Ke Daftar Isi
Prosl~
PortBmuan dan ProsontaslllmIah
FunDslonal Toknls Non ponoDtl.18 Dosombor 2006
ISSN :1410 - 6381
PENGUKURAN PAJANAN RADIASI GAMMA PADA BEBERAP A LOKASI DI PULAU BANGKA Tur Rahardjo, Asep Warsona dan Wahyudi PTKMR - BATAN
ABSTRAK PENGUKURAN PAJANAN RADIASI GAMMA PADA BEBERAP A LOKASI DI PULAU BANGKA. Telah dilakukan pengukuran laju paparan radiasi gamma terestrial di lllar ruangan di daerah Koba, Mentok dan Pemali dengan menggunakan survaymeter Ludlum 19 dengan detektor NaI(Tl). Pengukllran untuk setiap daerah dibagi berdasarkan Zone I, II dan III. Hasil pengukuran menllnjukan bahwa di Zom: I, laju pajanan radiasi gamma tertinggi 29 ± 3 IlRJjam di daerah Pemali dan terendah 18 ± 4 IlRJjam di daerah Koba. Di Zone II laju pajanan radiasi gamma tertinggi 33 ± 14 IlRJjam di daerah di Mentok dan terendah di Pemali 19 ± 5 IlRJjam serta di Zone III laju paparan radiasi gamma tertinggi 25 ± 4 IlRJjam di Koba dan terendah 18 ± 2 IlRfjam di Pemali. Lajll paparan radiasi gamma di tiga daerah di atas lebih tinggi dari claerah Jakarta, Semarang, Bandung dan Surabaya. Karena laju paparan radiasi gamma yang sebagian besar berasal dari radionuklida alam tergantung pada kondisi geologi, geokimia, jenis batuan dan kegiatan pengolahan penambangan timah, maka perlu dilakukan pemantauan pajanan radiasi gamma dengan lebih intensifuntuk melengkapi data yang telah diperoleh. ABSTRACT MEASUREMENT OF GAMMA RADIA TION AT SAVERAL PLACES IN BANGKA ISLAND. Measurement of dose rate of terrestrial gamma rays ( free air) in Koba, Mentok, and Pemali areas using survemeter Model Ludlum 19 with NaI(TI) detector have been carried out. The points of sampling for each area was divided to Zone I, II and III. The result of measurement of gamma exposure rate in Zone I higest is 29 ± 3 IlRJh in Pemali and lowest is 18 ± 4 IlR/h in Koba, in Zone II higest is 33 ± 14 IlR/h in Mentok and lowest 19 ± 5 IlR/h in Pemali, and in Zone III highest is 25 ± 4 IlRJh in Koba and lowest is 18 ± 2 IlRJin Pemali. The gamma exposure rate in Bangka island was higher relatively than others area such as Jakarta, Semarang, Bandung and Surabaya. Gamma exposure rate are dominan from natural radioactivity depend on geology conditions, geochemistry, type of rock and activity tin exploration, so the measurement of the gamma exposure rate more instensif to complete the data.
PENDAHULUAN Radiasi gamma dilingkungan yang berasal dari alam dan keberadaannya sudah ada semcnjak bumi ini terbentuk karena adanya radionuklida alam dari derct U-238 dan U-235, Th-232, dan K-40. Radionuklida alam pemancar radiasi gamma yang dominan dari deret U-
148
ProsldllJ,J POl'tomuan dan Prosentasl
ISSN :1410 - 6381
IImlah Fung810ilal Ioknls Non PenoOn 18 8080mb8/' 2006
238 adalah, Pb-214 dengan energi 0,242 MeV dan 0,352 MeV dan Bi-214; dari deret Th-232 yaitu Pb-212 (0,239 MeV); Bi-212 (0,727 MeV), TI-208 [3]. Menurllt laporan UNCEAR paparan radiasi gamma rata-rata yang diterima oleh pendudllk dunia adalah sekitar 15% dari dosis effektif total yaitu sebesar Komisi proteksi radiasi Amerika Serikat (NCRP) melaporkan
7~Gy/jam[ 4].
