PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI MENYUNTING KARANGAN MELALUI MODEL KEPALA BERNOMOR STRUKTUR DI SMP Harni Iswati SMP Negeri 3 Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia Pos-el:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menyunting Karangan Model Kepala Bernomor Struktur, Siswa Kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong, Kabupaten Kebumen Tahun Pelajaran 2015/2016. Adapun masalah yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah (1) Apakah aktivitas belajar bahasa Indonesia materi menyunting karangan, siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong dapat ditingkatkan melalui model kepala bernomor struktur?(2)Bagaimanakah peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyunting karangan, siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong melalui model kepala bernomor struktur? Adapun penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas belajar bahasa Indonesia materi menyunting karangan siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong melalui model kepala bernomor struktur.(2) meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi menyunting karangan, siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong, melalui model kepala bernomor struktur. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Gombong, Kabupaten Kebumen, pada bulan Agustus, September, dan Oktober 2015. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan dua siklus perbaikan pembelajaran. Subjek penelitian adalah siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong yang berjumlah 32 orang siswa, dengan rincian 16 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah lembar observasi keaktivan belajar siswa dan hasil belajar siswa berupa menyunting karangan. Hasil penelitian menunjukkkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yang meliputi keaktifan belajar siswa dari siklus I sebanyak 53% menjadi 91% pada siklus II. Peningkatan tanggung jawab siswa pada siklus I sebanyak 53% menjadi 81%. Peningkatan antusiasme siswa pada siklus I sebanyak 63%, pada siklus II sebanyak 88%. Sedangkan untuk peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I sebanyak 75%, siklus II sebanyak 94%. Temuan ini mengandung implikasi bahwa guru diharapkan dapat menerapkan model yang tepat dalam pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil dan kualitas pembelajaran. Kata kunci: aktivitas belajar, hasil belajar, menyunting karangan, Model Kepala Bernomor Struktur.
IMPROVING ACTIVITY AND LEARNING OUTCOME OF INDONESIAN LANGUAGE IN EDITING ARTICLE THROUGH STRUCTURE NUMBERED HEAD MODEL IN JUNIOR HIGH SCHOOLS Abstract: This research is entitled “Improving Activity and Learning Outcomes of Indonesian Language in Editing Article through Structure Numbered Head Model, Class IX-G Students of SMP Negeri 3 Gombong, Kebumen Regency, Academic Year METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
199
2015/2016. The problems of this research were (1) Can learning activity of Indonesian Language on editing article material, class IX-G students of SMP Negeri 3 Gombong be increased through Structure Numbered Head Model? (2) Can learning outcomes of Indonesian on editing article material, students of class IX-G of SMP Negeri 3 Gombong through Structure Numbered Head Model? This research aims to (1) increase learning activity of Indonesian language on editing article material, class IX-G students of SMP Negeri 3 Gombong through Structure Numbered Head Model. (2) increase learning outcomes of Indonesian language on editing article material, class IX-G students of SMP Negeri 3 Gombong, through Structure Numbered Head Model. This research was carried out at SMP Negeri 3 Gombong, Kebumen Regency, in August, September, and October 2015. The method of this research was classroom action research with two cycles. The subjects of the research were the students of class IX-G of SMP Negeri 3 Gombong at 32 students (16 male students and 16 female students). The instruments to collect the data were observation list of students’ activeness and learning outcomes of editing article. The result of the research shows an improvement in students’ learning activity where students’ learning activeness in Cycle I was 53% into 91% at Cycle II. In addition, students’ responsibility increased from 53% at Cycle I into 81%. Students’ enthusiasm increased from 63% at Cycle I into 88% at Cycle II. Meanwhile, students’ learning outcome increased from 75% at Cycle I into 94% at Cycle II. The implication of these findings was that teachers are expected to apply appropriate learning models in order to improve learning outcomes and quality. Key words: learning activity, learning outcomes, editing article, Model Kepala Bernomor Struktur
Menurut Mulyati (2009: 7.1)
PENDAHULUAN Standar
kompetensi
mata
menulis
merupakan
kegiatan
pelajaran bahasa Indonesia merupakan
penuangan ide dan gagasan seseorang
kualifikasi kemampuan minimal peserta
ke dalam media tulisan. Dengan kata
didik
lain, menulis merupakan suatu cara
yang
penguasaan
menggambarkan
keterampilan
berbahasa
untuk menyampaikan gagasan atau ide
dan sikap positif terhadap bahasa dan
kita kepada orang lain agar orang lain
sastra Indonesia. Ruang lingkup mata
dapat
pelajaran bahasa Indonesia mencakup
menurut
komponen kemampuan berbahasa dan
2000: 22) menulis merupakan suatu
bersastra yang meliputi aspek-aspek
bentuk berpikir, tetapi justru berpikir
mendengarkan, berbicara, membaca,
bagi membaca tertentu dan bagi waktu
dan menulis.
tertentu.
