PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT HUKUM ISLAM MELALUI METODE EVERY ONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PARAKAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)
Oleh : MA’UNATUL CHOIRIYAH NIM : 111 06 120 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
i
ii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT HUKUM ISLAM MELALUI METODE EVERY ONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PARAKAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i)
Oleh : MA’UNATUL CHOIRIYAH NIM : 111 06 120 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2010
iii
NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 Eksempar Hal
: Naskah Skripsi
Sdr. Ma’unatul Choiriyah Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudara : Nama
: MA’UNATUL CHOIRIYAH
NIM
: 111 06 120
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: PAI
Judul
: PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIQIH TENTANG MAKANAN DAN MINUMAN MENURUT HUKUM ISLAM MELALUI METODE EVERY ONE IS A TEACHER HERE PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PARAKAN TEMANGGUNG TAHUN AJARAN 2009/2010
Sudah siap diajukan dalam sidang munaqosah. Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 10 Agustus 2010 Pembimbing
Drs. Djoko Sutopo NIP.19560603 198703 1003
iv
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudari Ma’unatul Choiriyah dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 06 120 yang berjudul Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Makanan Dan Minuman Menurut Hukum Islam Melalui Metode Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung Tahun Ajaran 2009/2010. Telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah PAI Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Selasa, 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.i). Salatiga, 31 Agustus 2010 M 21 Ramadhon 1431 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr.Imam Sutomo, M. Ag NIP.19580827 198303 1 002 PP Penguji I
Dr.H.Rahmad Hariyadi, M.Pd NIP.19670112 199203 1 005
Drs.Miftahuddin, M.Ag NIP. 19700922 199403 1 002
Muna Erawati, S.Psi, M.Si NIP. 19751218 199903 2 002
Penguji II
Pembimbing
Drs. Djoko Sutopo NIP.19560603 198703 1 003
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ma’unatul Choiriyah
NIM
: 111 06 120
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : PAI Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 10 Agustus 2010 Yang Menyatakan Ma’unatul Choiriyah S
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO
﴾ﻤﻥ ﺴﻠﻚ ﻄﺭﻴﻗﺎ ﻴﻠﺘﻤﺱ ﻔﻴﻪ ﻋﻟﻣﺎ ﺴﻬﻞ ﺍﷲ ﻄﺮﻴﻗﺎ ﺍﻟﻰ ﺍﻠﺠﻨﺔ ﴿ﺮﻮﺍﻩ ﻤﺴﻠﻡ “Barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan bagi orang itu jalan menuju ke surga” (HR. Muslim). “Hidup adalah suatu proses, membutuhkan waktu untuk mencapai tujuan”. ﻗﻞ ﺍﻟحق وﻟﻮ كﺎﻥ ﻣﺮﺍ “Katakanlah suatu kebenaran walau itu pahit” ﺍﻟعﻠﻢ ﺑال ﻋﻤﻞ كشﺠﺮ ﺑال ثﻤﺮ “Ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah”. “Jangan habiskan waktu untuk menunggu”
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tuaku (Slamet Muji dan Sumarti) tercinta yang telah mendidik, menyayangi, mendukung demi keberhasilan anak-anaknya. Kakakku
tercinta
(Arif
Syamsudin)
yang
selalu
menyayangi, membantu, dan memberi semangat dalam segala hal. Suamiku tercinta (Zuhdi Santoso) yang selalu memberi semangat, membantu dan menemani disaat suka dan duka. Keluarga besar PPTI Al Falah Sido Mukti Salatiga. Keluarga Besar Brigsus dan Racana STAIN Salatiga. Keluarga besar MTsN Parakan. Teman-teman seperjuangan PAI D angkatan 2006. Sahabat karib serta pembaca yang budiman.
vii
KATA PENGANTAR Bismillahirromanirrokhim. Segala puji bagi Allah Swt. Tuhan Semesta Alam, Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw. keluarga, para Sahabat dan para pengikutnya. Dengan rizqi, taufiq dan hidayah Allah Swt. serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan tugas dalam penyusunan skripsi ini. Merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan serta syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sl pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah. Kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini , penulis mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada yang terhormat : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M. Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Ag selaku ketua Progdi PAI STAIN Salatiga. 3. Bapak Drs.H.M.Zulfa,M. Ag selaku dosen pembimbing akademik. 4. Bapak Drs.Djoko Sutopo selaku dosen pembimbing dalam penulisan skripsi ini. 5. Kepada Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga yang telah memberikan bekal keilmuan kepada penulis. 6. Kepada Bapak Drs. H. Sukron, M.Ag selaku kepala MTs Negeri Parakan yang telah memberikan restu, kesempaan dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan iringan do’a dan atas jasa-jasa yang berharga itu semoga Allah membalas dengan balasan yang setimpal. Akhirnya harapan penulis mudahmudahan skripsi yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis khsusnya dan pembaca pada umumnya yang berminat dengan permasalahan yang disajikan.
Salatiga , 13 Agustus 2010
Penulis
viii
ABSTRAK Choiriyah, Ma’unatul 2010. Penigkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Makanan dan Minuman Menurut Hukum Islam Melalui Metode Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Jurusan Tarbiyah Program Study Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Djoko Sutopo. Kata kunci: Metode Every One Is A Teacher Here, Hasil belajar fiqih. Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah Apakah metode every one is a teacher here dapat meningkatkan perhatian, motivasi, dan hasil belajar belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian ini menggunakan model penelitian berbentuk spiral dari siklus satu ke siklus berikutnya. Setiap siklus meliputi perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (Action), observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), refleksi (reflecting). Langkah pada siklus berikutnya yaitu melaksanakan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi yang sudah direvisi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: Silabus, RPP, Lembar observasi, Lembar instrumen, dan tes formatif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar pada setiap ahir putarannya dilakukan evaluasi berupa tes tertulis. Analisis ini dihitung menggunakan teknik sederhana yaitu: (1) Menilai hasil ulangan/tes formatif, (2) Menilai ketuntasan belajar. Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama 3 siklus, seluruh pembahasan dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan metode every one is a teacher here mempunyai dampak positif dalam peningkatan hasil belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya, yaitu: (1) Siklus I (7,5), (2) Siklus II (8,4), (3) Siklus III (8,9).
ix
DAFTAR ISI HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN HALAMAN
BAB I
JUDUL..................................................................................... i NOTA PEMBIMBING............................................................ ii PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... v KATA PENGANTAR ............................................................. vi ABSTRAK .............................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN............................................................ x
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………. 1 B. Rumusan Masalah …………………….…………………………. 4 C. Tujuan Penelitian ………………………………...……………….. 5 D. Manfaat Penelitian ………………………………….……………. 5 E. Landasan Teoritik ……………………………..…………………. 7 F. Hipotesis Tindakan …………………………………………….. .. 11 G. Metodologi Penelitian …………………………………………….. 12 H. Sistematika Penulisan Skripsi……………………………………. . 28
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Teori Belajar …………………………………………..…………… B. Hasil Belajar………………………………………………..……… C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar………… D. Metode Every One Is A Teacher Here ………………………...…... E. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih …………………………………… BAB III
BAB IV
BAB V
LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang MTs Negeri Parakan dan Pelaksanaan Penelitian .......................................................... B. Pelaksanaan Penelitian ..........................................................
78 86
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisa Data Penelitian Setiap Siklus .................................... B. Pembahasan ..........................................................................
110 128
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... B. Saran .................................................................................... C. Penutup.................................................................................
133 134 135
x
30 45 55 63 71
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL Tabel 1 Daftar Siswa MTs Negeri Parakan Tahun Ajaran 2009/2010 Tabel 2 Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parakan Tabel 3 Data Nilai Sebelum Diberi Tindakan Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Nilai Sebelum Diberi Tindakan Tabel 5 Hasil Nilai Setelah Diberi Tindakan Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Nilai Setelah Diberi Tindakan Tabel 7 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I Tabel 9 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II Tabel 11 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus III. Tabel 13 Peningkatan Hasil Belajar Pada Setiap Siklus
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Guru MTsN Parakan Lampiran 2 Daftar Karyawan MTsN Parakan Lampiran 3 Struktur Organisasi MTsN Parakan Lampiran 4 Lembar Silabus MTsN Parakan Lampiran 5 Lembar RPP MTsN Parakan Lampiran 6 Lembar Instrumen Untuk Siswa Lampiran 7 Lembar Observasi Untuk Guru Lampiran 8 Lembar Observasi Untuk Siswa Lampiran 9 Lembar Tes Formatif I Lampiran 10 Lembar Tes Formatif II Lampiran 11 Lembar Tes Formatif III Lampiran 12 Lembar Penghitungan Menggunakan Teknik T-test Lampiran 13 Lembar Daftar Nilai SKK Lampiran 14 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 15 Lembar Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 16 Lembar Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukatif tersebut mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, siswa dengan sumber belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar mengandung komponen-komponen yang saling tergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem belajar mengajar memuat berbagai komponen, antara lain tujuan, bahan-bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar tujuan itu tercapai semua komponen yang harus diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja sama. Harapan yang ada pada setiap guru adalah bagaimana materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didiknya dapat diterima dan dipahami secara tuntas. Untuk memenuhi harapan tersebut bukanlah suatu yang mudah, karena kita sadar bahwa setiap siswa memiliki karakteristik yang tidak sama baik dari segi minat, potensi, kecerdasan, dan usaha siswa itu sendiri. Dari keberagaman yang dimiliki siswa, pendidik hendaknya mampu memberikan pelayanan yang sama dan menjadi tanggung jawab guru di kelas sehingga mereka merasa dihormati dan mendapatkan perlakuan yang sama. Dengan
2
demikian guru perlu mencari solusi dan strategi yang tepat agar harapan yang sudah dirumuskan dalam pembelajaran dapat dicapai. Dalam pembelajaran Fiqih banyak permasalahan-permasalahan yang menimbulkan beberapa jawaban disebabkan karena banyaknya pendapatpendapat yang dikemukakan dan semua itu banyak dianggap benar dan tidak boleh saling menyalahkan antara satu dengan yang lain asal tidak keluar dari ajaran Al-Qur’an dan Al-Hadis karena sifat ilmu Fiqih adalah relatif. Dalam proses belajar mengajar kemampuan berfikir siswa berbedabeda ada yang lambat dan ada yang cepat sehingga dalam proses pembelajaran masih didominan oleh siswa yang pintar. Untuk mencapai harapan dan memecahkan persoalan tersebut,
guru
akan mengembangkan teknik
pembelajaran every one is a teacher here (setiap orang adalah guru di sini) sehingga pembelajaran ini dapat membuat siswa aktif bukan saja aktif secara fisik tetapi juga aktif phsikisnya dan saling berinteraksi antar siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan sumber belajar sehingga siswa lebih percaya diri. Metode pembelajaran ini penulis rancang dengan memberikan kartu indeks pada siswa untuk membuat pertanyaan sambil berdiskusi, mencari, menemukan
dan
memutuskan
jawaban
secara
individual
kemudian
didiskusikan bersama dalam kelas, sedangkan salah satu siswa menjadi pemandu layaknya seorang guru. Guru sebagai fasilitator yang bertugas membimbing dan mengarahkan siswa dalam proses belajar mengajar. Metode pembelajaran ini juga memberikan kebebasan dalam menggunakan gagasan, pendapat yang tepat. Metode ini juga berfungsi mengubah pola pembelajaran
3
konvensional yang seluruh rangkaian belajar mengajar berpusat pada guru tanpa memberikan kesempatan pada siswa sehingga kadang-kadang siswa terbelenggu oleh aturan dan penggunaan strategi yang monoton dan membosankan sehingga anak didik menjadi anak yang penakut. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang bisa membawa rasa senang kepada siswa sehingga membuat mereka asyik bernalar. Metode pembelajaran every one is a teacher here ini dimungkinkan mampu membuat peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kompetensi. Pembelajaran Fiqih mengutamakan pada pemahaman dan pengenalan terhadap hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah. Untuk itu aktivitas anak didik perlu ditingkatkan melalui pengajuan pertanyaanpertanyaan dari masalah yang belum diketahui dan dimengerti serta adanya suatu diskusi-diskusi untuk menjelaskan ide-ide yang dimiliki terhadap orang lain. Dari uraian diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang adakah dorongan orang tua dengan pendidikan anak yang diterima dari orang-orang sekitar, sehingga anak termotivasi untuk belajar lebih rajin dan percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki dirinya sehingga hasil belajarnya meningkat dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Makanan Halal dan Haram Menurut Hukum Islam Melalui
4
Metode Every One is a Teacher here pada Siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung Tahun Ajaran 2009/2010”. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas adalah beberapa pertanyaan yang akan terjawab setelah tindakan selesai dilakukan (Arikunta, dkk. 2009: 36). Mengingat keterbatasan waktu, tenaga dan bahan pustaka yang terjangkau, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah metode every one is a teacher here dapat meningkatkan perhatian belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010? 2. Apakah penerapan metode every one is a teacher here dapat meningkatkan motivasi belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010? 3. Seberapa jauh metode every one is a teacher here dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010?
C.
Tujuan Penelitian
5
Tujuan penelitian pada dasarnya merupakan rumusan yang akan dicapai dari penelitian tersebut. Dalam hal ini peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab-sebab/ hal-hal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah metode every one is a teacher here dapat meningkatkan perhatian belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010? 2. Untuk mengetahui apakah penerapan metode every one is a teacher here dapat meningkatkan motivasi belajar Fiqih siswa tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010? 3. Untuk mengetahui seberapa jauh metode every one is a teacher here dapat meningkatkan hasil belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010? D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan penulis berharap supaya dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. 1. Secara Teoritis
6
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan dan bahan untuk merubah dan menyempurnakan metode pembelajaran yang bersifat praktis, efektif, kreatif, dan menyenangkan sehingga hasil belajar menigkat. 2. Secara Praktis a. Bagi Siswa 1. Meningkatkan minat belajar dan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar fiqih dengan metode every one is a teacher here. 2. Mmeningkatkan kompetensi individu dan kelompok. 3. Meningkatkan
keterampilan
berbicara
dan
mengemukakan
pendapat dengan ide-ide yang dimiliki siswa. 4. Meningkatkan keberanian dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. b. Bagi Guru 1. Guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan inovatif
sebagai
implementasi
dan
adaptasi
teori,
teknik
pembelajaran dan bahan ajar yang dipakai. 2. Meningkatkan kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa tentang pelajaran fiqih. 3. Membantu meningkatkan informasi peningkatan kemampuan siswa.
7
4. Dapat
meningkatkan
pemahaman
guru
tentang
kolaborasi
penelitian tindakan kelas. 5. Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas. c. Bagi Sekolah Sebagai salah satu sumber inspirasi guna menentukan kebijakan dalam mengembangkan kurikulum ditingkat sekolah dan ditingkat kelas serta meningkatkan mutu akademik pada siswanya. E. Landasan Teoritik Judul Penelitian Tindakan kelas (PTK) ini adalah Peningkatan hasil belajar Fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam melalui metode every one is a teacher here pada siswa kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung tahun ajaran 2009/2010, maka penulis merasa perlu adanya penegasan istilah yang terdapat didalamnya. Adapun istilah-istilah yang perlu diberi penegasan adalah sebagai berikut : 1. Peningkatan Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan. (Poerwadarminta, 2006: 1281). Meningkatkan artinya beralih pada keadaan. (Poerwadarminto, 2006: 910). Beralih keadaan yang dimaksud penulis adalah beralih dari yang semua belum diterapkannya metode every one is a teacher here dan sesudah diterapkannya metode every one is a teacher here.
8
2. Hasil Belajar Menurut Sudirman, dkk. (1986: 2) belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Warsito, 2008: 62). Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas tersebut dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar (Dimyati & Mudjiono, 2002: 10). Sedangkan belajar menurut Pidarta (2000: 197) adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakan pengetahuan lain serta mampu mengomunikasi sikapnya kepada orang lain (Warsito, 2008: 62). Jadi setelah belajar orang mempunyai keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai dan pengalaman. Belajar dihasilkan dari pengalaman dan lingkungan, dimana terjadi hubungan-hubungan antara stimulus-stimulus dan respon-respon. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Horward kingsley membagi tiga macam hasil belajar, yakni (i) keterampilan dan kebiasaan, (ii) pengetahuan dan pengertian, (iii) sikap dan cita-cita (Sudjana, 2009: 22).
9
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran. Hasil pelajaran adalah hasil yang telah dicapai setelah adanya suatu proses pembelajaran sebagai akibat suatu perubahan pengalaman atau latihan yang telah dilakukan. Hasil belajar anak didik terbentuk dari belajar pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan direncanakan
oleh
seorang
guru
yang
telah
mentransfer
ilmu
pengetahuannya kepada anak didik dan melalui proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu respon terhadap segala acara pembelajaran yang diprogramkan oleh guru. Dalam proses belajar mengajar tersebut guna meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya (Dimyati & Mudjiono, 2002: 20). 3. Pelajaran Fiqih Pelajaran fiqih adalah salah satu bagian dari mata pelajaran pendidikan agama Islam yang terdapat dalam sekolah yang berbasis agama. Dalam penelitian ini adalah pelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam yang diajarkan kepada siswa kelas Vlll MTs Negeri Parakan Temanggung tahun ajaran 2009/2010. Para Fuqoha mengartikan Fiqih dengan “Ilmu yang menerapkan hukum-hukum syara’ yang diperoleh dari dalil-dalil yang tafsil (perinci) (Asshiddiedy, 1999: 15).
10
Materi pembelajaran fiqih dalam penelitian ini lebih menfokuskan pada materi makanan halal dan haram menurut hukum Islam sebagai acuan dalam penilaian hasil belajar fiqih siswa. 4. Metode Every One Is A Teacher Here Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 740). Metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Penggunaan metode pendidikan berarti bagaimana agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Berbagai metode mengajar telah ditemukan oleh para ahli pendidikan dan telah digunakan oleh para guru, salah satunya adalah metode every one is a teacher here. Metode Every one is a teacher here dalam buku active learning yang diterjemahkan oleh Raisul Muttaqien artinya adalah setiap siswa bisa menjadi guru disini. Metode ini merupakan strategi yang mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggungjawaban individu.
