POLITEKNIK
ACEH
E - MODUL praktikum
seaMolec
Disusun Oleh: Rachmad Ikhsan, S.ST & Mahmud, A.Md
PENGUKURAN & RANGKAIAN LISTRIK
PROGRAM STUDI TEKNIK MEKATRONIKA POLITEKNIK ACEH Kota Banda Aceh Tahun 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas tersusunnya E-Modul Praktikum Mata Kuliah Pengukuran Rangkaian Listrik, dengan harapan dapat digunakan sebagai salah satu referensi untuk mahasiswa Politeknik Aceh Program Studi Teknik Mekatronika. E-Modul ini disusun berdasarkan
tuntutan
paradigma pengajaran
dan
pembelajaran diselaraskan berdasarkan pendekatan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan belajar kurikulum abad 21, yaitu pendekatan model pembelajaran berbasis pemanfaatan sistem informasi teknologi. Penyajian E-Modul untuk Mata Kuliah Praktikum ″Pengukuran Rangkaian Listrik″ ini disusun dengan tujuan agar supaya mahasiswa dapat melakukan proses pengembangan pengetahuan berkenaan dengan materi yang terdapat pada EModul melalui Jaringan internet Penulis dan Penyusun menyampaikan terima kasih, sekaligus saran kritik demi kesempurnaan E-Modul ini dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam membantu terselesaikannya E-Modul Praktikum untuk Mata Kuliah Pengukuran Rangkaian Listrik ini.
Banda Aceh, 01 Februari 2014
Penulis
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
i
DAFTAR ISI Praktikum I. Praktikum II. Praktikum III. Praktikum IV. Praktikum V. Praktikum VI. Praktikum VII. Praktikum VIII. Praktikum IX. Praktikum X. Praktikum XI. Praktikum XII. Praktikum XIII. Praktikum XIV. Praktikum XV. Praktikum XVI.
Pengenalan Alat Ukur Dasar ............................................ Pengukuran Resistansi ..................................................... Pengukuran Tegangan ..................................................... Pengukuran Arus .............................................................. Efek Pembebanan Pada Voltmeter ................................... Efek Pembebanan Pada Ammeter.................................... Pengukuran Resistansi Metode Voltmeter–Ammeter ....... Pengukuran Daya DC ....................................................... Pengenalan Osiloskop ...................................................... Pengukuran Beda Phasa 2 Sinyal .................................... Pengukuran Perbandingan Frekuensi Mode Lissajous ..... Hukum Kirchoff ................................................................. Hukum Superposisi ........................................................... Resiprositas ...................................................................... Teorema Thevenin ............................................................ Teori Norton ......................................................................
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
1 7 15 22 28 30 32 37 41 50 53 55 58 62 66 70
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Alat Ukur Dasar Beberapa alat ukur dasar listrik yang paling vital dan paling umum dipakai di dunia teknik dan industri adalah voltmeter, ammeter, ohmmeter, dan multimeter. Voltmeter
: untuk mengukur tegangan listrik
Ammeter
: untuk mengukur arus listrik
Ohmmeter
: untuk mengukur resistansi listrik
Multimeter
: untuk mengukur tegangan, arus dan resistansi listrik.
Multimeter ada dua jenis, yaitu :
Multimeter Analog : Merangkum berbagai pengukuran besaran listrik yang dapat dipilih melalui knob putar. (tegangan AC/DC, arus DC, resistansi). Jadi multimeter
dapat
berfungsi
sebagai
voltmeter,
ammeter
atau
ohmmeter tergantung dimana posisi knob yang dipilih. Pengukuran ditunjukkan oleh pointer/jarum pada suatu skala tertentu. Beberapa multimeter analog dapat difungsikan untuk mengetes dioda, transistor dan kapasitor.
Multimeter Digital : Seperti multimeter analog, merangkum berbagai pengukuran besaran listrik (tegangan, arus dan resistansi). Pengukuran ditunjukkan dalam bentuk angka/numerik oleh suatu displai digital ; seven segment atau LCD matrix. Beberapa multimeter digital juga dapat difungsikan untuk mengetes dioda, transistor dan kapasitor.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
1
Berikut ini ditunjukkan beberapa gambar alat ukur yang digunakan di laboratorium. 1. Multimeter analog
Gambar 3. Multimeter Analog Keterangan Gambar 3: 1. Zerro corrector 2. Knob switch pemilihan range 3. Terminal pengukuran + 4. Terminal pengukuran – COM 5. Terminal basis untuk pengecakan transistor 6. Terminal output 7. Knob pengaturan skala penuh (Fullscale) 8. Knob switch Polarity reversal 9. Push-button knob switch untuk pengukuran kapasitas kapasitor 10. Pointer indicator 11. Plat skala indicator 12. Continuity indicating LED 13. Rear case
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
2
Gambar 4. Skala Meter pada Multimeter Analog
Keterangan: 1. Skala resistansi (Ω) ……......................................................................Biru 2. Skala DCV, DCA(DCV,A) dan ACV (AC12V atau lebih tinggi) …………………………………………. Hitam 3. Ekslusiv skala kapasitor untuk range C1 …………………………. Merah 4. Ekslusiv skala kapasitor untuk range C2 …………………………. Merah 5. Skala factor penguatan arus DC (hFE)transistor …………………. Biru 6. Skala range Ω t. to t. current (LI) …………………………………. Hitam 7. Skala ekslusiv AC 3V ……………………………………………… Hitam 8. Skala Decibel (dB) …………………………………………………. Merah 9. Continuity indicating LED 10. Cermin 3. Multimeter Digital
1 4
2 3
7 8 6
5
Gambar 4. Multimeter Digital
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
3
Keterangan Gambar 4: 1. LCD Display 2. Tombol Data Hold 3. Rotary Switch 4. Power 5. Terminal Input COM 6. Terminal Input 20A 7. Terminal Input mA 8. V
0
C Terminal Input
Penjelasan Umum pembacaan alat ukur 1. Skala penuh Skala penuh (full scale) adalah nilai maksimum yang tertera pada skala yang digunakan.
1 2
Gambar 5. Skala pada multimeter analog
Untuk no. 1, skala penuh adalah 120 Untuk no. 2, skala penuh adalah 30 2. Penunjukkan jarum Pembacaan skala yang ditunjukkan oleh jarum (pointer). Pada gambar 5 diatas, a. Jika digunakan skala penuh 120 (no.1) maka jarum menunjuk pada 80. b. Jika digunakan skala penuh 30 (no.2) maka jarum menunjuk pada 20.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
4
3. Range Range adalah batas kemampuan alat ukur yang ditunjukkan oleh suatu nilai tertentu. Misal : a). Knob pemilih range menunjuk pada DCV 12, maka pada posisi ini alat ukur mampu mengukur tegangan DC sampai maksimal 12 V. b). Knob pemilih range menunjuk pada ACV 300, maka pada posisi ini alat ukur mampu mengukur tegangan AC sampai maksimal 300V. c). Pada multimeter analog, knob pemilih range menunjuk pada Ω x 100 maka pada posisi ini alat ukur mampu mengukur resistansi dengan kelipatan 100 kali dari nilai skala yang terbaca. d). Pada multimeter digital, knob pemilih range menunjuk pada Ω 200, maka pada posisi ini alat ukur mampu mengukur resistansi sampai maksimal 200. 4. 0 Ω adjusment Pengaturan nol ohm ini terdapat pada multimeter analog. Ia berguna untuk mengeset nilai nol dengan menghubung singkat kedua probe multimeter, pada awal pengukuran resistansi dengan posisi knob pada Ω.
Gambar 6. Pengaturan nol dan pengukuran nilai resistansi Contoh 1 Sebuah multimeter analog difungsikan sebagai voltmeter, digunakan untuk mengukur tegangan power supply. Ternyata jarum menunjukkan posisi seperti pada gambar 5. Range yang digunakan adalah DCV 120. Hitung berapakah tegangan power supply yang terukur!
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
5
Penyelesaian : Tegangan (V) =
penunjukan jarum pada skala skala penuh
x range yang digunakan
a. Menggunakan skala no.1 V=
80 x30 = 20 volt 120
b. Menggunakan skala no.2 V=
20 x30 = 20 volt 30
Jadi, skala manapun yang digunakan akan menghasilkan pembacaan tegangan yang sama besarnya, yaitu 20 volt. Perhatian !!! Dalam pembacaan skala, Anda harus konsisten! Jika pembacaan penunjukkan jarum menggunakan skala no.1 maka untuk skala penuh juga menggunakan skala no.1, demikian juga untuk skala no2.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
6
BAB II PENGUKURAN RESISTANSI
Setiap benda memiliki sifat listrik yang disebut resistansi, yaitu nilai tahanan suatu benda terhadap laju elektron bebas / arus listrik dengan satuan ohm (Ω). Dalam bidang elektronika, terdapat sebuah komponen listrik yang memang didisain untuk dapat memberikan nilai resistansi tertentu. Komponen listrik ini disebut resistor.
2.1 Pembacaan Kode Warna Resistor Salah satu resistor yang umum terdapat di pasaran menggunakan kode warna untuk menunjukkan nilai resistansinya. Berikut ini adalah tabel untuk membaca kode warna pada resistor.
Gelang I Gelang II Gelang III
Gelang IV
Gambar 8. Resistor dengan kode warna
Keterangan Gambar 8 : Gelang I menunjukkan angka digit pertama Gelang II menunjukkan angka digit kedua Gelang III menunjukkan perkalian Gelang IV menunjukkan toleransi
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
7
Tabel Kode Warna Resistor Gelang
Gelang
Gelang
II
III
IV
0
0
100
-
Coklat
1
1
101
1%
Merah
2
2
102
2%
Oranye
3
3
103
-
Kuning
4
4
104
-
Hijau
5
5
105
0,5%
Biru
6
6
106
-
7
-
Warna
Gelang I
Hitam
Ungu
7
7
10
Abu-abu
8
8
108
-
Putih
9
9
109
-
Emas
-
-
10–1
5%
Perak
-
-
10–2
10%
-
-
-
20%
Tak berwarna
Contoh 2 Sebuah resistor dengan warna coklat, merah, merah, emas. Tentukan nilai resistansi dari resistor tersebut.