200
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
memahaminya. D’Angelo
Sementara (dalamTarigan
Salah satu aspek keterampilan berbahasa
yang
sangat
penting
siswa yang tuntas dengan KKM 75. Dengan kata lain, siswa yang mencapai
perannya dalam melahirkan generasi
nilai
yang
dan
pembelajaran dikatakan tuntas jika
keterampilan
siswa yang mencapai nilai KKM dalam
cerdas,
berbudaya
kritis,
kreatif,
adalah
menulis. Dengan menulis, peserta didik
KKM
hanya
47%.
Padahal
satu kelas minimal 85%.
akan mampu mengekspresikan pikiran
Berdasarkan uraian di atas dapat
dan perasaannya secara cerdas dan
diketahui bahwa pembelajaran di kelas
kreatif ke dalam bentuk tulisan atau
IX-G SMP Negeri 3 Gombong masih
karya sastra.dengan menulis peserta
mengalami
banyak
didik juga menjadi kritis dan mampu
Kesenjangan
itu
mengkomunikasikan
dan
aktivitas siswa yang meliputi rendahnya
pikirannya kepada orang lain secara
kurang aktifnya siswa dalam proses
runtut dan sistematis melalui tulisan
pembelajaran,
ilmiah.
bertanggung jawab dengan tugasnya,
gagasan
Agar siswa mampu menulis karya yang
baik
kemampuan
dan
benar
menyunting.
dan
kesenjangan.
antara
lain,
siswa
rendahnya
(1)
kurang
antusiasme
siswa
diperlukan
terhadap pembelajaran masih relatif
Pelajaran
rendah, serta (2) hasil belajar siswa
menyunting pada siswa SMP kelas IX semester satu meliputi ketepatan ejaan,
masih rendah. Untuk mengatasi rendahnya hasil
pilihan kata, keefektifan kalimat, dan
belajar
keterpaduan paragraf. Namun dalam
menyunting
kenyataannya,
pembelajaran
pembelajaran
siswa
tentang diperlukan
yang
materi model
tepat.
Model
menyunting merupakan materi yang
pembelajaran yang Peneliti terapkan
sulit bagi siswa kelas IX-G SMP Negeri
adalah model kepala bernomor struktur.
3
Dengan menggunakan model kepala
Gombong,
kabupaten
Kebumen,
Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini
bernomor
terbukti
ulangan
pembelajaran lebih menarik dan siswa
menyunting,
lebih aktif. Di samping itu akan
hasilnya masih rendah. Dari 32 orang
terbangun karakter kerja sama dan rasa
siswa di kelas tersebut hanya 15 orang
saling menghargai di antara siswa.
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
201
harian
setelah
diadakan
tentang materi
struktur
ini
diharapkan
Dengan demikian prestasi siswa dalam
naskah dan bahasa baku (Wijono, 2007:
menyunting karangan akan mengalami
291).
Sedangkan
kenaikan minimal 85% dan mencapai
Besar
Bahasa
KKM yang sudah ditetapkan, yakni 75.
menyunting adalah menyiapkan naskah
Proses belajar didahului dengan
menurutt
Kamus
Indonesia
(KBBI)
siap cetak atau siap terbit dengan
adanya perubahan, dengan kata lain
memperhatikan
tidak ada tujuan pengajaran yang
penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut
dicapai sebelum siswa menjadi berbeda
ejaan, diksi, dan struktur kalimat). Berdasarkan
dalam beberapa hal antara sebelum dan sesudah
mengikuti
segi
sistematika
dua
pendapat
pembelajaran
tersebut, dapat disimpulkan bahwa
(Suprijono, 2011: 5). Proses belajar
menyunting adalah memperbaiki suatu
mengajar di kelompok mempunyai
tulisan.
tujuan
menyangkut berbagai hal, yaitu ejaan,
yang
bersifat
transaksional,
Perbaikan
artinya diketahui secara jelas oleh guru
diksi,
dan siswa. Tujuan tercapai jika siswa
yuntingan
memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan
di
dalam
proses
pembelajaran. Hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, kemudian diukur dengan berdasarkan
jumlah
skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar. Hasil
belajar
adalah
kemampuan-
dan
struktur
tulisan
tersebut
kalimat.
bertujuan
untuk
Penmeng-
hasilkan karangan tanpa kesalahan bahasa. Untuk
dapat
melakukan
penyuntingan, siswa harus mempelajari Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dalam EYD memuat tentang aturan pemakaian
huruf,
penulisan
kata,
pemakaian tanda baca, dan penulisan unsur
serapan.
