PENGUJIAN BEBERAPA JENIS INSEKTISIDA NABATI TERHADAP KUMBANG SITOPHYLUS ORYZAE L, PADA BERAS John Alfred Patty Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura - Ambon
ABSTRACT Sitophyllus oryzae L, is one of the very destructive pests of rice in storage. This pest effects the quality of the rice, gives it a bad taste and a musty smell. Losses caused by pests are quite large, if they are not controlled. Control which can be used to suppress the development of these pests is the use of plant species with insecticidal properties such as leaves and seeds of soursop (Annona muricata), Bitung (Baringtonia acutangula), Babadotan (Ageratum conyzoides), Serei (Andropogon nardus), and the tuba root (Derris eliptica). The research objective was to determine which type of insecticide was effective in killing the imago Sitophyllus oryzae L on rice. Research was conducted at the Laboratory of Plant Pests, Faculty of Agriculture, University of Pattimura. The experiments used Completely Randomized Design (CRD), with six treatments each repeated 4 times. The treatments were: A1 = 10 gr flour soursop seed powder, A2 = 10 gr powdered soursop leaves, A3 = 10 g powdered Bitung seed, A4 = 10 gr powdered babadotan leaf, A5 = 10 g serei leaves ash, A6 = 10 gr powdered tuba root. Observations were made on the rate of mortality and percentage of mortality of the imago Sitophyllus oryzae L. Results of the research showed that treatment A1 (soursop seeds) was very effective in killing Sitophylus oryzae with a mortality rate of 2.75 days with a mortality percentage on day 7 of 100 percent, followed by serei ash treatment serei (A5), powdered Babadotan (A4), powdered bittung seeds (A4), soursop leaf meal (A2) and the tuba root powder (A6). Keywords: Botanical Insecticides, Sitophyllus oryzae L., Rice. PENDAHULUAN Sitophyllus oryzae L, merupakan salah satu jenis hama gudang yang banyak merusak persediaan beras di tempat penyimpanan. Serangan Sitophyllus oryzae menyebabkan butiran beras menjadi berlobang kecil-kecil serta mudah pecah dan remuk bagaikan tepung, sehingga kiualitasnya rendah karena rasanya tidak enak dan berbau apek (Soemartono, 1983). Kehadiran hama kumbang bubuk beras ini perlu dikendalikan dengan tepat, agar kualitas dan kuantitas beras dalam simpanan tidak menurun. Salah satu cara pengendalian yaitu dengan menggunakan bahan tanaman sebagai insektisida nabati. Cara ini lebih aman dan murah bila dibandingkan dengan penggunaan insektisida sintetik yang memiliki resiko dengan residu yang tertinggal di beras yang cukup besar bila penggunaannya kurang tepat. Insektisida nabati merupakan produk alami yang dari hasil koevolusi dalam kurun
waktu yang lama, sehingga produk ini bersifat spesifik dan mudah diterima kembali oleh alam. Sifat dari insektisida nabati umumnya tidak berbahaya bagi manusia ataupun lingkungan serta mudah terurai dibandingkan dengan insektisida sintetik (Kardinan, 2000). Pada umumnya insektisida nabati dapat dibuat dengan teknologi yang sederhana atau secara tradisional yaitu : pengerusan, penumbukan, pebakaran atau pengepresan. Disamping itu insektisida nabati pada umumnya kurang stabil dalam penyimpanan , sehingga jangka waktu sejak pembuatan sampai dengan penggunaan di usahakan sesingkat mungkin (Kardinan, 2000). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis insektisida yang efektif untuk membunuh imago Sitophyllus oryzae L pada beras. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka hipotesis yang diajuhkan adalah : tepung biji sirsak lebih efektif dalam membunuh imago Sitophyllus oryzae L yang menyerang beras.
