USULAN PROGRAM KEMITRAAN MASYARAKAT (PKM)
Pengolahan Kuliner Mangrove Non Kayu Dan Kebun Bibit Di Kelurahan Rempang Cate Kecamatan Galang Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau
Oleh : Ketua Anggota
: Yarsi Efendi, S.Si,.M.Pd NIDN 1001037301 : Ade Parlaungan Nasution, SE,.M.Si NIDN 1006086801
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN BATAM 2017
i
RINGKASAN Dalam PKM Pengolahan Kuliner mangrove non kayu dan kebun bibit di Kampung Dapur Arang Rempang Cate Batam ini adalah upaya meminimalisir aktivitas penebangan kayu mangrove (bakau) untuk dijadikan arang karbon, secara massif oleh masyarakat dengan cara mencarikan alternative mata pencaharian (alternative livelihood) melalui usaha produksi aneka kuliner dari mangrove non kayu kebun bibit (mangrove nursery). Pada prakeknya kegiatan ini berupa pembimbingan dan pendampingan proses pengolahan propagul (buah) dan daun mangrove untuk dijadikan aneka kuliner seperti sirop, kue bolu, keripik, dodol, teh dan aneka kuliner lainnya. Selanjutnya akan dilanjutkan dengan pembinaan manajemen produksi, pemasaran dan keuangan serta kewirausahaan bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir Rempang Cate (umumnya adalah pekerja dapur arang karbon) sehingga secara bertahap dapat mengurangi aktivitas penebangan liar kayu bakau untuk produksi arang. Tidak adil jika kita hanya melihat dari sisi konservasi saja tanpa melihat aspek sosial ekonomi masyarakat yang secara historis adalah masyarakat pesisir yang menggantungkan kehidupannya dari sumber daya laut. Dan salah satu sumber daya dalam ekosistem laut adalah mangrove. Salah satu solusi yang memungkinkan adalah usaha untuk melakukan transformasi mata pencaharian masyarakat, khususnya pekerja di sektor produksi arang dengan usaha-usaha produktif dengan tetap memanfaatkan hasil dari vegetasi mangrove ini, namun tidak dengan cara melakukan penebangan. Artinya tegakan kayu bakau dapat dijaga oleh masyarakat dan mereka boleh memanfaatkan buah dan daun untuk dijadikan aneka kuliner yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Karena pohon
mangrove juga memiliki potensi yang luar biasa untuk diolah menjadi aneka kuliner yang ramah dan menyehatkan. Buah (propagul) mangrove dari berbagai jenis saat ini sudah banyak diolah menjadi aneka kuliner seperti, dodol mangrove (diolah dari tepung yang berasal dari pohon apiapi/Avicennia spp, Sirop mangrove yang diolah dari buah pedada/ Sonneratia spp, Bolu mangrove yang diolah dari tepung yang berasal dari buah tumu/Brugueira spp, teh dan kerupuk mangrove dari daun tanaman jeruju/Acantus ilicifolius. Kata Kunci : konservasi mangrove, kuliner mangrove, transformasi mata pencaharian, dapur arang bakau.
ii
BAB 1. PENDAHULUAN
Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Hutan Indonesia merupakan salah satu hutan yang memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem lingkungan dunia. Hutan Indonesia terdiri atas berbagai jenis hutan. Salah satunya adalah hutan bakau atau hutan mangrove. Luas hutan mangrove di dunia hanya 0,4% dari luas hutan dunia. Akan tetapi hutan mangrove memiliki peran besar sebagai penyerap dan penyimpan karbon yakni sekitar lebih dari 4 gigaton C/tahun sampai 112 gigaton C/tahun. (Hery Purnobasuki, Dept. Biologi, FST Universitas Airlangga, 2012). Sayangnya, belum semua penduduk menyadari akan pentingnya fungsi hutan mangrove tersebut. Indonesia yang memiliki 75% dari total hutan mangrove di Asia Tenggara masih belum bisa mengoptimalkan fungsi hutan mangrove. Salah satu wilayah di propinsi kepulauan Riau, yang masih memiliki tegakan vegetasi mangrove adalah daerah Kota Batam. Meskipun sudah di tetapkan sebagai kawasan berikat, yang di peruntukan bagi Industri, perdagangan dan alih kapal. Namun tetap memiliki kekhasan vegetasi Mangrove sebagai ekosistem alami yang membentuk gugusan pulau-pulau dan menjadi bagian dari wilayah adiministratif Kota Batam. Namun kondisi ekosistem mengrove di wilayah Batam dan sekitarnya terus mengalami degradsai akibat tekanan yang berlebihan.