Penyelesaian : Coklat = 1 Merah = 2 Merah = 102 Emas
= 5%
Nilai resistansi (R) = 12 x 102 = 1200 Ω ± 5%.
Untuk mendapatkan ketepatan dari suatu hasil pengukuran ada rumus yang bisa dipergunakan yaitu seperti rumus di bawah ini.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
8
(
|
̅̅̅̅
|)
̅̅̅̅
̅ Sedangkan untuk menghitung ketelitian dipergunakan rumus seperti di bawah ini : (
|
̅
|)
2.2 Pengukuran Tahanan Dengan Menggunakan Multimeter Prosedur Penggunaan Multimeter Analog sebagai Ohmmeter 1. Putar knob Multimeter pada salah satu range ohmmeter ( x1, x10, x100, atau x1k ). 2. Hubung singkat kedua probe ohmmeter sehingga jarum terdefleksi ke kanan. Atur zero-ajust ohmmeter sehingga jarum tepat menunjukkan 0 Ω. 3. Ambil resistor, sentuhkan probe multimeter pada kaki resistor.
Gambar 9. Pengukuran sebuah resistor dan pengaturan 0Ω (zero adjustment)
4. Baca penunjukan jarum pada skala ohmmeter.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
9
Resistansi (Ω) = (penunjukan jarum) x (pengali range) Prosedur Penggunaan Multimeter Digital sebagai Ohmmeter 1. Putar knob Multimeter Digital pada salah satu range ohmmeter
Gambar 8. Pengukuran resistansi menggunakan multimeter digital 2. Ukur resistansi menggunakan multimeter digital. 3. Perhatikan displai digital pada multimeter digital. Jika tidak terbaca, ganti dengan range yang sesuai.
Tugas 1. Pengukuran Resistansi Alat dan komponen yang dibutuhkan : Tabel kode warna resistor 5 buah resistor dengan nilai yang berbeda Multimeter Analog Multimeter Digital Tugas : Bacalah nilai resistansi 5 buah resistor yang tersedia berdasarkan kode warna yang tertera dan menggunakan multimeter analog dan digital yang difungsikan sebagai ohmmeter ! Masukkan data kode warna dan hasil pembacaan kode warna dan hasil pengukuran nilai resistansi pada tabel 1.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
10
Tabel 1 Kode warna
No .
Resistan si dan
I
II
III
IV
toleransi
Multimeter
Multimeter
Analog
Digital
Rang
Pemba
Rang
Pembac
e
caan
e
aan
1.
2.
3.
4.
5.
Tugas Analisis 1 1. Amati hasil pembacaan kode warna resistor, bandingkan dengan pembacaan menggunakan multimeter analog dan digital. Samakah hasilnya? Mengapa? Jelaskan! 2. Misalkan Anda mempunyai sebuah resistor yang telah terhapus kode warnanya,
terangkan
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
bagaimana
cara
Anda
mengukur
dengan 11
menggunakan multimeter baik analog maupun digital. Jelaskan langkah demi langkah dalam pemilihan range dan pembacaan hasilnya! 3. Buat kesimpulan dari hasil pengamatan Anda!
Tugas 2. Mengetahui Akurasi dan Presisi Peralatan yang digunakan : Multimeter Analog
1 unit
Multimeter Digital
1 unit
Resistor
10 buah
Prosedur percobaan 1. Siapkan semua peralatan yang akan dipergunakan pada praktikum ini. 2. Pada multimeter analog, pindahkan posisi selektor pada Ohmmeter. 3. Lakukan proses kalibrasi pada ohmmeter, dengan jalan menyatukan kabel (+) dan (-) lihat jarum penunjuk meter. Jarum meter harus ada pada posisi maksimal di kanan, jika belum atur posisi jarum tesebut melalui tombol zero control pada ujung kanan dari meter. 4. Setelah proses kalibrasi maka ohmmeter siap untuk dipergunakan. 5. Rangkaian dari percobaan ini seperti pada Gambar 7 dan 8. 6. Lakukan pengukuran pada sebuah resistor dengan range yang berbeda, ulangi pengukuran untuk masing-masing range sebanyak 10 kali. 7. Ulangi langkah ke-6 sebanyak resistor yang ada. 8. Setelah selesai menggunakan meter analog kemudian lakukan pengukuran dengan meter digital dan tuliskan data hasil pengukuran seperti pada tabel 2.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
12
Tabel 2 Hasil Pengukuran
No
1
2
3
Resist or Kode Warna
Range Meter Analog (Ω)
Xn (Ω) 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
Xn
Yn (Ω)
P
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k Rx1
4
R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k
5
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k
6
Rx1 R x 10
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
13
A
R x 100 Rx1k R x 100 k
7
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k
8
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k
9
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k
10
Rx1 R x 10 R x 100 Rx1k R x 100 k Tugas Analisis 2: 1. Dapatkan
ketelitian
dan
kepresisian
dari
setiap
range
yang
dipergunakan. 2. Hitunglah nilai error untuk masing-masing range yang digunakan
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
14
BAB III PENGUKURAN TEGANGAN Alat untuk mengukur tegangan listrik disebut sebagai voltmeter. Secara umum, cara pengukuran tegangan listrik adalah dengan memasang paralel voltmeter dengan objek yang akan diukur. Dibawah ini diperlihatkan beberapa pengukuran tegangan, yaitu pada power supply dan pada rangkaian. Alat dan komponen yang dibutuhkan : Modul Power Supply Multimeter Analog Multimeter Digital Kabel konektor secukupnya Obeng Resistor 3.1 Pengukuran Tegangan Pada Power Supply Menggunakan Multimeter Digital Prosedur : 1. Putar knob Multimeter Digital pada posisi Voltmeter DC. Posisi switch pada DC. PENTING!!! : Pilih range yang paling besar terlebih dahulu. 2. Pastikan probe sudah terpasang sesuai dengan fungsi yang tertera pada terminal Multimeter Digital. POWER SUPPLY
-
+
Gambar 9. Pengukuran tegangan dengan multimeter digital 3. Set Power Supply (PS) pada posisi tegangan tertentu. Kemudian nyalakan PS. Masukkan probe pada terminal output PS. Probe berwarna
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
15
merah (+) mendapatkan tegangan yang lebih positif. Probe warna hitam (com) mendapatkan tegangan yang lebih negatif. 4. Lihat pembacaan pada displai digital. Jika tidak terbaca dengan baik, gunakan range yang lebih kecil. 5. Catat hasil pembacaan dalam Tabel 2 pada lampiran. Ulangi untuk 5 harga tegangan PS yang berbeda-beda. Tabel 2 Tegangan (Volt)
Range*
Multimeter Digital Tegangan
3
6
7.5
9
12
3.2 Pengukuran Tegangan Pada Power Supply Menggunakan Multimeter Analog Prosedur : 1. Ketika multimeter belum terhubung oleh sumber tegangan, pastikan jarum benar-benar pada posisi nol. Jika masih menyimpang dari posisi nol, gunakan zero-ajust mekanik untuk set posisi nol (gunakan obeng). 2. Putar knob multimeter analog pada fungsi Voltmeter DC. 3. Set Power Supply (PS) pada posisi tegangan tertentu. Kemudian nyalakan PS, masukkan probe pada terminal output PS.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
16
PENTING!!! : Pilihlah range yang paling besar. Sebelum memasukkan probe pada PS, perhatikan polaritas multimeter. Probe berwarna merah (+) harus mendapatkan tegangan yang lebih positif. Probe warna hitam (–) mendapatkan tegangan yang lebih negatif. Jangan sampai probe terbalik. Jika jarum terdefleksi ke kiri, SEGERA tarik probe dari PS dan balik polaritas pengukuran.
POWER SUPPLY
-
+
Probe merah Probe hitam
Gambar 10. Pengukuran tegangan dengan multimeter analog 4. Lihat penunjukan jarum. Ubah range hingga jarum memberikan penunjukan yang mendekati skala penuh. Cara membaca tegangan :
Tegangan =
penunjukan jarum pada skala skala penuh
x range yang digunakan
5. Catat skala dan hasil pembacaan dalam Tabel 3. Untuk tegangan PS yang sama, ukur kembali dengan Multimeter Digital. 6. Ulangi untuk 4 harga tegangan PS yang berbeda-beda. Tabel 3 Multimeter Analog Teganga n (volt)
Penu njuka n
Skala Penuh
Range*
Tegangan
Multimeter Digital Range* Teganga n
3
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
17
6
7.5
9
PENTING!!! : Pilih range yang paling besar. Sebelum menghubungkan kawat pada PS, perhatikan polaritas voltmeter. Terminal (+) harus mendapatkan tegangan yang lebih positif. Terminal range mendapatkan tegangan yang lebih negatif. Jangan 3.4 Pengukuran Tegangan Pada Rangkaian sampai probe terbalik. Jika jarum terdefleksi ke kiri, SEGERA tarik probe dari PS dan balik polaritas pengukuran. a. Rangkaian Seri Prosedur : 1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut : R1
R2
Vdc
(a)
POWER SUPPLY
-
+
(b) Gambar 11. a.Rangkaian seri dua resistor b. Rangkaian praktikum
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
18
2. Set Power Supply (PS) pada posisi tegangan tertentu. 3. Periksa rangkaian sekali lagi. Nyalakan PS. Ukur tegangan PS dengan Multimeter Digital 4. Ukur tegangan pada R2 dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital. PENTING!!! Gunakan prosedur pengoperasian multimeter dalam melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang telah anda pelajari.
5. Catat hasil pengukuran pada Tabel 5. Ulangi langkah percobaan diatas dengan tegangan yang berbeda-beda.
b. Rangkaian Paralel Prosedur : 1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut :
Vdc
R1
R2
(a)
POWER SUPPLY
-
+
(b) Gambar 12. a.Rangkaian paralel dua resistor b. Rangkaian praktikum 6. Set Power Supply (PS) pada posisi tegangan tertentu. 7. Periksa rangkaian sekali lagi. Nyalakan PS. Ukur tegangan PS dengan Multimeter Digital 8. Ukur tegangan pada R2 dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
19
PENTING!!! Gunakan prosedur pengoperasian multimeter dalam melakukan pengukuran sesuai dengan apa yang telah anda pelajari.
