PENGUJIAN EFISIENSI PASAR MODAL MELALUI EVALUASI PERGERAKAN INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Oleh: RETNO KUMALA DEWI NIM: 205081000193
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
i
PENGUJIAN EFISIENSI PASAR MODAL MELALUI EVALUASI PERGERAKAN INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: RETNO KUMALA DEWI NIM: 205081000193
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Titi Dewi Warninda, SE., MSi
NIP. 150 317 955
NIP. 150 368 746
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
ii
PENGUJIAN EFISIENSI PASAR MODAL MELALUI EVALUASI PERGERAKAN INDEKS LQ-45 DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: RETNO KUMALA DEWI NIM: 205081000193
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Titi Dewi Warninda, SE, Msi
NIP. 150 317 955
NIP. 150 368 746
Penguji Ahli
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS NIP. 131 474 891
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/ 2009 M
iii
Hari ini Selasa Tanggal 28 Bulan April Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Retno Kumala Dewi NIM: 205081000193 dengan judul skripsi ”Pengujian Efisiensi Pasar Modal Melalui Evaluasi Pergerakan Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 April 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB
Arief Mufraini, Lc, MSi
Ketua
Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Curriculum Vitae
I. Data Pribadi 1. Nama
: Retno Kumala Dewi
2. Jenis Kelamin
: Perempuan
3. Tempat/ Tanggal Lahir
: Purworejo, 2 Juni 1987
4. Agama
: Islam
5. Status
: Belum Menikah
6. Kewarganegaraan
: Indonesia
7. Alamat
: Jalan Cempaka VII Rt. 011/011 No. 9 Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, 11740
8. Nomor Telepon
: 021 – 5803148 / 08568119933
9. E-mail
:
[email protected]
II. Pendidikan Formal 1. TK Morri
Jakarta Barat
1992 - 1993
2. SDN Kembangan 09 Pagi
Jakarta Barat
1993 - 1999
3. SLTPN 45
Jakarta Barat
1999 – 2002
4. SMUN 84
Jakarta Barat
2002 – 2005
5. S1 UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2005 – 2009
III. Pendidikan Non Formal 1. Kursus Komputer di SMUN 84, Microsoft Windows, Word, Excel, Power Point, lulus tahun 2005 2. Kursus Bahasa Inggris di PEC Cengkareng, Intermediate II, tahun 2006
IV. Pengalaman Pekerjaan 1. Administrasi Penerimaan Jasa Teknologi
v
PPPTMGB LEMIGAS
2008
Abstract This research try to evaluate the movement of Indeks LQ-45 return to examine the weak form efficiency at Indonesian capital market. For data proccesing, we used daily data from January 2008 until December 2008. This research used AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) and Generalized AutoRegressive Conitional Heteroscedasticity (GARCH) method. The indication of weak form efficiency be a purpose this research as Indonesian capital market description. And then, ARCH and GARCH method are used to find the estimation equation of Indeks LQ-45 return. The result to indicate that return of Indeks LQ-45 movement at Indonesian capital market isn’t weak form efficiency and movement of Indeks LQ-45 return isn’t random walk .
Keywords: indeks LQ-45, weak form efficiency, ARCH and GARCH.
vi
Abstrak Dalam penelitian ini, peneliti melakukan evaluasi terhadap pergerakan return Indeks LQ-45 di BEI untuk menguji efisiensi bentuk lemah pada pasar modal di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data harian yang diambil dari data harian awal bulan Januari 2008 sampai dengan akhir Desember 2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity (ARCH) dan Generalized AutoRegressive Conitional Heteroscedasticity (GARCH). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi dalam bentuk lemah sebagai indikator kinerja pasar modal Indonesia. Selain itu, dengan penggunaan metode ARCH dan GARCH dapat ditentukan persamaan untuk melakukan peramalan terhadap pergerakan return Indeks LQ-45. Selanjutnya dilakukan uji Paired Sample t Test dan Mann Whitney u Test untuk menguji hipotesis pasar efisien bentuk lemah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergerakan return Indeks LQ-45 pada pasar modal Indonesia dapat diramalkan. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan return Indeks LQ-45 tidak bersifat acak (tidak mengikuti pola random walk) atau dapat dikatakan bahwa pasar modal Indonesia tidak termasuk efisien dalam bentuk lemah.
Kata kunci: Indeks LQ-45, efisiensi bentuk lemah, ARCH dan GARCH.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skpirsi ini dengan judul: ”Pengujian Efisiensi Pasar Modal Melalui Evaluasi Pergerakan Indeks LQ-45 Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan wahyu Allah SWT kepada umat manusia. Sehingga sampai saat ini penulis masih merasakan nikmat Iman dan Islam. Penulis telah melakukan usaha yang semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, jika terdapat kesalahan dan kekurangan penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan tersebut. Penulis juga menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini akan sulit terselesaikan. Oleh karena itu, dengan selesainya skripsi ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini, antara lain: 1. Doa Ibu yang selalu menyertaiku dengan segala pengorbanannya dan motivasi yang tiada henti kepada penulis. Terima kasih atas cinta mu yang tulus kepada ku Bunda. 2. Cinta dan kasih sayang Ayah semasa hidup, yang telah pergi sebelum sempat melihatku mengenakan toga. I miss you daddy.. 3. Ayah baruku yang mau ikut berjuang bersama Ibu, untuk aku dan keluarga baruku. 4. Bpk Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan dukungan serta motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi, selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang berbaik hati dengan memberikan petunjuk dalam menyusun skripsi ini.
viii
6. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen penguji ahli pada saat sidang skripsi. 7. Anjar
Nugroho,
my
brother.
Dia
yang
menyebalkan
sekaligus
membahagiakanku. Seorang adik yang selalu memotivasi dan menguatkanku di saat yang tak terduga. Thank you brother! 8. Danur Musafak, SE the prince in my heart, yang selalu memberiku kekuatan, kesabaran dan pengertian di saat aku membutuhkan. Aku kuat karena kau menguatkanku. Keep our love to reach for happiness together. Thank’s for your love, my lovey!! 9. My new sisters, sweety Nurul and Ita. Thank’s for your spirit and support. 10. All my family; Budhe, Padhe, Bu’lek, Pa’lek, sepupu dan ponakannku yang selalu memberiku spirit tersendiri. 11. My best friends; Rhirin, Fitri, Yanhi, Siti, Ipeh, Ika, Dyan yang telah memberiku semangat luar dalam. Thank’s for all. 12. Teman-teman GCM Club yang selalu asik dan santai menjalani hidup. Keep our friendship for club in the future. 13. Semua teman-teman Manajemen B dan juga teman-teman Manajemen Keuangan yang sulit jika disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan kita semasa kuliah. Ayo semangat!! I miss you all.. 14. Seluruh dosen UIN Syarif Hidayatullah yang telah berbagi ilmu selama masa perkuliahan. 15. My favorite football club ”LIVERPOOL”, Torres and Gerrad. You will never walk alone!! 16. Terima kasih impian, semoga kau menjadi jawaban atas semua do’a.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan dan sumbangan pikiran bagi pembaca. Amien.
Jakarta, Juni 2009
Penulis
ix
DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM
……………………………………………...i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
…………………………………..…ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
…………………………....iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………….iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP
……………………………………………..v
ABSTRACT …………………………………………………………………….vi ABSTRAK
……………………………………………………………………vii
KATA PENGANTAR
…………………………………………………..viii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………..x DAFTAR TABEL
……………………………………………………….…..xiv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………........xv DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
…………………………………………………...xvi
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................1 B. Perumusan Masalah
..........................................................5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II
..................................5
TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pasar Modal B. Saham
..............................................7
................................................................................10
C. Rerturn Saham ....................................................................13
x
1. Definisi Return Saham 2. Model
Harga
Saham
............................................13 Untuk
Menghitung
Tingkat
Pengembalian ....................................................................13 D. Macam-Macam Indeks Harga Saham ................................14 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2. Indeks Sektoral
....................14
........................................................14
3. Indeks LQ-45 ....................................................................15 4. Jakarta Islamic Indeks (JII) E. Efisiensi Pasar
............................................15
....................................................................16
1. Konsep Efisiensi Pasar
............................................16
a. Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas
....................18
b. Berdasarkan Akurasi dan Ekspektasi Harga c. Berdasarkan Distribusi Informasi d. Berdasarkan Proses Dinamik
........19
....................21 ................................22
2. Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien ........23 3. Hipotesis Pasar Efisien
............................................25
4. Tingkatan Efisiensi Pasar
............................................26
a. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak Form)
....................27
b. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semi-Strong Form) ................................................................................28 c. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong Form)
....................28
5. Hubungan Antar Tiga Tingkat Efisiensi Pasar 6. Uji Efisiensi Pasar
xi
........29
........................................................30
a. Technical Analysis
............................................31
b. Fundamental Analysis
……………………………31
c. Active Versus Passive Management
……………32
F. Penelitian Sebelumnya ........................................................33 G. Kerangka Pemikiran
........................................................34
H. Hipotesis ................................................................................36
BAB III
a. Hipotesis Kolmogorov-Smirnov
................................36
b. Hipotesis Paired Sample T Test
................................36
c. Hipotesis Mann-Whitney U Test
................................37
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian
............................................38
B. Metode Penentuan Sampel
............................................39
C. Metode Pengumpulan Data
............................................39
D. Metode Analisis Data
........................................................40
1
Proses Pengolahan Data
............................................40
2
Uji Stasioner ....................................................................41
3
Uji Normalitas....................................................................41
4
Identifikasi Orde dan Model ............................................42
5
Estimasi Parameter Model
6
Metode ARCH dan GARCH ............................................43
7
Peramalan
8
Uji Hipotesis ....................................................................46
............................................43
....................................................................45
a. Uji Paired Sample t Test ............................................46
xii
b. Uji Mann-Whitney u Test ............................................46 E. Operasional Variabel Penelitian
BAB IV
................................46
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ...................47 B. Hasil dan Pembahasan .......................................................54 1. Hasil Uji Stasioner
.......................................................54
2. Uji Normalitas...................................................................56 3. Identifikasi Orde dan Model Sementara 4. Estimasi Parameter Model
...................58
...........................................59
5. Metode ARCH dan GARCH ...........................................60 6. Peramalan
...................................................................61
7. Uji Hipotesa ...................................................................61 a. Hasil Uji Paired Sample t Test
...............................61
b. Hasil Uji Mann-Whitney u Test ...............................62 C. Interprestasi Hasil Penelitian
BAB V
...........................................63
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan
...................................................................64
B. Implikasi ...............................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
..............................................................................67
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................69
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
4.1
Correlogram ACF dan PACF ……………………………………59
4.2
Nilai AIC dan SIC Untuk Setiap Parameter Model …………...60
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Hubungan Bentuk Efisiensi Pasar Dengan Ketersediaan Informasi
......................................................29
2.2
Kerangka Pemikiran ..................................................................35
4.1
Grafik Uji Stasioner ..................................................................54
4.2
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller ..........................................55
4.3
Grafik Uji Normalitas ..................................................................56
4.4
Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov
……………………………57
4.5
Hasil Uji Paired Sample t Test
……………………………61
4.6
Hasil Uji Mann Whitney u Test
……………………………62
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Harga dan Return Indeks LQ_45
2
Estimasi Model-Model ARMA
……………………………75
3
Hasil Uji ARCH dan GARCH
……………………………79
4
Data Return Indeks LQ-45 Aktual dan Ramalan
5
Hasil Uji Hipotesis
……………………69
…………...80
……………………………………………81
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pasar modal sangat bermanfaat bagi para investor dan dunia usaha pada umumnya. Pasar modal berperan sebagai sumber dana yang bersifat jangka panjang, alternatif investasi, wahana untuk melakukan restrukturisasi, permodalan perusahaan, dan media untuk melakukan divestasi. Manfaat pasar modal bagi investor adalah memberikan kesempatan atau hak kepada masyarakat untuk memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek yang baik di masa depan, dan merupakan alternatif informasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan. Sedangkan manfaat pasar modal bagi dunia usaha adalah membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha serta memberikan akses kontrol sosial bagi perusahaan dalam menjalankan usahanya, mendorong pemanfaatan manajemen profesional dalam pengelolaan perusahaan, wahana untuk melakukan investasi dalam jangka pendek (likuiditas) maupun jangka panjang (growth) dan merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan. Gumanti (2002) di dalam jurnalnya menuliskan bahwa Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hypotesis) merupakan salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan yang diperkenalkan oleh Fama di tahun 1970. Sejak dikemukakan tahun 1970, teori pasar efisien seakan – akan menjadi magnet bagi peneliti keuangan untuk terus diuji
1
keabsahannya. Miller (1999), sebagai salah satu penerima hadiah Nobel bidang Ekonomi dalam artikelnya tentang sejarah keuangan, berpendapat bahwa Fama juga pantas untuk mendapatkan hadiah Nobel atas teori yang disampaikannya tersebut. Miller (1999) dan beberapa ahli keuangan perusahaan dengan tegas mengatakan bahwa salah satu temuan penting dalam sejarah perkembagan teori keuangan, teori pasar efisien adalah yang paling banyak mendapat perhatian dan diuji secara empiris di hampir semua pasar modal di dunia. Untuk menjadikan pasar modal yang efisien maka diperlukan banyak analis investasi karena persaingan antar analis investasi akan membuat pasar sekuritas setiap saat menunjukkan harga yang sebenarnya. Foster (1986) menjelaskan bahwa adanya sejumlah analis keuangan yang banyak dan persaingan antar mereka akan membuat harga sekuritas ”wajar” dan mencerminkan semua informasi yang relevan dimana para analis akan berupaya untuk memperoleh informasi selengkap mungkin dibanding analis lain dengan analisis secermat mungkin sehingga akan membuat harga sekuritas menjadi wajar (Suad Husnan, 1996). Pasaran itu juga dikatakan efisien apabila semua informasi relevan digambarkan secara sekaligus dalam harga saham tanpa lat waktu. Ini dikenal dengan keefisienan dari segi penyerapan informasi. Justru itu, harga – harga saham adalah pada saat sebenarnya dan tidak wujud keadaan harga terendah dan harga tertinggi di pasaran (Rodoni, 2003).
