136
PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (KASUS DI RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA)
DJULI SUGIARTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir kajian pengembangan masyarakat dengan judul “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian tugas akhir ini.
Bogor, Oktober 2006
DJULI SUGIARTO NRP. A154050145
i
ABSTRAK DJULI SUGIARTO, Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin. Dibimbing oleh PUDJI MULJONO dan SUTARA HENDRAKUSUMAATMAJA. Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari berdiri atas prakarsa kelompok karyawan karyawati RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, sebagai bentuk keprihatinan atas tidak adanya perhatian dan bantuan pemerintah dalam hal ini pemerintah Desa Sendangtirto terhadap warga miskin di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto. Selama 6 tahun sejak berdiri oktober 1999 kegiatan berkelanjutan, namun lembaga tersebut belum bisa memenuhi harapan anggota dalam meningkatkan tingkat sosial ekonominya sesuai tujuan lembaga dalam menyediakan pinjaman sesuai dengan modal usaha. Tujuan kajian ini adalah teridentifikasi masalah secara partisipatif, temuan permasalahan baik itu hambatan dan potensi selanjutnya dipecahkan bersama melalui Focus Group Discussion (FGD) yang difasilitasi oleh pengkaji. Pokok permasalahan adalah lemahnya manajemen lembaga berpengaruh pada tidak optimalnya kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan kepada anggota secara maksimal, sehingga kajian pengembangan masyarakat melalui perencanaan program dan strategi di arahkan pada “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin”. Kondisi lemahnya manajemen lembaga simpan pinjam tersebut disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kemampuan lembaga dalam pengelolaan usaha, kurangnya modal dalam memenuhi modal usaha, terbatasnya pengelolaan usaha serta kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Permasalahan tersebut memunculkan; 1) terbatasnya sumber lembaga dalam menunjang modal usaha yang diharapkan, 2) kurang mampu dalam pengelolaan usaha, 3) pengembangan jaringan kerjasama dan tidak optimalnya kinerja pengurus. Potensi sistem sumber dalam penguatan kapasitas lembaga yang berhasil digali selama penyusunan program dan strategi oleh seluruh peserta antara lain : 1) anggota Rukun Lestari memiliki kemauan untuk merubah nasib untuk mengembangkan lembaga, 2) adanya kepercayaan anggota kepada pengurus, 3) dukungan tokoh masyarakat, 4) dukungan dan fasilitasi pengurus BKM, 5) pemerintah Desa dan fasilitasi dan dukungan dari Dinas P2KPM Kabupaten Sleman. Berdasarkan kegiatan kajian pengembangan masyarakat diketahui partisipasi aktif anggota dalam lembaga sangat diperlukan pada semua level kegiatan dalam perencanaan program, pelaksanaan pengelolaan usaha, monitoring dan evaluasi. Adanya keterlibatan seluruh komponen lembaga simpan pinjam Rukun Lestari baik itu pengurus, anggota, stakeholders dan pihak terkait sesuai kepentingannya, memunculkan sinergi pada pelaksanaan pelayanan pengelolaan usaha simpam pinjam sesuai harapan dan permasalahan yang dirasakan oleh anggota. Selanjutnya keterlibatan/partisipasi anggota akan memunculkan kesadaran dan trust yang dibutuhkan oleh pengurus dalam menjalankan pelayanan, sehingga kegiatan partisipatif pada kegiatan pengembangan masyarakat merupakan kunci keberlanjutan. ii
Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
iii
PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN (Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta)
DJULI SUGIARTO
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
iv
Judul Tugas Akhir : Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin Nama : Djuli Sugiarto NRP : A154050145
DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING
Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. Ketua
Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja. MSc. Anggota
DIKETAHUI
Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr. Djuara P. Lubis, MS.
Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, M.S.
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
v
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Mahaesa karena atas berkat dan rahmat-Nya, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir kajian pengembangan masyarakat sebagai satu persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Judul kajian pengembangan masyarakat ini adalah “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Kasus di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakata”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1. Bapak Dr. Marjuki, M.Sc. selaku Kepala Badan Pendidikan dan Penelitian Sosial Departemen Sosial RI. 2. Bapak Dr. Ir. Khairil A. Notodipuro, MS. selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). 3. Bapak Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS. selaku Ketua Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor (IPB). 4. Bapak Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing. 5. Bapak Ir. Sutara Hendrakusumaatmadja, M.Sc. selaku Anggota Komisi Pembimbing. 6. Ibu Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MS. selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing. 7. Ibu Dra. Neni Kusumawardhani, MS. selaku Ketua Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. 8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). 9. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) Angkatan III Tahun 2005-2006. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan kontribusi bagi penyelesaian tugas akhir ini. Atas segala perhatian, bantuan dan kerjasamanya sekali lagi penulis mengucapkan banyak terima kasih, semoga kebaikan Bapak dan Ibu memperoleh imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Mahaesa. Penulis dengan senang hati menerima saran dan masukan dari para pembaca, dalam upaya penyempurnaan tugas akhir ini. Akhirnya, semoga kajian ini bermanfaat. Bogor, Oktober 2006
Djuli Sugiarto
vi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 9 Juli 1967, sebagai anak ketujuh dari sembilan bersaudara dengan orang tua R. Soejitno dan Moeljani. Pendidikan yang ditempuh oleh penulis adalah SD Negeri Jagalan III Kediri lulus tahun 1980, SMP Negeri III Kediri lulus tahun 1983, SMA Negeri I Kediri lulus tahun 1986, Diploma III Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung lulus tahun 1990 dan FISIPPOL Universitas Pattimura Ambon lulus tahun 1996. Tahun 1994 penulis menikah dengan Setiawati Sujono dikarunia dua orang anak, yaitu Faris Yusuf Baktiar lahir pada tahun 1994 dan Aura Nisa Alfira lahir pada tahun 2002. Pada tahun 1991 penulis diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) ditempatkan di Kantor Wilayah Departemen Sosial Propinsi Maluku bertugas sampai dengan Mei 1999 dan pindah tugas di Dinas Sosial Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari Juni 1999 sampai sekarang. Selanjutnya, pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti tugas belajar pada Program Studi Magister Profesional Pengembangan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB).
vii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
PENDAHULUAN .......................................................................................
1
Latar Belakang .........................................................................................
1
Perumusan Masalah .................................................................................
5
Tujuan dan Kegunaan Kajian ................................................................
7
KERANGKA KAJIAN .............................................................................
8
Kemiskinan .............................................................................................
8
Masyarakat ...............................................................................................
12
Kelembagaan Ekonomi Lokal ................................................................
13
Usaha Simpan Pinjam ....................................... .....................................
15
Kinerja Lembaga Simpan Pinjam ....................................................
17
Pemberdayaan ......................................... ................................................
19
Penguatan Kapasitas ................................................................................
21
Kerangka Pemikiran ................................................................................
22
METODE KAJIAN ....................................................................................
25
Tipe dan Aras Kajian ..............................................................................
25
Strategi Kajian ........................................................................................
25
Lokasi dan Waktu Kajian .......................................................................
26
Metode Pengumpulan Data ....................................................................
27
Analisis dan Pelaporan ................................ ...........................................
31
PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA SENDANGTIRTO................
33
Keadaan Geografis ..................................................................................
33
viii
Kependudukan . .......................................................................................
35
Pendidikan Penduduk ..............................................................................
38
Mata Pencaharian Penduduk .................................................................
39
Struktur Komunitas ..................................................................................
40
Sumberdaya Lokal ...................................................................................
44
SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS ....................................
47
Latar Belakang Berdirinya Rukun Lestari ..............................................
47
Pengembangan Ekonomi Masyarakat .....................................................
51
Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial ..................................
54
Kebijakan dan Perencanaan Sosial .............................. ...........................
57
PROFIL LEMBAGA SIMPAN PINJAM DAN ANGGOTA.................
58
Kapasitas Lembaga .................................................................................
58
Kapasitas Anggota ...................................................................................
67
Keberfungsiansosial Anggota .................................................................
70
Sistem Sumber Formal dan Non Formal ................................................
72
Potensi Lokal ..........................................................................................
76
Performa Lembaga Simpan Pinjam ............. ...........................................
77
STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI ..............................
85
Analisis Masalah dan Tujuan ..................................................................
85
Penyusunan Program dan Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga .........
95
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ................................................
106
Kesimpulan ..............................................................................................
106
Rekomendasi ...........................................................................................
108
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
109
LAMPIRAN ................................................................................................
110
ix
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
: Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat.............
27
Tabel 2
: Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ...........
29
Tabel 3: : Sumber Data, Tipe dan Jumlah Responden/Informan ................
30
Tabel 4
: Variabel, Indikator dan Parameter Kajian ...................................
30
Tabel 5
: Luas Lahan Sesuai Peruntukannya ..............................................
34
Tabel 6
: Komposisi Penduduk Desa Sendangtirto Menurut Usia dan Jenis Kelamin .............................................................. ..............
35
Tabel 7
: Tingkat Perkembangan Pendidikan Penduduk Desa Sendangtirto ................................................................................
38
Tabel 8
: Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .................
39
Tabel 9
: Struktur Kepemilikan Tanah Sawah ...........................................
46
Tabel 10 : Tabungan Anggota Simpan Pinjam, Pekerjaan dan Tanggungan
49
Tabel 11 : Perkembangan Anggota Simpan Pinjam .....................................
50
Tabel 12 : Perkembangan Keuangan Simpan Pinjam ..................................
51
Tabel 13 : Pendidikan dan Pendapatan .........................................................
68
Tabel 14 : Jumlah Nasabah, Dana Bergulir ..................................................
80
Tabel 15 : Matriks Alaternatif Kegiatan .......................................................
93
Tabel 16 : Analisis Pihak Terkait .................................................................
94
Tabel 17 : Rencana Kegiatan Penguatan Kapasitas Simpan Pinjam ............
99
x
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran....................................................
24
Gambar 2 : Piramida Penduduk Desa Sendangtirto ..................................
36
Gambar 3 : Stratifikasi Masyarakat Desa Sendangtirto.............................
41
Gambar 4 : Analisis Permasalahan Sebab dan Tindakan ..........................
89
Gambar 5 : Analisis Rancangan Aksi, Tindakan dan Hasil ......................
91
Gambar 6 : Strategi Pelaksanaan Program ................................................
102
Gambar 7 : Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari .........................................................................
104
xi
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Sketsa Wilayah Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta ..............................................................................
112
2. Hasil Diskusi Perumusan Masalah dan Kebutuhan ..............................
113
3. Hasil Penyusunan Program Kerja .........................................................
116
4. Dokumentasi Kegiatan Pengembangan Masyarakat .............................
119
5. Catatan Harian .......................................................................................
124
xii
PENDAHULUAN Latar Belakang Kegagalan pendekatan pembangunan yang berporos pada pertumbuhan ekonomi berbentuk sentralistis dan bersifat top-down pada masa Orde Baru, telah bergeser pada perubahan paradigma baru dalam pembangunan masyarakat. Hal ini sejalan dengan diberlakukan UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah. Di keluarkannya peraturan tersebut, merupakan pintu masuk partisipasi masyarakat melalui Otonomi Daerah dengan kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan menurut prakarsa sendiri. Era otonomi, masyarakat yang tadinya tidak dilibatkan dan bahkan diasingkan dari proses pembangunan, kini dipandang sebagai
aktor
sentral
yang
memiliki
potensi
dan
kemampuan
dalam
mengembangkan kualitas hidupnya. Mereka tidak lagi dianggap hanya sebagai penerima pasif dari berbagai ragam kegiatan pembangunan tetapi mereka telah diberdayakan agar memiliki kapasitas dalam mengorganisir dan mengambil keputusan, merespon berbagai permasalahan, serta mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri dan berkelanjutan. Program pengembangan ekonomi masyarakat di daerah berintikan pada kebijakan pembangunan yang menggunakan sumberdaya lokal (sumberdaya alam, fisik dan lingkungan), kelembagaan dan sumberdaya sosial ekonomi yang dimiliki daerah. Titik sentral program pengembangan ekonomi masyarakat adalah pada inisiatif daerah (masyarakat dan pemerintah daerah) untuk menggerakkan proses pengembangan ekonomi daerah. Pemikiran dan inisiatif tersebut dituangkan dalam rencana umum yang dapat diterapkan, sesuai dengan permasalahan dan potensi yang ideal dalam artian aspiratif, serta rencana pembangunan multisektoral yang disusun oleh pemerintah baik di tingkat regional maupun nasional. Pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi lokal amat penting sebagai prasyarat dasar pemberdayaan sosial dan politik. Permasalahan pokok dasar pemberdayaan masyarakat melalui ekonomi lokal adalah rendahnya tingkat
2 keterampilan
dan
pengetahuan
masyarakat,
mengakibatkan
rendahnya
kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan akses sumberdaya yang tersedia. Hambatan utama bagi masyarkat adalah terbatas sumberdaya ekonomi berupa modal, lokasi usaha, lahan, informasi pasar dan teknologi. Kesulitan ini diperparah dengan terbatas penyediaan prasarana dan sarana produktif berakibat mempersempit peluang masyarakat untuk memperoleh lapangan kerja dengan penghasilan yang layak. Hambatan lain yang sifnifikan berupa, rendah kemampuan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat dalam mengelola sumberdaya untuk meningkatkan kompetensinya. Konteks masyarakat diletakkan
dalam strategi pemberdayaan dengan
merujuk pada upaya yang dilakukan harus diarahkan langsung pada akar persoalan, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat miskin. Bagian yang tertinggal dalam hal ini masyarakat miskin dalam pemenuhan kebutuhan dasar ekonomi keluarga perlu ditingkatkan kemampuan dalam mengembangkan dan mendinamisasi potensi diri masyarakat miskin tersebut (Kartasasmita 1996). Peningkatan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri anggota komunitas itulah yang dikenal dengan penguatan kapasitas (capacity building). Strategi pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pengembangan partisipasi aktif dan meningkatkatkan prakarsa masyarakat dalam menentukan arah tujuan yang akan dicapai dalam lembaga yang dibentuk bersama oleh masyarakat, pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan untuk meningkatkan taraf hidup yang meliputi berbagai kegiatan pembangunan tingkat lokal baik yang dilakukan pemerintah dan non- pemerintah (Adi 2001). Menurut (Sumarjo & Saharudin 2004) partisipasi masyarakat memegang peranan penting dalam pembangunan masyarakat, karena melalui partisipasi masyarakat dapat diperoleh, Pertama, informasi tentang kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat. Kedua, masyarakat lebih percaya dan bertanggung jawab bila dilibatkan dalam kegiatan mulai dari perencanan hingga memanfaatkan hasil program. Ketiga, masyarakat beranggapan bahwa keterlibatan mereka dalam pembangunan merupakan hak demokrasi masyarakat itu sendiri. Penguatan kapasitas lembaga ekonomi lokal melalui pemberdayaan masyarakat, adalah salah satu model peningkatan peranserta masyarakat dalam
3 kegiatan yang dirancang dengan menitikberatkan pada proses pembelajaran dan memberdayakan masyarakat lewat lembaga ekonomi lokal untuk menopang perekonomian masyarakat itu sendiri. Lembaga ekonomi lokal di atas mengandung makna “ikatan sosial” yang dibangun berdasarkan jejaring sosial (social networking) sebagai nilai tambah dari modal sosial (social capital) dengan satu fokus interaksi pada pengembangan masyarakat (Nasdian 2004). Pembangunan dalam upaya memberdayakan masyarakat dalam arti sosiologis mengarah pada penekanan pembangunan berbasis lokal yang di dalamnya terdapat ikatan sosial yang digunakan untuk berinteraksi antar kelompok, organisasi, instansi, komunitas dan lokalitas dengan melintasi beragam ras. Masyarakat miskin merupakan bagian dari kelompok masyarakat yang penting untuk diberdayakan, sebab mereka mempunyai banyak keterbatasan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya secara maksimal dan perlu diperdayakan dalam upaya memperkuat kapasitas lembaga yang membantu perekonomian Masyarakat.
Desa
Sendangtirto
Kecamatan
Berbah
Kabubaten
Sleman
Yogyakarta dengan Penduduk 12.786 jiwa serta penduduk yang digolongkan miskin sejumlah 730 KK atau 2.555 jiwa (19,98 %) (Sumber data : Monografi Desa Sendangtirto 2004 ). Adapun penduduk miskin yang berada di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto sebanyak 28 KK atau 98 jiwa (59 %) dari jumlah 182 jiwa penduduk yang tinggal di wilayah RW 04. Pemberdayaan ekonomi masyarakat sebagaimana dikemukakan tersebut telah dilakukan oleh Tokoh masyarkat dusun dawukan RW 04 sebagai bentuk keprihatinan atas kurangnya pemerintah Desa Sendangtirto memberikan akses kepercayaan untuk mendapatkan bantuan pemerintah melalui kegiatan–kegiatan Proyek yang selama ini telah diterima oleh pemerintah Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta, yaitu : KUT (kredit usaha tani) KUKESRA (Kredit Usaha Sejahtera) KUBE (Kelompok Usaha Bersama) dan UEP (Usaha ekonomis produktif), P2KPM (Proyek Pemberdayaan Koperasi Penguatan Modal)
P2KPM (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan)
Raskin (Beras untuk Rakyat Miskin) dan JPS (Jaring Pengaman Sosial).
4 Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari terbentuk melalui kegiatan Selapanan dengan anggota 19 orang pada Oktober 1999 dan hingga Nopember 2005 berkembang menjadi 26 orang anggota. Terbentuknya lembaga ekonomi lokal simpan pinjam Rukun Lestari adalah sebagai upaya mendukung masingmasing warga masyarakat miskin dalam menopang perekonomian mereka. Kenyataan yang ada memperlihatkan bahwa, walaupun lembaga simpanpinjam Rukun Lestari yang dijalankan masyarakat miskin di RW 04 dusun Dawukan telah berjalan selama 6 tahun namun perkembangan lembaga belum mampu membantu anggota dalam memenuhi kebutuhan dasar bila dibutuhkan secara mendadak. Penyebab permasalahan tersebut adalah kapasitas simpanan kurang dapat mendukung pinjaman, serta iuran bulanan sebagai alternatif pendukung
modal
belum
maksimal
membantu.
Peraturan
yang
masih
diberlakukan hingga segarang adalah iuran sebesar Rp. 2.000,00 dan terkumpul sebesar Rp. 52.000,00 setiap bulannya, sehingga anggota yang membutuhkan secara bersamaan dengan kebutuhan yang cukup besar masih belum bisa direalisasikan. Kemampuan lembaga simpan pinjam tersebut memberikan pinjaman hingga sekarang masih berkisar pada maksimal Rp. 400.000,00 dan besaran pinjaman ini sebenarnya tidak sesuai yang diharapkan anggota sebagai modal usaha, karena untuk mencapai kecukupan modal usaha paling tidak berkisar Rp. 2.000.000,00 seperti untuk usaha warung angkringan dan pengelolaan pertanian yang luas lahan 0,5 ha. Penggunaan pinjaman banyak digunakan untuk biaya sekolah biaya berobat serta modal usaha tambahan bagi yang sudah memulai usaha kecil, disamping banyak juga yang menggunakan pinjaman untuk kebutuhan yang sifatnya konsumtif. Rendahnya sumberdaya manusia, pengetahuan dan kemampuan pengurus dalam mengakses sistem sumber belum bisa dijalankan, sehingga kemanfaatan lembaga dalam mendukung perekonomian masyarakat miskin sebagai anggota belum sepenuhnya bisa memehuhi harapkan anggota sebagai penyedia pinjaman sesuai modal usaha yang diharapkan. Ketertiban dalam hal simpan dan meminjam belum bisa dijalankan oleh anggota, disebabkan pendapatan ekonomi rumah tangga yang rendah dari masyarakat miskin tersebut. Kesimpulan permasalahan yang terjadi pada lembaga simpan pinjam sewaktu kajian PL II dilaksanakan adalah, adanya ketidak sesuaian
5 harapan anggota dengan tujuan yang diharapkan dengan pendirian lembaga simpan pinjam dalam membantu perekonomian anggota. Gambaran kondisi permasalahan lembaga tersebut antara lain; dari aspek permodalan, manajemen dan sumberdaya manusia, sedangkan permasalahan anggota terletak pada keberfungsian sosial dan pendapatan yang belum menunjang perekonomian. Permasalahan yang akan dikaji secara mendalam, diharapkan dapat memberdayaan masyarakat melalui pengembangan masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam secara partisipatif. Masyarakat miskin sebagai anggota lembaga serta pengurus simpan pinjam perlu dilibatkan secara langsung dalam merancang dan merencanakan pemberdayaan masyarakat, dimulai dari proses pengumpulan data sampai dengan rencana aksi pemberdayaan masyarakat secara aktif. Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan menggali kebutuhan yang dirasakan untuk dikumpulkan dan diambil prioritas mana yang akan didahulukan, dengan tetap mengingat prioritas lain yang tidak ditinggalkan. Kajian pengembangan masyarakat dilaksanakan dengan penguatan kapasitas lembaga sampai penyusunan rencana program dan aksi, diharapkan rancangan program dan aksi pengembangan masyarakat tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengatasi masalah kemiskinan di Desa Sendangtirto khususnya dan desadesa lain di Kecamatan Berbah atau lokasi-lokasi lain yang memiliki karakteristik permasalahan yang sama. Tentunya dengan modifikasi yang disesuaikan dengan daerah masing-masing sesuai permasalahannya.
Perumusan Masalah
Fokus kajian pengembangan masyarakat ditujukan pada penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin. Masyarakat miskin berdaya berpengaruh pada peningkatan pendapatan secara ekonomi, sehingga terjadi perbaikan berkelanjutan pada kualitas hidup diusahakan sesuai kebutuhan yang dirasakan dengan aspirasi masyarakat miskin itu sendiri. Lembaga simpan-pinjam dalam fokus kajian ini merupakan upaya penanggulangan kemiskinan, yang berarti upayanya membutuhkan partisipasi aktif masyarakat. Kajian pengembangan masyarakat dalam merancang program
6 perlu melibatkan masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari dari mulai perumusan masalah, perencanaan, pengelolaan serta pengendalian kegiatan dan peniliaan keberhasilan. Partisipasi ini diharapkan terjadi proses penyadaran, proses belajar, dari kehidupan mereka sendiri dan lingkungan hidup yang mereka hadapi terhadap kemampuan masyarakat dalam membangun dirinya sendiri dan lingkungan secara swadaya yang selama ini dapat berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan (Clarke dikutip dalam Hikmat et al. 2004). bahwa partisipasi masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat saat ini merupakan kunci partisipasi efektif untuk mengatasi masalah kemiskinan. Permasalahan pokok yang menjadi kendala lembaga dalam kajian ini terletak pada lemahnya manajemen lembaga oleh pengurus dalam mengupayakan pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan anggotanya. Sesuai dengan pendapat (Nasdian & Utomo 2003), bahwa salah satu fungsi kelembagaan adalah memberi pedoman berperilaku pada individu atau masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah, bersikap dan menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan. Sejalan dengan hal tersebut lembaga simpan pinjam akan efektif bila dapat memberikan akses kepada masyarakat miskin sebagai anggota terhadap penyediaan modal, teknologi dan pasar, dimana ketiga komponen tersebut merupakan inti dari pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Pemberdayaan dalam kajian ini bukan saja dilihat dari aspek ekonomi, tetapi bagaimana aspek sosial yang berpengaruh pada masyarakat miskin juga semakin meningkat. Penguatan kapasitas Lembaga tidak saja membicarakan perihal yang berkaitan dengan lembaga tetapi juga menyangkut masyarakat miskin sebagai anggota lembaga tersebut, dalam pemberdayaan masyarakat keduanya saling berpengaruh terhadap penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam. Lembaga tersebut dibentuk karena diperlukan oleh masyarakat miskin dalam mencapai sutau tujuan bersama, sedangkan aspek memandang permasalahan kinerja pada kajian pengembangan masyarakat tidak hanya melihat unsur-unsur yang ada di dalam lembaga tetapi juga pada individu-individu yang menjadi anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari.
7 Gambaran latar belakang permasalahan di atas, dapat dirumuskan masalah kajian sebagai berikut : 1. Bagaimana performa masyarakat miskin sebagai anggota mendukung penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kabupaten Sleman Yogyakarta ? 2. Bagaimana kinerja
lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam
memberdayakan anggotanya ? 3. Bagaimana strategi dan program yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat miskin lewat penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari ? Tujuan dan Kegunaan Kajian Tujuan kajian ini adalah mengkaji kapasitas kelompok yang dimiliki masyarakat lokal dengan melalui pemberdayaan masyarakat miskin dengan mengembangkan jejaring di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kab. Sleman, dalam rangka pemberdayaan masyarakat serta bagaimana menguatkan lembaga ekonomi lokal tersebut. 1. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian pengembangan masyarakat ini secara khusus adalah : a. Menganalisis performa masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kab. Sleman Yogyakarta. b. Mengevaluasi kinerja lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam memberdayakan anggotanya.. c. Menyusun strategi dan program dalam pemberdayaan masyarakat miskin melalui penguatan kapasitas kelembagaan simpan pinjam Rukun Lestari. 2. Kegunaan Kajian adalah : a. Menghasilkan strategi dan program pemberdayaan masyarakat miskin melalui penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari secara partisipatif. b. Hasil kajian akan dikonstribusikan untuk pengembangan dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan tempat kajian dilaksanakan.
KERANGKA KAJIAN Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah sosial multidimensional, penanganan masalah kemiskinan memerlukan berbagai disiplin ilmu; mulai ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan (Baharsjah 1999). Kemiskinan bukan hanya suatu ketidakmampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi suatu kehidupan yang layak, tetapi juga berkaitan erat dengan keadaan sistem kelembagaan yang tidak mampu memberikan kesempatan yang adil bagi anggota masyarakat untuk memanfaatkan, memeperoleh manfaat dari sumber yang tersedia (Jamasy 2004). Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan ditandai oleh pengangguran dan keterbelakangan, kemudian meningkat menjadi ketimpangan. Masyarakat miskin umumnya lemah dalam kemampuan berusaha dan terbatas aksesnya kepada kegiatan ekonomi, sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lainnya yang mempunyai potensi lebih tinggi (Kartasasmita 1996). Kemiskinan juga diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelempok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisik yang dimiliki dalam kelompok tersebut ( Soekanto 1990). Pengertian kemiskinan oleh (Friedman dikutip dalam Suharto et al. 2005) didefinisikan sebagai kemiskinan kaitannya dengan ketidaksamaan kesempatan dalam mengakumulasi basis kekuasaan sosial yang meliputi : 1. Modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan) 2. Sumber keuangan (pekerjaan, kredit) 3. Organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial) 4. Jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa 5. Pengetahuan dan keterampilan dan 6. Informasi yang berguna untuk kemajuan hidup Kemiskinan serta definisinya, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemiskinan mempunyai tiga penyebab antara lain : 1. Insufficentdeman for labor, yakni rendahnya Human capital deficiencies, difiensi modal manusia berarti rendahnya kualitas sumberdaya manusia,
9 seperti rendahnya pengetahuan, keterampilan sehingga menyebabkan pekerjaan yang rendah pendapatannya dan rendahnya daya beli; 2. Permintaan akan tenaga kerja sehingga meningkatkan pengangguran, pengangguran menyebabkan orang tidak memiliki pendapatan, daya beli rendah, akhirnya tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar; 3. Discrimination, adanya perlakuan berbeda terhadap golongan tertentu terutama dalam aksesibilitas terhadap sumberdaya-sumberdaya dan adanya dominasi pihak tertentu terhadap sumberdaya tersebut. Menurut (Transey & Ziegley 1991 seperti dikutip dalam Suharto et al. 2005). Penyebab kemiskinan menurut (BKPK & Lembaga Penelitian SMERU 2001) penyebab kemiskinan teridentifikasi sebagai berikut : 1. Keterbatasan pendapatan, modal dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar termasuk : (Modal sumberdaya manusia, misalnya pendidikan formal, keterampilan dan kesehatan yang memadai, Modal produksi, misalnya lahan dan akses terhadap kredit, modal sosial, misalnya jaringan sosial dan akses terhadap kebijakan dan keputusan politik, sarana fisik, misalnya akses terhadap prasarana dan dasar jalan, listrik dan air bersih, termasuk hidup di daerah yang terpencil); 2. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan-goncangan karena: Krisis ekonomi; Kegagalan panen karena hama, banjir atau kekeringan, kehilangan pekerjaan (PHK), konflik sosial dan politik; Korban kekerasan sosial dan rumah tangga; Bencana alam (longsor, gempa bumi, perubahan iklim global; dan Musibah (Jatuh sakit, Kebakaran, kecurian atau ternak terserang wabah penyakit) 3. Tidak adanya suara yang mewakili dalam institusi negara dan masyarakat karena; (tidak ada kepastian hukum; Tidak ada perlindungan dari kejahatan; Kesewenang-wenangan aparat; Ancaman dan intimidasi; Kebijakan publik yang peka dan tidak mendukung upaya penanggulangan kemiskinan; rendahnya posisi tawar masyarakat miskin). Penyebab kemiskinan dari uraian di atas dapat dikelompokkan menjadi eksternal factor
(atau dalam faktor kemiskinan adalah mengenai pendapatan
masyarakat miskin) dan internal factor (atau dalam faktor kemiskinan adalah mengenai keberfungsian dari keluarga ataupun lembaga sosial). Variabel tentang pendapatan masyarakat miskin, metodanya masih terfokus pada “outcomes” dan kurang memperhatikan aspek aktor, pelaku kemiskinan serta sebab-sebab yang mempengaruhinya. Pengukuran kemiskinan oleh Departemen Sosial masih menggunakan konsep dan definisi fakir miskin sebagai orang yang sama sekali tidak punya kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak, bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan.
10 Secara umum, kebutuhan pokok manusia untuk hidup secara layak mencakup makanan, pakaian dan tempat tinggal, sehingga konsep fakir miskin dapat dinyatakan sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan memenuhi kebutuhan pokok minimum untuk makan, pakaian dan tempat tinggal (BPS & Depsos 2002). Pengukuran kemiskinan perlu terlebih dahulu ditinjau dari batas kecukupan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok tersebut, dengan demikian menurut (BPS 2005) mengemukakan bahwa : Seseorang dikatakan fakir miskin bila Nilai pengeluaran per bulan kurang dari garis yang di tetapkan oleh BPS sebesar Rp. 150.000,00. per orang per bulan dan dianggap sebagai fakir miskin. Menurut (Sajogyo dikutip dalam Rusli 2005) seseorang dikatakan miskin adalah : Nilai yang diperoleh menggunakan tingkat pengeluaran setara beras (sebagai proxi terhadap tingkat pendapatan) dalam menetapkan garis kemiskinan. Tingkat pengeluaran per kapita per tahun setara kurang dari 240 kg beras bagi penduduk pedesaan digolongkan miskin sekali, sedangkan penduduk pedesaan pengeluaran setara kurang dari 180 kg beras tergolong paling miskin, dan tingkat pengeluaran setara atau kurang dari 320 kg beras tergolong miskin. Indikator mengenai seseorang dikatakan miskin seperti uraian tersebut di atas, bisa direfleksikan sesuai tingkat kemiskinan sesungguhnya di masyarakat dan disimpulkan sesuai indikator Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan. Menurut (Departemen Sosial RI 2005) yang dimaksud keluarga miskin adalah : 1. Penghasilan rendah, atau berada dibawah garis sangat miskin yang dapat diukur dari tingkat pengeluaran per-orang per-bulan berdasarkan standar BPS per wilayah propinsi dan kabupaten/kota, 2. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti zakat/ beras untuk orang miskin/ santunan sosial), 3. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga per tahun (hanya mampu memiliki 1 stel pakaian lengkap per orang per tahun), 4. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang sakit, 5. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar 9 tahun bagi anak-anaknya, 6. Tidak memiliki harta (asset) yang dapat dimanfaatkan hasilnya atau dijual untuk membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat miskin, 7. Tinggal di rumah yang tidak layak huni, 8. Sulit memperoleh air bersih.
11 Indikator fakir miskin tersebut sifatnya multidimensi, artinya setiap keluarga miskin dapat berbeda tingkat kedalaman kemiskinannya. Secara umum jika tiga kriteria tersebut di atas terpenuhi, sudah dapat dikategorikan keluarga miskin. Faktor internal yang menjadikan masyarakat miskin adalah masalah keberfungsian sosial, menurut (Du Bois & Milley 1992) keberfungsian sosial berhubungan dengan pemenuhan tanggung jawab seseorang kepada masyarakat secara umum, terhadap mereka yang berada di lingkungan yang terdekat dan terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab tersebut termasuk pemenuhan kebutuhan dasar manusia seseorang, bagi mereka yang tergantung kepada seseorang, dan memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kebutuhan manusia yang dimaksud terdiri dari aspek-aspek fisik (pangan, tempat tinggal, keamanan, perawatan kesehatan dan perlindungan); pemenuhan kebutuhan personal (pendidikan, rekreasi, nilai-nilai estetika, agama); kebutuhankebutuhan emosional (rasa memiliki, saling peduli, dan persahatan); serta konsep diri yang memadai (percaya diri, harga diri dan identitas). (Garvin & Seabury 1986) menjelaskan bahwa keberfungsian sosial sebagai “ encomposses all the way that we respond to the demands of our social enviroment-an
enviroment
that
includes
family,
peers,
organizations,
communities, as well entire society”. Sedangkan Leonora S. De Guzman mendefinisikan atas keberfungsian social environment; it is the producd of his activity the related to his surrounding (Guzman 1982). Keberfungsian sosial sesuai pengertian di atas berkaitan dengan interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya. Jadi orang yang bermasalah adalah orang yang kurang mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial di mana dia berada. Oleh sebab itu kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin diarahkan untuk membantu orang berinteraksi dengan lingkungan sosialnya secara memadai. Keberfungsiansosial berlandaskan uraian di atas, merupakan suatu produk sistemik dari transaksi komplementer dan pertukaran dalam hal kebutuhankebutuhan, sumber daya-sumber daya, kesempatan dan kemampuan lingkungan. Keberfungsian yang positif dan adekuat misalnya dalam pelaksanaan tugas-tugas kehidupan seseorang, memiliki indikasi memuaskan dan memberikan reward baik bagi individu-individu maupun kolektif (Suharto 2003), sedangkan menurut
12 (Balatbangsos & STKS
2003) keberfungsian sosial
dan institusional dapat
dipandang dari berbagai segi yaitu : 1. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan melaksanakan peranan sosial, yaitu sebagai penampilan pelaksanaan peranan yang diharapkan sebagai anggota suatu kolektifitas. 2. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan, yaitu mengacu kepada cara-cara yang digunakan oleh individu maupun kolektivitas dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. 3. Keberfungsiansosial individual dipandang sebagai kemampuan untuk memecahkan permasalahan sosial yang dialaminya. 4. Keberfungsiansosial institusional dipandang sebagai agen-agen pendukung (supporting agents) terhadap efektifitas program anti kemiskinan dan lembaga-lembaga pendukung (supporting institutions/apparatus) keberhasilan program anti kemiskinan. Kemiskinan, penyebab dan indikator kemiskinan dari uraian tersebut di atas dapat berjalan baik dan efektif apabila program penanggulangan kemiskinan dapat memberikan suasana tenteram dan stabil pada pelaksanaannya, sedangkan kebijaksanaan yang langsung ditujukan kepada masyarakat miskin harus diletakkan pada perbaikan
situasionalnya, terutama menyangkut pemenuhan
kebutuhan dasar dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat miskin. Program tersebut harus bisa dilaksanakan bila pelakunya dalam hal ini masyarakat miskin diberdayakan dan berlandaskan pada kekuatan komunitas masyarakat miskin itu sendiri.
