Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SD Negeri Bariri Dewi Sartika Barangka, Ali Karim, dan Budi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan pokok penelitian ini adalah hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya kemampuan bercerita masih rendah. Melalui media gambar permasalahan ini dicoba untuk diperbaiki dan ditingkatkan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan bercerita melalui penggunaan media gambar pada siswa kelas 1I SD Negeri Bariri tahun pelajaran 2013/2014. Prosedur penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus. Langkahlangkah dalam setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap observasi, peneliti melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada saat proses pembelajaran indikator keaktifan siswa siklus I 56,25% menjadi 93,75% pada siklus II meningkat 37,5%. Aktivitas guru pada siklus I 60% dalam kriteria kurang menjadi 90% dalam kriteria sangat baik pada siklus II. Hasil belajar siswa pada tes akhir presentasi siswa tuntas belajar pada kondisi awal 25% menjadi 62,5% pada siklus I dan meningkat menjadi 100% pada siklus II. Daya serap klasikal juga mengalami peningkatan dari 56,25% pada kondisi awal menjadi 64,42% pada siklus I dan pada siklus II menjadi 81,73%. Kata Kunci: media gambar, bercerita, peningkatan bercerita. I.
PENDAHULUAN Keberhasilan belajar siswa dalam menyelesaikan studi di jenjang
pendidikan yang terjadi selama ini belum seperti yang diharapkan semua pihak terutama mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah Dasar meliputi empat aspek yaitu: mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara. Masalah yang dihadapi peneliti adalah berhadapan dengan siswa kelas II, yang belum menguasai keterampilan menulis dan berbicara. Dengan memperhatikan masalah dalam rangka memecahkan masalah tersebut diatas, agar proses belajar mengajar berhasil dengan baik maka diperlukan metode, media dan strategi mengajar. Kemampuan mengajar guru berperan penting dalam mensukseskan proses belajar mengajar. Seorang guru
106
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X harus mampu mengukur kemampuan anak terhadap materi yang diajarkan. Pada akhir proses belajar mengajar guru memberi latihan soal dan pengerjaan soal, untuk memantapkan penguasaan materi pada pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan bercerita siswa SDN Bariri belum mencapai kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 65% dan nilai tuntas belajar 70%. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Dari 8 siswa kelas II SDN Bariri, hanya 2 anak yang berhasil tuntas belajar (skor 100), 5 anak mendapat 50 dan 1 anak tidak memperoleh nilai. Total jumlah nilai yang didapatkan adalah 9, yang jika dirataratakan hanya memeroleh 56,25%. Dengan memperhatikan nilai ulangan siswa yang rendah diatas, maka untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi pelajaran yaitu bercerita, guru harus melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dan proses perbaikan pembelajaran serta dilakukan observasi maupun diskusi observasi dengan teman sejawat. Berdasarkan pengalaman penulis sebagai pengajar dan pendidik di SDN Bariri dan melihat hasil ulangan dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi Bahasa Indonesia tentang menceritakan gambar dan menyalin puisi sederhana ke dalam bentuk tulisan dan bicara masih rendah, maka penulis mengadakan penelitian dalam rangka memecahkan masalah tersebut diatas. Dari identifikasi tersebut di atas terkesan terlalu banyak untuk dipecahkan, agar peneliti terfokus maka peneliti memberi batasan masalah sebagai berikut “Peningkatan Kemampuan Bercerita Melalui Media Gambar Siswa Kelas II SDN Bariri”. Dengan adanya proses pembelajaran menggunakan media gambar, maka diharapkan siswa SD kelas II SDN Bariri dapat meningkatkan kemampuannya untuk bercerita serta meningkatkan prestasi belajar serta ketuntasan belajar minimal Bahasa Indonesia. Munandar (1985:17), menndefinisikan kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dalam latihan Artinya kemampuan itu adalah segala daya dalam diri siswa atau manusia yang bersangkutan yang merupakan pembawaan dari lahir dan juga hasil dari latihan yang dapat digunakan untuk melakukan suatu tindakan.
