PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG
NURSIL OCSANARI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014
Nursil Ocsanari A24090147
ABSTRAK NURSIL OCSANARI. Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung. Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil sepuluh galur harapan padi tipe baru (PTB). Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung. Dilakukan pada bulan April-Agustus 2013.Pengamatan pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan satu faktor yakni galur dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Galur yang digunakan IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-151-1, IPB 160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1, IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, dan Mekongga. Hasil menunjukkan bahwa galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan galur terbaik dibandingkan galur-galur lainnya, dan menunjukkan sifat-sifat penting padi tipe baru antara lain memiliki jumlah anakan produktif sedang, jumlah gabah hampa per malai rendah, jumlah gabah isi tinggi, bobot 1000 butir tinggi, dan produktivitas yang tinggi. Galur IPB 160-F-3-1-1 dan IPB 160-F-4-2-1 juga berpotensi untuk dilakukan uji lanjutan. Kata kunci: multi lokasi, padi tipe baru
ABSTRACT NURSIL OCSANARI. Evaluation of IPB Rice Lines in Province of Lampung. Supervised by HAJRIAL ASWIDINNOOR. The objective of this research was to evaluate ten (10) lines of new plant type (NTP) of rice. This research was conducted on April – August 2013 in Desa Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung. Postharvest observation was conducted in Postharvest Laboratory, Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University (IPB). A Randomized Complete Block Design with a factor and three replication were used in this experiment. Ten lines of rice that were used are IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, IPB 160-F3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1, IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, and Mekongga. The result showed that IPB 161-F-61-1 line is the best line and has important characters of new plant type of rice such as medium number of productive tillers, low number of empty grains, high number of filling grains, high weight of 1000 grains, and high productivity. IPB 160-F-3-1-1 and IPB 160-F-4-2-1- could also potentially developed. Keywords: multi location, new plant type
PENGUJIAN GALUR HARAPAN PADI IPB DI PROVINSI LAMPUNG
NURSIL OCSANARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung Nama : Nursil Ocsanari NIM : A24090147
Disetujui oleh
Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung Nama : Nursil Ocsanari NIM : A24090 147
Disetujui oleh
Dr Ir Hajrial Aswidinnoor, MSc Pembimbing
Tanggal Lulus:
27
,-014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan dengan baik. Penelitian dilaksanakan sejak bulan April sampai Agustus 2013 di Desa Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, dengan judul Pengujian Galur Harapan Padi IPB di Provinsi Lampung. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orangtua ayah Perwira Asmuni dan ibu Gustiana Sangun serta adik Muhammad Yazir Gustara atas doa, cinta, semangat dan dukungan yang selalu tercurah kepada penulis. 2. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing yang telah memberi bimbingan dan arahan serta nasihat kepada penulis 3. Bunda (Almh) Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS yang telah membimbing dan mendampingi penulis sejak awal masuk IPB hingga semester 4. 4. Dr. Ir. Nurul Khumaida, Msi selaku pembimbing akademik sejak awal masuk departemen hingga penulis lulus. 5. Heru Suharyono, SP selaku Koordinator Penyuluh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kemiling, tante Ir. Rili Pujiana Sangun, MM dan om Ir.Hamdan Malik atas bantuan, kerjasama dan semangat yang di berikan selama penulis melakukan penelitian. 6. Teman-teman civitas IPB yaitu Michel Erison, Dini Dwiyanti, Shinta C Wardani, Citra Alif Siamifta, Isnaeni Yunita Susanti, Yoga S Santoso, Sukirman, Seken Polansky, Estu Widi Andriani, Siti Nurhidayah, Arina Saniaty, serta Yulius Beny Ardo yang telah memberikan bantuan, saran dan semangat pada penyelesaian skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Februari 2014
Nursil Ocsanari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
METODE
2
Tempat dan Waktu
2
Bahan dan Alat
2
Metode Penelitian
2
Pelaksanaan Penelitian
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
4
Kondisi Umum
4
Keragaan Galur-Galur Padi yang Diuji
5
Produktivitas
6
Karakter Vegetatif Galur-Galur Padi yang Diuji
7
Karakter Generatif Galur-Galur Padi yang Diuji
8
SIMPULAN DAN SARAN
12
Simpulan
12
Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
18
DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi yang diuji
6
2 Rataan produktivitas galur-galur yang diuji
7
3 Rataan panjang batang, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif galur-galur yang diuji
8
4 Rataan panjang malai, umur berbunga, dan umur panen galur-galur yang diuji
9
5 Rataan jumlah gabah total, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan persen gabah hampa galur-galur yang diuji
10
6 Rataan bobot seribu butir dan produktivitas galur-galur yang diuji
11
DAFTAR GAMBAR 1 Penyakit yang menyerang tanaman padi
5
DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi Varietas
14
2 Data iklim Kecamatan Raja Basa
16
3 Penyemaian, pemeliharaan, panen
16
4 Penampilan malai galur dengan varietas pembanding
17
PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (beras) sebagai tanaman pangan dikonsumsi oleh kurang lebih 90% penduduk Indonesia (Saragih 2001) dan menjadi makanan pokok bagi setengah populasi dunia (Singh et al. 2008). Permintaan akan beras di Indonesia mengalami peningkatan tiap tahunnya, namun tidak diimbangi dengan peningkatan produksi. Peningkatan permintaan tersebut terjadi karena peningkatan jumlah konsumen. Dibandingkan dengan negara Asia lain, konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 139.15 kilogram per kapita per tahun. Sedangkan rata-rata konsumsi beras dunia hanya 60 kilogram per kapita per tahun (Rosalina 2013). Angka konsumsi yang tinggi harus diimbangi dengan produksi yang tinggi pula agar tidak terjadi kekurangan yang dapat menyebabkan terjadinya impor. Menurut data dari BPS 2012, produktivitas padi di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 5.14 ton ha-1. Laju pertambahan produktivitas lahan sawah juga semakin menurun karena semakin intensifnya pembangunan pada sektor lain (non pertanian). Upaya peningkatan produktivitas dan produksi yang lebih signifikan sangat dibutuhkan untuk menjamin kebutuhan pangan masyarakat. Peningkatan produksi padi dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu peningkatan potensi hasil dan peningkatan stabilitas hasil (Daradjat et al. 2001). Peningkatan produktivitas padi dapat dilakukan dengan pengembangan padi tipe baru (PTB). PTB merupakan salah satu varietas unggul yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan produktivitas padi. PTB mempunyai sifat batang kuat, anakan sedikit tetapi produktif semua, malai panjang dengan 200-250 butir gabah per malai, persentase gabah isi besar, daun tegak, tebal, dan berwarna hijau tua, sistem perakaran dalam dan banyak, tinggi tanaman sedang-pendek (90-100 cm), umur genjah, tahan terhadap hama dan penyakit, dan kualitas bulir padi yang baik (Khush 2000). Perakitan PTB yang mempunyai potensi hasil lebih tinggi dari Varietas Unggul Baru (VUB) telah dikembangkan oleh International Rice Research Institute (IRRI). Pembentukan PTB di Indonesia dimulai sejak tahun 1995. Dari program tersebut sudah dilepas PTB generasi pertama yaitu varietas unggul semi tipe baru yaitu Cimelati, Gilirang, Ciapus, dan varietas unggul tipe baru Fatmawati. Namun varietas-varietas tersebut masih mempunyai kekurangan, seperti anakan yang terlalu sedikit dan kehampaan yang tinggi yang mengakibatkan potensi hasilnya belum sesuai harapan (Abdullah et al. 2008). Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakukan berdasarkan suatu kondisi lingkungan tertentu melainkan melalui pengujian di berbagai agroekologi untuk memilih galur yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit utama serta cekaman lingkungan. Selain itu perlu dilakukan pengujian pada musim yang berbeda. Kemampuan daya hasil dan adaptasi dari suatu genotipe atau varietas selain ditentukan oleh faktor genetik, juga ditentukan oleh faktor lingkungan.
2 Tujuan Penelitiaan ini bertujuan untuk menguji daya hasil sepuluh galur harapan yang berpotensi dilepas sebagai varietas unggul baru (VUB).
METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Sukajaya, Kelurahan Raja Basa Jaya, Kecamatan Raja Basa, Kota Bandar Lampung, Lampung. Dilakukan pada bulan April- Agustus 2013. Pengamatan pascapanen dilakukan di Laboratorium Pascapanen Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Materi yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 10 galur padi hasil seleksi dan dua varietas unggul Ciherang dan Mekongga sebagai pembanding. Bahan lain yang digunakan adalah pupuk Phonska dan Urea, dan pestisida berbahan aktif lamda sihalotrin. Alat yang digunakan terdiri dari alat-alat budidaya pertanian dan alat-alat untuk pengamatan. Galurgalur dan varietas pembanding yang di uji pada percobaan ini yaitu: IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, IPB 160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1, IPB 161-F-6-1-1, Ciherang, dan Mekongga.
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan satu faktor dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan tiga ulangan. Terdapat 10 taraf galur yang dicobakan, yaitu IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, IPB 160-F-3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1, IPB 161-F-1-2-1, dan IPB 161-F-6-1-1. Model rancangan yang digunakan adalah:
Keterangan : i = 1, 2, 3, ... 10, j = 1, 2, 3 µ = nilai tengah percobaan = pengaruh perlakuan pada taraf ke-i = pengaruh pengelompokan (ulangan) ke-j = galat percobaan
3 Jika pada analisis ragam menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata, maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pratanam Lahan yang digunakan berukuran lebih kurang 432 m untuk seluruh percobaan dengan ukuran petakan 3 m × 4 m sebanyak 36 petakan. Penyemaian dilakukan pada petakan berukuran 1 m × 1 m untuk setiap galur. Penanaman Benih disemai selama 26 hari, kemudian bibit hasil persemaian dipindahkan ke dalam petakan sebanyak 2 bibit per lubang dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, pengairan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemupukan dilakukan tiga kali. Pemupukan pertama dilakukan pada 4 hari setelah tanam (HST) dengan pupuk Phonska dan Urea dengan dosis masing-masing 200 kg ha-1 dan 40 kg ha-1. Pemupukan kedua dilakukan pada 25 HST dengan pupuk Phonska dan Urea dengan dosis masing-masing 100 kg ha-1. Pemupukan ketiga dilakukan pada 34 HST dengan pupuk Urea dengan dosis 60 kg ha-1. Pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut gulma secara manual. Pengendalian hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida berbahan aktif lamda sihalotrin dengan konsentrasi 0.2%, dan dosis 555.5 cc ha-1. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada saat terlihat gejala serangan pada tanaman. Pengendalian keong mas dilakukan dengan mengeringkan areal pertanaman dan membuang keong secara manual. Pemeliharaan lainnya meliputi pengairan dan pengeringan pada saat menjelang panen. Panen Padi yang siap dipanen ditandai dengan 90% bulir padi telah menguning. Pemanenan dilakukan secara manual dengan memotong pangkal malai. Pengambilan tanaman contoh tiga ulangan dilakukan secara acak dengan memilih lima tanaman.
