PENGUKURAN MANAJEMEN PERAWATAN MENGGUNAKAN METODE TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE (TPM) SEBAGAI DASAR PERBAIKAN EFEKTIFITAS MESIN PT.PERKEBUNAN NUSANTARA XIII PMS NGABANG (PERSERO) Hendra Fasla Silalahi Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura
[email protected] Abstract- PT. Perkebunan Nusantara XIII Ngabang PMS (Persero) is a manufacturing industry Crude Palm Oil (CPO. This industry operates for 24 hours, process operation is very high causal the engine and facilities at the factory in PTPN XIII Ngabang PMS (Persero) needs the maintenance management and maintenance treatment that very maximum for defend the reliability of machines and facilities that support the continuity on productivity of the company. This research used the TPM (total productive maintenance) method. Overall equipment effectiveness is a method used as a measuring tool in the implementation of total productive maintenance program to keep the equipment in ideal conditions. The steps in this method is by measuring availability, look for the calculation of performance efficiency and the calculation of performance efficiency rate of quality products. After getting the all steps, then calculation OEE (Overall equipment effectiveness) is by way multiplication between the availability, and rate of quality product. According the OEE (Overall equipment effectiveness) calculation indicate that the lowest perbcentage in January 2012 amounted to 36.30% and the highest percentage in the month of September 2013 was 64.64%. Standard values in the OEE (Overall equipment effectiveness) calculation is 85%. Based on the above calculation there is no value of Overall equipment effectiveness achieve ideal standar value was determined . This situation shows that needs implementation of TPM (total productive maintenance) at the company of PTPN XIII PMS Ngabang (Persero). Keywords : Machine Productivity, Total Productive Maintenance, Maintenance Management
1. Pendahuluan PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) ini adalah industri manufaktur yang menghasilkan produk akhir CPO (crude palm oil) yang terletak di Kabupaten Ngabang, industri ini beroperasi selama 24 jam tanpa henti, hal tersebut disebabkan oleh pasokan bahan baku yang banyak karena PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (persero) tidak hanya
mengandalkan hasil dari perkebunan perusahaan itu sendiri melainkan juga menerima tandan buah segar dari petani dan perusahaan yang memiliki kebun pribadi. Proses kegiatan operasi yang sangat tinggi menyebabkan mesin dan fasilitas pada pabrik di PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) memerlukan manajemen perawatan dan perlakuan perawatan yang sangat maksimal untuk mempertahankan keandalan mesin dan fasilitas yang menunjang berlangsungnya produktivitas perusahaan. Mesin dan fasilitas yang terdapat di lantai produksi PT.Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero) antara lain jembatan timbang, loading ramp, conveyor, mesin starillizer, alat kempa tandan sawit, mesin press, mesin pada stasiun klarifikasi, pipa besi, motoran dinamo. Alat dan mesin ini bekerja saling berkaitan satu sama lain, jika satu alat saja rusak alat yang lain juga tidak beroperasi contohnya jika jembatan timbang mengalami kerusakan secara otomatis bahan baku yaitu tandan buah segar sawit tidak dapat masuk ke dalam pabrik dengan begitu maka pada operasi selanjutnya juga tidak akan bekerja. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang dianalisis dalam penelitian ini, adalah : a. Bagaimana implementasi manajemen perawatan yang diterapkan di stasiun kempa pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (persero)? b. Apakah manajemen perawatan yang ada di stasiun kempa pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (persero) sudah sesuai standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance)? 2. Teori Dasar Teori dasar yang memperjelas penelitian ini adalah: a. Perawatan Pemakaian istilah maintenance dalam bahasa Indonesia seringkali diterjemahkan sebagai perawatan atau pemeliharaan. Perawatan atau pemeliharaan adalah konsepsi 7
dari semua aktifitas yang diperlukan untuk menjaga atau untuk mempertahankan kualitas fasilitas atau mesin agar dapat berfungsi dengan baik seperti kondisi awalnya.(Ansori dan Mustajib, 2013 : 2). b. Manajemen Perawatan manajemen perawatan adalah pengolahan pekerjaan perawatan dengan melalui suatu proses perencanaan, pengorganisasian serta pengendalian operasi perawatan untuk memberi performansi mengenai fasilitas industri (Sudradjat, 2011 : 10). c. Total Productive Maintenance Total productive maintenance merupakan suatu aktivitas yang mengikut sertakan semua elemen dari perusahaan, yang bertujuan untuk menciptakan suasana kritis (critical mass) dalam lingkungan industri guna menciptakan zero breakdown, zero defect dan zero accident. (Kurniawan, 2013 : 11). Definisi lain dari total productive maintenance adalah suatu program pemeliharaan yang melibatkan suatu gambaran konsep untuk pemeliharaan peralatan dan pabrik dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas serta pada waktu yang sama dapat meningkatkan kepuasan kerja dan moril karyawan. (Robert dalam Ansori dan Mustajib, 2013 : 101). d. Availability Availability (AV) adalah suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Availability rate dipengaruhi oleh 2 komponen, yaitu equipment failure dan setup and adjustment loses. availability merupakan rasio dari waktu proses operasi, dengan mengeliminasi waktu henti peralatan, terhadap downtime. Rumus availability adalah sebagai berikut. (Nakajima dalam Ansori dan Mustajib, 2013 : 118): (%) =
100%
e. Performance Efficiency Performance efficiency (PE) adalah suatu rasio yang menggambarkan kemampuan dari peralatan dalam menghasilkan barang. Performance efficiency memiliki 2 komponen, yaitu idling and minor stoppage losses dan reduce speed. Rasio ini merupakan hasil dari operating speed rate dan net operating rate.