Masyarakat Pengertian masyarakat banyak dibahas dan dikemukakan oleh banyak ahli namun demikian bisa diambil beberapa pengertian masyarakat secara teoritis oleh (Shadily 1989) mengemukakan bahwa Masyarakat adalah golongan besar atau kecil teridiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Kemudian (Soemardjan
dikutip dalam Soekanto 1990) menyebutkan bahwa masyarakat
setempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar di antara para anggotanya,
13 dibandingkan dengan penduduk di luar batas wilayahnya. Sementara menurut (Kontjaraningrat 1997) masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Identifikasi ciri masyarakat menurut ketiga tokoh tersebut dengan demikian sangat penting dalam program pemberdayaan masyarakat, sebab bisa melihat performa masyarakat dari : 1) Jumlah penduduk, 2) Luas, kekayaan dan kepadatan penduduk daerah setempat, 3) Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, 4) Adanya kesadaran kelompok yang kuat, 5) Bersifat homogen dan hidup mandiri, 6) Mempunyai budaya bersama, 7) Berinteraksi satu sama lain, 8) Memiliki identitas bersama. Kelembagaan Ekonomi Lokal Keberadaan lembaga sosial ditentukan oleh sejauhmana lembaga sosial dapat bertahan serta dapat meningkatkan peran dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada, oleh karena itu perlu upaya yang sistematis dalam
melakukan
penguatan
(empowering)
kelembagaan
dengan
cara
memberdayaan masyarakat sesuai dengan konteks perubahan, tuntutan zaman, tujuan dan kebutuhan masyarakat. Menurut pandangan (Ritzer 1986 dikutip dalam Syawie 2004), memahami kelembagaan dari dua sudut pandang pendekatan antara lain: 1. Kelembagaan dipahami sebagai non materiel seperti nilai dan norma serta 2. Kelembagaan dipahami sebagai materiel seperti lembaga (institusi), keduanya dapat dipahami sebagai bentuk materiel yang utuh dan komplek (materiel entities) Pembangunan masyarakat dilihat dari proses dan bentuknya merupakan upaya membangun kembali komunitas manusia dengan cara baru untuk menghubungkan, mengatur kehidupan sosial dan memenuhi kebutuhan manusia menjadi mungkin (Ife 2002). Salah satu sistem masyarakat yang perlu dibangun adalah sistem yang mengatur perilaku warganya.
14 Menurut (Koentjaraningrat 1997) kelembagaan digolongkan menjadi delapan, yaitu: 1. Kelembagaan kekerabatan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kekerabatan 2. Kelembagaan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan pencaharian hidup, mengatur kegiatan produksi, menimbun dan distribusi harta benda 3. Kelembagaan pendidikan, memenuhi kebutuhan akan penerangan, dan pendidikan warga 4. Kelembagaan ilmiah, untuk memenuhi kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan tentang semesta 5. Kelembagaan estitika dan rekreasi, untuk menyatakan rasa keindahan dan rekreasi 6. Kelembagaan keagamaan, berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib 7. Kelembagaan politik, untuk mengatur kehidupan bernegara 8. Kelembagaan somatik, untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan jasmaniah manusia Kelembagaan dari uraian tersebut di atas disimpulkan sebagai sistem tata kelakuan dalam hubungan sosial berpusat pada aktivitas-aktivitas yang berstandar pada nilai dan norma pemenuhan kebutuhan masyarakat dilihat dari : 1) adanya wadah; 2) Penggerak/pengelola; 3) mekanisme atau sistem; 4) tujuan dan manfaat; 5) adanya nilai dan norma; 6) adanya kontrol sosial dari semua masyarakat. Lembaga keswadayaan masyarakat yang terkait dengan perekonomian lokal dan dibentuk melalui program pengembangan masyarakat di antaranya : kelompok tani, kelompok nelayan, kadinda, dan kelompok arisan. Berbagai studi menunjukkan lembaga-lembaga yang dibentuk masyarakat dari bawah biasanya memiliki tingkat keberlanjutan (sustainability) lebih baik dibandingkan lembagalembaga yang dibentuk dari atau berbasiskan suatu pekerjaan proyek tertentu, hal ini erat kaitannya dengan tingkat partisipasi serta keuntungan bisnis yang diterima oleh partisipasi dalam lembaga tersebut ( Haeruman & Eriyatno 2001). Ekonomi lokal adalah ekonomi kerakyatan yang diartikan sebagai usaha kecil, masih lemah dan kurang tangguh untuk menghadapi dan memperoleh manfaat dari ekonomi yang tebuka, (Kartasasmita 1996). Kompetensi ekonomi lokal secara umum bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat dengan cara meningkatkan nilai tambah produksi pada usaha-usaha kecil, yang pelaksanaannya didukung oleh kelembagaan dan jaringan kerja pengembangan usaha kecil ( Bappenas dikutip dalam Haeruman & Eriyatno 2001).
15 Uraian tersebut di atas sejalan dengan pendapat
(LP-IPB yang dikutip
dalam Haeruman & Eriyatno 2001) mengemukakan bahwa Kelembagaan Ekonomi Lokal meliputi : 1. Lembaga usaha produktif yang erat kaitannya terhadap teknologi produksi, komoditas unggulan lokal dan sumber daya manusia. 2. Lembaga distribusi/pemasaran yang erat kaitannya terhadap infrastruktur dan sarana distribusi, kemitraan usaha. 3. Lembaga pembiayaan usaha/keuangan yang erat kaitannya terhadap lembaga perbankan, lembaga penjamin kredit. 4. Lembaga keswadayaan masyarakat yang erat kaitannya terhadap tingkat partisipasi serta keuntungan bisnis yang diterima oleh partisipan dalam lembaga keswadayaan masyarakat. Adapun kaitan dengan kajian pengembangan masyarakat, lembaga simpan pinjam rukun lestari termasuk pada lembaga keswadayaan masyarakat. Permasalahan yang dihadapi adalah adanya ketidak sesuaian harapan anggota dengan tujuan pendirian lembaga simpan pinjam, hal ini terjadi adanya permasalahan aspek permodalan, manajemen dan sumber daya. Penguatan kapasitas kelembagaan diperlukan dengan merujuk pendapat menurut (LP-IPB yang dikutip dalam Haeruman & Eriyatno 2001)
mengemukakan perlunya
penguatan kapasitas lembaga dilakukan dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu : 1. Entry point; artinya proses sosialisasi harus dilaksanakan melalui tempat, lembaga/orang, dan jalur/mekanisme yang tepat. Kesalahan dalam memilih entry point dapat mengakibatkan program yang sebenarnya baik tidak dapat berjalan karena ditolak tanpa pernah dicoba. 2. Diffusion of knowledge; artinya pengenalan pengetahuan dan program dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan atau kematangan (maturity) masyarakat sasaran. 3. Iteration; artinya respon atau umpan balik dari masyarakat sasaran perlu diperhatikan dan dijadikan masukan utnuk penyempurnaan program. Melalui proses ini indigenous knowledge dapat diakomodir.
Usaha Simpan Pinjam Secara sosiologis, lembaga simpan pinjam (utang piutang), lembaga perdagangan, lembaga pendidikan dan lain-lain yang dibentuk oleh masyarakat sebagaimana dikemukakan oleh (Gillin & Gillin dikutip dalam Soekanto 1990) termasuk dalam Enacted Institution, yaitu lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.
16 Wujud kongkrit lembaga kemasyarakatan disebut asosiasi, yaitu tata cara atau prosedur diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang berkelompok dalam satu kelompok kemasyarakatan ( Page dalam Soekanto 1990). Merujuk pada pengertian tersebut, maka usaha simpan pinjam adalah lembaga yang dibentuk secara sengaja oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Wujud kongkrit dari lembaga ini adalah Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dibentuk oleh kelompok masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto. Lapangan usaha utama usaha simpan pinjam ialah menerima simpanan dan memberi pinjaman kepada anggota yang memerlukan dengan syarat-syarat yang mudah. Tujuan simpan pinjam adalah membantu keperluan pinjaman anggota, mendidik supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga terbentuk modal
sendiri, dan mendidik para anggota hidup hemat dengan menyisihkan sebagian dari pendapatan mereka (Chaniago 1982). Usaha simpan pinjam memiliki tujuan strategis, karena bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan simpan dan pinjam anggota, tetapi juga mencakup perubahan sikap dan perilaku anggota, mendidik untuk hidup hemat sehingga akan dapat membentuk modal sendiri. Manfaat dari usaha simpan pinjam menurut (Sumodiningrat 1986) adalah: 1. 2. 3. 4.
Meningkatkan pendapatan masyarakat Memperbaiki gizi keluarga Melepaskan masyarakat miskin dari belenggu pemberi pinjaman gelap Meningkatkan posisi tawar masyarakat dalam produk maupun pasar input 5. Meningkatkan harapan akan masa depan pendidikan bagi anak dan meningkatkat kesempatan kerja pada anak. Usaha simpan pinjam dengan demikian akan memberikan manfaat dalam pemberdayaan masyarakat disamping untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, juga bermanfaat sosial untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat (mencakup perbaikan kesehatan, harapan masa depan, pendidikan, kesempatan kerja ). Agar usaha simpan pinjam di pedesaan dapat berkembang diperlukan syarat-syarat yang menurut (Sumodiningrat 1986) adalah: 1. 2. 3. 4.
Mencerminkan kemampuan dan kebutuhan masyarakat; Mudah diawasi , dipantau dan dikelola masyarakat setempat, Menguntungkan bagi masyarakat maupun lembaga, Memberikan pelayanan keuangan yang menjangkau masyarakat sesuai dengan kondisi , kebutuhan, dan kemampuan masyarakat.
17 Mengikuti syarat-syarat yang dikemukakan (Sumodiningrat 1986) , dapat ditarik kesimpulan bahwa agar usaha simpan pinjam dapat berkembang, maka harus ada kesesuaian antara kebutuhan simpan pinjam masyarakat dengan kemampuan lembaga untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, serta memiliki mekanisme
dan prosedur mudah
sehingga masyarakat dapat melakukan
pengawasan, dan pengelolaan. Pengembangan lembaga diperlukan oleh karena adanya ketidaksesuaian antara kebutuhan simpan pinjam masyarakat dengan kemampuan memenuhinya, serta masih ada hambatan yang mempersulit dalam pengawasan dan pengelolaan lembaga oleh masyarakat. Salah satu cara pengembangan lembaga itu adalah dengan penguatan kapasitas lembaga.
Kinerja Lembaga Simpan Pinjam
Analisis terhadap kinerja akan membantu menggambarkan bagaimana prospek suatu usaha simpan pinjam dapat berkembang. Kinerja mengacu pada tingkat kemampuan pelaksanaan tugas dengan standar perbandingan ideal antara pelaksanaan tugas dan yang diharapkan (perencanaan) dengan pelaksanaan tugas yang telah dilaksanakan (evaluasi). Pengertian kinerja merujuk kamus Bahasa Indonesia, (Purwadarminta 1992) menjelaskan kinerja sebagai keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang dimunculkan melalui perbuatan. Kinerja menurut (Bernadin & Russel
dikutip dalam Mulyono 1993)
menjelaskan penilaian kinerja merupakan suatu cara untuk mengukur kontribusi individu anggota organisasi terhadap organisasinya. Kinerja juga diartikan perilaku yang diperagakan secara aktual oleh individu sebagai respon terhadap pekerjaan yang diberikan kepadanya, sehingga kinerja dapat dilihat dari hasil kerja, derajat kecepatan kerja dan kualitas kerja. Kinerja sebagai unsur kegiatan pengendalian program pemberdayaan masyarakat miskin bertumpu pada pemantauan indikator kinerja sesuai tujuan khusus yang akan dicapai, baik yang indikator yang bersifat obyektif maupun subyektif.
Hal
ini
sesuai
yang
dijelaskan
dalam
Rencana
Strategis
Penanggulangan Kemiskinan menurut (Departemen Sosial RI 2005) menjabarkan
18 indikator kinerja sebagai berikut : 1. Meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga miskin, 2. Mewujudkan kemandirian usaha sosial-ekonomi keluarga miskin, 3. Meningkatkan aksesibilitas keluarga miskin terhadap pelayanan sosial dasar dan sistem jaminan kesejahteraan sosial, 4. Peningkatan jumlah asset individu miskin anggota kelembagaan sosial, 5. Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial masyarakat dan dunia usaha dalam program pemberdayaan keluarga miskin, 6. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat keluarga miskin, 7. Meningkatkan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial terhadap keluarga miskin. Pengertian kinerja dari uraian di atas bisa disebut sebagai kualitas penatalaksanaan lembaga
meliputi sistem pengorganisasian terdiri atas input,
proses dan output pelaksanaan manajemen lembaga simpan pinjam. Pengertian tersebut mencakup; 1) Input meliputi sarana, bahan, pengurus dan organisasi, sedangkan proses meliputi sosialisasi program usaha simpan pinjam, pemberian kredit serta kegiatan pelaporan dan tindak lanjutnya, 2) Output yang dimaksud adalah
kegiatan
pelaporan
perguliran
dana
serta
laporan
kegiatan
pengorganisasian lembaga simpan pinjam. Penjelasan kinerja tersebut bisa dikatakan bahwa, indikator kinerja lembaga simpan pinjam berarti suatu kegiatan yang dapat memberi petunjuk baik buruknya kegiatan input, proses dan output pelaksanaan kegiatan lembaga simpan pinjam. Kinerja bisa disimpulkan sebagai aspek yang berpengaruh terhadap maju dan mundurnya lembaga yaitu, kinerja pengurus dan anggota dari lembaga simpan pinjam. Dikatakan berpengaruh sebab masing-masing anggota suatu lembaga secara spesifik bisa muncul kinerja yang berbeda dan akibat dari kinerja anggota tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan kerjasama di dalam lembaga. Kinerja sebagai alat ukur digunakan untuk melihat maju dan mundurnya lembaga dilihat dari pencapaian target, efisiensi dan efektivitas dari pengelolaan usaha simpan pinjam yang sesuai dengan penjelasan oleh (Mulyono 1993), yaitu : 1. Derajat pencapaian tujuan pokok, 2. Seberapa efisien sumberdaya (dapat berupa masukan, antara lain tenaga kerja, material, jasa pelayanan yang dibeli dan modal) digunakan untuk menghasilkan keluaran yang bermanfaat, dalam arti hasil yang dicapai sesuai dengan yang diharapkan sebelumnya
19 3. Perbandingan mengenai performa organisasi dari waktu terdahulu dengan waktu sekarang, menunjukkan penurunan, statis atau berkembang.
Pemberdayaan Pemberdayaan adalah sebuah proses dangan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengkontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lesmbaga yang kehidupannya.
Pemberdayaan
menekankan
bahwa
orang
mempengaruhi memperoleh
keterampilan, pengetahuan, dan kekuasan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya (Person yang dikutip dalam Suharto et al. 2005). Pemberdayaan adalah upaya membangun daya saing, dengan mendorong, memotivasi, dan membangkitkan aksi yang dimiliki masyarakat serta berupaya untuk mengembangkannya (Kartasasmita 1996) dalam pemberdayaan tersebut menurut (Suharto 2005) menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam : 1. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom, dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan), 2. Menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, 3. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka. Pemberdayaan dengan demikian merupakan sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Pemberdayaan sebagai tujuan, menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu; masyarakat berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.
20 Tiga cara pemberdayaan ekonomi menurut (Kartasasmita 1996) antara lain : 1. Menciptakan iklim yang memungkinkan lapisan masyarakat berkembang 2. Memperbaiki potensi atau daya yang dimiliki 3. Memberikan perlindungan bagi si lemah, mencegah persaingan tidak seimbang dan eksploitasi Pemberdayaan masyarakat bukan menjadikan mereka tergantung pada pemberian, tetapi merupakan hasil usaha sendiri yang dapat dipertukarkan sebagai upaya memenuhi kebutuhan ekonominya. Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam sangat diperlukan, karena dengan penguatan kapasitas masyarakat miskin sebagai anggota bisa mengembangkan modal sosial, seperti yang dikemukakan oleh (Rubin & Rubin 1992) bahwa “pengembangan kapasitas adalah bagaimana menciptakan kemampuan untuk menemukan kekurangan yang ada pada dirinya dan ada upaya untuk meningkatkan kekurangannya tersebut” . Kemampuan atau cara seperti itu disebut sebagai strategi penanganan (coping strategies) (Garvin 1986). Masyarakat miskin adalah kelompok rentan dan lemah serta tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk berdaya, dalam kaitannya dengan masyarakat miskin, lima aspek pemberdayaan di atas dapat dilakukan melalui lima strategi pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P, yaitu: Pemungkinan, Penguatan, Perlindungan, Penyokongan dan Pemeliharaan (Suharto 2005): 1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat miskin berkembang secara optimal. Pemberdayaan harus mampu membebaskan masyarakat miskin dari sekat-sekat kultural dan struktural yang menghambat. 2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat miskin dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Pemberdayaan harus mampu menumbuhkembangkan segenap kemampuan dan kepercayaan diri masyarakat miskin yang menunjang kemandirian mereka. 3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat) antara yang kuat dan lemah, dan mencegah terjadinya eksploitasi kelompok kuat terhadap kelompok lemah. Pemberdayaan harus diarahkan pada penghapusan segala jenis diskriminasi dan dominasi yang tidak menguntungkan rakyat kecil. 4. Penyokongan: dengan bimbingan dan dukungan agar masyarakat miskin mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya. Pemberdayaan harus mampu menyokong masyarakat miskin agar tidak terjatuh ke dalam keadaan dan posisi yang semakin lemah dan terpinggirkan.
21 5. Pemeliharaan: memelihara kondisi kondusif atas keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok masyarakat. Pemberdayaan harus mampu menjamin keselarasan dan keseimbangan yang memungkinkan setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. Pemberdayaan dari uraian tersebut bisa digunakan dalam menganalisis bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan masyarakat, melalui penguatan
kapasitas
lembaga
simpan
pinjam
Rukun
Lestari
dengan
pengembangan jejaring dalam penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi lokal. Penguatan Kapasitas Penguatan adalah suatu proses upaya yang sistematis menjadikan lembaga suatu masyarakat menjadi lebih baik, dinamis, berdaya dan kuat dalam menghadapi berbagai pemenuhan kebutuhan dan tantangan atau hambatan yang dapat mempengaruhi eksistensinya. Penguatan kapasitas merupakan suatu proses peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara efektif dan efisien. Merujuk pendapat (Sumpeno 2002), penguatan kapasitas berarti terjadi perubahan perilaku untuk : 1. Meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap; 2. Meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam organisasi dan manajemen, keuangan dan budaya; 3. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam kemandirian, keswadayaan dan mengantisipasi perubahan. Hasil yang diharapkan dengan adanya penguatan kapasitas menurut (Sumpeno 2002) adalah : 1. Penguatan individu, organisasi dan masyarakat; 2. Terbentuknya model pengembangan kapasitas dan program; 3. Terbangunnya sinergisitas pelaku dan kelembagaan. Pengertian pengembangan kelembagaan menurut (Israel 1992) adalah proses
untuk
memperbaiki
kemampuan
lembaga
guna
mengefektifkan
penggunaan sumber daya manusia dengan keuangan yang tersedia. Lebih lanjut (Rubin & Rubin 1992) mengemukakan bahwa pengembangan kapasitas masyarakat miskin dapat dilakukan dengan melalui pengembangan kelembagaan
22 masyrakat dimana kelembagaan tersebut menciptakan dan membangun perasaan anggota untuk membangkitkan kapasitas lembaga dalam pemecahan masalah. Penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam dapat dicapai melalui komponen
kepercayaan,
kerjasama
dan
kemitraan
sehingga
melalui
pemberdayaan anggota dan lembaga akan dapat meningkatkan kemampuan atas pengetahuan, keterampilan dan sikap disamping dapat meningkatkan kemampuan lembaga dan kemampuan masyarakat miskin sebagai anggotanya. Kerangka Pemikiran Salah satu pendekatan pengembangan masyarakat dan membangun kemandiriannya adalah dengan pengembangan ekonomi rakyat melalui lembaga simpan-pinjam. Solusi yang ditempuh dengan peningkatan keberdayaan masyarkat miskin melalui lembaga tersebut diharapkan kemandirian dapat dipercepat, karena interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain bisa dibangun prakarsa murni dari masyarakat berdasarkan hubungan sosial yang telah mereka bangun selama ini. Kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari seharusnya dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan potensi sosial anggota. Baik kegiatan yang sudah tergali seperti gerakan sosial, shodakoh, infak dan zakat dari para muzaki yang dimotori oleh perkumpulan karyawan karyawati pegawai tetap di RW 04 Dusun Dawukan yang penggalangan dananya digunakan untuk menambah asset anggota simpan pinjam Rukun Lestari juga digunakan sebagai pemupukan modal. Di lain pihak bagi lembaga dimaksud dapat untuk mengembangkan potensi diri anggota
yang
menanggulangi
selama
ini
permasalahan
kurang
termunculkan
ekonomi
keluarga
sebagai yang
upaya
untuk
berakibat
pada
permasalahan keberfungsiansosial masyarakat miskin sebagai anggotanya. Namun demikian lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai tempat untuk pengembangan potensi sosial anggota ternyata belum sesuai yang diharapkan tujuan pendirian lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai lembaga yang dapat membantu perekonomian anggotanya. Pemberdayaan masyarakat miskin melalui lembaga, diharapkan dapat memberikan kesempatan, pengetahuan dan keterampilan kepada tujuan yang akan
23 dicapai dengan partisipasi aktif
semua anggota kelembagaan tersebut.
Pemberdayaan dalam kajian komunitas disini mempunyai tiga matra kekuatan sosial (social power), politik (political power), dan psikologis (psychological power). Sosial power berati masyarakat memiliki akses terhadap sumber-sumber material dan non material. Matra politik berarti masyarakat miskin sebagai anggota kelembagaan simpan-pinjam semakin memiliki kekuasaan untuk memilih, berbicara dan bertindak kolektif. Matra psikologis berkaitan dengan kesadaran akan potensi masyarakat atas kepentingan bersama, kesadaran berbeda dengan pembuat kebijakan, juga kesadaran bahwa mereka bisa merubah kondisi dan posisi struktural mereka. Permasalahan yang telah teridentifikasi tersebut solusinya diarahkan pada penguatan kapasitas dengan merencanakan program dan strategi berupa pengembangan pendidikan dan pengetahuan, penyuluhan dan ketrampilan, membangun penguatan kapasitas lembaga simpan-pinjam dalam mengembangkan jejaring untuk mengakses sistem sumber baik dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat kelembagaan tersebut dibentuk. Dikuatkannya kapasitas lembaga simpan-pinjam dengan membuka jejaring sosial dimaksudkan masyarakat miskin sebagai anggota dapat berdaya, dampaknya masyarakat dapat meningkatkan pendapatan dan kemampuan menjalankan fungsi sosialnya, sehingga berdayanya masyarakat miskin akan berpengaruh pada menguatnya kapasitas lembaga simpan-pinjam tersebut. Hal ini belum terjadi, karena lembaga simpan pinjam yang menjadi kajian dalam mendukung pemberdayaan masyarakat memiliki kelemahan
dalam
hal
kepemimpinan,
teknologi,
penghimpunan
dana,
pengetahuan terhadap usaha, pengorganisasian dan pengambilan keputusan bersama. Keterbatasan kapasitas tersebut berpengaruh pada kapasitas lembaga, dengan permasalahan disebabkan lemahnya jaringan kerja dan norma lembaga yang kurang melembaga disamping kinerja lembaga yang kurang maksimal. Pemberdayaan masyarakat miskin melalui kajian lembaga simpan pinjam rukun lestari diperlukan penguatan kapasitas sesuai dengan permasalahan yang teridentifikasi, dengan tidak meninggalkan faktor sosial-kultural juga struktur yang ada di masyarakat. Mewujudkan program pengembangan masyarakat tersebut diperlukan, dukungan dan partisipasi pengurus serta masyarakat miskin
24 sebagai anggotanya. Keberhasilan pengembangan kapasitas kelembagaan simpan-pinjam ini diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat miskin secara institusional dan individual, disamping keberlanjutannya sangat ditentukan oleh berakar tidaknya program pengembangan masyarakat pada lembaga simpan pinjam beserta masyarakat miskin sebagai anggotanya. Berdasarkan uraian di atas, maka alur skema kerangka pemikiran yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah berikut : Kapasitas Lembaga Kepemimpi nan Norma Manajemen organisasi Modal Kapasitas Anggota Pendidikan Pendapatan Keberfungsi an sosial Sistem Sumber Formal • Aparta Desa • Dinas Koperasi • Perbangkan • Lembaga Sejenis Non Formal • Tokoh masyarakat • Perkumpulan Karyawan Karyawati
Performa Lembaga Simpan Pinjam
1. Perkembangan lembaga Jumlah anggota Jumlah dana bergulir Jumlah simpanan dan pinjaman Jumlah tunggakan
Penguatan Kapasitas Lembaga
Kemandirian usaha sosial ekonomi Meningkat nya aksesbilitas anggota terhadap pelayanan sosial Peningkatan jumlah asset anggota
Pemberdayaan Masyarakat Miskin Anggota Simpan Pinjam • Kemampuan memenuhi kebutuhan pokok • Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab sosial • Kemampuan mengatasi masalah
2.Pola Pengelolaan Perencanaan Pelaksanaan program Evaluasi
Meningkatnya kualitas manajemen pelayanan
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Pengembangan Masyarakat Miskin Melalui Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe Kajian Kajian penulisan ini menggunakan tipe kaji tindak eksplanatif, yaitu suatu tipe kajian yang menggali informasi dengan melihat pola interaksi yang ada di masyarakat. Interaksi yang dikaji adalah hubungan masyarakat miskin dengan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam usaha memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, sedangkan permasalahan yang akan dipahami dalam kajian ini meliputi hubungan interaksi pengurus lembaga simpan pinjam dengan anggotanya dalam penguatan kapasitas kelembagaan serta memahami komunitas terkait kesatuan lokalitas budaya yang homogen pada komunitas RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto tersebut. Subyek kajian dimaksud adalah lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dalam upaya penguatan kapasitas pelayanan dengan membangun jejaring dengan unit analisisnya adalah masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam dan pengurus lembaga simpan pinjam. Aras Kajian Kajian penulisan dirancang dengan pendekatan subyektif mikro dengan memahami realitas sosial yang mencakup hubungan interaksi komunitas dalam upayanya memenuhi kebutuhan dasar ekonomi masyarakat miskin di RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta. Strategi Kajian Strategi kajian dalam analisis masalah ini menggunakan Logical Framework Analysis. Alasan penulisan menggunakan metode ini, karena kajian yang akan diambil adalah kajian aksi yang pada akhirnya diharapkan adanya respon guna membuat suatu rancangan kegiatan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Penggunaan alat analisis Logical Framework untuk mempermudah dalam menganalisis masalah, tujuan hingga penyusunan program.
26 Tahapan-tahapan dalam Logical Framework Analysis (Sumardjo & Saharudin 2003) adalah : 1. Tahap Pertama, melaksanakan analisis permasalahan berdasarkan informasi yang diberikan masyarakat. 2. Tahap Kedua, melaksanakan analisis tujuan berdasarkan analisis permasalahan yang telah dirumuskan. 3. Tahap Ketiga, melaksanakan matrik alternatif kegiatan, berdasarkan analisis tujuan dirumuskan analisis alternatif strategi penguatan kapasitas kelembagaan ekonomi lokal. 4. Tahap Keempat, menyusun analisis pihak terkait berdasakan identifikasi yang telah dilakukan. 5. Tahap Kelima, menyusun rencana kegiatan. Lokasi dan Waktu Kajian Pemilihan RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta sebagai tempat kajian pengembangan masyarakat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut : 1. Sebagai akibat kurang adanya akses program pemberdayaan masyarakat oleh pemerintah utamanya desa Sendangtirto selama ini, berakibat muncul kesadaran para tokoh masyarakat dusun tersebut dengan menghimpun dana zakat dan infak untuk memberdayakan masyarakat miskin di RW 04 dengan mendirikan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui kegiatan selapanan yang diisi kegiatan simpan-pinjam. 2. Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang didirikan sebagai penopang perkonomian masyarakat miskin di RW 04, ternyata berjalan lamban dan kurang dapat mendukung secara maksimal masyarakat miskin pada pemenuhun dasar ekonomi keluarga. 3. Administrasi lembaga simpan-pinjam yang dijalankan pengurus kurang tertata disamping akses keluar belum menjangkau
sumber-sumber pendukung
perkembangan lembaga simpan-pinjam, berakibat sumber daya manusia anggota lembaga simpan-pinjam masih rendah. Kondisi tersebut membuat kami tertarik untuk mengadakan penelitian penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui pemberdayaan masyarakat miskin. Kegiatan kajian pengembangan masyarakat ini merupakan tahapan sebagaimana digambarkan dalam Tabel 1 di bawah.
27 Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kec. Berbah Kab. Sleman Yogyakarta 2006.
NO
JENIS KEGIATAN
TAHUN 2005 11
1.
Pemetaan Sosial Desa
2.
Evaluasi Program
3.
Kajian Pengembangan
12
TAHUN 2006 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Program 4.
Penulisan Laporan
5.
Seminar dan Ujian
6.
Penggandaan Laporan
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data kajian ini merujuk tipe kajian eksplanatif yaitu, cara pengumpulan data dengan mencari pemahaman dan pengetahuan yang benar antar variabel. Data yang diperoleh selanjutnya dijelaskan faktor penyebab suatu kejadian atau gejala sosial yang dipertanyakan, kemudian mengidentifikasi jaringan sebab-akibat berkenaan dengan suatu gejala sosial melalui data kualitatif. Kajian komunitas dengan metode eksplanatif dilakukan oleh pengkaji melalui tiga tahapan pelakasanaan, antara lain : 1. Mengkaji situasi sosial masyarakat tempat kajian 2. Mengkaji proses kegiatan pengembangan masyarakat miskin di RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto melalui kegiatan Simpan Pinjam Rukun Lestari. 3. Mengkaji pelaksanaan pencapaian tujuan kegitan Simpan Pinjam Rukun Lestari untuk pemberdayaan masyarakat miskin sebagai anggotanya.
28 Melalui kegiatan kajian komunitas dengan metode eksplanatif tersebut diharapkan dapat diperoleh data berupa kata-kata lisan, pendapat, pandangan, keterangan, kesan, tanggapan serta data yang diperoleh dari responden maupun informan yang terdiri dari Tokoh Masyarakat, Perangkat Desa, Pengurus lembaga, masyarakat anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian ini adalah : 1. Studi dokumentasi, mempelajari data yang didapat dari monografi desa. 2. Wawancara mendalam, dengan jalan menggali informasi dari tokoh masyarakat pemrakarsa, pengurus dan anggota lembaga simpan-pinjam serta aparat desa untuk digunakan sebagai bahan kajian. Pelaksanaan kajian dengan cara
melakukan
wawancara,
melakukan
snowballing
atau
mencari
responden/informan berdasarkan rujukan atau keterangan yang didapat dari responden/informan sebelumnya. 3. Observasi, yaitu kegiatan meneliti potensi sumber daya lokal yang dilakukan penulis sendiri atau bersama responden. 4. Diskusi kelompok terfokus / Focus Group Disscussion (FGD), dan Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu kegiatan untuk memahami kemampuan dan kemauan masyarakat berdasarkan potensi dan permasalahan yang ada untuk membuat program pemberdayaan masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui pendekatan partisipatif dimana informan berperan serta dalam menemukenali serta melakukan assessment terhadap masalahnya, pengkaji bertindak sebagai fasilitator serta melakukan diskusi mendalam dalam kegiatan PRA. Data yang dibutuhkan dalam kajian pemberdayaan masyarakat merupakan data yang bersifat kualitatif berdasarkan kasus yang dikaji, kemudian data tersebut dikumpulkan guna proses pemberdayaan masyarakat di dalamnya terdapat : gambaran sosial budaya dan ekonomi masyarakat Desa Sendangtirto, program pembangunan pada masyarakat Desa Sendangtirto, serta melihat faktor pendukung pemberdayaan masyarakat miskin RW 04 dusun Dawukan desa Sendangtirto pada upaya penyusunan program pemberdayaan masyarakat miskin dalam penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari.
29 Data yang diperoleh dipilah, dikategorikan dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan analisis. Analisis data dihubungkan dengan landasan teoritis, selanjutnya dihubungan dengan pokok permasalahan yang dianalisis secara mendalam terhadap hal yang menjadi pokok persoalan. Pengumpulan data untuk mempermudah kerja kajian dengan jalan membuat tabel rincian responden dan cara pengumpulan data seperti Tabel 2 di bawah : Tabel 2. Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
NO
Jenis Data
1
1.
2.
- Kepeminpinan -Norma -Manajemen organisasi -Modal 2. Kapasitas Anggota -Pendidikan -Pendapatan -Keberfungsian sosial Performa Lembaga Simpan pinjam - Sejarah Simpan Pinjam - Keanggotaan - Program Kerja - Kegiatan dan AD/ART Sistem Sumber Formal : - Aparat Desa - Dinas Koperasi
3.
Kapasitas pinjam
lembaga
Sumber Data
Teknik Pengumpulan Data P D W SD
simpan
- Perbankan - Lembaga Sejenis Sistem Sumber Non Formal - Tokoh Masyarakat -PerkumpulanKaryawan Karyawati
Aparat Desa Tokoh Masyarakat Pengurus dan Aggota lembaga simpan pinjam Pengurus dan Anggota
V V V V V
V
V V V
V V V V V V V V
V V
V V V V
V V V V V
V
V V
V V V
V V
Pengurus dan Anggota Tokoh Masyarakat Stakeholder
Aparat Desa Kantor Dinas Koperasi Kab. Sleman Yogyakarta Lembaga Perbankan Lembaga sejenis di lokasi kajian Tokoh Agama, Tokoh Pembangunan Pengurus Karyawan Karyawati
V v V V V
V
V V
V
Keterangan : P : Pengamatan, D : Diskusi, W : Wawancara, SD : Studi dokumentasi Untuk menentukan sumber data, tipe informan dan jumlah informan dapat dilihat pada Tabel 3, di bawah ini :
responden/
30 Tabel 3. Sumber Data, Tipe Informan dan Jumlah Responden/Informan Sumber Data
Tipe Informan
Jumlah Responden/ Informan
Aparat Desa Sendangtirto Dinas Koperasi, Perbankan dan Lembaga Sejenis
Lurah, Kaur Ekonomi Pembangunan dan Kaur Kesra, Kantor Koperasi, Lembaga Perbankan dan Lembaga Sejenis
8 orang
Perkumpulan Karyawan/Karyawati
Pengurus dan Anggota
2 orang
Tokoh Masyarakat Lembaga Simpan Pinjam Anggota Simpan Pinjam
Tokoh Agama, Tokoh Informal Ketua dan Pengurus Anggota
2 orang 3 orang 26 orang
Untuk mempermudah mendapatkan data-data yang lengkap, maka variabel kajian, disusun indikator dan parameter kajian sebagaimana Tabel 4, di bawah : Tabel 4. Variabel, Indikator dan Parameter Kajian N o 1 1
Variabel
Indikator
2 3 1. Kepemimpinan Kapasitas lembaga 2. Norma simpan-pinjam 3. Manajemen organisasi 4. Modal
2
Kapasitas 1. Pendidikan Anggota 2. Pendapatan simpan pinjam 3. Keberfungsian sosial
3
1. Perkembangan Performa lembaga lembaga simpan pinjam • Jumlah anggota • Jumlah dana bergulir • Jumlah simpanan dan pinjaman • Jumlah tunggakan b. Pola Pengelolaan • Perencanaan • Pelaksanaan • Evaluasi
Parameter 4 • Perkembangan permodalan • Bentuk-bentuk kepercayaan kepada pengurus • Bentuk-bentuk hubungan antar anggota • Administrasi • Perencanaan, pengorganisasian, pelaksana -an dan penilaian program kerja SP • Jalinan dan bentuk-bentuk kerjasama • Pendidikan terakhir • Tingkat pengeluaran dalam satu bulan dan satu tahun. • Kapabilitas anggota dalam memenuhi kebutuhan kelompok • Melaksanakan tanggjung jawab dan peranan sosial • Melaksanakan usaha menghadapi masalah. -
berkembangnya jumlah anggota meningkatnya jumlah pinjaman meningkatnya simpanan/tabungan kelancaran perguliran modal berkurangnya tunggakan
-
adanya perencanaan kegiatan adanya indikator keberhasilan kegiatan aturan pengelolaan perguliran pelaksanaan rencana kegiatan penilaian pelayanan kepada anggota penilaian mekanisme lembaga
31 1 4
2 3 Penguatan 1. Meningkatnya kualitas kapasitas manajemen pelayanan lembaga kesejahteraan sosial simpan pinjam 2. Kemandirian usaha sosial-ekonomi 3. Meningkatnya aksebilitas anggota terhadap pelayanan sosial 4. Peningkatan jumlah asset anggota
5
Pemberdayaan anggota lembaga simpan pinjam
a. Kemampuan memenuhi kebutuhan pokok
b. Meningkatnya kepedulian dan tanggung jawab sosial c. Kemampuan mengatasi masalah
4 - Tertatanya peraturan dalam pemberdayaan masyarakat miskin - mampu mengambil keputusan - dimanfaatkannya hasil kajian pengembangan masyarakat sebagai model penanganan masalah kelembagaan - meningkatnya kualitas sumber daya manusia - mampu membuka jejaring pada lembaga permodalan atau lembaga sejenis dengan kerjasama kolaboratif - mampu mengakses sistem sumber Tersajinya program pemberdayaan dalam lembaga simapan pinjam untuk : - meningkatkan penghasilan keluarga - terpeliharanya penghasilan keluarga secara berkesinanbungan - meningkatkan tabungan keluarga - meningkatkan peran aktif anggota dalam program pemberdayaan - meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap program pengembangan lembaga - meningkatkan kepedulian anggota dalam program pengembangan lembaga
Analisis Dan Pelaporan Rancangan Analisis Pemberdayaan (empowerment) masyarakat miskin merupakan strategi pembangunan berpusat pada kepentingan dan kebutuhan rakyat (people centered development) arah yang diharapkan adalah adanya kemandirian masyarakat. Memahami dan mengetahui kondisi masyarakat miskin serta lembaga simpanpinjam Rukun Lestari, pendekatannya melalui
Participatory Rural Appraisal
(PRA). Metode analisis tersebut digunakan selama kajian berlangsung. Aktor utama dalam kajian PRA adalah masyarakat miskin dan lembaga, dengan peneliti berperan sebagai fasilitator. Pendekatan PRA digunakan sebagai : 1. Identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan yang diharapkan masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari 2. Penyusunan program kerja.
