Laporan Teknis Penelitian Tahun Anggaran 2010 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
PENGUJIAN ENAM JENIS INSEKTISIDA NABATI UNTUK MENGENDALIKAN Thrips palmi > 50% PADA TANAMAN KENTANG Warsi Rahmat Atmadja, I.W. Laba, Mahrita, W., T. Sutarjo dan Ahyar ABSTRAK Penelitian pengujian enam jenis insektisida nabati untuk mengendalikan Thrips palmi >50% pada tanaman kentang dilakukan di Laboratorium Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor, dan disawah petani Pacet Jawa Barat, sejak bulan Mei sampai Desember 2010. peneltian terdiri dari 2 unit percobaan 1) Pengujian toksisitas tanaman aromatik di laboratorium terhadap Thrips palmi, 2) Pengujian insektisida nabati untuk mengendalikan Thrips palmi >50% pada tanaman kentang. Penelitian bertujuan untuk memperoleh 1 jenis insektisida nabati berbasis tanaman atsiri yang efektif mengendalikan Thrips pada tanaman kentang >50%. 1). Pengujian toksisitas minyak tanaman aromatik di laboratorium. Minyak nabati yang digunakan cengkeh, serai wangi, kayu manis, formula cengkeh dan serai wangi (cees dan cespleng), cekam (formula cengkeh dan kayu manis). Sebelum diuji minyak dilarutkan dalam pelarut organik (Xylen dan Tween 20) masing-masing konsentrasi 0,5%. Aplikasi dilakukan ke tanaman yang sudah di infestasi dengan T. palmi, masing-masing 10 ekor. Selanjutnya dikurung dengan kain kasa. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung mortalitas T. palmi pada hari 1, 2, 3 dan 4 setelah aplikasi. 2). Pengujian insektisida nabati untuk mengendalikan T. palmi >50% pada tanaman kentang. Insektisida yang dugunakan adalah cees, cekam, cengkeh, serai wangi dan kayu manis serta menggunakan insektisida pembanding yang berbahan aktif karbofuran 50 EC, insektisida nabati masing-masing konsentrasi 2ml/l air dan karbofuran 50 EC 1ml/l air. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Ukuran petak 5 x 8m 2 , jarak tanam 40 x 50cm, populasi tanaman perpetak 20 tanaman. Metode pengambilan tanaman contoh secara sistematis berbentuk huruf U atau diagonal. Pengamatan populasi T. palmi dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi pada setiap petak perlakuan. Aplikasi pertama dilakukan satu hari setelah pengamatan pendahuluan apabila telah ditemukan hama sasaran atau gejala serangan hama sasaran pada setiap petak. Interval aplikasi satu minggu, apliksi terakhir 2 minggu sebelum panen. Volume semprot adalah 500 liter/ha. Hasil penelitian menunjukan bahwa insektisida nabati cees, cespleng, cekam, cengkeh, serai wangi dan kayu manis masing-masing konsentrasi 2ml/l air efektif mengendalikan T. palmi sebesar 82%. Katakunci : Pengujian, Insektisida nabati, Thrips palmi, Kentang ABSTRACT Research testing of six types of plant-based insecticide for controlling Thrips palmi> 50% on potato conducted at the Laboratory of Pest and Disease Research Group, Research Institute for Medicinal and Aromatic Plants Bogor, and paddy fields of farmers Pacet West Java, since May to December 2010. course of a study consisting of 2 units of the experiment: 1) Testing the toxicity of aromatic plants in the laboratory against Thrips palmi, 2) test vegetable insecticides to control Thrips palmi> 50% in potato plants. The research aims to gain a kind of essential plant-based botanical insecticide is effective in controlling thrips on potato> 50%. 1). Testing the toxicity of aromatic plant oils in the laboratory. The vegetable oil used clove, citronella, cinnamon, clove and citronella formula (Cees and cespleng), dibble (formula cloves and cinnamon). Before the oil tested was dissolved in an organic solvent (Xylen and Tween 20) of each concentration of 0.5%.Applications made to plants that have been on the infestation with T. palmi, each with 10 cows.Subsequently locked up with gauze. Research using a completely randomized design (CRD) with 7 treatments and 4 replications. The observation is done by calculating mortality T. palmi on days 1, 2, 3 and 4
Warsi Rahmat, dkk.