11
Strategi ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa yang lain (Muttaqien, 2004: 196). Siswa menjadi guru dengan menjawab pertayaan dari temannya kemudian muncul suatu diskusi dalam kelas untuk merumuskan suatu jawaban yang tepat. F. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang saling tepat untuk memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Muryasa, 2009: 63). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Belajar Fiqih pada materi makanan halal dan haram menurut hukum Islam dengan metode every one is a teacher here dapat meningkatkan perhatian siswa. b. Belajar Fiqih pada materi makanan halal dan haram menurut hukum Islam dengan metode every one is a teacher here dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. c. Belajar Fiqih pada materi makanan halal dan haram menurut hukum Islam dengan metode every one is a teacher here dapat meningkatkan hasil belajar siswa. G. Metodologi Penelitian
12
Metode penelitian adalah tahapan-tahapan/cara dalam melaksanakan penelitian (Aqib, 2007: 33). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa ingrisnya dikenal dengan Classroom Action Research (CAR). Dari namanya sudah menunjukkkan isi yang terkandung didalamnya, yaitu sebuah penelitian yang dilakukan di kelas (Arikunta, dkk. 2009: 2). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa (Arikunta, dkk. 2009: 3). Peneliti ingin melaksanakan teknik pembelajaran every one is a teacher here
dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi siswa, berani
berinteraksi dengan cara berkomunikasi dengan sesama siswa, guru dan sumber belajar, dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan tindakan (planning), observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation) dan refleksi (reflecting) serta meningkatkan proses hasil pembelajaran secara berkesinambungan. 1. Rancangan Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan suatu tindakan, eksperimen, yang secara khusus diamati secara terus-menerus dilihat plus-minusnya, kemudian diadakan pengubahan terkontrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang tepat.
13
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi atau lamunan seorang peneliti. Jenis penelitian tersebut sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan sebagai bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaborasi dan spiral, yang mempunyai tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses isi, kompetensi dan situasi. Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation dan evaluation) dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan), sebagai mana gambar dibawah ini: (Arikunto, dkk. 2009: 104-105).
14
Perencanaan Siklus 1 Refleksi
Tindakan/ Rencana Observasi Refleksi
perbaikan Siklus 2
Tindakan/ Rencana Observasi perbaikan Refleksi Siklus 3 Tindakan/
Dan seterusnya
Observasi 2. Subyek Penelitian a. Siswa Siswa adalah subyek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah (Dimyati & mudjiono, 2002: 22). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa siswi kelas Vlll F MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswi perempuan sehingga jumlah keseluruhannya adalah 35 siswa. b. Peneliti
15
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan sistem kolaborasi antara guru mata pelajaran fiqih dengan peneliti. Guru mata pelajaran Fiqih berperan dalam mengaplikasikan metode every one is a teacher here dalam pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam yang sedang berlangsung, sedangkan peneliti mengamati dan membantu guru dalam menjalankan prosedur metode every one is a teacher here dalam proses pembelajaran Fiqih. c. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat adalah suatu obyek dimana penelitian dilaksanakan. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Parakan yang terletak di Mekarsari
Desa
Mandisari
Kecamatan
Parakan
Kabupaten
Temanggung. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu bulan Januari, Februari dan Maret 2010. Pada awal bulan Januari 2010 peneliti melakukan observasi terhadap obyek penelitian dan membuat proposal penelitian, Pada akhir bulan Januari 2010 peneliti melakukan tindakan penelitian kelas dengan menggunakan metode yang telah direncanakan dan dipersiapkan yaitu metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam, Sedangkan pada bulan Februari sampai akhir maret peneliti melakukan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan serta mencari informasi-informasi tentang MTs Negeri
16
Parakan yang bisa dijadikan sebagai data penelitian. Penelitian tindakan ini dilakukan dengan menggunakan tiga siklus. Pada masingmasing siklusnya terdiri atas empat tahap. d. Variabel Penelitian Variabel Y disebut juga variabel dependen atau variabel terikat. Variabel ini merupakan kondisi atau hasil yang diharapkan (Manurung, 2008: 149). Dalam penelitian ini peningkatan hasil belajar fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam sebagai variabel Y dan metode every one is a teacher here sebagai variabel X yang mana variabel X juga disebut variabel independen atau variabel bebas. Variabel ini merupakan bentuk perlakuan atau tindakan yang diaplikasikan dalam penelitian (Manurung, 2008: 149). 3. Langkah-langkah/ Siklus Penelitian Siklus penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam empat tahap pada setiap siklusnya. a. Perencanaan (Planning) 1. Menyusun RPP pada Standar Kompetensi memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman. 2. Menyiapkan instrument penelitian untuk guru dan siswa. 3. Menyiapkan format dan evaluasi pretes atau pertes. 4. Menyiapkan sumber belajar yang berupa buku paket fiqih dan kartu indeks.
17
5. Mengembangkan skenario pembelajaran dengan metode every one is a teacher here. b. Penerapan Tindakan (Action) 1. Guru melakukan apersepsi, motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki KD yang akan dibahas. 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Guru membagi bahan materi pelajaran fiqih yang bertema makanan halal dan haram dalam Islam dengan menjelaskan langkah-langkah atau prosedur metode every one is a teacher here. 4. Guru membagikan kartu indeks kepada siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi yang telah dipelajari di kelas. 5. Guru mengumpulkan kartu indeks dan mengacaknya. Guru membagi kembali kartu indeks satu persatu kepada siswa dan menyuruh siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan yang terdapat dalam kartu indeks masing-masing. 6. Guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan yang ada dalam kartu indeks dan menjawab pertanyaan tersebut. 7. Setelah salah satu siswa selesai memberikan jawabannya, tunjuklah beberapa siswa untuk memberikan tambahan jawaban atas apa yang dikemukakan oleh siswa tadi sehingga terjadi diskusi dalam kelas.
18
8. Guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi. 9. Guru mengadakan tes atau ulangan. 10. Guru memberikan angket dan menyuruh siswa untuk mengisinya. c. Mengobservasi
dan
mengevaluasi
proses
dan
hasil
tindakan
(Observation dan Evaluation). 1. Observasi (mengamati) kegiatan guru pada saat pembelajaran berlangsung dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrument pengamatan pembelajaran guru dan siswa. 2. Guru mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dari instrumen yang diisi siswa. 3. Guru mengevaluasi kegiatan dengan menggunakan
lembar
observasi guru. d. Refleksi (Reflecting) Pada tahapan refleksi peneliti akan mengkaji tindakan secara menyeluruh pada tahap perencanaan, penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan berdasarkan data-data yang telah terkumpul. peneliti akan mencari titik kelemahan dan kelebihan sebagai bahan renungan guna menyempurnakan tindakan berikutnya yaitu penyempurnaan pada siklus I, siklus II, siklus III dan seterusnya. Siklus II dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus I, dan siklus III dilaksanakan karena siklus II belum mengatasi masalah (Aqib, 2007: 32).
19
Menurut Hopkins (1933) jika terdapat masalah dari proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian yang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan, perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat diatasi (Arikunto, dkk. 2009: 80). 4. Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi atau data yang akan dibutuhkan dalam suatu penelitian. Adapun instrumen yang dipakai diantaranya adalah sebagai berikut : 1. RPP. 2. Bahan materi fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam. 3. Soal tes untuk mengukur keberhasilan siswa. 4. Pedoman dan kriteria penelitian. 5. Lembar observasi guru dan siswa. 6. Catatan pengalaman. 7. File (arsip data MTs Negeri Parakan). 5. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 1990: 134). Pengumpulan data tersebut melalui:
20
a. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer adalah siswa dan guru. Sumber data sekunder adalah wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dan tata usaha sekolah. 1) Data primer yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain adalah : 1) Data hasil wawancara dengan guru dan siswa. 2) Data nilai hasil belajar siswa sesudah pelaksanaan penelitian tindakan kelas. 3) Data catatan observasi tindakan (proses pembelajaran), baik observasi untuk siswa maupun guru. 2) Data sekunder yang dihasilkan dalam penelitian tindakan kelas antara lain adalah : 1) Nilai siswa sebelum penelitian tindakan kelas diambil dari nilai hasil evaluasi ulangan harian yang dilakukan oleh guru mapel sejak awal semester II dengan kompetensi yang berbeda. Sedangkan nilai siswa setelah penelitian tindakan kelas diambil dari nilai hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklusnya. 2) Laporan pengamatan hasil belajar siswa secara tidak langsung dalam proses belajar mengajar. b. Teknik pengumpulan data
21
Untuk mengumpulkan data-data tersebut digunakan beberapa teknik yaitu: 1. Kuesioner Kuesioner yakni seperangkat pertanyaan yang diberikan kepada seseorang untuk mengungkap pendapat, keadaan, kesan yang ada pada orang tersebut maupun diluar dirinya (Arikunta, 1988: 53). Orang disini adalah semua orang yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam kegiatan pembelajaran yang diminta mengisi kuesioner, misalnya guru, siswa, orang tua, pengawas sekolah atau kepala sekolah dan orang-orang lainnya (Dimyati & mudjiono, 2002: 229). Yang dimaksud kuesioner dalam penelitian ini adalah dari guru, siswa, kepala sekolah, waka kesiswaan dan tata usaha MTs Negeri Parakan. 2. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang menuntut adanya pertemuan langsung atau komunikasi langsung antara evaluator dengan sumber data (Dimyati & mudjiono, 2002: 229). Teknik ini digunakan untuk menggali informasi mengenai suasana pembelajaran dan teknik pembelajaran yang diciptakan untuk meningkatkan komunikasi siswa serta kesulitan-kesulitan dalam membuat pertanyaan pembelajaran.
22
3. Teknik Observasi dan Evaluasi Observasi (observation) merupakan teknik pengumpulan data melalui kegiatan mengamati terhadap aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan peneliti terhadap kegiatan penelitian. Menurut Jehona dkk. observasi menjadi alat penyelidikan jika : a. Mengabdi pada tujuan-tujuan research yang telah dirumuskan. b. Direncanakan secara sistematik, bukan terjadi secara tidak teratur. c. Dicatat dan dihubungkan secara sistematik dengan proposisi yang umum, tidak hanya dilakukan untuk memenuhi rasa ingin tahu semata-mata. d. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reabilitas dan ketelitiannya sebagaimana data ilmiyah lainnya (Hadi, 1995: 136 ). Catatan observasi digunakan untuk mengetahui penigkatan aktivitas siswa dan pemunculan ketrampilan kooperatif siswa, sedangkan evaluasi digunakan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa (Aqib, 2007: 136). Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan perhatian, motivasi siswa dan pemunculan ketrampilan kerja sama siswa dalam berdiskusi, membuat
23
pertanyaan
dan
menjawab
pertanyaan
sedangkan
evaluasi
digunakan untuk peningkatan hasil prestasi siswa. 4. Teknik dokumentasi Teknik dokumentasi dalam penelitian ini bermanfaat dalam mengumpulkan nilai-nilai siswa dan sebagai data sekunder yaitu untuk melihat kemajuan hasil belajar siswa. 5. Tes Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan dan sesudah siswa diberi tindakan sesuai dengan materi pembelajaran yang telah disampaikan. Alat yang digunakan dalam pengunpulan data melalui tes ini adalah butir soal tes tertulis,tes lesan dan lembar observasi. c. Analisa Data Analisa data merupakan jiwa dari penelitian tindakan kelas, langkah yang ditempuh setelah pengumpulan data adalah menganalisis data. Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan penjelasan sebagai berikut : 1. Data Kuantitatif Data kuantitatif diperoleh dari instrumen dan tes hasil belajar siswa, kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu membandingkan tes antar siklus maupun dengan indikator kinerja untuk menemukan keberhasilan individu maupun keberhasilan klasikal.
24
2. Data Kualitatif Data kualitatif menggambarkan kenyataan/fakta secara cermat dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang lengkap dan dapat menghasilkan informasi sesuai dangan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa kelas Vlll F MTs Negeri Parakan Temanggung. Data kualitatif diperoleh dari wawancara, pengamatan (observasi) proses dan hasil pembelajaran dan rencana pelaksanaan pambelajaran (RPP) dianalisis dengan analisis deskriptif berdasarkan observasi dan refleksi. Menurut Rofi’uddin (1998: 36), ia mengatakan bahwa analisis data kualitatif dapat bersifat linier (mengalir) maupun bersifat sirkuler (Aqib, dkk. 2009: 158). Setelah data terkumpul peneliti menganalisis, mereduksi dan menyimpulkan data. Pengumpulan data dilakukan pada setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas. Dengan adanya penyimpulan tiap siklus, peneliti akan memahami proses tindakan dalam pembelajaran. Akhirnya guru dan peneliti memutuskan perencanaan pada siklus berikutnya. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses pembelajaran setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada tiap akhir putaran. Analisa ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu evaluasi formatif , ketuntasan belajar siswa dan teknik t-test.
25
a. Evaluasi Formatif (Tes Formatif ). Evaluasi formatif dilakukan pada setiap akhir satuan pelajaran yang fungsinya memperbaiki proses belajar mengajar atau menperbaiki program satuan pelajaran (Usman dan Setyawati, 1993: 137). Hasil tes formatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu ( Djamarah & Zain, 2006: 106). Nilai evaluasi formatif (tes formatif) secara individu diperoleh dari jumlah semua soal dikurangi dengan jumlah soal yang salah. Sedangkan nilai tes formatif secara klasikal diperoleh dari jumlah nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-trata dengan rumus sebagai berukut: X
X N
Keterangan:
X
= Nilai Rata-rata
X
= Jumlah Nilai Semua Siswa
N
= Jumlah Siswa
b. Ketuntasan Belajar
26
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu ketuntasan belajar secara perorangan atau individu dan secara klasikal. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individu dapat dihitung mengunakan rumus sebagai berikut: P =
Jumlah jawaban yang benar Jumlah soal seluruhnya
X 100%
Dengan persentase ini guru dapat mengetahui sampai seberapa jauh penguasaan setiap siswa atas bahan pelajaran yang telah dipelajarinya dengan keberhasilan belajar tuntas sekurangkurangnya mencapai 75% (Usman dan Styawati,1993:138 ). Dengan demikian seorang siswa dianggap tuntas belajar bila siswa tersebut telah mencapai skor 75% atau nilai 7,5. Untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: P = Jumlah siswa yang tuntas belajar X 100% Jumlah siswa Atas dasar angka persentase penguasaan siswa dari bahan yang telah disajikan, guru dapat menilai dirinya sendiri mengenai kemampuan mengajarnya. Jika angka keberhasilan dapat mencapai 85% maka proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil atau tuntas. c. Teknik t-test T-test
digunakan
untuk
menguji
hipotesis.
Peneliti
mengunakan teknik t-test untuk mengetahui jawaban dari hipotesis
27
dala penelitian. Untuk menguji hipotesis dengan teknik t-test tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
t
XAXB 2
2
S1 S 2 n1 n2
Keterangan : t
= t-test
X
= Nilai Rata-rata
S
= Standar Deviasi
n
= Jumlah Siswa
Menguji hipotesis dengan kriteria t hitung t tabel maka hipotesis nihil ditolak. Untuk mencari harga t tabel didasarkan atas penetapan besarnya (taraf signifikan). H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk memudahkan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini dikemukakan A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian
28
E. Landasan Teoritik F. Hipotesis Tindakan G. Metodologi Penelitian H. Sistematika Penulisan Skripsi BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini berisi tentang kajian pustaka membahas tentang : A. Teori Belajar B. Hasil Belajar C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar D. Metode Every One Is A Teacher Here E. Ruang Lingkup Pelajaran Fiqih
BAB III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini berisi tentang laporan sebagai berikut : A. Gambaran umum tentang MTs Negeri Parakan B. Pelaksanaan Penelitian
BAB IV
: ANALISA DATA Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) setiap siklus.
BAB V
: PENUTUP Dalam bab ini berisi tentang:
29
A. Kesimpulan B. Saran C. Penutup Dalam kegiatan akhir terdiri dari daftar pustaka, daftar riwayat hidup penulis dan lampiran-lampiran.
30
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A.
Teori Belajar 1. Pengertian
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 1991: 2). Menurut Witherington (1952: 165) “belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Crow and Crow dan Hilgard. Menurut Crow and Crow (1958: 225) “Belajar adalah diperolehnya kebiasaankebiasaan, pengetahuan dan sikap baru”, sedangkan menurut Hilgard (1962: 252) “Belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respons terhadap suatu situasi” (Sukmadinata, 2004: 155-156). Menurut Sadiman, dkk. (1986: 2) Belajar (learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi sampai ke liang lahat nanti (Warsito, 2008: 62).
31
Menurut Pidarta (2000: 197) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pegetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain (Warsito, 2008: 62). Dalam
pandangan
konstruktivisme,
belajar
adalah
menyusun
pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, dan refleksi serta interprotasi. Sedangkan konsep belajar menurut UNESCO, menuntut setiap satuan pendidikan untuk dapat mengembangkan empat pilar pendidikan baik untuk sekarang dan masa depan, yaitu: (1) learning to know (belajar untuk mengetahui), (2) learning to do (belajar untuk melakukan sesuatu), (3) learning to be (belajar untuk menjadi seorang) dan (4) learning to live together (belajar untuk menjalani kehidupan bersama) (Warsito, 2008: 63). Belajar merupakan suatu perubahan dalam bentuk sikap dan nilai positif. Selama kegiatan belajar berlangsung terjadi proses interaksi antara si belajar dengan sumber-sumber belajar. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangan dan lingkungannya. Agar proses belajar mengarah pada tercapainya tujuan dalam kurikulum, maka guru harus merencanakan dengan seksama dan sistematis sebagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan. Peserta didik seharusnya tidak hanya belajar dari guru/pendidik saja, tetapi dapat belajar dengan berbagai sumber belajar yang tersedia di lingkungannya.
32
Menurut Assosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah meliputi semua sumber baik berupa data, orang atau benda yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar bagi peserta didik (Minarso, 1986; Warsito, 2008: 209). Oleh karena itu belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses yang komplek bagi si pembelajar, guna menjalani suatu pengalaman edukatif berupa perubahan-perubahan pola tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut diorganisir untuk mencapai hasil belajar berdasarkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian, belajar dapat diartikan sebagai individu yang mengalami dan menghayati sesuatu yang aktual. Penghayatan yang diperoleh dari kegiatan belajar tersebut dapat menghasilkan perubahan pada pematangan, pendewasaan pola tingkah laku, sistem nilai dan perbendaharaan pengertian (konsep-konsep) serta kekayaan informasi. Perubahan tingkah laku seseorang yang berada dalam keadaan mabuk, perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan, pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar. Ada beberapa perubahan yang dialami individu yang juga bukan karena belajar. Perubahan tersebut mungkin terjadi karena unsur-unsur kimiawi, seperti karena obat, minuman keras, narkotika, dll. Kasus Ben Johnson pelari cepat dari Kanada yang dibatalkan kejuaraannya di Olimpiade Seoul, karena doping atau minum semacam narkotika merupakan contoh dari perubahan tingkah laku atau kemampuan karena unsur kimia.