9. Catat hasil pengukuran pada Tabel 4. Ulangi langkah percobaan diatas dengan tegangan yang berbeda-beda. Tugas Analisis : 1. Berapakah tegangan pada resistor R2 untuk rangkaian seri dan paralel jika dihitung secara teori? Samakah dengan hasil pengukuran yang diperoleh pada praktikum? Mengapa? Jelaskan! 2. Amati hasil pengukuran tegangan dengan menggunakan masing-masing alat ukur yang digunakan, samakah hasil yang diperoleh? Mengapa? Jelaskan! 3. Misalkan Anda mempunyai sebuah power supply yang belum diketahui berapa besar tegangannya, dan Anda ingin mengukurnya dengan menggunakan multimeter analog dan digital. Terangkan langkah demi langkah yang harus dilakukan dari pemilihan range sampai pembacaan hasilnya. 4. Buat kesimpulan dari pengamatan Anda terhadap data yang diperoleh, berhubungan dengan alat ukur dan tegangan pada rangkaian seri dan parallel. 5. Bagaimana cara menghubungkan Voltmeter dengan rangkaian listrik harus paralel atau seri dan bagaimana dengan polaritasnya ? 6. Apa yang harus dilakukan dengan range Voltmeter jika kita akan melakukan pengukuran tegangan yang tidak kita ketahui dengan pasti ? 7. Hitunglah kesalahan pengukuran tiap range yang telah anda lakukan dengan membandingkan perhitungan dan data pengukuran yang telah ada. Tabel 4
No
V dc (Volt)
1
3
2
6
3
7.5
Tegangan Resistor ( Volt ) V meter Digital V meter analog R R R paralel Range R seri seri paralel
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
20
4
9
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
21
BAB IV PENGUKURAN ARUS Alat untuk mengukur arus listrik disebut sebagai ampermeter. Cara pengukuran arus listrik adalah dengan memasang seri ampermeter dengan objek yang akan diukur besar arusnya. Dibawah ini diperlihatkan gambar rangkaian pengukuran arus.
POWER SUPPLY
-
+
Gambar 13. Rangkaian pengukuran arus Alat dan komponen yang dibutuhkan : Modul Power Supply Multimeter Analog Multimeter Digital Kabel konektor secukupnya Obeng Resistor
Prosedur praktikum pengukuran arus: 1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut (rangkaian sebelah kanan) R
Power Supply
a
A b
mi n
max
Gambar 14. Rangkaian PS seri dengan sebuah resistor
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
22
PENTING!!! Ammeter jangan dirangkaikan terlebih dulu. Perhatikan prosedur pengukuran sesuai alat ukur yang digunakan. 2. Pasang resistor 10kΩ untuk R. 3. Nyalakan power supply dan atur tegangan pada nilai yang dikehendaki. 4. Ukur arus menggunakan alat ukur yang disediakan 4.1 Pengukuran Arus Menggunakan Multimeter Digital Prosedur Penggunaan Multimeter Digital sebagai Ammeter 1. Susun rangkaian seperti pada Gambar 14 di atas. rangkaian sebelah kanan) 2. Pasang resistor 10kΩ untuk R. 3. Nyalakan power supply dan atur tegangan pada nilai yang dikehendaki Ukur tegangan PS dengan Multimeter Digital. Catat hasil pengukuran pada tabel 6. 4. Pindahkan probe dari terminal V-Ω ke terminal arus mA) 5. Putar knob Multimeter Digital pada fungsi Ammeter DC. PENTING!!! Pilih range yang paling besar. Jangan sekali-kali menghubungkan multimeter (jika digunakan sebagai ammeter) ke sumber tegangan. Hal ini akan merusak alat ukur. Gunakan ammeter secara SERI dengan rangkaian yang diukur.
POWER SUPPLY
-
+
Gambar 15. Pengukuran arus menggunakan multimeter digital 6. Hubungkan probe multimeter pada titik a dan b. 7. Baca harga arus pada displai digital. Jika perlu, gunakan range yang lebih kecil. Catat hasilnya dalam Tabel 5. 4.2 Pengukuran Arus Menggunakan Multimeter Analog Prosedur Penggunaan Multimeter Analog sebagai Ammeter 1. Mula-mula pastikan jarum multimeter berada pada posisi nol.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
23
2. Gunakan rangkaian yang sama dengan percobaan A. Putar knob Multimeter Analog pada posisi Ammeter DC. 3. Masukkan probe pada terminal titik a dan b.
4 1
a R
2
Power Supply
3 b
A
mi n
max
Gambar 16. Pengukuran arus menggunakan multimeter analog 4. Baca hasil pengukuran. Cara membaca arus :
Arus =
penunjukan jarum pada skala skala penuh
x range yang digunakan
5. Masukkan hasil pengukuran ke Tabel 5. 4.4 Pengukuran Arus Pada Rangkaian a.Seri Prosedur : 1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut : R1
R2
Vdc
a) A R1
10k
R2 1K5
Power Supply
mi n
max
b) Gambar 17. a.Rangkaian seri dua resistor b. Rangkaian praktikum 2. Set Power Supply PS) pada posisi tegangan tertentu.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
24
3. Periksa rangkaian sekali lagi. Nyalakan PS. Ukur tegangan PS dengan Multimeter Digital 4. Ukur arus pada R2 dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital. 5. Catat hasil pengukuran pada Tabel 6. Ulangi langkah percobaan diatas dengan tegangan yang berbeda-beda. b. Rangkaian Paralel Prosedur : 1. Susun rangkaian seperti pada gambar berikut :
Vdc
R1
R2
a) A R2 1K5
R1
10k
Power Supply
min
max
b) Gambar 19. a.Rangkaian paralel dua resistor b. Rangkaian praktikum 2. Set Power Supply PS) pada posisi tegangan tertentu. 3. Periksa rangkaian sekali lagi. Nyalakan PS. Ukur tegangan PS dengan Multimeter Digital 4. Ukur arus pada R2 dengan menggunakan Multimeter Analog dan Multimeter Digital. 5. Catat hasil pengukuran pada Tabel 6. Ulangi langkah percobaan diatas dengan tegangan yang berbeda-beda.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
25
Tabel 5 No
V dc Volt)
1
3
2
6
3
7.5
4
9
Arus Resistor mA) A meter Digital A meter analog Range Range ArusmA) Range ArusmA)
Tabel 6 No
V dc Volt)
1
3
2
6
3
7.5
4
9
R seri
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
Arus Resistor mA) A meter Digital A meter analog R R R Range Range paralel seri paralel
26
Tugas Analisis : 1. Berapakah arus yang mengalir melalui resistor jika dihitung secara teori? Samakah dengan hasil pengukuran yang diperoleh pada praktikum? Mengapa? Jelaskan! 2. Amati hasil pengukuran arus dengan menggunakan masing-masing alat ukur yang digunakan, samakah hasil yang diperoleh? Mengapa? Jelaskan! 3. Misalkan Anda mempunyai sebuah baterai kering dengan tegangan tertulis 1,5 Volt. Anda ingin mengukur arus yang dapat disupply oleh baterai tersebut. Jelaskan langkah demi langkah bagaimana cara Anda mengukur arus menggunakan multimeter analog dan digital, dari pemilihan range sampai didapatkan hasil pengukurannya. 4. Buat kesimpulan dari pengamatan Anda terhadap data yang diperoleh, berhubungan dengan alat ukur dan arus listrik pada rangkaian seri dan parallel.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
27
PERCOBAAN V 1. Judul
: Efek Pembebanan Pada Voltmeter
2. Tujuan
:
1. Mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui akibat pembebanan pada voltmeter 2. Mahasiswa mampu mencari cara untuk meminimalisasi efek pembebanan pada Voltmeter 3. Peralatan yang digunakan 1. Multitester Digital
1 buah
2. Regulator DC Power Supply
1 buah
3. DC Voltmeter 10/30/100/300 V, S = 2 kΩ/V 1 buah 4. Multimeter Analog, S = 20kΩ/V
1 buah
5. Resistor 330 Ω,10 kΩ,18 kΩ 6. Kabel Penghubung
secukupnya
4. Dasar Teori Pemasangan voltmeter pada suatu beban akan menimbulkan suatu efek yang tidak dapat dihindarkan yang disebut efek pembebanan pada voltmeter. Hal ini menyebabkan hasil secara teori dengan eksperimen tidak sama. Efek pembebanan ditimbulkan oleh adanya tahanan pada voltmeter itu sendiri, sehingga dalam pengambilan data pengukuran tegangan tahanan voltmeter akan paralel dengan tahanan atau impedansi yang akan diukur tegangannya.
5. Langkah Percobaan 5.a.Prosedur percobaan 1.
Siapkan semua peralatan yang akan dipergunakan pada praktikum
ini. 2.
Atur tegangan pada power supply sebesar E = 5 Volt, gunakan voltmeter digital.
3.
Sesuaikan R1 dan R2 menurut tabel.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
28
4.
Ukur tegangan pada R1 dengan menggunakan DC Voltmeter
5.
Ulangi langkah 3 dengan menggunakan Multimeter Analog.
5.b. Rangkaian Percobaan
R1
V
5 Volt
R2
Gambar 1. Rangkaian Percobaan Efek Pembebanan Pada Voltmeter 5.c. Tabel Hasil Pengukuran Tabel 1
R1
R2
330 Ω 330 Ω 18 kΩ 18 kΩ 10 kΩ 10 kΩ
330 Ω 10 kΩ 18 kΩ 330 Ω 10 kΩ 18 kΩ
Tegangan di R1 dengan DC Voltmeter Praktek Teori
Tegangan di R1 dengan Multimeter Analog Praktek Teori
6. Tugas 1. Hitunglah % kesalahan tegangan pada R1 dari masing – masing percobaan dengan harga standar perhitungan secara teori. 2. Jelaskan error yang diakibatkan oleh efek pembebanan voltmeter. 3. Jelaskan bagaimana cara meminimalisasi efek pembebanan pada Ammeter?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
29
PERCOBAAN VI 1. Judul
: Efek Pembebanan Ammeter
2. Tujuan
:
1. Mahasiswa mengetahui akibat pembebanan ammeter pada suatu rangkaian elektronika. 2. Mahasiswa
dapat
mencari
cara
untuk
meminimalisasi
efek
pembebanan pada Ammeter.