after application. 2). Testing vegetable insecticides to control T. palmi>50% in potato plants. Insecticides are dugunakan is Cees, dibble, clove, citronella and cinnamon and use of insecticides that contain active comparator carbofuran 50 EC, botanical insecticides each concentration of 2ml/l of water and carbofuran 50 EC 1ml/lwater. The study used a randomized block design (RAK) with 7 treatments and 4 replications. Size 5 x 8m2 plot, spacing of 40 x 50cm, 20 plants perpetak plant population. Method of making plant in a systematic sample U-shaped or diagonally. Observations population T. palmi performed before and after application of each treatment plot. The first application is one day after the preliminary observations have been found if the target pest or symptoms of pest attack targets on each plot. Interval applications a week, same practice last 2 weeks before harvest. Spray volume is 500 liters/ha. The results showed that vegetable insecticides Cees, cespleng, dibble, clove, citronella and cinnamon each concentration of 2ml/l of water effective to control T. palmi was 82%. Keywords: Testing, botanical insecticides, Thrips palmi, Potato PENDAHULUAN Thrips (Thrips palmi ) merupakan hama penting pada tanaman sayuran khususnya tanaman kentang, dalam keadaan serangan yang eksplosif hama ini dapat menyebabkan gagal panen ( Stallen et al., 1990 ). Untuk mengatasi serangan hama tersebut masih banyak petani yang menggunakan insektisida sintetis, karena cara ini lebih cepat diketahui hasilnya. Penggunaan insektisida dalam pengendalian hama kentang telah banyak membantu menyelamatkan produksi. Meskipun demikian untuk mencapai tingkat pengendalian yang efektif dan efisien, masih perlu penyempurnaan. Salah satu alternatif pengendalian yang ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan insektisida nabati. Pestisida nabati merupakan salah satu jenis pestisida yang potensial untuk di gunakan dalam mengendalikan hama utama tanaman pertanian. Pestisida nabati di peroleh dari ekstrak/penyulingan tanaman yang berfungsi sebagai senyawa pembunuh, penolak, pengikat dan penghambat pertumbuhan. Peluang pengembangan pestisida nabati di Indonesia di nilai sangat strategis mengingat tanaman sumber bahan insektisida banyak tersedia dengan berbagai macam kandungan kimia yang bersifat racun ( Soehardjan, 1994). Menurut Grainge dan Ahmed (1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama tanaman. Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan tanaman yang dapat di gunakan sebagai pestisida nabati, umumnya termasuk dan pada family Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae ( Prakash and Rao, 1997; Priyono et al., 2006 ). Minyak atsiri dari tanaman aromatik diketahui mengandung senyawa aktif yang dapat digunakan sebagai bahan baku insektisida. Hal ini berkaitan dengan sifatnya yang mampu membunuh, mengusir dan menghambat makan hama. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dikaji potensi beberapa tanaman aromatik untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian keefektifan bio pestisida tersebut terhadap thrips pada tanaman kentang. Sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakan akan arti penting kesehatan serta keamanan lingkungan berkaitan dengan penggunaan pestisida sintetis (Addor, 1995), perlu di jajaki alternatif cara pengendalian hama yang pada akhirnya mampu mengurangi penggunaan pestisida sintetis di lapang. Salah satu terobosan yang perlu dijajaki adalah dengan memanfaatkan bahan dari tanaman aromatik. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa insektisida nabati cengkeh dan sereh wangi konsentrasi 5% efektif terhadap Spodoptera litura (Atmadja, 2009), insaektisida CEES dan CEKAM efektif terhadap Helopeltis sp. konsentrasi 0,5%( Willis et al, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Koswanudin dan Harnoto (2006) penggunaan ekstrak biji mimba (Azadirachta indica) mempunyai potensi untuk menurunkan kerusakan tanaman dan perkembangan Thrips (T. palvispinus). Ekstrak biji mimba yang di aplikasikan pada tanaman cabai dapat menurunkan kerusakan tanaman dan berpengaruh terhadap perkembangan hama Thrips. Penggunaan pestisida nabati dari