33
Hakekat belajar sangatlah penting untuk dijadikan pegangan dalam memahami masalah belajar secara mendalam. Hakekat belajar pada dasarnya adalah “perubahan” (Djamarah & Zain, 2006: 11). Perubahan tersebut adalah perubahan yang sesuai dengan perubahan yang dikehendaki oleh pengertian belajar. Perubahan yang terjadi akibat belajar merupakan perubahan yang mempengaruhi tingkah laku sebagai hasil belajar. Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam kategori belajar yaitu ciri-ciri belajar. Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut: a. Perubahan Yang Terjadi Secara Sadar Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. b. Perubahan Dalam Belajar Bersifat Kontinue dan Fungsional Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.
34
c. Perubahan Dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif Dalam perubahan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Misalnya semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, semakin banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh. d. Perubahan Dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau dilatih. e. Perubahan Dalam Belajar Bertujuan atau Terarah Berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku, baik dalam sikap kebiasaan, pengetahuan ketrampilan dan sebagainya (Slameto, 1991: 3-4).
35
2.
Tipe-tipe Belajar Dalam
buku
The
Conditions
of
Learning
(1970)
Gagne
mengemukakan 8 tipe belajar, yang membentuk suatu hierarki dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yaitu: a.
Belajar Tanda-tanda (Signal Learning) Individu belajar mengenal dan memberi respons kepada tandatanda seperti: melirik kepada orang lewat.
b.
Belajar Merangsang Jawaban (Stimulus-Respons Learning). Belajar ini merupakan upaya untuk membentuk hubungan antara perangsang dengan jawaban, umpamanya berhenti pada waktu lampu merah.
c.
Rantai Perbuatan (Chaining) Individu belajar melakukan suatu rentetan kegiatan yang membentuk satu kesatuan. Misalnya: mandi, merupakan suatu rantai kegiatan mulai dari membuka baju sampai mengeringkannya dengan handuk dan berpakaian kembali.
d. Hubungan Verbal (Verbal Assosiation) Hubungan verbal ini berbentuk hubungan bahasa. Misalnya: hubungan antara subjek dengan namanya. e.
Belajar Membedakan (Discrimination Learning) Individu belajar melihat perbedaan dan persamaan sesuatu benda dengan yang lainnya. Misalnya membedakan objek yang konkrit dan abstrak.
36
f.
Belajar Konsep (Concept Learning) Tipe belajar ini menyangkut pemahaman dan penggunaan konsep-konsep seperti konsep warna, sifat, kondisi, dll.
g. Belajar Aturan-aturan (Rule Learning) Individu belajar aturan-aturan yang ada di masyarakat, sekolah, rumah ataupun aturan dalam perdagangan, pemerintahan bahkan ilmu pengetahuan. h.
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning) Individu
dihadapkan
kepada
masalah-masalah
yang
harus
dipecahkannya, baik suatu bidang ilmu (Sukmadinata, 2009: 160-161). Menurut permendiknas no. 16 th. 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru bahwa guru sebagai pendidik harus memiliki kompetensi pedagogis, dengan kompetensi inti gurunya adalah menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar yang mendidik (Warsito, 2008: 64). 3.
Teori Belajar Ada banyak teori-teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip-prinsip sendiri tentang belajar yang mempengaruhi bentuk atau model penerapannya dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu fungsi teori belajar adalah mengungkapkan seluk beluk atau kerumitan (kekompleksan) peristiwa yang kelihatannya sederhana. Adapun teori-teori belajar tersebut adalah sebagai berikut:
37
a. Teori Belajar Behaviorisme Teori ini dikemukakan oleh Watson, menurut pendapatnya: pengetahuan harus bersifat positif sehingga objeknya harus dapat diamati, yaitu berupa tingkah laku (Slameto, 1991: 12). Menurut teori behaviorisme belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya stimulasi dan respons yang dapat diamati. Teori ini lebih menekankan pada tingkah laku objektif, empiris (nyata), konkret dan dapat diamati (observable) (Warsito, 2008: 66). Manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam lingkungannya yang akan memberikan pengalaman-pengalaman belajar. Pengertian dan pemahaman tidaklah penting karena stimulus (S) dan respons (R) dapat diperkuat dengan menghubungkan secara berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan proses belajar yang diinginkan. Dasar belajar adalah asosiasi antara kesan (impression) dengan dorongan untuk berbuat (impuls to action). Asosiasi itu menjadi kuat atau lemah dengan terbentuknya atau hilangnya kebiasaan-kebiasaan (Bower & Hilgard, 1981: 49). Para behaviors meyakini bahwa hasil belajar akan lebih baik dikuasai kalau dihafal berulang-ulang. Belajar terjadi karena adanya ikatan antara stimulus dan respons (S-R Bonds). Ikatan itu menjadi makin kuat dalam latihan/pengulangan dengan cara menghafal (Purwanto, 2009: 41).
38
Dalam menerapkan teori behaviorisme yang terpenting adalah para guru, perancang pembelajaran dan pengembang program-program pembelajaran harus memahami karakteristik peserta didik dan karakteristik lingkungan belajar agar tingkat keberhasilan peserta didik selama kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Tuntutan dari teori ini adalah pentingnya merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas dan spesifik supaya mudah dicapai dan diukur (Warsito, 2008: 67). b. Teori Belajar Kognitif Kelompok teori kognitif beranggapan bahwa belajar adalah pengorganisasian
aspek-aspek
kognitif
dan
persepsi
untuk
memperoleh pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku. Teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan. Dengan demikian, belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks dan mementingkan proses belajar (Warsito, 2008: 69). Yang termasuk dalam kelompok teori ini adalah sebagai berikut: 1) Teori Perkembangan Piaget Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetika yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis yaitu perkembangan sistem syaraf. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap perkembangan tertentu
39
sesuai dengan umurnya. Ada empat tahap perkembangan kognitif anak, yaitu: Tahap sensorik yang bersifat internal (0-2 tahun) Tahap preoperasional (2-6 tahun) Tahap operasional konkret (6-12 tahun) Tahap formal yang bersifat internal (12-18 tahun) Perkembangan intelektual seseorang menunjukkan bahwa semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin abstrak cara berpikirnya (Warsito, 2008: 69). Dalam perkembangan intelektual terjadi proses yang sederhana seperti: melihat, menyentuh, menyebut nama benda dsb. dan adaptasi yaitu suatu rangkaian perubahan yang terjadi pada tiap individu sebagai hasil interaksi dengan dunia sekitarnya (Slameto, 1991: 15). 2) Teori Kognitif Bruner Kata Bruner belajar tidak untuk merubah tingkah laku seseorang tetapi untuk merubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah (Slameto, 1991: 12). Asumsi dasar teori kognitif adalah setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman di dalam dirinya.
40
Dalam proses belajar Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk meningkatkan proses belajar perlu lingkungan yang
dinamakan
“discovery
learning
environment”,
ialah
lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuanpenemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Hal-hal yang dapat dipelajari siswa dalam lingkungan digolongkan menjadi: Enactive
: peserta didik melakukan aktivitas-aktivitasnya dalam usaha memahami lingkungan, seperti belajar naik
sepeda,
yang
harus
didahului
dengan
bermacam-macam ketrampilan motorik. Iconic
: peserta didik melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal, seperti mengenal jalan yang menuju ke pasar, mengingat dimana bukunya yang penting diletakkan.
Symbolic : peserta didik mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika serta komunikasi dilakukan dengan pertolongan sistem simbol,
seperti
menggunakan
kata-kata,
menggunakan formula. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner adalah dengan memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif
41
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (free discovery learning), dengan kata lain belajar dengan cara menemukan (discovery) (Warsito, 2008: 72). 3) Teori Belajar Bermakna Menurut Ausebel Menurut Ausebel belajar haruslah bermakna, materi yang dipelajari diasimilasikan secara nonarbirter dan berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Pembelajaran bermakna
(meaningful
learning)
merupakan
suatu
proses
dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif peserta didik. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa pembelajaran ditandai oleh terjadinya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi, atau situasi baru dengan komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif peserta didik (Warsito, 2008: 72-73). c. Teori Belajar Humanisme Menurut teori humanisme proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha untuk mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori ini sangat mementingkan isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri.
42
d. Teori Belajar Sibernetik Menurut teori sibernetik belajar adalah mengolah informasi (pesan pembelajaran). Proses belajar dianggap penting, tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang akan diproses dan akan dipelajari oleh peserta didik. Oleh karena itu, proses belajar akan sangat ditentukan oleh sistem informasi. e. Teori Belajar Kontruktivisme Dalam orientasi baru psikologi, konstruktivisme mengajarkan kita ilmu tentang bagaimana anak manusia belajar. Mereka belajar mengonstruksikan
(membangun)
pengetahuan,
sikap,
atau
keterampilannya sendiri, tidak dengan memompakan pengetahuannya itu ke dalam otaknya. Menurut teori ini pengetahuan bukan merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman, ataupun lingkungannya. Teori ini menekankan bahwa belajar lebih banyak ditentukan karena adanya karsa peserta didik. f. Teori Multiple Intelligences Intelligences merupakan koreksi terhadap konsep kecerdasan seseorang berdasarkan pada intelligences quotient (IQ) yang hanya mengukur kemampuan seseorang hanya berdasarkan pada linguistik, matematik, logis dan spasial saja (Warsito, 2008: 75-84).
43
4. Prinsip-prinsip Belajar Ada beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar maupun upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan
upaya
belajarnya
maupun
bagi
guru
dalam
upaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut: a. Perhatian dan Motivasi Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. b. Keaktifan Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai dengan kegiatan psikis yang susah diamati. Contoh kegiatan fisik yaitu membaca, mendengar dan menulis. Contoh kegiatan psikis yaitu membandingkan konsep yang satu dengan konsep yang lain dan menyimpulkan hasil percobaan. c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh seorang yang belajar membuat tempe, tidak hanya melihat atau
44
mendengar bagaimana cara pembuatan tempe tetapi yang paling baik adalah terlibat secara langsung dalam pembuatan tempe tersebut. d. Pengulangan Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir dsb. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang seperti halnya pisau yang selalu diasah. e. Tantangan Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi terdapat suatu hambatan yaitu mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. f. Balikan dan Penguatan Prinsip yang berkaitan dengan ini ditekankan oleh teori belajar operant conditioning dari B.F. Skinner pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, dan operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. g. Perbedaan Individual Perbedaan individu ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Jadi dalam kegiatan proses belajar tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak secara tepat. Artinya teori-teori dan
45
prinsip-prinsip
belajar
ini
diharapkan
dapat
membimbing
dan
mengarahkan dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Walaupun teori belajar tidak dapat diharapkan menentukan langkah demi langkah dalam kegiatan pembelajaran, namun minimal dapat memberi arah prioritas dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu prinsip-prinsip belajar menuntut para guru, perancang pembelajaran, dan pengembang program-program pembelajaran untuk
memusatkan
perhatian,
mengelola,
menganalisis,
dan
mengaplikasikan prinsip-prinsip belajar tersebut.
B.
Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukanya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Dalam siklus input-proses-hasil, hasil dapat dengan jelas dibedakan dengan input akibat perubahan oleh proses (Purwanto, 2009: 44). Menurut Winkel (1999: 53), belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahanperubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap. Perubahan itu diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman (Purwanto, 2009: 39).
46
Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Dengan demikian, hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran (ends are being attained). Tujuan pengajaran menjadi hasil belajar potensial yang akan dicapai oleh anak melalui kegiatan belajarnya. Tujuan pengajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa memiliki penguasaan terhadap materi pengajaran yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran (Purwanto, 2009: 45-46). Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotoris. a. Ranah Kognitif Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu sebagai berikut: 1) Tipe Hasil Belajar: Pengetahuan Istilah pengetahuan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata knowledge dalam taksonomi Bloom. Sekalipun demikian, maknanya tidak
47
sepenuhnya tepat sebab dalam istilah tersebut termasuk pula pengetahuan faktual di samping pengetahuan hafalan atau untuk diingat seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, dll. Tipe hasil belajar pengetahuan ini termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah, namun tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. 2) Tipe Hasil Belajar: Pemahaman Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Misalnya menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri sesuatu yang dibaca/didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan, atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. 3) Tipe Hasil Belajar: Aplikasi Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi. 4) Tipe Hasil Belajar: Analisis Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur/ bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari tiga tipe sebelumnya.
5) Tipe Hasil Belajar: Sintesis
48
Penyatuan unsur-unsur/bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh disebut sintesis. Berpikir sintesis merupakan salah satu terminal untuk menjadikan orang lebih kreatif, berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yang hendak dicapai dalam tujuan pendidikan. 6) Tipe Hasil Belajar: Evaluasi Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai suatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materiil, dll. b. Ranah Afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghormati guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial. Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu sebagai berikut: 1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. 2) Responding (jawaban), yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. 3) Valving (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala/stimulasi tadi. 4) Organisasi, yakni mengembangkan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan, dll.
49
5) Karakteristik nilai/internalisasi nilai yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempunyai pola kepribadian dan tingkah lakunya. c. Ranah Psikomotoris Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill), dan kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan ketrampilan, yakni: 1) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar). 2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar. 3) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, auditif, motoris, dll. d. Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketetapan. e. Gerakan-gerakan skill mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks. f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2009: 22-31). Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seorang menguasai bahan yang diajarkan. Hasil belajar perlu dievaluasi. Evaluasi dimaksudkan sebagai cermin untuk melihat kembali apakah
50
tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar telah berlangsung efektif untuk memperoleh hasil belajar (Purwanto, 2009: 47). Evaluasi diharapkan dapat menjadi umpan balik untuk program yang telah dijalankan (feedback) dan memberikan informasi yang diperlukan untuk menjalankan program di masa yang akan datang (feedforward) (Purwanto, 2009: 2). Evaluasi adalah pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria (Purwanto, 2009: 1). Sedangkan Davies mengemukakan bahwa evaluasi merupakan proses sederhana memberikan/menetapkan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek, dan masih banyak yang lain (Dimyati & Mudjiono, 2002: 190-191). Nana Sudjana (1990: 3) mempertegas evaluasi dengan batasan sebagai proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu (Dimyati & Mudjiono, 2002: 191). Evaluasi juga berarti pengukuran, penilaian, penelitian terhadap nilai hasil belajar. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan bersifat kuantitatif (Uno, 2006: 94). Menurut Kerlinger pengukuran adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan alat ukurnya dan kemudian menerangkan angka menurut sistem aturan tertentu (Purwanto, 2009: 1). Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran subjektif dan bersifat kualitatif (Uno, 2006: 94).
51
Mengukur berarti membandingkan sesuatu dengan satu ukuran dengan salah satu instrumen tertentu. Instrumen evaluasi hasil belajar yang disebut juga alat penilaian yang akan digunakan, tergantung dari metode/teknik. Evaluasi yang dipakai apakah teknik tes atau teknik bukan tes (non-tes), bila menggunakan teknik tes maka alat penilaiannya berupa tes, sedangkan teknik non-tes alat penilaiannya berupa macam-macam alat penilaian non-tes (Dimyati & Mudjiono, 2002: 210). Dalam penilaian menggunakan tes ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan), ada tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan). Soalsoal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif, dan ada juga yang dalam bentuk isay atau uraian. Sedangkan bukan tes (non-tes) sebagai alat penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi kasus, dll. Dengan evaluasi atau pengukuran itu kita dapat menentukan hasil suatu rencana atau mengukur kemajuan suatu usaha dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Pengukuran tes hasil belajar dilakukan oleh guru dengan memberikan ulangan atau ujian pada periode-periode tertentu baik secara tes maupun nontes. Maksud dari pengukuran dan penilaian tersebut adalah untuk mengetahui apakah guru dalam menyajikan bahan pelajaran telah berhasil dengan baik atau belum, disamping itu juga untuk mengukur seberapa jauh murid menangkap dan mengerti apa yang telah dipelajarinya. Pada umumnya guru menggunakan evaluasi dengan ujian yang bertujuan untuk mengukur dan menilai hasil belajar siswa. Sesungguhnya, fungsi ujian
52
tidaklah untuk itu saja. Ujian berfungsi sebagai alat mengetahui efektivitas siswa belajar, efektivitas prosedur pengajaran oleh guru, disamping memang berfungsi sebagai instrumen pengukuran dan penilaian kemampuan siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Evaluasi hasil belajar merupakan proses mulai dan menentukan objek yang diukur, mengukurnya, mencapai hasil pengukuran, mentransformasikan ke dalam nilai, dan mengambil keputusan lulus dan tidaknya siswa, efektif dan tidaknya guru mengajar ataupun baik buruknya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis penilaian sebagai berikut: a. Tes Formatif Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau beberapa pokok bahasan tertentu dan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa terhadap pokok bahasan tertentu. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu. b. Tes Sub Sumatif Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar siswa. Hasil tes sub sumatif ini
53
dimanfaatkan
untuk
memperbaiki
proses
belajar
mengajar
dan
diperhitungkan dalam menentukan rapor. c. Tes Sumatif Tes ini diajarkan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil tes sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (ranking) atau sebagai ukuran mutu sekolah (Djamarah & Zain, 2006: 106107). Hasil tes ataupun ulangan tersebut pada dasarnya bertujuan memberikan gambaran tentang keberhasilan proses belajar mengajar. Keberhasilan itu dilihat dari segi keberhasilan proses dan keberhasilan produk. Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut, adalah sebagai berikut: 1) Istimewa/maksimal: apabila seluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa. 2) Baik sekali/optimal: apabila sebagian besar (76% s.d. 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa.
54
3) Baik/minimal: apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d. 75% saja dikuasai oleh siswa. 4) Kurang: apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa (Djamarah & Zain, 2006: 107). Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dikatakan berhasil bila Tujuan Instruksional Khusus (TIK)-nya dapat tercapai. Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan suatu bahan kepada siswa. Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai Tujuan Instruksional Khusus (TIK) yang ingin dicapai. Fungsi penilaian formatif adalah untuk memberikan umpan balik kepada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar mengajar dan melaksanakan program remidial bagi siswa yang belum berhasil. Yang menjadi tolok ukur bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut: a. Daya serap setiap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok. b. Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Pengajaran/Instruksional Khusus (TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok (Djamarah & Zain, 2006: 106).
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Belajar
55
Keberhasilan dalam suatu proses belajar di kalangan peserta didik tidaklah sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain karena hal ini disebabkan oleh berbagai faktor alternatif, antara lain faktor kematangan akibat kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing, sikap dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran, jenis mata pelajaran yang diberikan dll. Hasil belajar bergantung pada apa yang dipelajari, bagaimana bahan dipelajari, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar (Rusyan, dkk. 1989: 60). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. 1. Faktor Intern a. Faktor Jasmaniah 1) Faktor Kesehatan Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuanketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olah raga dan rekreasi (Slameto, 1991: 56). 2) Cacat Tubuh Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan
56
lain-lain. Jika hal ini terjadi pada siswa hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau mengurangi pengaruh kecacatannya itu (Slameto, 1991: 151). b. Fakttor Psikologis Belajar pada hakekatnya adalah proses psikologis. Faktor psikologis dipandang sebagai faktor dari dalam yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang siswa. Guru sadar bahwa bahan pelajaran yang diberikan tidak semuanya dapat diserap oleh siswa. Siswa yang duduk dengan diam, tidak dapat dipastikan bahwa ia memperhatikan semua pelajaran guru, bisa saja pandangan matanya terarah pada persoalan lain bahkan dapat diartikan ia tidak mengerti apa yang diajarkan guru. Oleh karena itu ada beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut: 1) Inteligensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsepkonsep
yang
abstrak
secara
efektif,
mengetahui
relasi
dan
mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah (Slameto, 1991: 151).