Operating speed rate peralatan mengacu kepada perbedaan antara kecepatan ideal (berdasarkan desain pabrik) dan kecepatan operasi actual. Net operating rate mengukur pemeliharaan dari suatu kecepatan selama periode tertentu. Dengan kata lain, ia mengukur apakah suatu operasi tetap stabil dalam periode selama peralatan beroprasi pada kecepatan, formula pengukuran performance efficiency. Rumus performance efficiency adalah sebagai berikut. (Ansori dan Mustajib, 2013 : 119): PE (%) =
(
)
100%
f. Rate Of Quality Products Rate Of Quality Products (RQ) adalah efektifitas produksi berdasarkan kualitas produk yang dihasilkan atau rasio jumlah produk yang baik terhadap jumlah produk yang diproses,rumus rate of quality time adalah sebagai berikut. (Ansori dan Mustajib, 2013 : 120): RQ (%) =
(PA − DA) PA
100%
g. Overall Equipment Effectiveness Overall Equipment Effectiveness merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur (metrik) dalam penerapan program total productive maintenance guna menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big losses peralatan. Selain itu untuk mengukur kinerja dari satu system produktif. Kemampuan mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya sehingga membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama metode ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan didunia. Rumus Overall Equipment Effectiveness adalah sebagai berikut. (Ansori dan Mustajib, 2013 : 114): OEE = AV x PE x RQ x 100% 3. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan di stasiun kempa pada PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (persero). Objek penelitian ini adalah manajemen perawatan pada mesin produksi yang terdapat di stasiun kempa
8
kegiatan perawatan atau pemeliharaan peralatan dan mesin pabrik yang tidak dilaksanakan sesuai jadwal dan sesuai standar operasi perusahaan, dan dalam hal penggantian peralatan dan komponen-komponen mesin yang tidak diperhatikan, sehingga alat-alat yang sudah tidak layak digunakan tetapi masih tetap digunakan.hal ini yang mempengaruhi waktu operasi pabrik banyak terbuang. Sehingga perlu dilakukan pelatihan kepada seluruh karyawan cara melukakan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan dan peralatan pabrik, agar jika terjadi kerusakan bisa langsung dikerjakan tanpa harus menunggu dari bidang teknik atau maintenance. Dapat mengikut sertakan seluruh operator dan karyawan dalam perawatan, pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan mesin pabrik, dan melakukan penjadwalan perawatan dan pemeliharaan secara berkala agar terciptanya zero downtime dengan kesiapan dan pengawasan ketat dari bidang teknik atau maintenance dalam memonitoring seluruh kegiatan alat dan mesin pabrik.