434
Pengujian enam jenis insektisida nabati untuk mengendalikan thrips palmi > 50% pada tanaman kentang
tanaman aromatik diharapkan dapat mengendalikan hama Thrips pada tanaman kentang 50%, aman terhadap serangga berguna seperti parasitoid dan predator. Tujuan penelitian adalah keefektifan beberapa jenis insektisida nabati berbasis tanaman atsiri terhadap Thrips pada tanaman kentang. METODOLOGI a. Waktu dan Tempat Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Bogor dan di Kebun Petani di Cipanas, Cianjur pada bulan Januari sampai Desember 2010. b.Bahan dan Alat Penelitian menggunakan serangga uji imago Thrips palmi yang di koleksi dari tanaman sayuran di lapang. Bahan tanaman aromatik yang digunakan sebagai pestisida nabati adalah minyak seraiwangi, cengkeh dan kayumanis. c.Tahapan Pelaksanaan Kegaitan c.1) Perbanyakan serangga Serangga T. palmi di koleksi dari lapang kemudian dipelihara di laboratorium pada tanaman kentang yang ditanam di polybag dan dikurung dalam plastik milar. Tanaman kentang diganti apabila terlihat layu. Perkiraan interval penggantian pakan 2-3 hari. c.2) Persiapan Insektisida Nabati Insektisida nabati yang akan diuji berupa minyak yang diperoleh dari hasil penyulingan. Bahan tanaman yang akan diproses untuk pengambilan bahan aktifnya sebelumnya dikeringkan selama 3 hari hingga bahan menjadi layu dan kadar air nya cukup rendah untuk disuling. c.3) Pengujian toksisitas minyak tanaman aromatik di laboratorium Minyak hasil penyulingan kemudian diuji daya insektisidanya di laboratorium dengan menggunakan metode langsung yaitu penyemprotan langsung ke serangga. Semua minyak sebelumnya di formulasikan secara sederhana dengan melarutkan 30% minyak atsiri di dalam 70% pelarut yang terdiri dari xylene dan pengemulsi Tween 20 (85%: 15%) sehingga di peroleh larutan standar yang dapat terlarut sempurna di dalam air. Pengujian dilakukan untuk memperoleh konsentrasi standar terhadap satu jenis formula yang mampu mengendalikan serangga uji sekitar 80%. Selanjutnya semua formula yang telah disiapkan diuji efektifitasnya pada 5 konsentrasi yang dibuat dari larutan standar yang diencerkan dengan aquadest. Aplikasi insektisida nabati ke tanaman yang sudah diinfestasi dengan T. palmi, masing-masing perlakuan berisi sepuluh ekor T. palmi, kemudian disemprot dengan insektisida nabati: CEES, CEKAM, CESPLENG, cengkeh, serai wangi, dan kayumanis masing-masing konsentrasi 0,5% dan kontrol, selanjutnya dikurung dengan kain kasa. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung mortalitas T. palmi pada 1, 2, 3 dan 4 hari setelah aplikasi. c.4) Penelitian di lapang Penelitian di lakukan pada bulan April sampai Desember 2010 pada tanaman kentang di Cipanas, Jawa Barat. Insektisida nabati yang diuji adalah formula insektisida nabati yang efektif berdasarkan hasil uji laboratorium, sebagai pembanding digunakan insektisida sintetis dengan bahan aktif korbofuran 50 EC dengan konsentrasi 1 cc/l air dan kontrol. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 7 perlakuan dan 4 ulangan. Ukuran petak 5 m x 8m, jarak tanam 40cm x 50cm, populasi tanaman/petak ±200 tanaman dan jumlah tanaman contoh/petak 20 tanaman. Metode pengambilan contoh dilakukan secara diagonal. Pengamatan di lakukan dengan cara menghitung intensitas kerusakan tanaman dan menghittung populasi T.
