1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING (PEMECAHAN MASALAH) PADA PEMBELAJARAN PKn DI KELAS VIIIA SMP NEGRI 1 LABUAN Masdalifa1 Anthonius Palimbong2 Dwi Septiwiharti3 Program Studi PPKn, Jurusan pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini yaitu hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, melalui Penerapan metode Problem Solving (pemcahan masalah) penlitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak 2 siklus dengan prosedur penelitian yaitu orientasi, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti hanya bertindak sebagai observer dan guru sebagai penyaji materi. Teknik pengumpulan data yang di gunakan adalah lembar observasi siswa dan guru, pra tindakan dan tes tindakan evaluasi siklus I dan II. Berdasarkan hasil penelitian pada tindakan awal sebelum menerapkan metode Problem Solving (pemecahan masalah) hasil analisis nilai yaitu Jumlah siswa yang telah tuntas 03 orang 20%, Jumlah siswa yang belum tuntas 12 orang 80%. Setelah diterapkan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran diketahui hasil tindakan siklus 1 yaitu hasil observasi siswa skor yang diperoleh 10, skor maksimal 20, 50%, kategori cukup. Hasil observasi guru skor yang diperoleh 15, skor maksimal 28, 53,57%, kategori cukup. Berdasarkan hasil belajar siswa siklus I jumlah siswa 15 orang, skor yang tertinggi yaitu 75 hanya diperoleh 8 siswa (53,33%), nilai terendah 55, 7 orang (46,66%). Pada tindakan siklus II observasi guru, skor diperoleh 24, skor maksimal 28, 85,71%, dan hasil observasi siswa, skor diperoleh 16, skor maksimal 20, 80%. Berdasarkan hasil belajar siswa siklus II dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi 88, sedangkan nilai terrendah 74, oleh 5 siswa. Pada siklus II ini semua siswa dinyatakan tuntus, sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar klasikal yaitu 100% dan daya serap klasikal mengalami peningkatan menjadi 80,06%. Kata Kunci : Hasil Belajar Siswa, Problem Solving, Pembelajaran PKn
1
Penulis adalah Mahasiswa FKIP Universitas Tadulako Program Studi PPKn, Jurusan Pendidikan IPS, Semester Akhir:Stambuk A 321 09 051 2 Pembimbing I 3 Pembimbing II
2
I.
PENDAHULUAN Meningkatkan hasil belajar siswa, meminta para siswa melakukan kerja
keras, baik secara internal maupun eksternal dalam membangun hubunganhubungan yang bermakna.Untuk menggali potensi siswa serta mendorong minat belajar. Dengan motivasi, minat akan melahirkan perhatian dan pemahaman, maka untuk pengembangan perlu dilakukan strategi dengan metode-metode yang dianggap bisa menjadi solusi atas permasalahan yang kompleks, sehingga terjalin proses pembelajaran yang baik. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dengan melihat kemampuan dan cara berfikir seseorang. Slamet (2003:2)4 berpendapat bahwa: Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar juga merupakan kegiatan yang rutin dilakukan dalam menuntut ilmu untuk mencapai hasil yang maksimal, dalam bentuk prestasi atau hasil belajar yang baik. Hasil belajar siswa di kelas VIIIA SMPN 1 Labuan pada mata pelajaran PKn sebelum melakukan observasiadalah sebesar 61,97%, rata-rata ketuntasan hasil belajar klasikal data kelas VIIIA SMPN 1 Labuan. Berdasarkan wawancara kepada ibu Ira Ayu selaku guru bidang studi PKn pada tanggal 28 januari 2013, tahun ajaran 2012-2013 jumlah siswa 15 orang terdiri dari 8 siswi perempuan dan 7 orang siswa laki-laki. (sumber data) data tersebut diatas menunjukkan masih terbilang rendah. Dalam proses pembelajaran PKn, guru masih menggunakan metode tradisional, seperti ceramah tanya jawab atau pembelajaran berpusat pada guru. Metode ini tentu sangat membosankan sehingga membuat sebagian siswa tidak mendapatkan rangsangan motivasi eksternal dalam diri peserta didik. Tentunya masalahnya siswa mengalami degradasi, sehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas VIIIA SMPN 1 Labuan, tidak memenuhi standar KKM, yaitu 75% (KKM Sekolah) dan nilai ketuntasan daya serap klasikal 65%, selain itu, hasil tes pra tindakan diperoleh rata-rata hasil belajar adalah 4
Slamet. (2003:2). Belajar dan Faktor mempengaruhinya . Jakarta: Rineka Cipta
3