.Gambar 1. Diagram Alir Penelitian 4. Hasil Penelitian a. Availability Hasil availability menunjukan bahwa nilai terendah pada bulan Januari 2013 dengan persentase 50% dan persentase tertinggi pada bulan Maret 2012 yaitu sebesar 94 %. Standar nilai yang ideal JIPM (japan institute plant maintenance) pada perhitungan availability adalah sebesar 90%, maka terdapat 5 bulan yang memenuhi nilai standar yaitu bulan Januari 2012 sebesar 93%, bulan Februari 2012 sebesar 91 %, bulan Maret 2012 sebesar 94%, bulan April 2012 sebesar 90 %.dan bulan Desember 2013 sebesar 90 % Hanya terdapat 5 bulan yang memenuhi standar JIPM dari 24 bulan hal ini dikarenakan setiap ada kerusakan yang terjadi, operator dan karyawan yang ada dilokasi pabrik hanya menunggu tindakan dari bagian teknik atau maintenance, karena operator dan karyawan yang ada dipabrik tidak dilatih untuk sigap dan tidak mengetahui cara perawatan dan perbaikan mesin dan peralatan pabrik. Sering terjadi kerusakan karena
Tabel 1. Hasil Pengukuran Availability Bulan Availability % Januari 2012 0,93 93 Februari 2012 0,91 91 Maret 2012 0,94 94 April 2012 0,90 90 Mei 2012 0,79 79 Juni 2012 0,88 88 Juli 2012 0,83 83 Agustus 2012 0,75 75 0,85 85 September 2012 Oktober 2012 0,65 65 November 2012 0,71 71 Desember 2012 0,73 73 Januari 2013 0,50 50 Februari 2013 0,72 72 Maret 2013 0,55 55 April 2013 0,60 60 Mei 2013 0,56 56 Juni 2013 0,67 67 Juli 2013 0,63 63 Agustus 2013 0,55 55 September 2013 0,65 65 Oktober 2013 0,67 67 November 2013 0,78 78 Desember 2013 0,90 90
9
JAN '12 MEI '12 SEPT '12 JAN '13 MEI '13 SEPT '13
Availabilit y Standar JIPM
Gambar 2. Grafik Availability b. Performance Efficiency Perhitungan performance efficiency menunjukan bahwa nilai terendah pada bulan Januari 2012 dengan persentase sebesar 40% dan persentase tertinggi adalah pada bulan Oktober 2012 yaitu sebesar 95 %, standar nilai yang ideal JIPM (Japan Institute Plant Maintenance) pada perhitungan performance efficiency ini adalah 95%. Berdasarkan perhitungan performance diatas hanya pada bulan Oktober 2012 sebesar 95 %, Hanya ada satu bulan yang sesuai standar JIPM hal ini dikarenakan tidak tercapainya target proses dalam waktu siklus ideal yang sudah ditetapkan perusahaan, hal ini dikarenakan peralatan dan mesin yang tidak mampu memproduksi tandan buah segar kelapa sawit, jika tandan buah segar dimasukkan dalam lori perebusan sesuai dengan kapasitas standarnya maka yang terjadi adalah perebusan tidak sempurna atau tidak masak semua yang disebabkan tekanan dari ketel uap tidak sempurna dikarenakan keadaan ketel uang sekarang mengalami kebocoran dan tempat perebusan tidak mampu menahan tekanan uap, dengan kondisi pintu perebusan yang sudah tidak layak digunakan. sehingga perlu dilakukan penggantian dan perbaikkan pada komponen-komponen perebusan dan penambahan ketel uap karena kondisi saat ini tenaga ketel terbagi untuk menggerakan generator dan perebusan.
Tabel 2. Hasil Pengukuran Performance Efficiency Performance Bulan % Efficiency Januari 2012 0,40 40 Februari 2012 0,54 54 Maret 2012 0,47 47 0,64 64 April 2012 0,64 64 Mei 2012 Juni 2012 0,71 71 Juli 2012 0,71 71 Agustus 2012 0,71 71 September 2012 0,76 76 Oktober 2012 0,95 95 November 2012 0,89 89 0,84 84 Desember 2012 0,73 73 Januari 2013 0,71 71 Februari 2013 Maret 2013 0,71 71 April 2013 0,70 70 Mei 2013 0,70 70 Juni 2013 0,69 69 Juli 2013 0,71 71 Agustus 2013 0,74 74 September 2013 0,74 74 Oktober 2013 0,72 72 November 2013 0,72 72 Desember 2013 0,70 70 100 80 60 40 20 0
Performance Efficiency JAN '12 MEI '12 SEPT '12 JAN '13 MEI '13 SEPT '13
100 80 60 40 20 0
Standar JIPM
Gambar 3. Grafik Performance Efficiency c. Rate Of Quality Product Perhitungan rate of quality product menunjukan bahwa persentase pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013 adalah sebesar 100%. Standar nilai yang ideal JIPM (japan institute plant maintenance) pada perhitungan rate of quality product adalah sebesar 99%. Maka nilai rate of quality product pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Desember 2013 memenuhi nilai standar yang ideal. Hal ini dikarenakan tidak adanya produk cacat atau terbuang. 10