435
Warsi Rahmat, dkk.
Palmi. Metode pengamatan kerusakan tanaman oleh serangan T. palmi per petak dengan rumus sebagai berikut : a I = --------- x 100% a+b I = Intensitas kerusakan tanaman (%) a = jumlah daun yang terserang pertanaman b = jumlah daun yang sehat pertanaman Pengamatan populasi T. palmi dilakukan sebelum dan sesudah aplikasi pada setiap petak perlakuan. Aplikasi pertama dilakukan 1 hari setelah pengamatan pendahuluan dan populasi hama sasaran sudah ada gejala serangan atau populasi hama sasaran di pertanaman. Interval aplikasi 1 minggu, aplikasi terakhir 2 minggu sebelum panen. Volume semprot adalah 500l/ha. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Laboratorium Berdasarkan hasil pengamatan satu hari setelah aplikasi (1 hsa), tingkat kematian Thrips pada semua perlakuan insektisida nabati yang di uji bervariasi. Tingkat kematian tertinggi mencapai 35% pada perlakuan insektisida nabati kayu manis, berikutnya pada perlakuan insektisida nabati CESPENG, serai wangi, CEKAM, cengkeh, dan CEES masingmasing mencapai sebesar: 32,5%, 32,5%, 30%, 30%, dan 27,5%, sedangkan pada kontrol tidak terjadi kematian. Dari hasil pengamatan tersebut semua insektisida nabati yang di uji tidak menunjukan perbedaan yang nyata, tetapi semua insektisida nabati yang di uji berbeda nyata dengan kontrol. Pada pengamatan 2 HSA, perlakuan insektisida nabati CEES menyebabkan tingkat kematian Thrips tertinggi yaitu sebesar 52,5%, berikutnya perlakuan insektisida nabati CEKAM, serai wangi, dan kayu manis dengan tingkat kematian masing-masing mencapai kematian 47,5% selanjutnya perlakuan insektisida nabati cengkeh dan CESPLENG masingmasing tingkat kematian mencapai 45% dan 42,5%. Pada pengamatan ini perlakuan insektisida nabati CEES, CEKAM, cengkeh, serai wangi dan kayu manis tidak menunjukan perbedaan yang nyata, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan insektisida nabati cespleng dan kontrol. Pengamatan 3 HSA semua perlakuan insektisida nabati yang di uji tingkat kematian Thrips semakin naik dan mulai terlihat keefektifan insektisida nabati tersebut yaitu pada perlakuan insektisida nabati cees, cespleng, cekam, cengkeh dan serai wangi dengan tingkat kematian masing-masing sebesar 80; 72,5; 75; 70; dan 70%, sedangkan perlakuan insektisida nabati kayu manis mencapai 65%. Walaupun demikian semua perlakuan insektisida nabati yang di uji menunjukan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Pengamatan 4 hsa. pada pengamatan ini perlakuan insektisida nabati CEES, CESPLENG, CEKAM, cengkeh dan serai wangi telah mencapai tingkat kematian Thrips yang tertinggi yaitu masing-masing sebesar 100%, sedangkan perlakuan insektisida nabati kayu manis tingkat kematian Thrips mencapai sebesar 82,5%. Perlakuan insektisida nabati kayu manis tersebut menunjukan perbedaan yang nyata dengan perlakuan insektisida nabati cees, cespleng, cekam, cengkeh dan serai wangi. Namun demikian semua insektisida nabati yang di uji menunjukan perbedaan yang nyata dengan kontrol (Tabel 1). Berdasarkan hasil penelitian di laboratorium bahwa perlakuan insektisida nabati yang di uji efektif terhadap Thrips (Thrips palmi) dengan masing-masingg konsentrasi 0,5% dan tingkat kematian tertinggi sebesar 100%.
