PENGUKURAN EMISI UDARA I.
TUJUAN 1. Menentukan kandungan partikulat debu dengan HVAS 2. Mengetahui tingkat kebisingan udara lingkungan
II.
III.
ALAT DAN BAHAN 1. 2. 3. 4.
Alat yang digunakan: High volume Air Sample (HVAS) Sound level meter Neraca analitik Motor
-
Bahan yang digunakan 1. Kertas saring
DASAR TEORI
Udara Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Komponen yang konsentrasinya paling bervariasi adalah air dalam bentuk uap dan karbon dioksida (CO2). Jumlah uap air yang terdapat di udara bervariasi tergantung dari cuaca dan suhu. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas ke udara melampaui kandungan alami akibat kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberika daya dukungan bagi makhluk hidup untu hidup secara optimal. Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain dapat membahayakan kesehatan manusia, mengganggu kehidupan hewan dan tumbuhan dan terganggunya iklim (cuaca). Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polusi sama sekali. Beberapa gas seperti sulfur dioksida (SO2), hidrogen sulfida (H2S) dan karbon monoksida selalu dibebaskan ke udara sebagai produk sampingan dari proses-proses alami seperti aktivitas vulkanik, pembusukan sampah tanaman, kebakaran hutan, dan sebagainya. Selain itu partikel-partikel padatan atau cairan berukuran kecil dapat tersevar di udara oleh angin, letusan vulkanik atau gangguan alam lainnya. Selain disebabkan polutan, polusi udara dapat juga disebabkan oleh aktivitas manusia.
Polusi Udara Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang, seperti uap air,debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain. Macam-macam bahan pencemar udara dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok antara lain: 1. Klasifikasi Menurut Bentuk Asal a. Bahan pencemar udara primer yaitu polutan yang apabila menyebar, keadaan tetap seperti keadaan semula, misal partikel halus, senyawa sulfur, nitrogen, karbon, senyawa organic. b. Bahan pencemar udara sekunder yaitu bahan pencemar udara primer yang mengalami reaksi dengan senyawa lain setelah keluar dari sembernya, misalnya SO3 + H2O → H2SO4. 2. Klasifikasi Menurut Keadaan Fisik a. Partikel misalnya aerosol, mist, smoke, dan fog. b. Gas misalnya true gas dan vapor. 3. Klasifikasi Menurut Susunan Kimia Bahan Pencemar a. Inorganik misalnya CO, SO2. b. Organik misalnya metan, benzen dan etilen. TEORI TAMBAHAN SUMBER PENCEMAR UDARA Telah disadari bersama, kualitas udara saat ini telah menjadi persoalan global, karena udara telah tercemar akibat aktivitas manusia dan proses alam. Masuknya zat pencemar ke dalam udara dapat secara alamiah, misalnya asap kebakaran hutan, akibat gunung berapi, debu meteorit dan pancaran garam dari laut ; juga sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia, misalnya akibat aktivitas transportasi, industri, pembuangan sampah, baik akibat proses dekomposisi ataupun pembakaran serta kegiatan rumah tangga. Terdapat 2 jenis pencemar yaitu sebagai berikut : a. Zat pencemar primer, yaitu zat kimia yang langsung mengkontaminasi udara dalam konsentrasi yang membahayakan. Zat tersebut bersal dari komponen udara alamiah seperti karbon dioksida, yang meningkat di atas konsentrasi normal, atau sesuatu yang tidak biasanya, ditemukan dalam udara, misalnya timbal.
b. Zat pencemar sekunder, yaitu zat kimia berbahaya yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi kimia antar komponen-komponen udara.