32 Selain PRA, dilakukan FGD untuk menyepakati program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat miskin guna penguatan kapasitas lembag ekonomi lokal yang diusulkan berdasarkan masalah dan potensi yang dimiliki masyarakat. Rancangan Penyusunan Program Penyusunan program Penguatan Kapasitas Lembaga simpan pinjam melalui Pemberdayaan Masyarakat miskin dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat melalui metode PRA, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan maupun evaluasi program pemberdayaan lembaga simpan pinjam dijalankan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat miskin anggota simpan pinjam Rukun Lestari. Tujuannya memperkuat kamandirian masyarakat dalam mengelola dan melakukan pengawasan terhadap lembaga, sehingga penguatan kapasitas lembaga dapat memenuhi kebutuhan anggotanya secara berkelanjutan. Penyusunan program dilakukan dengan rancangan sebagai berikut: 1. Latar Belakang, berisi analisis masalah, kebutuhan berdasarkan hasil kajian 2. Penetapan Tujuan, berisi analisis terhadap tujuan 3. Analisis terhadap sumber daya, berisi analisis terhadap sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk penguatan kapasitas lembaga. 4. Analisis alternatif program, berisi analisis terhadap berbagai program yang dapat dilakukan untuk memperkuat kapasitas lembaga simpan pinjam 5. Pemilihan/Penentuan program dan strategi penguatan kapasitas lembaga yaitu: -
Strategi penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam.
-
Program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam.
-
Pemberdayaan Pengurus dan anggota lembaga simpan pinjam.
PETA SOSIAL MASYARAKAT DESA SENDANGTIRTO Keadaan Geografis Secara administratif Desa Sendangtirto berada di wilayah Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman, terletak di ujung selatan timur berbatasan dengan Kabupaten Bantul. Desa Sendangtirto merupakan salah satu dari 4 Desa yang ada di Kecamatan Berbah antara lain: Desa Sendangtirto, Desa Tegaltirto, Desa Jogotirto, dan Desa Kalitirto. Batas-batas wilayah Desa Sendangtirto adalah sebagai berikut: 1. Sebelah utara berbatasan dengan Akademi Angkatan Udara (AAU) 2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Sitimulyo Piyungan Kabupaten Bantul. 3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah dan Desa Sitimulyo Kecamatan Piyungan Kabupaten Bantul 4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Banguntapan dan Desa Potorono Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Desa Sendangtirto dibagi dalam 18 dusun, empat puluh tiga Rukun Warga (RW) dan sembilan puluh sembilan Rukun Tetangga (RT) dengan wilayah seluas 522,730 ha. Secara fisik desa Sendangtirto dibelah oleh jalan propinsi yang menghubungkan kota Yogyakarta dengan Kabupaten Gunung Kidul, lintasan jalan tersebut merupakan jalan alternatif selatan menuju Jawa Timur melalui Wonogiri Jawa Tengah. Desa Sendangtirto juga dilalui sungai Kuning dari utara menuju ke selatan, airnya dapat digunakan untuk mengaliri sawah sepanjang tahun serta keperluan hidup lain. Jarak fisik dengan ibukota Kecamatan Berbah 2,5 km dapat ditempuh dengan angkutan pedesaan (mikrolet) dengan biaya Rp. 1.000,00 dengan waktu tempuh berkisar 6 menit, sedangkan jarak fisik dengan ibukota Kabupaten Sleman sejauh 35 km dapat ditempuh dengan angkutan bus umum (kopata) dengan biaya Rp. 4.000,00 dengan waktu tempuh berkitar 35 menit. Akses ke kota Yogyakarta, kota Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berjarak 9 km bisa ditempuh dengan
34 bus umum dengan ongkos Rp. 2.000,.00 sedangkan akses pelayanan ekonomi, Bank, kantor pos terdapat di Kecamatan Berbah. Perubahan lahan sesuai peruntukannya berdasarkan data di Desa Sendangtirto bisa dijelaskan pada Tabel 5 berikut : Tabel 5. Luas Lahan Sesuai Peruntukannya di Desa Sendangtirto Desember 1996 dan Juni 2005 Luas lahan No Jenis penggunaan
Tahun 1996 Luas tanah (ha)
Tahun 2005
Presentase
Luas tanah
Presentase
(%)
( ha)
(%)
1
Tanah sawah
222,650
42,59
202,650
38,77
2
Tegalan/ladang
153,523
29,37
146,477
28,02
3
Pekarangan
122,800
23,49
118,560
22,68
4
Fasilitas umum
4,262
0,82
12,480
2,39
5
Pelayanan umum
6,115
1,17
11,485
2,20
6
Tempat usaha dan industri
2,680
0,51
9,378
1,79
7
Perumahan
10,700
2,05
21,700
41,50
522,730
100,00
522,730
100,00
Jumlah
Sumber: Monografi dan profil Desa Sedangtirto Juni 2005 Dilihat dari data tahun 1996 dengan membandingkan tahun 2005 fungsi tanah terjadi perubahan sesuai peruntukannya, antara lain; menyempitnya luas tanah sawah sebesar 20 ha atau (3,83%), tegalan/ladang sebesar 7,076 ha atau (1,29%) dan pekarangan sebesar 4,240 ha atau (0,81%). Jumlah peralihan fungsi tanah tersebut seluas 30,993 ha atau (5,93%) beralih pada lintasan umum sebesar 8,228 ha atau (1,57%), pelayanan umum sebesar 5,3 ha atau (1,03%), tempat usaha dan industri sebesar 6,698 ha atau (1,28%) dan perumahan sebesar 11 ha atau (2,10%).
35 Kependudukan Komposisi penduduk Desa Sendangtirto berdasarkan usia dan jenis kalamin dapat dilihat pada Tabel 6 berikut: Tabel 6. Komposisi Penduduk Desa Sendangtirto Menurut Usia dan Jenis Kelamin Desember 1995 dan Juni 2005 Jenis kelamin No Golongan umur
Desember 1995 L (Jiwa)
P (Jiwa)
Juni 2005
Jumlah (Jiwa)
L (Jiwa)
P (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
1
0 – 4 th
321
325
646
327
368
695
2
5 – 9 th
423
397
820
361
353
714
3
10 – 14 th
407
445
852
569
603
1172
4
15 – 19 th
459
452
911
543
527
1070
5
20 – 24 th
496
464
960
538
523
1061
6
25 – 29 th
495
442
937
626
686
1312
7
30 – 34 th
430
456
886
552
663
1215
8
35 – 39 th
327
343
670
539
592
1131
9
40 – 44 th
301
361
662
406
441
847
10
45 – 49 th
290
326
616
349
377
726
11
50 – 54 th
301
328
629
306
334
640
12
55 – 59 th
253
264
517
272
308
580
13
60 – 64 th
215
219
434
194
229
423
14
65 – 69 th
190
155
345
264
233
497
15
70 – 74 th
172
142
314
191
222
413
16
75 +
107
160
267
123
167
290
5187
5279
10466
6200
6586
12786
Jumlah
Sumber: Monografi dan Profil Desa Sendangtirto Juni 2005 Secara detail maka komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin dapat dilihat dalam Gambar 2 piramida penduduk Desa Sendangtirto di bawah berikut:
36 Jumlah Penduduk Perempuan 6200 jiwa Juni 2005 Jumlah Penduduk Laki-Laki 6586 jiwa Juni 2005
75+ 70-74 65 -69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5 - 9 0 - 4 7
6
5
4
3 2 1 Laki-laki
1
2
3 4 5 6 Perempuan
7
Penduduk dihitung dalam ratusan jiwa Sumber data : Monografi data Profil Penduduk Desa Sesndangtirto Juni 2005 Gambar 2 : Piramida Penduduk Desa Sendangtirto Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Berdasarkan Jumlah Penduduk Juni 2005
Dilihat dari data Tabel 6 di atas, bisa diketahui jumlah penduduk Desember 1995 sebesar 10466 jiwa dan jumlah penduduk Juni 2005 sebesar 12796 jiwa, dengan kelahiran laki-laki lebih kecil dibanding angka kelahiran wanita masa kurun waktu tahun 1995 sampai dengan 2005. Data dari Tabel 6 di atas, juga menjelaskan angka kelahiran di Desa Sendangtirto semakin menurun, hal ini ditunjukkan pada Gambar 3 di atas dengan bentuk piramida penduduk yang mengembung di atas serta diperkuat dengan penurunan penduduk kelompok umur 5 - 9 tahun dari tahun 1995 sejumlah 820 jiwa dan tahun 2005 sebesar 714 jiwa. Penurunan tingkat kelahiran tersebut
37 membuktikan program keluarga berencana di Desa Sendangtirto berhasil, sehingga akses penduduk ke sektor pertanian semakin menurun dan sebuah keluarga tidak perlu mempunyai banyak anak untuk tenaga kerja di sektor pertanian. Rasio beban tanggungan penduduk bisa disebutkan pada tahun 1995 kelompok usia produktif (15 – 64 tahun) sebesar 7222 jiwa dan usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 3244 jiwa, jumlah penduduk tahun 1995 sebesar 10466 jiwa hal ini bisa diketahui bahwa rasio beban tanggungan pada tahun 1995 sebesar 45% yang berarti setiap 100 orang usia produktif di desa Sendangtirto menanggung 45 orang penduduk usia non produktif. Dibanding rasio beban tanggungan penduduk tahun 2005 dengan kelompok usia produktif (15-64 tahun) sebesar 9005 jiwa dan usia non produktif (0-14 tahun dan 65 tahun ke atas) sebesar 3781 jiwa, jumlah penduduk tahun 2005 sebesar 12786 jiwa mempunyai rasio baban tanggungan sebesar 42% pada tahun 2005. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa rasio beban tanggungan tahun 1995 dan tahun 2005 terjadi penurunan 3%. Data Tabel 6 di atas, diketahui penduduk usia umur 15-64 tahun pada tahun 1995 sebesar 69% dan tahun 2005 sebesar 70,43% terjadi kenaikan kependudukan usia tahun 1995 ke tahun 2005 sebesar 1,43% yang berarti penambahan lapangan kerja baru yang harus dipersiapkan, bila hal tersebut tidak terpenuhi akan berakibat makin besarnya angka pengangguran serta meningkatnya angka kemiskinan. Hal ini terjadi karena jumlah penduduk usia kerja pada tahun 2005 sebesar 7222 jiwa atau (65,48%) dari jumlah penduduk sebesar 12786 jiwa, dari data tersebut juga diketahui Angkatan Kerja sejumlah 2333 jiwa serta diketahui usia kerja (15-64 tahun) sejumlah 9005 jiwa pada tahun 2005 berarti RPAK (Reit Penganggur Angkatan Kerja) sebesar 25,91 %. Hal lain yang penting untuk diketahui adalah semakin sempitnya lapangan kerja yang tersedia akan berakibat mempengaruhi kelembagaan ekonomi yang ada di desa Sendangtirto, sehingga pengembangan inovasi sangat diperlukan dalam rangka menciptakan daya saing yang lebih baik serta upaya membuka peluang kerja bagi mengantisipasi bertambahnya pengangguran.
38 Pendidikan Penduduk Pendidikan penduduk Desa Sendangtirto dari data
yang diperoleh
menunjukkan, perkembangan pendidikan penduduk pada tahun 1995 dan tahun 2005 bisa dipaparkan pada Tabel 7 berikut: Tabel 7 Tingkat Perkembangan Pendidikan Penduduk Desa Sendangtirto Desember 1995 dan Juni 2005
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jumlah penduduk menurut pendidikan Tingkatan Pendidikan Belum Sekolah Tidak Sekolah SD tidak tamat SD tamat SLTP tidak tamat SLTP tamat SLTA tidak tamat SLTA tamat Akademi/Perguruan tinggi Jumlah
Tahun 1995
Tahun 2005
Jumlah (Jiwa)
Prosentase (%)
Jumlah (Jiwa)
Prosentase (%)
984 273 214 699 64 552 63 390 172 3.411
28.85 8,00 6,27 20,49 1,88 16,18 1,85 11,43 5,05 100,00
637 223 230 812 86 730 111 997 439 4.265
14,93 5,23 5,39 19,04 2,03 17,12 2,60 23,37 10,29 100,00
Sumber data: Monografi desa Sendangtirto Juni 2005 Data Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa penduduk pada tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Pertama kebawah dari tahun 1995 sebanyak 2849 jiwa atau (83,52 %) dan Penduduk dengan pendidikan Akademi/Perguruan tinggi sebesar 172 jiwa atau (5,05 %), sedangkan pada tahun 2005 penduduk pada tingkat Sekolah Lanjutan Pertama kebawah sebanyak 2829 jiwa atau (66,34 %) dan Penduduk dengan pendidikan Akademi/Perguruan tinggi sebesar 439 jiwa atau (10,29 %). Hal ini mengindikasikan bahwa, terjadi penurunan penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP kebawah dari tahun 1995 ke tahun 2005 sebesar 17,18 % dan untuk tingkat pendidikan Akademi/Perguruan tinggi terjadi peningkatan pendidikan sebesar 5,24 %. Perubahan tingkat pendidikan penduduk tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan sumber daya manusia di Desa Sendangtirto, namun penduduk dengan pendidikan rendah masih mendominasi tingkat pendidikan penduduk yaitu sebesar 60,34 % pada tahun 2005. Banyaknya penduduk yang mengalami kemiskinan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
39 juga menunjukkan indikasi pendidikan penduduk masih rendah, disamping pekerjaan yang digeluti menghasilkan penghasilan/upah yang rendah. Mata Pencaharian Penduduk Menurut data yang ada dan informasi yang didapat di lapangan, beralih fungsi tanah sesuai peruntukannya telah mempengaruhi perubahan jenis mata pencaharian pokok petani berjumlah 1002 jiwa atau (30,05%) dan buruh tani berjumlah 755 jiwa atau (23,64%) pada Desember 1995 berubah menjadi petani berjumlah 627 jiwa atau (15,12%) dan buruh tani berjumlah 1240 jiwa atau (29,90%) dengan data yang bisa dipaparkan pada Tabel 8 berikut: Tabel 8 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Desa Sendangtirto Desember 1995 dan Juni 2005
No
Jumlah penduduk menurut pekejaan
Jenis mata pencaharian 1 Petani 2 Buruh tani 3 Peternakan 4 PNS 5 Pegawai Swasta 6 Pertukangan 7 ABRI/POLRI 8 Pensiunan 9 Wiraswasta 10 TKI Jumlah
Tahun 1995 Jumlah (Jiwa) 1.002 755 89 350 260 294 69 83 415 10 3.334
Prosentase (%) 30,05 22,64 2,66 10,71 7,79 8,81 2,07 2,48 12,44 0,29 100,00
Tahun 2005 Jumlah (Jiwa) 627 1.240 94 466 528 399 185 92 476 40 4.147
Prosentase (%) 15,12 29,90 2,27 10,23 12,74 9,63 4,46 2,22 11,47 0,96 100,00
Sumber data: Monograi desa Sendangtirto Juni 2005 Dari Tabel 8 dapat diketahui bahwa berkurangnya jumlah petani 14,93% dari Desember 1995 dan Juni 2005 disebabkan banyaknya penjualan tanah pertanian berakibat berubahnya mata pencaharian pokok penduduk dari petani menjadi buruh tani, pertukangan, pegawai swasta serta TKI, hal ini terlihat bahwa penduduk Desember 1995 dengan mata pencaharian pokok terbanyak petani sejumlah 1002 jiwa atau (30,05%) menjadi buruh tani terbanyak Juni 2005 sejumlah 1240 jiwa atau (29,90%). Perubahan juga terjadi pada pegawai swasta, bila Desember 1995 berjumlah 260 jiwa atau (7,79%) berubah menjadi 528 jiwa atau (12,74%) pada tahun 2005. Peningkatan sebesar 4,95% pada pegawai swasta
40 disebabkan adanya pembukaan industri pembuatan sarung tangan, perakitan sepeda motor Daiheyo dan industri televisi swasta Jogja TV dan RS. Bedah Dharma serta berkembangnya warung dan pertokoan selama 10 tahun terakhir. Jenis pekerjaan pertukangan meningkat sejalan banyaknya pembangunan perumahan juga mengalami peningkatan sebesar 0,82 % dari data tahun 1995 sebesar 294 jiwa atau (8,81 %) dan tahun 2005 menjadi 399 jiwa atau (9,63 %). Bertambahnya jumlah mata pencaharian penduduk ABRI/POLRI sebesar 2,39%, terjadi karena pada tahun 1995 jumlah mata pencaharian penduduk ABRI/POLRI sebesar 69 jiwa atau (2,07 %) meningkat pada Juni 2005 menjadi sebesar 185 jiwa atau (4,46%) disebabkan banyak ABRI/POLRI yang tinggal di desa Sendangtirto menempati perumahan umum untuk mendekati tempat pekerjaan. Dari data di atas, mata pencaharian penduduk petani dan buruh tani Juni 2005 masih cukup banyak yaitu 45,02% sedangkan sektor mata pencaharian penduduk non pertanian sebanyak 4,98%. Struktur Komunitas Pelapisan sosial terdapat pada semua komunitas dimana mereka tinggal, sedangkan pelapisan sosial yang ada di desa Sendangtirto bisa dilihat pada sistem sosial masyarakat yang berlaku. Pelapisan sosial tersebut bertitik berat pada sesuatu yang dihormati, dihargai dan berpengaruh terhadap lingkungan sesuai anggapan yang disampaikan komunitas dan bukan didasarkan pada kepemilikan harta benda atau kepemilikan lahan dan rumah yang megah. Dilihat atas dasar tersebut, maka pelapisan sosial di desa Sendangtirto cenderung bersifat terbuka, dimana seseorang dengan kemampuan dirinya untuk dihormati, dihargai serta pengaruh yang besar terhadap lingkungan berpeluang memasuki lapisan sosial di atasnya. Pelapisan sosial masyarakat Sendangtirto dapat dilihat dalam Gambar 3 di bawah ini:
41
I
Ulama
II
Aparat Desa/Dusun
III
PNS/ABRI
IV
Masyarakat
Gambar 3. Stratifikasi Sosial Masyarakat Desa Sendangtirto Pada Tahun 2005
Lapisan sosial yang pertama adalah ulama, karena desa Sendangtirto sebagian besar (90%) penduduk merupakan pemeluk Agamar Islam dengan organisasi masyarakat terbesar Muhammadiyah, maka ulamanya seperi KH Hisham Safei yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim mempunyai pengaruh sangat luas bukan di desa Sendangtiro sendiri namun cakupannya sampai pada tingkat propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini terbukti dari beberapa kejadian tawuran yang dialami desa Sendangtirto tahun 2003 antara dusun Maredan dan dusun Lodangan, tahun 2004 antara dusun Gandu dan dusun Noyokerten. serta tahun 2005 antara dusun Maredan dan dusun Lodangan, melalui ketokohan ulama tersebut dengan siraman rohani dan arahan beliau tawuran tersebut bisa dilerai tanpa harus pihak kepolisian turun tangan. Lapisan sosial yang kedua adalah aparat desa/dusun, aparat tersebut dipilih dan diberikan mandat oleh lingkungannya untuk memimpin komunitas dan diharapkan dapat menjembatani kepentingan-kepentingan komunitas dengan pihak pemerintah, swasta, serta unsur lainnya. Pengaruh yang mereka punyai bisa digunakan dalam memberikan persetujuan dalam pengembangan masyarakat di desa Sendangtirto. Lapisan yang ketiga adalah kelompok Pegawai Negeri Sipil dan ABRI sebab kelompok ini dianggap bisa memberikan tauladan serta mempunyai kemampuan untuk mengakses kepentingan-kepentingan masyarakat ke dalam birokrasi pemerintahan. Kelompok ini untuk di desa Sendangtirto kebanyakan
42 oleh komunitas ditunjuk sebagai RT dan RW, sering mereka dijadikan juru bicara atau wakil-wakil masyarakat atas kepentingan-kepentingan komunitas setempat dengan pihak pemerintah maupun swasta atau unsur lainnya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di komunitas RT atau RW. Lapisan sosial yang ke empat adalah masyarakat, merupakan unsur dari semua lapisan masyarakat terdiri dari berbagai macam status pekerjaan baik petani atau buruh tani, tukang kayu, tukang batu, pegawai swasta, wiraswasta, PNS dan ABRI dan unsur lainnya yang tidak masuk ke dalam unsur pelapisan sosial yang pertama, kedua dan ketiga. Kelembagaan Dinamika perkembangan komunitas dan kebudayaannya selalu ada kelembagaan sosial yang bersifat stabil, sah dan diakui oleh masyarakat. Kelembagaan sosial bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, kelembagaan tersebut dapat dikatagorikan berdasarkan jenis-jenis kebutuhan pokok sebagai berikut (Dharmawan & Nasdian 2003) antara lain : 1. Kelembagaan kesenian dan estetika, untuk memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan yang ada di Desa Sendangtirto antara lain : Kesenian Jatilan, Kesenian Hadrah, Kesenian Salawatan dan Campursari serta Lembaga Trah. 2. Kelembagaan ekonomi, untuk memenuhi pencaharian hidup, memproduksi, menimbun, mendistribusi harta benda yang ada di Desa Sendangtirto adalah Koperasi, arisan dan simpan-pinjam, Kelompok Tani dan Kelompok P2KP. 3. Kelembagaan pendidikan, untuk memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan, agar menjadi anggota masyarakat yang berguna yang ada di Desa Sendangtirto adalah pendidikan formal antara lain ; Sekolah Dasar, SMA serta melalui Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim diantaranya MTs, Aliyah sedangkan kegiatan informal melalui Kelompok belajar paket (Kejar) A yang dilakukan PKB Pamor Lestari Karang Taruna. 4. Kelembagaan keagamaan, untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan. Di Desa Sendangtirto Majelis Talim yang diselenggarakan melalui program dari Muhammadiyah dan NU dengan kegiatan Senenan, Selosopon dan Kamispon.
43 5. Kelembagaan politik, untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk mengatur kehidupan kelompok secara besar-besaran atau kehidupan bernegara di antaranya Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), PKK . 6. Kelembagaan somatik, untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia di Desa Sendangtirto adalah Puskesmas, Posyandu, Bidan dan Dokter Praktek Umum. Kelembagaan sosial lain yang ada di desa Sendangtirto dan mencerminkan pola hubungan asli masyarakat pedesaan adalah kelompok ronda dan sambatan. Pada perkumpulan kelompok ronda, pola jimpitan beras dan uang fungsinya dapat digunakan untuk pembangunan serta perawatan sarana dan prasarana fasilitas umum yang dimiliki oleh lingkungan. Penggunaan dana tersebut dipakai pada perbaikan jalan lingkungan kampung, pos ronda dan perbaikan mushola, perawatan sarana dan prasarana milik umum. Pola pengerjaannya melalui sambatan yang dilakukan setiap hari minggu, hal ini dilakukan karena semua lapisan masyarakat dapat berpartisipasi pada hari dimaksud. Pembagian kerja dilakukan antara lain, oleh bapak-bapak dan remaja putra melakukan kegiatan pembangunan sedangkan remaja putri dan ibuibu membantu pekerjaan-pekerjaan ringan dan menyediakan konsumsi. Simbol atau tanda diadakannya gotong-royong melalui sambatan ini dilakukan lewat mushola, masjid maupun kentongan yang masih efektif dalam mengumpulkan warga. Pola sambatan yang mengarah pada pekerjaan individu/ perorangan dalam rehababilitasi rumah maupun pembangunan rumah, sekarang polanya telah diganti dengan sistem upah yang disesuaikan dengan kesepakatan pada umumnya dengan besaran upah sesuai sistem yang berlaku. Proses pengasuhan anak dalam masyarakat desa Sendangtirto masih dilakukan dalam lingkungan keluarga bagi masyarakat asli. Namun bagi pendatang yang tinggal di perumahan perannya sudah digantikan pembantu rumah tangga atau babby sister, bagi komunitas penduduk pendatang peran pembantu rumah tangga, satpam dan tukang sampah serta pembayaran listrik banyak mengambil dari masyarakat setempat yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.
44 Sistem kekerabatan masih dijunjung tinggi oleh masyarakat desa Sendangtirto seperti kelembagaan trah sangat berperan dalam masyarakat, perkumpulan keluarga “Trah” ini biasanya diadakan pertemuan bulanan atau triwulan dan di dalamnya terdapat kegiatan arisan, pendidikan dan pemecahan masalah-masalah yang dihadapi oleh anggota trah tersebut. Adanya berbagai kelembagaan, organisasi dan kelompok sosial di desa Sendangtirto merupakan fenomena natural yang terdapat pada masyarakat tradisional (rural) yang masih menjunjung tinggi rasa saling menghormati, kerjasama dan gotong royong untuk tujuan bersama, yaitu memajukan desa dan mensejahterakan masyarakat. Proses asosiatif masih terjaga dalam masyarakat yang terlihat pada kerjasama kelompok tani, arisan, kelompok ronda, kelompok salawatan dan kelompok budaya seperti jatilan, camapursari dan hadrah/terbang. Namun demikian juga tidak bisa dipungkiri bahwa di Desa Sendangtirto telah terjadi proses-proses pelunturan nilai dan norma masyarakat dalam semangat “sambatan” di kalangan masyarakat. Sumber Daya Lokal Sumber daya lokal di desa Sendangtirto yang dominan adalah tanah dan air. namun demikian lingkungan degan pola mata pencaharian penduduk di sektor pertanian telah terjadi perubahan. Informasi dari responden maupun informan menunjukan bahwa penduduk usia kerja di bawah umur 30 tahun sudah kurang meminati sektor tersebut, hal ini disebabkan sektor pertanian kurang bisa menjanjikan dan menghasilkan pendapatan yang kurang memadai pada ekonomi keluarga. Pekerja atau pencari kerja sesuai tabel 8 di atas menunjukkan bahwa banyak pekerja ataupun pencari kerja
memilih jenis mata pencaharian lain,
seperti pertukangan, pegawai swasta dan TKI yang lebih cepat menghasilkan pendapatan dengan hasil lebih besar dari sektor pertanian. Munculnya permasalahan tersebut di karenakan pemerintah kurang memproteksi sektor pertanian akan tata niaga ekonomi pertanian yaitu, antara biaya produksi dan hasil penjualan beras, disamping akibat lain adalah master plan penggunaan tata ruang yang kurang sesuai peruntukannya dengan tidak ada pembatasan penjualan tanah pertanian subur untuk fungsi industri, jasa dan perumahan sehingga ke
45 depan akan berpengaruh pada penyediaan ketahanan pangan di daerah maupun nasional. Seharusnya kebijakan pemerintah ke depan harus mengedepankan sektor pertanian walaupun tidak meninggalkan sektor industri, bila kita melihat Indonesia sebagai negara agraris dan mengurangi arus migrasi penduduk. Jadi perencanaan yang sinergis untuk semua sektor perlu dilakukan dan tidak berdasarkan pada kepentingan masing-masing instansi yang ada di birokrasi pemerintahan. Sektor pertanian di desa Sendangtirto masih banyak digeluti oleh petani/buruh tani usia di atas umur 40 tahun dengan data tahun 1995 sampai dengan tahun 2005 cenderung menurun 7,67% yang menggeluti sektor pertanian. Mata pencaharian yang lain seperti pengolahan mete, emping mlinjo, pembuatan tahu, pembuatan roti dan peternakan dan anyaman bambu masih sebagian besar mengandalkan ketersediaan bahan baku yang dihasilkan lingkungan dan alam sekitar. Pemanfaatan lahan di lingkungan rumah tangga juga masih terlihat dengan ditanami rambutan, mangga, pepaya, pisang, jati dan munggur untuk mendukung perekonomian keluarga masyarakat desa Sendangtirto. Pada sumber daya air, melalui organisasi Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) “Tri Mulyo Sejati Bendung Klampok Kiri” diatur penggunaan air untuk pertanian juga perikanan darat. Sistem penguasaan sumber daya agraria, data yang diperoleh di desa Sendangtirto dilakukan secara turun-temurun yang diwariskan oleh orang tua, dengan tanah sawah mayoritas belum bersertifikat dan hanya tercatat dalam tanah persil desa. Pola perimbangan sumber daya agraria pada luas tanah sawah relatif tidak seimbang, dari 202, 690 ha tanah sawah yang ada, jumlah petani pemilik lahan sebanyak 1482 jiwa. Hal ini bisa dipaparkan dalam Tabel 9 di bawah ini:
46 Tabel 9. Struktur Kepemilikan Tanah Sawah Desa Sendangtirto Juni 2005 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Luas Pemilikan Tanah (ha) < 0,1 0,1 – 0,5 0,6 – 1,0 1,1 – 1,5 1,6 – 2,0 3,0 – 5,0 6,0 – 8,0 > 9,0 Jumlah
Jumlah (Jiwa) 785 623 52 20 2
Persentase ( % ) 52,97 42,03 3,50 1,35 0,15
1.482
100,00
Sumber : Monografi Desa Sendangtirto Juni 2005 Dari data tersebut sebanyak 785 jiwa atau (52,97%) petani memiliki lahan seluas kurang dari 0,1 ha, sebanyak 623 jiwa atau (42,03%) petani memiliki lahan seluas 0,1 sampai dengan 0,5 ha, sebanyak 52 jiwa atau (3,50%) petani memiliki lahan seluas 0,6 sampai dengan 1,0 ha, sebanyak 20 jiwa atau (1,35%) petani memiliki lahan seluas 1,1 sampai dengan 1,5 ha dan hanya 2 jiwa atau (0,15%) yang memiliki lahan seluas 1,6 sampai dengan 2,0 ha. Data pola perimbangan seperti Tabel 9 di atas menunjukkan rata-rata penguasan lahan pertanian oleh petani adalah 0,14 ha, artinya rata-rata petani di desa Sendangtirto mempunyai luas lahan seluas 0,14 ha atau 1400 m2. Memperhatikan rata-rata penguasaan lahan pertanian oleh petani sebesar 0,14 ha maka desa Sendangtirto penduduknya bisa digolongkan pada buruh tani, bila masalah pengalihan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya berkembang terus tanpa ada proteksi dari pihak pemerintah terhadap master plan pembangunan daerah di pedesaan bukan tidak mungkin permasalahan kemiskinan di desa Sendangtirto semakin meningkat di waktu-waktu mendatang dan berpengaruh
pada
sebelumnya tidak ada.
munculnya
permasalahan-permasalahan
sosial
yang
SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS Latar Belakang Berdirinya Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari berdiri atas prakarsa dan keprihatinan
perkumpulan
karyawan-karyawati
Dusun
Dawukan
Desa
Sendangtirto, dari pertemuan perkumpulan karyawan pada pertengahan tahun 1999 timbul pemikiran yang intinya ingin membantu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat kurang beruntung di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan. Munculnya pemikiran tersebut disebabkan oleh tidak adanya sentuhan bantuan dari pemerintah Desa Sendangtirto selama ini terhadap warga miskin di RW 04 Dusun Dawukan, sehingga melalui perkumpulan tersebut diputuskan : Bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan saudara-saudara di sekeliling RW 04 Dusun Dawukan yang kebetulan mereka tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dari kesepakatan rapat yang dicapai, selanjutnya pada bulan Agustus 1999 karyawan karyawati mulai mengundang warga masyarakat di sekitar RW 04 Dusun Dawukan untuk diajak membicakan solusi bagi keluarga ekonomi lemah. Hasil pembicaraan adalah disetujui pendirian lembaga simpan pinjam diberi nama Rukun Lestari, dana awal diperoleh dari perkumpulan Karyawan Karyawiti untuk memulai simpan pinjam pada bulan Oktober 1999 dengan anggota masyarakat miskin yang tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan tidak tetap (dhuafa). Tujuan Didirikannya Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari bertujuan untuk : 1. Meningkatkan keimanan kepada Allah SWT bagi semua anggota, karena tanpa memberi solusi pemecahan masalah ekonomi keluarga kaum ekonomi lemah, akan sulit mengajak mereka meningkatkan ibadahnya. 2. Meningkatkan persatuan dan kesatuan anggota, dengan dibentuk program simpan pinjam
diharapkan tumbuh rasa persatuan dan kesatuan diantara
anggota dan terjaga pola gotong-royong dalam kegiatan sosial. 3. Meningkatkan tingkat sosial ekonomi anggota, dengan kegiatan simpan-pinjam diharapkan anggota dapat mengelola ekonomi keluarga lebih baik serta efektif
48 dan efisien, sehingga anggota diharapkan tidak sekedar hanya sebagai peminjam, akan tetapi juga bisa menyisihkan penghasilannya untuk di tabung. 4. Memberi kemudahan-kemudahan kepada semua anggota terutama dari segi keuangan, hal ini ditempuh
karena tidak mungkin para anggota yang
notebennya sebagai keluarga ekonomi lemah akan dapat
pinjaman dari
perbangkan tanpa mempunyai anggunan. Keanggotaan dan Modal Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari semula beranggotakan orang-orang yang berpenghasilan tidak tetap dan tergolong ekonomi lemah berjumlah 27 orang, kemudian beberapa tahun kemudian tiga orang keluar karena pindah rumah sehingga tinggal 24 orang. Pada awal tahun 2004 timbul pemikiran baru bahwa perkumpulan ini mulai terbuka bagi siapapun boleh masuk menjadi anggota dengan aturan-aturan khusus, mulai saat itu dua orang (Bapak Kadar dan Bapak Isman) yang semula hanya sebagai tenaga bantu di pengurusan lembaga simpan pinjam rukun lestari kemudian bergabung menjadi anggota dan menjadi 26 orang sampai sekarang. Seorang kepala rumah tangga yang ingin menjadi anggota baru perkumpulan ini diwajibkan menyetor uang sebanyak rata-rata tabungan anggota dan bersedia mentaati tata tertib yang berlaku, iuran anggota pada saat ini adalah Rp. 2.000,00 per bulan dengan iuran kesejahteraan sosial sebesar Rp. 1.000,00 yang diperuntukan bagi anggota atau keluarganya yang sakit. Adapun perkembangan tabungan anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari sampai dengan 31 Desember 2005 bisa dipaparkan pada Tabel 10 di bawah ini :
49 Tabel 10 Tabungan Anggota, Pekerjaan, Tanggungan Anggota Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Keadaan 31 Desember 2005 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Anggota
Pekerjaan *) Abdullah Umar 1 Dwi Suatmaji 3 Jumadi 5 Kantiyo 2 Kaswadi 3 Maryam 6 Pardiman 2 Purnomo 4 Rumijan 2 Sudiman 5 Sumarji 2 Risman W 2 Sumedi 3 Suroyo 1 Suryanto 2 Tini Sulistyo 6 Tatik 6 Pawiro 6 Suroso 5 Kuntarto 8 Ratinen 7 Sudimolyo 7 Mulyono 5 Triatmini 7 Kadar Bisri PNS Isman PNS Jumlah
Tanggungan (Jiwa) 2 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
Tabungan (Rp) 189.400,00 258.700,00 252.700,00 172.300,00 189.700,00 142.200,00 248.700,00 180.700,00 250.700,00 244.200,00 234.700,00 235.700,00 289.700,00 248.700,00 237.700,00 237.700,00 211.600,00 181.700,00 224.800,00 203.300,00 224.300,00 215.300,00 226.300,00 170.300,00 199.500,00 182.000,00 5.652.600,00
Keterang an Anggota Pengurus Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Pengurus Anggota Anggota Anggota Pengurus Pengurus Anggota Pengurus Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Pengurus Pengurus
Sumber : Hasil Pengkajian, 2006. Keterangan *) : 1. Tani 2. Tukang batu/kayu/mebel 3. Karyawan Pabrik/toko 4. Bengkel sepeda/tambal ban 5. Buruh 6. Pedagang kecil 7. Ibu rumah tangga 8. lain-lain. Perkembangan keangotaan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dari tahun 1999 sampai dengan Pebruari 2006 bisa disampaikan sebagai berikut :
50 Tabel 11. Perkembangan Anggota Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari dari Tahun 1999 sampai dengan Februari 2006 Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 *) 2005 2006 Jumlah Keseluruhan
Masuk (Jiwa) 25
Anggota Keluar (Jiwa) -
Jumlah (Jiwa) 25
Keterangan
2 2 29
1 2 3
27 27 26 24 26 26 26 26
Oktober 1999 awal berdiri
1 meninggal 2 pindah 2 orang masuk
Sumber : Hasil Wawancara. Awal tahun 2004 lembaga simpan pinjam Rukun Lestari mulai membuka diri untuk segala kalangan namun dengan aturan-aturan khusus. Artinya anggota yang tergolong orang yang mampu (menurut ukuran setempat) dibedakan dengan anggota yang tergolong ekonomi lemah (dhuafa) antara lain, dia tidak berhak menerima uang yang diberikan oleh pihak luar sebagai infak/sodaqoh/zakat atau lainnya yang memang ditujukan untuk kaum dhuafa. Keterbukaan untuk angggota baru tidak pernah dipublikasikan dan diinformasikan pada masyarakat sekelilingnya, akibatnya jumlah anggota juga belum banyak berkembang. Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari didirikan dengan struktur organisasi sebagai berikut : Susunan Pengurus Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari adalah : Ketua
: 1. Kadar Bisri,
2. Sumedi
Sekretaris
: 1. Risman W,
2. Ade Purnomo
Bendahara
: 1. Isman M,
2. Suryanto
Seksi Sosial
: 1. Dwi Suatmaji, 2. Pardiman
Seksi Usaha
: 1. Sulistyo,
2. Kuntarto
51 Pengembangan Ekonomi Masyarakat Kegiatan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari pertumbuhan ekonomi masyarakat
berkaitan dengan
Program kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah kegiatan Simpan Pinjam yang pelaksanaannya digunakan dalam membantu anggota pada sektor : 1. Usaha untuk meningkatkan ketakwaan pada Allah SWT dengan mengisi kegiatan simpan pinjam dengan pengajian di awal acara kegiatan bulanan. 2. Kegiatan simpan pinjam di bentuk untuk mempererat tali persaudaraan dan ketetanggaan, disamping mendidik dengan budaya menabung dan belajar mengatur pendapatan ekonomi rumah tangga bagi anggota. 3. Memberi kemudahan bagi anggota untuk memanfaatkan simpan pinjam tanpa perlu adanya jaminan, penggunaan pinjaman oleh anggota sangat bervariasi antara lain : biaya sekolah, modal usaha pengelolaan lahan pertanian, warungan, bengkel sepeda disamping adanya bantuan walaupun kecil pada jaminan kesehatan bagi anggota melalui iuran kesejahteraan sosial. Kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari masih tetap memiliki manfaat bagi anggota, walaupun perkembangan kegiatannya berjalan lamban, terbukti kegiatan tersebut sampai sekarang masih dapat berkelanjutan. Adapun perkembangan permodalan kegiatan simpan-pinjam bisa dipaparkan pada Tabel 12 di bawah ini : Tabel 12. Perkembangan Keuangan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Februari 2006 Masuk Tahun
1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Saldo Tabungan Anggota (Rp) 3.400.500,00 3.211.700,00 3.853.700,00 4.147.400,00 4.355.400,00 5.652.600,00 *)
Keuntungan (Rp) 311.500,00 529.900,00 575.000,00 583.000,00 683.000,00 647.000,00 -
Sumber : Hasil Pengkajian, 2006 .