3. Peralatan yang digunakan : 1. Multimeter Digital
1 buah
2. DC ammeter.
1 buah
3. Regulator DC Power Supply
1 buah
4. Resistor 39Ω, 56Ω, 100Ω, 470Ω, 1 KΩ 5. Potensiometer 10K
1 buah
6. Kabel Penghubung
secukupnya
4. Dasar Teori Pada dasarnya alat ukur yang dipakai dalam pengukuran besaran listrik merupakan beban dalam rangkaian itu sendiri. Akibatnya hasil pengukuran akan terpengaruh. Hal ini disebabkan adanya hambatan dalam dari alat ukur. Ammeter untuk mengukur arus mempunyai hambatan dalam. Idealnya, hambatan dalam dari Ammeter adalah nol, tetapi dalam kenyataanya tidaklah demikian. Dalam prakteknya, hambatan dalam dari Ammeter ada walaupun relatif kecil. 5. Langkah Percobaan 5.a. Prosedur Percobaan 1. Buat rangkaian percobaan seperti gambar 1. 2.
Atur tegangan E = 3 V, R1 = 100Ω dan R2 = 39 Ω.
3.
Set Potensiometer Rs ke posisi maksimum
4.
Gunakan Ammeter range 3 mA.
5.
Periksa kembali rangkaian.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
30
6.
Atur Rs, sehingga arus I2 = 1 mA.
7.
Ukur nilai Rs dengan menggunakan multimeter digital. Catat hasilnya pada tabel.
8.
Ulangi langkah 2 s/d 7 untuk harga R2 : 56Ω, 100Ω, 470Ω, 1 kΩ.
5.b. Rangkaian Percobaan I2
Rs
I1 E R1
R2
A
Gambar 1.Rangkaian Percobaan Efek Pembebanan Ammeter 5.c. Tabel Hasil R2 ( Ω ) Praktek 39 56 100 470 1000
RS (Ω )
Arus I2 Teori
1 mA 1 mA 1 mA 1 mA 1 mA
6. Tugas 1. Hitung % error arus pada R2 dari harga tahanan dengan harga standar I2 teori. 2. Jelaskan error yang diakibatkan oleh efek pembebanan ammeter! 3. Menurut Saudara, bagaimana cara mengurangi efek pembebanan pada Ammeter?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
31
PERCOBAAN VII 1. Judul
: Pengukuran Resistansi dengan Metode Voltmeter–Ammeter
2. Tujuan
:
Memahami penggunaan metode voltmeter – ammeter yang benar untuk mengukur nilai resistansi. 3. Peralatan yang digunakan DC Power Supply
1 buah
DC Voltmeter
1 buah
DC Ammeter
1 buah
Resistor
10 buah
Decade Resistance
2 buah
Kabel penghubung
secukupnya
4. Dasar Teori Pada pengukuran resistansi dengan Voltmeter-Ammeter sering digunakan pada pengukuran di laboratorium. Bila suatu tegangan V pada resistor Rx dan arus I mengalir melalui resistor Rx, maka dengan menggunakan hukum Ohm akan dapat diketahui besarnya resistansi Rx yang tidak diketahui nilainya sbb :
Pada Persamaan RX adalah nilai perhitungan resistor menggunakan hukum Ohm, dengan asumsi hambatan dalam Voltmeter tak berhingga (Voltmeter ideal) dan hambatan dalam Ammeter nol (Ammeter ideal). Sekarang bagaimana jika kita tidak boleh mengabaikan hambatan dalam masing-masing alat ukur? Dengan melihat posisi Voltmeter dan Ammeter, ada dua cara seperti yang terlihat pada gambar 1.a dan gambar 1.b. I1
RS
IX=I
A
I1=I
ra
RS
IX A
IV E
V
(a)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
VX
RO
E
V
VX
RO
rV
(b)
32
Gambar 1. a dan b Rangkaian pengukuran Resistansi menggunakan Voltmeter dan Ammeter
Dari gambar 1.a nampak bahwa Ammeter mengukur arus resistor I X dan tidak termasuk arus yang melalui voltmeter.
Dengan demikian voltmeter
menunjukkan tegangan VX ditambah tegangan drop dari ammeter.
Sehingga :
Dimana : RO =
harga pengukuran resistor dengan memperhitungkan tahanan dalam ammeter.
V
= harga penunjukkan Voltmeter
I
= harga penunjukkan ammeter
ra
= hambatan dalam ammeter
Jika RO >> ra , maka persamaan ( 3 ) mendekati :
Pada gambar 1.b, voltmeter mengukur V = VX pada resistor, tetapi ammeter menunjukkan arus resistor IX ditambah arus voltmeter IV.
Dengan mengatur semua persamaan diatas, maka akan didapatkan :
(6)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
33
Jika rV >> R0 Maka :
Persen
error
(%)
dapat
dicari
dengan
membandingkan
hasil
pengukuran resistansi dengan menggunakan hukum Ohm (R X) dan hasil pengukuran resistansi dengan memperhitungkan tahanan dalam ammeter (R O) dengan nilai hambatan sebenarnya (R).
5.
Langkah Percobaan 5.1. Metode Volt-Ammeter (Gambar 1.a) A. Prosedur 1. Ukur tahanan dalam ammeter ( ra ). 2. Buat rangkaian seperti Gambar 1.a untuk RX = 39 Ω. 3. Posisikan decade resistance pada posisi maksimum. 4. Gunakan range ammeter 3 mA dan power supply E = 0 Volt. Gunakan range terbesar untuk voltmeter, turunkan range apabila mungkin. 5. Dengan menaikkan tegangan power supply dan mengatur decade resistance secara perlahan-lahan, dapatkan arus pada ammeter 1,5mA.Catat penunjukan tegangan pada voltmeter DC pada tabel 1.a. 6. Ulangi langkah 1 s/d 5 untuk resistor yang lain.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
34
Tabel Hasil Percobaan Tabel 1.a
I=1,5 mA
R (Ω)
ra=…………..
V (Volt)
RX=V/I
RO
% Error RX
% Error RO
39 56 100 1000 2200 4700 10000
5.2. Metode Ammeter-Voltmeter (Gambar 1.b) A. Prosedur 1.
Ukur tahanan dalam voltmeter ( rV ).
2.
Buat rangkaian seperti pada gb.1 (b) untuk R = 39 Ω. Gunakan range voltmeter 1V dan range terbesar untuk Ammeter.
3.
Posisikan decade resistance pada posisi maksimum.
4.
Dengan mengatur DC Power Supply dan decade resistance secara perlahan-lahan dapatkan tegangan pada voltmeter 0,5 Volt dan catat penunjukan ammeter pada tabel 1.b.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
35
B.
Tabel Hasil Percobaan
Tabel 1.b. V=0,5 V R (Ω)
rV =………….. I (mA)
RX=V/I
RO
% Error RX
% Error RO
300 500 1000 2200 4700 10000 10000
6. Tugas Hitung persen error RX (% RX) dan persen error RO (% RO). Gambarkan grafik RX dan RO terhadap R untuk masing-masing rangkaian percobaan. Analisa error yang terjadi pada masing-masing rangkaian. Dalam keadaan apakah rangkaian 1.a menghasilkan akurasi yang baik? Dalam keadaan apakah rangkaian 1.b menghasilkan akurasi yang baik?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
36
PERCOBAAN VIII
1. Judul : Pengukuran Daya DC 2. Tujuan Untuk
mempelajari prinsip
dasar
pengukuran
daya
dc
dengan
menggunakan voltmeter dan ampermeter dan membandingkan dengan hasil pengukuran wattmeter. 3. Teori Di samping menggunakan wattmeter, daya dc dapat diukur dengan metode ampermeter dan voltmeter dengan rangkaian sebagai berikut: Ia , R a
A V
Ein
Vv , R v
R
Gambar 1. Rangkaian pengukuran daya dc tipe A
Dari gambar 1. tersebut maka : Daya yang terukur : P = Vv.Ia – Ia2.Ra Dimana
Vv = Penunjukan voltmeter Ia = Penunjukan amperemeter Ra = Tahanan dalam amperemeter
Dari gambar 2. tersebut maka Daya yang terukur : Ia , R a
A
Ein
V
Vv , R v
R
Gambar 2. Rangkaian pengukuran daya dc tipe B
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
37
Dimana Vv = Penunjukan voltmeter Iv = Penunjukan amperemeter RV = Tahanan dalam voltmeter 4. Peralatan 1. Voltmeter dc
1 buah
2. Amperemeter dc
1 buah
3. Wattmeter
1 buah
4. Resistor geser
1 buah
5. Power supply dc
1 buah
5. Gambar Rangkaian Percobaan A. Percobaan 1
A
W
V
Ein
Gambar 3. Rangkaian percobaan daya dc tipe A
B. Percobaan 2
A
W V
Ein
R
Gambar 4. Rangkaian percobaan daya dc tipe B
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
38
6. Langkah Percobaan a) Percobaaan 1 1. Buat rangkaian seperti pada gambar 3. 2. Ukur hambatan dalam amperemeter dengan Ohmmeter digital. 3. Harga beban R masing-masing percobaan 20Ω, 25Ω,30Ω,35Ω,39Ω dengan tegangan input 10 volt dan sesuaikan range masing-masing alat ukur dengan tepat. 4. Catat masing-masing penunjukan alat ukur A,V,W dan buat perhitungan daya dan kesalahannya.
Tabel Data Hasil Percobaan A No.
Beban R
Arus
Tegangan
Wattmeter
Perhitungan
(Ω)
(Ampere)
(Volt)
(Watt)
P (Watt)
1.
20
2.