436
Pengujian enam jenis insektisida nabati untuk mengendalikan thrips palmi > 50% pada tanaman kentang
Tabel 1. Mortalitas Thrips (Thrips palmi) setelah diaplikasi insektisida nabati di laboratorium. Perlakuan / konsentrasi CEES 0,5% CESPLENG 0,5% CEKAM 0,5% Cengkeh 0,5% Serai wangi 0,5% Kayu manis 0,5% Control
Rata-rata mortalitas (%) hari ke setelah aplikasi: 1 2 3 4 27,5 a 52,5 a 80,0 a 100,0 a 32,5 a 42,5 b 72,5 ab 100,0 a 30,0 a 47,5 ab 75,0 ab 100,0 a 30,0 a 45,0 ab 70,0 ab 100,0 a 32,5 a 47,5 ab 70,0 ab 100,0 a 35,0 a 47,5 ab 65,0 b 82,5 b 0b 0c 0c 0c
Penelitian Lapang Populasi Thrips palmi sebelum aplikasi Pengamatan populasi T. palmi di lapang mulai umur tanaman kentang 45 hari setelah tanam, karena hadirnya hama T. palmi di lapang mulai saat tanaman umur tersebut. Pengamatan minggu pertama sebelum apliksi populasi T .palmi di lapang bervariasi antara 17 – 28,75 ekor. Perlakuan insektisida nabati CEES populasi T. palmi mencapai 21,75 ekor, perlauan tersebut menunjukan perbedaan yang nyata dengan perlakuan insektisida nabati Serai wangi, kayumanis dan kontrol, tetapi tidak menunjukan perbedaan yang nyata dengan perlakuan nabati CKAM, cengkeh dan karbofuran 50 EC. Pengamatan minggu kedua sebelum aplikasi populasi T. palmi pada kontrol mengalami kenaikan hingga mencapai 34,75 ekor, perlakuan tersebut menunjukan perbedaan yang nyata dengan insektisida nabati cees, cekam, cengkeh, serai wangi, kayumanis dan karbofuran 50 EC. Perlakuan insektisida nabati CEES, CEKAM, serai wangi dan karbofuran 50 EC tidak menunjukan perbedaan yang nyata, namun berbeda nyata dengan perlakuan insektisida nabati cengkeh dan kayumanis. Pengamatan minggu ketiga sebelum aplikasi populasi T. palmi pada semua perlakuan insektisida nabati yang diuji megalami penurunan juga kontrol. Namun demikian semua perlakuan insektisida nabati yang di uji populasinya menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Pada saat itu tanaman kentang sudah terserang Phytopthora sp.sehingga sebagian tanaman layu dan kering. Pengamatan minggu keempat sebelum aplikasi populasi T. palmi pada semua perlakuan insaektisida nabati yang diuji dan kontrol mengalami kenaikan. Populasi T. palmi berkisar antara 17 – 34,50 ekor. Semua perlakuan insektisida nabati yang diuji populasi T. palmi menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Pengamatan minggu kelima sebelum aplikasi populasi T. palmi pada perlakuan insektisida nabati yang diuji berkisar antara 12 – 16,75 ekor dan pada kontrol populasinya mencapai 28 ekor. Pada semua insektisida nabati yang diuji populasinya tidak menunjukan perbedaan yang nyata, tetapi berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 2). Tabel 2. Pengamatan Populasi Thrips palmi pada tanaman kentang sebelum aplikasi, Pacet – Jawa Barat Rata – rata populasi Thrips palmi (ekor)... minggu ke.... 1 2 3 4 5 1. CEES 2 cc/l 21,75 cd 17,25 c 13,50 b 17,00 b 16,75 b 2. CEKAM 2 cc/l 20,00 d 18,50 c 17,50 b 23,25 b 13,25 b 3. Cengkeh 2 cc/l 23,25 c 25,50 b 13,75 b 24,00 b 12,50 b 4. Serai wangi 2 cc/l 28,75 a 15,75 c 13,75 b 19,75 b 15,75 b 5. Kayumanis 2 cc/l 17,00 e 23,75 b 14,50 b 18,75 b 12,00 b 6. karbofuran 50 EC 1 cc/l 21,75 cd 18,00 c 13,75 b 24,50 b 19,50 b 7. Kontrol 25,75 b 34,75 a 30,00 a 39,50 a 28,00 a Keterangan : Angka – angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan taraf 5% Perlakuan/konsentrasi
437
Warsi Rahmat, dkk.