4 Pengamatan Pengamatan yang dilakukan terdiri dari pengamatan petakan dan pengamatan tanaman contoh. a. Pengamatan petakan 1. Bobot gabah per petak (kg) 2. Umur berbunga (hari), yaitu umur tanaman saat 80% populasi tanaman berbunga 3. Umur panen (hari), yaitu umur tanaman saat 90% bulir telah masak. b. Pengamatan tanaman contoh 1. Panjang batang (cm), yaitu tinggi dari permukaan tanah hingga buku terakhir malai 2. Jumlah anakan total per rumpun (anakan), yaitu jumlah total anakan setiap rumpun 3. Jumlah anakan produktif per rumpun (anakan), yaitu jumlah anakan yang bermalai 4. Panjang malai (cm), yaitu panjang dari buku terakhir hingga ujung malai 5. Bobot seribu butir (g) 6. Jumlah gabah total per malai (butir), meliputi jumlah gabah bernas dan gabah hampa 7. Jumlah gabah bernas per malai (butir) 8. Jumlah gabah hampa per malai (butir) 9. Persentase gabah hampa per malai (%), yaitu perbandingan antara jumlah gabah hampa per malai dengan jumlah gabah total per malai (persentase).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Curah hujan rata-rata selama penanaman sebesar 147.4 mm/bulan. Serangan walang sangit muncul ketika padi telah membentuk malai sampai matang susu. Serangan penggerek batang padi bergaris pada saat pembibitan sampai pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkannya mengakibatkan anakan mati yang disebut sundep pada tanaman stadia vegetatif dan beluk (malai hampa) pada tanaman stadia generatif. Ulat tentara menyerang semua stadia pertumbuhan, daun yang dimakan dimulai dari tepi daun sampai hanya meninggalkan tulang daun dan batang. Ulat tanduk hijau merupakan hama yang hidup pada inangnya (rumput-rumputan) yang kemudian memakan daun mulai dari pinggiran dan ujung daun, menyerang saat fase anakan sampai pembentukan malai. Serangan penyakit yang ditemui yaitu hawar daun bakteri (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) dan busuk batang (Magnaporthe salvinii) (Gambar 1). Hawar daun bakteri menyerang seluruh daun dan bagian
5 tanaman lainnya menjadi kering. Sel bakteri yang masuk menginfeksi tanaman padi melalui akar dan pangkal batang, yang kemudian tanaman menunjukkan gejala kresek. Gejala awal busuk batang berupa bercak berwarna kehitam-hitaman, bentuknya tidak teratur pada sisi luar pelepah daun dan secara bertahap membesar, lalu cendawan menembus batang padi yang kemudian menjadi lemah, anakan mati, dan mengakibatkan tanaman rebah.
(a)
(b)
Gambar 1. Penyakit yang menyerang tanaman padi (a) Serangan hawar daun bakteri dan (b) serangan busuk batang.
Keragaan Galur-galur Padi yang Diuji Hasil sidik ragam (Tabel 1) memperlihatkan bahwa galur tidak berpengaruh nyata terhadap karakter panjang malai, jumlah gabah isi, dan jumlah gabah total. Galur berpengaruh nyata pada karakter panjang batang, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, dan hasil. Galur yang berpengaruh nyata memperlihatkan adanya keragaman terhadap karakterkarakter yang diamati pada galur-galur padi tipe baru. Galur berpengaruh sangat nyata pada karakter umur berbunga, umur panen, jumlah gabah hampa, persentase gabah hampa, dan bobot 1000 butir. Gomez dan Gomez (2010) menyatakan bahwa nilai KK menunjukan tingkat ketepatan perlakuan yang dibandingkan dan merupakan indeks yang baik dari keadaan percobaan. Nilai KK yang rendah menunjukkan derajat ketelitian yang tinggi. Nilai KK yang terlalu rendah menyebabkan terlalu banyak perlakuan-perlakuan yang menonjol, dan sebaliknya nilai KK terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol.