51,86% tentunya ini tidak sesuai dengan harapan dalam pencapaian hasil belajar menurut standar hasil. Maka perlu melakukan pembaharuan dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah) yang dianggap cocok dalam kombinasi peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian berdasarkan alasan tersebut peneliti akan menerapkan suatu metode Problem Solving (pemecahan masalah) pada pembelajaran PKn untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Penggunaaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Maka dari itu metode pembelajaran harus dipilih dan dikembangkan untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik. Salah satunya adalah dengan menggunakana metode Problem Solving (pemecahan masalah). Kalau seseorang peserta didik dihadapkan pada suatu masalah, pada akhirnya bukan hanya sekedar memecahkan masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru. Memahami sejumlah pengetahuan dan ketrampilan kerja dan merupakan hasil yang dicapai individu setelah individu yang bersangkutan mengalami suatu proses belajar Problem Solving (Pemecahan Masalah) yang diajarkan kepada siswa. Jadi yang dimaksud dengan problem solving (pemecahan masalah) dalam penelitian ini adalah hasil suatu masalah yang melahirkan banyak jawaban yang dihasilkan dari penelitian yang menghasilkan kesimpulan secara realisti. Memfokuskan penelitian ini dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas di sekolah SMPN 1 Labuan dengan objek penelitiannya adalah penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran PKn guna untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena dianggap cocok untuk menjadi solusi atas permasalahan yang ada di kelas VIII A SMPN 1 Labuan yaitu kurangnya motifasi belajar siswa mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.
4
II. METODE Menurut Usman HB dkk (2005:85)5 karena penelitian tindakan kelas termasuk jenis penelitian kualitatif, maka data penelitian ini pada dasarnya berbentuk kata-kata, walaupun demikian kata-kata tersebut dapat dilengkapi dengan data yang kuantitaif yang berupa angka-angka, namun data kuantitatif tersebut harus diberi makna berupa paparan naratif. Olehnya itu jenis data yang diperoleh penelitian ini adalah: 1) Data kualitatif yaitu data hasil observasi guru dan data hasil observasi siswa mengikuti kegiatan pembelajaran. 2) Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes kemampuan siswa yang terdiri dari lembaran penelitian termaksud tes pada setiap akhir siklus. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman dalam Masnur Muslich (2010:98)6 yaitu: mereduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan ferifikasi data. Sedangkan teknik untuk menganalisis data dan presentase kekuntasan hasil belajar pada tes formatif di gunakan rumus untuk menganalisis hasil tes siswa setelah di lakukan kegiatan pembelajaran pertemuan terakhir, menurut Harun Rasyid dan Mansur (2008 : 251)7 sebagai berikut: 1) Ketuntasan Belajar Individu Persentase KBI=
x100%
Keterangan:
X
= Skor yang diperolehsiswa
Y
= Jumlah skor maksimal soal
KBI = Ketuntasan Belajar Individu Seorang siswa dikatakan tuntas belajar secara individu bila diperoleh persentase daya serap individu sekurang-kurangnya 65%. 5
Usman, HB dkk. (2005:85). Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: Universitas Tadulako. 6 Mansur Muslich. (2010:98). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kanisius 7 Harun Rasyid dan Mansur. (2008:251) Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV Wacana Prima
5
2) Ketuntasan Belajar Klasikal Persentase KBK= Keterangan:
∑
∑
x 100%
∑ N = Jumlah siswa yang tuntas ∑ S = Jumlah siswa seluruhnya. KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika persentase ketuntasan belajar klasikal sekurang-kurangnya 75% Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini mengikuti tahap tindakan yang bersiklus. Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan Mc Taggart (Syuaib, 2012:29)7. Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu (1) Orientasi, (2) Pelaksanaan tindakan, (3) Observasi, dan (4) Refleksi. Jumlah siswa di SMPN 1 Labuan, 15 orang yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini dilakukan dengan evaluasi pegamatan dan Observasi. III. HASIL Langkah awal peneliti dan guru sepakat memberikan Tes esay tindakan awal untuk melihat hasil kerja siswa sebanyak 4 nomor dengan sub pokok materi "Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Negara". Setelah memberikan tes guru dan peneliti melakukan analisis terhadap hasil kerja siswa agar dapat menjadi pembanding dalam penelitian ini dengan pembelajaran sebelum dan sesudah memberikan tindakan dengan menggunakan penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah). Dengan hasil 3 orang yang tuntas dan 8 orang yang tidak tuntas, pada hari Selasa tanggal 3 September 2013 pukul 08:45 peneliti langsung memulai kegiatan observasi awal. Penelitian siklus I dilaksanakan pada hari Selasa Tanggal 10 September sampai dengan 17 september 2013 Semester ganjil. Aspek yang diteliti pada tahap ini yaitu: (1) hasil observasi guru, (2) hasil observasi siswa, (3) hasil evaluasi siswa, dan (4) refleksi. 8