Selain
mempelajari
kemampuan yang dimiliki siswa setelah
EYD, siswa juga harus mempelajari
ia menerima pengalaman belajarnya.
ilmu sintaksis, yaitu tata bahasa yang
Menyunting adalah membaca
membahas hubungan antarkata dalam
secara cermat naskah karangan yang
tuturan (Verhaar, 2008: 161). Sintaksis
telah
dapat digunakan untuk menyunting
selesai
ditulis
dan
memperbaikinya berdasarkan konvensi
penggunaan kalimat efektif.
202
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
Jenis
model
bermacam-macam,
pembelajaran
dan
bahasa
dengan
satu
model kepala bernomor struktur ini
model di antaranya adalah model
diharapkan membantu siswa mengenal
kepala bernomor struktur. Model ini
dirinya, budayanya, dan budaya orang
diartikan sebagai sebuah model dengan
lain,
membentuk
perasaan,
para
salah
Pembelajaran
siswa
menjadi
mengemukakan
gagasan
berpartisipasi
dan dalam
beberapa kelompok kecil dan masing-
masyarakat yang menggunakan bahasa
masing siswa diberi nomor dan diberi
tersebut,
tugas yang berbeda dan nantinya siswa
menggunakan kemampuan analitis dan
yang nomornya sama dapat bergabung
imajinatif yang ada dalam dirinya.
dengan kelompok lain untuk melakukan
Pembelajaran
kerja sama.
diarahkan
Adapun langkah-langkah model kepala
bernomor
pertama,
membagi
dan
menemukan
bahasa untuk
kemampuan
serta
Indonesia meningkatkan
siswa
untuk
struktur
adalah:
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
siswa
dalam
dengan baik dan benar, secara lisan
kelompok dan setiap siswa dalam
maupun
kelompok mendapat nomor. Kedua,
apresiasi terhadap hasil karya sastra
guru memberikan tugas dan masing-
manusia Indonesia. Untuk mewujudkan
masing
hal
Ketiga,
kelompok
mengerjakannya.
kelompok
mendiskusikan
jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota
mengerjakannya.
kelompok Keempat,
tulis,
tersebut,
serta
menumbuhkan
pembelajaran
bahasa
Indonesia diperlukan adanya situasi belajar yang efektif.
dapat guru
METODE PENELITIAN
memanggil salah satu nomor, kemudian
Penelitian tindakan kelas ini
siswa yang dipanggil melaporkan hasil
dilakukan di SMP Negeri 3 Gombong,
diskusi
Kelima,
Kabupaten Kebumen. Adapun subjek
kelompok yang lain menanggapinya,
dalam penelitian ini adalah siswa kelas
dan guru memanggil nomor yang lain.
IX-G,
Keenam, membuat kesimpulan.
dengan jumlah siswa 32 orang siswa
kelompoknya.
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
Tahun
pelajaran
2015/2016 203
yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan
Secara indivial, siswa dinyatakan tuntas
16 siswa perempuan. Penelitian ini
belajar jika telah memperoleh nilai
dilakukan
minimal
pada
bulan
Agustus,
September, dan Oktober 2015.
sama
Ketuntasan
dengan
Minimal
Kriteria
(KKM)
mata
ini
pelajaran bahasa Indonesia kelas IX
dilakukan dalam dua siklus, yaitu siklus
yaitu 75, sedangkan secara klasikal
I dan siklus II. Pada tiap siklus
dinyatakan tuntas belajar jika 85%
dilakukan melalui tahap perencanaan,
siswa dalam kelas tuntas belajar.
Prosedur
penelitian
pelaksanaan (yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup),
HASIL DAN PEMBAHASAN
observasi, dan refleksi.