2
Pada pasar yang efisien, perdagangan berlangsung secara jujur (fair). Maksudnya, semua pelaku pasar bertransaksi dengan pasar dasar informasi yang sama lengkap dan banyaknya dengan pelaku pasar lain pada saat yang sama, sehingga orang atau lembaga akan memperoleh apa yang mereka bayar dan tidak ada satu pelaku pasar pun yang lebih diuntungkan dari keuntungan abnormal, sekalipun mereka memiliki informasi yang lebih lengkap atau lebih cepat. Dengan demikian, harga yang terbentuk mencerminkan nilai komoditi yang sebenarnya. Fama (1965) dalam bukunya, menurut hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah (weak-form efficiency), dalam pasar yang efisien perubahan harga haruslah independent dan random karena informasi baru terjadi secara random dan independent, dan harga saham menyesuaikan secara cepat terhadap informasi tersebut. Perubahan harga yang independent dan random berarti harga dimasa lalu tidak cukup meramalkan harga di masa datang. Analisa korelasi telah dilakukan oleh berbagai penelitian pada berbagai interval waktu. Hasilnya secara konsisten menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan dalam perubahan harga pada suatu time series (Magdalena Kuncoro, 2000). Beberapa pengujian tentang efisensi pasar modal di Indonesia telah dilakukan. Suad Husnan (1990) telah melakukan pengujian dengan membandingkan data tahun 1984-1987 dengan data tahun 1989. Hasil pengujiannya menyatakan bahwa untuk tahun 1984-1987 pasar modal Indonesia belum efisien dalam bentuk lemah, tapi untuk tahun 1989 terjadi
3
peningkatan efisiensi, yaitu sudah efisien dalam bentuk lemah. Dalam pengujian tersebut, Suad menggunakan pendekatan uji otokorelasi. Silvester Mario Limopranoto dengan thesisnya yang berjudul Analisis Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Jakarta Untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia. Dengan menggunakan metode ARIMA untuk mencari persamaan yang tepat untuk mencari estimasi harga IHSG. Setelah itu, ia membandingkan antara nilai aktual dan hasil peramalan dengan menggunakan uji Paired Sample T Test. Hasilnya menyatakan bahwa pasar modal Indonesia untuk periode tahun 1999-2001 tidak termasuk ke dalam pasar efisien bentuk lemah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Magdalena Kuncoro yang berjudul ”Evaluasi Pergerakan IHSG untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal di Indonesia (1997-1998) dengan Metode ARCH (1,1)”, dapat disimpulkan bahwa pada masa sebelum dan sesudah krisis moneter tahun 1997-1999, pergerakan IHSG aktual dengan IHSG peramalan memiliki pola yang hampir sama. Ini menjelaskan bahwa pergerakan IHSG mengikuti pola random walk, dan pasar modal Indonesia dapat dikategorikan sebagai efisiensi pasar bentuk lemah. Berdasarkan kedua penelitian tersebut (Silvester Mario Limopranoto dan Magdalena Kuncoro), maka penulis tertarik untuk menguji efisiensi pasar modal Indonesia dengan menganalisa pergerakan return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari–Desember 2008. Apakah sudah efisien dalam bentuk lemah atau belum?
4
Penelitian ini merupakan penggabungan dari kedua penelitian tersebut diatas dalam hal metodologi penelitiannya. Dimana peneliti menggunakan metode estimasi ARIMA yang selanjutnya akan dimasukkan dalam metode statistik ARCH dan GARCH. Kemudian untuk menguji nilai signifikasi antara data aktual dengan data ramalan, peneliti menggunakan uji Paired Sample T Test dan juga Uji Mann Whitney U Test.
B. Perumusan Masalah 1. Apakah pergerakan return Indeks LQ-45 di Indonesia secara historis (Januari–Desember 2008) mengikuti pola random walk? 2. Apakah pasar modal Indonesia dapat dikategorikan sebagai efisiensi pasar bentuk lemah (weak-form efficiency)?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah menguji pergerakan return Indeks LQ-45 dengan metode ARCH dan GARCH. Dan untuk menguji efisiensi pasar bentuk lemah (weak-form efficiency). Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi kepentingan dunia akademik maupun terhadap kepentingan dunia praktis. 1. Manfaat di Bidang Akademik/ Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu ekonomi khususnya mengenai pasar efisien
5
bentuk lemah di pasar modal Indonesia dan memberikan bahan kajian bagi peneliti selanjutnya mengenai fenomena yang relevan degan penelitian. 2. Manfaat untuk Dunia Praktis/ Investor Memberikan gambaran kepada investor, baik investor asing maupun investor dalam negeri mengenai tingkat efisiensi pasar modal di Indonesia, sehingga dapat membantu para investor dan pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal dalam menentukan strategi investasi yang lebih baik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan tingkat efisiensi pasar modal Indonesia dengan baik.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pasar Modal Pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi dengan efek – efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek (stock exchange) adalah suatu sistem terorganisisi yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Rodoni, 2006). Definisi pasar modal menurut kamus pasar uang dan modal adalah pasar konkrit atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan memerlukan dana jangka panjang. Definisi lain tentang pasar modal (capital market) adalah pasar keuangan untuk dana – dana jangka panjang (dana yang jatuh temponya lebih dari satu tahun) dan merupakan pasar yang konkrit (Rodoni, 2006). Secara formal pasar modal menurut Suad Husnan (2003) didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Menurut Bodie, et. al. (2002), pasar modal adalah pasar dimana instrumen – instrumen keuangan atau sekuritas jangka panjang bisa
7
diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta. Instrumen yang paling populer diperjualbelikan adalah obligasi (surat hutang) dan saham. Undang – Undang No.8 Tahun 1995 memberikan pengertian yang lebih spesifik menyebutkan bahwa pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sedangkan pengertian efek menurut UU No.8 Tahun 1995 adalah surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek. Pasar modal sebagai suatu kegiatan yang mempertemukan pihak yang memiliki dana dengan pihak yang membutuhkan dana untuk menunjang pengembangan usaha. Dari devinisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan salah satu sarana yang efektif untuk mempercepat akumulasi dana bagi pembiayaan pembangunan melalui mekanisme pengumpulan dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke sektor – sektor yang produktif. Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara, karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dikaitkan memiliki fungsi ekonomi karena pasar modal mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki dana
8
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan adanya pasar modal maka investor dapat menginvestasikan dana tersebut dengan harapan memperoleh return, sedangkan pihak issuer (perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan ekspansi usaha atau untuk memperbaiki struktur moda perusahaan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh return bagi investor, sesuai karakteristik yang dipilih (Limopranoto, 2003). Berinvestasi di pasar modal tidak menjamin investor untuk memperoleh capital gain (keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual), namun juga sangat mungkin investor mengalami capital loss (kerugian dari selisih harga beli dan harga jual). Untuk menarik pembeli dan penjual agar dapat berpartisipasi, pasar modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid, jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat – surat berharga dengan cepat. pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat (Limopranoto, 2003). Pasar modal terbagi atas dua bagian, yaitu pasar primer dan pasar sekunder. Pasar primer juga dikenal sebagai pasar perdana yaitu dimana sekuritas pertama kali diperjualbelikan. Penjualan perdana kepada publik sekuritas yang diterbitkan, baru boleh dilakukan setelah mendapat izin emisi dari Ketua Bapepam. Yang melakukan pembelian di pasar perdana adalah penjamin emisi (underwriter) atau agen penjual (selling agent) dengan membawa tanda bukti diri.
9
Sedangkan pasar sekunder adalah pasar dimana sekuritas yang diperjualbelikan di pasar primer diperjualbelikan kembali. Transaksi jual beli berlangsung di Bursa Efek.
B. Saham Instrumen pasar modal pada prinsipnya adalah semua surat berharga (efek) yang umum diperjualbelikan melalui bursa efek di Indonesia saat ini adalah saham. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. Membeli saham tidak ubahnya dengan menabung. Imbalan yang akan diperoleh dari kepemilikan saham adalah kemampuannya memberikan keuntungan yang tidak terhingga. Tidak terhingga ini bukan berarti keuntungan investasi saham biasa sangat besar, tetapi tergantung pada perkembangan perusahaan penerbitnya. Karena laba yang besar tersebut menyediakan dana yang besar untuk didistribusikan kepada pemegang saham sebagai deviden. Dengan kepemilikan saham, pemegang saham juga dapat memperoleh capital gain. Capital gain akan diperoleh bila ada kelebihan harga jual di atas harga beli (Rodoni, 2006). Selanjutnya saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa (common stock) dan saham preferen (preffered stock). Penjelasan dari kedua jenis saham tersebut adalah sebagai berikut:
10
a. Saham Biasa (common stock) Saham biasa dikenal sebagai sekuritas penyertaan, sekuritas ekuitas, atau cukup disebut ekuitas (equities), menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan. Masing – masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala hal dalam pengurusan perusahaan dan menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan pembagian keuntungan. Adapun beberapa ciri dari saham biasa adalah sebagai berikut: 1) Deviden dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2) Memiliki hak suara (one share one vote). 3) Hak memperoleh pembagian kekayaan perusahaan apabila bangkrut (dilakukan setelah semua kewajiban perusahaan dilunasi). b. Saham Preferen (preffered stock) Saham preferen memiliki fitur yang serupa dengan ekuitas sekaligus utang. Saham preferen adalah gabungan (hybrid) antara obligasi dan saham biasa, artinya disamping memiliki karakteristik seperti obligasi juga memiliki karakteristik saham biasa (Rodoni, 2006). Seperti
halnya
obligasi,
pemegang
saham
preferen
akan
mendapatkan pembayaran tetap dari laba setiap tahun. Adapun beberapa ciri dari saham preferen adalah sebagai berikut: 1) Memiliki hak utama/ terlebih dahulu dalam pembagian deviden. 2) Tidak memiliki hak suara.