Syuaib, Dahlia(2012:29). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika
6
1.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I 2) Hasil Analisis Lembar Observasi Siswa Siklus I Aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem
Solving (pemecahan masalah) diukur dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan peneliti, observer mengisi lembar observasi siswa tersebut. Setelah dilakukan penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase yang diperoleh yaitu diperoleh skor 10 dari skor maksimal 20, sehingga diperoleh presentase 50%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa aktifitas siswa untuk tindakan siklus I tergolong kategori cukup. 3) Hasil Analisis Lembar Observasi Guru Siklus I Aktivitas
guru dalam mengajar dengan menggunakan metode Problem
Solving (pemecahan masalah) diukur dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan peneliti, observer mengisi lembar observasi guru tersebut. Setelah dilakukan penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase yang diperoleh yaitu diperoleh skor 15 dari skor maksimal 28, sehingga diperoleh presentase 53,57%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas guru untuk tindakan siklus I tergolong kategori cukup. 4) Hasil Belajar Siswa Siklus I Setelah melaksanakan tindakan siklus I dengan mneggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran kelas VIIIA diskusi kelas atau kelompok belajar maka kegiatan selanjutnya adalah mengadakan evaluasi tes hasil belajar siklus I dengan bentuk soal tes essay, jumlah soal sebanyak 5 nomor, dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi yaitu 75 hanya diperoleh 8 siswa saja atau sekitar 53,33%, sedangkan nilai terendah yaitu 55, oleh 7 orang siswa atau sekitar 46,66%. Banyaknya siswa yang tuntas 8 orang dan siswa yang belum tuntas 7 orang. Bobot soal nomor satu ialah 15 dengan skor perolehan 205 dari 15 siswa dengan skor maksimum 225 atau skor rata-rata soal sekitar 91,11%. Bobot soal nomor dua ialah 15 dengan skor perolehan 126 dari 15 siswa dengan skor maksimum 225 atau skor rata-rata soal sekitar 56%. Bobot soal nomor tiga ialah 25 dengan skor perolehan 165 dari 15 siswa dengan skor
7
maksimum 375 atau skor rata-rata soal sekitar 44%. Bobot soal nomor empat ialah 20 dengan skor perolehan 220 dari 15 siswa dengan skor maksimum 300 atau skor rata-rata soal sekitar 73,33%. Bobot soal nomor lima ialah 25 dengan skor perolehan 270 dari 15 siswa dengan skor maksimum 375 atau skor rata-rata soal sekitar 72%. Sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar klasikal yaitu 53,33% dan presentase daya serap klasikal 65,73% dan skor rata-rata siswa ialah 65,73%. 5) Refleksi Siklus I Hasil pelaksanaan tindakan siklus I selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat diketahui bahwa metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang diterapkan oleh guru mata pelajaran dalam penelitian ini diperoleh hasil refleksi sebagai berikut : (1) Pada kegiatan pendahuluan khususnya dalam penyampaian tujuan dan aprersepsi perlu memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi terhadap siswa mengenai teknik atau cara belajar dalam menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah). (2) Guru harus lebih memberikan Motivasi kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
Problem
Solving
(pemecahan masalah) agar siswa memahami dengan baik pokok masalah yang harus di pecahkan. (3) Pada saat proses pembelajaran kerja sama atau diskusi kelompok berlangsung siswa belum sepnuhnya aktif, terlihat dengan adanya siswa yang masi mendominasi dalam kegiatan kelompok. (4) Persentase aktivitas siswa dalam kriteria cukup dan belum mencapai standar atau target yang diinginkan sesuai dengan KKM sekolah 75%, dan DSK 65%. Hal ini dikarenakan ada beberapa siswa yang kurang aktif, kurang kooperatif dalam melakukan aktivitas diskusi dalam membahas hasil pekerjaan yang ditetapkan dalam kelompoknya.