48
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 METODE PENELITIAN
Pelaksanaan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : insektisida nabati (akar tuba, daun dan biji sirsak, daun babadotan, daun serei) dan serangga uji : imago Sitophyllus oryzae L. Alat yang digunakan adalah : wadah/kaleng berukuran tinggi 13 cm dan diameter 10 cm. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakukan sebagai berikut : A1 =10 gr tepung biji sirsak A2 =10 gr tepung daun sirsak A3 = 10 gr tepung biji bitung A4 = 10 gr tepung daun babadotan, A5 = 10 gr abu daun serei, A6 = 10 gr tepung akar tuba. Setiap perlakukan diulang 4 kali. Tahapan Penelitian 1) Persiapan serangga Uji : Imago Sitophyllus oryzae L, diambil dari tempat penyimpanan beras yaitu kumbang jantan dan betina, kemudian dipelihara sampai mendapat keturunan F1 dengan umur yang seragam. 2) Pakan serangga uji yaitu beras jenis AA diperoleh dari pasar, kemudian disortir agar bebas dari serangan hama dan diperlukan tiap perlakuan 100 gr. 3) Persiapan Insektisida Nabati : biji dan daun sirsak (Annona muricata). Biji bitung (Baringtoniaacutangula), daun babadotan (Ageratum conyzoides), akar tuba (Derris eliptica) dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian ditumbuk halus, sedangkan daun serei dibakar untuk mendapatkan abu. Semua jenis insektisida telah dibuat kemudian ditimbang sesuai perlakuan. 4) Aplikasi Insektisida Nabati : Beras jenis AA ditimbang 100 gr masing-masing perlakukan, kemudian dicampur dengan tepung masing-masing jenis insektisida nabati yang telah ditimbang sebanyak 10 gr kemudian dimasukkan ke dalam wadah kaleng. Setelah itu masing-masing diinfestasikan imago Sitophyllus oryzae L sebanyak 20 ekor tiap perlakuan.
5)
Pengamatan dilakukan satu hari setelah perlakuan terhadap laju mortalitas dan presentase mortalitas imago dihitung pada hari ke-7, 14 dan 21 setelah infestasi. Laju mortalitas dihitung pada saat waktu (hari) tersingkat yang dapat mematikan lebih dari 50 persen serangga uji.
Analisis Data Untuk menghitung presentase mortalitas imago digunakan rumus (Kundra, 1981) sebagai berikut: M = a/b x 100 % M = Presentase mortalitas imago a = Jumlah serangga uji yang mati b = Jumlah serangga uji yang diinvestasi Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 persen. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi ruang penelitian dengan rata-rata suhu 29,5 0C dengan kisaran (27,8 0C - 31,9 0C) dan rata-rata kelembaban 89,6 % dengan kisaran (88,5 %- 90,4 %). Dapat dikatakan bahwa suhu dan kelembaban tidak berpengaruh terhadap kematian serangga uji Sitophyllus oryzae L. Namun sangat mendukung perkembangan serangga Sitophyllus oryzae L karena kisaran suhu dan kelembaban untuk perkembangan hama tersebut adalah 17 0 C - 34 0C dan kelembaban 15-100 % (Rukmana dan Saputra, 1997 : Sunjaya, 1970). Hasil penelitian menujukkan bahwa pemberian insektisida nabati dengan dosis 10 gram /100 gram beras dengan jumlah serangga uji 20 ekor tiap perlakuan memberikan pengaruh yang nyata sampai sangat nyata terhadap laju mortalitas dan persentase mortalitas imago Sitophyllus oryzae. Laju Mortalitas Sitophyllus oryzae L Hasil pengamatan perlakuan insektisida nabati terhadap laju mortalitas imago Sitophyllus oryzae menunjukkan bahwa perlakuan A1 (biji sirsak) memiliki daya toksik yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan A2 (daun sirsak), A3 (biji bitung), A4 (daun babadotan), A5 (abu daun serei), dan A6 (akar tuba) dapat dilihat pada
Pengujian Beberapa Jenis Insektisida Nabati terhadap Kumbang Sitophylus Oryzae L, pada Beras
49
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 Gambar 1.