6 Tabel 1. Rekapitulasi sidik ragam karakter vegetatif dan generatif tanaman padi yang diujia Karakter F-hitung KK (%) Panjang batang (cm) 2.86 * 7.32 Panjang malai (cm) 1.70 tn 6.63 Jumlah anakan total 2.52 * 20.07 Jumlah anakan produktif 2.45 * 19.99 Umur berbunga (HSS) 4.49 ** 0.93 Umur panen (HSS) 4.43 ** 0.82 Jumlah gabah isi 1.16 tn 20.76 Jumlah gabah hampa 5.06 ** 31.37 Jumlah gabah total 1.58 tn 17.07 Persentase gabah hampa (%) 4.26 ** 26.28 Bobot 1000 butir (gr) 2.07 ** 4.59 Hasil (ton/ha) 2.32 * 21.37 a) * berpengaruh nyata pada taraf 5%; ** berpengaruh sangat nyata pada taraf 1%; tn tidak berpengaruh nyata; KK koefisien keragaman
Produktivitas Varietas ciherang yang digunakan sebagai pembanding menghasilkan produktivitas hanya 2.84 ton per hektar GKG. Data produksi tersebut sangat tidak normal dibandingkan potensi hasil yang dalam deskripsi 8.5 ton per hektar GKG. Jumlah anakan produktif varietas ciherang tergolong normal (19.67 anakan), namun jumlah gabah hampa yang tinggi serta faktor lingkungan (rebah) menyebabkan hasil produktivitas berada di bawah rataan hasil. Melihat data produktivitas yang tidak biasa tersebut, varietas ciherang tidak dapat digunakan sebagai pembanding terhadap galur-galur yang diuji dalam percobaan ini, sehingga pembanding galur hanya dapat dilakukan terhadap mekongga yang angka produktivitasnya 5.11 ton per hektar GKG. Kisaran produktivitas antara 2 – 4 ton per hektar. Produktivitas varietas pembanding Mekongga adalah 5.11 ton per hektar. Produktivitas terendah dimiliki oleh galur IPB 160-F-36-1-1 yaitu 2.62 ton per hektar. Galur IPB 161-F-6-1-1 memiliki produktivitas tertinggi yaitu 4.97 ton per hektar. Produktivitas dipengaruhi oleh jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, jumlah gabah hampa per malai, dan bobot 1000 butir. Besarnya produktivitas berbanding terbalik dengan jumlah gabah hampa. Rata-rata curah hujan selama penelitian tergolong bulan lembab (klasifikasi iklim oldeman) yaitu 147.4 mm/bln, namun frekuensi serta hari hujan yang tidak menentu merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas pada galur-galur yang diuji. Selain itu serangan hama yang cukup banyak mulai dari persemaian hingga pengisian bulir padi juga menjadi penyebab rendahnya produktivitas. Larva penggerek batang padi bergaris yang hidup pada batang padi merusak sistem pembuluh tanaman, yang menyebabkan anakan mati, serta mempengaruhi jumlah rumpun yang
7 dapat dipanen. Selain itu juga penggerek batang bergaris menyebabkan malai hampa. Hama ini menyerang seluruh galur yang diuji dengan tingkat kerusakan mencapai 10% per petakan. Kerusakan pada malai juga di sebabkan oleh ulat tentara yang dapat memotong malai pada pangkalnya dan dikenal sebagai ulat pemotong leher malai. Kerusakan ini hanya terdapat pada beberapa galur saja (IPB 158-F-1-2-1, IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-151-1, IPB 160-F-7-3-1, IPB 160-F-36-1-1) dengan tingkat kerusakan 5% perpetakan. Selain itu, sebagian besar tanaman pada seluruh galur terserang penyakit hawar daun bakteri sehingga tanaman menjadi kering yang disebabkan karena terinfeksinya tanaman oleh bakteri yang masuk melalui sistem vaskular tanaman padi pada saat tanaman mengalami kerusakan pada bagian-bagian tanaman. Tanaman rebah yang disebabkan oleh serangan busuk batang juga berpengaruh nyata terhadap hasil produktivitas seperti yang terjadi pada petakan Ciherang. Kerusakan ini mencapai 60% pada petakan ulangan ke 3. Tabel 2. Rataan produktivitas galur-galur yang diujia Galur Produktivitas(ton/Ha) IPB 158-F-1-2-1 3.33 bcd IPB 158-F-7-1-1 4.12 abcd IPB 159-F-14-3-1 4.14 abcd IPB 159-F-15-1-1 3.94 abcd IPB 160-F-3-1-1 4.2 abcd IPB 160-F-4-2-1 4.4 abc IPB 160-F-7-3-1 3.87 abcd IPB 160-F-36-1-1 2.62 d IPB 161-F-1-2-1 4.06 abcd IPB 161-F-6-1-1 4.97 ab Ciherang 2.84 cd Mekongga 5.11 a
Karakter Vegetatif Galur-Galur Padi yang Diuji Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa galur-galur yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah panjang batang, dengan nilai KK 7.32%. Galur IPB 158-F-1-2-1 merupakan galur yang memiliki panjang batang terpanjang yaitu 75.22 cm, sedangkan galur IPB 159-F-15-1-1 merupakan galur terpendek yaitu 58.67 cm. Varietas pembanding Mekongga memiliki panjang batang 67.11 cm. Tanaman padi yang pendek lebih diinginkan agar tahan terhadap kerebahan (Rasyad 1999). Pada penelitian ini seluruh tanaman memiliki panjang batang yang pendek. Jumlah anakan pada galur yang diuji bervariasi. Hasil analisis ragam menunjukan galur-galur yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif. Kisaran jumlah anakan adalah 14-23 batang. Jumlah anakan total terendah dan tertinggi berturut-
