Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17, No. 2, Mei 2016 (Edisi Khusus)
ISSN 2087-3557
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI Endah Sulistiowati SMP Negeri 3 Comal, Pemalang, Jawa Tengah Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar materi memahami dan menangkap pesan dalam lagu melalui metode demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Comal pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 dari bulan September sampai Desember 2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G dengan jumlah 40 siswa terdiri dari 20 putra dan 20 putri. Penelitian dilaksanakan dalam 3 siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Penelitian dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 77% siswa berhasil dalam tes formatif dengan KKM 75. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran melalui metode demonstrasi dapat meningkat-kan hasil belajar materi memahami dan menangkap pesan dalam lagu. © 2016 Didaktikum Kata Kunci: Hasil Belajar; Metode Demonstrasi; Pesan dalam Lagu.
PENDAHULUAN Bahasa Inggris adalah alat berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, karena itu menggunakan bahasa Inggris tersebut merupakan suatu keharusan pada era globalisasi. Tujuan mata pelajaran bahasa Ingris adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Inggris baik dalam lisan maupun tulisan, yang meliputi kemampuan listening (menyimak), speaking (berbicara), reading (membaca), dan writing (menulis). Penguasaan pemahaman dan menangkap pesan dalam lagu secara umum di anggap sebagai bagian penting dari proses pembelajaran suatu bahasa. Siswa sering di dengarkan lagu-lagu yang sederhana sebagai bagaian dari mata pelajaran bahasa Inggris dan banyak pula orang yang menganggap pemahaman dan menangkap pesan lagu sebagai suatu yang menarik dan edukatif. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang digunakan oleh manusia untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa asing terutama bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat penting penggunaannya dalam pergaulan global. Pembelajaran bahasa bertujuan membekali siswa dengan kompetensi berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika dan aturan kebahasaan yang berlaku. Hal itu dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif berbahasa. Pembelajaran bahasa akan melatih siswa untuk mengungkapan pikiran dan perasaan secara autentik dan pragmatik, mengapresiasi, dan mengkreasinya dalam bentuk tulis dan/atau lisan. Bahasa PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI Endah Sulistiowati
1
Inggris juga mencakup bahan kajian sastra yang termasuk dalam kelompok mata pelajaran estetika. Pembelajaran sastra dalam mata pelajaran Bahasa Inggris bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menikmati, menghayati, dan memahami karya sastra. Menurut Nasution dalam Jamal Abdul Azis (2011) “belajar adalah perubahan tingkahlaku akibat pengalaman sendiri”, dengan belajar maka seseorang mengalami perubahan tingkahlaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan, maupun kecakapannya. Dengan kata lain ada perubahan tingkah laku antara sebelum dan sesudah belajar. Oemar Hamalik (1986) mengatakan bahwa: “belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat interaksi dengan lingkungan”. Seseorang dikatakan melakukan kegiatan belajar setelah ia memperoleh hasil, yakni terjadinya perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu menjad itahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dari beberapa definisi diatas, dapat kita tarik sebuah kesimpulan bahwa belajar yaitu semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang individu sehingga terciptanya perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar. Jadi bisa disimpulkan jika seseorang telah belajar namun hasilnya nol besar berarti dia belum bisa dikatakan belajar. Karena sudah jelas dipaparkan diatas bahwa arti belajar yang sesungguhnya harus mencapai sebuah hasil (setelah belajar) yaitu perubahan. Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penje-lasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekadar memerhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih konkret. Metode ini cukup efektif untuk membantu siswa memahami suatu konsep berdasarkan hasil pengamatan terhadap peragaan suatu konsep tersebut. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri. Syaiful dalam Muchlisin Riadi (2012) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Muhibbin Syah (1995) mengatakan bahwa metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan. Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa kelebihan, di antaranya: 1. Melalui metode demonstrasi terjadinya verbalisme akan dapat dihindari, sebab siswa disuruh langsung memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan.
