Pengujian atas Iman Abraham ( Kejadian 22:1-19)
BAB I
PENDAHULUAN
Kisah pengujian iman Abraham (22:1-19) menjadi salah satu pembuktian iman manusia yang paling hebat kepada Allah sepanjang sejarah. Hal inilah yang membuat penulis merasa tertarik untuk menyelidiki lebih dalam mengenai makna, teladan dan kausal dibalik kisahnya. Menurut penulis, catatan peristiwa ini sangat perlu dipahami oleh generasi setelah Abraham (termasuk zaman sekarang ini) untuk memetik pelajaran dibaliknya dan meneladani keistimewaan karakter tokoh utama yaitu Abraham dan Ishak. Apa yang Abraham laksanakan dari perintah Tuhan tidak kurang dan tidak lebih (Inilah yang berkenan dihadapan Tuhan. Bnd: Ul. 4:2). Perlu diketahui, ruang lingkup metodologi yang penulis gunakan dalam mengupas perikop ini adalah eksegesis.
Kemudian, dari sisi latar belakang kisah ini, membuat penulis sangat terpacu untuk mendalami maksud dan tujuan Allah yang sebenarnya kepada Abraham. Salah satu yang menjembatani hal ini adalah tindakan Allah yang seolah-olah ingin „mempermainkan‟ Abraham saja ( bnd: Kej. 21:1dst. Allah baru saja memberikan Abraham seorang anak, lalu terlihat seolah ingin mengambilnya kembali). Tentu, masih banyak hal lain lagi yang akan dibahas pada kesempatan ini.
BAB II
Eksposisi perikop Kejadian 22:1-19
II. A Survey Perikop Peristiwa dalam perikop ini kemungkinan terjadi tidak lama setelah peristiwa diusirnya Hagar beserta Ismael oleh Abraham (21:10). Setelah peristiwa itu, Allah mencoba ia untuk mempersembahkan Ishak di salah satu gunung di tanah Moria. Allah menguji Abraham apakah ia rela mempersembahkan Ishak (yang saat itu sudah menjadi anak tunggal Abraham pascapengusiran Hagar dan Ismael ), anak terkasih. Tidak perlu menunggu lama, Abraham melakukan perintah itu tepat keesokan harinya sejak Allah berfirman kepadanya. Ia pergi dengan Ishak beserta 2 bujangnya,
keledai beserta segala keperluan yang biasa dibawa untuk
mempersembahkan korban bakaran (kayu bakar,pisau,api).
Setelah 3 hari perjalanan yang cukup melelahkan itu, ia melihat tempat tujuannya dari kejauhan. Melihat itu, ia segera meminta 2 bujang yang bersamanya untuk tinggal dari kejauhan sementara ia bersama Ishak melanjutkan perjalanan hingga ke salah satu gunung di tanah Moria. Sesampainya di Gunung itu, Abraham dan Ishak segera membangun mesbah tempat korban dipersembahkan. Tetapi hal yang tidak disangka sebelumnya (Ay 7) oleh Ishak bahwa ternyata dirinya sendirlah korban itu. Yang menarik, Ishak tidak meronta-rontakan diri melainkan dengan rela membiarkan ayahnya untuk mengikatnya. Hampir saja Abraham mengulurkan pisaunya ke batang leher anaknya itu, Malaikat Tuhan mencegah peristiwa itu. Kemudian Abraham mendapatkan
seekor
domba
tersangkut
tanduknya
mempersembahkannya sebagai korban ganti Ishak.
II. B Konteks perikop
di
belukar
dekat
situ,
lalu
1) History
Abraham diperkirakan hidup sekitar 2000an tahun SM. Sesuai Kejadian 21:34 Abraham kemungkinan berada di Filistin (Palestina) saat peristiwa persembahan itu terjadi. Ada bukti penemuan arkeologi yang jelas bahwa orang Semit Barat kuno telah hadir di Palestina.[1] Bangsa Filistin sendiri baru memasuki wilayah Palestina pada abad ke-20 SM.[2] Kebiasaan yang terjadi pada zaman Abraham berkaitan erat dengan persembahan manusia. Tidak dapat disangsikan bahwa kurban manusia dipraktikan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah yang benar pada zaman perjanjian lama. Misalnya, terdapat sebuah materi silinder Babilonia yang dengan jelas menggambarkan pelaksanaan hukuman mati seorang yang akan dipersembahkan, dan terjemahan dari sebuah syair bahasa Akad menceritakan pengorbanan seorang anak laki-laki sulung.[3] Sangat mungkin Abraham memang sudah mengetahui akan tradisi-tradisi kurban anak-anak kepada dewa-dewa di daerah Mesopotamia dan sekitarnya, tetapi tidak pernah mempraktikkannya.