Ratusan hektar lahan mangrove
berobah fungsi dan di reklamasi menjadi kawasan komersil seperti industry alih kapal, pelabuhan, kawasan perdagangan dan pemukiman, tempat wisata dan lain – lain. Degradasi kuantitas dan kualitas ini semakin di perparah oleh aktifitas masyarakat di pesisir yang mengkonversi kayu mangrove (Rhizophora spp/bakau) untuk dijadikan arang bakau. Aktifitas industri arang bakau ini sangat sulit untuk di hentikan, karena sudah berlangsung secara turun temurun. Dan tingginya tingkat permintaan arang karbon dari Negara tetangga Singapura dan Malaysia. Di beberapa wilayah pesisisir di Kota Batam, industry arang masih aktif melakukan proses produksi, ini berarti sampai saat ini masih berlangsung kegiatan penebangan secara liar kayu bakau ( umumnya marga Rhizophora spp) untuk kemudian di bawa ke tungku arang untuk dijadikan arang karbon.
iii
Beberapa sentra produksi arang bakau di wilayah Kota Batam, yaitu : Kampung Bagan Kelurahan Tanjung
Piayu Kecamatan Sei Beduk, terdapat 20 tungku arang,
dengan kebutuhan ± 2.100. batang kayu bakau perbulan. Berikutnya Dapur 12 di kecamatan Sagulung, Daerah Rempang cate, terdapat 5 tungku aktif, di daerah Sembulang Kecamatan Galang merupakan salah satu sentra produksi arang bakau terbesar di Kota Batam, dimana setiap harinya terlihat terlihat tumpukan kayu puluhan ton setiap hari yang di panen dari hasil hutan dan pulau pulau kecil di sekitar Batam, dengan produksi ekspor mencapai 4 kontainer (ukuran 40 ft) per harinya. (Yarsi, 2016). Dapat dibayangkan dampak dari aktifitas dapur arang ini terhadap berkurangnya tegakan pada ekosistem mangrove di sepanjang pesisir Pulau Batam dan pulau – pulau disekitarnya. Akibat penebangan kayu bakau secara lioar untuk kebutuhan industry arang bakau.
Gambar1. Tumpukan kayu dan tungku pembakar
Kebutuhan arang di Singapura umumnya dipasok dari Batam dan Kepulauan Riau. Arang tersebut dibawa oleh toke arang dengan menggunakan kapal kayu. Dalam beberapa hari sekali, toke bolak-balik Batam-Singapura. Pergi ke Singapura membawa arang dari kayu bakau, pulangnya toke tersebut membawa berbagai sembako yang
iv
dibutuhkan warga Batam. Transaksi masih dilakukan dengan cara tukar barang langsung (barter) Penjualan kayu arang ini sudah dilakukan sejak zaman penjajahan Belanda. Pengiriman arang besar-besaran ke Singapura dilakukan pada era tahun 1960-an. Saat itu, penduduk Singapura sudah mulai ramai sehingga kebutuhan arang sangat besar. Arang diproduksi di beberapa lokasi pesisir di Batam. Dapur arang ini biasanya milik tauke. Kadang satu tauke arang memiliki beberapa dapur arang yang mempekerjakan beberapa orang. Ada juga tauke arang yang mengumpulkan arang-arang dari penduduk. Setelah cukup barulah dibawa ke Singapura. Beranjak dari rasa keprihatinan terhadap semakin menurunnya luasan tegakan vegetasi mangrove akibat alih fungsi, ekspoitasi kayu bakau oleh masyarakat dan aktivitas lain yang berakibat terhadap menurunnya kantitas dan kualitas ekosistem mengrove tersebut, maka kami tergerak untuk ikut mencarikan solusi dengan melakukan kajian, pembinaan dan aksi nyata konservasi dan rehabilitasi ekosistem mangrove bersama masyarakat. Kegiatan yang akan diadakan berupa : 1. Kegiatan pembangunan mangrove nursery dan pembibitan mangrove bersama masyarakat. 2. Pengawetan plasma nutfah vegetasi mangrove 3. Penyediaan bibit mangrove berkualitas dan siap tanam. 4. Edukasi tentang konservasi sumber daya mangrove khususnya bagi masyarakat pesisir. 5. Pembinaan dan pembimbingan pemanfaatan sumber daya mangrove non kayu sebagai penganan ( makanan dan minuman), pewarna batik, dll. Sebagai usaha alternative mata pencaharian masyarakat dengan tetap menjaga tegakan mangrove di lingkungan mereka. 6. Pembinaan dan pelatihan manajemen usaha, pembukuan, produksi dan pemasaran produk hasil olahan dari mangrove. Daerah yang terpilih untuk program ini adalah Kampung Cate Kelurahan Rempang Cate Kecatamatan Galang.