Populasi Thrips palmi setelah apliksi Hasil penelitian Thrips palmi minggu pertama setelah apliksi (1msa) populasinya bervariasi pada perlakuan insektisida nabati yang diuji berkisar antara 6,75 – 10,50 ekor, sedangkan pada kontrol populasinya 23,75 ekor. Perlakuan insektisida nabati CEES populasinya mencapai 7,75 ekor, perlakuan tersebut berbeda nyata dengan perlakuan insektisida nabati serai wangi, kayumanis dan kontrol, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan insektisida nabati CEKAM, cengkeh, dan karbofuran 50 EC. Pengamatan 2 msa populasi T. palmi pada perlakuan insektisida nabati menurun, populasi berkisar antara 6,50 – 9,0 ekor sedangkan pada kontrol 22,50 ekor. Perlakuan insektisida yang diuji semuanya menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Pada pengamatan 3 MSA populasi T. palmi pada perlakuan insektisida nabati yang diuji semakin menurun berkisar antara 5,25 – 9,50 ekor, pada kontrol 22, 50 ekor. Namun demikian perlakuan insektisida nabati yang diuji menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol. Selanjutnya, pada pengamatan 4 MSA dan 5 MSA populasi T. palmi pada perlakuan insektisida nabati yang diuji populasinya rendah masing – masing berkisar antara 3,25 – 5,0 ekor dan 1,50 – 3,0 ekor, pada perlakuan karbofuran 50 EC kedua pengamatan tersebut masing – masing 2,5 ekor dan 1,0 ekor. Pada kontrol sebesar 26, 50 ekor dan 23 ekor. Pada kedua pengamatan tersebut populasi T. palmi menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol (Tabel 3). Berdasarkan hasil pengamatan populasi T. palmi selama 3 kali pengamatan terakhir, nilai efikasi insektisida nabati yang diuji rata – rata lebih besar dari 50%, maka insektisida nabati yang diuji, yaitu CEES, CEKAM, cengkeh, serai wangi dan kayumanis masing– masing konsentrasi 2 ml/l dan karbofuran konsentrasi 1 ml/l efektif untuk mengendalikan T. palmi di lapang. Serangan akibat hama Thrips (T.palmi) tidak disajikan dalam laporan ini sebab sejak umur 60 hari setelah tanam sudah terserang penyakit Phytoptora sp, tanaman kentang layu dan banyak yang kering serta mati. Berdasarkan hasil penelitian Atmadja et al., (2006), bahwa minyak cengkeh konsentrasi 4% efektif terhadap H.antonii dengan tingkat kematian 95% sedangkan pada H. theivora dengan konsentrasi yang sama kematiannya mencapai 100%. Menurut Kenese (2009) insekstisida serai wangi konsentrasi 3,2% efektif terhadap H. theivora dengan tingkat kematian 100%. Hasil penelitian di laboratorium Kelompok Peneliti Hama dan Penyakit Balittro, insektisida nabati cengkeh dan serai wangi konsentrasi 5% efektif terhadap Spodoptera litura instar 3 dengan tingkat kematian 83,33% dan 80% (Suriati dan Atmadja, 2010). Minyak cengkeh