11
3) Memiliki hak pembayaran maksimum sebesar nilai nominal saham lebih dahulu setelah kreditur, apabila perusahaan dilikuidasi. 4) Kemungkinan dapat memperoleh tambahan dari pembagian laba perusahaan disamping penghasilan yang diterima secara tetap. Menurut Tendelilin (2001) keuntungan yang mungkin diterima oleh para investor yang membeli saham adalah (Limopranoto, 2003): 1) Capital gain, yaitu keuntungan dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara nilai jual yang lebih tinggi dari pada nilai beli saham. 2) Deviden, yaitu bagian keuntungan perusahaan yang akan dibagikan kepada pemegang saham. 3) Saham perusahaan, seperti juga tanah dan aktifa berharga sejenis, nilainya akan meningkat sejalan dengan waktu dan perkembangan atau kinerja perusahaan. Investor jangka panjang mengandalkan kenaikan nilai saham ini untuk meraih keuntungan dari investasi saham. 4) Saham juga dapat dijaminkan ke bank untuk memperoleh kredit sebagai agunan tambahan dari agunan pokok. Kerugian yang mungkin diterima oleh para investor yang membeli saham adalah: 1) Capital loss, yaitu kerugian dari hasil jual beli saham, berupa selisih antara milai jual yang lebih rendah dari pada nilai beli saham. 2) Opportunity loss, yaitu kerugian berupa selisih suku bunga deposito dikurangi total hasil yang diperoleh dari investasi saham.
12
3) Kerugian karena perusahaan dilikuidasi, namun nilai likuidasinya lebih rendah dari harga beli saham.
C. Return Saham 1. Definisi Return Saham Menurut Megginson (1997) return saham diukur sebagai total keuntungan atau kerugian yang dialami oleh pemilik saham dalam periode tertentu. Return saham dinyatakan sebagai perubahan dari nilai asset (capital gain yang berarti keuntungan dari penjualan saham kembali) atau cash distributions (devidens yang berarti begian laba perusahaan yang dibagikan perseroan kepada pemegang saham/ interest payments) yang biasa dinyatakan dalam suatu tingkat persentase tahunan (Kuncoro, 2002). 2. Model Harga Saham Untuk Menghitung Tingkat Pengembalian Return saham dapat digunakan untuk menghitung efisiensi pasar modal. Sears and Trennepodl (1993) menguraikan empat model untuk menghitung return saham yang paling umum digunakan menurut Fama (1970) yaitu; (Kuncoro, 2002) a. The fair-game model Pt – Pt-1 R = x 100% Pt-1 Dimana : R
= Pengembalian
13
Pt
= Harga penutupan hari tersebut
Pt-1
= Harga penutupan hari sebelumnya
b. The martingale model E {Yt+1 │Y0, Y1, .... , Yt } = Yt c. The submartingale model E {Pt+1 │P0, P1, .... , Pt } > Pt d. The random walk model f {rt+1 │r0, r1, .... , rt } = f (rt) f (rt)
= distribusi probabilitas dari return untuk sekuritas i untuk periode t - n sampai t
D. Macam-Macam Indeks Harga Saham 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indeks Harga Saham Gabungan pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April 1983 sebagai indikator pergerakan harga saham yang terdaftar di bursa., baik saham biasa maupun saham preferen. Hari dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100. Kenaikan harga saham yang terus-menerus menandakan bahwa pasar sedang bullish dan indeks saham yang terus turun menandakan pasar sedang bearish. 2. Indeks Sektoral Indeks sektoral dari BEI adalah sub indeks dari IHSG. Semua saham yang tercatat di BEI yang terklasifikasi. Indeks sektoral diperkenalkan pada
14
tanggal 2 Januari 1996 dengan niali awal indeks 100 untuk setiap sektor dan menggunakan hari dasar tanggal 28 Desember 1995. 3. Indeks LQ-45 Indeks ini terdiri dari 45 saham dalam likuiditas tinggi yang diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar. Indeks LQ-45 pertama kali diperkenalkan pada tanggal 24 Februari 1997, dengan hari dasar untuk perhitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100. penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali yaitu bulan Februari dan Agustus, bila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi maka saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham yang memenuhi kriteria. 4. Jakarta Islamic Indeks (JII) Indeks saham yang berdasarkan syariah Islam ini diluncurkan oleh BEJ bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) yang terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam. Penentuan kriteria pemilihan saham melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment Management. Perhitungan JII berdasarkan bobot kapitalisasi pasar dan juga mencakup penyesuaian-penyesuaian akibat berubahnya data emiten yang disebabkan oleh corporate action. JII menggunakan tanggal awal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai dasar awal sebesar 100.
15
E. Efisiensi Pasar 1. Konsep Pasar Efisiensi Konsep pasar efisien pertama kali dikemukakan oleh Fama (1970). Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return) setelah disesuaikan dengan resiko, dengan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga – harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau ”stock prices reflect all available information” (Gumanti dan Utami, 2002). Definisi dari Fama ini menekannkan pada dua aspek, yaitu fully reflect
dan
information
available.
Pengertian
dari
fully
reflect
menunjukkan bahwa harga dari sekuritas secara akurat mencerminkan informasi yang tersedia. Dalam hal ini, informasi yang tersedia dapat meliputi semua informasi, baik informasi di masa lalu (misalnya, laba emiten di masa lalu), informasi saat ini (misalnya, rencana kenaikan deviden tahun ini) maupun informasi yang bersifat pendapat atau opini rasional yang beredar di bursa yang dapat mempengaruhi perubahan harga (misalnya, banyak pemodal yang berpendapat bahwa harga saham akan naik, maka informasi tersebut nantinya akan tercermin pada perubahan harga saham yang cenderung naik). Dengan demikian pasar dikatakan efisien menurut Fama (Ernawati dan Widjaja, 2002).
16
Sedangkan dengan informasi yang tersedia (information available) maka para pemodal secara akurat dapat mengekspektasikan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Karena informasi yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut terjadi secara acak, maka perubahan harga yang terjadi akan bersifat independen satu dengan lainnya dan bergerak secara acak pula. Artinya, perubahan harga yang terjadi hari ini tidak tergantung pada perubahan harga yang terjadi di waktu lalu, karena harga baru tersebut terbentuk berdasarkan reaksi pemodal terhadap informasi baru yang terjadi secara acak (Ernawati dan Widjaja, 2002). Menurut Blake (1990) istilah pasar modal yang efisien memiliki beberapa konsep yang berbeda yaitu (Hendrawaty, 2007): 1) Efisiensi secara alokasi (allocatively efficient) 2) Efisiensi secara operasional (operationally efficient), dan 3) Efisiensi secara informasi (informationally efficient) Walaupun terdapat beberapa konsep pasar efisien, istilah pasar efisien pada umumnya hanya dikaitkan dengan salah satu dari ketiga konsep tersebut, yaitu efisiensi secara informasi (informationally efficient), yaitu suatu pasar dikatakan efisien secara informasi jika harga pasar saat ini segera dan sepenuhnya merefleksikan semua informasi yang tersedia. Dalam hal ini, Haugen (2001) membagi kelompok informasi menjadi tiga, yaitu (Gumanti dan Utami, 2002): 1) Informasi harga saham masa lalu (information in past stock prices), 2) Semua informasi public (all public information), dan
17
3) Semua informasi yang ada termasuk informasi orang dalam (all available information including inside or private information). Konsep pasar efisien ini memang sangat menarik untuk dibahas atau diteliti, karena merupakan konsep dasar yang dapat membantu memahami mekanisme harga yang terjadi di pasar. Efisiensi pasar dapat didefinisikan dalam beberapa jenis definisi, yaitu (Ernawati dan Widjaja, 2002): a. Berdasarkan Nilai Intrinsik Sekuritas Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham yang dapat diketahui
setelah
melakukan
analisis
fundamental
dengan
menggunakan data keuangan emiten. Dalam konteks ini, efisiensi pasar diukur dari besarnya penyimpangan harga –harga sekuritas dari nilai intrinsiknya (Beaver, 1970). Dengan demikian, suatu pasar yang efisien menurut konsep ini dapat didefinisikan sebagai pasar yang nilai-nilai sekuritasnya tidak menyimpang dari nilai intrinsiknya. Konsep awal dari efisiensi pasar yang berhubungan dengan informasi laporan keuangan berasal dari praktik analisis sekuritas yang mencoba menemukan sekuritas-sekuritsanya yang dihargai kurang benar (mispriced). Sekuritas-sekuritas yang dihargai kurang benar merupakan sekuritas – sekuritas yang harganya menyimpang dari nilai intrinsiknya atau nilai fundamentalnya. Nilai intrinsik adalah nilai sebenarnya dari saham yang dapat diketahui setelah melakukan analisis fundamental dengan menggunakan data keuangan emiten.
18
Perkembangan konsep efisiensi pasar selanjutnya tampaknya tidak berpegang pada konsep nilai intrinsik. Konsep efisiensi pasar lebih menjurus ke aspek akurasi return yang diharapkan oleh investor, ketersediaan informasi, dan kecepatan pasar menyerap informasi tersebut.
b. Berdasarkan Akurasi dan Ekspektasi Harga Efisiensi pasar berdasarkan akurasi dan ekspektasi harga, menurut Fama (1970) adalah pasar yang harga-harga sekuritasnya mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Definisi Fama ini menekankan pada dua aspek, yaitu ”fully reflect” dan ”information available”. Definisi efisiensi ini menimbulkan banyak perdebatan. Beaver (1989) menyatakan bahwa definisi ini tidak jelas, tidak operasional dan sirkular. Misalnya, terdapat informasi baru yang masuk ke pasar dan menjadi tersedia untuk semua pelaku pasar dan kemudian terlihat bahwa harga sekuritas yang berhubungan dengan informasi ini berubah. Karena informasi yang dibutuhkan tersedia dan harga yang berubah secara penuh mencerminkan informasi ini, maka secara definisi dapat dikatakan bahwa pasar efisien. Inilah yang disebut sirkular oleh Beaver, yaitu harga tersebut tentu saja berubah karena informasi tersedia. Tetapi apakah keadaan seperti ini dapat disebut pasar efisien? Definisi ini tidak menunjukkan seberapa cepat dan tepat
19
perubahan harga tersebut diakibatkan oleh informasi yang tersedia. Definisi Fama (1970) hanya menunjukkan bahwa perubahan harga saja sudah cukup untuk mengatakan pasar sudah efisien (Limopranoto, 2003). Dyckman dan Morse (1986) menyatakan bahwa istilah ”fully reflect” tidak jelas. Harga sekuritas berubah karena adanya perubahan kepercayaan investor akibat adanya informasi baru. Proses penyebaran informasi untuk membentuk kepercayaan baru terhadap harga sekuritas akan menentukan tingkat efisiensi pasar. Proses distribusi infomasi ini menunjukkan seberapa merata penyebaran informasi ini pada setiap orang. Fama sendiri menyadari bahwa definisinya sulit dibuktikan secara empiris. Fama mencoba memformalkan definisinya dengan mendefinisikan suatu fungsi harga di masa mendatang yang tergantung pada seperangkat informasi yang tersedia pada periode sekarang. Kedua fungsi harga ini akan dibandingkan. Fama juga mengemukakan dibutuhkannya suatu model ekuilibrium untuk menentukan fungsi harga – harga di masa datang akibat informasi sekarang. Dengan demikian, hipotesis pasar efisien dapat diuji dengan adanya model ekuilibrium (misalnya CAPM) dan efisiensi pasar (Limopranoto, 2003).