107
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah satu kesanggupan, kekuatan, kekayaan, dan satu potensi yang merupakan satu daya untuk melakukan satu perilaku atau tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Hurlock (1999). Bicara adalah bentuk bahasa yang digunakan artikulasi atau kata–kata untuk menyampaikan maksud. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bicara adalah bentuk bahata untuk menyampaikan maksud yang ingin disampaikan, diharapkan melalui bicara semua maksud dan tujuan yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh lawan bicaranya. Berbicara merupakan bentuk komunikasi antar personal yang paling unik, tua dan paling penting dalam kehidupan bermasyarakat (Sujanto, 1988:211). Yang dimaksud dengan Sujanto ini adalah bahwa berbicara merupakan satu alat komunikasi sejak zaman dahulu paling unik, tua dan paling penting dalam kehidupan bermasyarakat dimana dengan berbicara seseorang dapat menjalin komunikasi dengan orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah satu bentuk komunikasi antar individu yang satu dengan individu yang lain atau satu cara personal untuk berinteraksi dengan personal lain dengan menggunakan artikulasi atau kata-kata untuk menyampaikan maksud yang berupa gagasan, ide, perasaan dan informasi. Suwana, dkk, (2005:127), mengemukakan bahwa media adalah kata jamak dari medium, yang artinya perantara. Dari definisi yang ada dapat disimpulkan bahwa media adalah seperangkat alat bantu yang digunakan guru untuk mempermudah penyampaian pesan/materi kepada siswa agar konsep yang abstrak dapat di kongkritkan dan mudah dipahami. a. Jenis-jenis Media Pembelajaran Berdasarkan
klasifikasinya,
jenis-jenis
media
pembelajaran
dapat
dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu: (1) Media Grafis, (2) Media Gambar dan Ilustrasi Fotografi, (3) Media Bendanya, (4) Media Proyeksi, (5) Media Audio, (6) Multimedia.
108
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Dari berbagai penelitian di bidang media dan desain sistem instruksional, yang dapat dirumuskan hanyalah pedoman umum atau pedoman pokok untuk melakukan berdasarkan berbagai macam variabel yang terdapat dalam suatu sistem instruksional. b. Media Gambar Media gambar adalah media yang sederhana, tidak membutuhkan proyektor dan layer. Media ini tidak tembus cahaya, maka tidak dapat dipantulkan pada layer. Guru memilih ini karena praktis. Gerlach dan Ely (1980) mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa tetapi seribu tahun. Melalui gambar dapat ditunjukkan kepada pembelajar suatu tempat dan segala sesuatu dari daerah yang jauh jangkauan pengalaman sendiri. Dale (1968) mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkrit, misal guru akan menjelaskan pelajaran. Maka pembelajar akan lebih mudah menangkap gambar dari pada uraian guru dengan kata-kata. II.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus melalui tahap perencanaan tinidakan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan di SDN Bariri siswa yang dijadikan subyek penelitian adalah siswa kelas II yang berjumlah 8 orang yang mengikuti mata pelajaran bahasa Indonesia tahun ajaran 2014/2015. Desain penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Hartono dan Legowo (2003: 4), seperti terlihat pada gambar 1.
109
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
PERMASALAHAN
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
TINDAKAN I
TINDAKAN I
a.
REFLEKSI I
PENGAMATAN/ PENGUMPULAN DATA I
b. PERMASALAHAN c. HASIL BARU RERFLEKSI
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
TINDAKAN II
TINDAKAN II
REFLEKSI II
PENGAMATAN/ PENGUMPULAN DATA II
Sumber: Hartono dan Edi Legowo (2003 : 4). Gambar 1. Desain Penelitian Pelaksanaan tindakan ini berlangsung lebih dari 1 siklus dan setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: 1). Perencanaan 2). Pelaksanaan tindakan 3). Observasi dan 4). Refleksi. Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Kualitatif yaitu data yang diperoleh dari siswa berupa data hasil observasi aktivitas dan hasil wawancara, serta kegiatan guru atau peneliti selama proses pembelajaran. Kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil belajar siswa. Pengambilan data ditempuh dengan tiga cara, yaitu: Tes, Observasi, Wawancara, dan catatan lapangan. Untuk menganalisis hasil belajar, digunakan rumus sebagai berikut:
Daya Serap Individu :
DSI
Skor yang diperoleh siswa x 100 % Skor maksimal tes
dimana: DSI = Daya Serap Individu Siswa dikatakan tuntas individu jika persentase DSI minimal 65%.
Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal :
110
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X
KBK
Banyaknya siswa yang tuntas x 100% Banyaknya siswa seluruhnya
dimana : KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal Tindakan dikatakan berhasil jika persentase Daya Serap Individu minimal 65% dan persentase Ketuntasan Belajar Klasikal minimal 70%. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai minggu ketiga bulan Mei 2014
s/ d
minggu keempat bulan Juli 2014 dengan alokasi waktu
seperti pada tabel 1. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Hasil Pra Tindakan Sebelum melaksanakan tindakan, peneliti melaksanakan kegiatan awal. Kegiatan yang dilakukan adalah memberikan tes awal yang tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan siswa. Hasil dari analisis tes awal yang diberikan kemudian digunakan sebagai acuan untuk memulai melaksanakan tindakan. Setelah mengikuti tes awal tersebut diperoleh bahwa dari 8 orang jumlah murid, hanya 2 orang murid yang berhasil tuntas belajar (skor 100), 5 murid mendapat skor 50 dan 1 orang murid tidak memperoleh nilai. Total jumlah nilai yang diperoleh adalah 9, yang jika dirataratakan hanya memperoleh persentase sebesar 56,25%. Hasil Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan siklus I yang hendak dilaksanakan mengacu pada perencanaan tindakan siklus I yang terdiri dari skenario pembelajaran yang telah disusun, kemudian penyajian materi yang dilaksanakan sebanyak satu kali pertemuan dengan durasi waktu yang dibutuhkan adalah 3 x 35 menit dan setiap kali pertemuan atau tatap muka dilakukan pengisian lembar observasi aktivitas guru dan siswa oleh observer. Pada akhir pelaksanaan siklus dilakukan evaluasi terhadap siswa guna mengetahui hasil belajar atau kemampuan siswa seiring dengan pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan menggunakan hasil tes belajar
111
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X secara berkelompok yang telah dibuat (LKS) dan hasil presentasi secara individu oleh setiap siswa. Pada pelaksanaan tindakan siklus 1 dilakukan observasi, baik terhadap aktivitas guru maupun terhadap aktivitas siswa yang dilakukan pada kegiatan pembelajaran di dalam kelas untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas guru dan aktivitas siswa serta kemampuan siswa dalam bercerita dengan menggunakan media gambar.
Hasil Observasi Guru Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, maka persentase yang diperoleh pada siklus I ini adalah tergolong dalam kategori kurang karena hanya mencapai persentase 60%.
Hasil Observasi Siswa Hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran
siklus I masih digolongkan pada kategori sangat kurang dengan persentase 56,25%. Ada dua hal yang menjadi titik lemah dari observasi siswa siklus I yaitu menanyakan materi yang belum dipahami dan menyimpulkan materi.
Hasil Belajar Untuk mengukur sejauh mana kemampuan penguasaan siswa terhadap
materi yang telah diajarkan dan untuk mengetahui indikator keberhasilan, maka guru menggunakan tes hasil belajar. Tes evaluasi yang diberikan berjumlah 5 butir soal yang berbentuk essay dan presentasi siswa secara individu di depan kelas dengan menceritakan kembali cerita yang telah disajikan oleh guru dengan menggunakan kata-kata sendiri . Hasil Tuntas Belajar Klasikal (TBK) yang diperoleh pada siklus I adalah 62,5%. Hasil ini diperoleh dari hasil tes yang terlihat pada lampiran 4 bahwa dari 8 orang siswa, hanya 5 siswa yang memperoleh nilai tuntas belajar sedangkan 3 siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas. Hasil ini masih berada di bawah standar TBK yaitu 65%.
Refleksi Siklus I
112
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Berdasarkan pengamatan dari observer terhadap guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menunjukkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh guru dikelompokkan dalam kategori kurang, sedangkan hasil observasi aktivitas siswa masih berada dalam kategori sangat kurang. Dari kegiatan refleksi tersebut diperoleh hasil yang menunjukkan kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan pada siklus 1, namun diputuskan untuk melanjutkan penelitian selanjutnya pada siklus 2 untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus 1. Tabel 2. Kelebihan Siklus I dan Analisis Penyebab Kelebihan 1.
Seluruh
siswa
Analisis Penyebab
berinteraksi Siswa sangat senang dengan adanya
dengan baik dalam kelompok. 2.
Siswa
yang
kurang
kegiatan kerja kelompok.
mampu Bercerita dengan menggunakan media
sudah mulai terlibat aktif dalam gambar menarik minat siswa. pembelajaran.
Tabel 3. Kelemahan Siklus I, Analisis Penyebab dan Rekomendasi Kelemahan 1.
Analisis Penyebab
Rekomendasi
Sebagian siswa belum Siswa takut salah dalam Guru harus memotivasi mampu menceritakan bercerita dan malu-malu dan memberi penguatan kembali cerita yang untuk bercerita.
kepada siswa.
disajikan oleh guru. 2.
Siswa belum memiliki Siswa belum terlatih.