Sumber bahan pencemar primer dapat dibagi lagi menjadi dua golongan besar : 1. Sumber alamiah Beberapa kegiatan alam yang bisa menyebabkan pencemaran udara adalah kegiatan gunung berapi, kebakaran hutan, kegiatan mikroorganisme, dan lain-lain. Bahan pencemar yang dihasilkan umumnya adalah asap, gas-gas, dan debu. 2. Sumber buatan manusia Kegiatan manusia yang menghasilkan bahan-bahan pencemar bermacam-macam antara lain adalah kegiatan-kegiatan berikut : a. Pembakaran, seperti pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga, industri, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain asap, debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO). b. Proses peleburan, seperti proses peleburan baja, pembuatan soda,semen, keramik, aspal. Sedangkan bahan pencemar yang dihasilkannya antara lain adalah debu, uap dan gas-gas. c. Pertambangan dan penggalian, seperti tambang mineral and logam. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama adalah debu. d. Proses pengolahan dan pemanasan seperti pada proses pengolahan makanan, daging, ikan, dan penyamakan. Bahan pencemar yang dihasilkan terutama asap, debu, dan bau. e. Pembuangan limbah, baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Pencemarannya terutama adalah dari instalasi pengolahan air buangannya. Sedangkan bahan pencemarnya yang teruatam adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk. f. Proses kimia, seperti pada proses fertilisasi, proses pemurnian minyak bumi, proses pengolahan mineral. Pembuatan keris, dan lain-lain. Bahan-bahan pencemar yang dihasilkan antara lain adalah debu, uap dan gas-gas
g. Proses pembangunan seperti pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang semacamnya. Bahan pencemarnya yang terutama adalah asap dan debu. h. Proses percobaan atom atau nuklir. Bahan pencemarnya yang terutama adalah gas-gas dan debu radioaktif.
JENIS BAHAN PENCEMAR UDARA Sumber bahan pencemar udara ada lima macam yang merupakan penyebab utama (sekitar 90%) terjadinya pencemaran udara global di seluruh dunia yaitu: 1.
Gas karbon monoksida, CO
2.
Gas-gas nitrogen oksida, NOx
3.
Gas hidrokarbon, CH
4.
Gas belerang oksida, SOx
5.
Partikulat-partikulat (padat dan cair)
Gas karbon monoksida merupakan bahan pencemar yang paling banyak terdapat di udara, sedangkan bahan pencemar berupa partikulat (padat maupun cair) merupakan bahan pencemar yang sangat berbahaya (sifat racunnya sekitar 107 kali dari sifat racunnya gas karbon monoksida). a. Gas Karbon Monoksida, CO Karbon monoksida adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa, titik didih -192º C, tidak larut dalam air dan beratnya 96,5% dari berat udara. Reaksi-reaksi yang menghasilkan gas karbon monoksida antara lain:
Pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar atau senyawa senyawa karbon lainnya.
Reaksi antara gas karbon dioksida dengan karbon dalam proses industri yang terjadi dalam tanur.
Gas karbon monoksida yang dihasilkan secara alami yang masuk ke atmosfer lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang dihasilkan dari kegiatan manusia. Karbon monoksida, walaupun dianggap sebagai polutan, telah lama ada di
atmosfer sebagai hasil produk dar aktivitas gunung berapi.Ia larut dalam lahar gunung berapi pada tekanan yang tinggi di dalam mantel bumi. Kandungan karbon monoksida dalam gas gunung berapi bervariasi dari kurang dari 0,01% sampai sebanyak 2%
bergantung pada gunung berapi tersebut. Oleh karena sumber alami karbon monoksida bervariasi dari tahun ke tahun, sangatlah sulit untuk secara akurat menghitung emisi alami gas tersebut. Karbon monoksida memiliki efek radiative forcing secara tidak langsung dengan menaikkan konsentrasi metana dan ozon troposfer melalui reaksi kimia dengan konstituen atmosfer lainnya (misalnya radikal hidroksil OH-) yang sebenarnya akan melenyapkan metana dan ozon. Dengan proses alami di atmosfer, karbon monoksida pada akhirnya akan teroksidasi menjadi karbon dioksida. Konsentrasi karbon monoksida memiliki jangka waktu pendek di atmosfer. CO antropogenik dari emisi automobil dan industri memberikan kontribusi pada efek rumah kaca dan pemanasan global. Di daerah perkotaan, karbon monoksida, bersama dengan aldehida, bereaksi secara fotokimia, meghasilkan radikal peroksi. Radikal peroksi bereaksi dengan nitrogen oksida dan meningkatkan rasio NO2 terhadap NO, sehingga mengurangi jumlah NO yang tersedia untuk bereaksi dengan ozon. Karbon monoksida juga merupakan konstituen dari asap rokok. b. Gas-gas Nitrogen Oksida, NOx Gas-gas nitrogen oksida yang ada di udara adalah nitrogen monoksida NO, dan nitrogen dioksida NO2 termasuk bahan pencemar udara. Gas nitrogen monoksida tidak berwarna, tidak berbau, tetapi gas nitrogen dioksida berwarna coklat kemerahan dan berbau tajam dan menyebabkan orang menjadi lemas. Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. Selama ini belum pernah dilaporkan terjadinya keracunan NO yang mengakibatkan kematian. Di udara ambient yang normal, NO dapat mengalami oksidasi menjadi NO2 yang bersifat racun. Penelitian terhadap hewan percobaan yang dipajankan NO dengan dosis yang sangat tinggi, memperlihatkan gejala kelumpuhan sistem syarat dan kekejangan. Penelitian lain menunjukkan bahwa tikus yang dipajan NO sampai 2500 ppm akan hilang kesadarannya setelah 6-7 menit, tetapi jika kemudian diberi udara segar akan sembuh kembali setelah 4–6 menit. Tetapi jika pemajanan NO pada kadar tersebut berlangsung selama 12 menit, pengaruhnya tidak dapat dihilangkan kembali, dan semua tikus yang diuji akan mati.