Bantuan/Infak Lain2 (akumulatif) (Rp) 490.000,00 490.000,00 2.946.500,00 4.086.500,00
Keluar (Rp) 311.500,00 529.900,00 575.000,00 583.500,00 683.000,00 647.000,00 -
Saldo Akhir (Rp) 490.000,00 2.890.500,00 3.211.700,00 3.853.700,00 4.147.400,00 4.355.400,00 8.599.100,00 9.739.100,00
52 Hambatan-hambatan yang dialami oleh simpan pinjam rukun lestari dalam melaksanakan pelayanan terhadap anggota bisa di analisis merujuk pendapat (Syaukat & Hendrakusumaatmaja 2004) hambatan lembaga ekonomi lokal dalam melakukan pelayanan, meliputi antara lain : 1. Terbatasnya ketersediaan sarana dan prasarana dasar. 2. Terbatasnya kemampuan masyarakat untuk menggunakan kesempatankesempatan (peluang-peluang) dalam mengakses kelembagaan lokal, modal, pasar dan teknologi. 3. Lemahnya kelembagaan sosial-ekonomi pada tingkat kelompok dan komunitas untuk menunjang perbaikan pendapatan dan kehidupan rumahtanggarumahtangga miskin. 4. Kurang
terpadunya
program-program
pengentasan
(penanggulangan)
kemiskinan yang dilaksanakan oleh berbagai pihak, dan program-program tersebut tidak memunculkan secara nyata partisipasi/keterlibatan masyarakat. Dari
aspek
alat-alat
analisis
yang
disampaikan
(Syaukat
&
Hendrakusumaatmaja 2004), maka hambatan-hambatan yang terdapat pada lembaga simpan pinjam Rukun Lestari terletak pada terbatasnya ketersedian sarana dan prasarana yang terkait dengan kemampuan anggota dan pengurus dalam meningkatkan aspek iuran anggota yang masih kecil yaitu Rp. 2.000,00 perbulan bila di total pertahun perkembangan hanya Rp. 624.000,00 dengan 26 anggota. Hal ini berarti dalam meningkatkan pinjaman bagi anggota sebagai modal usaha belum mampu di lakukan lembaga dengan bukti, sampai sekarang lembag tersebut hanya mampu memberi pinjaman kepada anggota simpan pinjam rukun lestari sebesar Rp. 400.000,00 per orang sedangkan besarnya dana untuk kecukupan modal berkisar Rp. 2.000.000,00. Pemupukan modal yang digunakan untuk meningkatkan pinjaman masih banyak mengandalkan bantuan sodakoh, infaq dan zakat dari para dermawan di lingkungannya. Perkembangan tersebut disebabkan lembaga belum punya akses ke sistim permodalan dari pihak Bank maupun koperasi sejenis. Adapun pengetahuan tentang administrasi dan pengelolaan usaha simpan pinjam juga masih belum dipunyai secara baku bagi suatu kegiatan perkoperasian.
53 Pemanfaatan Potensi Ekonomi Lokal Potensi ekonomi lokal yang terdapat di Desa Sendangtirto yang mendukung usaha/kegiatan ekonomi masyarakat RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, adalah adanya kesadaran dari perkumpulan Karyawan karyawati Dusun Dawukan untuk dapat membantu para ekonomi lemah dalam pengembangan potensi masyarakat lingkungannya. Pada akhir praktek lapangan II di Desa Sendangtirto pengkaji mengetahui adanya kegiatan proyek P2KP yang pelaksanaannya masih dalam rangka membentuk Lembaga Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) sebagai persiapan turunnya dana P2KP proyek yang di jalankan Kantor Kimpraswil Kabupaten Sleman pada kegiatan Proyek tahun 2005. Pencairan dana kegiatan dimaksud menunggu kesiapan dari terbentuknya BKM dan usulan kegiatan dari masing-masing Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dari 18 Dusun yang ada di wilayah Desa Sendangtirto, jadi bila kegiatan P2KP telah berjalan dengan rencana pencairan dana pinjaman tersebut sekitar bulan Juli 2006, maka dimungkinkan lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan anggotanya dapat mengakses dana dari P2KP tersebut untuk meningkatkan Kapasitas Usaha simpan pinjam. Keterkaitan Program Ekonomi Lokal dengan Pasar Kegiatan simpan-pinjam Rukun Lestari memang masih sebatas kegiatan rutinitas saja berupa pemenuhan pinjaman yang kaitannya terhadap usaha membantu rumah tangga keluarga ekonomi lemah, belum mengarah pada usaha ekonomis produktif yang sifatnya dapat secara langsung mendorong potensi ekonomi anggota lembaga simpan-pinjan Rukun Lestari. Akibat kondisi tersebut, lembaga dalam memberi pinjaman anggota masih berkisar Rp. 400.000,00 disamping di pengaruhi oleh iuran anggota yang masih kecil dan belum adanya akses kepada Lembaga Keuangan Mikro serta pengetahuan pengurus dan anggota yang cenderung menunggu pihak-pihak lain memperhatikan kepada anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yang 95 % adalah kaum ekonomi lemah (dhuafa).
54 Pengembangan Modal Sosial dan Gerakan Sosial Pengembangan modal sosial yang di laksanakan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari melalui tujuh pendekatan yang khas atau unik untuk setiap komunitas dan modal sosial di dalamnya merujuk pendapat (Nasdian & Utomo 2004) yaitu : 1. Kepemimpinan Komunitas; tokoh-tokoh masyarakat yang diharapkan berperan penting dalam setiap kegiatan pengembangan pemberdayaan Masyarakat 2. Dana Komunitas ; dana komunitas merupakan segala bentuk dana yang dapat dihimpun oleh dan dari masyarakat. Konsep dana bukan hanya uang sebagai alat tukar yang umum dipakai sekarang, tetapi juga hubungan yang terjalin di antara anggota, kekerabatan dan kebersamaan juga merupakan sumber dana. 3. Sumberdaya material : sumberdaya material merupakan kelengkapan sarana organisasi di komunitas. Aspek ini bersifat menunjang pemupukan kepercayaan antar anggota komunitas, jika keberadaannya diakui dan digunakan untuk kepentingan komunitas itu sendiri. 4. Pengetahuan komunitas : komponen ini sering dianggap salah satu aspek yang lemah dalam organisasi akar rumput. 5. Proses pengambilan keputusan : hal ini merupakan suatu proses dimana masyarakat sebagai anggota komunitas berhak menyampaikan aspirasi yang menyangkut kepentingan bersama anggota. 6. Teknologi komunitas : teknologi ini merupakan teknologi tepat guna yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat/organisasi untuk menjalankan peran sesuai yang diharapkan. 7. Organisasi komunitas : unsur ini merupakan wadah dimana unsur-unsur komunitas lainnya mengalami modifikasi atau menjadi lebih dinamis. Ketujuh pendekatan yang khas tersebut ada beberapa hal yang telah dimiliki oleh lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, namun ada dua hal yang belum dipunyai yaitu mengenai pengetahuan komunitas dan teknologi komunitas yang belum dimiliki. Secara keseluruhan, dengan dibentuknya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari oleh Perkumpulan Karyawan Karyawati Dusun Dawukan tahun 1999 adalah untuk mengangkat harkat dan martabat kaum ekonomi lemah di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan agar tidak sulit mengakses pinjaman uang
55 dengan anggunan, disamping dengan terbentuknya simpan-pinjam juga untuk menambah keeratan bertetangga, memunculkan kepercayaan antar anggota dan partisipasi aktif dalam proses pembangunan. Menurut (Baldridge dikutip dalam Nasdian & Utomo 2004) ada dua pendekatan dalam membangun gerakan sosial yaitu : 1) berangkat dari gejala ketertindasan sosial, atau 2) berangkat dari gejala pengharapan yang meningkat. Mengacu pada pendapat tersebut di atas, maka dasar dibentuknya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari adalah adanya pengharapan yang tinggi akan pengentasan dari ketertindasan struktural oleh Perkumpulan Karyawan Karyawati Dusun Dawukan. Agar lingkungan yang awalnya banyak kaum ekonomi lemah dapat meningkatkan pendapatan dan akhirnya mau dan mampu dalam berpartisipasi di lingkungannya. Kegiatan Pengorganisasian masyarakat dari gerakan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari di RW 04 Dusun Dawukan Sebagai bentukan dari perkumpulan karyawan dan karyawati, lembaga simpan pinjam Rukun Lestari masih diketuai oleh tokoh masyarakat yang merupakan anggota dari perkumpulan karyawan karyawati, tetapi wakil kepengurusan lembaga simpan pinjam rukun lestari sudah ditunjuk dari anggota simpan-pinjam yang merupakan keluarga ekonomi lemah. Dari mulai berdiri sampai sekarang kegiatan pengorganisasian memang berjalan lancar dan mulai perlahan masyarakat oleh tokoh masyarakat di maksud juga dilatih dalam berorganisasi yang baik, yaitu memunculkan saling percaya. Keuangan dikelola dengan terbuka dan masing-masing mempunyai buku simpanan dan pinjaman sendiri-sendiri disamping assetnya juga dimaksukan kebuku induk. Aturan dibuat berdasarkan partisipasi anggota melalui diskusi terfokus, bila ada sesuatu yang kurang dalam aturan tersebut masing-masing anggota diberikan kesempatan untuk berbicara, namun bila keputusan tidak bisa diambil maka keputusan akhir dicapai melalui musyawarah dan mufakat oleh anggota yang hadir. Pemanfaatan Modal Sosial yang ada dalam masyarakat Modal Sosial yang dipunyai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari merupakan bukti adanya kepercayaan sosial, norma sosial, norma budaya lokal
56 dan religi memberikan dasar yang berhubungan kuat bagi munculnya gerakan pemberdayaan dan gerakan simpan-pinjam walaupun merupakan dana hibah dari perkumpulan dan karyawati yang jumlah awalnya kecil yaitu Rp. 575.000,00. Namun adanya unsur pengharapan dari kaum dhuafa atau ekonomi lemah yang sangat kuat dalam ikut berpartisipasi, maka dengan modal kejujuran dan ketaatan anggota terhadap pengurus yang merupakan tokoh masyarakat sehingga sampai sekarang anggotanya bisa memanfaatkan pinjaman hingga Rp. 400.000,00 hal ini memang cukup dirasakan oleh Pak Purnomo yang mengatakan : ”...Semula kami susah mengembangkan tambal ban ini, namun dengan bertambahnya pinjaman yang sekarang bisa mencapai Rp. 400.000,00 saya mendukung istri saya buka warungan pada pertengahan 2005 dan hingga sekarang hasilnya dapat membantu pendapatan keluarga...’. Begitu juga yang dituturkan oleh Bapak Sumedi : ”...Dengan dana pinjaman yang sekarang sebesar Rp. 400.000,00 bisa kami gunakan untuk modal bercocok tanam padi bila musim tanam tiba, dulu kami susah untuk mendapatkan karena masalah kepercayaan dan siapa yang pinjam serta pinjam kesiapa, tetangganya juga tidak punya uang yang bisa dipinjam repot memang...”. Aspek psikologi sosial dari pengembangan modal sosial dan gerakan sosial Perkembangan gerakan sosial pemberdayaan masyarakat di Dusun Dawukan Desa Sendangtirto bila dilihat dari aspek psikologi sosial merupakan gerakan simpan pinjam melalui perspektif Teori Konvergensi dimana perilaku anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari di dalam mengikuti kegiatannya bisa dilihat dari dua faktor, yaitu faktor internal (faktor yang muncul dari dalam diri individu yang merupakan ungkapan pengharapan untuk dapat merubah kondisi sosial keluarga ekonomi lemah) dan faktor eksternal (faktor yang muncul dari luar individu atau anggota simpan pinjam) dimana faktor internal dan eksternal bila berinteraksi akan memunculkan perilaku atau kondisi dimana keduanya akan muncul saling percaya dari hasil interaksi secara timbal balik, saling memberi dan menerima serta mempengaruhi satu sama lainnya.
57 Pemberdayaan keluarga ekonomi lemah melalui kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa dipahami sebagai sistem yang bekerja didalamnya terdapat subsistem yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi serta saling menyesuaikan diri satu sama lain, melalui : input yang diterima yaitu faktor internal ataupun dari faktor eksternal, kemudian terjadi proses melalui kegiatan pemberdayaan komunitas melalui simpan pinjam anggota tersebut secara cognitional subsystem maupun motivational affective subsystem bisa dilihat dari aspek-aspek modal sosial yang terbentuk. Gerakan simpan pinjam dicanangkan oleh kelompok karyawan karyawati memunculkan feedback mempengaruhi kemauan keluarga ekonomi lemah untuk dapat mengikuti kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari terhadap input yang di dapat dari kelompok karyawan karyawati. Kebijakan dan Perencanaan Sosial Adanya keprihatinan akan kondisi lingkungan sekitar Dusun Dawukan Sendangtirto yang banyak terdapat keluarga ekonomi lemah (dhuafa) dan kurang tersentuhnya program pemerintah masuk ke wilayah Dusun tersebut, berakibat kelompok Karyawan karyawati Dusun Dawukan merasa perlu dengan partisipasi dan gotong-royong melalui kegiatan ibadah/pengajian yang dilakukan di lingkungan Dusun Dawukan, menggugah masyarakat miskin RW 04 Dusun Dawukan untuk merencanakan merangkul mereka dalam mengikuti kegiatan pengajian dan arisan rutin bulanan, namun ajakan inipun masih belum bisa menyentuh mereka kalangan keluarga ekonomi lemah, adapun solusi yang ditempuh oleh kelompok pertemuan karyawan karyawati yaitu dengan membentuk lembaga simpan pinjam rukun lestari. Setelah terdapat harapan dan mau
mengikuti,
selanjutnya
kelompok
pertemuan
karyawan
karyawati
menugaskan dua orang tokoh masyarakat untuk membimbing kegiatan dimaksud Setelah berdiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari kemudian sosialisasinya dilaksanakan pada Agustus 1999 serta mulai betul-betul berjalan pada Oktober 1999 hingga sekarang. Kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dengan anggotanya kaum dhuafa atau pekerja tidak tempat, lembaga tersebut didirikan juga dikandung maksud sebagai tempat untuk menyalurkan Zakat, Infak dan Shodakoh bagi kalangan yang mampu di lingkungan Dusun Dawukan.
PROFIL LEMBAGA SIMPAN PINJAM DAN ANGGOTA Dalam bagian ini pengkaji akan mempaparkan hasil kajian pengembangan masyarakat terhadap profil lembaga simpan pinjam Rukun Lestari RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta, terhadap kapasitas lembaga, kapasitas anggota, sistem sumber baik formal maupun informal, potensi lokal serta performa lembaga simpan pinjam dengan hasil penelitian yang bisa dipaparkan sebagai berikut : Kapasitas Lembaga Pada kajian kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari aspek yang berkaitan dengan pertanyaan kajian kapasitas lembaga antara lain menyangkut : Kepemimpinan Kegiatan lembaga akan berhasil berjalan dengan baik, bila salah satu faktor kepemimpinan atau manajer yang menjalankan dapat mengelola lembaga dengan baik dan benar sesuai tujuan yang diharapkan. Hasil wawancara dengan anggota dan pengurus simpan pinjam Rukun Lestari menunjukkan bahwa ketua rukun lestari dianggap baik dan benar dalam memimpin sesuai tujuan lembaga, hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh Ibu Tini Sulistiyo sebagai berikut : ...Disamping kegiatan simpan pinjam kegiatan lain yang dapat membuat perekat anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari yaitu, kegiatan pengajian untuk memberikan siraman rohani bagi anggota, pengajian dapat juga untuk mengingatkan sekaligus sebagai sarana untuk berkumpul antar anggota. Kegiatan pengajian juga penting untuk digunakan sebagai kegiatan tolong menolong antar warga, hal ini diprakarsai oleh Pak Kadar sebagai Ketua lembaga simpan pinjam rukun lestari. Pak Kadar sebagai ketua telah memasukkan pengajian sebagai rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan dalam rangka meningkatkan ketakwaan anggota terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai tujuan lembaga, sedangkan menurut Pak Kantiyo kepemimpinan Ketua Rukun Lestari di nilai dapat mengayomi serta
59 memberikan kemudahan bagi semua anggota, karena prinsip kebersamaan dan kegotongroyongan ditanamkan pada semua anggota terutama dari segi keuangan. Adapun apa yang dikemukakan Pak Kantiyo sebagai berikut : ...Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dapat bertahan karena ada yang dapat memimpin seperti Pak Kadar (ketua) dan Pak Isman (bendahara I ), adapun hubungannya dengan ketua anggota seperti Pak Kantinyo itu baik-baik saja. Kaitannya dengan pinjaman memang Pak Kantinyo sering menunggak dan sering di bicarakan oleh anggota lainnya, namun bagaimana kata Pak Kantinyo dia tidak mempunyai uang untuk mengansur itupun oleh ketua rukun lestari tidak apa-apa menunggak, tapi ketua mengingatkan bila sudah mempunyai uang ya segera mengangsur. Berdasarkan hasil wawancara terhadap responden, kepemimpinan ketua Rukun Lestari tersebut dianggap selaras dengan tujuan yang ditetapkan lembaga. Kepemimpinan yang baik dan benar
membawa masyarakat miskin sebagai
anggota, dapat dengan tenang mengikuti kegiatan simpan pinjam
disamping
pengurus menjalankan tugas mendapatkan perlindungan dan dukungan. Hal ini ditunjukkan dengan apa yang dijalankan lembaga sampai sekarang masih berjalan baik dan berkelanjutan. Norma Proses perkembangan kelembagaan sosial meliputi lahirnya peraturan dan norma baru yang mengatur hubungan dan interaksi anggota, norma atau peraturan merupakan ciri yang membedakan satu lembaga dengan lembaga yang lain. Norma lembaga memiliki tujuan untuk mengatur anggota masyarakat bertingkah laku dalam mencapai kebutuhan yang diharapkan anggotanya. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh (Polak, 1996 yang dikutip oleh Nasdian dan Utomo 2003) Nilai dan norma suatu lembaga bisa diartikan sebagai sejumlah aturan. Merujuk pendapat tersebut Rukun Lestari sebagai lembaga simpan pinjam didirikan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan sosial masyarakat miskin di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, atas dasar kebersamaan dan gotong royong yang berbasis masyarakat miskin. Perkembangan lembaga ditandai disepakati aturan untuk mengatur kegiatan pengelolaan simpan pinjam melalui musyawarah antar pengurus dan anggota dari Oktober 1999 sampai
60 dengan Agustus 2006, namun demikian realitas yang terjadi adalah aturan ditulis oleh sekretaris dan tidak dibukukan. Baru bila terjadi permasalahan, pengurus mengingatkan kembali pada anggota terhadap aturan pelaksanaan kegiatan simpan pinjam. Hasil wawancara mendalam baik dengan pengurus dan anggota, bisa disebutkan bahwa aturan yang telah dibuat antara lain : 1. Anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari diwajibkan membayar iuaran wajib sebesar Rp. 2.000,00 dan Iuran Kesejahteraan sebesar Rp. 1.000,00 adapun penggunaan iuran kesejahteraan digunakan memberi santunan bagi anggota yang sakit dengan besaran santunan sejumlah Rp. 25.000,00 2. Besaran pinjaman yang disepakati adalah Rp. 400.000,00 pengembalian 10 kali dipotong bunga di muka 10 % (Rp. 40.000,00), anggota yang menyebarak aturannya besaran pinjaman tidak melebihi besaran yang disepakati yaitu Rp. 400.000,00. Sebrakan sudah harus dikembalikan bulan berikut ditambah besaran cicilan pinjaman yang telah diterima sebelumnya. 3. Kegiatan simpan pinjam diadakan setiap bulan sekali, dimulai dengan pengajian dan dilanjutkan dengan kegiatan usaha simpan pinjam. Penawaran pinjaman di lakukan pengurus dengan menyampaikan ketersedian dana kas yang ada, acara ini digunakan juga oleh pengurus untuk melaporkan keadaan keuangan pada anggota yang datang. Akhir kegiatan meliputi acara lain-lain yang diisi dengan musyawarah membahas bila ada permasalahan yang ada kaitannya dengan kegiatan simpan pinjam, hal tersebut akan ditampung baik saran ataupun masukan. 4. Tempat dan jadwal kegiatan simpan pinjam diatur menurut anggota yang ketepatan, bagi anggota yang seharusnya ketepatan tetapi tidak bisa menyelenggarakan bisa diganti oleh anggota lainnya dengan ketentuan jadwal anggota yang mengganti akan digantikan oleh anggota yang berhalangan ketepatan kegiatan dimaksud. 5. Keanggotaan baru, anggota baru yang akan menjadi anggota simpan pinjam Rukun Lestari diwajibkan membayar iuran sebesar kurang lebih sama dengan tabungan anggota lama, disamping bila anggota baru bukan dhuafa atau pekerja tetap tidak akan menerima Zakat, sodhakoh atau infak dari muzaki, tetapi bila anggota baru tersebut dhuafa atau pekerja tetap akan disamakan dengan anggota lama yang merupakan dhuafa atau pekerja tidak tetap. Norma atau aturan yang
telah dibuat dari hasil wawancara mendalam
dengan pengurus menyebutkan bahwa aturan yang paling diperlukan lembaga simpan pinjam saat ini adalah sangsi, disamping aturan lain yang sebenarnya belum memadai. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Pak Suryanto Bendahara II simpan pinjam rukun lestari yaitu :
61 ...Hambatan yang dirasa dalam memberi pelayanan disamping modal masih kurang, juga kesadaran anggota untuk menaati aturan. Semisal sudah diputuskan bahwa simpan pinjam dilakukan sewaktu kegiatan bulanan atau nyebrak seharusnya aturan awalnya harus sudah dikembalikan bulan berikut, tapi aturan tersebut kadang tidak ditaati dan tidak bisa dijalankan. Hal ini terjadi, karena kebutuhan mendesak sering tidak menunggu kegiatan/pertemuan bulanan. Kadangkala ada anggota datang kerumah untuk pinjam ini yang merepotkan, kalau tidak diberikan pinjaman Pak Suryanto jadi tidak enak dengan peminjam tapi kalau diberi saya berarti tidak menjalankan aturan dengan benar, dan hal ini menyebabkan Pak Suryanto kadang diluaran dicurigai oleh anggota lainnya. Repotnya lagi bila yang menyebrak aturannya tidak boleh melebihi besaran pinjaman yang ditetapkan sebesar Rp. 400.000,00 dan sebrakan harus dikembalikan pada bulan berikutnya, tapi yang meminjam tidak menepati janjinya. Hal-hal itulah yang disebabkan karena belum adanya sangsi yang mengikat kegiatan simpan pinjam. Aturan-aturan yang ada hasil kesepakatan sebenarnya harus dilembagakan oleh pengurus dan ditaati, serta dilaksanakan baik oleh pengurus sendiri maupun anggota simpan pinjam Rukun Lestari, tetapi karena tidak terlembagakannya aturan tersebut berdampak sedikit sekali anggota maupun pengurus memahami dan mengerti akan aturan perguliran dana dari simpan pinjam. Aturan hasil kesepakatan baru dimengerti kembali oleh anggota bila terjadi permasalahan dengan tunggakan yang menyebabkan kemacetan dana bergulir, bila tunggakan berlangsung terus dan bertambah jumlahnya bukan tidak mungkin hal tersebut akan berakibat macetnya kegiatan pengelolaan simpan pinjam, walaupun kenyataannya peminjam hanya 3 (tiga) atau 4 (empat) orang yang menunggak serta sebrakkan sebelum pelunasan banyak dilakukan anggota. Munculnya kesalahan pengelolaan sebagai dampak usaha mengaktifkan anggota pada pertemuan bulanan, adalah dengan di keluarkannya aturan sebrakan. Sejalan dengan kurang memadainya aturan dan tidak adanya sangsi berakibat pengurus juga kurang bisa menjalankan tugas dengan baik, kenyataan tersebut sesuai yang dikatakan oleh Pak Riswan Wandono sebagai berikut. ...Persepsi anggota dengan sistim simpan pinjam banyak belum memahami betul, hal ini dilihat dengan sikap yang ditunjukkan anggota yang menunggak kadang acuh tak acuh dan berharap bisa nyebrak dan pinjam terus, sebenarnya sebrakan harus dikembalikan pada bulan berikutnya. Tapi kadang hal tersebut tidak dilakukan dan menjadi tunggakan lagi.
62 Dampak dari aturan yang tidak dilembagakan berakibat anggota tidak paham dan tidak mengerti akan fungsi dan manfaat perguliran dana, hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Pak Isman sebagai berikut : …Hambatan memenuhi pinjaman yang pasti pada modal, serta kesadaran anggota akan manfaat simpan pinjam. Jadi keduanya seharusnya berimbang, dalam menyelesaikan tunggakan pengurus mengambil kebijakan pertama tama mengingatkan atau menghimbau agar anggota yang menunggak untuk berusaha mengangsur pinjaman, Bagi penunggak yang tidak hadir dalam pertemuan biasanya pengurus menugasi salah seorang pengurus untuk mendatangi rumah anggota yang menunggak, bila hal tersebut tidak terselesaikan baru pengurus mengambil jalan memotong lewat pembagian hasil penjualan kulit kurban dan tabungan anggota yang menunggak. Aturan anggota baru memang dari hasil musyawarah yaitu harus membayar modal awal sesuai dengan anggota lainnya, disamping anggota baru tidak berhak mendapat pembagian bila ada sumbangan dari Muzaki ataupun dari hasil penjualan kulit kurban di hari raya haji. Namun demikian pengurus mempunyai jalan keluar bila anggota itu dhuafa, modal awal tersebut dianggap pinjaman dan bisa diangsur. Pengamatan Pak Isman, anggota lama ada semacam keengganan /kecurigaan dengan anggota baru yang akan masuk, karena anggota baru tersebut akan mengurangi pembagian bila ada sumbangan serta mengurangi jumlah pinjaman. Hal tersebut pernah dialami Pak Isman dan Pak Kadar (Ketua) setelah menjadi anggota tahun 2004, kata pak isman setiap ada sumbangan dari muzaki atau dari hasil penjualan kulit, beberapa orang mencurigai kami bila juga dapat bagian. Padahal itukan bisa dilihat dilaporan setiap bulan jadi saya pikir kesadaran anggota berpengaruh dengan perkembangan anggota baru. Persepsi anggota menunjukkan bahwa belum ada kesadaran dan pemahaman pola pengelolaan usaha simpan pinjam disebabkan 19 orang atau (73,07 %) anggota simpan pinjam Rukun Lestari berlatar belakang pendidikan SMP ke bawah, sehingga aturan yang telah ada tidak mudah untuk dimengerti dan dipahami. Dilain pihak dikesampingkannya aturan tersebut disebabkan oleh belum adanya sangsi yang tegas, sehingga bila kebutuhan sifatnya mendesak walaupun mengerti aturan tetapi tetap dilanggar. Dari hasil kajian juga diketahui bahwa aturan lembaga masih mengatur lembaga dengan anggota, tetapi belum ada aturan mengenai hak dan kewajiban pengurus seperti adanya rapat koordinasi antar seksi di pengurusan secara rutin, dua bulanan atau tiga bulanan sekaligus membuat perencanaan dan mengevaluasi kegiatan untuk pengembangan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari.
63 Dari
hasil
paparan
tersebut
bisa
disebutkan
bahwa
lambannya
pengembangan masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari disebabkan adanya tingkat kesadaran, pengetahuan dan pemahaman anggota serta pengurus yang kurang memahami pengelolaan kelembagaan, dan berpengaruh pada keberdayaan masyarakat miskin sebagai anggota simpan pinjam Rukun Lestari. Jadi melembagakan aturan serta mensosialisasikan aturan yang ada perlu dilakukan oleh pengurus secara terusmenerus disamping anggota juga dengan kesadarannya mendukung aturan yang ada dengan mentaatinya. Manajemen Organisasi Manejemen dalam Kamus bahasa Inggris, Indonesia oleh (Echols dan shadily 1995) disebutkan bahwa manajemen berasal dari kata to manage berarti mengurus,
mengatur,
melaksanakan,
mengelola
serta
memperlakukan.
Penerapannya manejemen di lembaga biasa digunakan untuk memecahkan permasalahan yang timbul dengan pelaksanaan berorganisasi, merujuk pendapat (Siagian, yang dikutip dalam Tjahjono 2004) mendefinisikan manajemen sebagai proses
kegiatan
perencanaan,
pengorgnisasian,
pemberian
motivasi
dan
pengawasan yang dilakukan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Definisi manajemen tersebut dapat diartikan bahwa lembaga/organisasi seperti lembaga simpan pinjam Rukun Lestari merupakan wadah dimana kegiatan administrasi dan manajemen dijalankan relatif statis permanen. Perwadahannya akan menjadi penting bila ada beban kerja yang jelas, hasil kajian pengembangan masyarakat pada lembaga simpan pinjam Rukun Lestari menunjukkan bahwa kegiatan manajemen organisasi masih berkisar pada kegiatan perencanaan kegiatan rutin seperti kegiatan pertemuan bulanan yang diselenggarakan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Kegiatan manajeman di lembaga simpan pinjam rukun lestari masih terfokus pada usaha mengelola usaha simpan pinjam, jadi belum mengarah membicarakan perencanaan dan pengelolaan simpan pinjam yang ditujukan bagi pengembangan kegiatan ekonomi atau produksi yang bisa meningkatkan pendapatan anggota.