57
2) Perhatian Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu subjek (benda/hal) atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Jika tidak maka timbul kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar (Slameto, 1991: 158). 3) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1991: 59). 4) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan (Djamarah & Zain, 2002: 53). Bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan atau latihan. Bakat diakui sebagai kemampuan bawaan sejak lahir yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan. Bakat diwariskan atau didapat dari pasangan suami-istri atau ayah-ibu, akibat pertemuan ovum-sperma. Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar. 5) Motif
58
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan (Suryabrata, 2007: 70). Untuk dapat terlaksananya suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan kegiatan itu, dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar (Slameto, 1991: 60). Untuk melakukan sesuatu harus ada motivasi. Murid harus memiliki motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar yang berlangsung. Menurut Slavin motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar dimana kondisi psikologis dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan, tampak gigih, giat belajar untuk meningkatkan prestasi belajar (Djamarah & Zain, 2002: 62). Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar tinggi. Menurut Maslow (menurut Frankdsen, 1961: 234) mengemukakan motif-motif untuk belajar itu adalah: a) Adanya kebutuhan fisik b) Adanya kebutuhan rasa aman, bebas dari kekhawatiran
59
c) Adanya kebutuhan akan kecintaan dan penerimaan dalam hubungan dengan orang lain d) Adanya kebutuhan untuk mendapat kehormatan dari masyarakat e) Sesuai dengan sifat untuk mengemukakan atau mengetengahkan diri (Suryabrata, 2007: 237). Suatu pendorong yang besar pengaruhnya dalam belajar anak didik adalah cita-cita. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam kebutuhan, artinya kebutuhan-kebutuhan biasanya disentralisasikan di sekitar cita-cita itu sehingga dorongan tersebut mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar. 6) Kesiapan Kesiapan atau readiness menurut James Drever adalah preparednes to respond or react. Kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik (Slameto, 1991: 61). c. Faktor Kelelahan Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
60
Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan (Slameto, 1991: 61).
2. Faktor Ekstern a. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa. Misalnya kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anakanak penganggur akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak, siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Demi kelancaran belajar serta kebersihan anak, perlu diusahakan relasi (hubungan) yang baik di dalam keluarga tersebut. Hubungan yang baik
61
adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman untuk menyukseskan belajar anak sendiri (Slameto, 1991: 64).
b. Lingkungan Non Sosial Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan non-sosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan siswa (Syah, 1995: 64). Contoh: Kondisi rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan remaja (seperti lapangan voli) akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan kondisi perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk pada kegiatan belajar siswa. Waktu belajar merupakan hal penting dalam belajar siswa karena belajar yang dipaksa dalam waktu-waktu tertentu akan mengganggu konsentrasi dalam belajar. Menurut seorang ahli bernama J. Biggers (1980) berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif dari pada belajar pada waktu-waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style (gaya belajar), hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu
62
secara mutlak, tetapi bergantung pada pilihan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa (Dunn, et.al. 1986; Syah, 1995: 64). Dengan demikian waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar tidaklah terlalu penting dihiraukan melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informatif dan pengetahuan yang dipelajari siswa tersebut.
D.
Metode Every One is A Teache Here 1.
Metode Pembelajaran Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran yang berbeda (Uno, 2006: 16). Kondisi pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda (Uno, 2006: 16). Pada dasarnya metode pembelajaran, kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran itu dapat dimanipulasi oleh perancang pembelajaran. Apabila suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Sebagai contoh di sekolah A, guru mempunyai peluang untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran, sedangkan di sekolah B, hanya satu metode yang mungkin digunakan. Dari contoh di atas yang termasuk metode pembelajaran adalah di sekolah A,
63
sedangkan di sekolah B merupakan kondisi pembelajaran. Hasil pembelajaran biasanya berupa hasil nyata dan hasil yang diinginkan. Menurut Sadiman, dkk. (1986: 7) pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Warsito, 2008: 86). Inti dari suatu pembelajaran adalah terjadi proses belajar dalam diri peserta didik. Peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu siswa dengan cara mengadakan pemilihan terhadap berbagai strategi pembelajaran yang tepat dan efektif yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki: cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Departemen Pendidikan dan Nasional, 2007: 740). Sedangkan strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (Departemen Pendidikan dan Nasional,2007: 1092). Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode dapat juga diartikan dengan strategi. Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Seorang guru diharapkan memiliki kemampuan dalam
64
memilih strategi apa yang dapat digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran di kelasnya. Sehingga tujuan yang telah ditulis dalam rencana pengajaran dapat tercapai, seorang guru dituntut untuk menguasai metode yang akan disampaikan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Tujuan dipilihnya suatu metode adalah menjadikan proses dan hasil belajar mengajar menjadi lebih baik, berdaya guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran agama (Islam) melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap. 2.
Kedudukan Metode a)
Metode sebagai Alat Motivasi Ekstrinsik Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang sangat penting. Tidak ada satu pun kegiatan pembelajaran yang tidak menggunakan metode pengajaran. Penggunaan metode yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Motivasi ekstrinsik menurut Sadiman A.M. (1988: 90) adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar.
b)
Metode sebagai Strategi Pengajaran Faktor intelegensi mempengaruhi daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah, N.K. (1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
65
adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. c)
Metode sebagai Alat untuk Mencapai Tujuan Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa. Guru tidak bisa membawa kegiatan belajar mengajar menurut sekehendak hatiya dan mengabaikan tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran (Djamarah & Zain, 2006: 72-75).
3.
Metode Every One is A Teacher Here Metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Antara metode dan tujuan harus seimbang artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran. Metode mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi/bahan pelajaran kepada siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Berbagai metode mengajar yang sering digunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran diantaranya yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode resitasi, metode demonstrasi, metode karya wisata, dll. termasuk salah satu diantaranya yaitu metode every one is a teacher here.
66
Every one is a teacher here mengandung arti setiap siswa bisa menjadi guru di sini. Metode ini merupakan strategi yang mudah untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan pertanggung jawaban individu. Strategi ini memberi kesempatan bagi setiap siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi siswa yang lain (Muttaqien, 2004: 196). Metode every one is a teacher here yaitu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa, dan dapat disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pada berbagai mata pelajaran, khususnya pencapaian tujuan yaitu meliputi aspek: kemampuan mengemukakan pendapat,
kemampuan menganalisa masalah, kemampuan menuliskan
pendapat-pendapatnya
setelah
melakukan
pengamatan,
kemampuan
menyimpulkan, dll. 4. Fase-fase Metode Every One is A Teacher Here Dalam metode every one is a teacher here ini terdapat 2 fase yaitu: a) Guru Memberikan Tugas Guru memberikan informasi tentang bahan/materi pelajaran yang akan diajarkan untuk dibaca, dipelajari dan dipahami isinya terlebih dahulu kepada peserta didik. b) Murid Melaksanakan Tugas Setelah murid selesai membaca, mempelajari dan memahami bahan/materi yang diberikan oleh guru kemudian siswa akan melaksanakan instruksi yang diberikan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
67
dengan menggunakan metode every one is a teacher here dengan panduan dari guru. 5.
Langkah-langkah Pelaksanaan Every One is A Teacher Here Menurut Melvin L. Silberman (19963), langkah-langkah pembelajaran melalui every one is a teacher here adalah sebagai berikut: a) Langkah-langkah Pelaksanaan 1) Bagikan kartu indeks kepada tiap siswa, perintahkan siswa untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar yang tengah dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas. 2) Kumpulkan kartu, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa. Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topik pada kartu yang mereka terima dan pikirkan jawabannya. 3) Tunjukkan beberapa siswa untuk membacakan kartu yang mereka dapatkan dan memberikan jawabannya. 4) Setelah memberikan jawaban, perintahkan siswa lain untuk memberi tambahan atas apa yang dikemukakan oleh siswa yang membacakan kartunya itu. 5) Lanjutkan prosedur ini bila waktunya memungkinkan (Muttaqien, 2004: 196-197). b) Variasi Pelaksanaan
68
Selain langkah-langkah di atas dapat juga ditambah dengan variasi untuk menarik perhatian serta motivasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode ini. Adapun variasi itu adalah sebagai berikut: 1) Peganglah kartu-kartu yang telah anda kumpulkan. Buatlah sebuah panel responden. Baca tiap kartu dan perintah untuk didiskusikan. Gilirlah anggota panel sesering mungkin. 2) Perintahkan siswa untuk menuliskan pendapat/hasil pengamatan mereka tentang materi pelajaran pada kartu. Perintahkan siswa lain untuk mengungkapkan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pendapat atau pengamatan tersebut (Muttaqien, 2004: 197). 6.
Kelebihan dan Kelemahan Metode Every One Is a Teacher Here a. Kelebihan
1) Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat. 2) Merangsang kreativitas siswa dalam bentuk ide, gagasan dan terobosan baru dalam memecahkan masalah. 3) Dengan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh temannya dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa yang lain sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, yang mengantuk menjadi tegar dan hilang kantuknya. 4) Mengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain. 5) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara berpikir ilmiah.
69
6) Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. 7) Siswa dapat menanyakan masalah-masalah yang belum ia pahami. 8) Saling tukar menukar informasi/wawasan. b. Kelemahan
1) Membutuhkan pengetahuan dan kecekatan yang banyak dalam mempersiapkan materi. 2) Sering membutuhkan waktu yang banyak, terutama apabila banyak tanggapan dari siswa. 3) Suasana di kelas sering dikuasai oleh siswa-siswa yang suka berbicara atau ingin menonjolkan diri. 4) Tidak semua pertanyaan yang dibuat oleh siswa bisa dijawab dan dibahas bersama dalam kelas. 5) Siswa mendapat informasi yang terbatas dari guru karena guru dan siswa membahas pertanyaan-pertanyaan yang dibaca dalam kelas. 6) Beberapa siswa masih minder dan grogi karena siswa dituntut seolah-olah menjadi seorang guru yang sedang mengajar di kelas.
E.
Ruang Lingkup Pelajaran Fiqh
1. Fiqih sebagai Mata Pelajaran di MTs Menurut ajaran agama Islam menuntut ilmu hukumnya wajib seperti hadits:
) طﻠﺐ ﺍﻟعﻠﻢ فﺮيضﺔ ﻋﻠﻰ كﻞ ﻣﺴﻠﻢ وﻣﺴﻠﻤﺔ ( ﺭوﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ
70
Artinya: menuntut ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam laki-laki dan orang Islam perempuan (HR. Muslim). Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya baik ilmu umum terlebih lagi ilmu agama. Hendaknya ilmu agama ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan ibu. Setiap lembaga pendidikan yang di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional (DIKNAS) maupun Departemen Agama (DEPAG) wajib memberikan pendidikan agama sesuai dengan agama yang disahkan oleh negara Indonesia. Pendidikan agama wajib dipelajari oleh setiap siswa mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) atau dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Madrasah Aliyah (MA). Lembaga pendidikan yang di bawah naungan Departemen Agama (DEPAG) memberikan materi-materi keagamaan yang lebih luas untuk diajarkan diantaranya adalah fiqih, AlQur’an hadis, Sejarah Perkembangan Islam (SKI), aqidah akhlak, dan bahasa Arab. Pada penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada mata pelajaran fiqih dengan materi makanan halal dan haram dalam islam yang akan dilaksanakan di Kelas VIII F MTs Negeri Parakan. Peneliti menganggap perlunya materi tersebut dipelajari karena anak seusia kelas VIII MTs masih rentan terhadap pergaulan lingkungan sekitar. Dikalangan remaja banyak yang mengkonsumsi miras dan narkotika. Mereka perlu mengetahui dan memahami makaman dan minuman yang layak dan pantas untuk dikonsumsi sesuai dengan ajaran agama Islam agar tidak
71
terjerumus dalam lembah kemaksiatan. Didalam Al-Qur’an Allah berfirman dalam surat Al-Ma'idah ayat 90:
يﺎ يﻬﺎ ﺍﻟذيﻦ ﺍﻣﻨﻮﺍ ﺍﻧﻤﺎ ﺍﻟخﻤﺮ وﺍﻟﻤﻴﺴﺮ وﺍالﻧصﺎﺏ وﺍالﺯالﻡ ﺭجس ﻣﻦ ﻋﻤﻞ ﺍﻟشﻴﻄﺎ ﻥ )90 :فﺎجﺘﻨﺒﻮﻩ ﻟعﻠكﻢ تﻔﻠحﻮﻥ ( المائده Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkorban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung, (Qs. Al-Ma’idah: 90) a. Tujuan Pembelajaran Fiqih Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan (Djamarah & Zain, 2006: 41). Secara hierarki tujuan itu bergerak dari yang rendah hingga yang tinggi, yaitu tujuan tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran, tujuan kurikuler atau tujuan kurikulum, tujuan institusional, dan tujuan pendidikan nasional. Tujuan pembelajaran merupakan tujuan intermedier (antara), yang paling langsung dalam kegiatan belajar mengajar di kelas (Djamarah & Zain, 2006: 41). Jadi tujuan pembelajaran fiqih adalah suatu cita-cita atau harapan yang ingin dicapai dari pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran fiqih. Adapun tujuan pembelajaran fiqih di MTs Negeri Parakan Kelas VIII yang menjadi fokus dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Agar siswa dapat menjelaskan makanan dan minuman halal.
72
2) Agar siswa mampu menjelaskan makanan dan minuman haram. 3) Agar siswa dapat mengetahui manfaat dan bahaya makanan dan minuman yang halal dan haram. 4) Agar siswa mampu mengetahui binatang halal dan haram. b. Mata Pelajaran Fiqih Pelajaran fiqih merupakan mata pelajaran yang kajiannya sangat luas, akan tetapi para pakar kurikulum sudah membuat kurikulum pembelajaran fiqih untuk kelas VIII MTs dengan bijaksana dengan cara membatasi beberapa pokok bahasan saja karena adanya jam pelajaran di sekolah yang terbatas, untuk mengkaji ilmu fiqih secara luas. Adapun materi pelajaran fiqih yang dikaji di kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung tahun ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut: 1) Semester I a)
Sujud syukur dan sujud tilawah
b) Puasa c)
Zakat
2) Semester II a)
Infak harta di luar zakat
b) Haji dan umrah c)
Makanan halal dan haram dalam Islam
c. Standar Kompetensi
73
Penelitian pembelajaran fiqih kelas VIII MTs Negeri Parakan ini dilakukan pada semester genap (II). Standar kompetensi untuk kelas VIII MTs Negeri Parakan pada semeser genap tahun ajaran 2009/2010 yaitu sebagai berikut: 1) Memahami ketentuan pengeluaran harta di luar zakat. 2) Memahami hukum Islam tentang haji dan umroh. 3) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman. d. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar pada mata pelajaran fiqih semester genap kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung tahun ajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut: 1) Memahami ketentuan pengeluaran harta di luar zakat a) Siswa dapat menjelaskan ketentuan-ketentuan sedekah, hibah, dan hadiah. b) Siswa mampu mempraktikkan sedekah, hibah, dan hadiah. 2) Memahami hukum Islam tentang haji dan umroh a) Siswa diharapkan mampu menjelaskan ketentuan ibadah haji dan umrah. b) Siswa diharapkan dapat menjelaskan macam-macam haji. c) Siswa diharapkan dapat mempraktikkan tata cara ibadah haji dan umrah. 3) Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman
74
a) Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman halal. b) Siswa mampu menjelaskan manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal. c) Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman haram. d) Siswa mampu menjelaskan bahayanya mengonsumsi makanan dan minuman haram. e) Siswa mampu menjelaskan jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan. Penelitian ini dilakukan di kelas VIII F MTsN Parakan pada semester II dan peneliti mengambil materi tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam sebagai bahan penelitian pada pembelajaran fiqih dengan menerapkan metode every one is a teacher here. Dengan banyaknya makanan dan minuman yang beredar dipasaran guru merasa khawatir apalagi akhir-akhir ini banyak pedagang
yang
kurang
memperhatikan
dalam
mengolah
makanannya, mereka selalu berpikir agar dagangannya laris dan laku dipasaran tanpa memperhatikan proses pembuatan dan bahanbahan makanan yang terkandung didalamnya. Oleh karena itu kita harus mengingatkan kepada anak untuk berhati-hati dalam membeli makanan dipasaran.
75
Pada proses pembelajaran fiqih di sekolah guru masih cenderung menggunakan metode yang lama yaitu ceramah dan siswa di tuntut untuk diam mendengarkan penjelasan dari guru. Dengan menggunakan metode lama siswa merasa bosan, penat,
mengantuk dan masih merasa ketakutan untuk bertanya
tentang persoalan-persoalan yang sedang mereka hadapi maupun menanggapi persoalan-persoalan yang ada dilingkungan mereka. Metode every one is a teacher here memberikan kebebasan kepada siswa untuk menanyakan persoalan-persoalan yang belum mereka pahami dari materi yang telah dipelajari juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi problematika lingkungan serta menanggapi pertanyaan dari siswa yang lain apabila mereka kurang setuju. Dengan adanya pertanyaan yang diajukan siswa lewat kartu indeks guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dan persoalan-persoalan yang sedang dihadapi oleh siswa dapat terungkap. Dengan demikian guru dapat memberikan solusi yang terbaik dan
member
penjelasan-penjelasan
yang
sesuai
dengan
permasalahan yang dialami siswa. Selama proses pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here siswa terlihat bersemangat, aktif dan komunikatif sehingga suasana di kelas tampak hidup.
76
Metode ini melatih siswa untuk lebih aktif, komunikatif, bertanggung jawab dan berlatih menjadi seorang guru bagi temantemannya di kelas serta siswa mampu berpikir kritis dan ilmiyah.
77
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang MTsN Parakan dan Pelaksanaan Penelitian 1. Profil Mts Negeri Parakan a.