bahwa dosis effektif yang
diterima oleh penduduk negara itu dari "radiasi gamma alam sebesar 46 ~Gy/ jam [5]. Sementara badan proteksi radiasi Inggris melaporkan bahwa' 'besar radiasi gamma adalah 56nGy/jam [6], perbedaan dosis radiasi gamma ini disebabkan adanya struktur geologi[7]. Menurut Badan Pengawas Tcnaga Nuklir (BAPETEN), nilai batas dosis tahunan (NBD) untuk penduduk sebesar 500 mRem/tahun untuk dosis ekstema dan intema [8]. Di Pulau Bangka Propinsi Bangka Belitung terdapat 2 (dua) perusahaan pengelolaan 1ambang timah yaitu PT. Timah dan PT. Kobatin, yang telah beroperasi lebih dari 18 tahun. Selain kedua perusahaan tersebut terdapat juga tambang rakyat atau tambang inkonvensional (TI) yang saat ini berjumlah lebih dari 800 buah. Dalam kegiatan eksplorasi bahan tambang terse but, selain memberikan dampak positif berupa lapangan pekerjaan maupun pendapatan ekonomi daerah sedangkan dampak negatifnya yaitu timbulnya pencemaran lingkungan di daerah sekitar pabrik pengolahan timah maupun daerah lainnya. Oleh karena itu pemantauan tingkat radioaktivitas lingkungan perlu dilakukan untuk mengetahui besamya pajanan radiasi yang berasal dari zat radioaktif alamo Tambang timah mcrllpakan cksplorasi kerak bumi dari dalam tanah kepermukaan bumi. Dalam proses pemisahan timah akan dihasilkan produk samping seperti monazite, ilmenite, slag, tailing dan air limbah yang mengandung radionuklida alam dari deret Uranium ( U-238) deret Thorium (Th-232) dan Kalium (K-40). Produk samping tambang timah juga mengandung Th-228 dan Ra-226 yang akan meluruh menghasilkan gas Thoron (Rn-220), dan gas Radon (Rn-222) dengan waktu paruh 56 detik dan 3,824 hari. Kedua gas radioaktif ini sewaktll di udara meluruh menjadi partikel radioaktifseperti
Po-218, Po-210, Pb-214, Pb-212,
Pb-210, Bi-212, dan Bi-214. Karena partikel radioaktif ini pemancar radiasi alpha, beta dan gamma apa bila tidak dikelola serta ditangani
dengan baik akan mencemari lingkungan [9].
Partikel radioakiif ini berdiameter sekitar 0,15 11m,melalui jalur inhalasi bisa terhisap masuk dalam saluran pemafasan akan mengendap pada daerah bronki dan avcoli. Apabila partikel
149
Prosld~
PortBmuan
da!l Prosontaslllmlah
FunoslonaJ ToknIs Non PoooUU, 18 Dosomb8r 2008
ISSN :1410 -
6381
iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
radioaktif ini terhisap secara terus menerus (kronik), maka dapat menimbulkan penyakit saluran pernafasan yang pada kondisi tertentu mengarah kepada penyakit kanker paru-paru [10,11]. Pad a makalah ini akan diuraikan hasil pengukuran laju pajanan radiasi di daerah Koba, Mentok dan Pemali yang beracia di Pulau Bangka.
TAT A KERJA
Lokasi pcngukuran Lokasi pengukuran radiasi gamma dilakukan di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Koba, Kabupaten Mentok dan Kabupaten Pemali Propinsi Bangka Belitung. Di Mentok terdapat pabrik pengolahan timah yaitu PT. Timah Tbk. dan di Koba PT. Kobatin. Survei dilakukan pada 25 titik pengukuran di setiap Kabupaten yang dibagi atas 3 (tiga) zone pengukuran yaitu : Zone I di Komplek perumahan karyawan pabrik di kawasan industri, Zone II di luar kawasan pabrik yang berbatasan dengan kawasan pabrik dan Zone III di luar kawasan pabrik
Metodologi Pengukuran radiasi gamma menggunakan survey meter lingkungan Ludlum 19 dengan detektor NaI(TI). Surveimeter pRijam dan stabilitasnya
ini dapat mendeteksi laju pajanan radiasi gamma dari 0,1
cukup baik sehingga dapat digunakan untuk mengukur pajanan
radiasi gamma lingkungan. Sebelum surveimeter ini digunakan untuk pengukuran dilakukan pengecekan awal seperti kondisi bataeri, penggerak jarum. Kemudian jarum surveimeter distel pada posisi skala terbesar diletakkan pada ketinggian 1 meter dari permukaan tanah dan dihidupkan. Seteleh jarum penggerak stabil maka bacaan yang dihasilkan oleh surveimeter dicatat. Pengukuran yang sarna dilakukan untuk posisi yang berbeda. Apabila bacaan terlalu kecil pindahkan skala ke yang lebih keci!. Untuk memperoleh laju pajanan radiasi yang sebenarnya
maka bacaan yang diperoleh dikalikan dengan fakktor kalibrasi surveimeter
tersebut.