64 Kegiatan evaluasi dalam pengelolaan simpan pinjam selama ini juga belum didukung adanya unsur pengawasan yang dilembagakan, hal tersebut sesuai yang dikemukakan hampir semua anggota simpan pinjam rukun lestari. Adapun pendapat dari salah satu orang anggota yaitu Pak Suroyo mengemukakan sebagai berikut : ...Pengelolaan simpan pinjam yang ada dijalakan oleh pengurus dengan cara, pada mulanya pengurus menawarkan kepada anggota siapa saja yang akan pinjam pada pertemuan tersebut disamping pengurus juga menjelaskan berapa dana yang dapat dipinjam oleh anggota, bila dana tersebut masih tersisa maka kemudian ditawarkan bagi anggota yang akan nyebrak. Setelah kegiatan simpan pinjam dirasa cukup kemudian pengurus menjelaskan posisi terakhir keuangan juga menjelaskan siapa saja anggota yang belum bisa mengangsur cicilan bulanan. Bila acara tersebut dianggap cukup, selanjutnya dibuka acara lain-lain dengan menampung bila ada masalah atau saran dan masukan dari anggota dan dibahas dengan musyawarah. Adapun perencanaan program kedepan menurut Pak Suroyo belum ada, disamping badan pengawas juga belum ada. Perencanaan kedepan kaitannya dengan usaha untuk
menghasilkan
pendapatan anggota dan lembaga serta pengawasan belum dipunyai lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, hal ini disebabkan pengurus maupun anggota semuanya belum mengerti akan pelaksanaan usaha simpan pinjam yang benar. Pola pengelolaan usaha simpan pinjam
belum bisa dijalankan dengan baik,
disebabkan oleh semua pengurus belum mendapat pengetahuan, pelatihan maupun penyuluhan akan informasi mengenai pengelolaan usaha simpan pinjam. Hal itu terjadi karena simpan pinjam rukun lestari belum punya kerjasama dengan Dinas Koperasi sebagai unsur pemerintah, lembaga simpan pinjam yang sejenis ataupun belum ada akses ke pihak pemerintah Desa Sendangtirto. Modal Pada perkembangan lembaga ekonomi seperti usaha simpan pinjam Rukun Lestari, modal merupakan unsur penting dalam rangka meningkatkan pinjaman yang dapat digunakan bagi peningkatan usaha dan menggerakkan ekonomi anggota, walaupun hal itu tidak juga meninggalkan pengetahuan, ketrampilan, informasi serta pasar bagi kelangsungan pelaksanaan usaha. Bidang ekonomi yang dikemukakan oleh (firth,1969 yang dikutip dalam Sumartini dkk 2005)
65 menyebutkan bahwa konsep modal secara fungsional dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu : 1. modal sebagai asset produktif, 2. modal sebagai kontrol terhadap daya beli, 3. modal sebagai dana untuk investasi. Pengertian bidang ekonomi yang dikemukanan oleh Firth tersebut, menyebutkan modal merupakan salah satu unsur penting bagi pelaksanaan usaha. Hasil kajian menunjukkan bahwa modal yang dipunyai oleh lembaga simpan pinjam rukun lesatri belum mampu menunjang asset produktif dan sebagai dana untuk investasi dalam mengatasi harapan anggota, yaitu sebagai lembaga yang dapat membantu memberi solusi pemecahan masalah anggota sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga tersebut. Modal usaha yang diperlukan anggota untuk memulai usaha yang sesuai dengan kecukupan modal adalah kurang lebih Rp. 2.000.000,00 bagi usahanya, namun kemampunan lembaga simpan pinjam rukun lestari dalam menyediakan modal yang berbentuk pinjaman anggota masih sebesar Rp. 400.000,00, hal ini menunjukkan lembaga simpan pinjam masih belum mampu menyediakan modal dari kecukupan untuk usaha, sesuai yang diungkapkan Pak Sumedi sebagai wakil ketua Rukun Lestari menyebutkan sebagai Berikut : ...Sebagai wakil ketua sebenarnya Pak Medi sudah pernah bicara pada pak Kadar sebagai ketua lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, bagaimana mengupayakan usaha yang nyata yang berpengaruh pada pendapatan anggota. Bila modal pinjaman belum mencukupi sebagai modal perorangan, bisa ditempuh dengan berkelompok serta bagaimana sangsi bagi yang nunggak perlu diterapkan bukan sekedar himbauan. Memang usaha simpan pinjam belum banyak berpengaruh pada peningkatan ekonomi keluarga anggota dan yang pasti bagaimana mencari modal, meningkatkan modal untuk pinjaman bisa digunakan untuk modal usaha. Kelihatannya Pak Kadar maupun Pak Isman sebagai pendiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari banyak kesibukan dengan pekerjaan dan kegiatan lainnya, akibatnya program usaha simpan pinjam rukun lestari masih berjalan apa adanya seperti sekarang. Sedangkan pengurus lain bergerak dan tidak masih banyak bergantung kepada kedua orang tersebut Ketidak cukupan modal untuk pinjaman di usaha simpan pinjam Rukun Lestari sebagai modal usaha diungkapkan oleh Ibu Mariyam sebagai berikut ...Saya itu ya kadang nunggak angsuran, itu terjadi karena kadang penghasilan pekerjaannya dapat sedikit pada jual beli rongsokan
66 (barang bekas). Untuk dapat pendapatan banyak harus punya modal yang juga harus mencukupi. Bila Ibu Mariyam menunggak biasanya dia diingatkan oleh pengurus untuk tertib dalam pengembalian pinjaman. Harapanya kalau bisa pinjaman bisa dinaikan biar dapat untuk modal dalam usaha jual beli barang bekas, hal ini dikatakan biar modal yang cukup tersebut bisa menambah penghasilan. Bukan seperti sekarang modal yang Ibu Mariyan punyai kadang digunakan untuk kebutuhan yang tidak terduga, seperti musin hajatan dan usaha suami gaduh sawah menghasilakan panen yang kurang bagus. Kurang kecukupan modal yang dipunyai lembaga usaha simpan pinjam Rukun Lestari tersebut masih tetap bermanfaat bagi semua anggota, hal ini bagi yang sudah mempunyai usaha bisa untuk tambahan modal seperti yang diungkapkan oleh Ibu Pawiro sebagai berikut : ...Saya usaha jualan ini ya sudah lama, daripada saya hanya diam saja lebih baik usaha yang masih berguna untuk hidup. Usaha ini juga untuk membatu anak-anaknya, juga cucu-cucunya bila kepingin jajanan. Adanya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari itu cukup baik, hal itu bisa untuk mencari pinjaman bila Ibu Prawiro kehabisan modal untuk kolakan. Kurangnya modal yang dapat digunakan untuk meningkatkan pinjaman sesuai harapan anggota sebagai modal usaha yang mencukupi, disebabkan kesibukan pengurus intinya yaitu Pak Kadar dan Pak Isman dalam membuka peluang akan jejaring juga akses yang memungkinkan akan adanya informasi, pengetahuan dan ketrampilan serta dukungan modal dari pihak luar, disamping juga disebabkan adanya ketergantungan pengurus dengan kedua pendiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari tersebut. Pada hal lain upaya pemupukan modal yang dilakukan pengurus dengan meningkatkan iuran wajib belum disetujui anggota, disebabkan kurang ada kesadaran dan tidak mengerti pentingnya modal sebagai upaya meningkatkan pinjaman yang manfaatnya langsung pada anggota. Pada hal lain kegiatan perencanaan program yang mengarah pada upaya usaha ekonomi produktif belum dijalankan oleh pengurus, disamping juga belum ada unsur pengawas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi program kegiatan yang telah dilakukan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. Seharusnya perencanaan program yang mengarah pada kegiatan ekonomi produktif perlu dilaksanakan disamping adanya badan pengawas yang digunakan untuk mengevaluasi serta memonitor kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam.
67 Kapasitas Anggota Adapun kapasitas anggota dalam kajian pengembangan masyarakat terhadap kegiatan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa disampaikan sebagai berikut Pendidikan Anggota Pendidikan anggota suatu lembaga ekonomi akan berpengaruh pada tingkat kemampuan dalam memahami, dan mengerti pola pengelolaan usaha lembaga. Dengan tingkat pendidikan anggota tersebut akan berpengaruh pada tingkat kesadaran, akan aturan yang ditetapkan lembaga dalam rangka pengembangan usaha yang diupayakan oleh lembaga ekonomi tersebut. Hal ini terkait dengan pendidikan anggota simpan pinjam Rukun Lestari, dari hasil kajian yang dilakukan pada pengembangan masyarakat bisa disampaikan sebagai berikut. Dari Tabel 13 dibawah disebutkan bahwa sebanyak 2 orang atau
7,69 %
anggota berpendidikan pergurunan tinggi yang merupakan pelopor atau penggerak berdirinya lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dan sebanyak 5 orang atau 19,23 % anggota berpendidikan SMA serta sebanyak 19 orang atau
73,07 %
anggota berpendidikan SMP ke bawah yang menunjukkan pendidikan anggota tersebut berhubungan dengan pekerjaan sebagai pegawai tidak tetap yang tidak memungkinkan berpenghasilan memadai untuk kebutuhan ekonomi keluarga. Pendidikan sebagian besar anggota simpan pinjam Rukun Lestari adalah dibawah SMP berpengaruh terhadap pengetahuan, pemahaman dan kesadaran akan pola pengguliran dana simpan pinjam. Dari paparan permasalahan tersebut menunjukkan, masyarakat miskin sebagai anggota usaha simpan pinjam Rukun Lestari
perlu adanya pemberdayaan melalui lembaga simpan pinjam dengan
pengembangan masyarakat. Adapun data pendidikan, pendapatan anggota simpan pinjam
rukun
lestari
bisa
dilihat
pada
Tabel
13
di
bawah
ini.
Tabel 13 Pendidikan dan Pendapatan Anggota Simpan Pinjam Rukun Lestari Agustus 2006
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Nama Abdullah Umar Dwi Suatmaji Jumadi Kantiyo Kaswadi Mariyam Pardiman Purnomo Rumijan Sudiman Sumarji Riswan W Sumedi Suroyo Suryanto Tini Silistiyo Tatik Ibu Pawiro Suroso Kuntarto Ratinem Sudimulyono Mulyono Triatmini Kadar Bisri Isman
Jenis Kelamin
Status
Umur (Th)
Pendidikan
L L L L L P L L L L L L L L L P P P L L P P L P L L
Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Kawin Janda Kawin Kawin Kawin Bujang Janda Janda Kawin Kawin Kawin Kawin
70 39 45 48 37 55 46 32 34 48 36 43 50 38 30 53 46 60 30 28 65 60 60 36 52 50
SR SMA SD SD SMA SMP SMP SMP SD SD SMA SMP SMA SMA SD SMP SD SMP SMP Sarjana Muda Sarjana
Jumlah Tanggungan Keluarga (orang) 2 3 3 3 2 2 2 4 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
Kondisi Ekonomi Keluaga Pekerjaan Buruh Tani Karyawan Buruh Bangunan Tukang Batu Tukag Kayu Jual Rongsokan Tukang Listrik Bengkel Sepeda Tukang Pelitur Buruh Buruh Karyawan Satpam Tukang Batu Karyawan Warungan Warungan Buruh Tani Buruh Bangunan Ternak Buruh Tani Buruh Ibu Rumah Tangga Lebih Lebih
Pendapatan Perbulan (Rp) 500.000,00 1.135.000,00 650.000,00 600.000,00 700.000,00 600.000,00 700.000,00 700.000,00 650.000,00 450.000,00 560.000,00 720.000,00 960.000,00 650.000,00 1.300.000,00 1.250.000,00 600.000,00 450.000,00 700.000,00 250.000,00 300.000,00 500.000,00 1.300.000,00 1.000.000.00 1.000.000,00
Pengeluaran Perbulan (Rp) 435.000,00 1.003.000,00 628.000,00 594.000,00 690.000,00 588.000,00 67.3000,00 683.000,00 630.000,00 443.000,00 556.000,00 690.000,00 908.000,00 648.000,00 1.073.000,00 1.193.000,00 603.000,00 403.000,00 670.000,00 200.000,00 288.000,00 468.000,00 1248.000,00
Sisa Pendapatan Perbulan (Rp) 65.000,00 132.000,00 22.000,00 6.000,00 10.000,00 12.000,00 27.000,00 17.000,00 20.000,00 7.000,00 4.000,00 30.000,00 52.000,00 2.000,00 227.000,00 57.000,00 -3.000,00 47.000,00 30.000,00 50.000,00 12.000,00 32.000,00 52.000,00
Sumber: Hasil Wawancara Mendalam 68
69 Pendapatan Anggota Dari Tabel 13 di atas bisa disebutkan bahwa mereka yang berpenghasilan cukup sebanyak 6 orang atau (23,07 %) yaitu anggota dengan penghasilan lebih dari Rp. 1.000.000,00 sedangkan 6 orang tersebut dengan pekerjaan antara lain, 4 orang PNS dan Pensiunan PNS serta 2 orang baik suami dan istri anggota tersebut merupakan TKI yang memungkinkan berpenghasilkan lebih dari anggota lainnya, serta sebanyak 2 orang atau (7,69 %) berpenghasilan antar Rp. 750.000,00/per bulan sampai dengan Rp. 1.000.000,00 yang bisa digolongkan pada ekonomi keluarga yang berkembang dengan mengacu ukuran penghasilan berdasarkan kriteria (BPS Kabupaten Sleman , 2005) yang antara lain menyebutkan :1) Keluarga dengan pendapatan perorang Rp. 180.000,00/per bulan sampai dengan Rp.200.000,00/per bulan digolongan keluarga berkembang, 2) Keluarga dengan pendapatan perorang Rp. 150.000,00/per bulan sampai dengan Rp. 180.000,00/per bulan digolongakan keluarga hampir miskin, 3) Keluarga dengan pendapatan di bawah Rp. 150.000,00 /per bulan
digolongkan keluarga miskin dan sangat
miskin. Sedangkan sebanyak 3 orang atau (11,53 %) merupakan keluarga dengan penghasilan hampir miskin serta 15 orang atau (57,69 %) merupakan keluarga dengan
penghasilan
miskin.
Penghitungan
tersebut
pengkaji
golongkan
berdasarkan asumsi masing-masing keluarga mempunyai 4 orang anggota keluarga sesuai data dari hasil kajian lapangan. Dari uraian kondisi pendapatan anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari
tersebut bisa dilihat, pendapatan anggota ada hubungannya dengan
pegawai tidak tetap, disebabkan oleh pendidikan anggota untuk mendapatkan pendidikan dengan penghasilan yang kurang memadai. Hal ini juga dalam mengembangkan usaha bagi anggota yang telah mempunyai usaha ekonomi produktif tidak dapat berkembang, disebabkan tidak adanya akses informasi, pengetahuan dan ketrampilan, disamping anggota maupun lembaga belum punya wadah pengembangan usaha ekonomi produktif yang dapat digunakan bagi peningkatan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan lembaga untuk mensejahterakan anggotanya.
70 Keberfungsiansosial Anggota Keberfungsiansosial pada kajian pengembangan masyarakat ini difokuskan terhadap kapabilitas anggota dalam pemenuhan kebutuhan dasar, kapabilitas keluarga dalam melaksanakan peran sosial serta kapabilitas anggota dalam menghadapi permasalahan keluarga disamping pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta persepsi anggota dalam penggunaan dana pinjaman. Sebagai penjelasan hasil kajian tersebut bisa dipaparkan sebagai berikut : Kapabilitas Anggota Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Dari segi pendapatan anggota dengan pengeluaran sesuai data pada Tabel 13 di atas, terlihat kondisi anggota simpan pinjam Rukun Lestari sebanyak 18 orang atau (69,22 %) merupakan keluarga miskin dan hampir miskin, hal ini juga bisa dijelaskan bahwa dalam pembelian pakaian anggota keluarga dilakukan setahun sekali menjelang lebaran. Begitu juga dalam menghadapi keluarga sakit, anggota masih kadang-kadang datang ke Puskesman atau paramedis. Tempat tinggal anggota simpan pinjam rukun lestari kebanyakan tinggal di rumah hasil pembagian warisan dan sebagain masih tinggal dengan keluarga besar, serta bagi anggota yang mengkontrak rumah merupakan keluarga pendatang dan boro kerja. Kapabilitas dalam menjangkau pendidikan dasar dapat dijadikan ukuran dalam memenuhi kebutuhan human capital. Walaupun hampir sebanyak 19 orang atau (73,97 %) anggota merupakan berpendidikan rendah yaitu SMP kebawah, namun dari hasil kajian alokasi penggunaan dana pendapatan keluarga hampir rata-rata 5 sampai dengan 10 % pendapatannya digunakan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa ada keinginan atau kesadaran masyarakat miskin anggota simpan pinjam rukun lestari untuk berupaya merubah generasi dan investasi pendidikan di masa depan. Kapabilitas Anggota Dalam Melaksanakan Peran Sosialnya Pada kajian ini kapabilitas anggota yang menjadi focus kajian adalah mencari nafkah, mangasuh anak, mengerjakan kegiatan kerumah tangganan
71 mendorong pendidikan dan mengikuti kegiatan kemasyarakatan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam masyarakat miskin anggota simpan pinjam pada umumnya telah melaksanakan peran ekonomi keluarga secara optimal , yaitu telah berupaya menggunakan semua potensi yang dimiliki untuk mendapatkan penghasilan yang layak. Mengasuh anak oleh anggota simpan pinjam rukun lestari karena baik suami dan istri yang bekerja, banyak pengasuhan anak dilakukan oleh keluarga lain bahkan nenek atau kakeknya. Kegiatan kemasyarakatan banyak diikuti oleh anggota simpan pinjam rukun lestari semenjak adanya lembaga rukun lestari, kegiatan yang diikuti antara lain; aktif dalam kegiatan hajatan, kematian maupun gotongroyong/sambatan. Hasil yang nyata adalah adanya musibah gempa Yogyakarta, mereka termasuk aktif membantu bagi keluarga dilingkungan RW 04 atau sekitar Pedukuhan Dusun Dawukan yang kena musibah gempa bumi. Dengan cara bergilir waktunya mereka membantu menurunkan genteng merobohkan bangunan dan pembersihan puing-puing bangunan, hal itu juga pengkaji alami adanya lembaga tersebut pengkaji sempat diringankan bebannya dengan dibantu menurunkan genteng akibat rumah pengkaji kena gempa bumi dengan kondisi rusak sedang. Kapabilitas Anggota Dalam Menghadapi Permasalahan Keluarga Dalam menghadapi permasalahan ekonomi keluarga, rata-rata keluarga anggota simpan pinjam rukun lestari istri-istri turut membantu mencari nafkah, disamping juga melalui kerja sampingan dengan jalan berternak, membuat batubata, jual beli ternak dan sebagai penggoreng kacang ataupun membuka warung. Pada kebutuhan
mendesak
anggota simpan pinjam rukun
lestari
memanfaatkan pinjaman dan sebrakan disamping kebutuhan kesehatan kurang menjadi prioritas, hal ini digunakan untuk mengurangi pengeluaran keluarga, selain juga meminta bantuan keluarga untuk membantu ekonomi keluarga akibat munculnya permasalahan yang dihadapi anggota terhadap masalah ekonomi. Dari beberapa macam cara menghadapi permasalahan keluarga, ada cara untuk menanggulangan kemiskinan melalui SLT (santunan langsung tunai) terhadap 2 orang anggota dan 12 orang mendapat jatah pembelian beras raskin.
72 Pengetahuan, Ketrampilan Serta Persepsi Dan Sikap Anggota Dalam Penggunaan Dana Pinjaman Perencanaan dan cara menggunakan dana pinjaman dari lembaga simpan pinjam rukun lestari oleh anggota pola penggunaannya bervariasi, antara lain: bagi anggota yang sudah mempunyai usaha ekonomis produktif, pinjaman adalah upaya untuk menambah usaha atau sebagai jaganan bila modal habis atau berkurang. Jadi merupakan alternatif untuk menjaga keberlangsungan usaha anggota, mereka yang telah mempunyai usaha beranggapan keberlangsungan lembaga simpan pinjam sangat penting guna digunakan sebagai penjamin usaha dan diperlukan dananya sewaktu-waktu. Tapi bagi yang tidak punya usaha, pinjaman merupakan bagian untuk menghadapi gonjangan atau permasalahan ekonomi keluarga, sebab bila pendapatan tidak memungkinkan sebagian anggota yang tidak mempunyai usaha pinjaman dapat untuk menjaga keberlangsungan pendidikan anggota keluarga, disamping digunakan untuk menutupi kebutuhan konsumtif seperti listrik, pakaian ataupun pangan, bila sakit dan membeli barang yang dibutuhkan oleh anggota rukun lestari. Kesimpulan penggunaan dana pinjaman adalah bagi yang mempunyai usaha biasanya pinjaman telah direncanakan sebelumnya, bagi yang tidak mempunyai usaha ekonomis produktif dalam meminjan tanpa perencaan terlebih dahulu. Sistem Sumber Formal Dan Non Formal Sistem Sumber Formal Sistem sumber formal dan non formal merujuk pada Kamus Sosiologi (Soekanto 1985) adalah suatu sistem kerja yang cara pelaksanaannya berhubungan dengan organisasi, sistem sumber formal merupakan sistem organisasi dengan formulasi secara eksplisit (organisasi formal; organisasi resmi) dalam hal ini organisasi Pemerintahan melalui birokrasi secara terstruktur sedangkan sistem sumber non formal merupakan sistem hubungan-hubungannya yang tidak terformulasikan secara eksplisit dalam suatu organisasi (organisasi informal).
73 Merujuk pengertian tersebut di atas, maka sistem sumber bagi kegiatan pengembangan masyarakat merupakan salah satu unsur penting bagi suatu lembaga ekonomi dalam usaha untuk membuka jaringan kerja dengan lembaga sejenis maupun akses terhadap birokrasi pemerintah maupun swasta, stakeholders dalam rangka mendapatkan permodalan, pasar, pengetahuan, teknologi serta ketrampilan
bagi
pengembangan
usaha
lembaga
ekonomi
yang
dapat
memberdayakan anggotanya. Sistem sumber formal yang ada di pemerintah Desa Sendangtirto kaitannya dengan simpan pinjam Rukun Lestari belum terakses oleh lembaga dimaksud, disebabkan karena pengurus belum ada upaya mengembangkan usaha ekonomi produktif bagi pelayanan masyarakat miskin sebagai anggotanya disamping akses yang ada di pemerintah Desa Sendangtirto bisa didapat bila pengurus Rukun Lestari berupaya menjemput bola dan tidak hanya berharap pemerintah Desa Sendangtirto turun ke masing-masing kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat dilingkungan pemerintahan Desa Sendangtirto. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Aparat Desa Sendangtirto yaitu, Bapak Amir J Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat menyebutkan : … kegiatan arisan dan simpan pinjam, memang tidak semuanya bisa aparat Desa Sendangtirto ikuti apalagi sampai sekarang belum terdata secara tepat berapa kegiatan arisan dan simpan pinjam yang bergerak untuk menopang ekonomi masyarakat, tapi biasanya bagi kegiatan simpan pinjam yang mau mengembangkan aktifitasnya. Baru kami arahkan dimana harus mengurus kegiatannya dan berhubungan dengan Instansi mana. Jadi memang selama ini masyarakat penggeraknya yang harus aktif mencari akses dan kami sebagai aparat biasanya hanya merekomendasi kegiatan kepada Instansi Pemerintah yang mengarahkan kegiatan proyek wilayah Desa Sendangtirto pada kelembagaan kemasyarakatan mana yang kelihatannya sudah siap. Hasil
kajian
melalui
wawancara
mendalam
dengan
pihak
Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal (P2KPM) Kabupaten Sleman yang disampaikan oleh Bapak Drs Baker Kepala Seksi Kelembagan dan Badan Hukum Dinas P2KPM Kabupaten Sleman mengatakan : …Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa difasilitasi oleh Dinas P2KPM dengan cara antara lain : 1. pada dasarnya lembaga dimaksud bisa diarahkan/dikembangkan menjadi koperasi walau tidak memakai nama koperasi,
74 2. untuk menjadikan koperasi lembaga dimaksud jangan dipaksa, tetapi tumbuh dari kesadaran semua anggota yang di sesuaikan dengan kebutuhan lembaga tersebut, 3. untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan yang tentang aspek usaha, permodalan dan jaringan kerjasama tentang kelembagaan. Lembaga tersebut terlebih dahulu harus melayangkan surat yang ditujukan kepada Kepala Dinas P2KPM di Kabupaten Sleman, selanjutnya baru kami dengan staf bisa memberikan penyuluhan mengenai kelembagaan tersebut, 4. Persyaratan yang ditempun pada lembaga ekonomi lokal untuk menjadi koperasi yang berbadan hukum yaitu, langkah pertama : diberi penyuluhan atas pendirian koperasi oleh Dinas P2KPM Kabupaten Sleman, langkah kedua : lembaga tersebut mengadakan rapat anggota pendirian koperasi di hadiri Dinas P2KPM, dalam rapat anggota dibuat lima keputusan antara lain : 1) AD/ART, 2) Program kerja 3 tahun kedepan, 3) menetapkan pengurus, 4) menetapkan pengawas, 5) menetapkan kuasa pendiri. Langkah ketiga, diadakan penelitian oleh Dinas P2KPM Kabupaten Sleman dengan terlebih dahulu melengkapi berkas yang diperoleh dari kantor Dinas P2KPM Kabupaten Sleman mengenai pendirian koperasi dan minimal anggotanya 20 orang dengan dana awal sebesar Rp. 15.000.000,00 modal sendiri disertai dengan KTP anggota yang berdomisili di wilayah Kabupaten Sleman. Adapun hasil wawancara pengkaji dengan lembaga sejenis usaha simpan pinjam yang disampaikan oleh Ibu Mulyati Saminu sebagai ketua seksi usaha koperasi simpan pinjam Kelompok Tani Sendang Mulyo Dusun Sembung Desa Sendangtirto dengan usahanya pengolahan mete mengatakan : ...Bila lembaga simpan pinjam Rukun Lestari mau mendapat pengetahuan bagaimana cara berusaha mengolah mete, bisa saja dari Kelompok Tani Sendang Mulyo memberikan pengetahuan caranya mengolah mete dan bila sudah bisa Kelompok Tani Sendang Mulyo bisa juga diajak kerjasama. Sistem Sumber Non Formal Selain sistem sumber formal, sistem sumber non formal juga penting yang dapat digunakan sebagai pendukung, pengawas bahkan bila mampu sebagai sumber informasi,
pendanaan dengan modal penyertaan ataupun sebagai
stakeholders yang dapat menfasilitasi kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari dengan akses yang dipunyai oleh tokoh masyarakat dengan pemerintah Desa Sendangtirto, adapun bentuk dukungan, pengawasan yang dilakukan tokoh
75 masyarakat yang pengkaji temui dan wawancarai yaitu Bapak Drs Sarijo yang merupakan pengurus LPMD Desa Sendangtirto mengemukakan sebagai berikut : … mengenai manfaat adalah terjaganya solidaritas anggota serta partisipasinya dalam gotong royong, seperti adanya kematian, hajatan dan musibah seperti gempa bumi yogya. Adanya beberapa rumah roboh dan retak-retak. Adanya anggota Rukun Lestari yang diprakarsai pengurusnya telah meringankan beban masyarakat sekitar dengan kegiatan kerja bakti secara bergilir. Disamping itu Pak Sarijo sebagai pengurus P2KP (Proyek Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan) Desa Sendangtirto mengatakan akan membantu lembaga simpan pinjam Rukun Lestari agar mendapat suntikan modal berupa pinjaman bagi pengembangan ekonomi anggotanya melalui P2KP. Informasi sistem sumber non formal juga pengkaji lakukan dengan mewawancarai Bapak Sumeru SH yang merupakan Ketua RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto disamping sebagai anggota Perkumpulan Karyawan Karywati mengemukakan sebagai berikut : … aktifitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari kelihatannya berkembang dan berlanjut sampai sekarang, sedangkan kondisi kehidupan anggota sekarang ini bisa dikatakan banyak anggota merupakan ekonomi lemah. Namun sebenarnya dengan adanya gemba bumi yogya disamping menurunkan daya beli masyarakat, tetapi juga merupakan peluang anggota paguyuban rukun lestari yang sebagian merupakan kuli bangunan. Dengan adanya gemba bumi yogya menjadikan peluang kerja di sektor pembangunan perumahan cukup tersedia dan ongkos kerja tukang maupun peladen menjadi naik yang semula tukang itu bayarannya Rp. 25.000,00 per hari menjadi Rp. 35.000,00 per hari begitu juga untuk pembantu tukang (peladen) yang semula hanya Rp. 17.500,00 per hari naik menjadi Rp. 25.000,00 per hari. Sedangkan untuk ibu-ibunya dengan banyaknya dibangun perumahan sebagainya merupakan peluang kerja dibidang pembantu rumah tangga, jualan sayur maupun membuka angkringan ataupun makanan jadi sebab kata beliau dilingkungan perumahan ibu-ibunya banyak yang berkerja jadi ada peluang untuk makanan serta warungan atau jualan sayur. Dari hasil paparan terhadap sistem sumber formal maupun non formal, memang diperlukan kemauan dan kesadaran serta memberikan waktu luang yang lebih bagi pengurus lembaga simpan pinjam Rukun Lestari untuk dapat menjemput bola akan akses yang sebenarnya ada dan dapat digunakan sebagai jalan membuka jejaring dalam upayanya mengembangkan usaha yang bergerak dibidang ekonomi produktif dalam upayanya meningkatkan tingkat sosial
76 ekonomi anggota yang lebih baik, sehingga diharapkan anggota tidak sekedar hanya sebagai peminjam saja akan tetapi juga bisa menyisihkan penghasilannya untuk di tabung sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga dan merupakan harapan masyarakat miskin sebagai anggota.
Potensi Lokal
Potensi yang dimaksud di sini adalah variasi pada kemampuan masingmasing pribadi untuk mempengaruhi perubahan sosial atau mengarahkan proses sosial, (perbedaan kemampuan sosial potensial) (Soekanto 1985) di lingkungan sosial atau lembaga yang menjadi tujuan semua anggota dengan perubahan sosial yang dikehendaki bersama. Atas dasar pengertian potensi lokal tersebut, dari hasil kajian teridentifikasi potensi yang mungkin bisa digunakan untuk generator (penggerak) perubahan sosial dari lembaga simpan pinjam Rukun lestari, yaitu yang mengarah pada tiga hal : 1. Hubungannya dengan aktifitas Individu masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari, yaitu :a) Usaha warungan, b) Usaha gorengan kacang, c) Pembuatan batu bata, d) Usaha warung angkringan, e) Ternak kambing, f) Ternak kenari, g) Tukang kayu, h) Tukang politur, i) Jual beli barang bekas/rongsokan, j) Usaha bengkel sepeda. 2. Hubungannya dengan aktifitas kelompok lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, yaitu: a) Usaha simpan pinjam, b) Kegiatan pengajian, c) Gotong-royong / sambatan. 3. Hubungannya dengan aktifitas lingkungan sekitar dimana lembaga simpan pinjam Rukun Lestari berada, yaitu; Sarana prasarana ekonomi antara lain : a) Usaha perikanan oleh kelompok tani ikan Minajaya Dusun Wotgaleh Desa Sendangtirto, b) Usaha pengolahan mete oleh kelompok tani Sendang Mulyo Dusun Sembung Desa Sendangtirto, c) Usaha kerajinan tangan di Dusun Sekarsuli Desa Sendangtirto, d) Usaha penggemukan sapi oleh
77 kelompok tani Serba Usaha di Dusun Klodangan Desa Sendangtirto, d) Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) pelaksana P2KP Desa Sendangtirto. Sarana prasarana pendidikan antara lain : a) SD Negeri dan Swasta, b) SMP Muhamadiyah, c) Pondok Pesantren Ibnul Qoyyim. Sarana prasarana kesehatan adanya Puskesmas Pembantu di Desa Sendangtirto dan Rumah Sakit Bedah. Sarana prasarana informasi dan pengetahuan yaitu adanya TV Swasta Yogya TV. Sarana prasarana pasar adanya pasar rakyat untuk menjual produksi hasil pertanian dan ternak yaitu Pasar Pahing Potensi lokal yang ada bisa digunakan untuk rujukan kegiatan ekonomis produktif dalam pembuatan strategi dan program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, adalah dengan membuka jaringan kolaborasi dengan lembaga yang sejenis dalam rangka peningkatan pendapatan lembaga dan anggota.
Performa Lembaga Simpan Pinjam Perkembangan Lembaga Perkembangan lembaga simpan pinjam Rukun Lestari bisa dilihat dari keragaan atas nasabah, besarnya dana bergulir, simpanan dan pinjaman disamping tunggakan yang terjadi di lembaga dimaksud. Adapun perkembangan lembaga tersebut bisa disampaikan sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 14 di bawah diketahui bahwa secara akumulatif jumlah peminjam dari tahun ketahun semakin berkurang, hal ini dengan ditunjukkan peminjam tahun 2000 sebanyak 27 orang menjadi 24 orang pada tahun 2005 sedangkan jumlah anggota dari tahun 1999 sampai dengan 2006 tidak banyak mengalami perubahan dan cenderung tetap walaupun ada anggota yang keluar dan masuk. Besaran nilai pinjaman untuk anggota dari tahun 2000 dan tahun 2001 sebesar Rp. 100.000,00 dan meningkat pada tahun 2002 menjadi sebesar Rp. 150.000,00 serta pada tahun 2003 sampai tahun 2004 besaran pinjaman meningkat
78 menjadi sebesar Rp. 200.000,00 hingga tahun 2005 pinjaman meningkat menjadi Rp. 400.000,00 sampai sekarang tahun 2006 sewaktu kajian dilaksanakan. Simpanan anggota dari hasil kajian menunjukkan, simpanan anggota turun naik dengan keluar masuknya anggota yang berpengaruh pada kurang mendukung iuran bulanan untuk pemupukan modal secara signifikan dalam membantu meningkatkan besaran pinjaman. Hal ini disebabkan iuran anggota masih terlalu kecil sebesar Rp. 2.000,00 per bulan dimulai tahun 2004 dan pada tahun sebelumnya besarnya iuran bulanan hanya sebesar Rp. 1.000,00 per bulan. Dana sebagai pemupukan modal yang cukup mendukung dalam meningkatkan besaran pinjaman adalah dari dana infak, zakat dan shodakoh para muzaki, disamping adanya kesadaran warga di RW 04 Dusun Dawukan untuk memberikan sodakoh dari hasil penjualan tanah bagi lembaga simpan pinjam paguyuban rukun lestari serta hasil penjualan kulit kurban diwaktu hari raya haji. Rendahnya kesadaran anggota simpan pinjam rukun lestari sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap atas kepercayaan anggota pada lembaga dimana anggota bernaung, hal ini terlihat bahwa kesadaran anggota memang perlu untuk ditumbuhkan, karena kelihatan anggota lebih suka meminjam daripada menyimpan sebagai akibat masih banyak
sumbangan dari pihak luar seperti
sodakoh dan infak. Menumbuhkan kesadaran anggota sangat diperlukan, karena adanya kesadaran berarti juga menciptakan budaya menabung yang bermanfaat ganda, dari satu sisi anggota diajarkan untuk dapat mengatur keuangan atas ekonomi keluarga disisi lain dengan dana tersebut bisa digunakan untuk pemupukan modal yang bermanfaat untuk menunjang meningkatkan jumlah pinjaman yang dengan sendirinya bermanfaat kembali pada anggotanya. Tunggakan di simpan pinjam Rukun lestari terlihat dari tahun ketahun juga cenderung mengalami peningkatan, hal ini disebabkan antara lain; belum ada sangsi yang mengatur tunggakkan anggota, disamping kurangnya kinerja pengurus mensosialisasikan aturan yang telah dibuat dan melembagakan aturanaturan yang telah disepakati bersama oleh semua anggota. Kajian tersebut juga menunjukkan bahwa aturan yang ada di lembaga tersebut memang belum memadai bagi pelaksanan pengelolaan simpan pinjam. Perkembangan tunggakan yang sangat mencolok peningkatannya adalah pada tahun 2004 sebesar
79 Rp. 1.250.000,00 meningkat pada tahun 2005 menjadi Rp. 2.760.000,00 atau meningkat hampir (220 %), jadi semakin besar modal dan jumlah pinjaman yang diberikan berpengaruh pula dengan semakin besarnya jumlah tunggakan. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh kurang aktifnya anggota dalam mengikuti pertemuan rutin, disebabkan kesadaran dan pemahaman anggota tentang kemanfaatan perguliran dana belum dipunyai. Faktor rendahnya pendidikan dan pekerjaan sangat berpengaruh terhadap pemahaman dan kesadaran anggota untuk pengembalian pinjaman, karena besaran pinjaman kurang dapat mendukung sebagai modal usaha, sehingga pinjaman bagi anggota yang tidak memiliki usaha banyak mengarah penggunaannya untuk kebutuhan konsumtif. Meningkatnya besaran pinjaman oleh anggota juga menunjukkan mulai tumbuh kesadaran anggota akan kemanfaatan dari lembaga simpan pinjam rukun lestari, tetapi hal tersebut juga harus diikuti oleh kinerja pengurus perlu ditingkatkan dalam rangka memotivasi dan melembagakan aturan serta mulai terpikirkan upaya merencanakan kegiatan usaha ekonomis produktif bagi peningkatan pendapatan dan evaluasi program sebagai cara untuk memperbaiki pola pengelolaan usaha simpan pinjam. Kurang aktifnya anggota juga mempengaruhi pemahaman pengurus tentang pola pengelolaan yang diharapkan oleh anggota, aturan sebrakan merupakan cara memotivasi anggota untuk datang bagi anggota yang kurang aktif dan tidak bisa mengasur pinjaman. Aturan sebrakan bisa diberikan asalkan besaran sebrakan tidak melebihi besaran pinjam yang ditetapkan sebesar Rp. 400.000,00. Padahal aturan sebrakan tersebut memberi celah terjadi bertambah besarnya kemacetan pinjaman, hal ini kelihatan tidak disadari oleh pengurus akan dampak yang ditimbulkannya yaitu bertambah besar tunggakan dikemudian hari bisa berpengaruh pada macetnya pengelolaan simpan pinjam, karena modal macet tersebut berpengaruh pada proses pengelolaan usaha simpan pinjam. Tidak adanya mekanisme perencanaan untuk meningkatkan pendapatan anggota melalui usaha ekonomis produktif dan pengawasan serta evaluasi secara berencana, dipengaruhi oleh belum dipunyainya pengetahuan pengelolaan usaha simpan pinjam dan kurangnya kinerja pengurus simpan pinjam rukun lestari. Adapun perkembangan kelembagaan bisa dilihat pada Tabel 14 di bawah ini :
Tabel 14. Jumlah Nasabah, Dana Bergulir, Dana Infak, Shodaqoh, Simpanan dan Pinjaman Anggota, Serta Tunggakan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Th 1999 – 2005
Tahun 1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
26
22
24
24
Aspek Nasabah 27 27 (orang) Dana bergulir 2.890.500,00 3211700,00 (Rupiah) Dana Infak 490.000,00 490.000,00 (Rupiah) Simpanan 459.000,00 324.000,00 (Rupiah) Pinjaman 2.170.000,00 2.450.000,00 (Rupiah) Tunggakan 360.000,00 430.000,00 (Rupiah) Sumber: Laporan Tahunan Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
3.853.700,00 -
4.147.400,00 -
4.355.400,00 -
8.599.100,00 2.946.500,00
312.000,00
288.000,00
624.000,00
624.000,00
3.350.000,00
3.670.000,00
3.980.000,00
7.094.000,00
580.000,00
870.000,00
1.250.000,00
2.760.000,00
80
81 Pola Pengelolaan Merujuk pada ilmu manajemen dalam pola pengelolaan kegiatan yang baik dan sesuai tujuan yang ditetapkan lembaga, bisa diukur mengacu pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang digunakan untuk melihat hasil pelaksanaan tugas yang dilakasanakan baik seseorang atau sekelompok orang dalam lembaga/organisasi. Pada lembaga usaha simpan pinjam Rukun Lestari untuk melihat maju mundurnya pengelolaan usaha simpan pinjam tersebut bisa mengacu pada perencanaan sebelumnya, dengan cara mengevalusi kegiatan dari aspek perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi kegiatan. Adapun pola pelaksanaan kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari bisa dilihat dari ketiga aspek tersebut, yaitu ; Perencanaan : Pola pengelolaan usaha suatu lembaga akan berjalan dengan baik apabila pelaksanaan kegiatannya didukung oleh suatu perencanaan yang terprogram dengan baik. Pada pelaksanaan kegiatan suatu perencanaan yang baik memang membutuhkan suatu proses yang panjang dan direncanakan secara bertahap. Pola pelaksanaan perencanaan yang dilakukan oleh lembaga simpan pinjam rukun lestari dijalankan secara isidentil dengan melihat apabila terjadi masukan, saran dan permasalahan. Kegiatan perencanaan di simpan pinjam rukun lestari belum dilakukan, walaupun sebenarnya melalui acara lain-lain pada setiap pertemuan bulanan bisa membahas hal tersebut sesuai urgensinya. Partisipasi dalam perencanaan program menunjukkan kesadaran yang kurang dari anggota, hal ini terjadi karena banyak anggota pada setiap pertemuan bulanan mewakilkan kehadiran pada istri atau anggota keluarga lain. Dari paparan tersebut menunjukkan kurangnya partisipasi anggota disebabkan lemahnya kinerja pengurus dalam memotivasi dan mengkoordinasi masyarakat miskin sebagai anggotanya, hal lain kurangnya kesadaran anggota akan petingnya pembahasan suatu rencana kerja berakibat penguruspun tidak masksimal dalam memahami, mengerti apa yang diharapkan oleh anggota.