20
c. Berdasarkan Distribusi Informasi Definisi pasar sebelumnya hanya menekankan akurasi harga ekspektasi,
tapi
mengabaikan
isu
penyebaran
informasi
dan
mengasumsikan bahwa semua investor mempunyai pengharapan yang sama (common expectation) atau kepercayaan yang sama (homogenous beliefs). Sebenarnya definisi yang menggunakan akurasi ekspektasi hargasekuritas ini bermasalah, yaitu jika ternyata investor memiliki ekpektasi yang heterogen (berbeda), maka akan timbul pertanyaan: ”Ekspektasi
siapa
yang
akan
digunakan?”.
Dengan
adanya
heterogeneus beliefs, maka harga sekuritas tidak lagi merefleksikan sepenuhnya (fully reflect) informasi yang tersedia karena masingmasing investor mempunyai informasi dan ekspektasi yang berbeda (Limopranoto, 2003). Beaver (1989) memberikan definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada distribusi informasi yaitu jika dan hanya jika hargaharga sekuritas bertindak seakan-akan setiap orang mengamati sistem informasi tersebut. Definisi ini secara implisit mengatakan bahwa jika setiap orang mengamati suatu sistem informasi, maka setiap orang dianggap mendapatkan informasi yang sama. Beaver berargumentasi jika
harga-harga
sekuritas
mempunyai
properti
seperti
yang
didefinisikannya, maka harga – harga tersebut dikatakan fully reflect informasi yang tersedia.
21
Definisi Beaver ini mempunyai arti bahwa pasar dikatakan efisien terhadap seperangkat informasi yang spesifik jika harga yang terjadi setelah informasi yang diterima oleh pelaku pasar sama dengan harga yang terjadi jika setiap orang mendapatkan seperangkat informasi tersebut. Harga yang terjadi di pasar yang efisien ini disebut ”full-information price”.
d. Berdasarkan Proses Dinamik Efisiensi pasar berdasarkan proses dinamis mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan kecepatan proses distribusinya. Informasi yang tidak simetris (information asymmetric) adalah informasi private yang hanya dimiliki oleh pemodal yang mendapat informasi saja. Informasi asimetris ini dapat merugikan pasar modal yang menawarkan sekuritas berkualitas. Berdasarkan alasan ini, emiten yang menawarkan sekuritas berkualitas secara sukarela mengungkapkan semua informasi yang dimiliki sehubungan dengan sekuritas tersebut untuk mengurangi informasi asimetris (Ernawati dan Widjaja, 2002). Definisi efisiensi pasar yang didasarkan pada proses dinamik mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simetris dan menjelaskan bagaimana harga – harga akan menyesuaikan karena informasi yang tidak simetris tersebut. Definisi yang mendasarkan pada proses dinamik ini menekankan pada kecepatan penyebaran
22
informasi yang tidak simetris. Pasar dikatakan efisien jika penyebaran informasi ini dilakukan secara cepat sehingga informasi menjadi simetris, yaitu setiap orang memiliki informasi ini. Awal dari literatur efisiensi pasar mengasumsikan bahwa kecepatan penyesuaian harga sekuritas karena penyebaran informasi yang ada terjadi dengan seketika. Konsep terbaru dari efisiensi pasar tidak mengharuskan kecepatan penyesuaian harus terjadi dengan seketika, tetapi terjadi dengan cepat setelah informasi disebarkan dan tersedia bagi semua orang (Limopranoto, 2003) Jones (1996) memberikan definisi pasar efisien sebagai pasar yang harga – harga sekuritasnya secara cepat mencerminkan semua informasi yang tersedia atas sekuritas tersebut, sehingga informasi menjadi simetris dalam arti setiap pemodal memiliki informasi ini (Ernawati dan Widjaja, 2002).
2. Kondisi dan Mekanisme Pasar Modal Yang Efisien Membahas pasar efisien, pasti menimbulkan pertanyaan mengapa harus ada konsep pasar efisien dan mungkinkah pasar efisien ada dalam kehidupan nyata. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kondisi-kondisi berikut idealnya harus terpenuhi (Gumanti dan Utami, 2002): a. Banyak terdapat investor rasional dan berorientasi pada maksimalisasi keuntungan yang secara aktif berpartisipasi di pasar dengan menganalisa, menilai, dan berdagang saham.
23
b. Tidak diperlukan biaya untuk mendapatkan informasi dan informasi tersedia bebas bagi pelaku pasar pada waktu yang hampir sama (tidak jauh berbeda). c. Informasi diperoleh dalam bentuk acak, dalam arti setiap pengumuman yang ada di pasar adalah bebas atau tidak terpengaruh dari pengumuman yang lain. d. Investor bereaksi dengan cepat dan sepenuhnya terhadap informasi baru yang masuk ke pasar, yang menyebabkan harga saham segera melakukan penyesuaian. Menurutnya kondisi-kondisi di atas mungkin terkesan kaku atau akan sulit untuk dapat dipenuhi dalam kehidupan sehari-hari. Harus diakui bahwa akan sulit sekali untuk mewujudkan kondisi sebagaimana di atas. Walaupun demikian, perlu dipertimbangkan seberapa dekat kondisikondisi tersebut dengan kenyataan yang ada di pasar satu per satu. Hendrawaty (2007) memaparkan hal yang serupa dengan Gumanti (2002), dimana aspek yang merupakan syarat utama terbentuknya suatu pasar modal yang efisien adalah sebagai berikut: a. Terdapat banyak pelaku pasar dalam hal ini penjual dan pembeli sekuritas yang bersifat bebas (free market). b. Ketersediaan dan penyebaran informasi. c. Harga saham berfluktuasi bebas. d. Terdapat analis investasi dalam jumlah besar di pasar modal.
24
3. Hipotesis Pasar Efisien Hipotesis pasar efisien menurut Blake (1991) adalah: ”...that market price instanteously and fully reflect all relevant available information is known as efficient markets hypothesis”. Dari definisi tersebut terdapat tiga hal yang penting untuk dipahami, yaitu (Hendrawaty, 2007): a. Fully Reflect Investor akan mengolah semua informasi yang relevan ke dalam harga saham pada saat akan membuat keputusan akan menjual atau membeli saham. Harga sekarang yang terjadi mencerminkan semua informasi yang tersedia. b. All Relevant Available Information/ All Known Information Informasi yang direfleksikan dalam harga saham berasal dari informasi perubahan harga saham di masa lalu (historical price information), informasi yang terasedia di publik (public information) dan semua informasi dan informasi yang tidak tersedia di publik (inside information). c. Instanteously/ Quickly and Accurately Harga keseimbangan yang terbentuk di pasar modal tidak akan berubah selama tidak ada informasi baru yang dapat merubah kekuatan permintaan dan penawaran. Pada saat suatu informasi baru yang relevan masuk ke pasar modal, kekuatan permintaan dan penawaran atas satu atau beberapa saham akan bereaksi, sehingga akan terbentuk
25
harga keseimbangan yang baru. Semakin cepat informasi diserap oleh pasar, maka pasar modal tersebut akan semakin efisien. Jika hipotesis pasar efisien tersebut terbukti, maka pasar dalam keadaan continous stochastic equilibrium, yang berarti harga pasar saham akan sama dengan nilai fundamental saham tersebut. Nilai fundamental suatu saham tidak akan berubah selama tidak ada informasi baru mengenai saham tersebut. Informasi baru atau berita umumnya tudak dapat diprediksi, implikasinya adalah harga saham masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga saham di masa yang akan datang. Dengan kata lain menurut hipotesis pasar efisien, harga pasar suatu asset akan mengikuti langkah acak/ random-walk (Hendrawaty, 2007).
4. Tingkatan Efisiensi Pasar Haugen (1993) menyatakan bahwa ”The market is neither strictly efficient nor strictly inefficient. The question is one of degree. Just how efficient is the market?”. Bowman dan Buckanan (1995) juga menyatakan “Market are not simply either efficient or inefficient. Market efficiency can be viewed as a continnum running from the perfect market to the grossly inefficient market where excess earning opportunities abound”. Berdasarkan kedua pernyataan tersebut diperoleh suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya pasar tidak ada yang secara sempurna efisien atau sepenuhnya tidak efisien. Semuanya adalah efisien dengan tingkat atau
26
derajat tertentu. Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan antara sekuritas dengan informasi (Hendrawaty, 2007). Tiga bentuk utama dari efisiensi pasar berdasarkan ketiga macam bentuk informasi (Hendrawaty, 2007) yaitu: a. Efisiensi Bentuk Lemah (Weak Form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga – harga saham saat ini telah mencerminkan secara penuh semua informasi harga saham di masa lalu. Jones (1993) menyatakan bahwa hipotesis efisiensi pasar bentuk lemah berkaitan namun tidak identik dengan hipotesis langkah acak (random-walk hypothesis). Jika harga mengikuti langkah acak, perubahan harga sepanjang waktu bersifat acak (independent). Perubahan harga hari ini tidak berkaitan dengan perubahan harga kemarin atau hari – hari lainnya. Dengan kata lain, harga masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang dan tidak dapat dipergunakan untuk memprediksi pergerakan harga. Salah satu cara untuk menguji efisiensi pasar bentuk lemah adalah dengan menguji independensi perubahan harga secara statistik, yaitu menggunakan serial correlation test. Serial correlation test mengukur korelasi perubahan harga pada bermacam – macam lag waktu, seperti satu hari, dua hari dan seterusnya.
27
b. Efisiensi Bentuk Setengah Kuat (Semi-Strong Form) Pasar diakatakan efisien dalam bentuk setengah kuat jika harga-harga saham mencerminkan secara penuh semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau group dari investor yang dapat menggunakan
informasi
yang
dipublikasikan
untuk
mendapat
keuntungan abnormal dalam jangka waktu yang lama. Pengujian efisiensi bentuk setengah kuat menggunakan event study test. Event study merupakan metode yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa. Studi ini melakukan pengamatan terhadap perilaku harga saham secara cermat untuk megetahui bagaimana
saham
bereaksi.
Jika
terdapat
penundaan
dalam
penyesuaian harga dan investor dapat memanfaatkan penundaan ini untuk memperoleh keuntungan abnormal, maka pasar modal tersebut tidak efisien dalam bentuk setengah kuat.
c. Efisiensi Bentuk Kuat (Strong Form) Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga – harga sekuritas secara paenuh mencarminkan semua informasi yang tersedia, termasuk informasi private. Jika pasar efisien dalam bentuk kuat, maka tidak ada individual investor atau institutional investor yang dapat
28
memperoleh keuntungan abnormal sekalipun mereka memiliki informasi private. Cara untuk menguji efisiensi bentuk lemah adalah meneliti kinerja kelompok yang diperkirakan memiliki akses informasi yang tidak dipublikasikan, yaitu para corporate insiders dan para portfolio managers. Jika kelompok ini terbukti memperoleh tingkat pendapatan di atas rata-rata, maka pasar dikatakan tidak efisien dalam bentuk kuat.
5. Hubungan Antar Tiga Tingkat Efisiensi Pasar Hubungan bentuk efisiensi pasar dengan ketersediaan informasi digambarkan oleh Jones (1993) seperti di bawah ini: Gambar 2.1 Hubungan bentuk efisiensi pasar dengan ketersediaan informasi
Strong Form Semi-Strong Form Weak Form
Sumber: Erny Hendrawaty (2007)
Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika ada sangkalan terhadap efisiensi pasar bentuk lemah, maka sanggahan berlaku bagi efisiensi pasar bentuk setengah kuat dan kuat. Jika pasar efisien dalam bentuk lemah maka otomatis pasar juga tidak efisien dalam bentuk setengah kuat dan
29
kuat. Sebaliknya, bila pasar efisien dalam bentuk kuat, maka pasar pasti efisien dalam bentuk setengah kuat dan bentuk lemah (Hendrawaty, 2007).