25
3.
30
4.
35
5.
39
b) Percobaaan B 1.
Buat rangkaian seperti pada gambar 4.
2.
Ukur hambatan dalam Voltmeter dengan Ohm-meter digital.
3.
Harga beban R masing-masing percobaan 20Ω, 25Ω,30Ω,35Ω,39Ω dengan tegangan input 10 Volt dan sesuaikan range masing-masing alat ukur dengan tepat.
4.
Catat masing-masing penunjukan alat ukur A,V,W dan buat perhitungan daya dan kesalahannya.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
39
Tabel Data Hasil Percobaan B No.
Beban R
Arus
Tegangan
Wattmeter
Perhitungan
(Ω)
(Ampere)
(Volt)
(Watt)
P (Watt)
1.
20
2.
25
3.
30
4.
35
5.
39
7. Tugas 1. Kenapa terdapat selisih antara pembacaan wattmeter dengan hasil perhitungan? 2. Bandingkan, rangkaian A atau B yang lebih baik! 3. Apakah Anda mempunyai solusi lain untuk meminimalisasi persen error dari gambar percobaan A dan B diatas?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
40
PERCOBAAN IX 1. Judul : Pengenalan Osiloskop 2. Tujuan Mahasiswa mampu mengenal dan mengetahui fungsi dari panel osiloskop. Mahasiswa mampu mengkalibrasi osiloskop Mahasiswa mampu membaca tegangan, periode dan frekuensi yang dimunculkan oleh osiloskop. 3. Peralatan yang digunakan 1. Osiloskop 1 buah 2. Probe osiloskop 2 buah 3. Function Generator 1 buah 4. Kabel secukupnya 4. Dasar Teori Osiloskop adalah alat pembuat grafik X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain terhadap waktu. Pena dari alat ini berupa sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan (respon) terhadap tegangantegangan masukan. Dalam pemakaian biasa sumbu horisontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar. Tegangan yang akan diuji dimasukkan ke sumbu vertikal akan menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut jejak berkas pada layar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi waktu.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
41
4.1. Kontrol Panel Osiloskop Berikut akan dipelajari kontrol panel yang ada pada osiloskop. Nama panel dan fungsi dari masing-masing panel tersebut. Tampak depan kontrol panel osiloskop seperti pada gambar 1. Tombol Power ON/OFF (6) Untuk menghidupkan dan mematikan powernya. Indikator Power ON (5) Jika LED menyala menunjukkan osiloskop dipakai INTEN (2) Untuk mengatur Intensitas dari jejak yang ditampilkan pada CRT FOCUS (4) Mengkoreksi fokus jejak yang dipakai TRACE ROTATION (4) Membetulkan penyimpangan yang disebabkan kemagnetan bumi. Mengkoreksi kemiringan jejak 36
35 34
33
32
31
30 29
28 27 26 25 24 23 22 21
1
2
3
4
5
6
7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
19 20
Gambar 1. Panel Kontrol Osciloskop
Pengatur Sumbu Vertikal (Sumbu Y) CH 1 - X Input (9) Untuk memasukkan sinyal ke channel 1 dengan kabel BNC atau probe. Digunakan untuk input sinyal sumbu X ketika dioperasikan pada mode X-Y Tombol AC-GND-DC (8) Penghubung kopling input AC : Kapasitor disisipkan dalam rangkaian seri antara sinyal dari amplifier GND : Masukan dari amplifier dihubungkan ke daerah ground DC : Semua komponen sinyal dimasukkan dalam amplifier VOLTS/DIV (7)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
42
Meredam sinyal input agar amplitudonya tepat dalam pengamatan CRT, ketika diamati dalam peredaman probe, amplitudo yang terukur harus dikalikan dengan peredaman probe. CH1 POSITION (34) Mengatur kedudukan jejak vertikal CH1 pada CRT VARIABEL (10) Mengatur perubahan sensitivitas pada range saklar Volt/div. CH2 - Y Input (13) Memasukkan sinyal ke CH2 dengan kabel probe serta digunakan untuk input dari sinyal sumbu Y ketika dioperasikan pada mode X-Y. CH2 AC-DC-GND (12) Lihat sebelumnya. CH2 VOLT/DIV (11) Lihat sebelumnya. CH2 POSITION (32) Mengatur jejak vertikal CH2 CH2 VARIABEL (14) Mengatur perubahan sensitivitas pada range saklar Volt/div untuk CH2 VERT MODE (33) CH1 : Hanya CH1 yang ditampilkan CH2 : Hanya CH2 yang ditampilkan DUAL CHOP
ALT ADD
: Osiloskop menampilkan kedua chanel, CH1 dan CH2 : Sinyal CH1 dan CH2 secara bergantian ditampilkan. Digunakan untuk pengamatan sinyal - sinyal yang bergantian secara lambat (frekuensi rendah) : Sinyal CH1 dan CH2 secara bergantian ditampilkan pada pergantian penyapuan yang cepat (frekuensi tinggi) : Menampilkan jumlah aljabar sinyal CH1 dan CH2 (CH1+CH2) atau selisih (CH1-CH2). Jika tombol CH2 INV (31) diaktifkan, maka yang ditampilkan adalah selisih aljabar dari CH1 dan CH2 (CH1-CH2).
Pengatur Sumbu Horisontal TIME/DIV (15) Pemilih dasar waktu horisontal POSITION (30) Pengaturan posisi gelombang secara horisontal pada CRT SWP. VAR (18) Tombol kontrol waktu penyapuan jejak. Jika tombol SWP.UNCAL (16) ditekan, waktu penyapuan jejak akan diperlambat. X 10 MAG (29) Perbesaran sinyal 10x.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
43
Kontrol Trigger EXT TRIG(EXT HOR) terminal input (20) Terminal input biasa digunakan untuk trigger eksternal dan sinyal horizontal eksternal. Untuk menggunakan terminal ini, set SOURCE (23) pada posisi EXT. SOURCE (23) Pemilihan sumber trigger internal dan sinyal input EXT HOR. CH1 : Sinyal pada CH1 dipilih sebagai sumber trigger, VERT MODE pada posisi DUAL or ADD CH2 : Sinyal pada CH2 dipilih sebagai sumber trigger, VERT MODE pada posisi DUAL or ADD TRIG.ALT (21) : VERT MODE pada posisi DUAL or ADD, SOURCE pada posisi CH1 atau CH2, sinyal trigger akan berganti antara CH1 dan CH2. LINE : Di triger oleh line frekuensi EXT : Sinyal eksternal sebagai sinyal trigger. COUPLING (22) Sinyal trigger dijalankan pada rangkaian filter sebelum digunakan pada rangkaian penyapu. AC : Sinyal trigger dihubungkan langsung dengan kapasitor ke rangkaian penyapu untuk memblok komponen dc, sehingga rangkaian penyapu trigger bebas dari komponen dc DC : Semua komponen dari sinyal trigger dihubungkan TV(V) : Memisahkan sinyal vertikal serentak dari sinyal video jika digunakan sebagai sumber trigger. HF REJ : Memotong komponen sinyal diatas 50 kHz (-3 dB). SLOPE (19) Pemilihan slope trigger “+“ : Proses triggering terjadi jika sinyal trigger melewati arah positif. “–“ : Proses triggering terjadi jika sinyal trigger melewati arah negatif. HOLDOFF (28) Digunakan untuk gelombang sinyal kompleks dan sinyal trigger stabil tidak didapatkan TRIGGER MODE (25) AUTO : Tidak ada sinyal trigger atau frekuensi sinyal trigger lebih kecil dari 50 Hz. Penyapuan jejak bebas. NORM : Tidak ada sinyal trigger, dan tidak ada jejak pada layar. Digunakan untuk mencari sinyal 50 Hz.
Kontrol Penghubung Lainnya CAL (1)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
44
Terminal sumber sinyal kalibrasi tegangan 2 Vp-p, 1 kHz, gelombang persegi positif. Output resistansi 2k Ohm. GND (17) Terminal ground osiloskop
4.2. Pembacaan Gelombang Pada Osiloskop Setelah mengetahui fungsi dari kontrol panel osiloskop berikut akan dipelajari bagaimana cara pembacaan tegangan ataupun frekuensi yang ditampilkan oleh osiloskop. Misalkan pada layar osiloskop muncul gelombang seperti pada gambar 6.6. 4 DIV
A Volt/ div = 100 mV. Time/div = 5 ms Redaman probe = 1
6 DIV
B 2 DIV
2 DIV Gambar 2. Gelombang Sinus Misalkan pada panel kontrol osiloskop terdapat spesifikasi sebagai berikut: Volt/ div = 100 mV Time/div = 5 ms Redaman probe = 1:10
Vp-p = tinggi gelombang sinus puncak ke puncak x Volt/ div x redaman probe T = panjang periode satu gelombang x Time/div f = 1/T Untuk gelombang A: Tinggi gelombang sinus puncak ke puncak gelombang A = 6 div Panjang periode satu gelombang = 4 div.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
45
Maka: Vp-p = 6 div x 100mV/div x 10 = 6 V T = 4 div x 5 ms/div = 20 ms f = 1/T = 1/20ms = 50 Hz Untuk gelombang B: Tinggi gelombang sinus puncak ke puncak gelombang A = 2 div Panjang periode satu gelombang = 2 div. Maka: Vp-p = 2 div x 100mV/div x 10 = 2 V T = 2 div x 5 ms/div = 10 ms f = 1/T = 1/10ms = 100 Hz 4.3. Kalibrasi Pada Osiloskop Sebelum menggunakan osiloskop hal penting yang harus dilakukan adalah mengkalibrasi osiloskop. Kalibrasi yang dilakukan ada 2 yaitu kalibrasi tegangan dan frekuensi. Misal pada layar osiloskop harus muncul gelombang kotak seperti gambar 3.
Gambar 3.Gelombang kotak pada kalibrasi osiloskop
Misalkan pada tombol kontrol osiloskop adalah seperti berikut: Volt/div = 100 mV; Time/div = 0,5 ms ; Probe = 1:10 Maka tinggi gelombang kotak adalah 2 kotak (div) Dan lebar adalah = 2 kotak (div) Pengukuran pulsa: Vp-p = 2 x 100 mV x 10 = 2 V T = 2 x 0,5ms = 1ms f = 1/T = 1 kHz.