2
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus)
2.
Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 3. Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran. Di samping beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki beberapa kelemahan, di antarannya: 1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Bahkan sering terjadi untuk menghasilkan pertunjukkan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya terlebih dahulu, sehingga dapat memakan waktu yang banyak. 2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah. 3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di samping itu demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa (http://diarymr417.blogspot.com). Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah: (1)Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam pembelajaran; (2) Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan; (3) Pelaksanaan demonstrsi bersamaan dengan perhatian dan peniruan dari siswa; (4) Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan atau latihan) terhadap hasil demonstrasi; dan (5) Kesimpulan. Langkah-langkah metode demonstrasi dalam http://keraton-ilmu.com adalah: 1. Tahap persiapan, pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan: (a) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses demonstrasi berakhir; (b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan; dan (c) Lakukan uji coba demonstrasi. 2. Tahap pelaksanaan, hal-hal yang dilakukan antara lain: a. Langkah pembukaan, sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diper-hatikan adalah: (1) Aturlah posisi yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan; (2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa; dan (3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa. b. Langkah pelaksanaan demonstrasi, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: (1) Berilah contoh melakukan demonstrasi; (2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan; dan (3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. c. Langkah Mengakhiri Demonstrasi Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitan nya dengan pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI Endah Sulistiowati
3
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Comal dengan alamat Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang pada semester gasal tahun pelajaran 2014/2015 bulan September sampai Desember 2014. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII G berjumlah 40 siswa terdiri dari 20 putra dan 20 putri dan dengan KKM Bahasa Inggris 75. Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes formatif, sedangkan data kualitatif diperoleh dari pengamatan. Tes formatif digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam memahami dan menangkap pesan dalam lagu setelah melakukan pembelajaran dengan metode demonstrasi. Tes dilakukan pada setiap akhir siklus. Pengamatan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung baik dilakukan oleh peneliti atau pengamat (guru mitra). Aspek yang diamati oleh peneliti dan pengamat terhadap siswa meliputi: (1) Respon siswa dalam menerima materi memahami dan menangkap pesan dalam lagu; dan (2) Respon siswa terhadap metode pembelajaran. Aspek yang diamati guru mitra terhadap peneliti, meliputi: (1) Cara memberi apersepsi dan motivasi terhadap siswa; (2) Penguasaan materi pembelajaran; (3) Keterampilan menerapkan metode pembelajaran; (4) Penekanan pada materi pembelajaran yang penting; dan (5) Merancang dan menerapkan tes formatif. Penelitian dilaksanakan dalam 3 (siklus) yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2. Pra siklus dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang ada. Pembelajaran pra siklus masih menggunakan metode ceramah. Siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar melalui penerapan metode demonstrasi. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dikatakan berhasil apabila sekurang-kurangnya 77% siswa berhasil dalam tes formatif pada pembelajaran materi memahami dan menangkap pesan dalam lagu melalui metode demonstrasi dengan KKM 75. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pembelajaran pada pra siklus menggunakan metode ceramah, sedang pada siklus 1 mulai menerapkan metode demonstrasi. Dalam penerapan metode demonstrasi, siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok diskusi. Pembelajaran diawali dengan guru melakukan apersepsi, menyam-paikan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar siswa bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Setelah pembelajaran siklus 1 selesai dilakukan refleksi. Hasil refleksi siklus 1 antara lain: (1) Beberapa siswa belum memahami langkah-langkah dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini berdampak terhadap rendahnya minat belajar dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran; dan (2) Desain pembelajaran yang disusun tidak berjalan optimal terutama pada alokasi waktu untuk langkah-langkah model pembelajaran yang diterap-kan. Hal ini berdampak adanya langkah pembelajaran yang tidak dapat dilaksanakan dengan optimal karena waktu yang tersedia tidak cukup.