8 turut adalah IPB 158-F-7-1-1 dan IPB 158-F-1-2-1. Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa galur-galur PTB memiliki jumlah anakan sedang yaitu 12-18 anakan. Jumlah anakan pada galur-galur yang diuji 80% memiliki jumlah anakan kategori sedang. Tabel 3. Rataan panjang batang, jumlah anakan total, dan jumlah anakan produktif galur-galur yang diujia Galur PB (cm) JAT JAP IPB 158-F-1-2-1 75.22 a 21.56 ab 20.67 ab 66.55 abc 14.22 b IPB 158-F-7-1-1 14.22 c 62.78 bc 14.22 b IPB 159-F-14-3-1 14.33 c 58.67 c 14.22 b IPB 159-F-15-1-1 14.44 c 59.45 c 16 b IPB 160-F-3-1-1 16.45 bc 64 bc 15.11 b IPB 160-F-4-2-1 15.11 bc 64.67 bc 16.11 bc 16.11 b IPB 160-F-7-3-1 62 bc 14.56 c 14.22 b IPB 160-F-36-1-1 66.11 bc 18.45 abc 18 ab IPB 161-F-1-2-1 71.22 ab 20.89 abc 20.67 ab IPB 161-F-6-1-1 63.78 bc 19.78 abc 19.67 ab Ciherang 67.11 abc 23.11 a 22.89 a Mekongga a angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa 5%; PB : panjang batang; JAT : jumlah anakan total; JAP : jumlah anakan produktif. Galur IPB 158-F-7-1-1, IPB 159-F-14-3-1, IPB 159-F-15-1-1, dan IPB 160-F-36-1-1, merupakan galur-galur yang memiliki jumlah anakan produktif terendah yaitu sebanyak 14.22. Galur yang memiliki jumlah anakan produktif tertinggi adalah IPB 158-F-1-2-1 dan IPB 161-F-6-1-1 dengan jumlah anakan 20.67, namun jumlah tersebut masih berada di bawah varietas Mekongga dengan jumlah anakan 22.89. Kisaran yang cukup besar pada jumlah anakan produktif jelas sangat mempengaruhi hasil, karena mempengaruhi jumlah malai pada setiap petakan. Galur IPB 160-F-36-1-1 yang memiliki jumlah anakan produktif terendah juga memiliki produktivitas terendah pula, begitu juga dengan galur IPB 161-F-6-1-1 yang memiliki jumlah anakan produktif tertinggi produktivitasnya juga tertinggi.
Karakter Generatif Galur-Galur Padi yang Diuji Panjang malai galur-galur yang diuji memiliki kisaran antara 21-24 cm, oleh karena itu hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa galur tidak berpengaruh nyata terhadap peubah panjang malai. Galur IPB 160-F-3-1-1 merupakan galur terpanjang dibandingkan varietas pembanding dan galurgalur lainnya yaitu 24.90 cm, sedangkan galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan galur terpendek yaitu 21.55 cm, namun tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Mekongga yang memiliki panjang malai 21.71 cm. Panjang
9 yang diharapkan adalah yang tidak terlalu panjang, sebab apabila malai terlalu panjang akan menyebabkan pengisian malai yang tidak terisi penuh akibat tidak seimbangnya antara sink dan source. Tabel 4. Rataan panjang malai, umur berbunga, dan umur panen galur-galur yang diujia Galur PM (cm) UB (HSS) UP (HSS) IPB 158-F-1-2-1 24.55 ab 82.7 a 115.0 a IPB 158-F-7-1-1 22.12 ab 82.0 ab 111.0 b IPB 159-F-14-3-1 22.17 ab 82.0 ab 112.3 b IPB 159-F-15-1-1 22.99 ab 82.0 ab 111.7 b IPB 160-F-3-1-1 24.90 a 81.6 ab 111.0 b IPB 160-F-4-2-1 23.34 ab 82.0 ab 111.0 b IPB 160-F-7-3-1 23.23 ab 81.3 ab 111.0 b IPB 160-F-36-1-1 24.53 ab 82.3 a 111.7 b IPB 161-F-1-2-1 22.34 ab 81.7 ab 111.7 b IPB 161-F-6-1-1 21.55 b 82.7 a 112.3 b Ciherang 23.77 ab 80.7 b 112.3 b Mekongga 21.71 b 79.3 c 111.7 b a angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa 5% ; PM : panjang malai; UB : umur berbunga; UP : umur panen; HSS : hari setelah semai. Kisaran umur berbunga galur-galur yang diuji antara 81-82 hari setelah semai (HSS). Peubah umur berbunga pada galur-galur yang diuji memiliki hasil analisis berbeda sangat nyata dengan varietas pembanding Mekongga yang memiliki umur berbunga lebih awal yaitu 79.3 HSS. Galur IPB 160-F-7-3-1 (81.3 HSS) merupakan galur yang memiliki umur berbunga lebih awal dibandingkan galur-galur lainnya, sedangkan galur IPB 158-F-1-2-1 dan IPB 161-F-6-1-1 memiliki umur berbunga lebih lama yaitu 82.7 HSS. Kisaran umur panen pada pengujian galur antara 110-115 hari setelah semai (HSS). Pada tabel 3 ditunjukkan data hampir seluruh galurgalur yang diuji tidak berbeda nyata dengan pembanding, hanya galur IPB 158-F-1-2-1 yang berbeda sangat nyata. Galur IPB 158-F-7-1-1, IPB 160-F3-1-1, IPB 160-F-4-2-1, dan IPB 160-F-7-3-1 adalah galur-galur yang memiliki umur panen tergenjah, yaitu 110 HSS. Galur IPB 158-F-1-2-1 memiliki umur panen terlama yaitu 115 HSS. Abdullah et al. (2008) menyatakan bahwa salah satu kriteria padi tipe baru adalah memiliki umur genjah yaitu antara 110-120 hari. Pada percobaan ini umur panen mengalami penundaan selama enam hari, dikarenakan waktu panen bertepatan dengan hari raya idul fitri. Penundaan umur panen ini mengakibatkan gabah menjadi rusak yang mempengaruhi bobot hasil gabah. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa galur tidak berpengaruh nyata terhadap karakter jumlah gabah total. Jumlah