5. Langkah Percobaan 5.1 Kalibrasi Osiloskop a. Prosedur Percobaan 1. Masukkan probe osiloskop pada salah satu chanel yang ada pada osiloskop. 2. Hubungkan probe osiloskop ke terminal kalibrasi (CAL).
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
46
3. Lihat gambar sinyal kotak yang terdapat pada layar osiloskop. Apakah sudah sesuai dengan tegangan dan frekuensi kalibrasi yang diijinkan. Untuk kalibrasi tegangan harus memenuhi 2 Vp-p dan frekuensi 1 kHz. Jika belum, atur Volt/div dan Time/div. 4. Lengkapi tabel hasil percobaan 1untuk hasil pengukuran percobaan ini. b.Rangkaian Percobaan
Gambar 4. Rangkaian Percobaan Kalibrasi Osilokop
c. Tabel Hasil Percobaan 1 Time/Div
Volt/Div
Gambar
Vp-p (Volt)
Frekuensi (Hz)
5.2 Pembuatan Gelombang Sinus Pada Layar Osiloskop a.Prosedur 1. Rangkai peralatan seperti gambar 5. 2. Masukkan probe osiloskop pada salah satu chanel yang ada pada osiloskop. 3. Nyalakan power dari Function Generator. Kemudian hubungkan osiloskop dengan function generator.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
47
4. Dapatkan frekuensi gelombang sinus pada function generator sebagai berikut: 100 Hz, 1kHz, 10 KHz 5. Catat nilai hasil pengukuran untuk setiap frekuensi pada tabel hasil percobaan 2. b.Rangkaian Percobaan
Gambar 5. Gambar Rangkaian Percobaan Pembuatan Gelombang Sinus c. Tabel Hasil Percobaan 2 F = 100 Hz Time/Div
Volt/Div
2 ms
0,5
5 ms
1
10 ms
2
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
Gambar
Vp-p (Volt)
Frekuensi (Hz)
48
F = 1 kHz Time/Div
Volt/Div
0,2 ms
0,5
0,5 ms
1
1 ms
2
F = 10 kHz Time/Div
Volt/Div
20 μs
0,5
50 μs
1
0,1 μs
2
Gambar
Vp-p (Volt)
Frekuensi (Hz)
Gambar
Vp-p (Volt)
Frekuensi (Hz)
6. Tugas Buatlah gelombang sinus dengan amplitudo puncak ke puncak 10 Volt frekuensi 1,5 KHz. Dengan kondisi setting Volt/div dan Time/div yang berbeda! Mengapa pada pengukuran frekuensi, pembesaran probe osiloskop tidak diperhitungkan, jelaskan! Jelaskan fungsi Osciloskop dan Function Generator!
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
49
PERCOBAAN X 1. Judul : Pengukuran Beda Phasa 2 Sinyal 2. Tujuan :Mengukur beda phasa antara 2 buah sinyal tegangan yang frekuensinya sama. 3. Teori : Perbedaan phasa antara dua gelombang dapat diukur dengan metode seperti pada gambar dibawah ini :
Y Y
2
1
X 1
X 2
Gambar 1. Beda Phasa 2 Sinyal Setiap gelombang mempunyai periode waktu 8 Div horizontal, dan waktu antara permulaan setiap putaran adalah 1,4 div. Satu putaran = 3600 dan 1div = 3600/8 = 450 . Jadi perbedaan phasanya adalah : = 1,4 div x (450/div) = 630 Perhitungan beda phasa juga bisa dilakukan dengan cara Mode Lissajous. Perhitungan Beda fasa dengan gambar Lissajous :
Dari gambar Lissajous diatas : Y1 = Ymax . Sin (ωt + Ɵ)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
50
Dimana : Ymax = Y2 = A Sin Ɵ Jika t = 0 Y0 = Y1 = A Sin Ɵ Perbandingan : Y1/Y2 = (A Sin Ɵ) / A Y1/Y2 = Sin Ɵ Maka : Ɵ1 = T1/T2 x 360° Ɵ2 = Arcsin Y1/Y2 Ɵ3 = Arcsin X1/X2 4. Peralatan yang digunakan: 1. Oscilloscop dual trace 2. Probe 3. Decade Resistor 4. Decade Capasitor 5. Function Generator
1 buah 2 buah 1 buah 1 buah 1 buah
5. Rangkaian percobaan:
Diketahui Vin = 2 Vpp dengan f = 1KHz dan Rawal =10 kΩ, Cawal=0,005μF 6. Prosedur percobaan : 1. Rangkailah rangkaian percobaan seperti gambar diatas. 2. Amatilah dan gambar gelombang V1 dan V2 . 3. Tentukan Beda Phasa V1 dan V2 . 4. Ubahlah kedalam mode lissajauos (X-Y), dan tentukan beda phasa antara V1 dan V2, gambar dan bandingkan dengan hasil yang diperoleh pada langkah 2. 5. Dengan Harga R yang tetap = 10Ω dan harga C yang bervariasi dari 0,005 – 0,007μF. Ulangi langkah 1 s/d 3.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
51
6. Dengan harga C yang tetap = 0,005 μF dan harga R yang bervariasi dari 10Ω, 15Ω, dan 25Ω. Ulangi langkah 1 s/d 3. 7. Ulangi langkah 1 s/d 6 untuk frekuensi Fin yang bervariasi yakni 500 Hz dan 1 KHz 7. Tabel Pengambilan Data Frekuensi Fin : ……………KHz/Hz , R C (μF) T1 T2 Ɵ1 (Ω) 10 0,005 10 0,006 10 0,007 10 0,005 15 0,005 25 0,005
X1
X2
Ɵ2
Y1
Y2
Ɵ3
8. Tugas 1. Jelaskan pengaruh perubahan R dan C pada besarnya beda phasa! 2. Bandingkan persen error beda phasa cara lissajous X dan Y terhadap perhitungan biasa/umum!
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
52
PERCOBAAN XI
1. Judul : Pengukuran Perbandingan Frekuensi dengan Mode Lissajous 2. Tujuan : a. Mengamati hasil gambar lissajous dari 2 sinyal yang berbeda frekuensi b. Mengukur frekuensi sinyal yang tidak diketahui 3. Teori : Dengan mode X-Y dapat diukur suatu frekuensi luar yang dihubungkan dengan frekuensi referensi. Dari hasil gambar lissajous seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Dari gambar diatas perbandingan frekuensinya adalah : F1/F2 = Jumlah Puncak Kanan(atau Kiri)/Jumlah Puncak Atas(atau Bawah) 4. Peralatan yang digunakan : 1.Oscilloscop dual trace 1 buah 2.Probe 2 buah 3.Function Generator 2 buah 5. Rangkaian percobaan : Function Generator 1
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
Osiloskop
Function Generator 2
53
6. Prosedur percobaan : 1. Berikan input pada chanel 1 tegangan sinus Vp-p=2Volt, Frekuensi F1 =400 Hz. 2. Berikan input pada chanel 2 tegangan sinus Vp-p=2Volt, dengan frekuensi F2 sbb: 400 Hz, 800Hz, 900Hz, 1KHz, dan 1,6KHz. Dengan memakai mode lissajous, amati dan gambarkanlah. 3. Jika Frekuensi awal F2 diatur 1 KHz, amati dan gambarlah bentuk tampilan lissajous untuk F1 : 3/4 F2 , 1/4F2 , 1/8F2. 7. Tabel Pengambilan Data Vp-p :2 Volt F1 F2 F1/F2 400 Hz 400 Hz 400 Hz 800 Hz 400 Hz 900 Hz 400 Hz 1KHz 400 Hz 1,6 KHz Vp-p : 2 Volt F2 F1/F2 1 Khz 3/4 1 Khz 1/4 1 Khz 1/8
F1
Gambar
Gambar
8. Tugas a. Analisa bentuk dan perbandingan frekuensi yang ditampilkan dengan oscilloscope. Jelaskan bagaimana bentuk tersebut terjadi! b. Perhatikan dan bandingkan bentuk lissajous, jelaskan bagaimana mengetahui sudut yang ditampilkan lissajous! c. Gambar yang ditampilkan ada yang stasioner dan ada pula yang terus bergerak. Bagaimana mendapatkan gambar yang stasioner (diam)? Jelaskan!
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
54
PERCOBAAN XII HUKUM KIRCHOFF 1. Tujuan Mahasiswa dapat membuktikan kebenaran Hukum Kirchoff melalui pengukuran secara praktis. 2. Dasar Teori Hukum Tegangan Kirchoff (KVL) menyatakan bahwa jumlah aljabar semua tegangan mengelilingi lintasan (loop) tertutup dalam sebuah rangkaian adalah nol. V1
I1
I2 I3
R1 V0
E
R2
V3 R3
V2
Gambar 1.1 Rangkaian hukum Kirchoff
- V0 + V 1 + V 2 = 0 Atau - V0 + V 1 + V 3 = 0
V0 = V 1 + V 2 V0 = V 1 + V 3
}
V2 = V 3
Perbedaan tegangan yang dihasilkan secara praktis adalah: ( ) ( )
Maka persentase error yang dihasilkan adalah
Dan
Hukum Arus Kirchoff (KCL) menyatakan bahwa jumlah aljabar semua arus yang memasuki dan meninggalkan sebuah simpul (node) adalah nol. I1 – I2 – I3 = 0 atau I1 = I 2 + I 3 Maka persentase error yang dihasilkan adalah :
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
(
)
55
3. Alat dan Bahan 3 buah decade resistor 1 buah Voltmeter 3 buah Amperemeter 1 buah Multimeter Digital 1 buah Power supply 1 buah Modul RL-1 4. Rangkaian Percobaan 1. Pengukuran tegangan pada masing-masing resistor untuk membuktikan hukum Kirchoff Voltage Low.