150
-----.-------------
ProsldIrJ,J PortBmuan
dan ProsontaslllmJah
..
--- -----.-
...
----------
Fungslonal Toknls Non PonOUtJ,18 DosomlJor 2006
ISSN :14m - 5381
Gambar 1. Surveimeter Model Ludlum-19 mikroRmeter buatan USA.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran
rata-rata pajanan radiasi gamma dari ke 3 zone pada ketiga
kabupaten ditampilkan pada Tabell,
2 dan 3.
Tabel 1. Laju pajanan radiasi gamma di komplek perumahan karyawan pabrik di kawasan pabrik (Zone I). 2
pengukuran
No
Koba Mentok Pemali Lokasi
Jumlah titik 20radiasi ±IlRJiam 17 29 10 18 348 gamma 25 (± ) rata-rata Pajanan
Pad a Tabel 1 terlihat bahwa laju pajanan radiasi gamma di daerah Pemali lebih besar dari Koba dan Mentok. Ini disebabkan adanya penumpukan limbah tailing sisa hasH tambang dan air limbah tailing yang tidak digunakan lagi. Selain itu adanya polusi udara yang berasal dari pabrik pengolahan timah yang ikut masuk ke dalam rumah di sekitar komplek perumahan.
151
-
PrllsldIiJJ pertemuan
Tabel2.
pengukuran
dan Prosentasilimiah
FWlgsionaJ Teknls Non PeneUU,
m Desember
2006
ISSN :1410 - 5381
Laju pajanan radiasi gamma di luar kawasan pabrik yang berbatasan dengan kawasan pabrik (Zone II) Jumlah titik Koba Pemali Mentok 10 ±±( ~RJjam 14 Lokasi 56 gamma 2433 ·19 radiasi 1222 Pajanan ) rata-rata No
Dari Tabel 2 terlihat bahwa di daerah Mentok ditemukan laju pajanan radiasi gamma lebih tinggi bila dibandingkan
dengan
di daerah
lainnya.
lni diduga
sebagai
akibat
menumpuknya limbah tailing, tumpur air tailing sisa hasil tambang yang tidak digunakan lagi yang sengaja ditumpuk.
pengukuran
Tabel 3. Laju pajanan radiasi gamma diluar kawasan pabrik ( Zone III ) Jumlah titik Koba Lokasi Pajanan 11 Pemali 18 Mentok 23 ± 247 gamma 25 5 19 ±~RJjam radiasi (± ) rata-rata No
Dari Tabel 3 terlihat di daerah Koba laju pajanan radiasi gamma lebih tinggi dari daerah Mentok dan Pemali. Hal ini karena di daerah Koba banyak terdapat tambang liar yang dikelola oleh penduduk setempat yang dalam proses pemisahan timah, pembuangan limbahnya tidak mengikuti tata cara pembuangan limbah yang baik. Laju pajanan radiasi gamma di Pulau Bangka pada umumnya relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan di daerah
Jakarta sekitar (4,17 ± 0,29) ~RJjam, di Semarang
sekitar
(7,52 ± 0,41) ~RJjam, dan di Bandung sekitar (5,03 ± 0,39) ~RJjam. lni berarti laju pajanan radiasi gamma di Pulau Bangka (daerah Koba, Mentok dan Pemali) lebih tinggi bila dibandingkan
dengan di Jakarta, Semarang dan Bandung. Hal ini menunjukkan
bahwa
distribusi radionuklida pada kulit bumi bervariasi tergantung pada kondisi geologi tempat tersebut. Bervariasinya
harga laju dosis pajanan tersebut sesuai dengan pernyataan pada
152
i===-----
ProsldilJ,J PortBliluan
dan Prusontasillmiah
FunoslonaJ Toknls Non PonoDtI,18 Dosombur 2006
ISSN :1410 - 5381
UNCEAR [2] yang menyatakan bahwa distribusi radionuklida pada lithosfer dibagi menjadi 2 bagian yaitu di tanah dan batuan, yang kandungan radionuklidanya berbeda-beda bergantung pada kondisi geokimia jenis batuan dan umur geologinya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan di 3 daerah yaitu di Koba, Mentok dan Pemali diperoleh laju pajanan sementara radiasi gamma diPulau
Bangka adalah sebagai
berikut : Konsentrasi tertinggi untuk pajanan radiasi gamma di komplek perumahan karyawan pabrik (Zone I ) di kawasan industri dengan laju pajanan radiasi gamma tertinggi sebesar 29 ± 3 ~Rljam di Pemali, dan terendah di daerah Koba dengan nilai sebesar 18 ± 4 j..tRljam,untuk laju pajanan radiasi gamma di luar kawasan pabrik yang berbatasan dengan kawasan pabrik (Zone II) dengan laju pajanan radiasi gamma tertinggi sebesar 33 ± 14 ~Rljam di daerah Mentok dan terendah di Pemaii dengannilaisebesarI9±5j..tRljam.