10 gabah total berada pada kisaran 90 – 133 butir gabah per malai. Galur IPB 160-F-4-2-1 mempunyai jumlah gabah total terbanyak yaitu 133.07 butir gabah per malai. Galur IPB 161-F-6-1-1 mempunyai jumlah gabah total paling sedikit yaitu 90.89 butir gabah per malai. Tabel 5. Rataan jumlah gabah total, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, dan persen gabah hampa galur-galur yang diujia Galur JGT JGI JGH IPB 158-F-1-2-1 102.22 ab 70.74 b 31.48 (30.45 %) bc IPB 158-F-7-1-1 119.19 ab 95.37 ab 23.81 (20.06 %) cd IPB 159-F-14-3-1 111.59 ab 83.07 ab 28.52 (25.84 %) bcd IPB 159-F-15-1-1 102.11 ab 80.93 ab 21.19 (20.86 %) cd IPB 160-F-3-1-1 119.85 ab 94.67 ab 25.19 (22.23 %) cd IPB 160-F-4-2-1 133.07 a 105.89 a 27.19 (20.39 %) cd IPB 160-F-7-3-1 106.85 ab 82.19 ab 24.67 (23.51 %) cd IPB 160-F-36-1-1 124.59 ab 80.19 ab 44.41(35.29 %) ab IPB 161-F-1-2-1 105.29 ab 78.81 ab 26.48 (24.31 %) cd IPB 161-F-6-1-1 90.89 b 78.14 ab 12.74 (13.66 %) d Ciherang 133.56 a 74.14 ab 59.41 (44.36%) a Mekongga 96.78 ab 70.19 b 26.59 (28.07 %) cd a angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa 5% ; JGI : jumlah gabah isi; JGH : jumlah gabah hampa; JGT : jumlah gabah total. Abdullah et al. (2008) menyatakan salah satu karakter PTB adalah malai lebat (200-250 gabah/malai) dan bernas. Berdasarkan literatur tersebut berarti galur-galur yang diuji masih belum memenuhi kriteria karena hanya berkisar antara 90 – 133 gabah per malai. Jumlah gabah isi merupakan salah satu komponen penting untuk menentukan potensi hasil. Jumlah gabah isi pada penelitian ini berada di bawah potensi yang terbaik dari galur dan varietas. Pada Tabel 5 disajikan data kisaran jumlah gabah isi yaitu anatara 70 – 105 butir gabah per malai. Berdasarkan uji lanjut DMRT hampir seluruh galur-galur yang diuji memiliki jumlah gabah isi lebih banyak dari varietas pembanding. Jumlah gabah isi varietas Mekongga 70.9 butir gabah per malai. Galur IPB 160-F-4-2-1 merupakan galur yang memiliki jumlah gabah isi terbanyak yaitu 105.89 butir gabah per malai. Susilawati et al. (2010) menyatakan bahwa rendahnya gabah isi dan terbatasnya kemampuan genotipe dalam menghasilkan gabah isi menunjukkan belum seimbangnya translokasi fotosintat dari sumber (source) ke pengumpul (sink). Sink yang terlalu besar daripada source mengakibatkan pengisian biji tidak sempurna sehingga persen jumlah gabah hampa menjadi tinggi. Selain itu juga terdapat serangan hama dan penyakit yang menyerang malai pada stadia generatif. Kedua hal ini sangat mempengaruhi hasil produksi padi. Karakter jumlah gabah hampa berpengaruh sangat nyata berdasarkan hasil uji lanjut sidik ragam. Galur IPB 160-F-36-1-1 memiliki jumlah gabah
11 hampa terbanyak yaitu 44.41 butir per malai. Galur IPB 161-F-6-1-1 memiliki jumlah gabah hampa paling sedikit dibandingkan dengan galurgalur lainnya yaitu 12.74 butir per malai. Kedua galur yang memiliki jumlah gabah hampa terbanyak dan paling sedikit (Tabel 5) tersebut sama dengan galur-galur yang memiliki persen gabah hampa tertinggi (35.29%) dan terendah (13.66%) seperti disajikan pada Tabel 5. Kisaran jumlah gabah hampa dan persen gabah hampa berturut-turut antara 12- 44 butir gabah permalai dan 13 – 35 %. Makarim dan Ikhwani (2008) menyatakan bahwa persentase gabah hampa yang tinggi pada VUTB Fatmawati disebabkan oleh malai yang panjang dan jumlah gabah per malai yang banyak sebagai sinks yang besar, hanya ditopang (sources) oleh beberapa anakan, sehingga tidak mampu mencukupi kebutuhan hara dan karbohidrat. Faktor lain yang menyebabkan kehampaan adalah faktor lingkungan. Selain hama walang sangit yang menyerang, penelitian dilakukan pada saat musim kemarau, namun ketika muncul bunga terjadi hujan deras, hujan tersebut diduga menyebabkan polen rontok, selain itu juga pematangan polen membutuhkan sinar matahari, kedua hal tersebut menyebabkan polen gagal menyerbuki putik. Hujan juga terjadi saat pengisian bulir yang seharusnya membutuhkan lingkungan yang kering saat pengisian agar butir