di atas tergambar bahwa
Melalui proses pembelajaran dengan langkah-langkah
itu,
terjadi
pembelajaran konstruktivisme
dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran,
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 baik itu proses maupun produk atau
tes
hasil pembelajaran. Hal ini didukung
74,28
pula dari data hasil wawancara kepada
mencapai 85,72%. Dengan demikian,
mahasiswa,
menyimpulkan
hasil tes siklus II sudah mencapai
bahwa pembelajaran konstruktivisme
kriteria yang telah ditetapkan, yaitu
dapat meningkat penalaran, berpikir
85% mahasiswa sudah mendapat nilai
kritis, dan berkreatif.
>70.
yang
sudah cukup memadai, yaitu dengan
Temuan Kesimpulan dan Saran
yang
penelitian
Berdasarkan hasil penelitian dan
ini
keterampilan
perkuliahan
kegiatan
menggunakan
pembelajaran
konstruktivisme kemampuan dalam
dengan yang
dapat meningkatkan bernalar
memahami
mahasiswa
konsep-konsep
didapat
adalah
belajar
dalam strategi
konstruktivisme ini dapat meningkat
pembahasan dapat disimpulkan bahwa Psikolinguistik
ketuntasan
berpikir
kritis,
melalui
membandingkan,
meramalkan,
menanggapi,
mengidentifikasi,
mengapklikasikan,
dan menyimpulkan. Fase-fase
dalam
pembelajaran
Psikolinguistik. Kemampuan bernalar
konstruktivisme,
dalam
yang
pewnggalian ide, restruktrukrisasi ide,
membandingkan
aplikasi ide, dan reviu ide merupakan
antarkonsep (mengidentifikasi konsep,
langkah-langkah pembelajaran yang
mengklasifikasi, memberikan contoh);
dapat menggiring mahasiswa berpikir
mengaplikasikan
kritis.
memamahi
dimaksud adalah
konsep
konsep;
dan
menyimpulkan suatu konsep atau teori. Penelitian tindakan kelas ini berakhir
Berdasarkan penelitian
tindakan
fase
orientasi,
hasil ini
temuan disarankan
pada siklus II. Hal ini didasari oleh hasil
kepada
proses pembelajaran dan hasil tes.
menerapkan strategi konstruktivisme
Dilihat dari hasil tes, pada siklus I hasil
dalam permbelajaran mata kuliah yang
rerata tes
lain. Kegiatan dosen dan mahasiswa
baru mencapai 64,53,
dosen
dengan ketuntasan belajar 63,85%,
dalam
Sedangkan pada siklus II, rerata hasil
konstruktivisme
agar
fase-fase
dapat
pembelajaran itu
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme
dalam
Jurnal Pembangunan Manusia edisi 5 penerapannya hendaknya pula dapat dimodifikasi atau dikreatifkan
sendiri
oleh dosen sehingga pembelajaran itu dapat menarik.
Daftar Pustaka 1) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univrsitas Sriwijaya. (2005). Buku Pedoman FKIP, Universitas Sriwijaya 2005/2006. 2) Pateda, Mansoer. (1990). AspekAspek Psikolingusitik. Yogyakarta: .Kanisius. 3) Nur, M. (2001). “Pendekatan Konstruktivis dalam Pembelajaran”. Makalah disampaikan dalam Fellowship Program Contextual Learning Materials Development Proyek Peningkatan Mutu SLTP. Jakarta. 4) Kess, Joseph F. 1992. Psycholinguistics: Psychology, Linguistics, and The Study of Natural Language. Amsterdam: John Benjamins Publishing Company. 5) Alwasilah, Chaedar. Psikolinguistik: Kajian Jakarta: Rineka Cipta.
7) Bruner, J. (1973). Constructivist Theory. Tersedia pada http://tip.psychology.org./bruner. html. Diakses 2 Maret 2004. 8) Heins, George E. (19910. Constructivist Learing Theory. Tersedia pada http://w.w.w.exploratium.edu/IFL/re sources/constructivistlearning.html. Diakses 27 Mei 2005. 9) Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi. (2005). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta. 10) Indrawati, Sri. (2006). Peningkatan Kemampuan Memahami Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Pemberian Pengatur Awal. . Prosiding Seminar Hasil PenelitianBKS PTN Barat. FKIP Unila.
(2003). Teoretik.
6) Bruner (1966). Constructivism. Tersedia pada http://w.w.w.funderstanding. com./constructivism.efm. Diakses 14 September 2004.
Sri Indrawati : Peningkatan Kemampuan Bernalar Melalui Pembelajaran Konstruktivisme