8
(5) Dalam penyampaian materi dalam hal ini menjelaskan materi, sebagian siswa masih sulit menyebutkan butir-butir pancasila dan menjelaskan makna yang terkandung didalamnya. (6) Dari hasil analisis tes hasil belajar diperoleh presentase ketuntasan klasikal sebesar 53,33%, belum mencapai indikator ketuntasan klasikal yaitu 75%. Dalam hal ini terdapat 7 siswa yang belum tuntas atau nilainya dibawah nilai ketuntasan individu 65%. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Kegiatan pembelajaran menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang dilakukan pada tindakan siklus II yaitu membahas sub materi pokok bahasan, “Menunjukan sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan bermasyarakat” yang dilakukan secara berkelompok, masing-masing kelompok membahas pokok permasalahan yang telah ditentukan oleh guru dan siswa. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 September 2013 Semester ganjil sampai dengan tanggal 1 Oktober 2013 aspek yang diteliti pada tahap ini yaitu: (1) hasil observasi guru, (2) hasil observasi siswa, (3) hasil evaluasi siswa, dan (4) refleksi. 1) Hasil Observasi Guru Siklus II Salah satu aspek yang dinilai dalam kegiatan pembelajaran yaitu aktivitas guru. Untuk mengetahui kinerja guru dalam mengajar peneliti menyiapkan lembar observasi guru, observer mengisi lembar observasi guru tersebut. Setelah dilakukan penelitian, peneliti bersama observer menghitung seberapa besar presentase yang diperoleh yaitu jumlah skor yang diperoleh 24 dariskor maksimal 28, sehingga diperoleh presentase 85,71%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa kinerja guru untuk tindakan siklus II tergolong kategori baik. 2) Hasil Observasi Siswa Siklus II Mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah), peneliti menyiapkan lembar observasi siswa, observer mengisi lembar observasi siswa tersebut. Setelah dilakukan penelitian, peneliti menghitung seberapa besar presentase aktivitas siswa yang diperoleh yaitu diperoleh skor 16 dari skor
maksimal 20, sehingga diperoleh
9
presentase 80%. Berdasarkan hasil presentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa untuk tindakan siklus II tergolong kategori baik. 3) Hasil Belajar Siswa Siklus II Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran kelompok siklus II maka kegiatan selanjutnya adalah mengadakan tes hasil belajar siklus II dengan bentuk soal tes essay, jumlah soal sebanyak 7 nomor hasil tes siklus II dengan jumlah siswa 15 orang dapat dilihat bahwa skor yang tertinggi yaitu 88 diperoleh 14 siswa, sedangkan nilai terendah yaitu 74, oleh 1 orang siswa. Pada siklus II ini semua siswa dinyatakan tuntus, sehingga diperoleh presentase ketuntas belajar klasikal yaitu 100% dan daya serap klasikal mengalami peningkatan dimana pada siklus I mendapatkan perolehan DSK 65,73% dan pada tindakan siklus II meningkat menjadi 80,06%. Peningkatan antara tindakan siklus I dan tindakan siklus II sebesar 14,33% 4) Refleksi Siklus II Hasil pelaksanaan siklus II selama kegiatan pembelajaran berlangsung diperoleh hasil refleksi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang diterapkan oleh guru mata pelajaran PKn bersama peneliti, dapat dibandingkan hasil belajar siswa dalam tahap siklus I dan siklus II, bahwa terdapat peningkatan terhadap nilai atau hasil belajar siswa, dengan demikian peneliti berkesimpulan pada siklus II ini cukup untuk penelitian yang di lakukan peneliti meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIIIA SMPN 1 Labuan. IV. PEMBAHASAN Penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu pertama orientasi, kedua siklus I dan siklus II. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti menyiapkan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar observasi aktivitas siswa, lembar observasi aktivitas guru, Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan skenario yang dibuat oleh guru dan peneliti untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelas VIIIA waktu 2X40 menit pada siklus I dan II di kelas VIIIA SMPN
10