padi menjadi padat. Varietas ciherang yang memiliki persen gabah hampa tertinggi di sebabkan karena petakan varietas ciherang mengalami rebah. Daun-daun mengering karena serangan hawar daun bakteri menyebabkan kurangnya pati untuk mengisi bulir. Tabel 6 Rataan bobot seribu butir galur-galur yang diujia Galur BSB (g) IPB 158-F-1-2-1 26.46 abc IPB 158-F-7-1-1 25.49 c IPB 159-F-14-3-1 27.85 abc IPB 159-F-15-1-1 27.43 abc IPB 160-F-3-1-1 28.28 ab IPB 160-F-4-2-1 25.98 bc IPB 160-F-7-3-1 28.82 a IPB 160-F-36-1-1 27.57 abc IPB 161-F-1-2-1 25.93 bc IPB 161-F-6-1-1 27.47 abc Ciherang 26.83 abc Mekongga 28.04 ab a angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf alfa 5% ; BSB : bobot seribu butir. Diantara komponen produksi, karakter-karakter yang paling memberikan pengaruh terhadap potensi hasil adalah jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1000 butir , Purohit dan Majumder (2009). Hasil analisis sidik ragam pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa galur berpengaruh sangat nyata terhadap karakter bobot 1000 butir.
12 Kisaran bobot 1000 butir antara 25 – 28 gram. Galur IPB 160-F-7-3-1 memiliki bobot 1000 butir tertinggi yaitu 28.82 gram. Bobot 1000 butir terendah dimiliki oleh galur IPB 158-F-7-1-1 yaitu 25.49 gram. Varietas pembanding Mekongga memiliki bobot 1000 butir 28.04 gram.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Pada percobaan ini galur IPB 161-F-6-1-1 merupakan galur terbaik dibandingkan galur-galur lainnya, dan menunjukkan sifat-sifat penting padi tipe baru antara lain memiliki jumlah anakan produktif sedang, jumlah gabah hampa per malai rendah, jumlah gabah isi tinggi, bobot 1000 butir tinggi, dan produktivitas yang tinggi. Galur IPB 160-F-3-1-1 dan IPB 160F-4-2-1 juga berpotensi untuk dilakukan uji lanjutan.
Saran Galur yang mempunyai potensi hasil tinggi dapat dikaji lebih lanjut agar dapat diusulkan untuk uji multilokasi dalam rangka pelepasan varietas.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah B, Tjokrowidjojo S, Sularjo. 2008. Status, Perkembangan, dan Prospek Pembentukan Padi Tipe Baru di Indonesia. Di dalam: Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 2: Penelitian dan Pengembangan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor (ID). 269-287 hal. Arafah, Sirappa M P. 2003. Kajian penggunaan jerami dan pupuk N, P, dan K pada lahan sawah irigasi. J Ilmu Tanah dan Lingkungan 4 (1):15-24 [BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2012. Tabel Luas Panen- ProduktivitasProduksi Tanaman Padi Seluruh Provinsi [internet]. [diunduh 2013 Agu 10]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (ID). 2013. Data Iklim. Lampung (ID): BMKG Stasiun Masgar Lampung. Daradjat, Suwarno AA, Abdullah B, Soewito T J, Ismail BP, Simanullang ZA. 2001. Status Penelitian Pemuliaan Padi untuk Memenuhi Kebutuhan Pangan Masa Depan. Sukamandi (ID). Balai Penelitian Tanaman Padi. Gomez KA, Gomez AA. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Sjamsuddin E, Baharsjah JS , penerjemah. Jakarta (ID):
13 UI-Pr. Terjemahan dari: Statistical Prosedures for Agricultural Research. Khush GS. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield potensial, p. 99-108. In JATA. S. Nanda (Ed). Rice Breeding and Genetiks. New Hampshire (US): Science Publisher Inc. Makarim AK, Ikhwani. 2008. Respon komponen hasil varietas padi terhadap perlakuan agronomis. J Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 27(3): 148-153. Purohit S, Majumder MK. 2009. Selection of high yield rice variety from a cold tolerant three-way rice (Oryza sativa L.) cross involving Indica, Japonica, and wide compatible variety. Middle-East J Sci Res 4(1):2831. Rasyad A. 1999. Variabilitas genetik dan heritabilitas karakter agronomis padi lahan pasang surut di Kabupaten Bengkalis dan Indragiri Hilir. Sumedang (ID). PERIPI. 80-86 hal. Rosalina. 2013. Konsumsi Beras di Targetkan turun 1,5 Persen [internet]. [diunduh 2013 Agu 13]. Tersedia pada: http://www.tempo.co. Saragih B. 2001. Keynote Address Ministers of Agriculture Government of Indonesia. 2nd National Workshop on Strengthening The Development and Use of Hybrid Rice in Indonesia. 1:10 Singh S, Pradhan SK, Virk P. 2008. Genetic Divergence In New Plant Type Rice Under Shallow Lowland Ecosystem. Sabrao Journal of Breeding and Genetic 40:1 (1-8). Susilawati, Purwoko BS, Aswidinnoor H, Santosa E. 2010. Keragaan varietas dari galur padi tipe baru Indonesia dalam sistem ratun. JAI 38(3):177-184.