Pelaksanaan
Indikator aktivitas siswa terdiri dari keaktifan, tanggung jawab, dan antusiasme. Siswa aktif menemukan dan
mengeluarkan
gagasan
dalam
berdiskusi maupun saat menyunting karangan yang dikerjakannya. Siswa menunjukkan sikap bertanggung jawab
pembelajaran kepala
menggunakan
bernomor
pembelajaran
perbaikan
struktur
menyunting
model dalam karangan
telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong. Sebelum dilaksanakan perbaikan pembelajaran,
terhadap tugas yang diberikan oleh guru maupun pendapat teman dalam kelompok
pada
waktu
proses
pembelajaran berlangsung. Serta siswa menunjukkan
antusiasme
terhadap
materi yang diberikan oleh guru dan
aktivitas siswa yang meliputi keaktifan, tanggungjawab dan antusiasme siswa masih rendah. Demikian juga hasil belajarnya masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan kegiatan pembelajaran
bertanya hal-hal yang belum jelas, atau
masih berpusat pada guru dan bersifat
mencari sumber yang relevan.
konvensional.
Hasil belajar siswa indikatornya
Guru
masih
menggunakan metode ceramah dan
belajar
belum menggunakan model apa pun
siswa, baik secara individual maupun
dalam melakukan pembelajaran. Model
klasikal serta ketuntasan belajar siswa.
dan media yang digunakan hanya
204
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
adalah
meningkatnya
hasil
terbatas pada materi yang ada di buku
proses
paket saja. Akibatnya, siswa banyak
menyunting
yang
materi
menggunakan model kepala bernomor
pembelajaran. Selain itu, siswa juga
struktur pada siswa kelas IX-G SMP
menjadi kurang aktif untuk belajar dan
Negeri Gombong sebanyak dua siklus
tidak
memahami
tidak bertanggung jawab dalam belajar, kurang
antusias dalam merespon
pertanyaan guru. Oleh karena itu, perlu diadakan perbaikan pembelajaran guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang
terjadi.
Alternatif
pembelajaran tindakan
yang
perbaikan
dipilih
pembelajaran
menggunakan bernomor
model
struktur
diperoleh
pembelajaran
karangan
data
dengan
bahwa
terjadi
peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa dari studi awal hingga siklus II. Pada
siklus
I
pengelolaan
pembelajaran belum berjalan dengan baik. Pada siklus I guru sudah mampu mengelola pembelajaran tetapi siswa
adalah
belum tertarik dengan pembelajaran
dengan
menyunting
pembelajaran
yang
perbaikan
dilakukan
karangan.
Hal
ini
disebabkan kurangnya motivasi dan bimbingan guru sehingga sebagian siswa bersifat pasif. Mereka kurang
melalui dua siklus pembelajaran. model
peduli dengan kegiatan menyunting
dalam
karangan dan mereka kurang aktif
perbaikan pembelajaran adalah agar
dalam pembelajaran, baik pada saat
pembelajaran yang disajikan guru lebih
kerja kelompok maupun pada saat
menarik dan menyenangkan sehingga
diskusi kelas. Pada siklus I guru belum
akan berdampak pada peningkatan
membimbing siswa dengan maksimal
aktivitas
dan belum memberi penghargaan pada
Tujuan kepala
penggunaan
bernomor
yang
struktur
meliputi
keaktifan,
tanggungjawab dan antusiasme siswa
siswa yang berprestasi. Pada siklus II guru memperbaiki
serta hasil belajar, dalam hal ini ketuntasan
dalam
menyunting karangan,
keterampilan
pembelajaran dengan memerikan kartu
dalam proses
EYD pada tiap kelompok. Peranan guru pada
pembelajaran.
kegiatan
pembelajaran
Berdasarkan hasil pengamatan
menyunting karangan ini ini bertindak
dilakukan
terhadap
sebagai penunjuk jalan, membantu dan
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
205
yang
observer
memberikan kemerdekaan bagi siswa
pembelajaran, hanya sebagian kecil saja
sedemikian rupa sehingga mereka dapat
siswa yang masih pasif dalam kegiatan
menggunakan
menyunting
karangan.
keterampilan yang sudah dipelajari
waktu
sudah
untuk
pembelajaran
ide,
konsep,
memecahkan
menyunting (Suparno,
masalah
karangan 2010:
dan
11).
dari
tersebut Guru
perlu
juga
Pengaturan
baik
sehingga
berlangsung
sesuai
dengan skenario. Guru sudah mampu mengatasi hambatan-hambatan dalam
membiarkan siswa menemukan cara
pembelajaran
yang paling cocok dalam pemecahan
dengan mengadakan perbaikan pada
persoalan,
sehingga
siklusnya
siswa
menggunakan
setiap
aspek yang dirasa masih kurang. Secara
dibebaskan
untuk
keseluruhan
cara
bertentangan
mereka
sendiri
dengan
materi
Pada siklus ini guru telah mengelola
praktik
pembelajaran dengan baik dan siswa nampak sudah bisa beradaptasi dengan menyunting mampu
karangan.