82 Pelaksanaan : Pelaksanaan pelayanan terhadap anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dari tahun ke tahun memang sudah ada peningkatan dari jumlah peningkatan besarnya pinjaman, disamping adanya perubahan iuran mulai tahun 2004 dari iuran bulanan Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 2.000,00 dan dimaksukkannya penggalangan dana sosial melalui iuran kesejahteraan sosial sebesar Rp. 1.000,00 bagi santunan anggota yang mengalami sakit dengan santunan yang diberikan sebesar Rp. 25.000,00 walaupun jumlah satunan bagi anggota yang sakit tersebut masih kecil namun hal ini paling tidak dapat membantu meringankan anggota yang sakit, dengan kunjungan anggota yang lain untuk menjenguk bisa berpengaruh secara psikis untuk mempercepat penyembuhan. Perbaikan pelayanan dari beberapa yang sudah diupayakan menunjukkan masih kurangnya pelayanan yang dirasakan oleh sebagain besar anggota, yaitu adanya aturan yang tidak tegas terhadap sangsi atas kesadaran anggota yang menunggak sehingga anggota kurang tergugah dan cepat mengupayakan pengembalian. Munculnya aturan mengenai sebrakan
dengan tidak dibarengi
adanya sangsi yang tegas akan memicu peningkatan tunggakan baru dan bisa berubah menjadi dana macet semakin bertambah, disamping memungkinkan terjadinya pengelolaan usaha simpan pinjam dikemudian hari akan tidak berjalan. Kondisi yang ada sekarang seharusnya juga sudah mulai dipikirkan adanya aturan-aturan penunjang untuk menjaga kesinambungan pengelolaan simpanpinjam akan sangsi yang tegas untuk ditaati, baik oleh pengurus maupun anggotanya. Jadi kurang aktifnya anggota untuk datang di pertemuan bulanan bukan berarti terus dibuat aturan yang longgor untuk menarik anggota untuk aktif datang. Seharusnya dengan kinerja pengurus yang kurang maksimal tersebut baik anggota dan pengurus sudah terpikir bagaimana membuat program usaha ekonomi produktif bagi peningkatan pendapatan anggota dan memberdayakan melalui pengembangan masyarakat miskin, partisipasi aktif anggota dilakukan melalui pertemuan bulanan di acara lain-lain dengan musyawarah seluruh anggota dan tidak harus menunggu diadakan pada akhir tahun pelaksanaan pengelolaan usaha simpan pinjam rukun lestari.
83 Selain itu bila unsur lembaga kurang menunjang peningkatan pelayanan karena faktor rendahnya pendidikan, pengetahuan, ketrampilan dan pendapatan anggota yang rendah, maka lembaga harus berupaya lain dengan menjemput bola seperti peluang atas akses sistem sumber formal maupun non formal dengan membuka jaringan kerja baik dengan pemerintah, swasta atau lembaga sejenis. Evaluasi : Evaluasi merupakan unsur penting dalam pelaksanan manajemen lembaga simpan pinjam, karena dengan evaluasi akan didapat kekurangan dan kelebihan dari pola pengelolaan lembaga simpan pinjam. Dilain pihak adanya evaluasi dapat untuk mengetahui hambatan-hambaan apa saja yang berpengaruh pada pelaksanan pengelolaan usaha, sehingga pengelolaan usaha tidak bisa dijalankan dengan baik dan lancar akan dapat diketahui dengan adanya evaluasi. Hal ini juga dapat untuk mengetahui program apa saja yang telah berhasil dan kemudian dipertahankan dan program yang tidak berhasil untuk dicari solusi pemecahan masalahnya melalui partisipasi aktif seluruh anggota lembaga simpan pinjam. Hasil dari evaluasi tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan usaha simpan pinjam Rukun Lestari masih belum dapat mendukung upaya peningkatan pendapatan anggota, disebabkan oleh kinerja pengurus yang belum maksimal. Kecilnya jumlah pinjaman merupakan faktor yang mempengaruhi pengelolaan usaha simpan pinjam tidak masksimal, disamping produk aturan yang kurang tepat dalam upaya memberdayakan masyarakat miskin sebagai anggota, seperti : 1. aturan anggota baru, masih dianggap berat bagi anggota yang akan masuk. 2. aturan pinjaman dan sebrakan masih memberi peluang terjadinya kemacetan pinjaman, dan diperkirakan bertambah besar diwaktu mendatang, 3. aturan yang ada belum memadai, disamping belum ada sangsi untuk mencegah terjadinya penyelewangan keuangan, kemacetan modal lembaga, 4. kecilnya iuran bulanan belum bisa digunakan untuk penambahan pemupukan modal dan peningkatan jumlah pinjaman anggota, 5. belum adanya program ekonomi produktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan anggota, disamping belum ada unsur pengawasan,
84 6. kurangnya kesadaran dan pemahaman pengurus, anggota terhadap kemanfaatan perguliran dana simpan pinjam, karena semua pengurus belum mempunyai pengetahuan serta ketrampilan tentang pengelolaan usaha simpan pinjam
Ikthisar Performa Program Usaha Simpan Pinjam Rukun Lestari Simpan pinjam Rukun Lestari merupakan program lembaga ekonomi lokal, yang kemanfaatannya dapat memberikan akses permodalan tanpa harus adanya anggunan pada pemimjam yaitu masyarakat miskin sebagai anggota. Lambannya perkembangan permodalan dalam pengelolaan usaha simpan pinjam dalam memberikan pelayanan kepada anggota disebabkan adanya kinerja pengurus yang kurang maksimal dalam mengupayakan terobosan pengembangan lembaga ekonomi lokal dalam rangka memberdayakan masyarakat miskin RW 04 Dusun Dawukan Sendangtirto sebagai anggotanya, sehingga tujuan yang ditetapkan oleh lembaga masih jauh dari harapan anggota, yaitu sebagai lembaga yang menopang ekonomi anggota dalam meningkatkan pendapatan keluarga dan lembaga.
85 STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI Analisis Masalah dan Tujuan Salah satu tantangan pembangunan yang strategis dalam rangka mengatasi ketidakberdayaan masyarakat adalah melalui upaya pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam pelaksanaan pembangunan perdesaan. Hal ini terutama didasari oleh fakta bahwa masih terbatasnya akses masyarakat desa terhadap berbagai sumber ekonomi, pembangunan perdesaan untuk menumbuhkan keberdayaan harus bersandar pada aspirasi dan partisipasi masyarakat desa sehingga pemberdayaan masyarakat di suatu wilayah/daerah dapat diwujudkan. Atas dasar itulah maka partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan menjadi sangat penting, masyarakat ditempatkan sebagai pelaku utama atau subyek dalam pembangunan. Pembangunan merupakan kapasitas berkelanjutan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, sehingga setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk dapat mengembangkan kapasitasnya atas hak terhadap kesempatan dalam mencapai kehidupan yang layak. Atas dasar tersebut maka seluruh elemen dalam masyarakat merupakan bagian penting untuk diberdayakan menuju suatu tingkat perkembangan yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri. Salah satu cara pemberdayaan masyarakat bisa ditempuh melalui pendekatan kelembagaan, karena melalui lembaga proses untuk mewujudkan dan membina penyesuaian akan bertambah efektif di antara sumber dan kebutuhan sosial. Menurut
(Soetarso, 2003 yang dikutip dalam Syahwie dkk 2004)
mengemukakan pendekatan kelembagaan perlu dilakukan melalui antara lain : 1. Pendekatan atas dasar tujuan yaitu suatu pendekatan untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan serta perumusan ulang suatu tujuan baik secara spesifik ataupun umum. 2. Pendekatan proses adalah suatu pendekatan yang menekankan pada tumbuh dan berkembangnya suatu proses yang melibatkan sebagian besar warga atau melalui sistem perwakilan dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ini lebih menekankan pada aspek kerjasama dan berkembangnya integrasi masyarakat dan kemampuan untuk berfungsi sebagai satu kesatuan untuk menanggulangi permasalahan secara bersama.
86 Dari uraian dua pendekatan di atas melalui input dan output diharapkan upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan, sehingga lembaga yang ada dapat berfungsi secara optimal. Pemberdayakan masyarakat harus dapat dilihat sejauhmana lembaga dapat melakukan interaksi yang sinergis (jaringan) dalam memenuhi kebutuhan sosial dan penanganan masalah sosial warga masyarakat. Kinerja lembaga juga berpengaruh pada berbagai upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan masyarakat. Hasil pemetaan sosial dan evaluasi program pengembangan masyarakat di Desa Sendangtirto melalui Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari, penulis lakukan dengan mengajak anggota simpan pinjam mencari sebab akibat mengapa lembaga simpan pinjam perlu penguatan kapasitas dan memikirkan bagaimana alternatif pemecahan masalah dengan membuat rancangan program atas kegiatan yang ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat miskin sebagai anggotanya. Sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat, kegiatan tersebut diarahkan langsung pada akar persoalan, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dengan mengutamakan partisipasi dari bawah bersama-sama dengan masyarakat mengembangkan kesadaran atas potensi, masalah dan kebutuhan masyarakat, khususnya dalam pengembangan kapasitas secara partisipatif. Penyusunan program pengembangan masyarakat antara lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dengan anggotanya dengan kegiatan sebagai berikut : Analisis Masalah Masalah adalah suatu kesenjangan antara kondisi yang ideal dengan kondisi yang ada pada saat ini. Kondisi yang ideal bisa berupa kondisi yang diharapkan atau yang diidamkan atau dicita-citakan, tetapi bisa juga sesuatu yang sebenarnya bisa dicapai, tetapi karena sesuatu hal tenyata belum diwujudkan (Sumardjo & Saharudin 2003). Dalam memperkuat kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari untuk memberdayakan masyarakat miskin sebagai anggotanya, maka diperlukan identifikasi permasalahan berkaitan dengan perlunya penguatan kapasitas lembaga
87 simpan pinjam tersebut. Adapun langkah-langkah kegiatannya berupa diskusi kelompok terfokus (FGD) bersama masyarakat, dilanjutkan perumusan masalah dan kebutuhan anggota lembaga simpan pinjam. Kegiatan tersebut dihadiri oleh pengurus, anggota, aparat kelurahan, tokoh masyarakat dan Dinas Perdagangan, Perindustian dan Koperasi, Penanaman Modal Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dalam pertemuan tersebut adalah metode Participatory Rural Appraisal (PRA), yaitu memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada seluruh peserta dari anggota lembaga simpan pinjam dalam menemukenali masalah yang ada pada lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan menuliskan pada selembar kertas yang telah dibagikan, kemudian dari masukan dan saran dari para peserta dibahas untuk pengelompokan masalah, serta mencari sebab timbulnya masalah dan akibatnya. Pada alternatif pemecahan masalah tersebut, pengkaji kembali mengajak peserta untuk mengungkapkan dengan menuliskan pada selembar kertas yang telah dibagikan, selanjutnya dibahas kembali dan dianalisa bersama. Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan masyarakat miskin sebagai anggota lembaga simpan pinjam dan pengurus simpan pinjam rukun lestari telah teridentifikasi permasalahan-permasalahan yang dapat dikatagorikan sebagai berikut : Permasalahan yang berkaitan dengan kapasitas lembaga anatara lain : 1. Rendahnya pengetahuan pengelolaan perguliran dana disebabkan karena, belum dipunyainya pengetahuan pengelolaan usaha, disamping rendahnya kemauan pengurus dalam mengakses sistem sumber. 2. Terjadinya kemacetan pinjaman dari perguliran dana disebabkan karena, belum adanya sanksi bagi yang menunggak, norma kurang melembaga dan pendapatan anggota yang rendah. 3. Jaringan kerja belum dipunyai disebabkan karena, kurangnya pengetahuan pengurus dalam berorganisasi, pengurus kurang proaktif terhadap akses sistem sumber baik formal maupun non formal, disamping belum adanya koordinasi pengurus dengan stakeholders. 4. Program kerja yang mengarah usaha ekonomi produktif belum ada disebabkan oleh, rendahnya partisipasi anggota sehingga pengurus tidak memahami
88 keinginan anggota, tidak adanya pertemuan rutin antar pengurus serta kurangnya kapasitas/kemampuan pengurus 5. Kecilnya modal usaha untuk memberikan pinjam sebagai modal yang memadai disebabkan
oleh,
permodalan/bank,
lembaga kurang
belum
mempunyai
kesadaran
anggota
akses akan
pada
sistem
manfaat
untuk
meningkatkan iuran sebagai upaya pemupukan modal yang dapat untuk memperbesar jumlah pinjaman. Permasalahan yang berkaitan dengan kapasitas masyarakat miskin sebagai anggota meliputi ; 1. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan disebabkan oleh rendahnya pendidikan anggota sejumlah 19 orang atau 73,09 % berpendidikan di bawah SMP, disamping tidak dimilikinnya keahlian/ketrampilan usaha. 2. Rendahnya pendapatan anggota disebabkan anggota sebagai pegawai tidak tetap dengan pendidikan yang rendah, sehingga mendapat peluang kerja yang tidak sesuai disamping terbatasnya sarana dan prasarana kerja pendukung. 3. Kurang adanya kesadaran manfaat berorganisasi disebabkan oleh rendahnya pemahaman dan pengetahuan anggota terhadap organisasi berpengaruh terhadap keaktifan mengikuti pertemuan bulanan, disamping disebabkan oleh tunggakan angsuran yang dialami anggota. Berdasarkan hal tersebut,
permasalahan yang dirasakan oleh lembaga
simpan pinjam rukun lestari bersifat kompleks meliputi kapasitas anggota dan lembaga dengan aspek ekonomi, sosial dan psikologis yang saling berkaitan. Asepk ekonomi berkaitan dengan terbatasnya modal dan kemampuan pengelolaan usaha, serta belum ada perencanaan program pada usaha ekonomi produktif untuk meningkatkan pendapatan anggota. Sedangkan aspek sosial berkaitan dengan aksesibilitas simtem sumber, yaitu terbatasnya akses terhadap lembaga perbankkan juga ketidak mampuan menjangkau sistem sumber baik formal dan non formal yang ada di dalam komunitas. Adapun aspek psikologis, berkaitan dengan ketidaktahuan memperoleh tambahan modal, disamping informasi tentang sistem sumber yang terbatas. Sehingga tujuan dari lembaga sebagai tempat penyedia modal untuk meningkatkan pendapatan anggota agar berdaya masih belum bisa terpenuhi sesuai harapan masyarakat miskin sebagai anggotanya.
89 Dari permasalahan yang teridentifikasi tersebut, melalui diskusi kelompok dirumuskan kembali permasalahan yang paling dirasakan peserta, sehingga diketahui masalah yang pokok mengarah pada lemahnya manajemen lembaga oleh pengurus dalam mengupayakan pelayanan pemenuhan kebutuhan anggota. Dari
gambaran
permasalahan
tersebut
diagram
masalah
yang
menggambarkan masalah inti, penyebab dan akibat dari masalah terhadap perkembangan lembaga bisa disajikan dalam Gambar 4 di bawah ini : Masyarakat miskin belum berdaya
Terbatasnya sistem sumber lembaga dalam menunjang pengelolaan usaha dan modal usaha yang diharapkan
Belum ada usaha ekonomi produktif dalam meningkatkan pendapatan lembaga dan anggota
Tidak optimal kinerja pengurus
AKIBAT
Lemahnya manajemen pengelolaan usaha simpan pinjam
Rendahnya pengetahuan dan kemampuan pengurus dan anggota dalam pengelolaan usaha
Kurangnya modal oleh lembaga untuk memenuhi modal usaha
Belum ada perencanaan program, monitoring dan evaluasi pada pengelolaan usaha
Kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota tokoh masyarakat dan instansi terkait
SEBAB
Sumber: Hasil pengorganisasian masalah dengan Anggota Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Gambar 4 Analisis Permasalahan Dalam Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
Dari Gambar 4 di atas menunjukkan permasalahan lemahnya manajemen lembaga disebabkan oleh rendahnya kapasitas anggota dan kinerja pengurus,
90 penyebab permasalahan tersebut berhubungan dengan pengetahuan dan ketrampilan pengurus maupun anggota masih terbatas dalam pengelolaan perguliran dana. Akses sistem sumber dalam pengelolaan usaha belum dipunyai lembaga, disamping terbatasnya dana kelompok sebagai pemupukan modal. Rendahnya kesadaran, pengetahuan serta pemahaman anggota terhadap lembaga berakibat anggota tidak aktif mengikuti pertemuan bulanan, sehingga berpengaruh pada pemahaman pengurus akan keinginan anggota. Hal ini terkesan kegiatan lembaga hanya simpanan dan pinjaman serta penagihan bagi yang menunggak, disamping manajemen usaha dilakukan dengan cara sederhana. Dari analisis lemahnya manajemen lembaga yang disebabkan kinerja pengurus belum optimal, juga dipengaruhi oleh kesadaran anggota dalam berpartisipasi terhadap proses pengelolaan, perencanaan program dan kegiatan evaluasi. Penguatan kapasitas lembaga diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi melalui kerjasama dengan berbagai pihak seperti unsur pemerintah, masyarakat dan lembaga sejenis dalam menggalang dukungan dan fasilitasi. Analisis Tujuan Analisis tujuan dilakukan melalui analisis masalah dan perumusan tujuan program yang akan dicapai bersama masyarakat, disamping menyusun informasi secara sistematik untuk menghasilkan rencana program kegiatan yang dipakai dalam pengembangan masyarakat. Setelah masalah inti terumuskan oleh peserta, selanjutnya analisis tujuan dan tindakan direncanakan sesuai penyebab dan akibat masalah. Dari analisis masalah diketahui keinginan dan kebutuhan yang dirasakan peserta untuk mempertahankan simpan pinjam, hal ini muncul adanya kesadaran kemanfaatan serta fungsi lembaga simpan pinjam Rukun Lestari sebagai penyedia pendanaan / modal bagi penunjang ekonomi keluarga, disamping pempererat ikatan sosial dan relasi diantara anggota. Dicapainya tujuan melalui lembaga, hasilnya diharapkan mampu menjadi motor penggerak untuk memberdayakan masyarakat miskin. Mengacu pada harapan peserta FGD disusunlah analisis tujuan sebagai model rancangan tindakan yang akan dilakukan oleh lembaga simpan pinjam
91 dalam mengatasi permasalahan. Analisis tujuan bisa dilihat pada Gambar 5 di bawah : Pemberdayaan masyarakat miskin
Terbentuknya sumber pendanaan untuk meningkatkan pelayanan pada anggota
Meningkatnya kemampuan usaha melalui bidang usaha produksi, jaringan usaha, dan hubungan sosial kemasyarakatan
Optimalnya kinerja pengurus
Hasil
Kuatnya manajemen lembaga dalam mengelola simpan pinjam
Penguatan Human Capital
Penguatan Economic Capital
Penguatan Social Capital
Membuka Jaringan Kerjasama
Meningkatkan kualitas pengetahuan,ketrampilan baik pengurus dan anggota ¾ Pelatihan manajemen kelembagaan ¾ Pelatihan ketrampilan usaha ¾ Pelatihan perencanaan partisipatif ¾ Studi banding di lembaga sejenis yang berhasil
Meningkatkan dana lembaga simpan pinjam ¾ Merencanakan program ekonomis produktif, melalui pengolahan mete usaha warungan dan peternakan kambing serta burung parkit ¾ Meningkatkan iuran bulanan ¾ Menaikkan iuran kesejahteraan sosial
Memperkuat ikatan dan keeratan antar anggota dan pengurus ¾ Acara lain-lain sebagai media merencanakan program, monitoring dan evaluasi serta Ruang untuk partisipasi aktif seluruh anggota dalam membicarakan permasalahan lembaga
Untuk kemandirian dan keberlanjutan lembaga simpan pinjam ¾ Menjajaki pembentukan koperasi ¾ Pandampingan ¾ Alternatif modal usaha ¾ Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak
Tindakan
Gambar 5 Analisis Rancangan Aksi dalam Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
92 Analisis Alternatif Kegiatan Tahapan ini dilaksanakan setelah peserta menentukan sendiri apa permasalahan yang sedang terjadi dan dirasakan, potensi-potensi apa yang dimiliki dan kebutuhan-kebutuhan apa yang sangat mendesak. Rumusan masalah diawali dengan menyampaikan analisis tujuan dan prioritas masalah yang ditetapkan dari kesepakatan peserta sebelumnya, dilanjutkan dengan menentukan alternatif pemecahan masalah dengan cara pengkaji membagikan kembali selembar kertas untuk mendapat masukan rancangan tindakan yang diharapkan. Adapun rancangan tindakan bisa terlihat pada Gambar 5 di atas, merupakan pola mengatasi permasalahan yang ada pada lembaga simpan pinjam rukun lestari. Dari analisis tujuan yang menghasilkan rancangan tindakan serta disusunnya alternatif kegiatan tersebut, digunakan dalam rangka penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari. Setelah didapat masukan dari peserta dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya pengkaji tuangkan pada diagram alternatif kegiatan yang menggambarkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Analisis alternatif kegiatan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 15 di bawah. Analisis Pihak Terkait Analisis pihak terkait digunakan untuk melihat alternatif kegiatan dan bagaimana menjalankannya, dengan demikian didapat perlunya peran dari seluruh anggota lembaga simpan pinjam serta peran tokoh masyarakat dan pihak terkait baik secara formal maupun non formal. Melalui diskusi terfokus (FGD) peserta dapat memberikan kontribusi dalam pelaksanaan program dengan menuliskan harapannya pada kertas yang telah pengkaji bagikan. Setelah semua mengisi dan mengembalikan kembali, selanjutnya dengan dibantu oleh sekertaris rukun lestari bersama-sama dengan peserta mengidentifikasi kekuatan dan keterbatasan masing-masing stakeholder serta menentukan bagaimana meningkatkan peran yang diberikan stakeholder bagi pengembangan masyarakat. Penyusunan analisis pihak terkait dalam penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari sesuai Tabel 16 di bawah.
93 Tabel 15. Matriks Alternatif Kegiatan Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
No 1.
2.
3.
4.
Alternatif Kegiatan
Hasil Yang Diharapkan
Dampak Terhadap Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Tumbuh kesadaran seluruh anggota akan kekuatan sendiri dalam mengelola usaha simpan pinjam
Asumsi
Penguatan Human Pengurus dan Kuatnya kapabilitas Capital. anggota punya pengurus dan anggota Peningkatan pengetahuan dan dalam aktifitas pengetahuan ketrampilan pelayanan, aktifitas pengelolaan usaha. usaha , tumbuh usaha berdampak ¾ Pelatihan rasa percaya diri kelembagaan manajemen, serta mampu semakin kuat kelembagaan dan mengelola usaha kapasitasnya ketrampilan simpan pinjam. ekonomi produktif ¾ Pelatihan perencanaan pastisipasi ¾ Studi banding pada lembaga sejenis yang berhasil Penguatan ¾ Lembaga ¾ Lembaga mampu ¾ Meningkatnya Economic Capital memiliki dana menyediakan modal lembaga Meningkatkan dana memadai bagi modal usaha yang dalam pemenuhan lembaga, usaha modal usaha memadahi modal usaha, produksi.. anggota. ¾ Lembaga dan jaminan atau ¾ Meningkatkan ¾ Tercipta usaha anggota punya santunan kesehatan dana lembaga produksi untuk sumber bagi anggota ¾ Dilaksanakannya meningkatkan pendapatan ¾ Dipunyainya usaha iuran bulanan dan pendapatan tambahan produksi oleh IKS lembaga dan lembaga sesuai ¾ Merencanakan anggota sesuai potensi yang kegiatan usaha potensi yang di dimiliki anggota dan ekonomis miliki anggota yang ada di produktif berupa lembaga lingkungan pengolahan mete, simpan pinjam masyarakat usaha warungan, dan potensi ternak kambing yang ada di serta burung parkit lingkungan Penguatan ¾ Tercapai tujuan ¾ Terintegrasi ¾ Kelembagaan Social Capital lembaga kegiatan lembaga mampu Mendorong pastisipasi melalui simpan pinjam melaksanakan aktif seluruh anggota. program ¾ Tumbuh pengelolaan usaha ¾ Merencanakan pengembangan kesadaran seluruh secara partisipatif program, masyarakat anggota akan ¾ Pengelolaan usaha monitoring dan ¾ Ada hubungan manfaat lembaga berkelanjutan evaluasi kebersamaan, simpan pinjam ¾ Membuat kekerabatan pembagian tugas melalui norma pengurus yang disepakati ¾ Pertemuan bulanan dalam lembaga sebagai ruang partisipasi anggota Membuka jaringan ¾ Ada dukungan, Ada hubungan Adanya jaringan kerjasama dan antara lembaga fasilitasi kerjasama lintas bantuan kemitraan. dengan sektor dan kolaborasi
94 Mendukung program dan keberlangsungan pelayanan. ¾ Pendampingan ¾ Kerjasama dengan stakeholders ¾ Menjajaki pembentukan koperasi
pelatihan, dukungan permodalan
stakeholders, isntansi terkait serta kerjasama dengan lembaga sejenis
Tabel 16. Analisis Pihak Terkait Dalam Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukum Lestari
Kekuatan
Keterbatasan
Upaya Peningkatan Peran ¾ Meningkatkan kesadaran, pastisipasi aktif dalam menguatkan kapasitas lembaga
No
Peran
1.
Anggota simpan pinjam Rukun Lestari
¾ Memiliki kemauan ¾ Rendahnya untuk merubah nasib pengetahuan dan dalam ketrampilan mengembangkan ¾ Rendahnya lembaga, melalui pendapatan potensi usaha warungan, pengolahan mete, ternak kambing dan ternak parkit ¾ Memiliki kepercayaan antar anggota
2.
Pengurus simpan pinjam Rukun Lestari
¾ Adanya kepercayaan ¾ Belum memadahi dari anggota pengetahuan, ¾ Dipatuhi oleh anggota ketrampilan ¾ Adanya kemauan mengelola untuk lembaga mengembangkan lembaga dan anggota
Peningkatan kinerja serta pengetahuan dan ketrampilan mengelola usaha
3.
Tokoh masyarakat
Dipatuhi oleh masyarakat
¾ Meningkatkan dukungan dan motivasi
4.
Lembaga sejenis yang berhasil
¾ Kerjasama kolaborasi
5.
Pengurus BKM
Punya usaha produksi ¾ Kerjasama harus unggulan, pasar, saling pengetahuan dan menguntungkan teknologi Memiliki kewenangan ¾ Terbatasnya untuk memfasilitasi tenaga dan waktu pembiayaan, menyiapkan ¾ Terbatasnya dana dan mengatur pengelolaan untuk memenuhi usaha banyaknya peminjam
¾
Menjadwalkan fasilitasi pembayaran dan pendampingan
6.
Pemerintah Desa
Memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan wilayah pemerintahan Desa
− − −
Fasilitasi Dukungan Informasi program
Tidak memiliki dana
Terbatasnya anggaran
95 7.
Dinas P2KPM
Memiliki kewenangan dan program − Pelatihan manajemen, kelembagaan − Pelatihan wirausaha − Pendanaan (pinjaman modal) − Informasi pihak pemodal
Harus melalui birokrasi
Melalui surat permohonan − Fasilitasi dan dukungan
Penyusunan Program Dan Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Penyusunan program dan strategi penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dilakukan dengan mempertimbangkan potensi yang dimiliki, disamping secara bersama-sama dengan peserta menentukan kegiatan yang diinginkan dalam rangka penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam. Adapun potensi yang teridentifikasi adalah : 1. Secara
Human
Capital,
adanya
keswadayaan
masyarakat
membantu
penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan masyarakat, disamping kepercayaan anggota terhadap lembaga yang cukup tinggi dalam mengikuti pertemuan rutin walau sebagian anggota mewakilkan. 2. Berdasarkan Social Capital, terlihat dari faktor sosial budaya ; gotong-royong, kekerabatan saling menolong, solidaritas sosial antar anggota cukup tinggi. 3. Adanya perkumpulan karyawan karyawati dan lembaga sosial seperti Badan Keswadayaan Masyarakat yang dapat digunakan sebagai stakeholders sekaligus mediator diantara berbagai stakeholdes. 4. Secara Economic Capital, umumnya anggota merupakan pegawai tidak tetap dengan ekonomi digolongkan miskin dan hampir miskin, disamping adanya potensi yang dimiliki anggota antara lain; usaha warungan, ternak kambing dan burung parkit bisa dijadikan peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan anggota, adanya lembaga sejenis yang mempunyai usaha pengolahan mete bisa diajak bekerjasama untuk peningkatan pendapatan lembaga dan anggota. 5. Dukungan dan fasilitasi dari pihak aparat Desa, Dinas P2KPM Kabupaten Sleman dengan pelatihan manajemen, ketrampilan usaha dan permodalan.
96
Program Program penguatan kapasitas disusun berdasar partisipasi dan musyawarah, dengan menghasilkan keputusan tujuan program dinamai :“Program Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin” Tujuan Tujuan dari Program tersebut adalah : 1. Meningkatkan pendapatan anggota melalui kegiatan ekonomi produktif, dengan mengingat potensi yang dimiliki anggota serta peluang usaha yang dirancang secara bersama-sama. 2. Mendorong peningkatan kualitas, pengetahuan dan ketrampilan pengurus terhadap pengelolaan usaha simpan pinjam. 3. Meningkatkan dana lembaga melalui peningkatan iuran bulanan untuk membangun kemandirian. 4. Meningkatkan aktivitas, komunikasi, koordinasi antar pengurus dan anggota. 5. Merencanakan jaringan kerjasama dan kemitraan kolaborasi untuk mengakses peluang usaha dan permodalan. Sasaran Adapun sasaran program tersebut adalah : 1. Masyarakat miskin sebagai anggota, sehingga berdaya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. 2. Pengurus simpan pinjam rukun lestari, dengan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pengelolaan usaha disamping melaksanakan kegiatan dijalankan secara partisipatif. 3. Pihak terkait yang ada di wilayah Desa Sendangtirto baik pemerintah, swasta, masyarakat, organisasi keagamaan serta tokoh masyarakat yang dapat dijadikan sistem sumber baik formal maupun non formal untuk mendukung kegiatan simpan pinjam rukun lestari dan keberlangsungan penanggulangan
97 kemiskinan terhadap masyarakat miskin dengan program pengembangan masyarakat dapat berkelanjutan. Kegiatan-Kegiatan Yang Dilaksanakan Pelaksanakan penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari diharapkan dapat memberikan penguatan kapasitas internal organisasi melalui penguatan
human
capital,
economic
capital
dan
social
capital
serta
mengoptimalkan kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan dan kemudahan akses terhadap sistem sumber dengan membuka jaringan kerja dan kemitraan dengan lembaga sejenis. Apabila upaya ini berhasil, diharapkan mempengaruhi peningkatan modal untuk memberikan pinjaman usaha sesuai yang diharapkan sebagai modal usaha kerja oleh anggota. Adanya modal usaha diharapkan anggota dapat meningkatkan pendapatan keluarga dan secara perlahan dapat membantu mengatasi kemiskinan dan ketergantungan dengan pihak muzaki dalam memberikan infak, sodakoh dan zakat, yang kemamfaatannya dapat dialihkan pada warga masyarakat miskin lainnya di lingkungan Padukuhan Dawukan ataupun wilayah Desa Sendangtirto. Program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dilaksanakan dengan berbagai program, antara lain : 1. Penguatan Human Capital, dengan menjemput bola akan akses jaringan kerja diharapkan ada bantuan pelatihan pengelolaan usaha, manajemen organisasi, kelembagaan dan pelatihan perencanaan partisipatif serta ketrampilan usaha untuk meningkatkan kualitas dan kesadaran akan potensi lembaga. 2. Penguatan Economic Capital, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan keberdayaan anggota dengan kegiatan : a. Merencanakan dan menjajaki pembentukan koperasi diperlukan untuk mendukung permodalan dan peningkatan ketrampilan pengelolaan usaha mete, usaha warungan, ternak kambing maupun ternak parkit. Hal ini diharapkan sebagai upaya menemukan peluang usaha ekonomis produktif serta kemampuan mengelola usaha dengan kegiatannya secara partisipatif. b. Meningkatkan tabungan anggota melalui iuran anggota, kegiatan ini menekankan kesadaran anggota perlunya meningkatkan iuran untuk
98 pemupukan modal meningkatkan pinjaman yang bisa untuk modal usaha. Melalui diskusi secara partisipatif disepakati peningkatan iuran bulanan menjadi Rp. 4.000,00 per bulan yang semula Rp. 2.000,00 per bulan. c. Peningkatan besaran iuran kesejahteraan sosial, ditingkatkannya iuran kesejahteraan akan membantu anggota dalam meningkatkan jaminan kesehatan anggota yang digunakan bagi anggota yang mengalami musibah atau menderita sakit. Kegiatan ini disepakati dinaikan dari Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1.500,00 dengan besaran santunan yang semula hanya Rp. 25.000,00 menjadi Rp. 40.000,00 per anggota. 3. Penguatan Social Capital, dengan program ini diharapkan meningkatnya manejemen lembaga sejalan ditingkatkannya kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan untuk menjalankan lembaga sebagaimana tujuan yang ditetapkan dengan kegiatan antara lain : a. Meningkatkan peran acara lain-lain pada setiap pertemuan untuk sarana partisipasi aktif anggota, disamping musyawarah dalam menyikapi masukan, saran dan permasalahan kegiatan ini juga bisa untuk merencanakan progran, pengawasan dan evaluasi kegiatan. b. Membuat perencanaan pembagian kerja pengurus dan tanggung jawab anggota terhadap perkembangan kelembagaan simpan pinjam c. Mengupayakan kegiatan variatif dalam mengatasi pendapatan anggota dengan kegiatan ekonomi produktif dengan jalan mendatangkan narasumber sesuai kebutuhan lembaga dan anggota, disamping melembagakan kegiatankegiatan yang telah berjalan seperti : pengajian, keikutsertaan dalam gotong royong, menengok anggota yang sakit serta aturan/norma yang telah disepakati dalam pengelolaan usaha simpan pinjam. 4. Jaringan Kerja dan Penguatan Kemitraan a. Membuka akses jaringan kerja baik sistem sumber formal atau non formal seperti BKM Desa Sendangtirto terhadap permodalan melalui P2KP, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal (P2KPM) Kabupaten Sleman, dengan kegiatan antara lain : Penyuluhan kelembagaan dan pendirian koperasi, fasilitasi sumber permodalan, pendampingan teknis dilakukan sebagai upaya membuka kegiatan usaha ekonomi produktif.