NO2 bersifat racun terutama terhadap paru. Kadar NO2 yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat mematikan sebagian besar binatang percobaan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan oleh gejala pembengkakan paru (edema pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan mengakibatkan 100% kematian pada binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29 menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas. c. Hidrokarbon (CH) Sumber terbesar senyawa hidrokarbon adalah tumbuh-tumbuhan. Gas metana CH4 adalah senyawa hidrokarbon yang banyak dihasilkan dari penguraian senyawa organik oleh bakteri anaerob yang terjadi dalam air, dalam tanah dan dalam sedimen yang masuk ke dalam lapisan atmosfer. Hidrokarbon diudara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain dan akan membentuk ikatan baru yang disebut polycyclic aromatic hidrocarbon (PAH) yang banyak dijumpai di daerah industri dan kawasan padat lalu lintas. Bila PAH ini masuk dalam paru-paru akan menimbulkan luka dan merangsang terbentuknya sel-sel kanker. Pengaruh hidrokarbon aromatik pada kesehatan manusia dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Jenis hidrokarbon
Benzene (C6H6 )
Konsentrasi ( ppm ) 100 3.000 7.500 20.000
Toluena (C7H8)
200 600
Dampak kesehatan Iritasi membran mukosa Lemas setelah ½ - 1 Jam Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam Kematian setelah pemaparan 5 –10 menit Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
d. Gas-gas Belerang Oksida SOx Gas belerang dioksida SO2 tidak berwarna, dan berbau sangat tajam. Gas belerang dioksida dihasilkan dari pembakaran senyawasenyawa yang mengandung unsur belerang. Gas belerang dioksida SO2 terdapat di udara biasanya bercampur dengan gas belerang trioksida SO3 dan campuran ini diberi simbol sebagai SOx. Pencemaran SOx
menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan SO2 terhadap manusia adalah iritasi sistim pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan penderita yang mengalami penyakit khronis pada sistem pernafasan kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relative rendah. Kadar SO2yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan adalah sebagai berikut : Konsentasi
Pengaruh
(ppm) 3-5
Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
8-12
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi tenggorokan
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata
20
Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan batuk
20
Maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi dalam waktu lama
50-100
Maksimum yang diperbolehkan untuk kontrak singkat ( 30 menit )
400-500
Berbahaya meskipun kontak secara singkat
e. Partikulat Yang dimaksud dengan partikulat adalah berupa butiran-butiran kecil zat padat dan tetes-tetes air. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Inhalasi merupakan satusatunya rute pajanan yang menjadi perhatian dalam hubungannya dengan dampak terhadap kesehatan. Walau demikian ada juga beberapa senjawa lain yang melekat bergabung pada partikulat, seperti timah hitam (Pb) dan senyawa beracun lainnya, yang dapat memajan tubuh melalui rute lain. Pengaruh partikulat debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu
bentuk padat maupun cair yang berada diudara sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umunya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung masuk kedalam paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain itu partikulat debu yang melayang dan berterbangan dibawa angin akan menyebabkan iritasi pada mata dan dapat menghalangi daya tembus pandang mata (visibility). Adanya ceceran logam beracun yang terdapat dalam partikulat debu di udara merupakan bahaya yang terbesar bagi kesehatan. Pada umumnya udara yang tercemar hanya mengandung logam berbahaya sekitar 0,01% sampai 3% dari seluruh partikulat debu di udara Akan tetapi logam tersebut dapat bersifat akumulatif dan kemungkinan dapat terjadi reaksi sinergistik pada jaringan tubuh, Selain itu diketahui pula bahwa logam yang terkandung di udara yang dihirup mempunyai pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan dosis sama yang besaral dari makanan atau air minum. Oleh karena itu kadar logam di udara yang terikat pada partikulat patut mendapat perhatian. SAMPLING UDARA Program pengukuran kualitas udara ditinjau dari tujuan dan lokasinya pengambilan contoh udara dibagi menjadi dua, yakni sampling pencemar ambien dan sampling emisi sumber. `
Sampling pencemar ambien bertujuan untuk :
Memenuhi dan mematuhi baku mutu udara ambien untuk industri
Menyediakan data untuk evaluasi kualitas udara di industri
Observasi terhadap kecenderungan adanya pencemaran
Sampling emisi sumber bertujuan untuk :
Mengetahui besaran emisi pencemar untuk dibandingkan dengan baku mutu emisi.