Letak Geografis Madrasah Letak geografis sekolah akan mempunyai dampak terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar pada khususnya dan perkembangan kepribadian siswa pada umumnya. Sehubungan dengan hal itu MTs Negeri Parakan yang beralamat di Mekar Sari Desa Mandisari Kecamatan Parakan 56254 Telp. (0293) 596316 Temanggung ini, kiranya termasuk salah satu sekolah yang letaknya strategis/mudah terjangkau. Artinya sekolah ini berada di kurang lebih 2 km di dekat ibu kota Parakan, selain
letak
madrasah yang mudah dijangkau, transportasinya juga mudah sehingga para guru, siswa maupun karyawan bisa datang ke sekolah tepat waktu, mudah melakukan komunikasi mencari informasi serta mencari semua kebutuhan-kebutuhan sekolah seperti, alat tulis, seragam, kelengkapan atribut, foto copy dan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Jika dilihat dari situasi lokasi madrasah sangat cocok untuk pelaksanaan proses belajar mengajar, karena lokasi terletak sekitar 100 meter dari jalan utama menuju ibu kota kecamatan, sehingga udaranya
78
masih sejuk belum terkena polusi serta suasana yang tenang jauh dari keramaian kendaraan. Adapun lokasi MTs Negeri Parakan berbatasan dengan: 1) Arah Utara
: Jalan Desa yang menghubungkan Mandisari
dengan kecamatan Bangsari. 2) Arah Selatan : Sungai Dahi dan Sawah 3) Arah Barat
: Perkampungan Pondok
4) Arah Timur
: Kebun dan Persawahan
Berkenaan dengan sekolah yang berada di bawah naungan departemen agama (DEPAG) MTs Negeri Parakan berlokasi di tengah-tengah lingkungan mayoritas beragama islam. Hal ini tentunya akan ikut berperan memberikan sumbangan keberhasilan pendidikan madrasah khususnya pendidikan agama Islam. b.
Visi dan Misi Madrasah 1) Visi Tangguh aqidah, mapan ibadah, luhur pekerti dan sarat prestasi. 2) Misi a)
Menanamkan ketangguhan aqidah islamiyah.
b)
Melatih tertib dalam beribadah.
c)
Pembiasaan pekerti berlandaskan akhlakul karimah.
d)
Bersaing sehat dalam prestasi.
e)
Menanamkan kebanggaan identitas madrasah.
79
c.
Sejarah Singkat Berdirinya MTs Negeri Parakan Temanggung Pada tahun 1967 di kota Parakan tepatnya di Jalan KH. Subchi sudah ada lembaga pendidikan formal kejuruan yang mengkhususkan pada bidang pendidikan dan calon guru agama Islam yang bernama PGA NU, lembaga pendidikan ini di bawah naungan organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU), Majelis Wakil Cabang (MWC) Parakan. Dalam perjalanannya lembaga pendidikan ini pada tahun itu juga (1967) Pengurus MWC NU Parakan secara ikhlas PGA dinegerikan yang berarti secara penuh pengelolaannya diserahkan kepada pemerintah di bawah Departemen Agama dengan nama Pendidikan Guru Agama Islam Negeri 4 Tahun (PGAN 4 Tahun) dan proses belajar mengajar pindah ke gedung KAMMI/KAPPI (sekarang bernama Gedung Manunggal) di Jalan Kawedanan Parakan, gedung tersebut merupakan pinjaman dari KODIM 0706 Temanggung. Dengan adanya perubahan sistem pendidikan calon guru Agama Islam, pada tahun 1969 PGAN 4 Tahun berubah menjadi PGAN 6 Tahun, hal ini berlangsung hingga tahun 1978, sebab dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Agama (KMA) RI Nomor 16 Tahun 1978 tanggal 16 Maret 1978, PGAN 6 Tahun beralih fungsi menjadi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN).
80
MTsN tetap menempati gedung KAMMI/KAPPI sedangkan MAN menempati gedung baru di Kowangan Temanggung. Alhamdulillah, pada tahun 1986 MTsN Parakan bisa pindah dan menempati gedungnya sendiri yang berlokasi di Desa Mandisari Parakan, yang pada awalnya hanya mempunyai 3 ruang kelas, karena memang pada saat itu jumlah murid masih belum sebanyak saat ini. Dalam perkembangannya, dari tahun ke tahun jumlah murid selalu meningkat sehingga bisa seperti ini, dan semoga hal ini akan terus bisa ditingkatkan baik dari segi kualitas mau pun kuantitasnya, sarana mau pun prasarananya demi tercapainya tujuan pendidikan nasional seperti yang kita idam-idamkan. Dalam perjalanannya, dari tahun 1978 hingga 2009 MTsN Parakan telah dipimpin oleh 8 orang, yaitu H. Moh Yusuf, B.A. (merangkap Kepala MAN, 1978-1979), Dr. H. Rahmat Rais (19791988), Drs. H. Abdul Latif (1988-1991), H. Mugiyanto, B.A. (19911997), H.Wasiri Abdullah Jusuf, B.A. (1997-2003), Drs. H. Sahruddin Hasibuan ( 2003-2004), H.Tunut Irsyiyadi, S.Pd.i (2004-2005), dan Drs.H.Sukron, M.Ag. (2005-sekarang). Demikian sejarah singkat berdirinya MTsN Parakan ini disusun semoga bermanfaat bagi yang membutuhkan dan bagi generasi penerus MTsN Parakan.
81
d.
Management Madrasah 1) Kerjasama Didasari betul oleh warga madrasah bahwa untuk mencapai tujuan meningkatkan mutu madrasah harus terjalin kerjasama yang sinergis dan semua komponen yang ada. Untuk itu kerjasama tersebut selalu ditingkatkan, baik antar warga madrasah, komite madrasah, maupun dengan komponen lain di luar madrasah dengan tujuan meningkatkan mutu madrasah. 2) Keterbukaan Partisipasi warga madrasah yang diwakili oleh kepala madrasah, kepala urusan TU, para bendaharawan, dan para wakil kepala madrasah, dengan komite madrasah yang terdiri dari orang tua murid dan tokoh masyarakat yang perduli kepada dunia pendidikan ikut berpartisipasi dalam menyusun, melaksanakan dan mengelola sumber daya madrasah yang transparan dalam pembicaraan pada forum rapat dinas, rapat pengurus komite madrasah, rapat pleno anggota komite madrasah, dan lain-lain 3) Akuntabilitas Semua
program
dipertanggungjawabkan
fisik
pelaksanaan
dan beserta
non
fisik
administrasi
pendanaannya dalam bentuk laporan yang akan disampaikan kepada orang tua murid melalui rapat pleno orang tua murid yang
82
difasilitasi oleh pengurus komite
madrasah dan laporan
pertanggungjawaban lainnya kepada instansi/dinas terkait. 4) Sustainbilitas Kesinambungan program merupakan suatu kebutuhan yang dirumuskan secara berjenjang dengan pencapaian tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Program yang dijalankan diusahakan tidak terputus di tengah jalan atau di akhir tahun pelajaran saja namun akan dilanjutkan pada tahun berikutnya dengan sasaran yang lebih tinggi dan berkualitas. 5) Fleksibilitas Dengan prinsip fleksibilitas, MTsN Parakan lebih leluasa dalam mengolah, memanfaatkan, dan memberdayakan sumber daya yang ada tanpa harus menunggu petunjuk dan arahan dari atasan. Demikian juga dalam melaksanakan program dan evaluasi, semua ikut bertanggungjawab akan keberhasilan program tersebut sehingga tanpa menunggu monitoring dari atasan, programprogram yang telah direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal ditentukan dengan tanpa melampaui wewenang dalam tugasnya masing-masing. Semua program kegiatan yang telah dilaksanakan akan dievaluasi kelemahan dan kelebihannya sebagai acuan dalam menyusun/ melaksanakan program kegiatan berikutnya.
83
e.
Keadaan Guru dan Karyawan MTs Negeri Parakan mempunyai 5 orang sebagai tenaga pendidik dengan status PNS dan guru tidak tetap (GTT). Sedangkan MTs Negeri Parakan berjumlah 15 orang yang bersetatus PNS dan pegawai tidak tetap (PTT). Untuk mengetahui secara terperinci akan disajikan tabel (terlampir).
f.
Keadaan Siswa Keadaan siswa sangat mempengaruhi proses pembelajaran. MTsN Parakan mempunyai jumlah keseluruhan siswa yang cukup banyak mulai dari kelas I, kelas II dan kelas III yaitu 1060 siswa. Untuk masing-masing kelasnya terdiri dari beberapa kelas. Adapun daftar setiap kelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: Tabel 1 Daftar Siswa MTs Negeri Parakan Tahun Ajaran 2009/2010
g.
NO
KELAS
JUMLAH
1.
VII
387
2.
VIII
341
3.
IX
332
JUMLAH
1060
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar sebab tujuan pembelajaran tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana MTsN Parakan akan disajikan dalam tabel sebagai berikut:
84
Tabel 2 Sarana dan Prasarana MTs Negeri Parakan NO
NAMA BANGUNAN
UNIT
LUAS
KONDISI
1
Ruang Kepala
25
1575
Baik
2
Ruang Tata Usaha
1
42
Baik
3
Ruang Guru
1
42
Baik
4
Ruang Kelas
3
189
Baik
5
Ruang Keterampilan
1
120
Baik
6
Laboratorium IPA
1
100
Baik
7
Laboratorium Bahasa
1
160
Baik
8
Lab. Komputer
1
42
Baik
9
Ruang BP
1
28
Baik
10
Ruang OSIS
1
36
Baik
11
Perpustakaan
1
100
Baik
12
Km/Wc Guru Karyawan
6
18
Baik
13
Km/Wc Siswa
13
39
Baik
14
Gudang
1
30
Baik
15
Garasi
2
124
Baik
16
Koperasi
1
72
Baik
17
Aula/ Ruang Serbaguna
1
392
Baik
18
Pos Satpam
1
12
Baik
19
Ruang Media
1
105
Baik
20
Kantin
Baik
21
Ruang Penjaga
Baik
22
Masjid
1
100
Baik
Jumlah
h.
Struktur Organisasi MTs Negeri Parakan telah membentuk suatu struktur organisasi yang bertujuan untuk mengelola segala bentuk kegiatan dan aktivitas yang berada di lingkungan Madrasah. Adapun struktur organisasi MTsN Parakan dapat dilihat dalam lembar lampiran.
85
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan. Penelitian tindakan kelas juga merupakan bentuk kajian yang sistematis dan reflektif oleh guru untuk memperbaiki kondisi dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian yang bersifat reflektif maksudnya yaitu dalam proses penelitian peneliti bertindak sebagai pengamat dan guru yang harus memecahkan permasalahan yang terjadi dalam kelas. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 3 siklus, dalam setiap siklusnya meliputi 4 tahap yaitu tahap perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan refleksi (reflection). Tujuan dalam Siklus I untuk mengetahui kondisi awal siswa terhadap pembelajaran fiqih dengan standar kompetensi “Memahami hukum Islam tentang makanan dan minuman dengan menerapkan metode every one is a teacher here”. Setelah dilaksanakannya tahap refleksi pada proses pelaksanaan siklus I, maka akan didapatkan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kelas, sehingga untuk memecahkan masalah tersebut perlu dilakukan perencanaan tindakan ulang, penerapan tindakan ulang, observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan ulang serta refleksi ulang pada siklussiklus berikutnya yaitu siklus II dan siklus III. Siklus II bertujuan untuk meningkatkan perhatian dan motivasi siswa dengan diterapkannya metode every one is a teacher here pada mata pelajaran
86
fiqih. Sedangkan siklus III bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan perhatian, motivasi terutama peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih khususnya pada standar kompetensi dasar memahami makanan dan minuman menurut hukum Islam. 1. Proses Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Tindakan (Planning) Dalam tahap perencanaan tindakan yang perlu dipersiapkan adalah
perencanaan
yang
benar-benar
matang
agar
tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan. Pada tahap perencanaan tindakan ini langkah-langkah yang dilakukan dalam menerapkan metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih adalah sebagai berikut: 1) Menyusun RPP pada KD menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman yang halal serta menjelaskan manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal. 2) Menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan siswa. 3) Menyiapkan sumber belajar yang berupa buku panduan fiqih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. 4) Menyiapkan kartu indeks. 5) Melakukan skenario dengan menerapkan metode every one is a teacher here dalam pembelajaran fiqih. 6) Melakukan kolaborasi dengan guru mata pelajaran fiqih.
87
b. Penerapan Tindakan (Action) Pada tahap penerapan tindakan ini guru melaksanakan metode yang telah dipilih yaitu metode every one is a teacher here dalam pembelajaran fiqih sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan dengan matang. Dalam proses penerapan tindakan ini dibagi menjadi 3 tahap yaitu tahap pendahuluan, inti dan penutup. Adapun pelaksanaan tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan ini guru dan siswa melakukan tadarus juzama secara bersama-sama ± selama 5 menit. Kemudian guru mengkondisikan siswa agar siswa mempersiapkan diri karena proses pembelajaran akan segera dimulai. Setelah siswa siap untuk mengikuti proses belajar mengajar kemudian guru memberikan gambaran umum tentang metode every one is a teacher here, memberikan tujuan dan manfaat metode tersebut serta memberikan motivasi kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti pelajaran yang akan dilaksanakan. 2) Inti Pada tahap inti ini guru mulai menerapkan langkah-langkah metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih. Langkah awal yang dilakukan dalam metode ini adalah semua siswa ditugaskan untuk membaca buku mereka masing-masing dengan tema memahami hukum Islam tentang makanan dan
88
minuman khususnya pada KD menjelaskan jenis-jenis makanan dan minuman yang halal dan menjelaskan manfaat mengkonsumsi makanan dan minuman halal. Setelah mereka membaca materi, guru membagikan kartu indeks kepada setiap siswa dengan tujuan agar setiap siswa menuliskan 2 buah pertanyaan/permasalahan yang belum mereka ketahui seputar materi yang telah dibaca. Kemudian guru memutar kartu-kartu indeks tersebut dengan cara hitungan, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca kartu indeks yang mereka dapat di depan kelas beserta jawaban dan keterangannya layaknya seorang guru yang sedang mengajar siswanya dilanjutkan dengan tanggapan-tanggapan dari beberapa siswa lain sehingga muncullah sebuah diskusi kecil. 3) Penutup Pada tahap penutup guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi yang telah dilaksanakan. Guru membagikan instrumen kepada siswa yang berupa tes tertulis untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here. Selanjutnya guru
bersama-sama
siswa
melakukan
refleksi
terhadap
pembelajaran dengan membagikan instrumen kepada siswa yang berisi beberapa pertanyaan tentang kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat mengikuti proses belajar mengajar, kritik
89
dan saran terhadap pembelajaran fiqih melalui metode every one is a teacher here. c. Observasi dan Evaluasi Proses dan Hasil Tindakan (Observation and Evaluation) Pada tahap observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan, guru mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan setiap siswa dengan dibantu oleh seorang guru. Dalam tahap ini observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perhatian dan perubahan sikap siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan, baik secara individual maupun klasikal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara, dan menggunakan instrumen. Dalam melakukan observasi, guru mencatat perubahan sikap dan aktivitas siswa saat mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan cara menggunakan lembar observasi untuk siswa. Sedangkan dalam melakukan evaluasi guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi, memberikan instrumen yang berupa tes tertulis atau yang biasa disebut dengan tes formatif yang selanjutnya digunakan untuk pengambilan data dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan
90
instrumen yang berisi tentang tanggapan, kesulitan, kritik dan saran siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Proses dalam tahap ini membutuhkan ketelitian dan kecermatan karena pada tahap ini akan menjadi bahan acuan pada pelaksanaan siklus berikutnya yaitu siklus II. d. Refleksi (Reflecting) Tahap refleksi dapat dilihat dari hasil tes, lembar observasi dan instrumen yang telah disediakan. Jika hasilnya belum memenuhi standar kriteria ketuntasan belajar yang ingin dicapai, maka guru perlu mengadakan perbaikan dari kekurangan/kelemahan yang terjadi. Adapun kekurangan/kelemahan itu misalnya ada beberapa siswa yang terlihat kurang aktif dan beberapa siswa yang belum bisa mengikuti proses jalannya pembelajaran dengan menggunakan metode every one is a teacher here, maka dapat digunakan sebagai bahan perbaikan pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus II. Hal-hal yang positif yang terdapat dalam siklus I harus dipertahankan dan ditingkatkan dalam siklus II. Dari hasil evaluasi yang bisa dijadikan dasar perbaikan pada siklus II adalah adanya ketelitian dalam observasi, mengembangkan skenario metode yang dipilih agar siswa lebih bersemangat dan termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran, memberikan perhatian kepada semua siswa khususnya pada siswa yang sedang
91
memberikan penjelasan di depan kelas ataupun siswa yang sedang mengemukakan gagasan. Karena dalam siklus I masih terdapat kekurangan maka guru akan menindaklanjutinya dengan melakukan perbaikan pada siklus II agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan dapat tercapai dengan baik. 2. Proses Pelaksanaan Siklus II Dengan mempertimbangkan refleksi yang diadakan pada siklus I maka guru harus memiliki strategi dan variasi metode yang dipilih pada pelaksanaan siklus II. Proses pelaksanaan pada siklus II dibagi menjadi 4 tahap yaitu tahap perencanaan tindakan, penerapan tindakan, observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan dan refleksi. Adapun proses pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan (Planning) Perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikan dari perencanaan tindakan dalam siklus I. Jadi dalam pelaksanaan perencanaan tindakan pada siklus II ini harus lebih baik dibandingkan dengan perencanaan tindakan yang dilaksanakan pada siklus I. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perbaikan perencanaan tindakan ini adalah sebagai berikut: 1) Menyiapkan RPP pada KD selanjutnya yaitu menjelaskan jenisjenis makanan dan minuman haram serta menjelaskan bahayanya mengkonsumsi makanan dan minuman haram.
92
2) Menyusun perbaikan instrumen penelitian untuk guru dan siswa. 3) Menyiapkan sumber belajar yang berupa buku panduan fiqih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. 4) Menyiapkan kartu indeks. 5) Melakukan perbaikan dan variasi skenario penggunaan metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih. 6) Memperbanyak sharing/bertukar pikiran dengan guru-guru lain. b. Penerapan Tindakan (Action) Penerapan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan penerapan tindakan dari Siklus I yaitu dengan memperbaiki kesalahankesalahan dan hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperhatikan lembar observasi untuk guru dan siswa, lembar instrument siswa yang berisi tanggapan, kritik dan saran terhadap proses jalannya pembelajaran. Guru berusaha memperbaiki dan menggunakan variasi metode every one is a teacher here dengan tujuan agar siswa tidak merasa jenuh dan tetap bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Proses penerapan tindakan ini dibagi menjadi 3 tahap. Pelaksanaan tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut:
93
1) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan guru dan siswa melakukan tadarus juz’ama
secara
bersama
±
5
menit.