1 Labuan. Langkah-langkah yang terdapat dalam RPP yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. RPP ini dibuat berdasarkan alur penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah) yang dapat membantu siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, melatih memecahkan masalah guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn, adapun RPP yang dibuat terdiri dari RPP II, dan RPP III. 2) Lembar observasi aktivitas siswa, merupakan acuan yang digunakan untuk mengukur peningkatan dari siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini tentunya dapat mempermudah peneliti untuk mendeteksi
dan
melihat
gejala-gejala
yang
ditimbulkan
dari
permasalahan-permasalah di kelas yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar siswa. Lembar observasi aktivitas siswa ini dibuat berdasarkan alur dari penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah), hal ini tentu saja dapat mendeteksi rana kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3) Lembar observasi aktivitas guru, dirancang untuk mengukur sejauh mana guru mengeluarkan kemampuan ajar dan keterampilannya dalam mengelolah kelas sesuai dengan RPP. Hal ini tentu mempermudah peneliti untuk mengukur sejauh mana guru melakukan lompatanlompatan perbaikan dalam pengelolaan kelas guna perbaikan mutu belajar dan menggali potensi diri yang sesuai dengan tuntutan profesionalisme guru itu sendiri. 4) Tes hasil belajar (THB) salah satu indikator yang mengukur rana kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa dalam penyerapan materi-materi yang diajarkan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini tergambar dari aktivitas siswa dalam melaksanakan tanggung jawab untuk menyelesaikan tes hasil belajar yang telah disusun oleh peneliti dan guru. Tes hasil belajar ini juga dibuat berdasarkan indicator tujuan pembelajaran yang berupa seperangkat soal essay. THB ini terdiri dari 4
11
soal pra tindakan, soal essay tes akhir tindakan siklus I sebanyak 5 soal, dan 7 soal tes essay pada tes akhir tindakan siklus II. 5) Lembar pokok permasalahan dibuat berdasarkan alur penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) permasalah-permasalahan yang berkaitan dengan materi guna menggali rana kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Lembar pokok permasalahan ini dibuat berdasarkan kesepakatan guru dan siswa yang disesuaikan dengan kebutuhan kelompok dan sesuai dengan materi. Dalam proses pembelajaran ini guru telah membagi siswa dalam 3 (tiga) kelompok akademik homogen yang bersifat heterogen. Dari setiap kelompok diberikan pokok permasalahan yang sama tetapi memiliki hasil pembahasan yang berbeda sebelum melakukan tindakan siswa belum belajar berdasarkan kelompok aktif, siswa masi sebagai pendengar guru ceramah sehingga sebagian siswa meraskan kebosanan dalam pembelajaran, siswa tidak termotifasi untuk belajar, siswa malas mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru, siswa kurang menghargai guru, siswa lebih aktif main bersama teman sejawat saat guru menjelaskan materi, siswa kurang memahami materi ajar, sehingga mengakibatkan rendahnya nilai hasil belajar siswa. Dengan demikian peneliti dan guru sepakat untuk membagi kelompok belajar siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) pada II siklus IV kali tindakan, kemudian pada siklus I tindakan I guru mulai menggunakan metode Problem solving (pemecahan masalah) dalam pembelajaran pada tindakan awal ini guru memberi apersepsi menjelaskan teknik, atau cara belajar dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) siswa di bagi menjadi 3 kelompok terlihat dalam pembelajaran kelompok pada siklus I ini masi ada sebagian siswa yang tidak aktif atau kurang ikut serta dalam kelompok, masi terlihat siswa yang banyak bermain dengan teman sejawat mengharapkan teman-teman yang lain untuk memcahkan masalah yang di tetapkan, tetapi sudah sebagian besar siswa yang asik
12