Guru
kemampuan
pembimbingan
untuk
menyusun kalimatnya
latihan
sendiri.
menerus.
harus
secara
dan terus
Sesuai dengan data tabel di atas, terlihat bahwa kelebihan yang ada pada siklus I terletak pada kegiatan berkelompok dan tertariknya siswa pada pelajaran dengan menggunakan media gambar. Sedangkan kelemahan yang sangat mendasar pada tindakan siklus I adalah siswa belum mampu menceritakan
113
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X kembali cerita serta mereka belum memiliki kemampuan untuk menyusun kalimatnya sendiri. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan, maka disusun perencanaan perbaikan pada siklus II. Siklus II Pelaksanaan tindakan pada siklus II secara umum sama dengan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan pada siklus I Tindakan yang dilaksanakan pada siklus II bertujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. Hasil Observasi Guru Berdasarkan data observasi aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh adalah 36 dari skor maksimal 40, dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 90%. Hal ini berarti taraf keberhasilan guru menurut observer dalam kategori kurang untuk siklus I dan sangat baik untuk siklus II. Hasil Observasi Siswa Data yang diperoleh menunjukan hasil bahwa skor interprestasi yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan dari pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu dari 56,25% menjadi 93,75%. Peningkatan ini didasarkan oleh hasil pengamatan dan penilaian secara langsung yang dilakukan oleh observer terhadap kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung. Hasil Belajar Dengan berakhirnya kegiatan pembelajaran, maka guru melihat indikator hasil belajar yang telah dicapai. Untuk melihat hasil belajar tersebut, maka yang digunakan sebagai alat evaluasi adalah tes yang berupa 5 butir soal essay yang dikerjakan secara berkelompok dan siswa secara individu maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang telah disajikan sebelumnya oleh guru. Hasil dari pelaksanaan evaluasi pada siklus II akan menentukan seberapa besar ketuntasan belajar klasikal rata-rata yang diperoleh siswa di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media gambar .
114
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Dari hasil analisis tes akhir/mandiri siklus II diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 100% dengan rincian dari 8 siswa, seluruh siswa dinyatakan tuntas belajar pada pelajaran Bahasa Indonesia materi bercerita. Refleksi Siklus II Berdasarkan
data-data
yang
telah
diperoleh
sebelumnya,
hasil
pembelajaran pada siklus I masih terdapat beberapa kelemahan. Guru kemudian menyusun strategi untuk menutupi kelemahan-kelemahan tersebut. Strategi tersebut kemudian dituangkan dalam pelaksanaan tindakan siklus II untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I. Pada tabel 4.3 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan dilakukan perbaikan pada siklus II serta kelebihan-kelebihan yang ada pada siklus II. Tabel 4. Kekurangan Siklus I, Perbaikannya Dan Kelebihan Siklus II No 1.
Kelemahan Sebagian mampu
siswa
Perbaikan belum
menceritakan
kembali
cerita
yang
disajikan oleh guru.
Memotivasi siswa
Kelebihan Siklus II Siswa telah
untuk berani bercerita
mampu bercerita
dengan cara memberi
di depan kelas.
penghargaan terhadap siswa yang berani dan memberi tepuk tangan atau komentar positif.
2.
Siswa
belum
kemampuan menyusun sendiri.
memiliki untuk kalimatnya
Membimbing siswa
Siswa sudah bisa
dengan cara
menyusun kalimat
memberikan latihan-
untuk bercerita.
latihan secara terus.