Kemudian
guru
mengkondisikan siswa agar mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara guru mengucapkan salam, menanyakan kabar dan mengabsen siswa. Guru memberikan pengarahan tentang prosedur metode every one is a teacher here dengan menambahkan variasi-variasi di dalamnya. Guru juga memberikan beberapa pertanyaan seputar tentang materi pelajaran pada minggu lalu dengan tujuan untuk membuka kembali memory siswa dan mengetahui kemampuan daya ingat dan kefahaman siswa terhadap materi yang telah diberikan. Untuk menambah semangat dan rasa percaya diri siswa guru memberikan beberapa arahan dan kata-kata mutiara. 2) Inti Pada tahap inti ini guru lebih menekankan pada perbaikanperbaikan dalam proses pelaksanaan siklus I yaitu pendalaman belajar fiqih dengan pokok bahasan “Makanan halal dan haram dalam hukum Islam” dengan kompetensi dasar menjelaskan jenisjenis makanan dan minuman haram dan menjelaskan bahayanya mengkonsumsi
makanan
dan
minuman
menggunakan metode every one is a teacher here.
haram
dengan
94
Sebelum pelajaran dimulai guru mengajak siswa untuk membaca basmalah bersama-sama, guru memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca kembali materi yang sudah dibaca di rumah ± selama 5 menit, kemudian guru membagikan kartu indeks pada masing-masing siswa agar siswa menuliskan 2 buah pertanyaan dalam kartu indeks tersebut. Salah satu siswa mengumpulkan kartu indeks dan memberikannya kepada guru kemudian guru mengocoknya dan mengambil beberapa kartu, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca isi dan menjawab serta penjelasannya di depan kelas layaknya seorang guru yang sedang mengajar. Siswa yang lain ikut berpartisipasi dengan memberikan tanggapan/pendapat yang berbeda sehingga muncullah sebuah diskusi dalam kelas. Dari dalam diskusi inilah sedikit demi sedikit siswa mulai memahami tentang tujuan adanya penggunaan metode every one is a teacher here. 3) Penutup Pada tahap penutup guru menunjuk seorang siswa untuk memberikan kesimpulan terhadap materi yang telah dibahas bersama, sedangkan guru hanya menggaris bawahi dan meluruskan beberapa pendapat yang kurang pas/agak menyimpang dari kandungan materi. Pada tahap ini guru memberikan evaluaasi kepada siswa menggunakan instrumen untuk siswa yang berupa tes
95
tertulis. Siswa, guru dan observator mengisi lembar instrumen yang berisi tentang tanggapan, kritik dan saran terhadap proses pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here. c. Observasi dan Evaluasi Proses dan Hasil Tindakan (Observation and Evaluation) Observasi (obsevation) dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati perhatian, perubahan aktivitas, sikap dan kreativitas siswa dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa secara langsung menggunakan lembar observasi/instrumen yang bisa dibuat catatan pada siklus II. Observasi dilakukan pada siswa yang mempunyai daya pikir rendah, sedang dan tinggi, serta ketrampilan dan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya yaitu melalui observasi langsung, wawancara langsung, lembar observasi siswa dan lembar instrumen dengan tujuan agar kelemahan, kekurangan dan hambatan yang terjadi pada siklus ini tidak terulang lagi pada siklus-siklus berikutnya. Observasi dapat dilakukan dengan pengamatan, wawancara dan lembar observasi. Dalam observasi pengambilan data dilakukan secara langsung terhadap semua tindakan dan perubahan-perubahan yang terjadi pada siklus II. Observasi melalui lembar observasi digunakan sebagai evaluasi/intruspeksi terhadap penggunaan metode yang dipilih.
96
Evaluasi dilakukan dengan membagikan instrumen kepada siswa yang berisi tes tertulis yang digunakan sebagai acuan/tolok ukur peningkatan hasil belajar siswa. Sedangkan evaluasi melalui lembar instrumen digunakan untuk mengetahui tanggapan dan keluhankeluhan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, keefektifan dan ketepatan mengenai proses pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here. d. Refleksi (Reflecting) Refleksi pada siklus II bertujuan untuk membuat kesimpulan dari prosedur pelaksanaan kegiatan dan perubahan tindakan siswa yang terjadi selama kegiatan belajar mengajar dalam proses pelaksanaan siklus II. Dengan adanya refleksi guru dapat mengetahui ada/tidaknya peningkatan dan perubahan sikap siswa terhadap kegiatan yang telah dilaksanakan. Pada siklus II ini siswa mengalami peningkatan dan kemajuan dalam belajar. Misalnya siswa bisa mengikuti prosedur metode yang diajarkan, siswa mulai tertarik dan tertantang dirinya untuk ikut aktif dan berpartisipasi dengan mencoba mengemukakan beberapa ide-ide yang dimilikinya, mereka juga menyimak pendapat-pendapat dari temannya kemudian mereka menanggapinya dengan positif. Instrumen yang diberikan oleh guru yang berupa tes tertulis juga dapat dikerjakan dengan baik walaupun tidak semua soal yang diberikan bisa dijawab semua dengan benar. Akan tetapi ada beberapa
97
siswa yang masih ragu, minder dan malu untuk berbicara, mengemukakan pendapatnya dan memberikan penjelasan di depan kelas. Ada juga beberapa siswa yang belum membaca materi yang telah ditugaskan guru untuk dibaca di rumah. Dengan
demikian
maka
peneliti
perlu
menindaklanjuti
kekurangan yang terjadi pada siklus II dan mempertahankan hal-hal yang positif serta memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam siklus II pada proses siklus selanjutnya yaitu siklus III. 3. Proses Pelaksanaan Siklus III Tahap refleksi pada siklus II memberikan gambaran/evaluasi terhadap jalannya proses pelaksanaan siklus III. Dengan demikian guru dapat mengetahui kekurangan dan kendala yang terjadi. Pada proses pelaksanaan siklus III ini guru berusaha memperbaiki kekurangan dan mengatasi kendala tersebut dengan tujuan agar hasil belajar fiqih dengan materi makanan halal dan haram dalam hukum Islam melalui metode every one is a teacher here dapat meningkat. Adapun proses pelaksanaan siklus III terdiri dari 4 tahap yaitu sebagai berikut: a. Perencanaan Tindakan (Planning) Perencanaan tindakan pada siklus III harus lebih baik dan lebih mengarah pada kesempurnaan tujuan yang direncanakan dibandingkan dengan siklus I dan II, langkah-langkah yang perlu direncanakan pada siklus III adalah sebagai berikut:
98
1) Menyiapkan RPP pada KD menjelaskan jenis-jenis binatang yang halal dan haram. 2) Menyusun perbaikan instrumen siswa yang berupa tes tertulis. 3) Menyiapkan sumber belajar yang berupa buku panduan fiqih untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah. 4) Menyiapkan kartu indeks. 5) Melakukan perbaikan dan variasi skenario penggunaan metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih. 6) Melaksanakan kolaborasi dengan teman sejawat/guru lain dengan cara saling bertukar pikiran. Dengan demikian variasi dalam pembelajaran akan lebih banyak karena pengalaman yang didapat dari teman sejawat tentang pembelajaran lebih banyak. b. Penerapan Tindakan (Action) Penerapan tindakan pada siklus III ini merupakan perbaikan dan penyempurnaan dari penerapan tindakan siklus II, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dan hal-hal yang dapat menghambat dalam proses pelaksanaan
penerapan
tindakan
dalam
pembelajaran
fiqih
menggunakan metode every one is a teacher here. Tanggapan, saran dan kritik yang diberikan oleh siswa dan teman sejawat pada siklus II digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan pembelajaran pada siklus III. Adapun pelaksanaan penerapan tindakan tersebut adalah sebagai berikut:
99
1) Pendahuluan Pada tahap pendahuluan guru dan siswa tadarus bersamasama karena tadarus bersama merupakan rutinitas yang sudah menjadi program madrasah yang dilakukan siswa dan guru sebelum melaksanakan KBM pada jam pertama. Kemudian guru berusaha mengkondisikan siswa dengan menanyakan kabar siswa dan membaca daftar hadir siswa. Guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang telah dipelajari pada pertemuan yang lalu, beberapa kata mutiara yang diberikan oleh guru menjadi pemacu semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa juga diarahkan untuk lebih berkonsentrasi dan bersungguhsungguh dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran. 2) Inti Inti dari tujuan pembelajaran pada siklus III adalah penekanan terhadap perbaikan dan penyempurnaan dari siklus II yaitu menjelaskan jenis-jenis binatang yang halal dan haram dimakan serta pendalaman materi-materi yang telah diajarkan pada minggu-minggu yang lalu. Karena guru sudah memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah, maka guru langsung membagikan kartu indeks kepada masing-masing siswa. Setelah siswa mengisi kartu indeks dengan dua buah pertanyaan tentang persoalan yang belum ia ketahui kemudian perwakilan
dari
siswa
mengumpulkan
kartu
indeks
dan
100
memberikannya kepada guru. Guru mengocok kartu indeks tersebut dan membagikannya kembali kepada siswa untuk dibaca dan memikirkan jawabannya dalam hati. Kemudian guru memanggil beberapa siswa satu per satu secara acak untuk maju ke depan kelas. Siswa yang maju ke depan membaca isi kartu indeks kemudian menjawab dan memberikan keterangan/penjelasan atas pertanyaan yang dibuat oleh temannya yang tertulis dalam kartu indeks layaknya seorang guru yang sedang mengajar. Siswa yang lain tidak mau tinggal diam. Dengan semangat dan antusias yang tinggi mereka mendengarkan penjelasan dari teman dan menanggapinya dengan baik. Apabila mereka kurang sependapat, mereka menambahkan keterangan dengan argumen yang ia miliki. Setelah guru menganggap diskusi cukup, guru memberikan tawaran kepada siswa untuk memberikan kesimpulan terhadap hasil materi yang telah dipelajari bersama. Beberapa siswa mengangkat tangannya untuk maju ke depan guna memberikan
kesimpulan.
Karena
terbatasnya
waktu
guru
memberikan kesempatan kepada 2 siswa untuk memberikan kesimpulan tersebut di depan kelas. 3) Penutup Pada tahap penutup guru, pengamat dan siswa melakukan refleksi bersama-sama terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini guru memberikan kesimpulan
101
terhadap materi makanan halal dan haram dalam Islam melalui metode every one is a teacher here dari siklus I sampai siklus III dengan tujuan agar siswa mengambil intisarinya sehingga dapat mengerjakan soal-soal dan dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Pada ahir kegiatan siswa mengerjakan soal-soal tes dan mengisi lembar instrumen yang telah disiapkan oleh guru. c. Observasi dan Evaluasi Proses dan Hasil Tindakan (Observation and Evaluation) Observasi dalam siklus III digunakan untuk mengetahui peningkatan perhatian, motivasi siswa dan pemunculan ketrampilan kerjasama siswa dalam membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan berdiskusi dalam proses pembelajaran sedangkan evaluasi digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fiqih menggunakan metode every one is a teacher here. Observasi dilakukan pada siswa yang aktif, tidak aktif serta pada siswa yang mempunyai kemampuan daya pikir rendah, sedang dan tinggi dengan menggunakan observasi langsung, wawancara langsung dan menggunakan lembar observasi baik lembar observasi untuk siswa dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh hasil yang dicapai dan mengetahui sikap dan perubahan siswa yang terjadi pada siklus III. Hal tersebut digunakan untuk menyusun data. Observasi
melalui
lembar
instrumen digunakan sebagai
refleksi/evaluasi untuk mengetahui tanggapan dari siswa tentang
102
keefektifan dan ketepatan penggunaan metode every one is a teacher here dalam pembelajaran dengan materi makanan halal dan haram dalam Islam sedangkan lembar observasi untuk guru digunakan untuk mengetahui sikap dan kreativitas guru dalam menerapkan metode yang telah digunakan dalam mengajar. Evaluasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fiqih siswa pada siklus III menggunakan tes tertulis yang telah disediakan oleh guru. Evaluasi juga digunakan untuk mengetahui perubahan dan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung serta untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan penerapan metode every one is a teacher here pada mata pelajaran fiqih. d. Refleksi (Reflecting) Refleksi ini bertujuan untuk menyusun kesimpulan dari proses tindakan dan perubahan sikap siswa selama proses kegiatan pembelajaran pada siklus III. Dengan adanya refleksi guru dapat mengetahui adanya peningkatan perhatian, motivasi serta peningkatan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran fiqih dengan materi binatang yang halal dan haram dimakan khususnya dan makanan halal dan haram pada umumnya. Pada siklus III siswa mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya, tujuan pada siklus ini sudah mengacu pada tujuan yang telah direncanakan oleh peneliti, hal tersebut terlihat dari hasil tes yang diberikan oleh guru kepada siswa
103
serta antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Siswa terlihat lebih aktif dan komunikatif. Kebanyakan siswa sudah bisa menyesuaikan dengan penggunaan metode yang telah diterapkan. Pada siklus III peneliti menganggap bahwa proses pelaksanaan tindakan sudah lebih baik dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya yaitu siklus I dan siklus II. Proses pelaksanaan siklus III sudah mengacu pada tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan demikian peneliti tidak memerlukan perbaikan lagi pada siklus berikutnya. Adapun data nilai sebelum dan setelah diberi tindakan adalah sebagai berikut: a. Daftar Nilai Sebelum Diberi Tindakan Tabel 3 Data Nilai Sebelum Diberi Tindakan KETERANGAN NO
NAMA
NILAI T
TT
√
1.
Ahmad Wakhidin K.A.
8,7
2.
Alfi Nur Kh.
7,4
3.
Alfiyah
9,1
4.
Andi Setiawan
7,2
5.
Aprilia Ghifari F.N.
8,8
6.
Ari Widiyanto
7,1
7.
Aroisy Romadhon
7,3
8.
Asyifa Lana Kh.
8,2
√
9.
Citra Yama S.
7,4
√
10.
Dian Wiyasih
8,5
√
11.
Egib Indrayanto
7,8
√
√ √ √ √ √ √
104
12.
Ellyana Bhekti S.
8,3
√
13.
Haekal Kamaluddin S.
8,5
√
14.
Inayatul Hidayah
8,4
√
15.
Jazilatul Atiyah
8,6
√
16.
Khoeriyati
8.4
√
17.
Layinah Nur A.
8.5
√
18.
Lisfiyani Indarti
9,4
√
19.
Ludvi Ariyanto
7,9
√
20.
M. Abram A.
6,8
21.
M. Sofi Khoirul A.
9,0
22.
M. Wildan Agusta
6,4
23.
Mei Rista R.
8,7
√
24.
M. Rafi U.F.
8,0
√
25.
M. Roqi Azbar
9,3
√
26.
Nofia Sofiani
8,7
√
27.
Nurul Hidayah
8,1
√
28.
Ratri Ginanjar P.
8,0
√
29.
Riyan Budi U.
5,7
30.
Rofi’atul
7,8
√
31.
Safitri Nur W.
8,1
√
32.
Shofia Ratri S.
9,0
√
33.
Singgih Santoso
6,5
√
34.
Tadjus Sobirin
7,3
√
35.
Zaenal Makhasin
7,9
√
Jumlah
280,8
25
Jumlah Skor
280,8
Jumlah Skor Maksimal
350
Rata-rata Skor tercapai
8,0
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa
: 35
√ √ √
√
10
105
Jumlah siswa yang tuntas
: 25
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 10 Klasikal
: Belum Tuntas Tabel 4 Rekapitulasi Hasil Nilai Sebelum Diberi Tindakan
NO
URAIAN
HASIL
1.
Nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan
8,02
2.
Jumlah siswa yang tuntas belajar
25
3.
Prosentase ketuntasan belajar klasikal
71,4
b. Daftar Nilai Setelah Diberi Tindakan Tabel 5 Hasil Nilai Setelah Diberi Tindakan KETERANGAN NO
NAMA
NILAI T
1.
Ahmad Wakhidin K.A.
8
√
2.
Alfi Nur Kh.
9
√
3.
Alfiyah
8,3
√
4.
Andi Setiawan
9,3
√
5.
Aprilia Ghifari F.N.
9,3
√
6.
Ari Widiyanto
7,6
√
7.
Aroisy Romadhon
7,6
√
8.
Asyifa Lana Kh.
7,6
√
9.
Citra Yama S.
9,3
√
10.
Dian Wiyasih
8,3
√
11.
Egib Indrayanto
9
√
12.
Ellyana Bhekti S.
8,3
√
13.
Haekal Kamaluddin S.
8,6
√
14.
Inayatul Hidayah
8,6
√
15.
Jazilatul Atiyah
8,6
√
16.
Khoeriyati
7
17.
Layinah Nur A.
8,3
TT
√ √
106
18.
Lisfiyani Indarti
8
√
19.
Ludvi Ariyanto
8
√
20.
M. Abram A.
6,6
21.
M. Sofi Khoirul A.
7,6
√
22.
M. Wildan Agusta
8
√
23.
Mei Rista R.
8
√
24.
M. Rafi U.F.
7
25.
M. Roqi Azbar
9,6
√
26.
Nofia Sofiani
8,6
√
27.
Nurul Hidayah
9
√
28.
Ratri Ginanjar P.
9,3
√
29.
Riyan Budi U.
9
√
30.
Rofi’atul
8,3
√
31.
Safitri Nur W.
9
√
32.
Shofia Ratri S.
9
√
33.
Singgih Santoso
7,3
34.
Tadjus Sobirin
7,6
35.
Zaenal Makhasin
6,3
Jumlah
288,9
Jumlah Skor
288,9
Jumlah Skor Maksimal
350
Rata-rata Skor tercapai
8,2
Keterangan: T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa
: 35
Jumlah siswa yang tuntas
: 30
Jumlah siswa yang tidak tuntas : 5 Klasikal
: Tuntas
√
√
√ √ √ 30
5
107
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Nilai Setelah Diberi Tindakan NO
URAIAN
HASIL
1.
Nilai rata-rata sebelum dilakukan tindakan
8,2
2.
Jumlah siswa yang tuntas belajar
30
3.
Prosentase ketuntasan belajar klasikal
85,7
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata setelah diberi tindakan mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 8,0 menjadi 8,2. Peneliti perlu memberikan tindakan karena menganggap bahwa ketuntasan belajar secara klasikal belum dikatakan tuntas karena belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang direncanakan yaitu ≥ 85%. Peneliti akan memberhentikan tindakan apabila ketuntasan belajar secara klasikal sudah mencapai ≥ 85%.
108
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui catatan observasi dan hasil evaluasi yang dilakukan sejak awal penelitian sampai dengan siklus III bersama dengan mitra kolaborasi. Catatan observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan pemunculan ketrampilan kooperatif dalam proses pembelajaran menggunakan metode every one is a teacher here. Sedangkan evaluasi menggunakan tes formatif digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam. Data hasil observasi pembelajaran dianalisa bersama mitra kolaborasi, kemudian ditafsirkan berdasarkan kajian pustaka dan pengalaman guru. Sedangkan hasil evaluasi (hasil belajar siswa) melalui tes formatif dianalisis berdasarkan ketentuan atau standar
ketuntasan belajar
siswa.