6. Uji Efisiensi Pasar Perlu untuk diperhatikan bahwa tidak ada satu pengujian pun yang dapat membuktikan suatu pasar modal efisien atau tidak. Pengujian – pengujian yang dilakukan hanya untuk menunjukkan (sampai tingkat keyakinan tertentu) rangkaian tingkat pengembalian berdasarkan studi penilaian yang konsisten dengan pasar yang efisien. Menurut EMH (1960’s), harga saham lebih dipengaruhi oleh emosi dari pada secara ekonomi, sehingga teori perilaku harga saham yang berdasarkan pada argumentasi ekonomi dianggap tidak tepat. Alder (1992) seorang phsychiatry, praktisi pasar modal dan penulis buku ”Analisis Teknikal” menyatakan bahwa perasaan ribuan investor atau pedagang bergabung menjadi satu ikatan psikologis yang menggerakkan pasar. Setiap harga mewakili konsensus sementara nilai semua peserta pasar (pedagang besar, spekulator, peneliti fundamental dan teknikal) pada saat transaksi. Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa terlepas dari segala informasi fundamental yang ada di bursa, faktor psikologi manusia sangat mempengaruhi pengambilan keputusan di bursa. Hearth dan Zaima (1995) memngatakan bahwa implikasi dari pasar modal yang efisien terhadap teknik-teknik investasi yang populer, yaitu seperti (Limopranoto, 2003):
30
a. Technical Analysis (Analisis Teknikal) Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya pencarian pola perulangan yang dapat diprediksi dalam harga saham (Bodie, et,al. 2006). Analisis teknikal juga menyatakan bahwa harga saham mengikuti pola – pola yang dapat diperkirakan sehingga para investor dapat menggunakan pola tersebut untuk meramalkan harga saham dimasa datang. Sedangkan menurut EMH, meski di pasar efisien bentuk lemah sekalipun, teknikal analisis tidak akan dapat digunakan mengingat harga saham hari ini telah secara penuh mencerminkan semua informasi yang ada pada harga saham masa lalu. Dengan kata lain, investor tidak akan dapat menghasilkan laba yang abnormal secara konsisten. EMH juga tidak sependapat bahwa teknikal analisis menunjukkan pola investasi, kecuali bagi para pialang saham yang menerima komisi dari perdagangan (Limopranoto, 2003).
b. Fundamental Analysis (Analisis Fundamental) Analisis fundamental mempelajari data ekonomi, seperti tingkat suku bunga, penjualan dan penerimaan untuk mengestimasi nilai intrinsik suatu saham. Analisis fundamental percaya bahwa setiap saham dijual berdasarkan nilai intrinsiknya, sehingga para analis akan mencari undervalued dan overvalued suatu saham. Nilai intrinsik merupakan nilai sesungguhnya dari sebuah saham atau nilai dasar
31
ekonomi tersebut dihitung sebagai nilai sekarang dari sebuah rangkaian aliran kas yang dikembalikan kepada pemegang saham yang berinvestasi dalam modal perusahaan (Burton G. Malkiel, A Random Walk Down Street, 1996). EMH menyatakan bahwa bila seorang analis tergantung pada data masa lampau dan data sekarang, maupun pada informasi umum yang tersedia, maka rekomendasi yang dihasilkan tidak akan selalu dapat menghasilkan laba abnormal. Lebih dari itu, menurut EMH untuk dapat mengalahkan pasar, seorang analis harus mempunyai kemampuan untuk memperkirakan faktor-faktor fundamental yang akan mempengaruhi harga saham di masa datang sebelum pasar menyadarinya.
c. Active Versus Passive Management Para pendukung hipotesis pasar efisien percaya
bahwa
manajemen aktif merupaka upaya yang sia-sia dan tidak dapat membenarkan pengeluaran yang dilakukan. Jadi mereka menyarankan strategi investasi pasif (passive investment strategy) yang tidak berusaha untuk melawan pasar. Sebuah strategi pasif bertujuan hanya untuk membentuk portofolio sekuritas yang terdiversifikasi dengan baik tanpa mencoba menemukan saham yang dinilai terlalu rendah atau terlalu tinggi (Bodie, et, Al,; 2002).
32
Manajemen pasif biasanya ditandai dengan ”strategi beli dan tahan” (buy and hold strategy). Karena teori pasar efisien menunjukkan bahwa harga saham berada pada tingkat yang wajar, dengan seluruh informasi yang tersedia, maka tidak ada alasan untuk melakukan jual dan beli secara intensif, yang akan menimbulkan beban komisi pialang yang besar tanpa meningkatkan ekspektasi kinerja. Satu strategi umum untuk manajemen pasif adalah membentuk sebuah dana indeks (index fund), dana yang dirancang untuk mereplikasi kinerja indeks saham secara umum (Bodie, et. al, 2006).
F. Penelitian Sebelumnya Penelitian
yang
dilakuan
Suad
Husnan.
Pengujian
empiris
menggunakan data sampai tahun 1990 terhadap 24 saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) , menunjukkan bahwa terjadi peningkatan efisiensi dalam bentuk lemah, tetapi tidak dalam bentuk setengah kuat. Michael J. Seiler dan Walter Rom, A Historical Analysis Of Market Eficiency: Do Historical Return Follow A Random Walk?, yang diambil dari Journal of Financial And Strategy Decision, volume 10 nomor 2, tahun 1997. Seiler dan Rom menguji perilaku tingkat pengembalian saham di New York Stock Exchange (NYSE) selama periode Februari 1885 sampai Juli 1962. Tujuannya adalah untuk menguji efisiensi pada NYSE selama periode 1885 hingga 1962, yaitu sebelum Center for Research in Security Price (CRSP) dikembangkan.
33
Penelitian mengenai pasar efisien bentuk lemah untuk pasar modal Indonesia juga pernah dilakukan oleh Silvester Mario Limopranoto dengan thesisnya yang berjudul Analisis Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Jakarta Untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia. Dalam analisanya, Limopranoto menggunakan metode ARIMA untuk mencari persamaan yang tepat untuk mencari estimasi harga IHSG. Setelah itu, ia membandingkan antara nilai aktual dan hasil peramalan apakah memiliki kesamaan
atau
memiliki
perbedaan
yang
tidak
signifikan
dengan
menggunakan uji Paired Sample T Test. Hasilnya menyatakan bahwa pasar modal Indonesia untuk periode tahun 1999-2001 tidak termasuk ke dalam pasar efisien bentuk lemah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Magdalena Kuncoro, menyatakan bahwa pasar modal Indonesia sebelum dan sesudah krisis termasuk kedalam pasar efisien bentuk lemah. Metode yang digunakan dalam mencari persamaan untuk melakukan estimasi adalah dengan metode ARCH dan GARCH. Dan untuk melakukan tes hipotesa pasar efisien atau tidak, dilakukan dengan uji Paired Sample T Test.
G. Kerangka Pemikiran Secara sistematis alur kerangka pemikiran dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut.
34
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Tidak Differencing Untuk membuat data menjadi stasioner.
Uji Stasioneritas Untuk menguji ada tidaknya kesalahan random melalui Autocorrelation Function (ACF) Ya
Uji Normalitas Untuk menguji apakah data memiliki distribusi normal atau tidak.
Penentuan Model ARCH & GARCH Model ARIMA dengan AIC & SIC terkecil dijadikan persamaan dalam model ARCH & GARCH untuk meramalkan return di masa yang akan datang.
Return LQ_45
Closing Price Indeks LQ-45
Identifikasi Orde dan Model Menetapkan model ARIMA sementara, dilakukan dengan mengamati ACF dan PACF (Partial Autocorrelation Funcion)
Estimasi Parameter Model Untuk menetapkan model ARIMA yang cocok, dibantu dengan mengamati nilai dari Akaike info citerion (AIC) dan Schwarz (SIC). Model yang dipilih adalah yang memiliki nilai AIC & SIC terkecil.
Peramalan Pada tahap ini dilakukan peramalan data beberapa waktu ke depan.
Keputusan
Ho diterima, pasar tidak efisien bentuk lemah. Ho ditolak, terima H1 (pasar efisien bentuk lemah).
Paired Sample T Test (Statistik Parametrik) Membandingkan data ramalan dengan data aktual dengan uji dua rata-rata berpasangan, dengan tingkat signifikasi = 5% Mann Whitney U Test (Statistik Non Parametrik) tingkat signifikasi = 5%
35
H. Hipotesis 1. Hipotesis untuk uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) : Ho : F(x) = F0 (x) → Ho = Distribusi data aktual adalah normal H1 : F(x) ≠ F0 (x) → H1 = Distribusi data aktual tidak normal Keterangan : F(x) = Fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan F0(x) = Distribusi frekuensi harapan (teoritis) Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak
2. Hipotesis untuk uji statistik parametrik Paired Sample t Test: Ho : µ1=µ2 → Ho = Pergerakan harga saham tidak mengikuti pola random walk, bukan pasar efisien bentuk lemah H1 : µ1≠µ2 → H1 = Pergerakan harga saham mengikuti pola random walk, pasar efisien bentuk lemah Keterangan: µ1 = Mean Nilai Aktual µ2 = Mean Nilai Estimasi Berdasarkan perbandingan nilai T hitung dan T tabel : t hitung < t tabel → Ho diterima, tidak terdapat perbedaan yang signifikan, berarti termasuk tidak efisien bentuk lemah. t hitung > t tabel → Ho ditolak, termasuk pasar efisiensi bentuk lemah.
36
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak
3. Hipotesis untuk uji statistik non parametrik Mann-Whitney u Test H0 : nilai Return Estimasi tidak berbeda secara nyata dengan Return Aktual. H1 : nilai Return Estimasi berbeda secara nyata dengan Return Aktual. Berdasarkan perbandingan nilai Z hitung dan Z tabel : Z hitung < Z tabel → Ho diterima Z hitung > Z tabel → Ho ditolak Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan α = 0,05 : Jika probabilitas > 0,05 , maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 , maka H0 ditolak
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksplorasi. Dimana dengan berdasarkan jurnal penelitian yang telah ada, yaitu penelitian Silvester Mario Limopranoto dalam thesisnya yang berjudul Analisis Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Jakarta Untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia. Dalam analisanya, Limopranoto menggunakan metode ARIMA untuk mencari persamaan yang tepat untuk mencari estimasi harga IHSG. Setelah itu, ia membandingkan antara nilai aktual dan hasil peramalan apakah memiliki kesamaan atau memiliki perbedaan yang tidak signifikan dengan menggunakan uji Paired Sample T Test. Hasilnya menyatakan bahwa pasar modal Indonesia untuk periode tahun 1999-2001 tidak termasuk ke dalam pasar efisien bentuk lemah. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Magdalena Kuncoro, menyatakan bahwa pasar modal Indonesia sebelum dan sesudah krisis termasuk kedalam pasar efisien bentuk lemah. Metode yang digunakan dalam mencari persamaan untuk melakukan estimasi adalah dengan metode ARCH dan GARCH. Dan untuk melakukan tes hipotesa pasar efisien atau tidak, dilakukan dengan uji Paired Sample T Test. Berdasarkan kedua penelitian tersebut, maka penulis tertarik untuk menguji efisiensi pasar modal Indonesia dengan menganalisa return Indeks
38
LQ-45 di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari–Desember 2008. Penelitian ini merupakan penggabungan dari kedua penelitian tersebut diatas dalam hal metodologi penelitiannya. Dimana peneliti menggunakan metode estimasi ARIMA yang selanjutnya akan dimasukkan dalam metode statistik ARCH dan GARCH. Kemudian untuk menguji nilai signifikasi antara data aktual dengan data ramalan, peneliti menggunakan uji Paired Sample T Test dan uji Mann-Whitney U Test.