99 b. Menjalin kerjasama kemitraan dengan stakeholders dan kerjasama lembaga sejenis yang ada di wilayah Desa Sendangtirto disamping mengadakan studi banding, serta menjalin dan menjaga kerjasama dengan organisasi agama. yaitu takmir masjid Nurul Huda di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan akan keberlangsungan dana zakat, infak dan shodakoh dari muzaki. Berdasarkan program di atas, rincian rencana kegiatan penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini :
99
Tabel 17. Rencana Kegiatan Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Th 2006 – 2007 No 1.
Program Penguatan human capital
Tujuan ¾ Peningkatan kualitas pengetahuan pengelolaan usaha ¾ Punya ketrampilan usaha ekonomis produktif
2.
Penguatan economic capital
¾ Dana lembaga meningkat ¾ Ada usaha produksi melalui usaha ekonomis produktif
Indikator ¾ Trampil mengelola usaha ¾ Adanya kegiatan usaha produksi oleh lembaga ¾ Meningkat dana pinjaman untuk modal usaha ¾ Adanya usaha produksi
¾ Terlaksana jaminan kesehatan ¾ Keaktifan pengurus dan anggota yang hadir ¾ Pembagian tugas sesuai perannya ¾ Dipahami norma yang telah dilembagakan ¾ Pelayanan meningkat ¾ Ada usaha ekonomis produktif ¾ Pendapatan lembaga dan anggota meningkat
3.
Penguatan social capital
¾ Mendorong partisipasi aktif seluruh anggota dalam perencanaan program, monitoring dan evaluasi ¾ Pertemuan bulanan sebagai wadah komunikasi antar pengurus dan anggota
¾ Menumbuhkan kesadaran pengurus dan anggota akan kemanfaatan lembaga ¾ Membuat kegiatan variatif, usaha ekonomis produktif, pengajian dan informasi ¾ Melaksanakan pertemuan bulanan secara rutin ¾ Pembagian kerja pengurus
4.
Jaringan kerjasama dan kemitraan
¾ Mendukung program dan keberlangsungan pelayanan ¾ Tersedia modal dari pihak luar ¾ Informasi pasar dan teknologi
¾ Pendampingan, fasilitasi ¾ Kerjasama dengan stakeholders ¾ Merencanakan pembentukan koperasi
Sasaran Pengurus dan anggota
¾ Seluruh anggota simpan pinjam Rukun Lestari
¾ Anggota ¾ Pengurus
¾ Pengurus Rukun Lestari ¾ Pengurus BKM ¾ Lembaga sejenis ¾ Dinas P2KPM
Waktu dan Biaya ¾ Direncanakan tahun 2007 ¾ Uang saku anggota a.Rp 50.000,00 X 4 org = Rp 200.000,00 Dilaksanakan mulai bulan Nopember 2006 Iuran Bulanan Rp 4.000.00 dan IKS Rp 1.500,00 Dana dan Waktu kegiatan disesuaikan pihak penyelenggara ¾ Pelaksanaan pertemuan bulanan mulai September 2006 Rp 75.000,00 sekali sebulan ¾ Pertemuan Pengurus secara triwulan biaya a.pertemuan Rp 50.000,00
Dilaksanakan sesuai jadwal pihak terkait pada th 2006 s/d th 2007 Biaya perjalanan, uang saku pengurus a.Rp25.000,00X4 kali =Rp100.000,00
Pelaksana Dinas P2KPM ¾ Pengurus BKM ¾ Lembaga sejenis
Sumber Swadaya masyarakat dan bantuan dari sistem sumber baik formal dan non formal
¾ ¾
Anggota Pengurus lembaga Pengurus BKM Kel. Tani Sendang Mulyo
¾ Swadaya masyarakat ¾ P2KP
Anggota dan pengurus lembaga
Swadaya masyarakat
¾
¾ ¾
¾
¾ Pengurus dan anggota ¾ Tokoh masyarakat ¾ Pengurus BKM ¾ Dinas P2KPM
Swadaya lembaga, P2KP dan Dinas P2KPM
99
Kegiatan ¾ Pelatihan manajemen lembaga, kewirausahaan dan perencanaan ¾ Studi banding pada lembaga sejenis yang berhasil ¾ Meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan iuran bulanan dan IKS ¾ Usaha pengolahan mete dan usaha warungan serta ternak kambing dan ternak parkit.
100 Situasi Pendukung Pelaksanaan Program Penyusunan program kerja dalam memperkuat kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, perlu memperhatikan situasi-situasi tertentu yang dapat dijadikan pelancar pelaksanaan rancangan program yang telah disusun dan direalisasikan sesuai tujuan yang telah dibuat secara partisipatif oleh seluruh anggota. Adapun situasi-situasi tersebut antara lain : 1. Terbangunnya kesadaran pengurus maupun anggota, tentang pentingnya kelembagaan simpan pinjam sebagai lembaga permodalan dalam mengatasi masalah ekonomi anggota sebagai upaya meningkatkan pendapatan keluarga. 2. Lembaga yang ada di desa Sendangtirto seperti BKM, Takmir Masjid Nurul Huda, Dinas P2KPM dan lembaga sejenis seperti Kelompok Tani dan Perkumpulan Karyawan Karyawati semakin memberikan perhatian pada upaya pengembangan masyarakat miskin dilingkungan RW 04 Dusun Dawukan. Hal tersebut ditandai dengan kesediaannya memfasilitasi kegiatan dan mendukung program yang telah ditetapkan lembaga simpan pinjam rukun lestari. 3. Adanya potensi yang dimiliki anggota berupa usaha warungan, ternak kambing dan ternak burung kenari sebagai alternatif peningkatan pendapatan anggota, sedangkan lembaga sejenis dalam hal ini kelompok tani Sendang Mulyo dalam kesediaannya dalam kerjasama pengolahan mete. Strategi Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Strategi penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dalam rangka meningkatkan menejemen lembaga melalui kinerja pengurus dalam menyelenggarakan
pelayanan
terhadap
anggota,
dalam
upaya
untuk
memberdayakan masyarakat miskin dilakukan dengan cara antara lain : 1. Secara langsung, berupa : a. Penguatan economic capital, yaitu meningkatnya iuran bulanan anggota yang semula Rp. 2.000,00 dan mulai Nopember 2006 menjadi Rp. 4.000,00 serta ditingkatkannya iuran kesejahteraan sosial pada bulan yang sama dari Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1.500,00 dengan santunan bagi anggota yang sakit semula Rp. 25.000,00 per orang menjadi Rp. 40.000,00 per orang, disamping direncanakan usaha pengolahan mete dengan kerjasama dengan
101 pihak Kelompok Tani Sendang Mulyo, pinjaman modal usaha warungan bagi anggota melalui BKM pengelola P2KP Desa Sendangtirto, serta direncanakannya
kegiatan
ekonomi
produktif
dalam
meningkatkan
pendapatan anggota dan lembaga melalui usaha pengolahan mete, usaha warungan dan ternak kambing serta ternak burung parkit sesuai potensi yang dimiliki oleh anggota dan lingkungan sekitar. b. Penguatan human capital, dengan mendorong peningkatan pengetahuan pengelolaan usaha dan ketrampilan usaha bagi anggota yang akan berpengaruh pada penguatan manajemen organisasi dengan bentuk pelatihan manajemen, ketrampilan usaha dan studi banding terhadap lembaga yang sejenis yang telah berhasil. c. Penguatan social capital, yaitu dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya kelembagaan akan berpengaruh terhadap peran aktif anggota pada pertemuan bulanan sebagai wadah untuk membangun kerekatan dan keterikatan antar anggota rukun lestari dengan dilembagakannya tindakan bersama dan perilaku kerjasama yang diatur dalam norma-norma yang disepakati bersama. d. Pengembangan jaringan kerjasama dan kemitraan, untuk mendapatkan pelatihan manajemen pengelolaan usaha, pengetahuan usaha berupa kegiatan ekonomi produktif
serta fasilitasi permodalan dan jaringan
kerjasama. Sedangkan dengan kemitraan melalui studi banding akan didapat masukan akan pengetahuan, pasar serta pola pengelolaan yang benar untuk dijadikan pijakan dalam membuat perencanaan program lembaga. 2. Secara tidak langsung membantu lembaga simpan pinjam rukun lestari dalam : a. Membantu membuat perencanaan program dan strategi pengembangan masyarakat, hasilnya bisa untuk acuan kerja penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dalam memberdayakan masyarakat miskin. b. Di ketahuinya program penanggulangan kemiskinan oleh pihak pemerintah Desa Sendangtirto, selanjutnya bisa membantu memfasiitasi kegiatan serta mengarahkan program proyek dari instansi terkait untuk mendukung program pengembangan masyarakat. Seperti kegiatan ekonomi produktif dan sanitasi melalui kegiatan P2KP.
102 c. Memberi informasi pada Dinas P2KPM adanya embrio kegiatan ekonomi lokal yang bisa diarahkan dan difasilitasi menjadi koperasi lewat perencaan program instansi tersebut. Strategi pelaksanaan penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dilakukan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan melalui pertemuan bulanan dengan waktu yang disepakati bersama, mengundang seluruh anggota, tokoh masyarakat, aparat desa dan Dinas P2KPM. Pertemuan diadakan membahas masalah kaitannya dengan program pada tahun mendatang. Adapun strategi pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari adalah sebagai Gambar 6 di bawah ini :
Tidak langsung
Pemerintah Desa Dinas P2KPM
Fasilitas, dukungan dalam upaya pengembangan usaha
Keberdayaan masyarakat miskin
Program penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari
Lembaga simpan pinjam Langsung
Rukun Lestari
A. Pengetahuan economic capital ¾ Rencana ekonomis produktif ¾ Meningkatnya iuran bulanan dan IKS B. Penguatan human capital ¾ Pelatihan manajemen, kelembagaan ¾ Pelatihan ketrampilan usaha C. Penguatan social capital ¾ Meningkat partisipasi anggota dalam pertemuan bulanan, perencanaan program dan evaluasi D. Membuka jaringan kerja ¾ Kemitraan ¾ Dukungan dan fasilitasi ¾ Studi banding
¾ ¾ ¾ ¾ ¾
¾ ¾
Kinerja pengurus optimal Pengetahuan dan ketrampilan usaha Modal usaha meningkat Perlindungan kesehatan meningkat Pertemuan bulanan dan triwulan bagi pengurus Meningkatnya besaran pinjaman Adanya jaringan kerjasama
Gambar 6 Strategi Pelaksanaan Program Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
103 Pelaksanaan kegiatan yang telah disusun bersama seluruh anggota lembaga simpan pinjam serta untuk menjaga kesinambungannya, maka perlu disusun strategi dalam penguatan kapasitas lembanga simpan pinjam rukun lestari seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Menguatkan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai organisasi swadaya masyarakat adalah dengan mengembangkan modal sosial yang dimiliki, seperti membuat jaringan kerjasama dan kemitraan dengan pihak luar, meningkatkan kesadaran untuk saling mempercayai baik pengurus maupun anggota dan stakeholders yang terkait dengan semangat kebersamaan dan perluasan cukupan kegiatan dengan menemukan usaha ekonomi produktif yang sesuai kemampuan, kondisi serta daya dukung lingkungan dan harapan anggota. Strategi yang disusun adalah dengan mengembangan modal sosial yang dimiliki lembaga dan masyarakat lingkungannya, dengan demikian kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah melalui pengembangakan potensi ekonomi lokal dengan kegiatan ekonomi produktif, disamping penggalangan dana dan jaringan kerjasama serta kemitraan dengan pihak luar. Selanjutnya terjalinnya kerjasama yang kuat antara stakeholders, lambat laun lembaga akan menguat, karena kegiatan dapat disusun dan dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat miskin anggota lembaga simpan pinjam rukun lestari. Meningkatkannya keswadayaan seluruh anggota melalui motivasi dan tumbuhnya kesadaran untuk berperan aktif terhadap pengelolaan usaha akan berpengaruh pada kemandirian anggota bertumpu pada lembaga simpan pinjam rukun lestari. Strategi dan program yang dibuat, selanjutnya ditentukan alur kegiatan penyusunan program dengan menentukan kegiatan penguatan ekonomi dan kegiatan penguatan sosial. Hasil penguatan ekonomi dapat digunakan untuk pengembangan penguatan sosial atau dapat juga untuk pengembangan program. Begitu sebaliknya dengan adanya penguatan sosial yang sesuai dengan kebutuhan anggota lembaga simpan pinjam, akan membuat lembaga tersebut akan semakin kuat. Adapun alur strategi penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari bisa disampaikan sebagai berikut pada Gambar 7 di bawah :
104
Tokoh masyarakat Pemerintah Desa Dinas P2KPM
Penguatan sosial
Penguatan ekonomi
Penyusunan program
Pengurus Anggota Perkumpulan karyawan karyawati Pengurus BKM Desa
Keterangan: = Dukungan finansial = Dukungan fasilitasi = Kerjasama = Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari = Pelaku Penguatan
Gambar 7 Strategi Dalam Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari
Dari di atas adalah pihak-pihak yang terkait dalam penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan kewajiban dan hak sebagai berikut 1. Masyarakat miskin sebagai anggota, berkewajiban : a. Memberi dukungan dana sesuai kemampuan dan kesepakatan bersama. b. Berpartisipasi aktif dalam pertemuan rutin, baik dalam merencanakan pengembangan kelembagaan maupun dalam melaksanakan kewajiban yang telah ditetapkan dalam norma lembaga. c. Mendapat pembagian sisa hasil usaha (SHU)
105 Hak masyarakat miskin, antara lain : a. Mendapat pelayanan dari lembaga simpan pinjam rukun lestari. b. Mendapatkan fasilitas pinjaman dan santunan kesehatan bila mengalami sakit dan besarnya sesuai kesepakatan bersama. 2. Pengurus lembaga simpan pinjam, berkewajiban : a. memberikan pelayanan kepada anggota sesuai aturan/norma yang telah disepakati baik dalam hal pinjaman, tunggakan dan jaminan kesehatan. b. Mengkoordinasi,
memotivasi
dan
memberikan
informasi
tentang
pelayanan pengelolaan usaha simpan pinjam pada pertemuan bulanan. c. Membuat laporan pelaksanaan pengelolaan usaha secara periodik dan setiap tahun sekali. d. Membuka, menjajgi serta menjalin upaya jaringan kerja terhadap sistem sumber dalam mendukung penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam. Hak pengurus lembaga simpan pinjam, antara lain : a. Mendapat kepercayaan dari seluruh anggota. b. Mendapat pembagian keuntungan dalam menjalankan pengelolaan dengan besaran pembagian sesuai kesepakatan bersama. 3. Pemerintah Desa dan Dinas P2KPM, berkewajiban : a. Memfasilitasi kegiatan lembaga simpan pinjam rukun lestari melalui pelatihan manajemen dan ketrampilan usaha. b. Memfasilitasi penyelenggaraan program lembaga simpan pinjam rukun lestari dan segi permodalan pada pihak yang berkompeten. Hak Pemerintah Desa dan Dinas P2KPM, antara lain : a. Dapat menerima dan menolak fasilitasi program bila hal tersebut tidak sesuai dengan aturan yang ada di Instansi Pemerintah. 2. Badan Keswadayaan Masyarakat pelaksana program P2KP, berkewajiban : a. Memfasilitasi pinjaman usaha ekonomi produksi sesuai aturan. b. Memberikan informasi, penggunaan dana yang akan digulirkan lewat program masing-masing nasabah. Hak badan keswadayaan masayarakat adalah : a. Mendapatkan laporan perkembangan kegiatan nasabah yang telah difasilitasi pinjaman.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN Kesimpulan Performa lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam melakukan pelayanan terhadap anggotanya di pengaruhi oleh : 1. Perkembangan Lembaga dengan permasalahan pemberdayaan masyarakat miskin sebagai anggotanya yaitu lemahnya manajemen lembaga, yang disebabkan karena : - Rendahnya pengetahuan dan keterampilan pengurus dan anggota dalam pengelolaan usaha, - Kurangnya modal oleh lembaga untuk memenuhi modal usaha anggota, - Kurangnya partisipasi anggota dalam perencanaan program, monitoring dan evaluasi pada pengelolaan usaha, - Kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. Adapun akibat dari lemahnya manajemen pengelolaan usaha simpan pinjam tersebut adalah : - Terbatasnya sistem sumber lembaga dalam pengelolaan usaha dan modal usaha yang diharapkan, - Belum ada usaha ekonomi produktif dalam meningkatkan pendapatan lembaga dan anggota, - Tidak optimalnya kinerja pengurus. Dari permasalahan yang teridentifikasi dan akibatnya tersebut berpengaruh pada masyarakat miskin sebagai anggota sampai sekarang belum berdaya. 2. Pola Pengelolaan dalam menjalankan usaha simpan pinjam rukun lestari, sebagai lembaga keswadayaan masyarakat menunjukkan keberadaan lembaga tersebut pengeloaan usahanya belum optimal. Hal ini disebabkan oleh belum dipunyai akses terhadap sistem sumber, juga upaya pelayanan terhadap anggota belum sesuai harapan masyarakat miskin. 3. Kapasitas lembaga dan masyarakat miskin sebagai anggota simpan pinjam rukun lestari ditunjukkan kurang kesadaran serta pengetahuan dan
107 keterampilan usaha dalam pengelolaan usaha simpan pinjam, disamping juga dipengaruhi oleh belum dipunyai akses pada sistem sumber untuk menggalang
partisipasi pihak terkait dalam mendukung program yang
dijalankan secara partisipasi dengan mengembangkan potensi usaha sesuai minat dan kebutuhan yang dirasakan melalui kegiatan usaha ekonomi produktif. Rencana program dan strategi yang bisa digunakan dalam penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam Rukun Lestari terhadap performa lembaga sesuai permasalahan yang telah teridentifikasi, melalui peningkatkan kinerja pengurus dan peningkatkan kesadaran seluruh anggota dalam membenahi manajemen pengelolaan usaha dengan cara : 1. Secara langsung yaitu dengan : - Penguatan economic capital, yaitu dengan meningkatkan modal lembaga melalui peningkatan iuran bulanan dan iuran kesejahteraan sosial, disamping mengupayakan usaha pengolahan mete dan usaha warungan, ternak kambing, ternak kenari. - Penguatan human capital, yaitu mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan baik bagi pengurus ataupun anggota dalam pengelolaan usaha dan pengembangan lembaga, baik dalam bentuk pelatihan kelembagaan, kewirausahaan dan perencanaan partisipatif, disamping perlunya melakukan studi banding untuk mendapat pengetahuan, keterampilan, teknologi dan informasi pasar atau alternatif permodalan. - Penguatan social capital, yaitu dengan kesadaran anggota untuk aktif dalam mengikuti pertemuan bulanan yang digunakan sebagai wadah untuk membangun kerekatan dan keterikatan antar seluruh anggota dengan menghasilkan tindakan bersama dan perilaku kerjasama yang diatur dengan norma yang disepakati bersama. - Membuka jaringan kerja dan kemitraan dengan lembaga sejenis, untuk memperoleh
dukungan,
fasilitasi,
pendampingan,
dengan
menjalin
komunikasi dengan berbagai sistem sumber untuk mengembangkan lembaga.
108 2. Secara tidak langsung yaitu dengan : mendapat dukungan dan fasilitasi dari pemerintah Desa Sendangtirto juga dari Pihak Dinas P2KPM dalam upaya mengembangan usaha untuk memberdayakan masyarakat miskin sebagai anggota. Rekomendasi Kebijakan Untuk mendukung terlaksananya program yang telah disusun tersebut, maka perlu adanya rekomendasi kebijakan terhadap : 1. Lembaga simpan pinjam Rukun Lestari dalam memanfaatkan hasil rencana program dan strategi yang telah dibuat melalui kegiatan diskusi kelompok terfokus pada kegiatan kajian pengembangan masyarakat terhadap Penguatan Kapasitas Lembaga dimaksud, hasil kegiatan tersebut diharapkan bisa dipakai sebagai acuan menjalankan pelayanan terhadap masyarakat miskin sebagai anggota dalam mengatasi masalah yang di hadapi lembaga simpan pinjam Rukun Lestari. 2. Pemerintah Desa Sendangtirto agar dapat : a. memfasilitasi kegiatan lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan memberikan informasi serta mengarahkan
program pemerintah yang
masuk ke Desa Sendangtirto. b. memfasilitasi kerjasama antar lembaga simpan pinjam rukun lestari dengan pihak Badan Keswadayaan Masyarakat pelasanan kegiatan P2KP di Desa Sendangtirto. 3. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal (P2KPM) Kabupaten Sleman agar dapat : a. memfasilitasi kegiatan pelatihan manajemen, kelembagaan dan ketrampilan usaha. b. memfasilitasi dengan pihak penyedia permodalan dan membantu permodalan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Isbandi Rukminto. 2001, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran Pendekatan Praktis”, Jakarta, Lembaga Penerbit FE-UI. Baharsyah, Yustika, 1999, “Menuju Masyarakat yang Berkelanjutan”, Pelajaran dari Krisis, Departemen Sosial RI, Jakarta. BPS/Badan Pusat Statistik dan Depsos/Departemen Sosial (2002), “Penduduk Fakir Miskin Indonesia 2002”, Jakarta BPS. Chaniago, Arifinal, 1982, “Perkoperasian Indonesia”, Bandung, Angkasa. DuBois, Brenda dan Karla Krogsrud Miley (1992), “Social Work : An Empowering Profession”, Boston: Allyn and Bacon. Echols & Shadily, 1995. “ Kamus Inggris Indonesia”, Jakarta, P.T. Gramedia. Effendi, Tadjuddin Noer. 1995, “Sumber Daya Manusia Peluang Kerja dan Kemiskinan”, Yogyakarta, PT Tiara Wacana. Garvin, Charles, 1986, “Contemporary Group Work . Prentice Hall Inc”, New Jersey, Englewood Cliff. Gusman. 1982. “Fundamentals of Social Work”, Allyn and Bacon, Boston. Haeruman dan Eriyatno, 2001, “Kemitraan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal”, Jakarta, Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan BIC Indonesia. Hikmat, Harry, 2004, “Strategi Pemberdayaan Masyarakat”, Bandung, Humaniora Utama. Hikmat, Harry dkk, 2005, “Rencana Strategis Penanggulangan Kemiskinan Program Pemberdayaan Fakir Miskin”, Jakarta, Direktorat Bansos Fakir Miskin DEPSOS RI Ife, Jim, 2002, “Community Development : Community Based Alternatives in an Age of Globalizationd”, Australia, Pearson Education. Indochi, Anwar, 1984,” Pengaruh Iklim Organisasi Sekolah dan Kepuasan Kerja terhadap Performance Guru”, IKIP, Bandung. Israel, Arturo, 1992, “Pengembangan Kelembagaan. Jakarta”, LP3S.
110 Jamasy, Owin, 2004, “Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”, Bandung, Belantika. Kartasasmita, Ginanjar, 1996, “Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan” , Jakarta, Pustaka Cidesindo. Koentjaraningrat, 1997, “Kedudayaan Mentalitas dan Pembangunan”, Jakarta, Gramedia. Komite Penanggulangan Kemiskinan. 2004. “Strategi Penanggulangan Nasional Kemiskinan (SPNK)”. Jakarta, Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Kurniawati, 2004, “ Kedermawanan Kaum Muslimin Potensi dan Realita Zakat Masyarakat Indonesia” Hasil Survei di Sepuluh Kota, Jakarta, Pustaka Adina. Nasdian & Utomo, 2003. .” Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial”, jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Mikkelsen, Britha, 2003, “Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan , Jakarta, Yayasan Obor Indonesia. Mulyono, Mauzid, 1993, “Penerapan Produktivitas dalam Organisasi”, Bumi Aksara Jakarta. Purwadarminta, WJS, 1992, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, Balai Pustaka, Jakarta. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Usaha Kesejahteraan Sosial, 2003, “Kemiskinan Dan Keberfungsian Sosial” Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Jakarta, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI. Rubin, Herbert dan Irene S. Rubin, 1992, “Community Organizing and Development”. Ney York, Mac Milian Publishing Company. Rusli, S. dkk.2005. “Kependudukan”, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Shadily, Hasa, 1984, “Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia”, Jakarta, Bina Aksara. Sitorus, MT.Felix dan Ivanovich Agusta, 2003,” Metodologi Kajian Komunitas”, Program Magister Profesional Pengembangan Masyarakat, IPB, Bogor. Soekanto, Soerjono, 1985, “ Kamus Sosiologi”, Jakarta, CV Rajawali. Soekanto, Soerjono, 1990, “ Sosiologi Suatu Pengantar”, Jakarta, CV Rajawali.
111 Suharto, Edy, 2005, “Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat”, Bandung, Aditama. Suharto, Edy, 2005, “Analisis Kebijakan Publik”, Bandung, Alfabeta. Suharto, Edy, 2003, “Kemiskinan dan Keberfungsian Sosial”, Studi Kasus Rumah Tangga Miskin di Indonesia, Departemen Sosial RI dan STKS Bandung. Sukoco, Dwi Heru. 1991,” Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya”, Kopma Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, Bandung. Sumarjo dan Saharudin, 2003, “Metode-metode Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat, Bogor, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Sumodiningrat, Gunawan, 1986, “ Pengelolaan Dalam Pengembangan Badan Kredit Pedesaan, “dalam Mubyarto dan Suwany, Hamid, Edim, 1986, Kredit Pedesaan di Indonesia, Yogyakarta, BPFE. Sumpeno, 2002, “Capacity Building, Persiapan dan Perencanaan”, Jakarta, Catholic Relief Services. Sumartini dkk, 2003, “Ekonomi Lokal”, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutarso, 2005, “Praktek Pekerjaan Sosial dalam Pembangunan Masyarakat”, Jakarta, BALATBANGSOS DEPSOS RI. Syawie, Moch dkk, 2004, “Jaringan Strategis Pranata Sosial”, Jakarta, BPPS Depsos R.I. Tim Penyusun Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah, 2001,”Pedoman Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah”, IPB Press, Bogor. Tjahjono, 2004. “ Manajemen Penyuluhan Masyarakat “ Bahan Pelatihan Penyuluhan Balai Dikalat Pelatihan Tenaga Sosial, Yogyakarta. Yin, RS. 1996,” Studi Kasus Desain dan Metode”, Jakarta Raja Grafindo Persada.
112 Lampiran 1 Sketsa Desa Sendangtirto
SKETSA DESA SENDANGTIRTO
113 Lampiran 2 Hasil Diskusi Perumusan Masalah Dan Kebutuhan HASIL PERTEMUAN DISKUSI PERUMUSAN MASALAH DAN KEBUTUHAN DALAM PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN RW 04 DUSUN DAWUKAN DESA SENDANGTIRTO KECAMATAN BERBAH KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA Kegiatan pertemuan diskusi perumusan masalah dilaksanakan di rumah Ibu Triatmini anggota simpan pinjam Rukun Lestari warga RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, pada hari minggu tanggal 30 Juli 2006. Kegiatan dimulai pada pukul 09.00 sampai dengan 12.00 WIB. Pertemuan diskusi tersebut dihadiri oleh 16 anggota, 6 pengurus, 1 orang dari Dinas P2KPM Kabupaten Sleman, 1 orang dari staf Desa Sendangtirto dan 2 orang Tokoh Masyarakat yang satu dari tokoh masyarakat tersebut merupakan pengurus BKM kegiatan P2KP Desa Sendangtirto. Kegiatan diskusi antara lain : 1. Pemaparan hasil temuan di lapangan oleh pengkaji tentang kapabilitas lembaga dan kapabilitas anggota dalam rangka pemberdayaan masyarakat miskin. a. Kapabilitas lembaga simpan pinjam rukun lestari antara lain : - Lembaga simpan pinjam rukun lestari dibentuk diprakarsai oleh perkumpulan karyawan karyawai RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, sebagai bentuk keprihatinan perhatian pemerintah terhadap penanganan masyarakat miskin di Desa Sendangtirto. - Perguliran dana cukup lancar disamping masih adanya tunggakan pinjaman dan sebrakan dari anggota, hal ini terbukti masih berkelanjutannya program pelayanan. - Anggota merupakan pegawai tidak tetap/dhuafa, sehingga dari segi ekonomi keluarga belum berdaya. b. Kemampuan lembaga simpan pinjam rukun lestari antara lain : - Dalam melaksanakan pelayanan sesuai tujuan program, kendala utama adalah modal yang dimiliki lembaga masih belum mampu memberikan pinjaman sebagai modal usaha yang diharapkan. - Belum dipunyainya usaha ekonomi produktif oleh lembaga sebagai salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan anggota, sehingga kegiatan usaha masih kurang variatif dan masih berupa kegiatan simpanan dan pinjaman anggota - Kurangnya partisipasi dari anggota baik dalam keaktifan dalam kegiatan pertemuan bulanan maupun dalam perencanaan pengembangan lembaga. - Kepengurusan tidak berjalan secara maksimal, karena kesibukan pengurus dan masih tergantungnya pengurus lain pada pengurus penggerak. Disamping belum adanya koordinasi efektif antar pengurus. c. Perspektif lembaga dan anggota, antara lain : - Kegiatan yang ada, masih terkesan bahwa kegiatan lembaga simpan pinjam rukun lestari sebagai bentukan dari perkumpulan karyawati, sehingga masih bergantung pengelolaan usaha pada pengurus penggerak.
114 Lanjutan - Yang aktif menggerakkan pelayanan masih dilakukan oleh pengurus penggerak. - Anggota terlibat terbatas hanya karena untuk mengikuti pengajian dan pinjaman. - Kesadaran untuk memiliki kelembagaan dan kemanfaatannya belum dipunyai anggota, sehingga dalam meningkatkan pelayanan pengurus banyak berharap bantuan sodakoh, infak dan zakat yang efektifitasnya kurang signifikan mendongkrak percepatan pelayanan. - Belum adanya peran pemerintah desa, tokoh masyarakat, lembaga lainnya dalam mendukung dan menfasilitasi kegiatan akibat lembaga belum punya akses sistem sumber. d. Dari segi pembiayaan, - Masih relatif kecilnya iuran bulanan sebagai pemupukan modal bagi lembaga, sehingga lembaga masih belum mampu menyediakan modal usaha. - Partisipasi masyarakat kurang maksimal. 2. Hasil diskusi perumusan masalah dan kebutuhan penguatan kapasitas simpan pinjam Rukun Lestari antara lain; a. Pokok masalah : Lemahnya manajemen pengelolaan usaha simpan pinjam. b. Prioritas masalah, antara lain : - Rendahnya pengetahuan dan kemampuan anggota terhadap kelembagaan dan usaha - Kurangnya modal lembaga untuk memenuhi pinjaman modal usaha. - Terbatasnya pengetahuan pengelolaan usaha dan aktifitas pengurus. - Kurang adanya kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. 3. Hasil diskusi terfokus berdasarkan prioritas masalah yang dihadapi, disepakati alternatif pemecahan masalah dengan hasil antara lain : a. Rendahnya pengetahuan dan kemampuan anggota terhadap kelembagaan dan usaha dengan alternatif pemecahan : - Pelatihan manajemen, kelembagaan dan ketrampilan ekonomis produktif. - Pelatihan perencanaan partisipatif. - Studi banding pada lembaga sejenis yang berhasil. b. Kurangnya modal lembaga untuk memenuhi pinjaman modal usaha, dengan alternatif pemecahan : – Merencanakan dan memjajaki dibentuknya koperasi. – Meningkatkan iuran bulanan. – Meningkatkan iuran kesejahteraan sosial. c. Terbatasnya aktifitas lembaga dalam pengelolaan usaha, dengan alternatif pemecahan: - Mendorong partisipasi aktif seluruh anggota. - Menumbuhkan kesadaran pengurus dan anggota akan kemanfaatan lembaga. - Pembagian kerja pengurus.
115 Lanjutan - Meningkatkan aktifitas pelayanan dengan membuat kegiatan variatif, usaha ekonomi produktif sesuai potensi yang dimiliki anggota dan potensi yang ada di lingkungan Desa Sendangtirto, disamping kegiatan pengajian. - Melaksanakan pertemuan bulanan secara rutin. d. Kurang adanya kerjasama antar pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait : - Kerjasama dengan stakeholders. - Pendampingan. 4. Kesimpulan kegiatan diskusi perumusan masalah dan kebutuhan antara lain : a. Analisis potensi yang dimiliki lembaga : - Adanya keinginan dari anggota dan pengurus untuk mengembangkan lembaga simpan pinjam. - Adanya rasa kepedulian antar anggota untuk saling tolong menolong. - Adanya ikatan solidaritas yang tinggi. b. Sebab dan akibat permasalahan : - Rendahnya kemampuan dalam pengelolaan usaha dalam pengembangan jaringan disebabkan karena rendahnya pengetahuan dan ketrampilan anggota dan pengurus. - Lemahnya lembaga dalam upaya meningkatkan pelayanan disebabkan terbatasnya aktivitas lembaga (pengurus dan lembaga) dan adanya kurang kerjasama antara pengurus, anggota, tokoh masyarakat dan instansi terkait. - Belum dapat mendukungnnya besaran pinjaman kepada anggota sebagai modal usaha, disebabkan masih kecilnya modal lembaga dalam memberikan pinjaman untuk modal usaha. c. Adanya prioritas masalah untuk memecahkannya. (tercantum pada matrik alternatif pemecahan masalah. d. Rancangan program kegiatan adalah “Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari” yang selanjutnya dibahas pada pertemuan yang ditentukan kemudian dalam pertemuan program kerja.