v
Gambar.1 Peta Lokasi dan jarak dari Kampus UNRIKA Batam ke Kelurahan Rempang Cate
Pemilihan daerah Kampung Cate untuk kegiatan konservasi dan rehabilitasi ini didasarkan atas pertimbangan: 1. Ketersediaan propagul (buah) yang memadai dari berbagai jenis di wilayah pesisir. Sehingga memungkinkan untuk melakukan program kebun bibit (nursery) dan pembuatan aneka kuliner. 2. Tingginya laju kerusakan vegetasi akibat penebangan liar oleh masyarakat, khususnya pekerja di sektor dapur arang. Data ini didapatkan berdasarkan studi yang telah dilakukan. Efendi, Y (2013). Studi Tingkat Kerusakan Vegetasi Mangrove di Perkampungan Dapur Arang Kampung Bagan Tanjung Piayu Kota Batam. Jurnal Dimensi UNRIKA Batam. Kegiatan ini ini meliputi : a. Pendataan potensi sumber daya dan ekxisting luas bentangan lahan mangrove. b. Studi Ekologi dan Keanekaragaman jenis mangrove di daerah sentra dan pulau-pulau terdekat sekitarnya.
vi
c. Studi tingkat kerusakan ekosistem mangrove. Studi ini berdasarkan acuan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 201 Tahun 2004, tentang Kiteria Tingkat Kerusakan dan Panduan Penentuan Kerusakan Mangrove. Serta Kriteria Baku Mutu Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove (Men-KLH, No.45/11/1996). Tingginya laju penebangan liar kayu bakau oleh masyarakat untuk kemudian dijadikan arang bakau sulit dihentikan, karena kegiatan produksi arang bakau ini telah terjadi secara turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga sulit untuk dihentikan. Perlu suatu upaya untuk mereduksi laju penebangan liar ini. Salah satunya adalah dengan cara mencarikan alternative mata pencaharian (alternative livelihood), dengan tidak merobah (transformasi) secara drastis. Artinya masyarakat tetap beraktivitas di mangrove namun secara perlahan dilakukan perobahan dari pemanfaatan potensi kayu mangrove ditransformasikan ke pemanfaatan buah, dan daun, yang diolah menjadi bahan pangan dan bernilai ekonomis. Dengan demikian akan timbul kesadaran untuk merawat dan memelihara pohon mangrove itu sendiri. Salah satu contoh pemanfaatan non kayu adalah pengolahan buah mangrove menjadi bahan makanan. Contoh makanan dari mangrove adalah : a. Buah pedada (Soneratia Spp.) dapat dibuat syrup, selai, dodol, permen dan lain-lain. b. Buah api-api (Avicenia Spp.) dapat dibuat keripik, bahan tepung pembuatan kue basah dan lain-lain. c. Nipah (Nypa fruticans) sebagai bahan bahan baku minuman (es buah) dan buahnya bisa langsung dimakan (Kusmana, 2003). Beberapa jenis buah mangrove yang bisa diolah menjadi bahan pangan diantaranya adalah mangrove jenis Avicennia alba dan Avicennia marina atau yang lebih dikenal masyarakat dengan naman api-api lebih cocok untuk dibuat keripik karena ukurannya kecil seperti kacang kapri dan rasanya gurih serta renyah seperti emping melinjo. Sonneratia sp dapat dibuat tepung dan dapat diolah menjadi beraneka ragam kue, seperti kelepon, bolu, kue kering, dodol, sirup dan makanan lezat lainnya. Adapun Rhizopora mucronata atau biasa disebut bakau perempuan yang tingggi buahnya sekitar 70 sentimeter serta Rhizopora apiculata (bakau laki) yang tingginya sekitar 40 sentimeter, lebih cocok dibuat sayur asam karena rasanya segar. Sonneratia alba yang biasa disebut pedada yang buahnya seperti granat nanas, lebih cocok untuk dibuat permen karena rasanya asam. Nypa frutican lebih cocok untuk dibuat kolak. Buah vii