B. Metode Penentuan Sampel Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, sehingga sampel harus dapat mewakili populasi. Sampel yang diteliti harus dapat memberikan gambaran yang tepat dari seluruh populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan proposive population, yang berarti bahwa populasi diambil untuk memenuhi tujuan penelitian. Adapun populasi yang diambil oleh peneliti adalah data return Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data sekunder. Data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri oleh peneliti, akan tetapi data diambil dari pihak lain. Data sekunder yang dimaksud adalah:
39
1. Data Indeks LQ-45 selama periode penelitian diperoleh dari internet dengan webside: www.idx.com, dan www.duniainvestasi.com 2. Dalam tinjauan pustaka dan metode penelitian, peneliti melakukan studi pustaka pada jurnal, buku, artikel, skripsi dan thesis yang berhubungan dengan penelitian.
D. Metode Analisis Teknik analisa data sekunder dari Bursa Efek Indonesia yang berupa data Indeks LQ-45 periode Januari–Desember 2008 akan diolah dengan menggunakan metode edtimasi ARIMA yang kemudian dijadikan persamaan dalam metode statistik ARCH dan GARCH, dan untuk menguji nilai signifikasi dari return Indeks LQ-45 aktual dengan return Indeks LQ-45 ramalan digunakan uji Paired Sample T Test dan uji Mann-Whitney U Test dengan menggunakan α = 5% (Nachrowi, 2006). Dibawah ini akan disajikan rumus dan model statistik yang akan digunakan oleh penulis untuk mengolah data harga saham tersebut. 1. Proses Pengelolaan Data Proses ini mengubah harga saham menjadi bentuk return. Untuk mencari return pada penelitian ini, penulis menggunakan rumus (Sharpe, et, Al., 1995): Pt – Pt-1 R = Pt-1
atau
P1 – P0 R = P0
40
Keterangan: R
= return Indeks LQ-45
Pt atau P1
= harga penutupan (closing price)
Pt-1 atau P0 = harga pembukaan (open price)
2. Uji Stasioner Setelah itu data diuji kestasionerannya dengan melakukan pengamatan melalui grafik dan juga uji Augmented Dickey - Fuller (ADF) Unit Root Test dari data aktual return saham. Karena kondisi stasioner adalah asumsi dasar dalam melakukan analisis time-series. Jika tidak, maka dapat dilakukan proses pembedaan/ differencing (Winarno, 2007) .
3. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data aktual return indeks LQ-45 memiliki distribusi normal atau tidak. Pengujian ini selain dilakukan dengan menggunakan grafik Normal P-P Plot, yaitu juga dengan melakukan uji Kolmogorov-Smirnov. Kehormatan data return dapat dilihat dengan berhimpitnya garis linear dengan distribusi return pada grafik Normal P-P Plot. Rumus uji statistik Kolmogorov-Smirnov adalah: D = max [Fo(x) – F(x)] Keterangan : F(x) = Fungsi distribusi frekuensi hasil pengamatan
41
F0(x) = Distribusi frekuensi harapan (teoritis)
4. Identifikasi Orde dan Model Sementara Tahapan ini diterapkan untuk series yang stasioner. Untuk menentukan model ARIMA sementara, dapat dibantu dengan mengamati ACF (Autocorrelation Funcion) dan PACF (Partial Autocorrelation Funcion) pada korelogram (Nachrowi, 2006). a. Identifikasi orde AR dapat ditentukan dari jumlah koefisien autokorelasi parsial (PACF) yang berbeda secara signifikan dari nol.Bentuk umum model ini adalah : Yt = 0 + 1.Yt-1 + ... + p.Yt-p + εt Dimana: Yt
= Variabel dependen waktu t
Yt-1......Yt-p = Variabel independen 0 1, 2 .... p
= Intersep = Koefisien atau parameter dari autoregresi model
εt
= residual pada waktu t
b. Indentifikasi orde MA dapat ditentukan dari jumlah koefisien autokorelasi (ACF) yang berbeda secara signifikan dari nol. Bentuk umum model ini adalah: Yt
= W0 + εt – W 1.εt-1 – W 2.εt-2 - ..... – W q.εt-q
Dimana: Yt
= Variabel dependen pada waktu t
42
W0,W 1 ...... W q = Koefisien moving average model εt-q ........ εt-1
= Nilai residual sebelumnya (lag)
εt
= Residual
c. Sedangkan bentuk umum dari model persamaan ARIMA adalah sebagai berikut: Yt = Yt-1 + 0 + 1 . (Yt-1 - Yt-2 ) + (Yt-2 - Yt-3) + ..... + p (Yt-p Yt-p-1) - W 1.εt-1 - W2.εt-2 - .......... - W q.εt-q + εt
5. Estimasi Parameter Model Hasil identifikasi model, sangat mungkin kita mempunyai beberapa model ARIMA yang diduga cocok dengan data yang diamati. Untuk mengetahui apakah model sementara yang telah diidentifikasi telah cocok atau belum, perlu dilakukan estimasi parameter model tersebut dengan melihat nilai Akaike Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC). Model terbaik yang akan dipilih adalah model dengan nilai AIC dan SIC yang paling kecil.
6. Metode ARCH dan GARCH Winarno (2007) dalam bukunya menuliskan bahwa Model ARCH dikembangkan oleh Robert Engle pada tahun 1982 dengan mengenalkan konsep Conditional Heterocedastic, sebuah konsep tentang ketidakkonstanan variasi dari data acak, dan perubahan variansi ini dipengaruhi oleh data acak sebelumnya yang tersusun dalam urutan waktu.
43
Dalam perkembangannya muncul variasi dari model ARCH (AutoRegressive Conditional Heteroscedasticity), yang dikenal dengan nama
GARCH
(Generalized
AutoRegressive
Conditional
Heteroscedasticity). GARCH dimaksudkan untuk memperbaiki ARCH dan dikembangkan oleh Tim Bollerslev (1986 dan 1994). Dalam metode ARCH, varian residual data runtun waktu tidak hanya dipengaruhi oleh variabel independen, tapi juga dipengaruhi oleh nilai residual variabel yang diteliti. Model ARCH menggunakan dua persamaan berikut: Yt = β0 +β1.X 1t + εt ..........................................................................(1) t2 = α0 + α1.ε t-12
..........................................................................(2)
Dengan Y adalah variabel independen, X variabel independen (dapat ditambah sesuai keperluan), ε adalah pengganggu atau residual, t2 adalah residual α1.ε t-12 disebut dengan komponen ARCH. Varian residual memiliki dua komponen, yaitu konstanta dan residual dari periode sebelumnya. Itulah sebabnya model ini disebut model bersyarat (conditional), karena varian residual periode sekarang (t) dipengaruhi oleh periode jauh sebelumnya (t-1, t-2 dan seterusnya). Persamaan (1) disebut dengan persamaan rata-rata bersyarat (conditional mean) dan persamaan (2) disebut dengan persamaan varian bersyarat (conditional variance). Varian residual εt yang dipengaruhi pergerakan residual kuadrat satu periode sebelumnya (seperti persamaan
44
2) disebut dengan ARCH (1). Apabila dipengaruhi oleh p periode, maka disebut ARCH (p) dan persamaannya ditunjukkan seperti berikut: Yt = β0 + β1.X 1t + εt ...............................................................................(3) t2 = α0 + α1.ε t-12 + α2.ε t-22 + .... + αp.ε t-p2 ...........................................(4) Persamaan (4) juga dapat dituliskan dengan cara yang lebih ringkas, yaitu: t2 = α0 + ∑ ( i=1, p ) α1.ε t-12 ...................................................................(5) Agar varian selalu positif (var (ε2) > 0), maka harus dipenuhi syarat α0 > 0 dan 0 < α1 <1. Apabila diperhatikan, persamaan (2) bersifat linear sedangkan persamaan (3) tidak linear, sehingga teknik OLS tidak dapat digunakan untuk mengestimasi persamaan tersebut. Secara formal (Nahrowi, 2006) menuliskan model GARCH dengan derajat (p,q): t2 = α0 + α1.ε t-12 +.... + αp.ε t-p2 + β1.t-12 +.... + βp.t-p2.......................(6) Dengan α0 > 0, α1 ≥ 0, dan βp ≥ 0.
7. Peramalan Setelah di dapat persamaan yang tepat, maka selanjutnya dilakukan peramalan data untuk beberapa waktu ke depan. Peramalan akan dilakukan untuk periode Januari 2009.
45
8. Uji Hipotesa a. Uji Statistik Parametrik Paired Sample t Test (Nugroho, 2005): d t = ———— sd / √ n Dimana:
d
= Mean dari harga-harga d (pembedaan)
Sd = Standar deviasi harga-harga d n
= Banyaknya pasangan
b. Uji Statistik Non Parametrik Mann-Whitney U Test (Mulyono, 1998): U - µU Z = ─────── σU Dimana:
σU
= Standar deviasi
µU = Rata-rata sampling U
= Nilai U
E. Operasional Variabel Penelitian Variabel utama dalam penelitian ini adalah return indeks LQ-45, yaitu selisih antara harga hari ini dengan harga saham hari kemarin. Pt – Pt-1 R = Pt-1 Dimana : R
= Pengembalian
Pt
= Harga penutupan hari tersebut
Pt-1
= Harga penutupan hari sebelumnya
46
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian Era pasar modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama adalah periode zaman Belanda mulai tahun 1912 yang merupakan tahun didirikannya pasar modal pertama. Periode ini suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai Verediging Voor Effectenhandel yang merupakan cikal bakal pasar modala pertama di Indonesia. Setelah perang dunia I, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Karena masih dalam zaman penjajahan Belanda, mayoritas saham-saham yang diperdagangkan merupakan saham-saham perusahaan Belanda dan afiliasinya yang tergabung dalam Dutch East Indies Trading Agencies. Pasar-pasar modal ini beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia di tahun 1942. Periode kedua adalah periode lama yang dimulai pada tahun 1952. Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat No.15/1952 tentang pasar modal. Juga melalui Keputusan Menteri Keuangan No.289737/U.U. Tanggal 1 November 1951, di Bursa Efek Jakarta (BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952.