Gambar 1. Laju Mortalitas Sitophylus oryzae L
Berdasarkan Gambar 1, perlakuan A1 (bij sirsak) memperlihatkan perbedaan yang nyata terhadap laju mortalitas imago Sitophyllus oryzae o rat-rata 2,75 hari. Hal ini bila dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yaitu tepung biji sirsak dengan dosis 5 gr mampu membunuh 50 persen serangga uji dalam waktu 4,8 hari (Syauta, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis yang diberikan makin cepat hama yang terbunuh dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena biji sirsak mengandung senyawa annonacin, solamin, lactona acetogenin dan minyak atsiri sebesar 42-45 persen dapat menghambat kerja enzim acetylcolinesterase pada sinaps saraf. Enzim ini berfungsi untuk memecahkan acetylcholine menjadi choline, kemudian menjadi asam aseta dan air. Racun yang biji sirsak masuk ke tubuh serangga melalui pernapasan dan dialirkan melalui neuron dan otot dan mengikat acetylcholinesterase. Keadaan ini menyebabkan enzim tersebut tidak mampu memecahkan acetylcholine, akibat terjadi penumpukan acetylcholine pada sinaps saraf. Terakumulasinya acetylcholine menyebabkan transmisi saraf normal terbengkalai akibat serangga menjadi kejang-kejang dan akhirnya mati (Triharso, 1988). Perlakuan A5 (Abu daun serei), laju mortalitas 7 hari, A4 (tepung babadotan ) laju mortalitas 9 hari, A3 (tepung biji bitung) laju mortalitas 9,75 hari tidak berbeda satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga jenis insektisida ini mempunyai daya bunuh yang sama terhadap imago Sitophyllys oryzae. Kandungan silika yang terdapat dalam abu daun serei sebesar 49 persen dapat merusakan lapisan lilin pada kutikula serangga. Perlakuan A3 (biji
bitung) dan A4 (daun babadotan) memiliki kandungan racun yang hamapir sama dimana biji bitung mengandung senyawa saponin dan triterpenoid dan babadotan mengandung senyawa saponin, flavanoid, polifenol dan minyak atsiri serta cara masuk racun ke dalam tubbuh serangga yang sama yaitu melalui saluran racun diangkut ke seluruh bagian tubuh melalui hemosit dan lipoprotein (Priyono,1988) Perlakuan A2 (daun sirsak), laju mortalitas 17,50 hari dan A6 (akar tuba), laju mortalitas 19,75 hari tidak berbeda satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan karena kandungan annonacin yang terdapat dalam daun sirsak rendah dibandingkan dengan bijinya, sehingga daya toksik rendah untuk membubuh serangga dengan waktu yang lama. Sedangkan akar tuba (A6) memiliki kandungan rotenon sebesar 0,3-12 persen, deguelin, elipton, toxicarol. Kerja racun rotenon adalah racun perut dan kontak. Kerjanya lambat dan memerlukan beberapa hari untuk membunuh serta mudah terdegradasi oleh sinar matahari dan udara (Kardinan, 2000). Persentase Mortalitas Imago Sitophyllues oryzae L
Gambar 2. Persentase Mortalitas Pada 7, 14, 21 Hari
Setelah Aplikasi Insektisida Berdasarkan Gambar 2, pada perlakuakn A1, A3, A4. A5 tidak berbeda nyata satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan keempat perlakuan tersebut mempunyai efektifitas yang sama dalam membunuh imago Sitophyllus oryzae L. Pada perlakuan tepung biji sirsak (A1) untuk pengamatan hari ke-7 mampu mematikan serangga uji 100 persen. Hal ini disebabkan karena biji sirsak mengandung senyawa annonacin, solamin, lactona acetogenin dan minyak atsiri sebesar 42-45 persen dapat menghambat kerja enzim acetylcolinesterase
John Alfred Patty