Aibon (Bruguiera sp) merupakan komoditi alternatif pengganti beras dan ubi yang akan digunakan jika sewaktu-waktu terjadi gagal panen. Komposisi buah aibon (mangrove) jika dibandingkan dengan singkong, ubi jalar, beras dan sagu, maka komposisi buah aibon lebih menyerupai singkong, kandungan karbohidratnya hampir sama, yaitu 92 %. Buah aibon memiliki prospek sangat baik untuk dikembangkan menjadi bahan pangan alternatif pengganti beras, terutama bagi masyarakat di sekitar pesisir pantai, juga sebagai penyedia karbohidrat maupun sebagai bahan baku industri. (Sudarmadji, 2001).
Dan
masih banyak lagi buah mangrove yang dapat diolah menjadi aneka kuliner yang menyehatkan.
viii
BAB 2. SOLUSI DAN TARGET Targetnya berupa pengurangan aktivitas penebangan liar kayu bakau dan meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang telah dianalisis secara sederhana di bab 1 pendahuluan. Adapun luaran dari pengabdian masyarakat ini adalah : dihasilkan aneka kuliner (sirop, bolu, dodol, keripik, dan teh) berbahan baku mangrove non kayu. Serta memuwudkan Mangrove nursery, (Pembibitan dan Arboretum) kegiatan pembibitan propagul mangrove dari berbagai jenis dengan pola simbiosis bersama masyarakat di daerah sentra dan pulau-pulau sekitarnya. Target dari nursery ini adalah : a. Menjadikan
kebun
bibit
mangrove
Kampung
Cate
sebagai
tempat
pelestarian
keanekaragaman jenis mangrove dari kepunahan atau hilangnya beberapa spesies mangrove dari wilayah pesisir Kota Batam. Potensi kepunahan spesies ini sangat mungkin terjadi, dan bahkan sudah terjadi, akibat eksploitasi lahan mengrove secara besar-besaran oleh alih fungsi lahan untuk kawasan komersil seperti galangan kapal, industri baja, pelabuhan, pemukiman, dan peruntukan lainnya. Dan kondisi ini diperparah dengan penebangan liar oleh masyarakat terhadap kayu mangrove khususnya marga Rhizophoraceae (bakau) untuk konsumsi industri konvensional arang bakau. b. Menjadikan kebun bibit mangrove Kampung Cate sebagai pusat informasi ilmiah dan wisata edukasi mangrove yang dapat digunakan sebagai laboratorium lapangan (arboretum) bagi kepentingan pendidikan, penelitian, dan objek wisata (eco tourism). c. Menjadikan kebun bibit mangrove Kampung Cate sebagai penyuplai kebutuhan bibit mangrove untuk usaha rehabilitasi (replanting) khususnya di wilayah Kota Batam maupun Kepulauan Riau secara Umum. Dari estimasi kasar yang kami lakukan, lebih dari 50 juta bibit yang di butuhkan untuk merecovery wilayah pesisir kota Batam agar pulih dan hijau lestari. Namun persoalan saat ini adalah terbatasnya ketersediaan bibit dari pembibit-2 lokal. Dan bahkan ada kecendrungan dari beberapa stakeholder yang melakukan gerakan