2) Literatur
Secara literature, perikop ini adalah peristiwa sejarah dalam Alkitab. Catatan ini bukan terkategori ke dalam pengajaran secara teknis seperti dalam surat-surat para Rasul. Tetapi catatan sejarah ini tentu memiliki kepentingan sehingga harus dibukukan dalam Alkitab. Salah satunya adalah agar menjadi kesaksian yang akurat. Lebih lanjut, Albright berkata: “secara keseluruhan gambaran dalam Kitab Kejadian bersifat sejarah dan tak ada alasan untuk meragukan ketelitian rincian-rincian kisah hidup dan lukisan kepribadian bapak-bapak leluhur Israel secara umum.”[4]
Siapapun tidak perlu bersusah payah mencoba menafsirkan perikop ini sebagai suatu perumpamaan atau kiasan belaka. Itu semua gagal karena tidak pernah tercatat bahwa perumpamaan dalam Alkitab menggunakan nama sebenarnya dari si tokoh. Dari narasi pembukaannya pun nampak bahwa ini merupakan catatan sejarah. Hal ini semakin dikuatkan dengan catatan yang mengacu ke peristiwa ini di Perjanjian Baru (Ibr. 11:8). Jadi,perikop ini harus dilihat secara literal dan murni sebagai sebuah peristiwa.
II. C Analisa ayat per ayat 22:1
= Kata dibalik “mencoba” dalam bahasa Ibraninya adalah “naw-saw” akar kata yang
primitif, diterjemahkan dalam KJV sebagai “tempt” sama dengan Yakobus 1:13. Di tempat lain “naw-saw” diterjemahkan “proved” (Kel. 15:25) atau “proveth” (Ul. 13:3). Yakobus memaksudkan “mencobai” dalam pasal 1:13 memiliki pengertian membuat jatuh (menjatuhkan). Jika dilihat dari konteks cerita tersebut, cobaan yang Tuhan maksudkan disini mengacu ke Yakobus 1:3 yaitu suatu ujian iman untuk menghasilkan ketekunan. Kata “mencoba” di perikop ini bisa juga dilihat sebagai “proveth” (Ul. 13:3, Kel. 15:25), yaitu tindakan untuk pembuktian. Jadi, tidak ada kontras antara Kejadian 22:1 dengan Yakobus 1:13. 22:2
= Ishak sudah dapat dianggap sebagai anak tunggal Abraham setelah peristiwa pengusiran
Ismael dan Hagar (Kej. 21:10). Dan bukan suatu kebetulan Allah menyebut Ishak sebagai anak tunggal Abraham saat itu. Pasti ada makna khusus di baliknya. Hal ini menyiratkan bahwa ada makna simbolis yang tersirat dari peristiwa pengujian atas iman Abraham ini. Allah nampaknya sedang berupaya mensimulasi peristiwa saat Ia sendiri merelakan anak tunggalnya (Yesus kristus) di korbankan bagi dosa manusia ± 2000an tahun setelahnya. KJV memperjelas makna di balik kata “kasihi” dengan makna superlative yaitu “Lovest” = “yang paling kasih” atau “yang
terkasih”. Menyiratkan juga hubungan afeksi yang sangat dalam antara Allah dengan Yesus Kristus, Anak Tunggal-Nya.
Sangat sulit tentunya bagi seseorang melakukan perintah ini.