Evaluasi
menggunakan tes formatif ini untuk mengukur, memperbaiki dan mengetahui gambaran tentang daya serap siswa terhadap proses belajar mengajar. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan kolaborasi dengan guru kelas yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian ini bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.
109
A. Analisa Data Penelitian Setiap Siklus Penelitian tindakan kelas dengan alur atau tahapan (perencanaan tindakan, penerapaan tindakan, observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan serta refleksi) disajikan dalam tiga siklus sebagai berikut : 1. Siklus I a. Tahap Perencaan Tindakan (Planning) Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku paket fiqih sebagai bahan materi pembelajaran, instrumen untuk siswa yang berupa tes formatif sebanyak 10 soal, lembar observasi, kartu indeks, dan alat-alat pengajar lainnya yang dapat mendukung proses pembelajaran. b. Tahap Penerapan Tindakan (Action) Penelitian tindakan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 17 Februari 2010 di kelas VIII F MTsN Parakan dengan jumlah 35 siswa terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Dalam menerapkan metode every one is a teacher here sebagai metode baru dalam pembelajaran fiqih khususnya dalam materi makanan halal dan haram dalam Islam, guru memberikan gambaran tentang pelaksanaan prosedur metode every one is a teacher here dengan menentukan kompetensi dasar yang terdapat dalam pokok materi, kemudian guru membagikan kartu indeks kepada siswa dan memutar kartu indeks tersebut dengan cara hitungan.
110
Setelah kartu indeks terisi pertanyaan, guru menunjuk beberapa siswa untuk membaca dan menjawab pertanyaan dari kartu indeks, kemudian beberapa siswa menanggapinya. Dengan adanya tanggapan dari siswa lain maka munculah sebuah diskusi kecil. Setelah diskusi selesai guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi. Pada akhir proses pembelajaran guru memberikan evaluasi kepada siswa yang berupa tes formatif I untuk mengetahui daya serap siswa dan mengukur keberhasilan belajar siswa terhadap materi yang telah diajarkan. Adapun data hasil tes formatif pada siklus I adalah sebagai berikut : Tabel 7 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus I NO
NAMA RESPONDEN
NILAI
KETERANGAN T
TT √
1
Akhmad Wakhidin K.A.
6
2
Alfi Nur K.
8
3
Alfiyah
7
4
Andi Setiawan
8
√
5
Aprilia Ghifari F.N.
8
√
6
Ari Widiyanto
6
√
7
Aroisy Romadhon
7
√
8
Asyifa Lana K.
8
√
9
Citra Yama S.
8
√
10
Diany Wiyasih
7
11
Egip Indrayanto
8
√
12
Elliyana Bhekti S.
9
√
13
Haekal Kamaluddin S.
8
√
14
Inayatul Hidayah
8
√
15
Jazilatul Atiyah
7
√ √
√
√
111
√
16
Khoeriyati
6
17
Layinah Nur A.
8
√
18
Lisfiyani Indarti
8
√
19
Ludvi Ariyanto
7
√
20
M. Abram Andriano
6
√
21
M. Sofi Khoirul A.
6
√
22
M. Wildan Agusta
8
√
23
Mei Rista R.
8
√
24
Muhammad Rafi U. F.
8
√
25
Muhammad Roqi A.
9
√
26
Nofia Sofiani
8
√
27
Nurul Hidayah
8
√
28
Ratri Ginanjar P.
9
√
29
Riyan Budi U.
7
√
30
Rofi’aul
6
√
31
Sfitri Nur H,
8
√
32
Shofia Ratri S.
9
√
33
Singgih Santoso
7
34
Tadjus Sobirin
8
35
Zainal Mahasin
6
Jumlah
268
Jumlah Skor
268
Jumlah Skor masimal
350
Rata Skor
7,51
Keterangan : T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa
: 35
Jumlah yang tuntas
: 21
Jumlah yang tidak tuntas : 14
√ √ √ 21
14
112
Tabel 8 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus I NO
URAIAN
HASIL
1
Nilai rata-rata tes formatif I
7,51
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
21
3
Persentase ketuntasan belajar
60
4
Ketuntasan belajar secara klasikal
Belum tuntas
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa dengan diterapkannya metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih dengan kompetensi dasar menjelaskan jenis-jenis dan manfaat makanan dan minuman halal diperoleh nilai rata-rata hasil belajar ssiswa 7,51 dan ketuntasan belajar mencapai 60%. Ada 21 siswa dari 35 siswa sudah dikatakan tuntas belajar. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada siklus I ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum tuntas karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 7,5 hanya 60% lebih kecil dari kriteria persentase ketuntasan belajar yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. c. Tahap Observasi dan Evaluasi Proses dan Hasil Tindakan (Observation and Evaluation) Observasi
(pengamatan)
dilakukan
bersamaan
dengan
penerapan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia (terlampir). Fokus dalam pengamatan adalah kegiatan atau aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Pengamat
113
melakukan pengamatan dan mencatat semua proses yang terjadi dalam tindakan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil pembelajaran dilakukan pada akhir pembelajaran
menggunakan
instrumen
yang
telah
disediakan
(terlampir). Antara guru mata pelajaran fiqih dengan peneliti melakukan diskusi tentang pelaksanaan tindakan yang telah dilaksanakan dengan tujuan untuk mengevaluasi proses tindakan yang telah dilaksanakan. d. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil observasi untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan, peneliti menyimpulkan bahwa persiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sangat baik. Hal ini terlihat dari kesiapan mereka dalam mempersiapkan alat tulis dan menyiapkan bahan materi yang akan dipelajari. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dinilai baik, tercermin dari perhatian para siswa terhadap penjelasan dan arahan dari guru dalam melaksanakan proses pembelajaran fiqih dengan materi makanan halal dan haram dalam Islam. Siswa kelihatan bersemangat dan mulai tertarik dengan penggunaan metode every one is a teacher here sebagai metode baru yang belum pernah mereka dapatkan sebelumnya.
114
Adapun kelemahan dalam proses pelaksanaan siklus I adalah masih terdapat beberapa siswa yang belum bisa menyesuaikan diri terhadap metode yang diterapkan karena siswa baru pertama kali mendapatkan metode tersbeut. Siswa masih merasa minder dan kurang percaya diri dalam menjawab maupun menjelaskan jawaban di depan kelas layaknya seorang guru. Kurangnya persiapan dalam memahami materi membuat siswa kurang yakin dengan pendapat yang mereka kemukakan. Setelah diskusi dianggap cukup guru memberikan kesimpulan terhadap hasil diskusi dan memberikan penjelasan tentang garis besar materi yang telah dipelajari bersama sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari dan pedoman dalam menjawab tes. Pada akhir pembelajaran guru memberikan tes sebanyak 10 soal (biasa disebut dengan tes formatif). Dari hasil tes formatif I menunjukkan bahwa keberhasilan belajar siswa yang dapat mencapai standar ketuntasan belajar adalah 21 siswa. Sedangkan yang belum tuntas 14 siswa dari 35 siswa. Dengan demikian keberhasilan belajar siswa secara klasikal dikatakan belum memenuhi standar ketuntasan belajar karena persentasenya baru mencapai 60%.
Sedangkan ketuntasan belajar
yang dikehendaki adalah 85%. Pada proses pelaksanaan siklus I peneliti merasa masih banyak kekurangan/kelemahan yang harus diperbaiki pada siklus II. Pada siklus II peneliti harus memperbaiki
115
kekurangan/kelemahan tersebut dan meningkatkan hal-hal yang positif pada siklus II agar proses pembelajaran fiqih melalui metode every one is a teacher dapat
mendekati kesempurnaan sesuai dengan
rencana penelitian pada siklus-siklus berikutnya. 2. Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning) Pada tahap perencanaan tindakan peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku paket fiqih sebagai bahan materi pembelajaran, instrumen untuk siswa yang berupa tes formatif II dan lembar instrumen yang berisi kritik, saran dan kesan terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, lembar observasi, kartu indeks dan alat-alat pengajar lainnya yang dapat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. b. Tahap Penerapan Tindakan (Action) Penerapan tindakan ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 24 Februari 2010 di kelas VIII F MTsN Parakan dengan jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Tahap penerapan tindakan pada siklus II merupakan perbaikan penerapan tindakan pada siklus I. kekurangan/kelemahan yang terjadi pada siklus I guru perbaiki semaksimal mungkin dalam siklus II. Pada tahap ini peneliti masih melakukan kolaborasi dengan guru mata
116
pelajaran fiqih dalam menerapkan metode every one is a teacher here tentang makanan halal dan haram dalam Islam. Pada proses pembelajaran guru menambah variasi dalam penggunaan prosedur metode every one is a teacher here yaitu dengan membentuk kelompok cewek dan kelompok cowok untuk bersaing dalam diskusi agar lebih bersemangat, setelah diskusi selesai beberapa siswa diminta untuk menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah didiskusikan bersama di depan kelas, sedangkan guru melakukan pembenaran terhadap hasil diskusi yang menyimpang pada materi dan menambah kesimpulan dari siswa. Pada akhir pembelajaran siswa diberi instrumen yang berupa tes formatif II dan mengisi lembar instrumen yang berupa kritik, saran dan kesan selama mengikuti pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam islam menggunakan metode every one is a teacher here. Adapun data hasil tes formatif pada siklus II adalah sebagai berikut : Tabel 9 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus II NO
NAMA RESPONDEN
NILAI
KETERANGAN T
1
Akhmad Wakhidin K.A.
9
√
2
Alfi Nur K.
9
√
3
Alfiyah
8
√
4
Andi Setiawan
10
√
5
Aprilia Ghifari F.N.
10
√
6
Ari Widiyanto
8
√
TT
117
√
7
Aroisy Romadhon
8
8
Asyifa Lana K.
7
9
Citra Yama S.
10
√
10
Diany Wiyasih
9
√
11
Egip Indrayanto
9
√
12
Elliyana Bhekti S.
8
√
13
Haekal Kamaluddin S.
9
√
14
Inayatul Hidayah
9
√
15
Jazilatul Atiyah
9
√
16
Khoeriyati
7
17
Layinah Nur A.
8
√
18
Lisfiyani Indarti
8
√
19
Ludvi Ariyanto
8
√
20
M. Abram Andriano
7
21
M. Sofi Khoirul A.
8
√
22
M. Wildan Agusta
8
√
23
Mei Rista R.
8
√
24
Muhammad Rafi U. F.
6
25
Muhammad Roqi A.
10
√
26
Nofia Sofiani
9
√
27
Nurul Hidayah
9
√
28
Ratri Ginanjar P.
9
√
29
Riyan Budi U.
10
√
30
Rofi’aul
9
√
31
Sfitri Nur H,
9
√
32
Shofia Ratri S.
9
√
33
Singgih Santoso
7
√
34
Tadjus Sobirin
7
√
35
Zainal Mahasin
6
√
Jumlah
294
Jumlah Skor
294
Jumlah Skor maksimal
350
Rata Skor
8,4
Keterangan :
√
√
√
√
28
7
118
T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa
: 35
Jumlah yang tuntas
: 21
Jumlah yang tidak tuntas : 14 Tabel 10 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus II NO
URAIAN
HASIL
1
Nilai rata-rata tes formatif II
8,4
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
28
3
Persentase ketuntasan belajar
80
4
Ketuntasan belajar secara klasikal
Belum tuntas
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II dalam pembelajaran fiqih dengan materi makanan halal dan haram dalam Islam menggunakan metode every one is a teacher here adalah 8,4 dari 35 siswa. Ada 7 siswa yang belum tuntas belajar karena belum memenuhi standar ketuntasan nilai yang dikehendaki yaitu ≥ 7,5. Persentase ketuntasan belajar dalam tes formatif II mencapai 80% sedangkan persentase ketuntasan yang dikehendaki peneliti adalah 85%. Dengan demikian persentase yang diperoleh pada siklus II belum memenuhi standar yang dikehendaki. c. Tahap
Observasi dan Evaluasi Proses
(Observation and Evaluation)
dan
Hasil Tindakan
119
Observasi dilakukan bersamaan dengan penerapan tindakan menggunakan lembar observasi yang telah tersedia (terlampir). Observasi dilakukan secara kontineu (terus-menerus), baik dalam proses pembelajaran maupun pada hasil belajar. Proses pengamatan ditujukan pada perkembangan pemahaman siswa dengan acuan respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan, tanggapan, pemahaman dan partisipasi siswa dalam berdiskusi atau memecahkan suatu masalah. Hasil akhir dari observasi dilakukan dengan teknik evaluasi berupa tes formatif II. Setelah dilaksanakan tes formatif siswa diberi lembar instrumen yang berisi beberapa pertanyaan seputar kritik, saran dan kesan selama mengikuti proses pembelajaran fiqih tentang materi makanan halal dan haram dalam islam melalui metode every one is a teacher here. d. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap refleksi peneliti menganalisa hasil observasi untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti berkolaborasi dengan guru lain serta bertukar pikiran mengenai proses tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan lembar observasi, instrumen dan masukan-masukan dari guru kolaborasi, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada siklus II proses pembelajaran fiqih dengan materi makanan halal dan haram dalam Islam menggunakan metode every one is a teacher here dapat berjalan dengan baik.
120
Hal tersebut dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan dan jawaban yang dikeluarkan oleh siswa sudah mulai mengacu pada rencana penelitian, antusias siswa dalam mengikuti prosedur metode every one is a teacher here mengalami peningkatan. Siswa sudah mulai memahami alur dan tujuan metode every one is a teacher here sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan terarah. Interaksi siswa dalam berkomunikasi mengalami kemajuan karena sebagian besar siswa sudah berani mengangkat tangannya guna memberikan argumen-argumen yang dia miliki. Siswa yang lain juga memperhatikan dan mendengarkan argumen dari teman-temannya. Tes formatif yang mereka kerjakan hasilnya mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 7,51 menjadi 8,4. Persentase belajar siswa secara klasikal juga mengalami peningkatan dari 60% menjadi 80%. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah mengalami peningkatan yang lebih baik dari pada siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar ini disebabkan karena guru sudah menginformasikan kepada siswa bahwa setiap akhir pembelajaran akan diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk giat belajar di rumah. Walaupun sebagian besar nilai siswa bagus-bagus akan tetapi 7 siswa dari 35 siswa yang masih mempunyai nilai dibawah standar ketuntasan belajar
yang
direncanakan yaitu
≥ 7,5.
Peneliti
121
menginginkan ketuntasan (keberhasilan) belajar baik secara individual maupun secara klasikal. Dengan demikian peneliti masih perlu mengadakan perbaikan lagi pada siklus berikutnya yaitu siklus III karena peneliti menganggap bahwa dalam pelaksanaan siklus II masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu disempurnakan diantaranya adalah membatasi jawaban/tanggapan dari siswa yang kiranya menyimpang dari materi agar pembahasan tidak terlalu melebar sehingga waktu yang ada dapat digunakan secara maksimal, memberikan kesempatan kepada
siswa
yang
jarang
berbicara/kurang
aktif
untuk
mengemukakan pendapatnya agar forum tidak dikuasai oleh anakanak yang pandai berbicara. Pada siklus selanjutnya kekurangan/kelemahan yang ada harus diperbaiki dan ditingkatkan lagi agar perencanaan dapat tercapai yaitu dengan meningkatkan keberhasilan belajar secara individual dan klasikal,
menjngkatkan
kekompakan
siswa
dalam
kelompok,
menambah motivasi siswa agar lebih semangat, aktif, komunikatif dalam berinterkasi baik dengan teman sendiri maupun guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3. Siklus III a. Tahap Perencanaan Tindakan (Planning) Pada
tahap
penelitian
tindakan
peneliti
mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang berupa RPP, buku paket penerapan fiqih
122
untuk kelas VIII Madrasah Tsanawiyah sebagai bahan materi pembelajaran, instrumen untuk siswa berupa tes formatif III dan lembar instrumen yang berisi tentang kritik, saran dan kesan dalam mengikuti proses pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam dengan menerapkan metode every one is a teacher here mulai siklus I sampai siklus III, lembar observasi, kartu indeks dan alat-alat pengajar lainnya yang dapat mendukung berlangsungnya proses pembelajaran. b. Tahap Penerapan Tindakan (Action) Penerapan tindakan ini dilaksanakan pada hari rabu 3 Maret 2010 dikelas VIII F MTsN Parakan dengan jumlah siswa 35 orang, 18 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Penerapan tindakan pada siklus III merupakan perbaikan dan penyempurnaan penerapan tindakan pada siklus II yaitu memperbaiki kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang dapat menghambat proses pelaksanaan pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam islam menggunakan metode every one is a teacher here. Tanggapan, saran dan kritik yang diberikan oleh siswa atau teman sejawat (guru lain) pada siklus II yang sudah dianalisis dalam proses refleksi digunakan sebagai acuan pada proses pelaksanaan siklus III. Guru masih menggunakan prosedur metode every one is a teacher here sama dengan prosedur yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II, akan tetapi penerapan tindakan pada siklus III lebih
123
menekankan pada pembagian kelompok dalam kelas agar siswa lebih berkomunikasi
dan
mempunyai
rasa
tanggung
jawab
dalam
kelompoknya masing-masing. Setelah masing-masing siswa mendapat kartu indeks kemudian guru mengocoknya dan memanggil beberapa siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis pada kartu indeks, siswa diminta untuk menjelaskan jawabannya. Siswa yang lain ikut aktif dalam memberikan tanggapan dan masukan untuk memberikan wawasan lain yang dimilikinya. Pada siklus III ini beberapa siswa sudah mampu menyimpulkan hasil diskusi di depan kelas sehingga guru hanya melakukan pembenaran dan menambahkan hal-hal yang dianggap penting yang dapat membantu mereka dalam mengerjakan soal-soal tes/ujian dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru membuat instrumen berupa tes tertulis yang akan dikerjakan oleh siswa pada akhir pembelajaran. Soal tersebut berisi materi fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam. Adapun data hasil tes (tes formatif III) pada siklus III adalah sebagai berikut : Tabel 11 Hasil Tes Formatif Siswa Pada Siklus III NO
NAMA RESPONDEN
NILAI
KETERANGAN T
1
Akhmad Wakhidin K.A.
9
√
2
Alfi Nur K.
10
√
3
Alfiyah
10
√
TT
124
4
Andi Setiawan
10
√
5
Aprilia Ghifari F.N.
10
√
6
Ari Widiyanto
9
√
7
Aroisy Romadhon
8
√
8
Asyifa Lana K.
8
√
9
Citra Yama S.
10
√
10
Diany Wiyasih
9
√
11
Egip Indrayanto
10
√
12
Elliyana Bhekti S.
8
√
13
Haekal Kamaluddin S.