belajar dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) belajar berkelompok memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mereka, siswa bersemangat untuk mencari jawaban dari masalah yang telah ditetapkan, siswa yang sebelumnya tidak memahami makna sikap positif terhadap pancasila berprilaku kurang baik terhadap teman sejawat, setelah pembelajaran siswa mengelami perubahan misalnya moh arif dari hasil wawancara siswa yang paling nakal dalam kelas sudah mau ikut belajar dalam memecahkan masalah, sehingga dijadihkan contoh oleh teman-teman yang lain, kemudian pada tindakan siklis II dalam pembelajaran kelompok sisiwa suda terlihat aktif mengemukakan pendapat, siswa lebih kreatif dalam memecahkan masalah yang telah ditetapkan karena suda lebih memahami materi ajar, terlihat dalam peningkatan hasil belajar siswa. Mengacu pada orientasi hasil tindakan awal siswa kelas VIIIA sehingga peneliti dan guru sepakat untuk menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) pada proses pembelajaran, Tahap kegiatan inti siswa menentukan hipotesis dan siswa bersama guru melakukan diskusi kelas untuk menetukan kesimpulan atau jawaban akhir dari masalah tersebut. Penelitian tindakan siklus 1 dan II ini dilaksanakan dalam 2 kali tindakan yaitu tindakan pertama pembahasan materi dan tindakan ke dua memberikan evaluasi tes esay sebanyak 5 nomor di siklus 1 begitupun siklus II tindakan pertama membahas materi dan memberikan evaluasi tes esay sebanyak 7 nomor, Saat kegiatan pembelajaran berlangsung observer mengisi lembar observasi guru dan siswa sesuai dengan aktifitas yang dilaksanakan. Kegiatan awal, guru memberikan apersepsi, memotifasi dan menstimulasi teknik atau cara belajar dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) berhubungan dengan materi PKn dan mengantar siswa kepemahaman yang mendekati materi, khususnya materi tentang “sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara” pada tindakan
13
pertama siklus 1 dan pada tindakan ketiga siklus II
“sikap positif terhadap
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat”, yang dilakukan secara berkelompok, pada tindakan pertama siklus I dalam pembelajaran ini guru mengarahkan siswa untuk belajar secara berkelompok dalam memecahkan masalah, Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, dan mampu memahami materi, terampil dalam berfikir memecahkan masalah yang telah di tetapkan bersama sehingga menghasilkan nilai yang di inginkan dalam pembelajaran pada tindakan pertama siklus I masi banyak siswa yang belum fokus dalam pembelajaran, sebagian siswa masi kurang memahami. Hasil belajar siswa digunakan kriteria ketuntasan minimal adalah 65% (Depdiknas, 2002)9, apabila tingkat keberhasilan kelas masih dibawah 75%, maka pelajar yang telah diberikan oleh guru belum diserap dengan baik oleh siswa dalam kelas. Demikian juga apabila tingkat keberhasilan siswa dibawah 65%, maka siswa dikatakan belum berhasil menyerap pelajaran yang diberikan. Berdasarkan pedoman di atas, maka secara klasikal dan secara individu hasil belajar siswa dikatakan belum tuntas pada siklus I dan mengalami kriteria tuntas ditindakan siklus II. Dalam hal ini peneliti menyajikan dalam bentuk tabel. Untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa secara individu dimulai dari orientasi, siklus I dan siklus II, seperti dimaksudkan diatas. Ketuntasan hasil belajar PKn siswa secara individu pada tes awal hanya terdapat 3 siswa yang tuntas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kuwantitas ketidak tuntasan siswa terbilang besar, maka perlu diberikan tindakan siklus I. Dari hasil observasi guru pada tindakan siklus I diperoleh presentasi 55,57%, dan presentase aktivitas siswa 50%, sedangkan hasil evaluasi pada siklus I, nilai tertinggi 75 dan yang mencapai nilai tersebut hanya 8 orang, sedangkan nilai terendahnya 55 oleh 7 orang siswa. Tindakan siklus I ini ada 7 orang siswa yang nilainya tidak memenuhi standar ketuntasan yaitu 65%, secara tidak langsung mempengaruhi presentase daya serap klasikal yang mencapai 65,73% dan presentase ketuntasan belajar klasikal 53,33%. Dari hasil penelitian siklus 1 dapat 9
Depdiknas. (2002). KKM Kriteria ketuntasan minimal siswa.