4
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus)
Siklus 2 dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi yang sudah diperbaiki pada siklus 1 .Perbaikan yang berupa desain pembelajaran dituangkan dalam RPP siklus 2. Hasil belajar dilihat dari ketuntasan belajar disajikan pada tabel 4.1 di bawah ini Tabel 4.1. Hasil Belajar Siswa Antar Siklus Pra Siklus No. Nilai Tidak f Tuntas Tuntas 1. 50 5 √ 2. 60 7 √ 3. 70 7 √ 4. 80 14 √ 5. 90 7 √ 100 0 6. Jumlah 40 21 19 Prosentase 52,5% 47,5%
Siklus 1 f 2 8 4 18 8 0 40
Tuntas
√ √ 26 65,0%
Siklus 2 Tidak Tuntas √ √ √
14 35,0%
f 0 7 2 18 11 2 40
Tuntas
√ √ √ 31 77,5%
Tidak Tuntas √ √
9 22,5%
Pembahasan Peran guru pada pembelajaran pra siklus sangat dominan (teacher centered), segala informasi berasal dari guru, dan peran siswa sangat minim. Kondisi ini menyebabkan pembelajaran kurang bermakna dan siswa pasif, tidak ada semangat, minat dan motivasi dalam mengikuti pembelajaran rendah. Keterlibatan fisik dan emosional siswa dalam pembelajaran juga rendah yang pada akhirnya menghasilkan hasil belajar yang rendah. Menyadari kendala-kendala yang muncul pada pra siklus, dicobalah untuk mencari solusinya. Penerapan metode demonstrasi pada siklus 1 diharapkan dapat menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan yang ada. Secara klasikal memang ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 12,5% (dari 52,5% pada pra siklus menjadi 65,0% pada siklus 1). Sayangnya, langkah-langkah penerapan metode demonstrasi belum dipahami dengan baik oleh siswa, sehingga masih terdapat beberapa siswa yang ragu dalam mengikuti pembelajaran. Hal inilah yang menyebab-kan hasil belajar pada siklus 1 belum memuaskan. Kelemahan-kelemahan yang muncul diinventarisir dan diperbaiki. Sebelum memasuki siklus 2, siswa diberitahu dan dimatangkan kembali tentang langkah-langkah penerapan metode demonstrasi. Pembelajaran siklus 2 berjalan dengan lancar karena siswa sudah memahami dengan baik, siswa sangat berminat, antusias, dan enjoy dalam mengikuti pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang bermakna dimana keterlibatan siswa sangat maksimal menyebabkan hasil belajar siswa juga maksimal.
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI MEMAHAMI DAN MENANGKAP PESAN DALAM LAGU MELALUI METODE DEMONSTRASI Endah Sulistiowati
5
Grafik 4.1. Perolehan Hasil Belajar Antar Siklus SIMPULAN Simpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada semester1 tahun pelajaran 2014/2015 pada kelas VIIG SMP Negeri 3 Comal Kabupaten Pemalang dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Inggris materi memahami dan menangkap pesan dalam lagu dengan menggunakan metode demonstrasi menunjukkan hasil belajar peserta didik meningkat. DAFTAR PUSTAKA Jamal Abdul Azis, 2011. Peningkatan Kemampuan Memecahkan Masalah pada Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung Melalui Metode CIRC. Didaktikum No. 7 Volume 2: Semarang. Muchlisin Riadi, 2012. Pengertian Metode Demonstrasi. Diunduh pada tanggal 25 September 2014 dari http://metode-demonstrasi-dalam-belajar-kajian-pustaka.com Muhibin Syah, 1995. Psikologi Pendidikan Suatu Pendidikan Baru. Remaja Rosda Karya: Bandung. Nana Sudjana, 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru: Bandung. Oemar Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Alumni: Bandung. Suharsimi Arikunto; Suhardjono; Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara: Jakarta.
6
Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 17. No. 2. Mei 2016 (Edisi Khusus)