tanam bakau, mesti mendatangkan bibit dari luar Batam. Kondisi ini tentunya peluang yang cukup baik jika dilakukan pemberdayaan masyarakat pesisir untuk melakukan usaha mata pencaharian alternative (alternative livelihood), melalui program pembibitan propagul mangrove. Keuntungan dari pogram seperti ini adalah, dapat di hasilkan bibit siap tanam yang memiliki peluang hidup cukup besar, karena kesamaan adaptasi terhadap kondisi lingkungan fisik, kimia, dan biologis yang sama, dibanding dengan mendatangkan bibit dari luar. Dan keuntungan lainnya tentu saja akan dapat dilakukan penghematan dari sisi anggaran. Dari
ix
informasi pasar saat ini 1 polibag bibit mangrove dijual dengan harga antara Rp. 8.000,-. Sampai dengan Rp. 15.000,- per polibag. Nilai ini akan dapat di tekan jauh lebih kecil jika pembibitan dilakukan secara insitu di wilayah pesisir Batam sendiri. d. Menjadikan Kampung Cate sebagai sentra industri rumah tangga dalam pemanfaatan propagul (buah mangrove) sebagai kuliner yang bernilai gizi tinggi. Beberapa produk penganan dan minuman yang saat ini sedang booming dan diminati oleh masyarakat antara lain : 1) Minuman berupa sirop, dodol, jenang, jus, cocktail dari buah pedada. Kuliner ini berbahan baku buah pedada (Sonneratia alba). Pohon ini banyak dijumpai di sepanjang pesisir pulau Batam, dan pulau-2 lain di Kepri. 2) Selanjutnya ada bolu, donat, keripik dan mangrove berbahan dasar tepung dari buah tumu (Bruguera gymnorhiza). Spesies ini tumbuh subur di zona terluar kearah muka laut. Banyak dijumpai di Batam dan sekitarnya. Serta pulau pulau lain di Kepulauan Riau. 3) Cendol, dawet, agar-agar , combro, dan pudding mangrove yang diolah dari buah pohon api-api (Avicennia marina, dan Avicennia alba.
Pohon jenis ini banyak
dijumpai disepanjang pesisir Pulau Batam dan pulau-pulau kecil lainnya di wilayah Kota Batam. Jenis ini merupakan vegetasi terluar dari ekosistem mangrove. 4) Teh mangrove yang diolah dari tanaman mangrove dari jenis jeruju (Acanthus ilicifolius). Jenis jeruju ini merupakan vegetasi penutup tanah pada ekoisistem mangrove. Memiliki distribusi yang luas sehingga mudah untuk mendapatkannya. Dibeberapa daerah daun jeruju juga dibikin keripik oleh masyarakat. 5) Namun tidak hanya untuk makanan yang bernilai gizi tinggi saja mangrove dimanfaatkan. Saat ini di beberapa daerah di Pulau Jawa. Dikembangakan batik mangrove. Batik mangrove saat ini menjadi primadona fashion. Dan bahkan sudah menembus pangsa pasar mancanegara. Bahan Baku untuk batik mangrove Rhizophora mucronana, Rhizophora apiculata sangat banyak di jumpai di sepanjang pesisir pulau-2 di wilayah Batam.
x
Adapun ringkasan luaran yang akan dihasilkan dapat disarikan pada Tabel 1:
Tabel 1. Target Capaian Luaran No
xi
Jenis Luaran Luaran Wajib
Indikator Capaian
1. 2. 3. 4. 5.
Publikasi ilmiah di jurnal nasional ber ISSN Publikasi pada media repocitory PT Peningkatan daya saing Peningkatan penerapan IPTEK di Masyarakat Perbaikan tata nilai masyarakat Luaran Tambahan
Published Terbit Ada Ada Ada
1.