Tabel 3. Hasil Perhitungan Rate Of Quality Product Rate Of % Bulan Quality Product Januari 2012 100 1 Februari 2012 1 100 Maret 2012 1 100 April 2012 1 100 Mei 2012 1 100 Juni 2012 1 100 Juli 2012 1 100 Agustus 2012 1 100 September 2012 1 100 Oktober 2012 1 100 November 2012 1 100 Desember 2012 1 100 Januari 2013 1 100 Februari 2013 1 100 Maret 2013 1 100 April 2013 1 100 Mei 2013 1 100 Juni 2013 1 100 Juli 2013 1 100 Agustus 2013 1 100 Juli 2013 1 100 1 100 Agustus 2013 Oktober 2013 1 100 November 2013 1 100 Desember 2013 1 100 100 99 98 97 96 95 94 93 92 91 90 SEPT '13
MEI '13
JAN '13
SEPT '12
MEI '12
JAN '12
Rate of Quality Product Standar JIPM
Gambar 4. Grafik Rate Of Quality Product d. Overall Equipment Effectiveness Perhitungan overall equipment effectiveness menunjukan bahwa persentase terendah pada bulan Januari 2012 dan Januari 2013 yaitu sebesar 37 % dan persentase tertinggi pada bulan September 2012 sebesar 65 %. Standar nilai pada perhitungan overall equipment effectiveness ini adalah 85%. Berdasarkan hasil perhitungan diatas tidak ada nilai overall equpiment effectiveness yang mencapai nilai
standar ideal yang sudah ditentukan JIPM (japan institute plant maintenance). Hal ini dikarenakan perusahaan tidak memperhatikan manajemen perawatan pada perusahaan dan mengabaikan jadwal perawatan, pemeliharaan dan perbaikan. Sehingga perlu di lakukan implementasi metode total productive maintenance, dengan melibatkan seluruh operator dan karyawan dalam memahami dan melaksanakan perawatan dan perbaikan peralatan serta mesin pabrik, dan setelah pengimplementasian metode total productive maintenance maka lakukan perhitungan secara berkala dalam rentangan 1 tahun sekali guna evaluasi keberhasilan penerapan metode total productive maintenance yang dilaksankan pada perusahaan PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang (Persero). Tabel 4. Hasil Perhitungan Overall Equipment Effectiveness Overall Equipment Bulan Effectiveness (%) Januari 2012 37 Februari 2012 49 Maret 2012 44 April 2012 58 Mei 2012 51 Juni 2012 62 Juli 2012 59 Agustus 2012 53 September 2012 65 Oktober 2012 62 November 2012 63 Desember 2012 61 Januari 2013 37 Februari 2013 51 Maret 2013 39 April 2013 42 Mei 2013 39 Juni 2013 46 Juli 2013 45 Agustus 2013 41 September 2013 48 Oktober 2013 48 November 2013 56 Desember 2013 63
11
100 80 60 40 20 0 SEPT '13
MEI '13
JAN '13
SEPT '12
MEI '12
JAN '12
Overall Equipment Effectiveness Standar JIPM
Gambar 4. Grafik Overall Equipment Effectiveness 5. Kesimpulan Menurut hasil pengukuran, perhitungan dan analisis menggunakan metode overall equipment efficiency guna perbaikan productifitas dan fault tree analysis pada stasiun kempa PT. Perkebunan Nusantara XIII PMS Ngabang, dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut: a. Manajemen perawatan yang di implementasikan pada perusahaan hanya berupa penjadwalan setiap minggu, namun jadwal ini tidak dijalankan dengan baik, perbaikan dilakukan hanya terjadi adalah setelah terjadi kerusakan. b. Persentase dengan menggunakan perhitungan overall equipment effectiveness dengan persentase terbesar adalah pada bulan September 2012 yaitu sebesar 65 % dan perhitungan terendah adalah pada bulan januari 2012 dan Januari 2013 yaitu sebesar 37 %. c. Berdasarkan pengukuran menggunakan metode total productive maintenance nilai standar yang ideal menurut JIPM (japan institute plant maintenance) yaitu dengan nilai availability 90 %, performance efficiency 95 %, rate of quality product 99 % dan nilai overall equipment effectiveness 85 %. Maka pada PT. Perkebunan Nusantara XIII Ngabang (persero) perhitungan Total productive maintenance belum sesuai dengan standar ideal menurut JIPM (japan institute plant maintenance).
[2] Kurniawan, Fajar, Ir,M.si.,RQP. 2013. Manajemen perawatan industri. Yogyakarta : Indonesia. [3] Sudradjat, A. 2011. Pedoman Praktis Manajemen Perawatan Mesin Industri. Bandung: Indonesia. Biografi Hendra Fasla Silalahi lahir di Ngabang pada tanggal 11 September 1991. Anak dari Bpk. Parulian Silalahi dan Ibu Siti Kalimah. Penulis memulai pendidikan dasar di SD N 2 Tayan Hilir dan lulus pada tahun 2003, kemudian melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri 1 Tayan Hilir dan lulus pada tahun 2006. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Tayan Hilir dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi pada tahun 2009 dan diterima menjadi mahasiswa Universitas Tanjungpura, pada program studi Teknik Industri, jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik.
Referensi [1] Ansori N dan Mustajib, M. I 2013. Sistem perawatan terpadu. Yogyakarta : Indonesia.
12