E
V1
V3
R1
R3
V0
R2
R1 = 1 kΩ R2 = 2 kΩ R3 = 3 kΩ
V2
Gambar 1.2 Rangkaian percobaan untuk membuktikan KVL
2. Pengukuran arus yang pada masing-masing resistor untuk membuktikan hukum Kirchoff Current Low.
I1
R1 A3
A1 A2 E
V0
R3
I2
I3
R1 = 1 kΩ R2 = 2 kΩ R3 = 3 kΩ
R2
Gambar 1.3 Rangkaian percobaan untuk membuktikan KCL
5. Prosedur Percobaan A. KVL ( Kirchoff Voltage Low ) 1. Rangkailah gambar percobaan 1.2 sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Untuk R1, R2, dan R3 gunakan decade resistor. 2. Atur R1 = 1 kΩ, R2 = 2 kΩ, dan R3 = 3 kΩ dengan menggunakan multimeter digital. 3. Sebelum menyalakan power supply cek dahulu range tiap-tiap voltmeter dengan memperkirakan nilai tegangan yang akan diukur berdasarkan perhitungan analitik (teori).
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
56
4. Nyalakan power supply, set Vin sebesar 2V lalu lihat hasil pengukuran dari voltmeter dan catat hasilnya pada tabel-1.1. Kemudian ulangi pencatatan hasil ini dengan Vin 3V, 4V, 5V, 6V. 5. Berdasarkan dari hasil pengukuran, hitunglah perbedaan tegangan antara V0 dan V1 - V2 , serta V2 dan V3 tuliskan dalam tabel-1.1 6. Dari hasil percobaan dan perhitungan, hitunglah % error yang terjadi. Tabel - 1.1 No E(V0) V1(V) 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6
V2 (V)
V3 (V)
V 0-12(V)
V23(V)
Err1(%)
Err2(%)
B. KCL ( Kirchoff Current Low ) 1. Rangkailah gambar percobaan 1.3 sesuai dengan pentunjuk yang diberikan. Untuk R1, R2, dan R3 gunakan decade resistor. 2. Set R1 = 1 kΩ, R2 = 2 kΩ, dan R3 = 3 kΩ dengan menggunakan Multimeter Digital. 3. Sebelum menyalakan power supply cek dahulu range tiap-tiap amperemeter dengan memperkirakan nilai arus yang akan diukur berdasarkan perhitungan analitik (teori). 4. Nyalakan power supply, set Vin sebesar 2V lalu lihat hasil pengukuran dari amperemeter dan catat hasilnya pada tabel-1.2. Kemudian ulangi pencatatan hasil ini dengan Vin 3V, 4V, 5V, 6V. 5. Berdasarkan dari hasil pengukuran, hitunglah perbedaan arus antara I 1 dan I2, tuliskan dalam tabel 1.2. 6. Dari hasil percobaan dan perhitungan, hitunglah % error yang terjadi. Tabel - 1.2 No E(V0) 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6
I1(mA)
I2 (mA)
I3 (mA)
Err(%)
6. Tugas 1. Hitunglah tegangan pada masing-masing beban R1, R2, dan R3 secara teoritis, kemudian bandingkan hasilnya dengan hasil percobaan. 2. Hitunglah arus pada masing-masing cabang, kemudian bandingkan hasilnya dengan hasil percobaan. 3. Bila terdapat perbedaan antara teori dan praktek, berikan analisa secara jelas.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
57
PERCOBAAN XIII HUKUM SUPERPOSISI
1. Tujuan Diharapkan dapat membuktikan kebenaran teori superposisi melalui pengukuran besaran listrik DC pada suatu rangkaian listrik.
2. Dasar Teori Pada rangkaian linier yang mengandung lebih dari satu sumber, maka arus yang melalui suatu cabang atau tegangan suatu elemen merupakan jumlah aljabar (jumlah vektor untuk rangkaian AC) dari arus atau tegangan yang dihasilkan setiap sumber secara independen.
Gambar 4.1 Contoh hukum superposisi
((
)
(
)
)
Gambar 4.2 Contoh hukum superposisi mencari I’ saat E2 = 0
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
58
Gambar 4.3 Contoh hukum superposisi mencari I’’ saat E1 = 0 ((
)
(
)
)
3. Rangkaian Percobaan
Gambar 4.4 Rangkaian percobaan superposisi
4. Alat dan Bahan DC power supply
: 2 buah
DC amperemeter
: 1 buah
Resistor
: R1 = 5 kΩ; R2 = 3 kΩ ; R3 = 4 kΩ dan RL = 2 kΩ
5. Langkah Percobaan 1. Siapkan dan rakitlah rangkaian seperti gambar 4.4 di atas, berhatiberhatilah dengan batas range amperemeter (jangan sampai melampaui batas range). Untuk R1, R2, R3, dan RL gunakan decade resistor.
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
59
2. Aturlah masing-masing DC power supply sebagai berikut : E1 = 15 volt, E2 = 12 volt dan E3 = 5 volt, untuk E1 dan E3 menggunakan 1 power supply. 3. Pindahkan saklar S1 ke posisi 1, dan ukurlah arusnya (IL) masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom I L1. Kembalikan S1 ke posisi semula. 4. Pindahkan saklar S2 ke posisi 1, dan ukurlah arusnya (IL) masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom I L2. Kembalikan S2 ke posisi semula. 5. Berhati-hatilah dengan polaritas E3, oleh karena itu balikkan polaritas terminal amperemeter sebelum melakukan langkah 6. 6. Pindahkan saklar S3 ke posisi 1, dan ukurlah arusnya (IL) masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom I L3, kembalikan S3 ke posisi semula. 7. Pindahkan semua saklar S1, S2 dan S3 pada posisi 1, dan ukurlah arusnya (IL) masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom I L. 1. Ubahlah E2 = 10 volt, 8 volt, dan 6 volt. Dengan mengulangi langkah 3 sampai dengan langkah 7. 6. Tabel Data No
E1(V)
E2(V)
E3(V)
1
15
14
5
2
15
12
5
3
15
10
5
4
15
8
5
5
15
6
5
IL1
IL2
IL3
IL
IL’
Error
(mA)
(mA)
(mA)
(mA)
(mA)
(%)
Catatan : 1. IL1 = Arus yang terukur pada amperemeter pada saat S 1 posisi 1 ( E1 bekerja ), ( E2 dan E3 mati ). 2. IL2 = Arus yang terukur pada amperemeter pada saat S 2 posisi 1 ( E2 bekerja ), ( E1 dan E3 mati ). Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
60
3. IL3 = Arus yang terukur pada amperemeter pasa saat S 3 posisi 1 ( E3 bekerja ),
( E1 dan E2 mati ).
4. IL = Arus yang terukur pada amperemeter adalah semua saklar pada posisi 1. 5. IL’ = Penjumlahan dari arus ( IL1 + IL2 + IL3) secara perhitungan Error
x100%
7. Tugas dan Analisa 1. Hitung IL’ secara teori ( IL’ = IL1 + IL2 + IL3 ), masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom IL’ ? 2. Hitung dan bandingkan IL’ dengan IL hasil pengukuran, kemudian hitung errornya, masukkan hasilnya ke dalam tabel data pada kolom error ! 3. Dari hasil percobaan saudara, apakah sesuai dengan teori atau tidak, beri kesimpulannya ?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
61
PERCOBAAN XIV RESIPROSITAS 1. Tujuan Percobaan Mengetahui dan memperdalam adanya kebenaran teorema resiprositas melalui pengukuran besaran listrik DC dalam suatu rangkaian.
2. Dasar Teori Teorema resiprositas mengatakan “Bila arus IJ mengalir pada cabang ke J
dari rangkaian linier dengan sumber tegangan E I di cabang yang ke I. Dan
bila arus II mengalir pada cabang ke
I
dengan sumber tegangan EJ di
cabang ke J”, maka dapat ditulis sebagai berikut : atau
jadi sumber tegangan dan arus dapat bertukar
tempat. Bila EI = EJ maka II = IJ
E i
Ij
Rangkaian linier
Rangkai anlinier
Ii
Ej
Gambar 5.1 Teorema resiprositas 1
Contoh :
2 I2 Z1
E1
Z3
Z2
1'
2'
Gambar 5.2a Contoh teorema resiprositas 1
2
I1
Z1
Z2
1'
Z3
E2
2'
Gambar 5.2b Contoh teorema resiprositas
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
62
2
1 Z1
Z3
Z2
2'
1'
Gambar 5.2c Contoh teorema resiprositas
E 1 I1 = E 2 I2 Bila E1 = E2 , maka I1= I2
(terbukti)
3. Rangkaian Percobaan R1
R2
3 I2 A2
R5 R4
R3 4 E
R0
V1
Gambar 5.3a Rangkaian percobaan teorema resiprositas R1
R2 I2 V2
E
R5 R3
R4
R0 A1
Gambar 5.3b Rangkaian percobaan teorema resiprositas
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
63
4. Alat dan Bahan DC Power supply
: 1 buah
Multimeter Digital
: 1 buah
Amperemeter DC
: 1 buah
Resistor
: R0 = 1 kΩ; R1 = 1 kΩ; R2 = 2 kΩ; R3 = 4 kΩ; R4 = 3 kΩ dan R5 = 3 kΩ
5. Langkah Percobaan 1. Rangkailah seperti pada gambar 5.3a di atas, Untuk R1, R2, R3, R4, dan R5 gunakan fix resistor dan decade resistance. 2. Atur tegangan DC power supply 5 volt (E1) kemudian ukur arusnya (I1), masukkan hasilnya ke tabel 5.1a. 3. Atur tegangan DC power supply (E1) untuk harga tegangan 10 volt, 15 volt, kemudian ukur arusnya (I1). Catat hasilnya pada tabel 5.1a. Berhatiberhatilah dengan batas range amperemeter (jangan sampai melampaui batas range). 4. Ganti dan rangkailah seperti gambar 5.3b, dengan harga (E2) 5 V, 10 V, dan 15 V. Kemudian ukurlah arus I2, hasil pengukurannya masukkan dalam tabel 5.1b.