Buku panduan pengolahan kuliner mangrove dan pembibitan mangrove ber ISSN
Draf
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
Metode pelaksanaan kegiatan PKM Pengolahan Kuliner mangrove non kayu dan kebun biit di Kampung Dapur Arang Rempang Cate Batam digambarkan dalam diagram berikut ini berupa solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang ada
M I
PERMASALAHAN
SOLUSI
Maraknya penebangan mangrove untuk produksi arang
Pelatihan dan pendampingan pembuatan kuliner dan nurseri mangrove
Pemahaman masyarakat tentang penting konservasi mangrove masih rendah
Penyuluhan dan Pembinaan akan dampak ekspoitasi kayu mangrove dan Berbagai Menu
Dana dan keuangan terbatas Dibangun
PELATIHAN 3 Penyuluhan dan Praktek Pemodalan serta Keuangan
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 3
Pemasaran produk mangrove Kurang Luas
PELATIHAN 4 Penyuluhan dan Praktek Penjualan serta Pemasaran
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 4
T R A
PELATIHAN 1
PELATIHAN 2
EVALUASI
LUARAN : 1. Aneka Kuliner Mangrove siap jual 2. Kebun Bibit Mangrove 3. Publikasi xii
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 1
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 2
BAB 4. KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Tim pengusul dari kegiatan PKM Usaha Aneka Kuliner dan Nursery Mangrove di Kampung Dapur Arang Rempang Cate Batam terdiri dari beberapa dosen yang berkompeten dibidang masing-masing yang sangat sinergi dengan kegiatan IbM ini. Adapun personil dan kompetensinya adalah : Ketua Yarsi Efendi adalah dosen tetap di Prodi Pendidikan Biologi dan Direktur Lembaga Penelitian dan Studi Lingkungan Hidup UNRIKA Batam. Beliau berpengalaman dalam kegiatan pengabdian masyarakat salah satunya tim ahli dan tutor pada program CSR PERTAMINA PUSAT yang berkaitan dengan konservasi khususnya mangrove. Disamping itu juga menjabat sebagai Pembina HIMPALA UNRIKA. Ketua penelitian pernah mengikuti seminar-seminar yang berhubungan dengan konservasi Ekosistem Pesisir. Anggota Tim adalah Ade Parlaungan Nasution, merupakan dosen tetap Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi UNRIKA. Beliau mempunyai kompentensi dalam pembinaan manajemen dan pemasaran usaha kecil dan menengah, dan sering terlibat dalam beberapa kegiatan pembinaan dan pendampingan usaha kecil khususnya bagi masyarakat di hinterland (pesisir) di Kota Batam. (edukasi dan pembinaan sumber daya manusia masyarakat. Saat ini beliau aktif di beberapa organisasi yang berkaitan dengan latar belakang ilmunya, diantaranya Dewan Pengupahan Kota Batam, Konsultan Ahli di Dinas Koperasi dan UKM Kota Batam yang banyak melakukan supervisi di berbagai Koperasi dan UKM di Kota Batam terutama di bidang pemasaran dan akuntansi.
.BAB 5. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 5.1 Biaya
Ringkasan anggaran biaya meliputi : honorarium, bahan habis pakai dan peralatan, perjalanan (termasuk biaya seminar hasil, pelatihan), Lain-lain (publikasi, laporan, dll). Tabel 1. Rekap Anggaran Biaya Kegiatan No 1 2 3
xiii
Jenis Kegiatan Honorarium Bahan habis pakai dan peralatan Perjalanan
Biaya yang Diusulkan (Rp.) 13.500.000 20.500.000 7.400.000
4
Lain-lain A. Publikasi B. Laporan C. Pelatihan
2.500.000 1.000.000 5.000.000 49.900.000
Total biaya
1. Honorarium No.
1
5
Pelaksana Mahasiswa Petugas Lapangan Pemuda setempat Petugas Lapangan
Satuan
Minggu
Jumlah
Harga Satuan (Rp.)
5 Orang x Minggu
10
1 x 10
150,000
7,500,000
4 Orang x Minggu
10
1 x 10
150,000
6,000,000
Sub total biaya honorarium 2. Bahan habis pakai dan peralatan No Rincian anggaran 1 Pembukaan lahan 2 Pembuatan rumah bibit 3 Bahan pembuatan kue bolu, sirop, keripik. Dodol dan teh mangrove. 4 Pembelian alat pembuat kue dan sirop 5 Bahan bakar 6 Bahan literature dan kepustakaan Sub total biaya peralatan
xiv
Jumlah Biaya (Rp.)