116 Lampiran 3 Hasil Penyusunan Program Kerja HASIL PERTEMUAN PENYUSUNAN PROGRAM KERJA DALAM RANGKA PENGUATAN KAPASITAS LEMBAGA SIMPAN PINJAM RUKUN LESTARI Pertemuan penyusunan program kerja penguatan kapasitas lembaga simpan pinjam rukun lestari dilaksanakan di rumah Ibu Tini Sulistiyo yang merupakan pengurus kelembagan dan merupakan warga RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto, pelaksanaan pada hari minggu, tanggal 6 Agustus 2006 yang dimulai pada jam : 09.30 sampai dengan 12.00 WIB dengan peserta yang hadir berjumlah 7 orang pengurus, 13 orang anggota, 2 orang tokoh masyarakat, 1 orang aparat desa dan 1 orang dari Dinas P2KPM. Pertemuan diskusi penyusunan program kerja dengan hasil antara lain : 1. Di dapat fasilitasi dan dukungan dari pihak Dinas P2KPM berupa, 1) pelatihan manajemen kelembagaan, 2) pelatihan keterampilan wirausaha sesuai program yang diselenggarakan oleh P2KPM, 3)pelatihan perencanaan partisipasi dan 4) informasi permodalan berupa pinjaman lunak dengan bunga 6 % pertahun atau 0,5 % per bulan dengan pengembalian dari pinjaman 1 tahun setelah digunakan pinjaman dengan jangka waktu 2 hingga 3 tahun dengan besaran pinjaman 10 juta hingga 20.000.000,00 bagi usaha kecil, 5) Penjelasan tentang pendidirian Koperasi. 2. Di dapat fasilitasi dan dukungan dari pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) pelaksanan kegiatan P2KP Desa Sendangtirto berupa pinjaman usaha bagi kelompok, organisasi social yang ada di lingkungan Desa Sendangtirto. 3. Disepakati kerjasama kolaborasi dengan pihak kelompok tani Sendang Mulyo Dusun Sembung Desa Sendangtirto, berupa kerjasama pengolahan mete dan penjualannya. 4. Hasil penyusunan program dan strategi berdampak pada munculnya kesadaran pengurus dan anggota lembaga simpan pinjam Rukun Lestari, dengan disepakatinya menaikkan iuran bulanan yang semula Rp. 2.000,00 menjadi Rp. 4.000,00 dan iuran kesejahteraan social yang semula Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1.500,00 serta perubahan santunan bagi anggota yang sakit yang semula santunan sebesar Rp. 25.000,00 menjadi Rp. 40.000,00 5. Adapun potensi yang teridentifikasi untuk penyusunan program dan strategi adalah : a. Secara Human Capital, dapat dilihat dari adanya keswadayaan masyarakat membantu penanggulangan kemiskinan melalui pengembangan masyarakat, disamping adanya kepercayaan anggota terhadap lembaga yang cukup tinggi dengan kenyataan aktifnya anggota mengikuti pertemuan rutin walau sebagian anggota mewakilkan. b. Berdasarkan Social Capital, terlihat dari faktor sosial budaya ; gotong-royong, kekerabatan saling menolong, solidaritas sosial antar anggota cukup tinggi. c. Adanya perkumpulan karyawan karyawati dan kelembagaan sosial seperti Badan Keswadayaan Masyarakat Desa Sendangtirto yang dapat digunakan sebagai stakeholders sekaligus mediator diantara berbagai stakeholdes. d. Secara Economic Capital, pada umumnya anggota merupakan pegawai tidak tetap dengan ekonomi anggota yang digolongkan miskin dan hampir miskin, namun demikian potensi yang dimiliki anggota antara lain; usaha warungan, ternak
117 Lanjutan e. kambing serta burung parkit bisa dijadikan peluang usaha dalam meningkatkan pendapatan anggota, disamping potensi lingkungan dalam hal ini kelembagaan sejenis yang mempunyai usaha pengolahan mete bisa diajak bekerjasama melalui kemitraan usaha dalam upaya peningkatan pendapatan lembaga dan anggota. f. Adanya dukungan dari pihak aparat Desa dan Dinas P2KPM Kabupaten Sleman berupa penyediaan fasilitas, pelatihan manajemen dan ketrampilan usaha disamping segi permodalan. Hasil identifikasi masalah dan potensi sistem sumber formal dan non formal, selanjutnya digunakan untuk membuat indikator dan pelaksanaan program, serta merancang waktu pelaksanaan program dengan besaran biaya kegiatan tersebut, hasil yang diperoleh adalah ; 1 Program pemberdayaan yang disetujui hasil penyusunan program dan strategi adalah :“Program Penguatan Kapasitas Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari Untuk Pemberdayaan Masyarakat Miskin” 2 Tujuan program adalah ; a. Meningkatkan pendapatan anggota melalui kegiatan ekonomi produktif, baik yang telah dipunyai anggota ataupun peluang usaha yang akan dirancang secara bersama-sama. b. Mendorong peningkatan kualitas, pengetahuan dan ketrampilan pengurus terhadap pengelolaan usaha simpan pinjam. c. Meningkatkan dana lembaga melalui peningkatan iuran bulanan untuk membangun kemandirian. d. Meningkatkan aktivitas dan komunikasi, koordinasi antar pengurus dan anggota. e. Merencanakan jaringan kerjasama dan kemitraan kolaborasi untuk mengakses peluang usaha dan permodalan. 3. Sasaran program adalah : a. Masyarakat miskin sebagai anggota, sehingga berdaya dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. b. Pengurus simpan pinjam rukun lestari, sehingga memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan usaha disamping melaksanakan kegiatan dijalankan secara partisipatif. c. Pihak terkait yang ada di wilayah Desa Sendangtirto baik pemerintah, swasta, masyarakat dan organisasi keagamaan serta tokoh masyarakat yang dapat dijadikan sistem sumber baik formal maupun non formal dalam mendukung kegiatan usaha simpan pinjam rukun lestari untuk keberlangsungan dalam membantu menanggulangi kemiskinan, sehingga masyarakat miskin berdaya dan program pengembangan masyarakat dapat berkelanjutan. 4. Kegiatan program dan strategi yang dilaksanakan, antara lain ; a. Penguatan Human Capital, melalui menjemput bola akan akses jaringan kerja diharapkan mendapat bantuan pelatihan pengelolaan usaha baik manajemen organisasi serta kelembagaan juga pelatihan perencanaan partisipatif serta ketrampilan usaha dengan tujuan meningkatkan kualitas dan kesadaran akan potensi lembaga.
118 Lanjutan b. Penguatan Economic Capital, bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan keberdayaan anggota dengan kegiatan : Merencanakan serta menjajaki pembentukan koperasi dalam mendukung permodalan, peningkatan ketrampilan dibidang ; usaha mete, usaha warungan, ternak kambing, ternak parkit. Diharapkan menemukan peluang usaha ekonomis produktif, kemampuan mengelola usaha secara partisipatif. Meningkatkan tabungan anggota melalui iuran anggota, menekankan kesadaran anggota untuk meningkatkan iuran meningkatkan pinjaman yang bisa untuk modal usaha. Melalui diskusi secara partisipatif telah disepakati peningkatan iuran bulanan menjadi Rp. 4.000,00 per bulan yang semula Rp. 2.000,00 per bulan. Ditingkatkannya iuran kesejahteraan untuk membantu anggota dalam meningkatkan jaminan kesehatan anggota, digunakan bagi anggota yang mengalami musibah atau menderita sakit. Kegiatan ini disepakati dinaikan dari Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 1.500,00 dengan besaran santunan yang semula hanya Rp. 25.000,00 menjadi Rp. 40.000,00 per anggota. c. Penguatan Social Capital, program peningkatan manejemen lembaga akan berpengaruh pada peningkatan kinerja pengurus dalam memberikan pelayanan terhadap anggota, adapun kegiatan antara lain : Meningkatkan peran acara lain-lain pada setiap pertemuan untuk sarana partisipasi aktif anggota, disamping musyawarah dalam menyikapi masukan, saran dan permasalahan kegiatan ini juga bisa untuk merencanakan progran, pengawasan dan evaluasi kegiatan. Membuat perencanaan pembagian kerja pengurus dan tanggung jawab anggota terhadap perkembangan kelembagaan simpan pinjam Mengupayakan kegiatan variatif dalam mengatasi pendapatan anggota dengan kegiatan ekonomi produktif dengan jalan mendatangkan narasumber sesuai kebutuhan lembaga dan anggota, melembagakan kegiatan-kegiatan seperti : pengajian, gotong royong, menengok anggota yang sakit serta aturan/norma yang telah disepakati dalam pengelolaan usaha simpan pinjam. d. Jaringan Kerja dan Penguatan Kemitraan Membuka akses jaringan kerja baik sistem sumber formal atau non formal seperti BKM Desa Sendangtirto terhadap permodalan melalui P2KP juga pihak Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Penanaman Modal (P2KPM) Kabupaten Sleman, dengan kegiatan antara lain : Penyuluhan kelembagaan dan pendirian koperasi, fasilitasi sumber permodalan, serta pendampingan teknis yang berkaitan dengan kegiatan pendirian koperasi juga kegiatan usaha ekonomi produktif lewat kegiatan P2KP Desa Sendangtirto. Menjalin kerjasama kemitraan dengan berbagai stakeholders, dengan kegiatan kerjasama dengan lembaga sejenis yang ada di wilayah Desa Sendangtirto dengan mengadakan studi banding, disamping menjaga kesinambungan kerjasama dengan organisasi agama yaitu takmir masjid Nurul Huda di lingkungan RW 04 Dusun Dawukan akan keberlangsungan dana zakat, infak dan shodakoh dari muzaki.
119 Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat Dokumentasi Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat Pada Lembaga Simpan Pinjam Rukun Lestari RW 04 Dusun Dawukan Desa Sendangtirto Kecamatan Berbah Kabupaten Sleman Yogyakarta
Kantor Desa Sendangtirto
Kegiatan Koperasi Tani Sendangmulyo pada pengolahan mete
Profil Buruh Tani yang sekaligus beternak kambing
Lahan pertanian yang telah beralih fungsi sebagai perumahan
Pasar Pahing merupakan pasar Desa Sendangtirto
Pondok Pesantren Ibnul Qoyim yang berada di wilayah Desa Sendangtirto
120 Lanjutan
Wawancara mendalam dengan anggota rukun lestari yang berjualan warung poci
Wawancara mendalam dengan anggota rukun lestari yang usaha bengkel sepeda
Wawancara mendalam dengan wakil ketua dan bendahara rukun lestari
Wawancara mendalam dengan Tokoh Masyarakat Desa Sendangtirto
Wawancara mendalam dengan ketua rukun lestari yang merupakan ustadz di Dusun Dawukan
Wawamcara dengan Pegawai Dinas P2KPM Kabupaten Sleman
121 Lanjutan
Anggota Rukun Lestari yang menjadi Tukang Batu di Perumahan
Istri Anggota Rukun Lestari yang menjadi Pembantu Rumah Tangga
Anggota Rukun Lestari yang membuka usaha Warungan
Anggota Rukun Lestari yang bekerja menjadi jual beli barang bekas
Anggota Rukun Lestari yang bekerja Gaduh Sapi
Anggota Rukun Lestari yang usaha Ternak Kenari
122 Lanjutan
Penjelasan Dari Dinas P2KPM dalam kegiatan FGD
Ketua Rukun Lestari sedang bertanya masalah kelembagaan pada pegawai Dinas P2KPM Kab. Sleman
Peserta kegiatan perumusan program sedang menunggu rekan lainnya
Ibu-ibu anggota rukun lestari sedang serius mengikuti kegiatan perumusan program
Anggota rukun lestari sedang serius mengikuti penjelasan dari narasumber
Anggota rukun lestari sedang diskusi dalam perumusan program dan strategi
123 Lanjutan
Anggota rukun lestari sedang serius merusmuskan program dan strategi penguatan kapasitas lembaga
Peserta sedang merekapitulasi hasil perumusan program dan strategi penguatan kapasitas
Hasil perumusan program dan strategi penguatan kapasitas lembaga di sajikan oleh peserta
Kegiatan rutin bulanan simpan pinjam rukun lestari
Tanggapan pengurus terhadap anggota yang menanyakan permasalahan lembaga
Kondisi rumah anggota yang telah dibangun kembali setelah gempa yogya
124 Lampiran 5 Catatan Harian CATATAN HARIAN HASIL WAWANCARA MENDALAM Wawancara Mendalam 1 I. Karakteristik Pengurus Simpan Pinjam 1. Nama : Ibu Tini Sulistiyo 2. Umur : 53 tahun 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : SD 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Jumlah Tanggungan : 3 orang 7. Status Perkawinan : Janda 8. Pekerjaan Pokok : Jualan Toko Kelontong/Suami PNS Meninggal 9. Pekerjaan Sampngan :10.Jabatan Dalam Pengurus : Seksi Usaha I 11.Pelatihan Usaha Simpan Pinjam yang diikuti : Belum pernah Menjadi Anggota simpan pinjam rukun lestari sejak tahun 1999 Hari / tanggal wawancara : Minggu, 23 juli 2006 Pukul/tempat : 09.40 – 10.05 WIB / Rumah Ibu Tini II. Kapasitas Lembaga Program yang ia ketahui antara lain, pengajian, usaha simpan pinjam, kunjungan bagi anggota yang sakit dengan satunan sebesar Rp. 25.000,00 dengan anggota simpan pinjam rukun lestari sebanyak 26 orang. Untuk iuran biasanya anggota keberatan, tapi mulai sejak berdiri hingga tahun 2004 baru dinaikan dari Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 2.000,00 ditambah iuran kesejahteraan sebesar Rp. 1.000,00 itupun diputuskan melalui musyawarah yang cukup sulit. Menurut Ibu Tini yang menjadi pempererat kegiatan simpan pinjam adalah adanya pengajian yang diprakarsai oleh Bapak Kadar Bisri yang merupakan pendiri kegiatan simpan pinjam Rukun Lestari. Adapun pendapat Ibu Tini mengenai lembaga simpan pinjam rukun lestari adalah sebagai berikut : Sak sanisipun kegiatan simpan pinjam, engkang saget damel reraketan anggota paguyuban rukun lestari meniko nggeh wontenipun kegiatan pengajian, damel maringi siraman rohani dateng anggota. Sebab wontenipun pengajian meniko penting lan saget damel kegiatan tulung tinulung kalian warga engkang wonten lingkungan mriki, lha kegiatan meniko dicetusaken kalian Pak Kadar engkang mandegani kegiatan rukun lestari. Disamping itu Ibu Tini juga mengatakan dulu sebelum adanya kegiatan simpan pinjam, warga utamanya yang pekerja tidak tetap atau disebut dhuafa disebabkan pendapatan yang tidak menentu, kalau diajak kegiatan yang arahnya untuk ibadah sangat susah. Syukur sekarang utamanya ibu-ibu ratarata pada ikut kegiatan pengajian yang diselenggarakan oleh lingkungan. Usaha simpan pinjam cukup membantu anggota, untuk saya (Ibu Tini) biasanya untuk tambahan kolakan dagangan. Tapi bila pinjaman bisa lebih
Lanjutan
125
banyak begitu mungkin dagangan saya jadi pepek (komplit). Jadimanfaatnya ya jadi jaganan (persiapan) bila sewaktu-waktu tidak punya modal, sebab hasil tokonya seringkali digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Harapannya dengan usaha simpan pinjam, ada kegiatan usaha bersama seperti di dusun lain. Seperti dusun Maredan dan Sembung ada usaha pengolahan mete bagi ibu-ibu anggota koperasinya. Jadi ketua rukun lestari bisa menjembatani usaha tersebut dan ada tambahan modal untuk meningkatkan pinjaman. Seperti Ibu Tini ceritakan, bahwa kedua dusun itu mendapat bantuan dari Dinas Koperasi Kabupaten Sleman dan BUMN, karena dia pernah ngobrol dengan rekannya anggota koperasi di dusun Maredan sewaktu mengikuti pengajian. Untuk penggunaan pinjaman kalau Ibu Tini digunakan sesuai kebutuhan seperti untuk kolakan, tapi untuk anggota yang lain ada yang untuk bayar sekolah, berobat atau yang lain mungkin. Dalam pengembangan jejaring (kerjasama atau kemitraan) menurut Ibu Tini rukun lestari belum ada kerjasama dengan pihak lembaga sejenis ataupaun dari pemerintah seperti dari Dinas Koperasi Kab. Sleman. Sedangkan perhatian dari Desa atau Dukuh saja juga tidak ada. Untuk aturan di rukun lestari sudah memadai atau belum Ibu Tini menjawab kurang tahu, sedangkan pertemuan rutin pengurus tidak ada. Hanya sewaktu menyusun laporan akhir tahun pengurus dikumpulkan untuk membicarakan laporan tersebut. Sedangkan yang rutin ada yaitu pertemuan setiap bulan simpan pinjam rukun lestari dengan jadwal yang telah dibuat. III. Kapasitas Anggota Simpan Pinjam Pengetahuan Sistim yang ada di simpan pinjam rukun lestari menurutnya anggota bisa memahami yaitu besaran pinjaman paling banyak Rp.400.000,00 potong bungan Rp.40.000,00 (10%) diterima anggota Rp. 360.000,00 pengembalian Rp.40.000,00 selama 10 kali bagi yang nyebrak tidak boleh melebihi Rp. 400.000,00. Keterampilan Pengelolaan Pinjaman Kebanyakan angsuran lancar, tapi sebagian juga ada yang menunggak dan tidak tertib dalam pengembalian pinjaman untuk yang menunggak biasanya tidak hadir dan tidak memberi tahu anggota lain saat akan pertemuan. Tapi ada juga walaupun nunggak tapi hadir untuk mengikuti pertemuan rukun lestari. Bagi yang nunggak biasanya ketua rukun lestari mengingatkan atau menghimbau agar bulan depan diusahakan dapat mengangsur, sehingga ada beberapa orang yang nunggak tetap datang malah mereka nyebrak. Semenjak ditinggal suami Ibu Tini dalam mengasuh, mendidik, membesarkan anak di bantu saudaranya. Bu Tini bilang untuk masih ada pensiunan bapak untuk menopang hidup sehari-hari, adapun kebutuhan ekonomi sehari-hari antara pengeluaran dan pendapatan, sebagai berikut; Pendapatan : - Dari pensiunan suami Rp. 950.000,00 - Dawi warung kelontong Rp. 300.000,00 _____________ Jumlah Rp. 1.250.000,00
126
Lanjutan Pengeluaran :(Dihitung dalam satu bulan) - Pendidikan (1 orang anaknya kuliah) - Kesehatan (ada askes) - Pangan - Pakaian setahun dirata-rata perbulan - Listrik + Telepon - Simpan pinjam angsuran + iuran - Arisan PKK dan pengajian
Rp. 250.000,00 Rp. – Rp. 600.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00 Rp. 43.000,00 Rp. 50.000,00 ______________ Jumlah Rp. 1.193.000,00
¾ Keterjangkuan pendidikan bagi keluarga Bu Tini maksimal sampai dengan perguruan tinggi. ¾ Keterjangkuan Kesehatan bagi keluarga Bu Tini kadang ke Puskesmas disampng ditunjang oleh askes yang dipunyai dari suaminya yang telah meninggal. ¾ Kegiatan kemasyarakatan yang Bu Tini ikuti disamping sebagai anggota simpan pinjam Rukun Lestari, juga ikut PKK RW 04 Dusun Dawukan dan mengikuti pengajian ranting Muhammadiyah Desa Sendangtirto.
127 Lanjutan Wawancara Mendalam 2 I.
Karakteristik Pengurus Simpan Pinjam 1. Nama : Bapak Sumedi 2. Umur : 28 April 1956 (50 Tahun) 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : SMP 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Jumlah Tanggungan : 3 orang 7. Status Perkawinan : Kawin 8. Pekerjaan Pokok : Satpam 9. Pekerjaan Sampngan : Tukang Sampah/Istri buka Warung Kelontong 10.Jabatan Dalam Pengurus : Wakil Ketua 11.Pelatihan Usaha Simpan Pinjam yang diikuti : Belum pernah Menjadi Anggota simpan pinjam rukun lestari sejak tahun 1999 Hari / tanggal wawancara : Senin, 3 juli 2006 Pukul/tempat : 19.20 -20.15 WIB / Rumah Bapak Sumedi
II. Kapasitas Lembaga Dalam pengembangan organisasi belum ada yang sifatnya mengarah pada pengembangan usaha, jadi masih berupa pengajian dan usaha simpan pinjam, dengan terbukanya oranisasi bagi anggota baru juga belum ada anggota tambahan, jadi mulai berdiri tahun 1999 sampai sekarang perkembangan anggota masih berkisar 25 anggota sampai dengan 26 anggota. Kata Pak Sumedi anggota dalam meningkatkan tabungan yang akan berpengaruh dengan meningkatnya modal yang dapat menambah besaran pinjaman masih dimengerti oleh anggota, yang pasti pertumbuhan modal masih berharap dengan pembagian penjualan kulit kurban. Jadi program usaha simpan pinjam sifatnya kurang bisa untuk modal tapi bisa untuk menambah modal itupun belum banyak, yang pasti banyak yang sifatnya konsumtif dalam meminjam. Belum cukupnya modal lembaga sesuai yang dikemukakan oleh Pak Sumedi sebagai berikut : Kulo dados wakil ketua meniko sejatinipun sampun natos ngendhikan kalian pak Kadar sebagai ketua, nggeh meniko kados pundhi saget upayakaken kegiatan usaha engkag nyoto lan saget berpengaruh kalian pendapatan anggota. Ketingngal bileh modal dereng saget nyukupi nggeh dipadoske coro berkelompok lan sangsi kegem anggota sing asring nunggak diterakaken, mboten mung sekedah himbauan. Di sadari bileh usaha simpan pinjam dereng saget berpengaruh kalian meningkate ekonomi keluarga, lan kadospundi pengurus ngupayaaken coro pados modal, kondisi meniko saget kulo (pak Medi) pahami bileh pak Kadar lan pak Isman sebagai pendiri lembaga simpan pinjam Rukun Lestari katah kesibukanipun kalian pekerjaan lan kegiatan sanesipun. Akibatipun nggeh program usaha simpan pinjam taseh mlampah kados sak meniko, lan pengurus sanesipun dereng saget bergerak kalian mboten meniko taseh tergantung kalian kekaleh tiyang meniko.
128 Lanjutan Untuk bantuan ada beberapa sumber : 1. Dana JPS sebesar Rp. 1.000.000,00 untuk modal awal dan sampai sekarang bantuan pemerintah tidak ada lagi. 2. Dari Muzaki ini sifatnya tidak tetap (kadang-kadang). 3. Penjualan kulit kurban sewaktu hari raya haji setahun sekali. Dalam pengembangan jejaring sampai sekarang belum ada kerjasama dari pihak manapun termasuk pemilik modal. Hal ini juga belum pernah pengurus lakukan karena masih berharap pada Pak Isaman dan Pak Kadar, yang mungkin belum punya waktu luang. Norma dan aturan yang ada belum adanya sangsi yang tegas bagi anggota yang menunggak angsuran, untuk meminjam biasanya anggota terlebih dahulu punya kebutuhan yang mendesak seperti bayar sekolah, berobat, bila lagi tidak bekerja dan adapula seperti saya (pak Medi) bila ingin menambah dagangan. Sebab kadangkala uang modal kepakai kebutuhan sehari-hari. Adapun anggota yang nyebrak biasanya digunakan untuk bayar listrik atau kegiatan yang lain seperti ibu-ibu ada kegiatan PKK, sedangkan bagi yang nunggak biasanya malas datang, tapi yang cuek ya mereka datang saja. Bila yang nunggak tidak datang biasanya pak Kadar mengutus salah seorang pengurus untuk mengingatkan atau melihat sebag apa yang dialami anggota, hal ini selalu dibicarakan dalam setiap pertemuan di acara lain-lain. Persepsi dan Sikap Kadose anggota saget ngertos kalian aturan, wong anggota nggeh nggadahi pengertosan yen pinjaman niku nggeh kedah mangsulakan. Untuk kegiatan sehari-hari pak Medi disamping pekerjaannya beliau juga mengantar sekolah dan membantu belajar anaknya yang dilakukan bergantian dengan istrinya, bila anak sakit demikian juga siapa yang bisa pak Medi ataupun istrinya yang melakukan. Sedangkan keterjangkuan pendidikan keluarga pak Medi, anak pertamanya sekolah di SMK dan adiknya baru kelas 2 SD. Untuk kegiatan lingkungan istrinya biasa ikut arisan PKK serta pengajian maupun kegiatan sosial lainnya. Disamping pak Medi sendiri aktif dengan kerja bakti, atau kegiatan lainnya bila tidak lagi jaga menjadi satpam biasanya dia mengusahakan ikut serta. Karena keinginannya untuk menyekolahkan anaknya paling tidak sampai SMA atau bila mampu sampai perguruan tinggi pak Medi kerja srabutan diselasela menjadi satpam beliau juga berusaha untuk mencari nafkah tambahan menjadi pengangkut sampah di lingkungan perumahan.
129 Lanjutan Wawancara Mendalam 3 I.
Karakteristik Pengurus Simpan Pinjam 1. Nama : Bapak Riswan Wandono 2. Umur : 23 Juni 1973 (43 Tahun) 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : SMA 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Jumlah Tanggungan : 2 orang 7. Status Perkawinan : Kawin 8. Pekerjaan Pokok : Buruh Pabrik 9. Pekerjaan Sampingan : Jualan Angkringan 10.Jabatan Dalam Pengurus : Sekertaris II 11.Pelatihan Usaha Simpan Pinjam yang diikuti : Belum pernah Menjadi Anggota simpan pinjam rukun lestari sejak tahun 1999 Hari / tanggal wawancara : Jumat, 7 Juli 2006 Pukul/tempat : 18.15 -19.00 WIB / Angkringan Bapak Riswan
II. Kapasitas Lembaga Kesadaran anggota untuk meningkatkan tabungan masih kurang, seperti iurang wajib dari tahun 1999 Rp. 1.000,00 menjadi Rp. 2.000,00 pada tahun 2004. Anggota keliahtannya banyak berharap pada penjualan kulit kurban pada hari raya haji untuk menamambah tabungan, pada tahun yang sama baru tercetus iuran kesejahteraan yang besarnya Rp. 1.000,00. Hal itu timbul setelah beberapa kali anggota rukun lestari sakit dan baru dibahs pada pertemuan bulanan. Walaupun besaran pinjaman masih berkisar Rp. 400.000,00 tapi hal ini keliahtan masih bermanfaat bagi anggota, sebab anggota merupakan pekerja tidak tetap dengan penghasilan pas-pasan dan kadang bila tidak ada kerja/kesulitan uang simpan pinjam dapat menjadi alternatif untuk meminjam karena tidakperlu memakai anggunan kata pak Riswan. Hambatan untuk memenuhi pelayanan anggota adalah bagaimana meningkatkan jumlah pinjaman, hal ini berhubungan juga dengan tunggakan, karena sampai sekarang belum diatur sangsi dan hanya sekedar teguran dan himbauan. Harapan kedepan ketua seharunya lebih berani memberikan sangsi juga solusi untuk menambah modal untuk pinjaman agar seperti saya (kata pak Riswan) bisa lebih melengkapi jualannya tidak sekedar berjualan angkringan dengan ketersediaan dagangan hanya pas-pasan. Untuk orang yang meminjam dan nyebarak kebanyakan sesuai kebutuhan, seperti untukmenyekolahkan anak, menambahmodal bagi yang sudah punya usaha, untuk keluarga sakit kalau yang nyebarak biasanya digunakan untuk bayar listri, bayar sekolah anaknya. Bantuan untuk rukun lestari yang rutin ya dari hasil penjualan kulit kurban pada setiap hari raya haji, tapi kadang dari Muzaki(diambil catatan karena pak Riswan sekertaris II) memang ada dari muzaki tahun 2000 sebesar Rp. 400.000,00 dan tahun 2005 sebesar Rp. 2.500.000,00
130 Lanjutan Dalam pengembangan jejaring, untuk kerjasama dengan pihak lain baik perorangan maupun organisasi belum ada. Norma lembaga, dia bilang. Saya pikir belum sepenuhnya memadai sebab untuk yang nunggak belum ada sangsi tegas dan aturan anggota baru masih dirasa memberatkan. Pertemuan pengurus belum pernah ada, hanya ada sewaktu membuat laporan akhir tahun dibuat bersama-sama seluruh pengurus. Untuk pertemuan rutin diadakan satu bulan sekali dengan kegiatan diawali pengajian diteruskan kegiatan simpan pinjam yang di dalamnya dilaporkan uang beredar dianggota dan uang yang ada di kas pengurus atau yang dimasukkan di bank, acara terakhir yaitu acara lain-lain untuk membahas keluhan, masukan ataupun saran, informasi. Pada acara ini biasanya masukan atau saran yang sesuai dibahas dan ditanggapi pengurus dan anggota dengan musyawarah. II. Kapasitas Anggota Simpan Pinjam Pengetahuan Pak Riswan mengatakan aturan yang ada untuk mengertikan anggota harus berulang-ulang memberitahukannya, katanya nggeh-nggeh (ya-ya) padahal sebenarnya belum paham. Seperti bila ada yang nyebarak seharunya tidak boleh lewat besaran pinjaman yang ditentukan tapi kadang hal tersebut dilanggar. Atau bila membagi hasil kulit kurban ada saja yang mencurigai pengurus, begitu pula bila teman ada yang pinjam kadang ada beberapa yang curiga dengan teman lainnya yang pinjam (apa bisa mengembalikan). Keterampilan Mengelola Pinjaman Anggota rukun lestari tahun ini menjadi kurang tertib dalam mengangsur pinjaman, mungkin aturannya yang longgar/adanya sebrakan. Sebelumnya sekitar 3 atau 4 orang yang biasa nunggak, tetapi sekarang disamping 3 atau 4 orang tersebut ditambah orang yang nyebrak tidak bisa mengembalikan. Untuk pengajuan pinjaman biasanya yang sudah punya pekerjaan/usaha biasanya sesuai, tapi bagi yang tidak punya usaha sering berdasar kebutuhan mendesak. Persepsi dan Sikap Persepsinipun anggota kalian sitem simpan pinjam katah dereng memahami betul, meniko kalian sikap engkah digadahi anggota engkang nunggak. Kadang cuek malahkepingine nyebarak lan sakteruse, kedahe sebrakang diwangsulaken ulan ngarep kadang malah mboten. Malahmalah dados tunggakan maleh.
131 Lanjutan Wawancara Mendalam 4 I. Karakteristik Anggota Simpan Pinjam 1. Nama : Kantiyo 2. Umur : 18 Agustus 1958 (48 Tahun) 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : SD (tidak tamat) 5. Jenis Kelamin : Laki-laki 6. Jumlah Tanggungan : 3 orang 7. Status Perkawinan : Kawin 8. Pekerjaan Pokok : Tukang Batu 9. Pekerjaan Sampingan : Ternak Kambing 10.Menjadi anggota SP sejak : tahun 1999 Hari / tanggal wawancara : Senin, 10 Juli 2006 Pukul/tempat : 19.15 -19.35 WIB / Rumah Bapak Kantiyo II. Kapasitas Lembaga Kepemimpinan Pak dusun utawi aparat desa meniko ketingale mboten nate dateng, lek bantuan sak eling kulo mong JPS waktu rukun lestari madek, ketua rukun lestari meniko tanggi kulo nggeh kulo kenal cedhak. Bantuan sangkeng muzaki (dhermawan) nggeh kadang wonten, neg sing mesti niko bantuan sangking pembagian jatah kulit biasane sebagian dibagi, sebgian maleh dilebetke wonten kempalan dados tabungan anggota. Pengurus niko mboten dipilih kok pak, mung ditunjuk kaleh pak Kadar nopo pak Isman terus di iyani anggota mung ngoten.. Alasan kulo dherek kumpulan nggeh angsal pinjaman hubungane kaleh ketua nggeh sae mawon, mung kaleh anggota sanesa nggeh sering dirasni kaitane kaleh pinjaman tapi kados pundhi mboten gadah dhet (uang) gawe ngansur. Wong ketuane mawon mboten menopo-menopo nunggak khok.Mung nunggak nggeh mboten diwenehi sangsi, jare sing penting tekane neng kumpulan. Norma Aturane simpan pinjam niku nggeh enten iurang wajib RP. 2.000,00 iuran kesejahteraan dhamel wong sakit Rp. 1.000,00 pinjaman paling gedhe Rp. 400.000,00 diangsur ping 10 kali. Terus lek nyebrak kudu nglunasi pinjaman utowo nyebrak rumien terus sasi ngarep kedah mangsulke sebrakkanne III. Kapabilitas Anggota Pak kantiyo tinggal di rumah semi permanen, dengan 2 anaknya yang masih SD kelas V dan kelas III. Dia mengatakan, kami ini penghasilan paspasan pak jadi bila sakit ya kadang-kadang ke Puskesmas.
132 Lanjutan Dia bilang sebenarnya istri nya juga sudah membantu cari rumput untuk ternak kambingnya. Bagaimana mau banyak kambingnya sebab sering keburu dengan kebutuhan yang saling susul menyusul. Pak kantiyo anggota rukun lestari yang mendapat program penanggulangan kemiskinan lewat SLT (santunan langsung tunai), dia mengatakan dana tersebut untuk sekolah anak-anaknya. Dari hasil wawancara dengan Pak Kantiyo didapat informasi mengenai pendapatan perbulan dengan pengeluaran kebutuhan rumah tangga dihitung perbulan sebagai berikut : Pendapatan : - Sebagai Tukang Batu - Dari ternak kambing Jumlah Pengeluaran : - Pendidikan - Kesehatan - Pangan - Pakaian dibeli setahun sekali sewaktu lebaran - Lain-lain Listrik Pinjaman + iuran rukun lestari Jumlah
Rp. 500.000,00 Rp. 100.000,00 _____________ Rp. 600.000,00
Rp. Rp. Rp. Rp.
36.000,00 – 450.000,00 25.000,00
Rp. 40.000,00 Rp. 43.000,00 _____________ Rp. 594.000,00
133 Lanjutan Wawancara Mendalam 5 I. Karakteristik Anggota Simpan Pinjam 1. Nama : Ibu Prawiro 2. Umur : 60 Tahun 3. Agama : Islam 4. Pendidikan : Tidak Sekolah 5. Jenis Kelamin : Perempuan 6. Jumlah Tanggungan : 3 orang 7. Status Perkawinan : Kawin 8. Pekerjaan Pokok : warung kelontong 9. Pekerjaan Sampingan : - / suami tidak bekerja 10.Menjadi anggota SP sejak : tahun 1999 Hari / tanggal wawancara : Minggu, 16 juli 2006 Pukul/tempat : 10.00 -10.15 WIB / Rumah Ibu Prawiro Ibu Prawiro merupakan ibu kandung ibu Tatik yang juga anggota simpan pinjam rukun lestari. Di rumah Ibu prawiro dihuni 3 kepala keluarga selain ibu Tatik dengan keluarganya juga adik ibu Tatik yang sudah berkeluarga juga berada satu rumah dengan Ibu Prawiro, dalam kesehariannya ibu tersebut berjualan kebutuhan rumah tangga dan jajanan anak-anak. Dalam kesempatan kunjungan peneliti sempat wawancara dengan hasil sebagai berikut. II. Kapabilitas Lembaga Kepemimpinan Sewaktu menjawab apa kehadiran Aparat Desa dan mungkin dari Pak Dukuh dia menjawab, kayaknya tidak pernah. Bantuan dari pihak luar untuk rukun lestari yang ia ketahui adalah beberapa kali dari muzaki dan penjualan kulit pada waktu hari raya haji, yang sebagian di bagi langsung ke anggota dan sebagian lagi di masukkan ke tabungan anggota. Beberapa pertanyaan ia jawab hanya dengan senyum, namum harapan Ibu Prawiro adalah bagaimana ketua atau pengurus mengusahakan modal agar anggota dapat pinjam lebih banyak. Dia mengatakan bila pinjaman bisa lebih Rp. 1.000.000,00 atau mungkin lebih lagi bisa digunakan untuk memperbanyak dagangan dan dapat menambah pendapatan. Kepercayaan Alasan mengikuti kegiatan simpan pinjam rukun lestari yang utama ya dapat pinjaman, sebab usahanya kadang-kadang hasilny ikut untuk kebutuhan sehari-hari dan ini kadang kadang untuk kolakan lagi sudah tidak punya uang. Tapi adanya rukun lestarikan bisa pinjam dan nyebarak. Saya ikut kegiatan rukun lestari sebulan sekali dan tempatnya berpindah-pindah, kadang dirumah anggota dan kadang juga di masjid. Untuk mendapat pinjaman prosesnya yang mengajukan di tulis di buku anggota masing-masing bila setelah disetujui kemudiang anggota yang pinjam menandatangani di buku pinjaman.
134 Lanjutan Norma Aturan rukun lestari adalah bayar iuran bulanan Rp. 2.000,00 dan iuran kesejahteraan Rp. 1.000,00 dan pinjaman paling banyak Rp. 400.000,00 dipotong bunga di depan sebesar Rp. 40.000,00 atau (10% jadi yang pinjam menerima Rp. 360.000,00 di kembalikan 10 kali. Bagi yang menunggak dalam pertemuan biasanya diingatkan, untuk sangsi di bilang tidak ada Cuma bila lama tidak hadir dan tidak membayar cicilan salah seorang pengurus atau anggota lain datang untuk mengetahui keadaan anggota yang pinjam maupun yang beberapa kali tidak hadir ini seperti Ibu Prawiro alami. Untuk keuangan pada setiap kali pertemuan dibacakan baik jumlah uang yang berada di anggota juga sisa kas setiap bulannya. III. Kapabilitas Anggota Ibu prawiro tinggal di rumahnya sendiri di temani anak cucu dan mantunya, dia mengatakan bila sakit biasanya datang ke bidan yang ada di RW 04 Dusun Dawukan kalau tidak kadang ke Puskesmas di antar anaknya. Kesehariannya dia berjualan dan mengikuti pengajian ranting Muhammadiyah disamping aktif ikut paguyuban rukun lestari. Dia mengatakan : Kulo niki usaha sadeyan nggeh pun dangu, tinimbang mung meneng kemawon nggeh sekecane sadeyan kan saget ngiras ngirus ben awet urep. Disamping kaleh mbantoni anak-anak kulo, kalian bek e putu-putu kulo butuh jajanan. Lha entene paguyuban rukun lestari nggeh sae, lha wong saget damel jaganan bileh kulo mboten gadah modal damel kolakan. Sewaktu pengkaji tanya penghasilan dan pengeluaran sehari-hari dia hanya mengatakan sepeinten tho pak,niki mung gawe nyambung urep. Namun dari beberapa kali pengkaji tanya akhirnya Ibu Prawiro mau menjawab mengenai pendapatan dan pengeluaran perbulan sebagai berikut : Pendapatan : - Dari usaha toko kelontong Pengeluaran : - Pendidikan - Kesehatan - Pangan - Pakaian dibeli setahuan sekali sewaktu lebaran - Lain-lain Listrik (patungan dengan anaknya) Simpan pinjam + iuran Jumlah
Rp.
450.000,00
Rp. Rp. Rp. Rp.
– – 300.000,00 30.000,00
Rp. 30.000,00 Rp. 43.000,00 _____________ Rp. 403.000,00