47
Tujuan dibukanya kembali bursa ini adalah untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan yang lain adalah untuk mencegah saham-saham perusahaan Belanda yang dulunya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta lari ke luar negeri. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan ke Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan. Bursa efek ini berkembang dengan cukup baik walaupun surat berharga yang diperdagangkan umumnya adalah obligasi oleh perusahaan Belanda dan obligasi pemerintah Indonesia lewat Bank Pembangunan Indonesia. Penjualan obligasi semakin meningkat dengan dikeluarkannya obligasi pemerintah melalui Bank Industri Negara di tahun 1954, 1955, dan 1956. Karena adanya sengketa antara Pemerintah RI dengan Belanda mengenai Irian Barat, semua bisnis Belanda dinasionalisasikan melalui Undang-Undang Nasional No.86 tahun 1958. Sengketa ini mengakibatkan larinya modal Belanda dari tanah Indonesia. Akibatnya mulai tahun 1960, sekuritas-sekuritas perusahaan Belanda sudah tidak diperdagangkan lagi di Bursa Efek Jakarta. Sejak itu aktivitas di Bursa Efek Jakarta semakin menurun. Periode ketiga adalah periode orde baru dengan diaktifkannya kembali pasar mdal pada tahun 1977. Pada periode ini Bursa Efek Jakarta dikatakan lahir kembali pada tahun 1977 dalam periode orde baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden No. 52 tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian Pasar Modal, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, pembentukan Badan
48
Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT. Danareksa. Presiden Soeharto meresmikan kembali Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 10 Agustus 1977. PT. Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Penerbitan saham perdana disetujui pada tanggal 6 Juni 1977.Pada saat tercatat pertamakali di bursa tanggal 10 Agustus 1977, sebanyak 178.750 lembar saham ditawarkan dengan harga Rp. 10.000,- per lembar. Periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit sekali perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan saja. Kurang menariknya pasar modal pada periode ini dari segi investor mungkin disebabkan oleh tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, sedangkan penerimaan deviden dikenakan pajak penghasilan sebesar 15%. Periode keempat, bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu samapai tahun 1990 jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat samapai dengan 127. Sampai dengan tahun 1996 jumlah perusahaan yang terdaftar menjadi 238. Pada periode ini, Initial Public Offering (IPO) menjadi peristiwa nasional. Peningkatan di pasar modal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut: 1. Permintaan dari Investor Asing Investor asing melihat bahwa pasar modal di Indonesia telah maju dengan pesat pada periode ini dan mempunyai prospek yang baik. Investor asing tertarik dengan pasar modal Indonesia karena dianggap sebagai pasar
49
yang menguntungkan untuk diverifikasi secara internasional. Investor asing dibatasi kepemilikannya sampai dengan 49% dari sekuritas yang terdaftar di bursa. Sampai dengan awal tahun 1995, jumlah kepemilikan oleh asing mencapai sebanyak 7,06 milyard lembar atau sekitar 29,61% dari semua sekuritas yang terdaftar. 2. Pakto 88 Pakto 88 merupakan reformasi tanggal 27 Oktober 1988 yang dikeluarkan untuk merangsang ekspor non-migas, meningkatkan efisiensi bank komersial, membuat kebijakan moneter lebih efektif, meningkatkan simpanan domestik dan meningkatkan pasar modal. Salah satu hasil dari reformasi Pakto 88 adalah mengurangi reserve requirement dari bank-bank deposito. Akibat dari reformasi ini adalah pelepasan dana sebesar Rp. 4 trilliun dari Bank Indonesia ke sektor keuangan. Akibat lebih lanjut adalah masyarakat mempunyai cukup dana untuk bermain di pasar modal. 3. Perubahan Generasi Perubahan kultur bisnis terjadi di periode ini, yaitu dari kultur bisnis keluarga tertutup ke kultur bisnis profesional yang terbuka, yang memungkinkan
profesional
dari
luar
keluarga
untuk
di
kursi
kepemimpinan perusahaan. Pergeseran ini terjadi karena perubahan generasi dari yang tua ke yang muda. Generasi muda umumnya mendapat pendidikan di barat yang mengakibatkan
mereka
mempunyai
pandangan
berbeda
dengan
50
pendahulunya. Perubahan radikal menuju ke perusahaan professional ini juga merupakan faktor perkembangan pasar modal, yaitu dengan mulai banyaknya perusahaan keluarga yang go publik. Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan dari Bursa Efek Surabaya yang dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1989. Pada awalnya, BES hanya mempunyai 25 saham dan 23 obligasi yang diperdagangkan. BES hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk meningkatkan indeks gabungannya dari nilai 100 pada tanggal 16 Juni 1989 menjadi 340.
Mulai tanggal 19 September 1996 IHSG-BES mencapai nilai 568,585 poin. Sampai kuartal ke tiga tahun 1990, jumlah sekuritas yang tercatat di BES meningkat menjadi 116 saham. Jumlah ini meningkat samapi akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten saham dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp. 191,57 triliun. Semua sekuritas yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) juga secara otomatis diperdagangkan di BES. Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun 1995. Karena peningkatan kegiatan transaksi yang dirasakan sudah melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatana transaksi di bursa. Jika sebelumnya di lantai bursa terlihat dua deret antrian (sebuah antrian untuk antrian beli dan antrian jual ) yang cukup panjang untuk masing-masing sekuritas dan semua kegiatan transaksi dicatat
51
di papan tulis, maka setelah otomatisasi sekarang yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer yang digunakan oleh para broker. Periode keenam adalah periode krisis moneter mulai bulan Agustus 1997. Pada saat itu krisis moneter melanda negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Singapura. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai-nilai mata uang negara-negara Asia tersebut relatif terhadap dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan
karena
spekulasi
dari
pedagang-pedagang
valas,
kurang
percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri dan yang tidak kalah pentingnya adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian. Perkembangan penggalangan dana melalui pasar modal Indonesia sangat terpengaruh oleh kondisi makro ekonomi. Hal ini dapat dilihat ketika krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, jumlah emiten hanya tumbuh sebesar 1% dengan nilai emisi saham tumbuh sebesar 7,1% pada tahun 1998 dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk obligasi, tidak ada emiten yang menerbitkan obligasi sepanjang tahun 1998. Saat mengalami stagnasi pasca krisis ekonomi, pasar modal mulai bergairah kembali sejak tahun 1999. Pada tahun 1999 nilai emisi saham melonjak sebesar 172,2% yaitu Rp. 75,9 trilliun pada tahun 1998 menjadi Rp. 206,7 trilliun pada tahun 1999. Setelah meningkat secara signifikan pada tahun 1999, selanjutnya memasuki tahun 2000 hingga pertengahan 2005 jumlah emiten saham hanya tumbuh rata-rata 4,5% per tahun dengan nilai emisi mengalami pertumbuhan rata-rata 3,4% pada periode yang sama.
52
Nilai kapitalisasi pasar modal pada tahun 2000 hingga 2002 sempat mengalami penurunan akibat kondisi ekonomi makro yang tidak stabil. Namun demikian, dengan membaiknya kondisi makro ekonomi pada tahun 2003 memberikan pengaruh pada perdagangan di bursa sehingga nilai kapitalisasi pasar kembali tumbuh mencapai Rp. 765,81 trilliun pada bulan Juni 2005. Selanjutnya, rasio nilai kapitalisasi pasar terhadap PDB pada tahun 2004 mencapai 29,5% yang merupakan peningkatan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir setelah masa krisis. Dan untuk perkembangan emisi saham terlihat tidak terlalu signifikan, namun transaksi saham BEJ bergerak cukup aktif. Rata-rata nilai perdagangan pada periode 1999 hingga Juli 2005 berada pada kisaran Rp. 794,43 milliar per hari dengan volume saham berkisar 1,03 miliar lembar saham per hari dan frekuensi berkisar 16 ribu transaksi per hari. Pada Bursa Efek Jakarta jumlah perusahaan yang sudah listing sebanyak 574 perusahaan, yang terbagi dalam sembilan sektor, yaitu sektor pertanian, pertambangan, industri dan bahan kimia, aneka industri, industri barang konsumsi, properti dan real estate, infrastructure/utilitas dan transportasi, keuangan, perdagangan/jasa dan investasi, dan manufaktur. Objek yang akan dianalisa adalah indeks LQ45 harian pada Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2008.
53
B. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Uji Stasioneritas Dalam pembentukan model data deret waktu, kestasioneran data merupakan syarat utama yang harus dipenuhi. Kestasioneran data merupakan kondisi yang diperlukan karena dapat memperkecil kekeliruan model. Tujuan dari uji stasioneritas adalah untuk mendapatkan nilai ratarata yang stabil dan random error sama dengan nol, sehingga model regresi yang diperoleh memiliki kemampuan prediksi yang handal. Uji stasioner dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain melalui grafik, uji akar unit, dan korelogram. Metode sederhana yang mudah dilakukan adalah dengan memetakan nilai data tersebut atas waktu secara grafis. Bentuk visual dari suatu plot deret berkala seringkali cukup untuk mengetahui apakah data tersebut adalah stasioner atau tidak. Penelitian ini menggunakan uji stasioner dengan metode grafik. Dapat dilihat pada gambar 4.1 yang menunjukkan bahwa data aktual return indeks LQ-45 telah stasioner. Gambar 4.1 Hasil Uji Stasioneritas T im e S e r ie s P lo t o f R e tu r n _ L Q 4 5 0 .1 0
Return_LQ45
0 .0 5
0 .0 0
- 0 .0 5
- 0 .1 0 1
24
48
72
96
120 In d e x
144
168
192
216
240
Sumber: Lampiran 1
54
Berdasarkan plot tersebut, diperoleh informasi bahwa data return indeks LQ 45 telah stasioner dalam rata-rata. Hal ini ditunjukkan oleh pola trend yang mendatar (sejajar sumbu waktu) dan tidak membentuk pola melebar. Untuk mendukung pengamatan berdasarkan grafik ini akan dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit. Metode yang digunakan adalah Augmented Dickey Fuller. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Software E-Views 4 dan hasilnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 4.2 Hasil Uji Akar Unit (Aughmented Dikley-Fuller) Null Hypothesis: RETURN_INDEKS LQ45 has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=14)
Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic -15.64715 -3.457630 -2.873440 -2.573187
Prob.* 0.0000
Sumber: Lampiran 1
Hal penting untuk diperhatikan dalam membaca hasil tersebut adalah tentang ketentuan yang menunjukkan bahwa suatu data bersifat stasioner. Apabila nilai ADF Test Statistics-nya lebih kecil dari nilai Trest Critical Value (ADF Test Statistics < Test Critical Values), maka return data tersebut dinyatakan stasioner, namun bila yang dihasilkan adalah sebaliknya berarti data return tersebut tidak stasioner. Bila ternyata ADF
55
Test Statistics menunjukkan nilai yang lebih besar dari nilai Test Critical Values, maka dilakukan proses differencing atau pembedaaan hingga diperoleh data yang stasioner sehingga dapat memenuhi criteria ADF Test Statistics < Test Critical Values. Pada perhitungan return indeks LQ-45 ini, diperoleh nilai ADF Test Statistics adalah -15.64715 dan nilai Critical Value (5%) adalah 2.873440. karena nilai ADF Test Statistics lebih kecil dari pada Critical Values (-15.64715 < -2.873440), maka dengan demikian dapat dinyatakan bahwa data stasioner. Atau dengan melihat nilai probabilitas diperoleh nilai Prob * sebesar 0.0000 lebih kecil dari pada 0.05 (0.0000 < 0.05) maka dapat dikatakan bahwa data sudah stasioner. 2. Uji Normalitas Berdasarkan Normal Probability Plot of Actual pada gambar 4.3, diketahui bahwa data aktual membentuk suatu pola garis lurus mengikuti garis linear, sehingga bisa disimpulkan bahwa data aktual berdistribusi normal. Gambar 4.3 Hasil Uji Normalitas
Sumber: Lampiran 1
56
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk menguji sesuai (goodness of fit) menggunakan software SPSS13. Dalam hal ini yang diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel (observasi) dengan distribusi teoritis. Jadi hipotesis statistiknya adalah bahwa distribusi frekuensi hasil pengamatan (observasi) bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis). Hasil uji normalitas pada data aktual (gambar 4.4) berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka probabilitas sebesar 0.074 dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05), maka diketahui nilai probabilitas 0.074 lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Kesimpulan tersebut sama seperti pengujian pada Normal Probability Plot of Actual dan histogram. Gambar 4.4 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters
a,b
Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Actual 238 -.001139 .0256172 .083 .083 -.071 1.283 .074
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Lampiran 1
57
Oleh karena data aktual berdistribusi normal, maka model yang akan didapatkan dari 240 data, nantinya dapat digunakan untuk peramalan periode yang akan datang. 3. Identifikasi Orde dan Model Sementara Setelah data stasioner, langkah selanjutnya adalah menetapkan orde dan model. Berdasarkan gambar Correlogram yang terdapat pada table 4.1, terlihat bahwa koefisien Autocorrelaton (ACF) dan koefisien Partial Autocorrelation (PACF) data return indeks LQ-45 keduanya menurun secara eksponensial menuju ke nol. Sehingga model awal yang dapat diidentifikasi adalah model ARMA (p,q) karena tidak mengalami pembedaan. Untuk estimasi model AR, terlihat dari jumlah PACF yang berbeda secara siginifikan dari nol sebanyak 3 lag, yaitu pada lag 6, 7 dan 9. Sedangkan estimasi model MA, terlihat dari ACF yang berbeda secara signifikan dari nol sebanyak 3 lag, yaitu pada lag 6, 9 dan 13. Dengan demikian model sementara yang diperoleh adalah ARMA (3,3). Selanjutnya akan dilakukan estimasi terhadap lag-lag yang ada untuk mendapatkan model terbaik.