yang diapliksikan pada hama pengetam jamur kelapa (Brontispa longissima) konsentrasi 4% tingkat kematiannya antara 67,5 – 74,14%, minyak cengkeh konsentrasi 2% tingkat kematian antara 17,5 – 41,5% dan minyak cengkeh konsentrasi 1% tingkat kematian antara 9,2 – 34,7% (Rumini et al.,2006). Formula minyak serai wangi dan cengkeh (Cees) konsentrasi 5% efektif untuk mengendalikan rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus) dengan tingkat kemaitian 92% dan derajat prteksi 9,8 (Atmadja et al.,2009). Hasil penelitian yang dilakukan di lapang terhadap Spodoptera litura, insektisida nabati cengkeh dan serai wangi efektif mengendalikan S. litura dengan konsentrasi masing – masing 10 ml/l air serta mengurangi kerusakan akibat S. litura sebesar 40% (Atmadja, 2010). Menurut Willis et al.,(2009), insektisida nabati cees konsentrasi 2 ml/l air dengan semprot pada serangga langsung tingkat kematian Helopeltis sp. mencapai 46,7%, terhadap nimfa, 53,3% terhadap imago, sedangkan insektisida nabati cees yang disemprotkan pada pakan dengan konsentrasi yang sama tingkat kematian nimfa Helopeltis sp. mencapai 40% dan imago mencapai 53,3%. Insektisida nabati cekam konsentrasi 2 ml/l air yang disemprot langsung pada serangga nimfa Helopeltis sp. tingkat kematiannya mencapai 13,3%, sedangkan pada imago Helopeltis sp. tingkat kematiannya mencapai 46,7%. Insektisida cekam dengan cara semprot pakan konsentasi 2 ml/l air tingkat kematian nimfa Helopeltis sp. mencapai 36,7%, sedangkan pada imago Helopeltis sp. mencapai 26,7%.
438
Pengujian enam jenis insektisida nabati untuk mengendalikan thrips palmi > 50% pada tanaman kentang
Tabel 3. Pengamatan Populasi Thrips palmi pada Kentang setelah aplikasi, Pacet – Jawa Barat Perlakuan/konsentrasi 1
Ei (%)
2
Rata – rata populasi Thrips palmi (ekor)... minggu ke.... Ei (%) 3 Ei (%) 4 Ei (%) 5
1. CEES 2 cc/l 7,75 d 67,37 6,50 b 71,11 6,75 c 70,00 4,25 b 2. CEKAM 2 cc/l 6,75 d 71,58 8,50 b 59,57 5,25 c 76,67 4,00 b 3. Cengkeh 2 cc/l 8,75 bcd 63,15 7,25 b 67,78 5,50 c 75,55 4,50 b 4. Serai wangi 2 cc/l 10,50 b 55,78 8,50 b 59,57 6,25 c 72,22 3,25 b 5. Kayumanis 2 cc/l 9,25 bc 61,05 9,0 b 60,00 9,50 b 57,78 5,00 b 6. karbofuran 50 EC 1 cc/l 8,50 bcd 66,21 8,50 b 59,57 5,75 c 74,44 2,50 b 7. Kontrol 23,75 a 0,0 22,50 a 0,0 22,50 a 0,0 26,50 a Keterangan : Angka – angka pada kolom yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan taraf 5%. Rata – rata Ei = ½ n + 1 dari pengamatan terakhir Nilai Ei yang efektif = ≥ 50%
83,96 84,90 83,01 87,73 81,13 90,57 0,0
1,50 b 1,50 b 2,50 b 1,50 b 3,00 b 1,00 b 23,00 a
Ei (%) 93,35 93,35 89,13 93,35 86,95 95,65 0.0
Rata – rata Ei (%) 82,44 84,97 82,56 84,43 75,29 86,89 0,0
439
Warsi Rahmat, dkk.