50 pada sinaps saraf. Enzim ini berfungsi untuk memecahkan acetylcholine menjadi komponen choline,, kemudian asam asetat dan air. Racun yang terdapat dalam biji sirsak masuk ke dalam tubuh serangga hama melalui pernapasan, dan dialirkan melalui neuron dan otot kemudian racun mengikat enzim cholinesterase. Keadaan ini menyebabkan ezim tersebut tidak mampu untuk memecahkan acetylcholine akibat terjadi penumpukan acetylcholine pada sinaps saraf. Terakumulasinya acetylcholin akan menyebabkan transmisi saraf normal terbengkalai akibat hama menjadi kejang-kejang secara terus-menerus akhirnya mati (Triharso, 1988 ; Prijono, 1988). Perlakuan abu daun serei (A5) pada hari ke-14 dan 21 setelah perlakuan (Gambar 2) mampu membunuh semua serangga uji Sitophyllus oryzae L. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan abu daun serei efektif dalam membunuh Sitophyllus oryzae L tergantung dari berapa banyak serangga uji yang terkontaminasi dengan racun yang penetrasinya melalui lapisan epikutikula serangga. Hal ini terkait dengan kandungan annonacin yang dapat menghambat/ meracuni serangga tersebut. Pada perlakuan tepung Babadotan (A4) pada hari pengamatan ke 7 persentase mortalitas 45 persen dan hari pengamatan 14 sebesar 90 persen dan 21 hari sebesar 100 persen. Sedangkan perlakuan biji bitung A3) pada hari pngamatan 7 sebesar 55 persen, hari ke 14 persen moertalitas 76,25 persen dan hari ke 21 sebesar 100 persen. Hal ini disebabkan karena racun yang dikandung babadotan adalah saponin, flavanoid, poliphenol dan minyak atsiri. Sedangkan biji bitung memiliki kandungan saponin dan triterpenoid, dimana ke dua bahan tersebut kandungan racunnya hampir sama serata cara masuk racun ke dalam tubuh hampir sama. Racun tersebut masuk melalui
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011 makanan selanjutnya merusak pencernaan serangga. Racun ini dapat merusak sistem pencernaan serangga karena terkontaminasi dengan hemolipha. Selanjutnya racun diedarkan ke seluruh bagian tubuh melalui hemosit dan lipoprotein (Prijono, 1988). Insektisida nabati mudah menguap di alam, namun dari hasil penelitian yang dilakukan sampai pada hari ke 21 masih terjadi kematian serangga uji. Hal ini disebabkan karena racun dari masing-masing insektisida nabati sudah berada dalam tubuh serangga uji, tergantung dari ketahanan serangga uji tersebut terhadap toksisitas insektisida nabati karena proses metabolisme dalam tubuh serangga berbeda-beda. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Perlakuan tepung biji sirsak sangat efektif dalam membunuh imago Sitophyllus oryzae dengan laju mortalitas 2, 75 hari dengan persentase mortalitas hari ke-7 sebesar 100 persen, kemudian diikuti perlakuan abu serei (A5) laju mortalitas 7 hari dengan persentase mortalitas hari ke-7 sebesar 71,25 persen dan hari ke 14 sebesar 100 pesen. 2. Tepung babadotan (A4) dengan laju mortalitas 9 hari dan persntase mortalitas hari ke-7 sebesar 45 persen, hari ke-14 90 persen dan hari 21sebesar 100 persen. 3. Tepung biji bitung (A3) dengan laju mortalitas 9,75 hari,persentase mortalitas hari ke-7 sebesar 76,25 persen dan hari ke-14 sebesar 100 persen. 4. Tepung daun sirsak (A2) dan tepung akar tuba (A6) pada hari ke-21 persentase mortalitas sebesar 65 persen dan 66,25 persen.
Pengujian Beberapa Jenis Insektisida Nabati terhadap Kumbang Sitophylus Oryzae L, pada Beras
Jurnal Agroforestri Volume VI Nomor 1 Maret 2011
51
DAFTAR PUSTAKA Kardinan, 2000, Pestisida Nabati, Ramuan dan Aplikasi Penerbit : Penebar Swadaya Jakarta. Kalshoven, L.G.E, 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and Translated by P.A. van der Laan. PT Ichtiar Baru Van Houve. Jakarta Kundra, 1981. Dinamika Populasi Institut Pertanian Bogor. Priyono, 1988. Pengujian Insektisida Penuntun Praktikum Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan IPB. Bogor. Soemartono, 1983. Bercocok Tanam Padi. Yasaguna Jakarta. Sunjaya, 1970. Dasar-Dasar Ekologi Serangga. Bagian Ilmu Hama Tumbuhan Institut Pertanian Bogor. Syauta, 2000. Pengaruh Tepung Biji Sirsak (Annona muricata L) Terhadap Mortalitas Sitophyllus oryzae L Pada Beras. Skripsi fakultas Pertanian UniversitasPattimura Ambon. Triharso, 1993. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah MadaUniversity Press.
John Alfred Patty