14 Lampiran 1 Deskripsi Varietas Mekongga Nama Varietas Kategori Tahun Tetua Rataan Hasil Potensi Hasil Pemulia
Nomor seleksi Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif Warna kaki Warna batang Warna telinga daun Warna lidah daun Warna daun Muka daun Posisi daun Daun bendera Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Tekstur nasi Kadar amilosa Bobot 1000 butir Ketahanan terhadap hama Ketahanan terhadap penyakit Anjuran tanam Instansi pengusul Teknisi
Mekongga : Cere: 2004: A2790/2*IR64 : 6 t/ha: 8.4 t/ha : Z. A.: Simanullang, Idris Hadade, Aan A. Daradjat, dan Sahardi, B. Suprihatno, Y. Samaullah, Atito DS., Ismail B. P., Triny S. Kadir, dan A. Rifki S4663-5D-KN-5-3-3 : 116-125 : hari Tegak : 91-106 : cm 13-16 : batang Hijau: Hijau: Tidak : berwarna Tidak : berwarna Hijau: Agak: kasar Tegak : Tegak : Ramping : panjang Kuning : bersih Sedang : Pulen : 23 %: 28 g: Agak: tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Agak: tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV Baik: ditanam di lahan sawah dataran rendah sampai ketinggian 500 m dpl Balitpa : dan BPTP Sultra M. Suherman : , Abd. Rauf Sery, Uan D., S. Toyib S. M., Edi S. MK, M. Sailan, Sail Hanafi, Z. Arifin, Suryono, Didi dan Neneng S.
15 Ciherang Nama Varietas Tahun Tetua Rataan Hasil Potensi Hasil Pemulia Nomor pedigri Golongan Umur tanaman Bentuk tanaman Tinggi tanaman Anakan produktif Warna kaki Warna batang Warna daun telinga Warna lidah daun Warna daun Muka daun Posisi daun Daun bendera Bentuk gabah Warna gabah Kerontokan Kerebahan Tekstur nasi Bobot 1000 butir Kadar amilosa Ketahanan terhadap hama Ketahanan terhadap penyakit Anjuran tanam
Ciherang : 2000: IR 18349-53-1-3-1-3/IRI : 19661-131-3-1///IR 64////IR 64 7 t/ha: 8.5 t/ha Tarjat: T., Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Aan A. Daradjat S3383-1d-Pn-41-3-1 : Cere : 116-125 : hari Tegak: 107-115 : cm 14-17: batang Hijau: Hijau: Putih: Putih: Hijau: Kasar: pada sebelah bawah Tegak: Tegak: Panjang : ramping Kuning : bersih Sedang : Sedang : Pulen: 27-28: gram 23 %: Tahan: terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Tahan: terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV Cocok : di tanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian dibawah 500 m dpl
16
Lampiran 2 Data iklim Kecamatan Raja Basa
a
Bulan
Curah hujan mm HH
April Mei Juni Juli Agustus
126 149 88 175 199
13 14 9 20 17
Kelembaban udara (%)
Suhu udara (T)
83 83 79 85 81
27 27 27 26 27
Lama penyinaran matahari % Ratarata 1598 52 1649 53 1788 58 1086 35 2043 66
HH (hari hujan), mm (milimeter) (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 2013)
Lampiran 3 Penyemaian, pemeliharaan, panen
Penyemaian
Pemeliharaan
Keluarnya malai
Panen
17 Lampiran 4 Penampilan malai galur dengan varietas pembanding
Ket : (A) Galur IPB 158-F-1-2-1, (B) Galur IPB 158-F-7-1-1, (C) Galur IPB 159-F-14-3-1, (D) Galur IPB 159-F-15-1-1, (E) Galur IPB 160F-3-1-1, (F) Galur IPB 160-F-4-2-1, (G) Galur IPB 160-F-7-3-1, (H) Galur IPB 160-F-36-1-1, (I) Galur IPB 161-F-1-2-1, (J) Galur IPB 161-F-6-1-1, (K) Ciherang, (L) Mekongga.
18
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 14 Oktober 1990 dari ayah Perwira Asmuni dan ibu Gustiana Sangun. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bandar Lampung dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur ujian talenta mandiri (UTM) dan diterima di Departemen agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis mengikuti salah satu organisasi mahasiswa BEM A (FAPERTA) sebagai staf di departemen seni dan budaya periode tahun 2010/2011. Penulis juga aktif mengikuti kegiatan departemen dan IPB seperti panitia seminar nasional Fakultas Pertanian, panitia acara seni dan olah raga Fakultas Pertanian, panitia MPD, panitia IAC, panitia festival buah dan bunga nusantara (FBBN).