14
di bandingkan peningkatan nilai siswa dari hasil pra tindakan dan hasil tes tindakan siklus 1. Melihat hasil siklus I, yang belum sesuai dengan hasil yang diharapkan, maka perlu diadakan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Oleh karena itu, dilakukan refleksi tindakan yang kemudian menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, guru lebih meningkatkan kinerjanya, memperbaiki segala kekurangan pada siklus I, seperti pada kegiatan pendahuluan khususnya dalam penyampaian tujuan dan aprersepsi perlu memberikan pemahaman yang lebih mendalam lagi terhadap siswa mengenai teknik atau cara belajar dalam menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah), guru harus lebih memberikan motivasi kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Problem Solving (pemecahan masalah) agar siswa memahami dengan baik pokok masalah yang harus dipecahkan, sehingga semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Pada tindakan siklus II materi yang dibahas pada pokok pembahasan siklus II yaitu “sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat” dan masalah yang di tetapkan oleh guru dan siswa. Pembelajaran pada siklus ke II ini juga dilaksanakan pada 2 kali tindakan dengan tindakan pertama pembelajaran secara berkelompok dan tindakan ke II (dua) yaitu evaluasi dengan memberikan tes esay sebanyak 7 nomor. Adanya peningkatan kinerja guru dan aktifitas siswa pada siklus II ini berpengaruh langsung pada hasil belajar siswa, dimana skor tertinggi mencapai nilai 100. Meskipun ada beberapa siswa memperoleh nilai dibawah 100. Pada siklus II semua aspek kegiatan guru dan aktivitas siswa dinilai baik bahkan ada yang dinilai sangat baik dengan perolehan persentase nilai rata-rata 85,71%, begitu pula aktivitas siswa diperoleh persentase nilai rata-rata 80%, sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada siklus ini, dimana daya serap klasikal mencapai 80,06% dan ketuntasan belajar klasikal 100%. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II, sehingga membuktikan pembelajaran dengan menggunakan matode Problem Solving (pemecahan masalah) khususnya materi “sikap positif terhadap pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara”, dan “sikap positif terhadap
15
pancasila dalam kehidupan bermasyarakat” dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas VIIIA SMPN 1 Labuan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala. V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Simpulan rangkaian penelitian yang dilaksanakan ini adalah: Penerapan
metode
Problem
Solving
(pemecahan
masalah)
dalam
pembelajaran PKn yang dilaksanakan dalam dua tindakan siklus, dimana hasil pelaksanaan penelitian ini berjalan susuai dengan perencanaan awal sebelum melakukan penelitian ini, meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari tahapan awal penelitian hingga akhir penelitian ini, peningkatan ini dapat dilihat dari lembar aktivitas guru dan siswa. Dengan pencapaian di tindakan siklus I pertemuan kedua menempati kategori cukup dengan persentase 53,57%, pada siklus II pertemuan keempat menempati kategori baik dengan persentase 85,71%. Semantara aktivitas siswa pada tindakan siklus I adalah 50% dan pada tindakan siklus II adalah 80%. Peningkatan rata-rata hasil belajar siswa tindakan siklus I dengan persentase 65,73%, dimana terdapat 7 orang siswa yang tidak tuntas atau 46,66%, dan 8 orang siswa yang tuntas atau 53,33%. Demikian pula peningkatan daya serap klasikal dari 65,73% pada siklus I menjadi 80,06% pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar 14,33%. aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran rata-rata masuk dalam kriteria baik dan sangat baik dan sudah sesuai denga KKM 75% dan DSK 65%. 2. Saran Berdasarkan hasil evaluasi dan analisis data diatas, maka peneliti mengemukakan saran yang berkaitan dengan pembelajaran di kelas VIIIA SMPN 1 Labuan sebagai berikut: Kepada guru yang mengajar PKn, agar dapat mengembangkan lebih lanjut penelitian yang serupa, sehingga permasalahan-permasalahan yang ditimbulkan berkaitan dengan hasil belajar PKn siswa dapat diatasi lebih dini, dengan demikian kualitas proses pembelajaran PKn serta kuantitas guru yang berkuwalitas dapat terwujud. Dan kepada kepala sekolah, diharapkan selalu
16
memberikan pembinaan kepada guru, khususnya dalam meninngkatkan hasil belajar siswa dengan keterampilan guru mengelola proses pembelakaran berbasis masalah atau metode Problem Solving (pemecahan masalah), sehingga peningkatan mutu pendidikan yang ditargetkan dapat memenuhi standar mutu pendidkan nasional.
17
DAFTAR RUJUKAN
Depdiknas. (2002). KKM Kriteria ketuntasan minimal siswa. Muslich M. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Kanisius
Syuaib, Dahlia (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Palu: Edukasi Mitra Grafika Slamet. (2003). Belajar dan Faktor mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Usman, HB dkk. (2005). Pedoman Penyusunan dan Penilaian Karya Ilmiah. Palu: Universitas Tadulako