Mengetahui tingkat emisi dari laju produksi atau operasi industri.
Melakukan pemantauan kinerja alat pencegahan pencemaran
Berdasarkan periode dan frekuensi sampling, sampling udara dapat dibedakan menjadi :
Sampling kontinyu
Sampling intemitten
Sampling sesaat
TEKNIK ANALISIS UDARA a.
Analisis Spektrofotometri/Kolorimetri Teknik analisis ini berdasarkan prinsip perbedaan warna larutan reagen sebelum
dan sesudah bereaksi dengan gas yang diukur. Parameter pencemar udara dapat diukur melalui analisis spektrofotometri, seperti SOx, NOx, H2S, ammonia, logam berat. b.
Analisis Elektrokimia Teknik analisis ini berdasarkan prinsip oksidasi elektrokimia, diman arus listrik
yang dikonsumsi akan merepresentasikan gas yang diukur secara kuantitatif. Parameter udara yang dapat diukur dengan analisis ini diantaranya CO dan H2S. Analisis Chemiluminescent Teknik analisis dengan mengukur energi cahaya yang dihasilkan oleh reaksi antara gas pencemar yang akan diukur dengan gas reagen, energi cahaya yang dihasilkan ditangkap oleh tabung fotomultiplier, diperkuat dan dipancarkan kesensor pembaca. Energi cahaya yang dihasilkan sebanding dengan kuantitas zat pencemar reaktif. Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis chemiluminescent diantaranya O3, NOx dan oksidan. Analisis absorpsi sinar inframerah dan ultraviolet Beberapa parameter pencemar seperti CO dapat menyerap energi infared dan ultraviolet, sehingga besaran energi yang terserap merepresentasikan konsentrasi pencemar. NDIR (non dispersive infra red) adalah instrument analisis konsentrasi zat pencemar berdasarkan serapan energi inframerah. Analisis kromatografi Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen analit dalam suatu medium dan perbedaan afinitas antara analit, fase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Berdasarkan jenis fase
geraknya, kromatografi dibedakan menjadi kromatografi gas (GC) dan kromatografi cairan (LC). Pencemar udara yang dapat diukur dengan analisis kromatografi diantaranya: VOC dan hidrokarbon. LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 41 TAHUN 1999 TANGGAL : 26 MEI 1999 BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL Waktu Pengukura No . Parameter n Baku Mutu Metode Analisis Peralatan Spektrofotomete 1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin r (Sulfur Dioksida) 24 Jam 365 ug/Nm3 1 Thn 60 ug/Nm3 2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer (Karbon Monoksida ) 24 Jam 10.000 ug/Nm3 1 Thn Spektrofotomete 3 3 NO2 1 Jam 400 ug/Nm Saltzman r (Nitrogen Dioksida) 24 Jam 150 ug/Nm3 1 Thn 100 ug/Nm3 Chemiluminescen Spektrofotomete 4 O3 1 Jam 235 ug/Nm3 t r 3 (Oksidan) 1 Thn 50 ug/Nm 5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas (Hidro Karbon) Chromatogarfi 6 PM10 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Partikel < 10 um ) PM2,5 (*) 24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Partikel < 2,5 um ) 1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol 3 7 TSP 24 Jam 230 ug/Nm Gravimetric Hi – Vol (Debu) 1 Thn 90 ug/Nm3 8 Pb 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol (Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif Pengabuan AAS 9. Dustfall 30 hari
10 Ton/km2/Bula n (Pemukiman) Gravimetric 20 Ton/km2/Bula n (Industri)
(Debu Jatuh )
Total Fluorides 10 (as F)
24 Jam
3 ug/Nm3
90 hari
0,5 ug/Nm3 Electrode 40 u g/100 cm2 dari kertas limed filter Colourimetric 150 ug/Nm3 Spesific Ion
Fluor 11. Indeks 30 hari 12. Khlorine & 24 Jam Khlorine Dioksida Sulphat 13. Indeks 30 hari
Spesific Ion
Electrode 1 mg SO3/100 cm3 Colourimetric Dari Lead Peroksida
Cannister
Impinger atau Countinous Analyzer Limed Filter Paper Impinger atau Countinous Analyzer Lead Peroxida Can