9
√
14
Inayatul Hidayah
9
√
15
Jazilatul Atiyah
10
√
16
Khoeriyati
8
√
17
Layinah Nur A.
9
√
18
Lisfiyani Indarti
8
√
19
Ludvi Ariyanto
9
√
20
M. Abram Andriano
7
21
M. Sofi Khoirul A.
9
√
22
M. Wildan Agusta
8
√
23
Mei Rista R.
8
√
24
Muhammad Rafi U. F.
7
25
Muhammad Roqi A.
10
√
26
Nofia Sofiani
9
√
27
Nurul Hidayah
10
√
28
Ratri Ginanjar P.
10
√
29
Riyan Budi U.
10
√
30
Rofi’aul
10
√
31
Sfitri Nur H,
10
√
32
Shofia Ratri S.
10
√
33
Singgih Santoso
8
√
34
Tadjus Sobirin
8
√
35
Zainal Mahasin
7
Jumlah
313
Jumlah Skor
313
Jumlah Skor maksimal
350
√
√
√ 32
3
125
Rata Skor
8,94
Keterangan : T
: Tuntas
TT
: Tidak Tuntas
Jumlah siswa
: 35
Jumlah yang tuntas
: 32
Jumlah yang tidak tuntas : 3 Tabel 12 Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Pada Siklus III NO
URAIAN
1
Nilai rata-rata tes formatif III
2
Jumlah siswa yang tuntas belajar
3
Persentase ketuntasan belajar
4
Ketuntasan belajar secara klasikal
HASIL 8,94 32 91,4 Tuntas
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa hasil nilai formatif siswa pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dengan menerapkan metode every one is a teacher here diperoleh nilai rata-rata 8,94 dan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai 91,4%. Masih ada 3 siswa dari 35 siswa yang belum memenuhi standar nilai ketuntasan belajar yang dikehendaki peneliti yaitu ≥ 75 namun secara klasikal ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi standar yang dikehendaki peneliti yaitu ≥ 85%. c. Tahap Observasi dan Evaluasi Proses dan Hasil Tindakan (Observation and Evalution)
126
Observasi (pengamatan) dilakukan bersamaan dengan penerapan tindakan mulai dari awal sampai dengan akhir proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan (terlampir). Adapun fokus dalam pengamatan ini adalah mengamati kegiatan atau aktivitas siswa dan perubahan sikap yang terjadi pada siswa selama mengikuti proses pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam dengan menerapkan metode every one is a teacher here. Observator mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil pembelajaran dilakukan pada akhir proses pembelajaran menggunakan instrumen yang berupa tes formatif III (terlampir). Peneliti dan guru mengadakan sharing tentang proses tindakan yang telah dilaksanakan guna mengevaluasi dan mencari solusi dari masalah yang ada selama proses tindakan berlangsung. d. Tahap Refleksi (Reflecting) Pada tahap ini peneliti menganalisis hasil obsrevasi untuk memperoleh
dampak
dari
tindakan
yang
telah
dilaksanakan.
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi proses dan hasil tindakan serta sharing terhadap guru kolaborasi peneliti menyimpulkan bahwa selama kegiatan proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, akan tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
127
Berdasarkan pada hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif dan lebih komunikatif dibandingkan dengan siklus-siklus sebelumnya. Kekurangan/kelemahan
pada
siklus-siklus
sebelumnya
sudah
mengalami perbaikan sehingga menjadi lebih baik dan mendekati sempurna sesuai dengan target yang telah direncanakan oleh peneliti. Berdasarkan data hasil tes formatif, keberhasilan belajar siswa mengalami peningkatan dari nilai rata-rata 8,4 menjadi 8,94. Terdapat 3 siswa dari 35 siswa yang belum memenuhi standar ketuntasan belajar. Secara klasikal ketuntasan belajar siswa mencapai 91,4% (termasuk kategori tuntas). Adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya kemampuan guru dalam menerapkan dan mengelola metode every one is a teacher here sehingga siswa mampu memahami intisari dari materi yang telah dipelajari. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal sudah tercapai sesuai dengan rencana, sehingga penelitian ini tidak memerlukan tindak lanjut pada siklus-siklus berikutnya. Dengan ini peneliti menghentikan penelitian pada siklus III. Dengan demikian yang harus diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan hal-hal positif yang sudah ada, dengan tujuan agar proses pelaksanaan belajar mengajar selanjutnya menggunakan metode every one is a teacher here
128
dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna. B. Pembahasan Berdasarkan analisa data, selama proses pembelajaran guru telah melaksanakan prosedur metode every one is a teacher here dengan baik. Hal tersebut terlihat dari aktivitas guru yang muncul, diantaranya persiapan dan kepribadian guru yang baik, ketrampilan guru dalam mengajar, membimbing dan mengarahkan siswa dalam menerapkan prosedur dan variasi metode every one is a teacher here pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam islam , umpan balik, evaluasi dan kemampuan mengelola kelas dengan baik. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat terlihat dari sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan baik, memperhatikan penjelasan dari guru, mengikuti prosedur penggunaan metode every one is a teacher here dengan baik, ketrampilan bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, kemampuan dalam menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah serta perhatian dan motivasi siswa yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga keberhasilan belajar siswa dapat meningkat. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam melalui metode every one is a teacher here mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Hal ini berdampak positif terhadap keberhasilan belajar siswa yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya nilai rata-rata siswa pada tiap-tiap siklusnya (I, II dan III) antara lain 7,5, 8,4 dan 8,9 sedangkan
129
peningkatan dalam persentasenya dari 60% menjadi 80% dan pada akhirnya mencapai 91,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut: Tabel 13 Peningkatan Hasil Belajar Pada Setiap Siklus No
Pelaksanaan
1
Hasil Nilai Rata2
Persentase
Siklus I
7,51
60%
2
Siklus II
8,4
80%
3
Siklus III
8,94
91,4%
Untuk menjawab hipotesis dari penelitian ini, peneliti mengujinya dengan teknik t-test menggunakan rumus sebagai berikut : t=
Keterangan : t
: t-tes : Nilai rata-rata sebelum diberi tindakan : Nilai rata-rata sesudah diberi tindakan : Nilai rata-rata pada siklus I
SA2
: Standar deviasi sebelum diberi tindakan
SB
: Standar deviasi sesudah diberi tindakan
N
: Jumlah siswa : Taraf signifikan (0,05) : 1,645
130
Adapun tabel dan penghitungan masing-masing siklus dihitung dalam lampiran. Dari hasil penghitungan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Siklus I =
=
=
=
= 27,05
Harga thitung = 27,05 Harga
= 1,645 Karena thitung > ttabel maka hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti
bahwa dalam proses pelaksanaan siklus I ada penigkatan hasil belajar secara siginifikan pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam dengan diberi tindakan menggunakan metode every one is a teacher here pada siswa VIII F MTs Negeri Parakan tahun pelajaran 2009/2010. 2. Siklus II =
=
=
=
= 68,45
Harga thitung = 68,45 Harga
=
1,645
Karena thitung > ttabel maka hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti bahwa dalam proses pelaksanaan siklus II ada peningkatan hasil belajar secara signifikan pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam dengan diberi tindakan menggunakan metode every
131
one is a teacher here pada siswa kelas VIII F MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010. 3. Siklus III =
=
==
=
= 43,05
Harga thitung = 43,05 Harga
= 1,645 Karena thitung > ttabel maka hipotesis nihil ditolak. Hal ini berarti
bahwa dalam proses pelaksanaan siklus II ada peningkatan hasil belajar secara signifikan pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam dengan diberi tindakan menggunakan metode every one is a teacher here pada siswa keals VIII F MTs Negeri Parakan tahun pelajaran 2009/2010. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fiqih tentang makanan halal dan haram dalam Islam setelah diberi tindakan menggunakan metode every one is a teacher here pada setiap siklusnya (I, II, III) mengalami peningkatan secara signifikan. Karena hipotesis dalam penelitian tindakan ini sudah terjawab, maka penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Tentang Makanan Halal Dan Haram Menurut Hukum Islam Melalui Metode Every One Is A Teacher Here Pada Siswa Kelas VIII MTs Negeri Parakan Temanggung Tahun Ajaran 2009/2010 dapat dikatakan berhasil.
132
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan selama proses pembelajaran fiqih melalui metode every one is a teacher here dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dengan diterapkannya metode every one is teacher here pada pembelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam, suasana proses pembelajaran di kelas terlihat hidup. Siswa banyak yang bertanya tentang materi atau persoalan-persoalan yang belum mereka pahami. Siswa terlihat memperhatikan, aktif dan komunikatif dalam mengikuti proses pembelajaran dari awal hingga akhir. 2. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, metode every one is a teacher here mempunyai pengaruh positif terhadap mata pelajaran fiqih. Hal tersebut terlihat dengan adanya antusias dari siswa dalam mengikuti proses prosedur metode every one is a teacher here sehingga motivasi siswa untuk belajar mengalami peningkatan. 3. Penerapan metode every one is a teacher here pada mata pelajaran fiqih tentang makanan halal dan haram menurut hukum Islam pada siswa MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010 mempunyai dampak positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap siklusnya, yaitu: 1) Siklus I mencapai nilai rata-rata 7,5 (60%)
133
2) Siklus II mencapai nilai rata-rata 8.4 (80%) 3) Siklus III mencapai nilai rata-rata 8,9 (91,4%) B. Saran Berdasarkan pengalaman penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran agar dalam proses pelaksanaan pembelajaran lebih efektif dan efisien sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat secara optimal. Adapun saran tersebut adalah sebagai berikut : 1. Guru
hendaknya
mensosialisasikan
mempersiapkan
topik
topik
sebelum
tersebut
atau
pembelajaran
proses
dan
pembelajaran
berlangsung agar siswa dapat mempersiapkannya dengan matang, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan hasil belajar siswa dapat meningkat secara optimal. 2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal, dalam proses pembelajaran hendaknya guru memilih metode yang tepat dan sesuai dengan topik pembelajaran sehingga intisari dari topik tersebut mudah dipahami dan siswa tidak mengalami kejenuhan serta mempunyai pengetahuan baru, konsep baru dan ketrampilan baru dalam menemukan solusi untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. 3. Karena penelitian ini hanya dilakukan di kelas VIII F MTs Negeri Parakan tahun ajaran 2009/2010 maka perlu adanya pengembangan penelitian lebih lanjut.
C. Penutup
134
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan ridho, rahmat, taufiq, hidayah, serta ma’unah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca sebagai introspeksi diri penulis untuk memperbaikinya pada langkah-langkah selanjutnya. Penulis berharap mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis khususnya, bagi para pembaca dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal (2007) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru. Bandung: Yrama Widya Aqib, Zainal, dkk. (2009) Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: Yrama Widya Arikunta, Suharsimi (2007) Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: Bumi Aksara Ashiddieqy, Hasbi, M.T. (1999) Pengntar Ilmu Fiqih. Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra Depdiknas, (2007) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Dimyati dan Mujiono (2002) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, Bahri S. dan Zain Aswan (2006) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Hadi, Sutrisno (2001) Metodologi Research I. Yogyakarta: Andi Offset Manurung (2008) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia Mulyasa, H. E. (2009) Praktek Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya Muttaqien, Raisul (2004)
Terjemah Active Learning 101 Cara Belajar Aktif
Melvin L. Silberman. Bandung: Nusa Media dan Mansa Camp Poerwadarminta, W.J.S. (1990) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Purwanto, (2009) Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Rusyan, Tabrani, A. dkk. (1989) Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Ramadja Karya Slameto (2001) Belajar dan Faktor–faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana (2009) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Suryabrata, Sumadi (2007) Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Syah, Muhibbin (1995) Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Uno, Hamzah B. (2006) Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Uzer, Usman M. dan Setyawati, Lilis (1993) Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya Warsito, Bambang (2008) Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ma’unatul Choiriyah
Nim
: 111 06 120
Tempat/Tanggal Lahir : Temanggung, 21 Maret 1987 Jenis Kelamin
: Perempuan
Warga Negara
: Indonesia
Alamat
: Kapal Rt. 001 Rw. 008 Mergowati Kedu Temanggung
Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri ll Mergowati Kedu Temanggung : Lulus Tahun 1999 2. MTs Negeri Parakan Temanggung
: Lulus Tahun 2002
3. MA Negeri Temanggung
: Lulus Tahun 2005
4. STAIN Salatiga
: Lulus Tahun 2010
Salatiga, 25 Juli 2010 Penulis,
Ma’unatul Choiriyah
Lampiran 1
Daftar Guru MTs Negeri Parakan Tahun Ajaran 2009/2010
NO
NAMA GURU
GOL.
JAB.
BID. TUGAS
STATUS
1
Drs. H. Sukron, M.Ag.
IV/a
Guru
Kamad/ BP
PNS
2
Dra. Hj. Nurul Djamiati
IV/a
Guru
SKI
PNS
3
Hj. Muslikhah HB, S.Ag
IV/a
Guru
Qur’an Hadits
PNS
4
Dra. Hj. Afiati
IV/a
Guru
Bahasa Arab
PNS
5
Drs. Widodo
IV/a
Guru
PKN
PNS
6
Dra. H. Usanto
IV/a
Guru
Bahasa Indonesia
PNS
7
Drs. Amin Wastoni
IV/a
Guru
Fisika
PNS
8
M.Z Muhtadin S.Ag.
IV/a
Guru
Matematika/ Waka
PNS
9
Dra. Siti Ngaesaroh
IV/a
Guru
Matematika
PNS
10
Hj. Aisyatul Murtafiah SPdi
IV/a
Guru
Fiqih
PNS
11
Djamaluddin S.Ag
IV/a
Guru
Bahasa Arab/ Waka
PNS
12
Hj. Islamiyah
IV/a
Guru
Akidah Akhlaq
PNS
13
Hj. Fulaikah S.Pdi
IV/a
Guru
Bahasa Indonesia
PNS
14
Dra. Yuni Wahidah
IV/a
Guru
Biologi
PNS
15
Dra. Siti Fajriyah
IV/a
Guru
Matematika
PNS
16
Mardliyah S.Pd
IV/a
Guru
Bahasa Inggris
PNS
17
Siti Latifah Handayani S.Pd
IV/a
Guru
Bahasa Indonesia
PNS
18
Dra. Irkamiyah
IV/a
Guru
Bahasa Inggris
PNS
19
Subagyo Amanto
IV/a
Guru
TIK
PNS
20
Nur Laila Karyati S.Ag
IV/a
Guru
SKI/ Akidah Akhlak
PNS
21
Istri Wigati
IV/a
Guru
Biologi
PNS
22
Dra. Imbuh Budiyah
IV/a
Guru
Matematika
PNS
23
Tri Wahyuni
IV/a
Guru
Matematika
PNS
24
Kholison, S.Ag
III/d
Guru
Bahasa Arab
PNS
25
Azizah, S.Ag
III/d
Guru
IPS
PNS
26
Ainun Jariyah, S.Pd
III/d
Guru
Bahasa Inggris
PNS
27
Dra. Rofiqoh
III/d
Guru
28
Wahyuningrum, SPd, MSi
III/d
Guru
29
Drs. Gunawan
III/d
Guru
PPKN Biologi/ Laborat Matematika
PNS
30
Dra. Maryani
III/d
Guru
Fisika/ Waka
PNS
31
Khayati, S.Pd
III/d
Guru
Bahasa Indonesia
PNS
32
Yuridu Soddikin, S.Pd
III/d
Guru
Penjaskes
PNS
33
Umatul Choiriyah S.Pd
III/d
Guru
IPS
PNS
34
Muhamad Mabru, S.Ag
III/C
Guru
Bahsa
Fisika/
Indonesia/
PNS PNS
PNS
Akidah Akhlak/ Fiqih 35
Tati Rustantimah, S.Pd
III/d
Guru
BP
PNS
36
Lilik Arwati, S.Pd
III/b
Guru
IPS
PNS
37
Muhamad Aris, S.Pd
III/b
Guru
TIK/ Fisika/ Biologi
PNS
38
Nanik Setyaningsih, S.Pd
III/b
Guru
SBK
PNS
39
Noor Emi Ekawati, S.Pd
III/c
Guru
Fisika/ Biologi
PNS
40
Drs. M Taufik Nurohman
IV/c
Guru
PNS
41
Gunawan Prasetyo, S.Pd
IV/c
Guru
42
Sri Yumiati, S.Pd
IV/c
Guru
Bahasa Inggris TIK/ Matematika/ Waka Bahasa Inggris
43
Joko Mulyono
III/b
Guru
SBK/ Bahasa Jawa
CPNS
44
Syafaatun, S.Ag
III/c
Guru
PNS
45
Khusniatur Rofiah
-
Guru
46
Nur Nahar, S.Ag
-
Guru
Bahasa Arab Bahasa Inggris/ Perpustakaan Akidah Akhlak/ SKI
47
Drs. Musyafak
-
Guru
BP
Suwasta
48
Drs. Asrofi
-
Guru
Qur’an Hadits
Suwasta
49
Basuki
-
Guru
SBK
Suwasta
50
Eko Prasetyo, S.Pd
-
Guru
Bahasa Jawa
Suwasta
51
Triyanti Hartatik, S.Pdi
-
Guru
Fiqih
Suwasta
52
Suharuni, SE.
-
Guru
PPKN/ IPS
Suwasta
53
Soni Dwi Admaja S.Pd, jas
-
Guru
Penjaskes
Suwasta
54
Tamren, S.Kom
-
Guru
TIK
Suwasta
55
Ahmadun S.Pdi
-
Guru
Bahasa Arab
Suwasta
56
Yuli Imam Kuniawan S.Pd
-
Guru
Penjaskes
Suwasta
57
Damroni S.Pdi
-
Guru
Bahasa Arab
Suwasta
PNS PNS
Suwasta Suwasta
Lampiran 2
Daftar Karyawan MTs Negeri Parakan Tahun Ajaran 2009/2010
NO
NAMA KARYAWAN
GOLONGAN
JABATAN
STATUS
1
Abdul karim
III/b
Kaur TU
PNS
2
Suprayitno
III/b
TU
PNS
3
Purwatiningsih
III/b
TU
PNS
4
Mustakim
III/b
TU
PNS
5
Prasetyo adhi
III/b
TU
PNS
6
Rhatnawati
III/b
TU
PNS
7
Arifiyanti, s. Sos
-
Pegawai
Pegawai
8
Inayati
-
Pegawai
Pegawai
9
Enan triyansyah
-
Pegawai
Pegawai
10
Jauhar
-
Pegawai
Pegawai
11
Muh abdul sakur
-
Pegawai
Pegawai
12
Subakir
-
Pegawai
Pegawai
13
Suyadi
-
Pegawai
Pegawai
14
Sadzali
-
Pegawai
Pegawai
15
Kartiyah
-
Pegawai
Pegawai