6. Tabel Tabel - 5.1a No
E1 (Volt)
1
5
2
10
3
15
I1 (mA)
Gambar 5.3c
Tabel - 5.1b No
E2 (Volt)
1
5
2
10
3
15
I2 (mA)
Gambar 5.3d
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
64
7. Tugas. 1. Untuk mendapatkan kebenaran teorema resiprositas ini buatlah seperti tabel 5.2 dibawah. Tabel - 5.2 No
E1 (Volt)
E2 (Volt)E2 IE2 1 I1
1
5
5
2
5
10
3
5
15
4
10
5
5
10
10
6
10
15
7
15
5
8
15
10
9
15
15
Error ΔE(%) 1
Dimana : dari 2. Berilah kesimpulan hasil pengamatan dan analisis data saudara ?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
65
PERCOBAAN XV TEOREMA THEVENIN
1. Tujuan Percobaan Mengetahui dan membuktikan kebenaran teorema Thevenin melalui pengukuran
besaran
listrik
DC
dalam
suatu
rangkaian,
serta
membandingkannya dengan teori. 2. Dasar Teori Teorema
Thevenin
menyatakan
suatu
terminal
dua
jepitan
yang
mempunyai impedansi, sumber tegangan dan atau sumber arus, dapat diganti menjadi rangkaian pengganti yang terdiri dari satu sumber ( V th ) dan impedansi tunggal (Rth) yang dihubungkan secara seri, seperti gambar VI.4. R1
R2 a
V2 V4
Vth
b R3
R4
E
Gambar 6.1 Contoh teorema Thevenin
Carilah I5 dengan teorema Thevenin! Untuk mencarinya, beban R5 dilepas, diletakkan di gambar 6.4 seperti dibawah, sehingga gambar 6.1 menjadi gambar 6.2 di bawah ini : R1
R2 a
Vth
b R3
V2 V4 R4
E
Gambar 6.2 Contoh teorema Thevenin mencari Vth
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
66
Vth = V2 – V4 ……………………………………………………...…. 6.1 Dimana
; R1
R2 a b
V2 Rth
V4 R4
R3
Gambar 6.3 Contoh teorema Thevenin mencari Rth
Untuk menghitung Rth pada terminal a-b, maka tegangan (E) dihubung singkat pada gambar 6.2 di atas, sehingga menjadi gambar 6.3. Rth = ( R1 // R2 ) + (R3 // R4 )
Jadi rangkaian pengganti thevenin seperti gambar 6.4 dibawah ini Rth I5 Vth
R5
Gambar 6.4 Rangkaian pengganti Thevenin
3. Alat dan Bahan DC Power Supply
: 1 buah
Voltmeter Digital
: 1 buah
Ampere Meter
: 1 buah
Resistor : R1= 1 kΩ ; R2 = 2 kΩ; R3 = 4 kΩ; R4 = 3 kΩ dan R5 = 3 kΩ
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
67
4. Rangkaian Percobaan R1
R2 V2
a
c
Vth
b R3
d
V4 R4
E
Gambar 6.5a Rangkaian percobaan teorema Thevenin
Io
A
a
R2
R1 c
E
d R4
R3 b
Gambar 6.5b Rangkaian percobaan teorema Thevenin R1
R2 A5
c
d R5 R3
R4
E
Gambar 6.5c Rangkaian percobaan teorema Thevenin
5. Langkah Percobaan 1. Rangkailah seperti pada gambar 6.5a di atas, untuk R1, R2, R3, dan R4 gunakan decade resistor. 2. Atur tegangan DC power supply Ein = 4 volt kemudian ukur Vth pada terminal a-b, masukkan hasilnya ke tabel 6.1 dibawah ini, lakukan lagi pada harga Ein = 6 V, 8 V, 10 V, 12 V, 14 V. 3. Ganti rangkaian seperti gambar 6.5b, untuk harga tegangan E in = 4 volt, kemudian ukur arusnya Io , ulangi langkah tersebut untuk harga Ein = 6
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
68
V, 8 V, 10 V, 12 V, 14 V. Masukkan hasilnya ke tabel 6.1 kolom Io (mA). Berhati-berhatilah dengan batas range amperemeter (jangan sampai melampaui batas range). 4. Ganti rangkaian seperti gambar 6.5c, kemudian ukur I 5 untuk setiap perubahan harga tegangan Ein = 4 V, 6 V, 8 V, 10 V, 12 V, 14 V. Catat hasil pada tabel 6.1 kolom I5 (mA). 5. Hitung Rth dari rangkaian gambar 6.5b, dengan harga Ein = 4 V, 6 V, 8 V, 10 V, 12 V, 14 V, dan Io hasil pengukuran yang berada di dalam tabel 6.1 kolom Io, dimana RTH
E I0
Tabel 6.1 No
E (Volt)
1
4
2
6
3
8
4
10
5
12
6
14
Vth
Io
Rth
I5
I5’
% Error
(Volt)
(mA)
(Ω)
(mA)
(mA)
I5
Note: I5’ = perhitungan secara teori.
6. Tugas 1. Hitung harga tegangan pengganti (Vth), tahanan pengganti (Rth) dan I5 secara teori, dengan asumsi harga tegangan (E) dari 5 volt,10 volt, 15 volt dan 20 volt ? 2. Bandingkan hasil pengukuran saudara dengan hasil perhitungan saudara secara teori, kemudian berilah kesimpulan 3. Berikan analisa saudara dari tugas no.1 dan tugas no. 2 tersebut diatas?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
69
PERCOBAAN XVI TEORI NORTON 1. Tujuan Percobaan Mengetahui dan membuktikan kebenaran teorema Norton melalui pengukuran besaran listrik DC dalam suatu rangkaian, serta membandingkannya dengan teori. 2. Dasar Teori Norton menyatakan bahwa suatu rangkaian yang terdiri dari elemenelemen rangkaian aktif dan pasif dapat digantikan oleh suatu sumber arus dan satu tahanan pengganti yang dihubungkan paralel terhadap sumber arus. Perhatikan ilustrasi berikut ini : +
a
+
a IL
Ra n gk a ia n
IN
RL
-
RL
RN
-
b
b
Gambar 7.1 Agar lebih jelas, perhatikan contoh di bawah ini : R3
IS
A
R1
RL
R2
B
Gambar 7.2 Untuk mencari arus Norton, maka terminal A dan B dihubungsingkat, sehingga rangkaian menjadi R3
IS
R1
IN
Gambar 7.3 Sehingga :
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
70
Untuk mencari RN, maka sumber arus dalam kondisi open circuit dan lepaskan beban RL, sehingga rangkaian menjadi : R3
A
R1
R2
B
Gambar 7.4 Dengan mengukur RN pada terminal A-B, diperoleh : ( )
Dengan demikian menurut teori Norton arus IN harus pararel dengan RN dan RL, sehingga rangkaiannya menjadi IN
IN
IL
RN
RL
Gambar 7.5 Sehingga diperoleh :
Maka dengan didapatnya arus IL, maka tegangan, daya dan energi pada setiap elemen dapat dihitung. Selain itu teori Norton ini banyak dipergunakan dalam menganalisa rangkaian-rangkaian transistor. 3. Alat dan Bahan DC Power Suply
: 1 buah
Voltmeter Digital
: 1 buah
Ampere Meter
: 2 buah
Resistor
: R1= 1 kΩ ; R2 = 2 kΩ; R3 = 10 kΩ; R4 = 1 kΩ dan RL = 1,2 dan 2 kΩ
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
71
4. Rangkaian Percobaan R1
R3
VS
A
R2
A
RL
R4
B
Gambar 7.6a Rangkaian awal A A1 I N VS
A2 RN RL B
Gambar 7.6b Rangkaian ekivalen Norton Keterangan : R1 = 1 kΩ R4 = 1 kΩ
R2 = 10 kΩ RL = 1,2 kΩ dan 2 kΩ
R3 = 2 kΩ Vs = 5, 10 dan 15 volt
5. Langkah Percobaan Rangkaian Awal (Gambar 7.6a) 1. Rangkailah seperti pada gambar 7.6a untuk R1, R2, R3, R4 dan RL gunakan dekade resistor. Nilai RL 1,2 kΩ dan 2 kΩ. 2. Atur Tegangan Vs setahap demi setahap (5, 10, 15 Volt) catat nilai arus yang terbaca pada amperemeter (IL). Setelah selesai kembalikan Power supply DC pada posisi 0. 3. Lakukan prosedur 1 dan 2 untuk nilai RL yang berbeda. 4. Beban RL dihubungsingkat. Dengan mengatur tegangan setahap demi setahap, catat arus yang terbaca pada amperemeter (IN). Setelah selesai kembalikan power supply DC ke posisi 0. 5. Sumber tegangan dihubungsingkat, kemudian ukur dan catat nilai tahanan yang terbaca untuk (RN). Rangkaian Ekivalen (Gambar 7.6b) 1. Sebelum merangkai rangkaian percobaan, atur dulu nilai resistor (RN) sesuai dengan nilai di tabel (diperoleh dari rangkaian percobaan awal). 2. Rangkailah rangkaian ekivalennya sesuai gambar 7.6b dengan nilai R L 1,2 kΩ dan 2 kΩ. 3. Dengan mengatur Power supply DC sesuai dengan nilai IN (perhatikan A1), ukur dan catat arus yang terbaca pada Ammeter A2 (IL)
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
72
6. Tabel Rangkaian Awal Vs (Volt)
IL (mA) IN (mA)
RN (kΩ)
1,2 kΩ
2 kΩ
Rangkaian Ekivalen Norton IL (mA) 1,2 2 kΩ kΩ
5 10 15
7. Tugas 1. Hitung harga arus Norton (IN) dan IL secara teori, dengan asumsi harga tegangan (Vs) dari 5, 10, 15 volt dengan nilai RL 1,2 kΩ dan 2 kΩ ? 2. Bandingkan hasil pengukuran saudara dengan hasil perhitungan saudara secara teori, kemudian berilah kesimpulan! 3. Berikan analisa saudara dari tugas no.1 dan tugas no. 2 tersebut diatas?
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014
73
POLITEKNIK
ACEH seaMolec
Hibah PTJJ SEAMOLEC Tahun 2014