kegiatan
pembelajaran
sudah dapat berlangsung dengan baik. Bagian penting yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa dalam mengikuti dan menguasai
menyunting karangan.
mampu
karangan
dalam
dalam memecahkan masalah, asalkan tidak
menyunting
Guru
membangkitkan
telah
motivasi
belajar siswa dengan bimbingan guru
materi menyunting karangan. Aktivitas siswa termasuk bagian yang penting karena jika aktivitas siswa meningkat, otomatis hasil belajar siswa juga akan meningkat.
Aktivitas
siswa
dapat
ditinjau dari bagaimana dan apa saja kegiatan yang dilakukan siswa selama proses
pembelajaran
menyunting
secara merata pada semua siswa. Guru
karangan berlangsung. Aktivitas siswa
juga memberikan penghargaan kepada
bisa dilihat dari indikatornya, yaitu
kelompok/siswa
keaktifan,
yang
berprestasi.
Siswa kelihatan sudah aktif dalam
tanggung
jawab,
dan
antusiasnya.
Tabel 1. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa
206
No
Tahap
1 2 3
Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa 32 32 32
Keaktifan Jumlah 15 20 30
% 47 53 91
Tanggung jawab Jumlah % 16 50 20 53 26 81
Antusiasme Jumlah % 16 50 21 63 28 88
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
Dari rekapitulasi aktivitas belajar siswa
(53%), tanggung jawab siswa
dapat
sebanyak 20 orang siswa (53%),
disampaikan
hal-hal
sebagai
dan antusiasme belajar siswa
berikut: 1. Pada kondisi awal keaktifan
sebanyak 21 orang siswa (63%).
belajar siswa sebanyak 15 orang
3. Pada siklus II keaktifan belajar siswa sebanyak 30 orang siswa
siswa (47%), tanggung jawab
(91%), tanggung jawab siswa
siswa sebanyak 16 orang siswa
sebanyak 26 siswa (81%), dan
(50%), dan antusiasme belajar
antusiasme
siswa sebanyak 16 orang siswa (50%).
belajar
siswa
sebanyak 28 siswa (88%). Persentase peningkatan aktivitas belajar
2. Pada siklus I keaktifan belajar siswa sebanyak 20 orang siswa
100%
siswa juga dapat dilihat pada diagram berikut ini:
91%
88%
90%
81%
80% 70% 60% 50%
63% 47%
53%
50% 53%
50%
40% 30% 20% 10% 0% Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Diagram 1. Rekapitulasi Persentase Aktivitas Siswa Melalui diagram 1 di atas dapat
kondisi awal 50%, pada siklus I
disampaikan hal-hal berikut:
sebanyak 53%, dan siklus II
a. Keaktifan siswa pada kondisi awal
sebanyak 81%.
47%, pada siklus I
c. Antusiasme pada kondisi awal
menjadi 53%, dan pada siklus II
50%, pada siklus I menjadi
sebanyak 91%
63%, dan siklus II sebanyak
b. Tanggung jawab siswa pada METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
88%. 207
Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Tiap Siklus No
Tahap
Jumlah
Nilai
Tuntas
Belum Tuntas
Siswa
Rata-rata
Jumlah
%
Jumlah
%
1
Kondisi Awal
32
73
20
63%
12
37%
2
Siklus I
32
78
24
75%
8
25%
3
Siklus II
32
85
30
94%
2
6%
Dari rekapitulasi data peningkatan
rata-ratanya 78, siswa yang
hasil belajar siswa dapat diketahui
sudah tuntas sebanyak 24 orang
bahwa pada kondisi awal, siklus I dan
siswa (75%), sedangkan yang
siklus II, dapat dijelaskan hal-hal
belum tuntas sebanyak 8 orang
sebagai berikut:
siswa (25%) c. Pada
a. Pada kondisi awal dari siswa
sudah tuntas sebanyak 30 orang
sudah tuntas 20 orang siswa
siswa (94%), sedangkan yang
(63%), sedangkan yang belum
belum tuntas sebanyak 2 orang
tuntas sebanyak 12 orang siswa
siswa (6%) Persentase peningkatan hasil belajar
siklus
I
dari
siswa
siswa dapat dilihat pada
sebanyak 32 orang siswa nilai
diagram
berikut
ini:
94%
100% 80%
siswa
rata-ratanya 85, siswa yang
rata-ratanya 73, siswa yang
b. Pada
II dari
sebanyak 32 orang siswa nilai
sebanyak 32 orang siswa nilai
(37%)
siklus
75% 63%
60% 40%
37% 25%
20%
6%
0% Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Diagram 2. Rekapitulasi Persentase Hasil Belajar Siswa 208
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
Melalui
diagram
di
atas
dapat
dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
antusiasme siswa. Hal ini terlihat pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
a. Siswa yang tuntas pada kondisi
tiap siklusnya, siswa dapat menyunting
awal 63%, pada siklus I menjadi
karangan
75%, pada siklus II sebanyak
menyelesaikan tugas yang diberikan
94%.