Tetapi karena besarnya iman Abraham kepada Allah, sampai-sampai Allah memakai peristiwa ini sebagai penggambaran atas diri-Nya sendiri. Tidak heran Abraham disebut sahabat Allah karena imannya itu (Yak. 2:23). 22:3
= “Keesokan harinya…”
Mengindikasikan ketaatan hati Abraham untuk menjalankan
perintah Tuhan se-segera mungkin meskipun hal itu sepintas “tidak baik” buat dia. 22:4
= Perjalanan 3 hari 2 malam sangat mungkin membuat pria berusia lebih dari 100 tahun
kelelahan. Ada kemungkinan juga Allah sengaja pilih tempat yang cukup jauh untuk memberikan kesempatan kepada Abraham untuk menentukan pilihan: tetap menaati perintah Tuhan atau kembali. Seperti komentar seorang Arkeolog bernama John J. Davis : “…yang memberi Abraham tiga hari untuk mengubah pikirannya dan kembali.”[5] Tetapi justru tekadnya semakin bulat selama diperjalanan itu. Selain itu, Gunung ini akan menjadi sejarah bagi beberapa peristiwa penting lainnya: Salomo mendirikan bait suci disini (2 Taw. 3:1), dan salib Kristus ditempatkan di dekat situ juga.[6] 22:5
= Pernyataan Abraham bahwa ia akan kembali lagi bersama Ishak sehabis dari
sembahyang menunjukkan betapa ia masih ingat kepada janji Allah bahwa dari Ishak akan disebut keturunannya (Kej. 21:12). Ia berpikir bahwa sekalipun Ishak harus dikorbankan, Allah akan membangkitkannya dari kematian (Ibr. 11:17-19). 22:6
= Jika diperhatikan, ayat ini terlihat sebagai refleksi akan Allah Bapa yang meminta
kepada Allah Anak (Yesus) untuk menanggung/memikul beban dosa manusia.
22:7
= Penulis meyakini bahwa pertanyaan ishak disini tidaklah sandiwara. Ia memang benar-
benar bertanya saat itu atas ketidaktahuannya. Setiap orang yang membaca nats ini dapat merasakan betapa sedihnya hati Abraham saat mendengar pertanyaan itu dari Ishak. Dari sekian banyaknya percakapan diantara mereka saat perjalanan, mungkin ini satu-satunya pertanyaan yang paling menusuk hati Abraham. 22:8
= Abraham menjawab dengan penuh keyakinan. Memperlihatkan imannya yang murni
kepada Allah. Dari satu sudut pandang, Abraham nampaknya meyakini bahwa akan ada korban pengganti Ishak yang akan disediakan Tuhan. Barangkali yang dia pikirkan selain bahwa Allah akan membangkitkan Ishak jika jadi dipersembahkan (Ibr. 11:17-19) adalah hal ini. 22:9
= Tidak tercatat respon negatif dari Ishak dalam Alkitab. Sangat mungkin karena memang
ia tidak melawan sama sekali melainkan merelakan diri jika ia harus dipersembahan kepada Allah. Menggambarkan Yesus Kristus, sang Anak Tunggal Allah yang merelakan diri dihukumkan menggantikan dosa manusia. 22:10 = Alkitab tidak memberitahukan berapa lama selang waktu antara ayat 9 dengan 10. Kemungkinan tidak terlalu lama. Jadi, Abraham langsung bersigap menyembelih Ishak setelah ia meletakkannya di atas mezbah. Hal ini sangat mungkin karena ia ingin segera mengakhiri misi ini dan melihat kehendak Tuhan selanjutnya. 22:11 = Malaikat Tuhan yang dimaksud adalah Allah sendiri. Seringkali Alkitab melaporkan peristiwa penampakan Tuhan sebagai Malaikat Tuhan (Kej. 16:7, Kel 3.2 dll). Indikasi ini semakin kuat ketika „Malaikat Tuhan‟ itu bersumpah demi diri-Nya sendiri (Ay 16). Tercatat dalam Alkitab, hanya Allah sendirilah yang dapat bersumpah demi diri-Nya sendiri. Malaikat