KESIMPULAN Insektisida nabati CEES, CESPLENG, CEKAM, cengkeh, serai wangi dan kayumanis masing – masing konsentrasi 2 ml/l air efektif mengendalikan Thrips palmi sebesar 82%. DAFTAR PUSTAKA Addor, R.W. 1995. Insecticides, In: Godfrey, C.(Ed),Agrochemicals. From Natural Products. Marcel Dekker In New York. Pp 1 – 63 Atmadja, W.R., S. Suriati dan Sri Yuliani. 2006. Keefektifan minyak Cengkeh terhadap H. antonii Sign. dan H. theivora Waterh (Hemiptera: Miridae). Prosiding Seminar Nasional Entomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial. Bogor, Oktober 2006. Hal. 279 – 284. Atmadja, W.R., Agus Ismanto dan Supriadi. 2009. Efikasi formulasi minyak Serai wangi dan cengkeh terhadap rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus). Prosiding Simposium Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. Bogor 14 Agustus 2009. Hal. 228 – 232. Atmadja, W.R. 2010. Pemanfaatan insektisida Nabati Nilam, Cengkeh dan Serai wangi untuk mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura). Seminar Nasional VI Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang Bogor. Peranan Entomologi dalam mendukung Pengembagan Pertanian Ramah Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat. Bogor, 24 Juni 2010. 8 Hal. Grainge, M. and Ahmed. 1988. Hand Book of Plants With Pest Control Properties. John Wiley and Sons. 470 pp. Kenese, K. 2009. Uji Pestisida Nabati trehadap H. theivora Waterh. Pada Inang Alternatif. Laporan Praktikum Lapang. Universitas Lampung. 12 Hal. Koswanudin, dan Harwoto. 2006. Pengaruh akstrak biji mimba terhadap Perkebangan hama Thrips ( Thrips palvipinus ) dan kutu daun (Myzus persicae) pada tanaman cabai. Prosiding seminar Nasional Entomologi dalam perubahan lingkungan dan sosial.Hal 611-618. Prakash, A.Rao. J. 1997. Botanical Pesticides in Agricultural. New York. Lewis Publisher. Priyono, D.,J.L. Sudir dan Irmayetri. 2006. Insecticidal activity of Indonesia. Pland Extracts against the cabbage heal caterpillar: Crocidolomia pavonana (F)( Lepidoptera: Pyralidae). J. ISSAAS 12 (1) : 25 – 26. Rumini,W., Atmadja, W.R. dan S. Suhirman. 2006. Kefektifan minyak Bunga cengkeh terhadap hama Pengetam Janur kelapa (Brontispa longissima). Prosiding Seminar Nasional Entomologi dalam Perubahan Lingkungan dan Sosial. Bogor, Oktober 2006. Soehardjan, M. 1994. Konsepsi dan Strategi Penelitian dan Pengembangan Pestisida Nabati. Balai Penelitian Tanaman Reampah dan Obat Bogor. Hal 11 – 18. Stallen, M. P., KT.K. Moekasan and T. Arifin. 1990. Evaluation of Performance at knapsack Sprayer technique for low land vegetables, a compilation of Research Paper. Internal coum. LEHRI/ATA 395, 22 : 9 – 13. Suriati, S. dan Atmadja, W. R. 2010. Efikasi Sepuluh Jenis Insektisida Nabati terhadap Ulat Grayak (Spodoptera litura). seminar nasional VI Perhimpunan Entomologi Cabang Bagor. Peranan Entomologi dalam mendukung Pengembagan Pertanian Ramah Lingkungan dan Kesehatan Masyarakat. Bogor, 24 Juni 2010. 6 Hal.
440
Pengujian enam jenis insektisida nabati untuk mengendalikan thrips palmi > 50% pada tanaman kentang
Willis, M., Darwis, M., dan Asaad, M. 2009. Laporan Akhir Pestisida Nabati Berbasis Tanaman Atsiri yang Efektif Menekan Cnapomorpha cramerella dan Helopeltis sp. pada Kakao (40 – 50%) dan Aman terhadap Musuh Alami. Balittro. Puslitbangbun. Badan Litbang Pertanian. 31 Hal.
441