58
Tabel 4.1
Sumber: Lampiran 1
4. Estimasi Parameter Model Untuk
mengetahui
apakah
model
sementara
yang
telah
diidentifikasi telah cocok atau belum, perlu dilakukan estimasi parameter dari model tersebut dengan melihat nilai Akaike Info Criterion (AIC) dan Schwarz Criterion (SIC). Model-model dari data aktual return indeks LQ45 yang akan diestimasi adalah ARMA (1,1), ARMA (1,2), ARMA (1,3),
59
ARMA (2,1), ARMA (2,2), ARMA (2,3), ARMA (3,1), ARMA (3,2) dan ARMA (3,3) yang dapat dilihat pada table 4.2. Estimasi dilakukan menggunakan software E-Views. Model terbaik yang akan dipilih untuk melakukan peramalan adalah model dengan melihat nilai AIC dan SIC paling kecil. Berikut adalah tabel nilai AIC dan SIC untuk setiap parameter model: Tabel 4.2 Tabel AIC dan SIC Terkecil Parameter Model
AIC
SIC
ARMA (1,1)
-4.474472
-4.430834
ARMA (1,2)
-4.474732
-4.431095
ARMA (1,3)
-4.475306
-4.431668
ARMA (2,1)
-4.470756
-4.426988
ARMA (2,2)
-4.520120
-4.476352
ARMA (2,3)
-4.471440
-4.427671
ARMA (3,1)
-4.469239
-4.425394
ARMA (3,2)
-4.469387
-4.425488
ARMA (3,3)
-4.506657
-4.462757
Sumber: Lampiran 2 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai AIC dan SIC paling kecil adalah ada pada model ARMA (2,2) yaitu AIC (-4.520120) dan SIC (-4.476352). Dengan demikian, model yang digunakan untuk model ARCH dan GARCH adalah ARMA (2,2). 5. Model ARCH dan GARCH INDEKS LQ-45 Berdasarkan output hasil pengujian ARCH dan GARCH (lampiran 3) diperoleh persamaan sebagai berikut : R_Indeks LQ45 = -0.000977 - 0.888235 AR(2) + 0.884487 MA(2)
60
Sedangkan persamaan Variance Equationnya adalah sebagai berikut :
t2 0.0000402 0.223739et21 0.726088 t21 6. Peramalan Dari model GARCH yang sudah didapatkan di atas dan diketahui bahwa data aktual berdistribusi normal, maka akan dilakukan peramalan untuk beberapa periode ke depan. Dalam penelitian ini, peramalan yang dilakukan untuk return indeks LQ-45 adalah selama periode bulan Januari 2009 (Lampiran 4). 7. Uji Hipotesa Uji hipotesis dilakukan dengan dua alat uji statistik, yaitu uji statistik Parametrik (Uji Paired Sample T Test) dan uji statistik Non Parametrik (Mann-Whitney U Test) dengan tingkat kepercayaan 95%. a. Hasil Uji Statistik Parametrik (Paired Sample T Test) Gambar 4.5 Hasil Uji Paired Sample T test Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper t
Mean Pair Return Actual -.00033398668 .018181460191 .004171113033 -.00909716999 .008429196618 -.080 1 Return Estimasi
df Sig. (2-tailed) 18
.937
Sumber: Lampiran 5
Terlihat bahwa thitung adalah -0,080 dimutlakkan menjadi 0,080. Sedang ttabel bisa didapat pada tabel t-test, dengan α = 5%, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi dua
61
menjadi 0,025, dan df = 18 (didapat dari rumus n-1, dimana n adalah jumlah data, 19-1=18). Didapat ttabel adalah 2,10. Oleh karena thitung < ttabel, (0,080 < 2,10), maka H0 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata return aktual dengan return hasil estimasi. b. Hasil Uji Statistik Non Parametrik (Mann-Whitney U Test) Gambar 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney U Test Test Statistics
b
Hasil Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a.
Not corrected for ties.
b.
Grouping Variable: Return
114.000 304.000 -1.943 .052 .053a
Sumber: Lampiran 5
Dari output didapatkan nilai Z hitung adalah -1,943 sedangkan Z tabel bisa dihitung pada tabel Z, dengan α = 5% dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2,5%), maka luas kurva normal adalah 50% - 2,5% = 47,5% atau 0,475. Pada tabel Z untuk luas 0,475 didapat angka Z tabel sekitar 1,96. Oleh karena Z hitung < Z Tabel (-1,943 < 1,96), maka H0 diterima.
62
C. Interprestasi Hasil Penelitian Hasil uji stasioner dengan grafik maupun dengan uji akar unit menunjukkan data telah stasioner, sehingga data telah memenuhi syarat sebagai data time series. Hasil uji normalitas dengan grafik dan KolmogorovSmirnov menunjukkan data telah terdistribusi normal, sehingga data aktual return Indeks LQ-45 dapat dijadikan model untuk peramalan beberapa periode ke depan. Identifikasi model ARMA sementara dilalukan dengan cara mengamati tabel collerogram. Model yang dipilih adalah ARMA (2,2) karena memiliki nilai AIC dan SIC terkecil, model tersebut dimasukkan ke model estimasi ARCH dan GARCH. Setelah mendapatkan hasil peramalan return indeks LQ-45 di BEI untuk bulan Januari 2009, maka hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan data aktual return indeks LQ-45 (Lampiran 4). Berdasarkan hasil pengujian Paired Sampel t Test diperoleh hasil bahwa thitung < ttabel (0,080 < 2,10), maka H0 diterima dan dari uji Mann-Whitney u Test diperoleh hasil bahwa Z hitung < Z Tabel (-1,943 < 1,96), maka H0 diterima. Keduanya menunjukkan hasil yang sama, yaitu bahwa Ho diterima. Itu artinya tidak terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata return aktual dengan return hasil estimasi indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia. Karena pergerakan return Indeks LQ-45 pada pasar modal Indonesia di masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi (meramalkan) pergerakan harga di masa yang akan datang dan pergerakannya tidak mengikuti pola random walk. Maka pasar modal Indonesia masih belum dapat dikatakan efisien dalam bentuk lemah.
63
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan analisis hasil penelitian mengenai evaluasi pergerakan return LQ-45 di Bursa Efek Indonesia untuk menguji efisiensi bentuk lemah pada pasar modal Indonesia, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut: 1. Berdasarkan perhitungan metode ARCH dan GARCH, didapatkan persamaan yang dapat meramalkan return Indeks LQ-45 di Pasar Modal Indonesia untuk satu bulan ke depan secara baik. Karena harga di masa lalu dapat digunakan untuk memprediksi (meramalkan) pergerakan harga di masa yang akan datang. Maka, penulis menarik kesimpulan bahwa pasar modal Indonesia belum dapat dikatakan sebagai pasar yang efisien dalam bentuk lemah. 2. Berdasarkan uji Paired Sample t Test dan Mann-Whitney u Test dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata return aktual dengan return hasil estimasi pada tingkat kepercayaan 95%. Penelitian ini menunjukkan bukti bahwa pergerakan return Indeks LQ-45 pada Pasar Modal Indonesia di masa lalu berhubungan dengan harga sekarang dan ternyata dapat digunakan juga untuk memprediksi (meramalkan) pergerakan return Indeks LQ-45 di masa yang akan datang.
64
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia masih belum dapat dikatakan efisien dalam bentuk lemah, karena pergerakan return Indeks LQ-45 di pasar modal Indonesia ternyata dapat diramalkan dan pergerakannya tidak mengikuti pola random walk. Ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh Silvester Mario Limopranoto (2003) dalam thesisnya yang berjudul Analisis Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Jakarta Untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia yang menyatakan bahwa pasar modal Indonesia balum efisien dalam bentuk lemah dan ternyata pasar modal Indonesia masih juga belum efisien dalam bentuk lemah di tahun 2009.
B. Implikasi Penelitian ini memiliki implikasi yang akan sangat berguna bagi: 1. Investor Dari hasil evaluasi pergerakan return Indeks LQ-45 di BEI peneliti menyimpulkan bahwa pasar belum efisien sehingga investor masih dapat menggunakan informasi perubahan harga di masa lalu untuk meramalkan pergerakan harga di masa yang akan datang untuk mendapatkan abnormal return. 2. Bursa Efek Indonesia Untuk dapat meningkatkan efisiensi pasar modal Indonesia, Bursa Efek Indonesia diharapkan dapat memberi kemudahan kepada para investor untuk memperoleh informasi.
65
3. Pemerintah Pemerintah melalui Menteri Keuangan (atas pendapat BAPEPAM) diharapkan dapat menciptakan peraturan yang lebih baik tentang keterbukaan informasi transaksi efek di Bursa Efek bagi semua perusahaan efek dan semua pihak yang terkait. 4. Peneliti/ Akademisi Melalui penelitian ini, peneliti dapat belajar banyak tentang metode penelitian untuk menguji efisiensi pasar. Ada banyak metode penelitian lainnya yang dapat digunakan dalam menguji pasar efisien. Bagi kalangan akademisi yang tertarik untuk meneliti tingkat efisiensi pasar modal Indonesia dalam bentuk lemah, diharapkan dapat mencari metode yang lain.
66
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, et, all., ”Investment”, Edisi VI, Salemba Empat, Jakarta, 2002. Ernawati, Endang dan Widjaja, Merlina. “Pengujian Efisiensi Pasar Modal Ben tuk Lemah di Bursa Efek Jakarta Periode Januari - Juli 2001”, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol.1 No.1, Mei 2002. Gumanti, Tatang Ari dan Utami, Sri. ”Bentuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Vol.4 No.1, Mei 2002. Hamid, Abdul. “ Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007. Hartono, Jogiyanto.”Pasar Efisien Secara Keputusan”,Gramedia Pustaka, Jakarta 2005. Hartono, Jogiyanto. ”Teori Portofolio dan Analisis Investasi”,Edisi5,BPTEUGM, Yogjakarta, 2008. Hendrawaty, Ernie. ”Pengujian Efisiensi Pasar Modal Atas Peristiwa Pengumu – man Stock Split Periode Tahun 2005-2006 di BEJ” , UNILA, Lampung 2007. Husnan, Suad. ”Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi III. UUP AMP YKPN, Jakarta, 2003. Irianto, Agus. ”Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya” , Prenata Media Group, Jakarta, 2004. Kuncoro, Magdalena.”Evaluasi Pergerakan Return IHSG untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia (Periode 97-99)”, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2002. Manurung, Jonni, dan Manurung, Alder. ” Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter”, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Nachrowi, “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Eko nomi dan Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok, 2006. Nugroho, Agung Buono. “ Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian De ngan SPSS,” Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2005.
67
Pakarti, Piji, dan Anoraga, Panji. ”Pengantar Pasar Modal”, Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2008. Rodoni, Ahmad. ”Analisis Teknikal dan Fundamental pada Pasar Modal”, CSES Press, Jakarta, 2005.
Rodoni, Ahmad. ”Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” , CSES Press, Jakarta, 2006. Rodoni, Ahmad. ”Analisis Random Walk di Bursa Efek Jakarta” , Jurnal Ekono metri Vol.2 No.2, Agustus 2003. Silvester Mario Limopranoto. ”Analisis Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Jakarta Untuk Menguji Efisiensi Pasar Modal Indonesia”. Universitas Indonesia, Jakarta, 2002. Uyanto, Stanislaus. ”Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, Graha Ilmu, Jogjakarta, 2006. Wijaya, Liliana Inggrit. ”Model Pasar Versus Model Harga Aset Capital (CAPM) dalam pasar Efisien”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol3 No. 31, Surabaya, 2000. Winarno, Wing Wahyu. “ Analisa Ekonometrika dan Statistika Dengan Eviews”, UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2007.
68