tidak berani bersumpah demi dirinya sendiri melainkan hanya demi Dia yang kekal (Daniel 12:7). 22:12 = Kata “takut” memiliki makna yang superlative. Dalam KJV “fearest” artinya memiliki makna paling takut dibandingkan apapun. Jadi, Abraham paling takut/taat kepada Tuhan. 22:13 = Sangat mungkin kehadiran yang “kebetulan” dari seekor domba korban datang dari Tuhan sendiri (diindikasikan dalam ayat 14 dari kata “Tuhan menyediakan”). Domba yang dikorbankan itu memiliki makna sebagai “Domba korban” yang nantinya menggambarkan penebusan Yesus Kristus. Seharusnyalah Ishak yang dipersembahkan kepada Tuhan. Tuhan berhak atas hidup manusia manapun dimuka bumi ini karena Allah pemilik hidup itu, (Kis 17:24-29) termasuk Ishak. Kendatipun seperti itu, Allah tidak mau mengambil Ishak karena ada rencana-rencana Tuhan melaluinya. Jadi, Ia menyediakan sendiri korban pengganti Ishak. 22:14 = Kata “Tuhan menyediakan” berasal dari kata Ibrani yang terkenal yaitu “ Yehovah Yireh” yang berarti “Yehovah akan menyediakan”. Tuhan menyediakan bukan hanya mengacu kepada “Domba” saat itu, tetapi lebih dalam lagi bahwa Allah menyediakan Yesus Kristus sebagai “Domba korban” sebenarnya. 22:15 = Malaikat TUHAN disini masih mengacu kepada Allah sendiri. 22:16
= Allah bersumpah demi diri-Nya sendiri berarti Ia ingin lebih menjamin (sejamin-
jaminnya) lagi bahwa janji-Nya pasti terlaksana. 22:17-18
= Janji ini kembali diucapkan Tuhan. Sebelumnya, saat pemanggilan Abraham,
Tuhan mengatakan Janji ini juga (12:1-2). Selebihnya dalam 13:16, 15:5, 16:10 juga
diungkapakan. Minimal, ini kelima kalinya Allah menguatkan janji-Nya itu kepada Abraham. Belakangan Ia mengulangi janji ini beberapa kali (seperti dalam Kejadian 26:4, 28:14, 32:12). 22:19 = Akhir kisah yang indah. Semua sesuai harapan. Sesuai dengan perkataan sebelumnya dari Abraham kepada bujangnya bahwa ia akan kembali dengan Ishak (22:5).
BAB III
KESIMPULAN
Pengujian atas iman Abraham oleh Tuhan jelas tidak dimaksudkan untuk mencobai Abraham supaya jatuh dalam dosa, melainkan menguatkan imannya (Yak. 1:3). Perintah Allah terlihat „seolah‟ bertentangan dengan janji berkat-Nya melalui keturunan Abraham. Akan tetapi denga iman, Abraham maju terus karena menganggap kesempurnaan Allah tidak membuat kesalahan. Perintah ini tentunya memiliki banyak sekali makna di dalamnya yang sudah dibahas dibagian isi. Hal ini tentu tergantung dari sudut pandang mana dalam melihatnya. Salah satu yang penulis lihat dan bahas adalah bahwa peristiwa ini memiliki makna keselamatan (Soteriology) dari Tuhan. Allah memaksudkan untuk menggambarkan akan peristiwa yang akan datang ketika Putra-Nya (Yesus Kristus) dikorbankan bagi manusia. Mengapa Allah memerintahkan manusia untuk mempersembahkan korban bakaran adalah karena manusia telah jatuh ke dalam dosa sehingga perlu ada yang dikorbankan untuk keselamatan manusia supaya dosanya selesai. Sebab upah dosa ialah maut (Rom. 6:23).
Tidak hanya itu, catatan sejarah ini juga memiliki makna untuk diaplikasikan pada zaman sekarang. Yaitu: Manusia zaman sekarang harus percaya juga pada janji Allah bahwa barangsiapa percaya kepada Yesus kristus (sebagai penggenapan akan korban persembahan di PL) akan diselamatkan dari kebinasaan (Yoh. 3:16). Manusia juga harus tetap percaya pada janji Allah ini meskipun suatu keadaan yang “bertentangan” dengan janji itu menimpa dirinya (seperti Abraham), sebab Allah tidak pernah lalai menepati janji-Nya (2 Pet.3:9). Selain itu, manusia dituntut memiliki kasih kepada Allah (Mat. 22:37, MRK. 12:30) melebihi apapun termasuk anaknya sendiri.
BAB IV
BIBLIOGRAFI
Lasor, W. S, dkk. Pengantar Perjanjian Lama 1. Jakarta: Gunung Mulia. 2012. Davis, J. John. Eksposisi Kitab Kejadian. Malang: Gandum Mas. 2001. Free, P. Joshep. Arkeologi dan sejarah Alkitab. Malang: Gandum Mas. 2001. [1] W. S. Lasor, dkk, Pengantar Perjanjian Lama 1, (Jakarta: Gunung Mulia, 2012), hal. 148. [2] Joseph P. Free, Revised by Howard F. Vos, Arkeologi dan sejarah Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 2001), hal. 84. [3]
John J. Davis, Eksposisi Kitab Kejadian, (Malang: Gandum Mas,2001), hal. 232.
[4] W. S. Lasor, hal. 149 [5] Davis, hal. 233 [6] Ibid. hal. 234