Metode-metode analisis untuk baku mutu ini akan dijabarkan sebagai berikut : 1. Gas Chromatography (GC) Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang digunakan dalam kimia analitik dapat memisahkan senyawa dengan tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat digunakan dalam mengidentifikasi suatu senyawa. Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert, sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer ataupun larutan. 2. Spektrofotometer Spektrofotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Panjang gelombang yang diukur sendiri merupakan larutan Pararosanilin. 3. AAS (atomic absorption spectrofotometry) Larutan sampel diaspirasikan ke suatu nyala dan unsur-unsur di dalam sampel diubah menjadi uap atom sehingga nyala mengandung atom unsur-unsur yang dianalisis. Beberapa diantara atom akan tereksitasi secara termal oleh nyala, tetapi kebanyakan atom tetap tinggal sebagai atom netral dalam keadaan dasar (ground state). Atom-atom ground state ini kemudian menyerap radiasi yang diberikan oleh sumber radiasi yang terbuat dari unsur-unsur yang bersangkutan. Panjang gelombang yang
dihasilkan oleh sumber radiasi adalah sama dengan panjang gelombang yang diabsorpsi oleh atom dalam nyala. Absorpsi ini mengikuti hukum Lambert-Beer 4. Impinger 5. Limed filter paper 6. Continous Analyzer 7. Lead 8. Peroxida Can www.fs.fed.us
L A M P I R A N I KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUPNO. 48 TAHUN 1996 TANGGAL 25 NOPEMBER 1996 BAKU TINGKAT KEBISINGAN
Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.[2] ISPU Dan Dampak Kesehatan
ISPU
Pencemaran Udara Level
Dampak kesehatan;
0 – 50
Baik
Tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia atau hewan.
51 – 100
Sedang
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang peka.
101 – 199
Tidak Sehat
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok hewan yang peka atau dapat menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
200 – 299
Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada sejumlah Sehat segmen populasi yang terpapar.
300 – 500
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi (misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit tenggorokan).
Berbahaya
Udara ambien adalah udara sekitar kita di lapisan troposfer yang apa adanya yang sehari-hari kita hirup. Dalam keadaan normal, udara ambien ini akan terdiri dari gas nitrogen (78%), oksigen (20%), argon (0,93%) dan gas karbon dioksida (0,03%). Udara emisi adalah udara yang langsung dikeluarkan oleh sumber emisi seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong gas buang pabrik. Tergantung dari pengelolaan lingkungannya, udara emisi bisa mencemari udara ambien atau tidak mencemari udara ambien. Wah bahaya kan ya kalau setiap hari hari kita menhirup udara yang tercemar gas-gas berbahaya? oleh sebab itu perlu diadakan analisis udara ambien dan udara emisi dengan beberapa parameter. Parameter-parameter kualitas udara yang dipantau umumnya hampir sama seperti gas SOx, CO, NO2, H2S, NH3 dan partikulat yang berbentuk padat. KEBISINGAN Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di tempat kerja. Kebisingan mempengaruhi kesehatan, antara lain dapat menyebabkan kerusakan pada indra pendengaran sampai pada ketulian. Dari hasil penelitian diperoleh bukti bahwa intensitas bunyi yang dikategorikan bising dan yang mempengaruhi kesehatan (pendengaran) adalah di atas 60 dB. Oleh sebab itu, para karyawan yang nekerja di pabrik dengan intensitas bunyi mesin di atas 60 dB, maka harus dilengkapi dengan alat pelindung (penyumbat) telinga, guna mencegah gangguan-gangguan pedengaran (Notoatmodjo, 2003). Di samping itu, kebisingan juga dapat mengganggu komunikasi. Dengan suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak di dalam berkomunikasi dengan pekerja yang lain. Oleh karena sudah biasa berbicara keras di lingkungan kerja sebagai akibat lingkungan kerja yang bising ini, maka kadang-kadang di tengah-tengah keluarga juga terbiasa berbicara keras. Bisa sebagai sikap marah. Lebih jauh kebisingan yang terus menerus dapat mengakibatkangangguan konsentrasi pekerja, yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya menurunkan produktivitas kerja (Notoatmodjo, 2003). Selain itu kebisingan juga dapat mempengaruhi peningkatan tekanan darah.