Pembahasan Penggunaan media gambar dalam kegiatan pembelajaran khususnya peningkatan kemampuan bercerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, dalam penelitian ini ternyata berjalan efektif. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar dan daya serap siswa baik secara individu maupun klasikal. Peningkatan yang terjadi pada siklus I setelah hasil yang diperoleh pada tes awal
115
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X tidak terlalu signifikan. Pada akhir pelaksanaan tindakan siklus II terlihat jelas peningkatan yang diperoleh pada hasil belajar. Selain hasil belajar, aktivitas siswa dan aktivitas guru yang dipantau oleh observer juga mengalami peningkatan. Mengacu pada hasil observasi, aktivitas guru pada siklus I (lampiran 5) berada pada kategori kurang dan aktivitas siswa (lampiran 6) berada pada kategori sangat kurang. Berdasarkan hasil aktivitas siswa pada siklu I, ini tentu saja belum optimal sebab pada umumnya siswa belum sepenuhnya siap menerima materi, hal ini disebabkan karena sebagian siswa belum sepenuhnya menanggapi materi yang diberikan dikarenakan sebagian besar siswa yang daya serapnya terhadap materi masih rendah. Para siswa terlihat takut untuk bertanya terkait dengan materi yang dibahas, karena sebagian siswa masih terbiasa dengan model pembelajaran lama yaitu pembelajaran masih berpusat pada guru dan masih terlihat malu-malu, juga siswa belum mampu untuk menyimpulkan materi yang diberikan oleh guru. Pada siklus II, respon yang diberikan siswa mengalami peningkatan yang sangat pesat dibandingkan dengan siklus I, dimana ketuntasan klasikal mencapai 100%. Jika dibandingkan dengan siklus I, persentase ketuntasan klasikal meningkat 37,5%. Sedangkan daya serap klasikal meningkat 17,31%. Pada siklus I persentasenya 64,42%, dan pada siklus II menjadi 81,735. Kekurangan-kekurangan pada siklus I sudah dapat diperbaiki guru pada siklus II yaitu pada siklus I sebagian siswa belum mampu untuk menceritakan kembali cerita yang telah disajikan oleh guru dan siswa belum memiliki kemampuan untuk menyusun kalimatnya sendiri. Hal yang dilakukan guru yaitu memotivasi siswa untuk berani maju di depan kelas dan bercerita dengan cara memberi apresiasi berupa tepuk tangan atau komentar-komentar yang positif atas keberaniannya. Guru juga terus memberikan bimbingan kepada para siswa dengan cara memberikan latihan secara terus-menerus agar para siswa mampu untuk menyusun kalimat-kalimatnya sendiri yang akan digunakan dalam bercerita. Urutan-urutan yang dilaksanakan pada saat kegiatan pembelajaran secara umum adalah sebelum memulai pelajaran, guru menanyakan kesiapan siswa untuk menerima materi sebelum pembelajaran itu dimulai, dan pembelajaran baru dimulai ketika semua siswa telah siap menerima materi. Pada hasil akhir, siswa
116
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X sudah dapat menerima dan memahami materi dengan baik dan siswa juga sudah aktif mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan dan telah menunjukan kemampuan dalam belajar. Penggunaan media gambar untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa sangat efektif karena: 1. Dengan penyajian gambar-gambar yang menarik dapat meningkatkan minat dan semangat siswa dalam belajar. 2. Dengan meningkatnya minat dan semangat siswa, ditambah dengan antusiasme dan kreativitas guru akan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 3. Suasana belajar yang menyenangkan secara otomatis akan mendongkrak kemampuan siswa dalam belajar, sehingga target pembelajaran akan tercapai dengan maksimal. Dengan demikian, mengacu pada hasil penerapan tindakan siklus I dan siklus II, penggunaan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi bercerita, di mana diperoleh presentase peningkatan hasil belajar untuk tuntas belajar klasikal yaitu sebesar 37,5%. Dengan hasil data yang diperoleh di atas, semakin mendukung fakta bahwa penggunaan media gambar perlu diterapkan dalam proses pembelajaran sebab dapat meningkatkan hasil belajar serta keaktifan siswa. IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Penelitian Tindakan Kelas ini, seperti yang terlihat pada Bab IV, dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan bercerita di kelas II SD Negeri Bariri. Dengan menggunakan media gambar, strategi guru dan metode yang bervariasi dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
117
Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 11 ISSN 2354-614X Saran Berdasarkan refleksi atau kesimpulan dari penelitian yang terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sebaiknya para staf pengajar menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran yang lain. Seorang guru, sebaiknya terus berinovasi memilih strategi pembelajaran yang tepat, mengembangkan model-model pembelajaran sehingga tujuan pendidikan yang telah digariskan dapat tercapai. Sebagai peneliti, saran-saran yang dapat kami berikan adalah sebagai berikut : 1. Kepada para Kepala Sekolah agar selalu mengajak atau memberi pengarahan guru-gurunya untuk mempelajari langkah-langkah penggunaan media dan metode yang bervariasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. 2. Kepada guru sekolah dasar harus berusaha menggunakan media yang tepat yang dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD yang memungkinkan pengetahuan yang diperoleh siswa akan melekat erat. 3. Kepada siswa SD hendaknya lebih aktif dan sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah agar hasil belajar meningkat. DAFTAR PUSTAKA Dale Edgar. 1968. Audio Visual Methods in Teaching. New York: Holt, Reneheart, and Winston, Inc. Gerlach and Ely. 1980. Teaching and Media: A Systematic Approach. New Jersey : Prentice Hall Inc. Hartono and Edi Legowo. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Depdiknas. Hurlock. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga. Munandar. 1985. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: Gramedia. Sujanto. 1988. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Aksara Baru Suwana. 2005. Macam – Macam Media Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
118