oleh guru dengan penuh tanggung
b. Siswa yang belum tuntas pada
dengan
baik
dan
jawab.
kondisi awal sebanyak 37%, pada siklus I sebanyak 25%,
SIMPULAN DAN SARAN
siklus II hanya 6%.
Simpulan
Pada tindakan sebelum kondisi
Berdasarkan analisis data yang
awal, siklus I, dan siklus II telah terjadi
dilakukan pada siklus I dan II, temuan
peningkatan baik aktivitas maupun
yang diperoleh dari pemecahan masalah
hasil
materi
ini adalah sebagai berikut. Pertama,
Penggunaan
penggunaan model kepala bernomor
model kepala bernomor struktur dalam
struktur pada siswa kelas IX-G SMP
proses belajar mengajar mempunyai arti
Negeri 3 Gombong dapat meningkatkan
cukup penting.
aktivitas
belajar
siswa
menyunting
dalam
karangan.
Berdasarkan analisis data yang
siswa
yang
peningkatan pada keaktifan
meliputi belajar
disebutkan di atas, maka penggunaan
bahasa
model
struktur
karangan siswa dari kondisi awal 47%
meningkatkan
menjadi 57% pada siklus I sedangkan
kepala
terbukti
bernomor
dapat
kemampuan
siswa
materi
siklus II sebanyak 91%. Tanggung
menyunting karangan siswa kelas IX-G
jawab siswa pada kondisi awal sebesar
SMP Negeri 3 Gombong. Hal ini dapat
50%, siklus I sebesar 53%, sedangkan
dibuktikan dengan ketuntasan belajar
siklus II sebesar 81%. Sedangkan
siswa yang telah mencapai 94% dari
antusiasme siswa pada kondisi awal
jumlah siswa sebanyak 32 orang siswa
sebesar 50%, siklus I sebesar 63% dan
dalam
siklus II sebesar 88%. Kedua, dari
kelas
dalam
Indonesia materi menyunting
tersebut.
Penggunaan
model ini juga mampu meningkatkan
temuan-temuan
keaktifan,
dan
disimpulkan bahwa penggunaan model
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016
209
tanggung
jawab,
tersebut
dapat
kepala
bernomor
meningkatkan
struktur
dapat
penelitian ini dapat dijadikan bahan
belajar
bahasa
referensi khususnya di SMP Negeri 3
hasil
Indonesia materi menyunting karangan
Gombong
pada kelas IX-G SMP Negeri 3 Gombong dari kondisi awal sebesar
DAFTAR PUSTAKA
63%, siklus I sebesar 75%, dan siklus II sebesar 94%. Saran Guru
hendaknya
dapat
menggunakan model maupun teknik yang sesuai dengan tepat dan bervariasi agar pembelajaran tidak monoton dan
Wijono. 2007. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo Mulyati, Yeti, dkk. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Universitas Terbuka
membosankan. Guru hendaknya dapat menciptakan yang
strategi
pembelajaran
berdasarkan
pada
kemampuan/potensi awal siswa agar pembelajaran lebih bermakna. Guru hendaknya selalu melakukan inovasi untuk
meningkatkan
kualitas
pembelajaran. Guru perlu mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran karena dapat dijadikan catatan
penting
melakukan pembelajaran.
210
bagi
guru
perbaikan Untuk
untuk dalam
Suparno, Paul. 2010. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Verhaar, J.W.M. 2008. Asas-asas Linguistik. Yogyakarta: Gadjahmada Univercity Press Tarigan, H. G. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan. Bandung: Angkasa
Sekolah:
METAFORA Volume 2 No 2 April 2016