Jenis-Jenis Kebisingan Kebisingan dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) bentuk dasar (Wahyu, 2003) : 1. Intermitten Noise (Kebisingan Terputus-putus) Intermittten Noise adalah kebisingan diana suara timbul dan menghilang secara perlahan-lahan. Termasuk dalam intermitten noise adalah kebisingan yang ditimbulkan oleh suara kendaraan bermotor dan pesawat terbang yang tinggal landas. 2. Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu) Dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik, atau kebisingan dimana fluktuasi dari intensitas suara tidak lebih 6dB, misalnya : suara kompressor, kipas angin, darur pijar, gergaji sekuler, katub gas. 3. Impact Noise. Impact noise adalah kebisingan dimana waktu yang diperlukan untuk mencapai puncak intensitasnya tidak lebih dari 35 detik, dan waktu yang dibutuhkan untuk penurunan sampai 20 dB di bawah puncaknya tidak lebih dari 500 detik. Atau bunyi yang mempunyai perubahan-perubahan besar dalam octave band. Contoh : suara pukulan palu, suara tembakan meriam/senapan dan ledakan bom.
IV.
CARA KERJA 1. Menyiapkan 2 motor yang sebagai untuk di jadikan sebagai perbandingan antara motor tersebut 2. Menimbang kertas saring dalam keadaan kosong 3. Meletakkan kertas saring ke alat HVAS 4. Menyalakan HVAS dengan waktu selam 2 menit 5. Menimbang kertas saring kembali 6. Menganalisa kertas saring 7. Menentukan kebisingan dengan sound level meter pada lokasi yang sama
V.
DATA PENGAMATAN Jenis Kendaraan
1. Suzuki Thunder 125 cc tahun 2008
2. Honda Revo 100 cc tahun 2008
Partikula t Debu (gr) Kertas saring kosong = 0,5041 gr 1 menit : Kertas 64,9 dB saring + (tidak di polutan = gas) 0,5056 gr 2 menit : Berat 86,4 dB (di polutan = gas) 0,5056 gr – 0,5041 gr = 0,0015 gr Kertas saring kosong = 0,5014 gr 1 menit : Kertas 67,4 dB saring + (tidak di polutan = gas) 0,5061 gr 2 menit : Berat 90, 2 dB polutan = (digas) 0,5061 gr – 0,5014 gr = 0,0047 gr Kebisinga n (dB)
Standart Kendaraan
PERGUB SUMSEL No. 17 Th. 2005 Tentang Standar Udara H2S : 42 µg/Nm3/30 mnt SO2 : 900 µg/Nm3/1 jam
Standar kualitas udara Baku mutu emisi kendaraan bermotor menurut Kepmen LH No. 06 tahun 2006 Sepeda motor 2 tak : CO (%) = 4.5 HC (ppm) = 12.000
Sepeda motor 4 tak : CO NO2 : 400 (%) = 4.5 µg/Nm3/1 jam HC (ppm) = 2.400 CO : 30000 3 µg/Nm /1 jam Berpenggera k motor TSP : 230 3 bakar cetus µg/Nm /24ja m api (bensin) : CO (%) = 1.5 HC (ppm) = 200
VI.