13,500,000
Biaya (Rp.) 4.800.000 5.200.000 4.200.000 4.500.000 1.000.000 700.000 20.400.000
3. Perjalanan No Rincian Anggaran 1 Perjalanan survey ke Kec.Rempang Cate 2 Transportasi Laut di pulau-pulau kecil sekitar Cate untuk mengumpulkan propagul 3 Perjalanan ke Kec. Rempang Cate untuk Pelatihan Pembibitan ke Rumah Bakau Indonesia Tj. Piayu 4 Perjalanan ke Kec. Rempang Cate untuk Pelatihan pembuatan aneka kuliner mangrove 5 Perjalanan ke Kec. Rempang Cate untuk pembuatan nursery mangrove 6 Perjalanan ke Kec. Rempang Cate untuk monitoring Pengabdian Sub total biaya perjalanan
Biaya (Rp.) 1.000.000 2.500.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 1.000.000 7.500.000
4. Lain-lain 4.A. Publikasi No Rincian anggaran 1 Pendaftaran Seminar Internasional 2 Perjalanan Seminar 3 Akomodasi Seminar Sub total biayapublikasi
Biaya (Rp.) 1.000.000 500.000 1.000.000 2.500.000
4.B.. Laporan No Rincian anggaran 1 Makalah Seminar 2 Foto kopi dan penggandaan 3 Penjilidan Sub total biaya laporan
Biaya (Rp.) 400.000 400.000 200.000 1.000.000
4.C. Biaya Pelatihan dan Pendampingan Berkelanjutan Pelatihan dan Pendampingan dilaksanakan berkali-kali agar peserta menguasai materi dan mendapatkan ketrampilan pengolahan propagul dan pembibitan mangrove dan menjadi wirausaha sukses. No Jenis Pelatihan Biaya per satuan Total (Rp) 1 Pelatihan pembuatan aneka kuliner 2.000.000 2.000.000 2 Pelatihan pembibitan Mangrove 1.000.000 1.000.000 3 Pelatihan Menejemen dan pemasaran 1.000.000 1.000.000 4 Pelatihan Kemasan dan Merek 1.000.000 1.000.000 Sub total biaya pelatihandan pendampingan 5.000.000
xv
5.2 Jadwal Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan IbM Pengolahan Kuliner mangrove non kayu dan Kebun Bibit di Rempang Cate Kota Batam ini direncanakan selama 8 bulan. Adapun jadwal pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan PKM Usaha Kuliner dan Kebun bibit mangrove di Rempang Cate Kota Batam di Rempang Cate Batam No 1 2 3 4 5 6 7 8
xvi
Uraian Kegiatan Peninjauan lapangan dan koordinasi dg kedua mitra Persiapan lahan kebun bibit (nursery) Proses pembuatan kebun bibit (nursery) Penyuluhan dan Sosialisasi Konservasi dan manfaat mangrove non kayu Pelatihan pembuatan aneka kuliner berbahan baku mangrove non kayu Pelatihan manajemen, pemasaran, pengemasan, kewirausahaan dan keuangan usaha kuliner mangrove Evaluasi Pembuatan Laporan
Bulan April Mei Jun Jul Agts Sept Okt
DAFTAR PUSTAKA
Aris Priyono, dkk, (2010). Beragam Produk Olahan Berbahan Dasar Mangrove. Dipublikasikan oleh KeSeMat. Semarang Jawa Tengah. Bengen, D., 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor. Bandaranayake, W.M., 2002. Bioactivities, Bioactive Compounds and Chemical Constituents of Mangrove Plants. AIMS Research. URL http :// www.aims.go.au/Australia Institute of Marine Science. Bandaranayake, W.M., 2005. The Uses of Mangrove. AIMS Research. URL http:// www.aims.gov.au/Australia Institute of Marine Science. Dahuri, R., J. Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. P.T. Pradnya Pramita, Jakarta. Kusmana, dkk, 2003. Hutan Mangrove Fungsi dan Manfaatnya. Fakultas Kehutanan IPB.Bogor. Pramudya, B., 2004. Strategi Diversifikasi Pangan. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional V Hak Kekayaan Intelektual dan Standarisasi pada 28 September 2004, kerjasama RISTEK dan Universitas Diponegoro di semarang. Purnobasuki,
H.,
2004.