untuk laju pajanan radiasi
gamma di luar kawasan pabrik (Zone III) tertinggi di daerah Koba dengan nilai sebesar 25 ± 4 ~lRljam dan terendah di daerah Pemali dengan nilai sebesar 18 ± 2 ~Rljam. Diperoleh gambaran bahwa tingkat pajanan radiasi di tiga daerah di Pulau Bangka relatif lebih tinggi dari pada daerah lain seperti Jakarta, Semarang, Bandung dan Surabaya. Mengingat bahwa laju pajanan radiasi gamma sebagian berasal dari radionuklida
alam
tcrgantung tergantung pada kondisi geologi, geokimia, jenis batuan dan kegiatan pengolahan penambangan timah, sehingga perlu dilakukan pemantauan pajanan radiasi gamma dengan iebih intensifuntuk melengkapi data yang telah diperoleh.
DAFT AR PUST AKA I. SUTARMAN,
MINARNI, EMLINARTI dan TUTIK INDIY ATI, Pemantauan Radiasi
Lingkungan dan Pengolahan Bijih Uranium. Persentasi Ilmiah Keselamatan Radiasi dan Lingkungan, PSPKR-BA TAN (1995) hal. 422-423 2. LUHANT ARA,
BUNA WAS,
dan
YULBAHRUM,
Pengukuran
Radiasi
Gamma
Terresterial di Daerah Bengkulu, Laporan Penelitian tahun 1994. 3. OM. KENDALL, lC.H. 1994.
MILES ET. AL. Exposure to Radon in UK Dwelling, NRPB,
153
prosldJriU
PurtBrnuan
!Ian PresontaslllrnIah
4. UNSCEAR,
FOODSlonaJ Toknls Non PenBDU, 18 Dosernbor
Exposures from
ISSN :1410 - 6381
2006
Natural Radiation Sources,
Annex B, United Nations
Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, Report to the General Assembly with Scientific Annexes, New York (I 993) pp. 83-156. 5. K.M. MILLER,
Measurment
of External Radiation
in the United States Dwelling
RPD,1992. 6. B.M., GREEN ET. AL, Gamma Radiation Levels outdoors in Great Britain, NRPD 1989. 7. ANONIM,
Gamma Ray Backgrounnnd
Radiation
Measurement
in Irealand. Health
Physics, 1977. 8. BAPETEN, Keputusan Kepala BAPETEN No.OllKa-BAPETENN-99
tentang Ketentuan
Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi, BAPETEN, Jakarta (I 999). 9. BATAN, Data Hasi/ Penyelidikan Mineral Radioaktifdi Indonesia, BATAN 1977. 10. MANURUNG, P., SEMBERING, S., LUHANT ARA dan BUNUW AS. Pengukuran Awal Radiasi
Gamma di Daerah
Lampung,
Persentasi
Ilmiah Keselamatan
Radiasi dan
Lingkungan, PSPKR-BA TAN, (I 995) hal. 422-423 11. UNSCEAR,
Ionizing
Radiation
: Soureces
and Biological
Effects, United Nations
Scientific Committee on the Effects of Atomic Radiation, New York ,1993.
Tanya - Jawab : 1. Penanya
: Tuyono
(PTKMR-BA TAN)
Pcrtanyaan Mengapa laju pajanan radiasi di daerah Mentok dan zona III lebih tinggi dari daerah lain? Jawaban
: Tur R (PTKMR-
BATAN)
Karena adanya penimbunan tailing hasil sisa penambangan timah yang ditumpuk di daerah tersebut.
154
Ke Daftar Isi