ANALISA PERCOBAAN
Setelah melakukan praktikum dapat di analisa, bahwa : Pada percobaan kali ini, kami mengukur tingkat kebisingan dan menentukan kandungan partikulat debu dengan HVAS, alat yang digunakan utnuk menentukan kedua tujuan praktikum yaitu motor (jumlah nya 2, yang pertama motor suzuki thunder 125cc tahun 2008, dan kedua motor honda revo 100cc tahun 2008, alat HVAS dan sound level meter), mengapa pada percobaan kali ini menggunakan 2 motor? Karena untuk membandingkan antara motor pertama dan kedua apakah motor pertama atau motor kedua yang partikulat dan tinggkat kebisingan nya tinggi. Untuk menentukan kandungan partikulat debu yang keluar dari klanpot, menimbang kertas saring yang kosong, kemudian letakkan di alat HVAS kemudian menghidupkan motor, selama satu menit alat tersebut di letakkan di depan knalpot tanpa di gas motornya, pada menit kedua motor di gas agas memperoleh partikulat yang banyak. Lalu setelah itu menimbang kertas saring kembali dengan partikulat, hasil partikulat yang di dapatkan pada kendaraan 1 yaitu 0,0015 gr dan sedangkan pada kendaraan ke2 yaitu 0,0047 gr. Kemudian kami mengukur kebisingan dengan alat sound level meter pada kendaraan bermotor. Dimana pada kendaraan bermotor, kebisingan yang ditimblkan. Tingkat kebisingan dari lalu lintas kendaraan bermotor berhubungan sekali dengan arus lalu lintas dan tingkat kepadatan sehingga menimbulkan kebisingan, terutama pada kendaraan bermotor yang yang tidak memiliki filter pada knalpotnya. Hal ini mengganggu kesehatan bagi mereka yang bertempat tinggal di dekat jalan raya. Kebisingan kendaraan bermotor ini termasuk pada jenis kebisingan Intermittten Noise (Kebisingan Terputus-putus), yaitu kebisingan dimana suara timbul dan menghilang secara perlahan-lahan, dapat dinyatakan dalam nilai ambang tekanan suara (sound pressure levels) diukur dalam octave band dan perubahan-perubahan tidak melebihi beberapa dB per detik. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebisingan antara lain : intensitas bising, frekuensi bising, lamanya berada dalam lingkungan bising, sifat bising, waktu diluar dari lingkungan bising, kepekaan seseorang dan spektrum suara. Dan dari hasil data pengamatan, didapatkan bahwa nilai kebisingan dari kendaraan bermotor 1 dan kendaraan bermotor 2 berturut-turut adalah : 1 menit pertama 64,9 dB; 67,4 dB dan menit ke2 86,4 dB; 90,2 dB. Hal ini berarti, pada kendaraan bermotor telah melewati, nilai ambang batas kebisingan, yaitu : 60 dB, maka bila diatas 60 dB dapat merusak gangguan kesehatan pada seseorang.
7. Kesimpulan
Dari analisa diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa : Kebisingan dapat terjadi dimana saja dan dapat merusak kesehatan seseorang terutama pada sistem pendengaran. Kebisingan pada kendaraan bermotor termasuk jenis kebisingan Intermittten Noise (Kebisingan Terputus-putus), sedangkan suara orang mengobrol termasuk kebisingan Steady State Noise (Kebisingan Kontinyu) dan tempat yang sunyi tidak menimbulkan kebisingan.
Nilai ambang batas dari kebisingan adalah sebesar 60 dB Suara kendaraan bermotor dan suara orang mengobrol telah melewati niai ambang batas, sehingga dapat merusak kesehatan.
8. Daftar Pustaka Jobsheet “Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah” 2013 Polsri
LAPORAN TETAP PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH EMISI UDARA
DISUSUN OLEH : KELOMPOK I 1. Anadiya Morlina
(061330401007)
2. Ariyo Dwi Saputra
(061330401008)
3. Jannatul Fitri
(061330401011)
4. Mega Silvia
(061330401016)
5. M. Dody Apriliyana
(061330401018)
6. Rifa Nurjihanty
(061330401021)
7. Siti Nurjannah
(061330401025)
KELAS
: 2KD
INSTRUKTUR : Ir. Leila Kalsum, M.T.
LABORATURIUM TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG TAHUN 2014