Potensi
Mangrove
Sebagai
Tanaman
Obat.
http://www.uajy.ac.id/biota/abstrak/2004. Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor. Sadana. D. 2007. Buah Aibon di Biak Timur Mengandung Karbohidrat Tinggi. Situs Resmi Pemda Biak Num for news_.htm. Sudarmadji, S. 2003. Mikrobiologi Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM. Yogyakarta. Yarsi E, (2013). Studi Tingkat Kerusakan Vegetasi Mangrove di Perkampungan Dapur Arang Kampung Bagan Tanjung Piayu Kota Batam. Jurnal Dimensi UNRIKA Batam Yarsi E, (2016). Upaya Konservasi Ekosistem Mangrove Berbasis Kemandirian Masyarakat di Wilayah Pesisir Batam. UNRIKA Press Batam. http://travel.kompas.com/read/2012/12/22/08102021/Inilah.Dodol.dan.Kerupuk.Mangrove.dari.S ungai.Nipah http://manfaatdaunobat.blogspot.co.id/2014/10/manfaat-khasiat-bidara-laut-untuk.html http://www.ekowisatabali.com/wisata-kuliner/ http://visitcentraljava.com/olahan-kuliner-berbahan-buah-mangrove-semarang/ xvii
Lampiran 2 Gambaran Ipteks yang akan ditransfer kepada kedua mitra Skema Pengolahan kuliner mangrove non kayu dan Pembuatan kebun bibit di Kampung dapur arang Rempang Cate Batam.
M I T
PERMASALAHAN
SOLUSI
Ketergantungan terhadap kayu mangrove
PELATIHAN 1 Penyuluhan dan Praktek Pengolahan Kuliner dan Pembuatan kebun bibit
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 1
Manajemen usaha Mitra Kurang Bagus
PELATIHAN 2 Penyuluhan dan Manajemen usaha
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 2
Dana dan keuangan terbatas
PELATIHAN 3 Penyuluhan dan Praktek Pemodalan serta Keuangan
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 3
Pemasaran dan Pengemasan produk terbatas
PELATIHAN 4 Penyuluhan dan Praktek Penjualan serta Pemasaran
Monitoring dan pendampingan setelah Pelatihan 4
R A
EVALUASI
LUARAN : 1. 2. 3. 4.
xviii
Metode Pengolahan kuliner Produk kuliner siap pasar Publikasi Aneka Kuliner mangrove Publikasi suplier bibit mangrove
Lampiran 3 Peta Lokasi Wilayah Kedua Mitra Lokasi pelaksanaan kegiatan dengan informasi jarak dari kampus UNRIKA Batam ke Kelurahan Rempang Cate Kota Batam ± 43 KM Kampus UNRIKA
Rempang Cate
Gambar 9. Peta yang menunjukkan Kampus Universitas Riau Kepulauan Batam dengan Rempang Cate xix
Lampiran 4. Surat pernyataan kesediaan mitra SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: 1.Nama : Arjuna 2.Jabatan : Ketua 3.Nama IRT/Kelompok 4.Bidang Usaha 5. Alamat
: Pemuda Peduli Bakau Rempang Cate : Pelestarian/konservasi Ekosistem, mangrove, dan Pembibitan propagul mangrove : Kelurahan Kampung Cate Kecamatan Galang Kota Batam
Menyatakan bersedia untuk bekerja sama dalam pelaksanaan kegiatan Program PKM, guna menerapkan IPTEK dengan tujuan mengembangkan produk/jasa atau target sosial lainnya, dengan : Nama Ketua Tim Pengusul : Yarsi Efendi, S.Si,.M.Pd, Perguruan Tinggi : Universitas Riau Kepulauan Batam Bersama ini pula kami menyatakan dengan sebenarnya bahwa di antara Usaha Kecil/ Menengah atau Kelompok dan Pelaksanaan Kegiatan Program tidak terdapat ikatan kekeluargaan dan usaha dalam wujud apapun juga. Demikian Surat Pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab tanpa ada unsur pemaksaan di dalam pembuatannya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Rempang Cate – Batam, 6 Juni 2017 Yang membuat pernyataan Meterai Rp 6.000,-
( Arjuna )
xx
Lampiran 5. Kegiatan relevan yang telah dilakukan. Pelatihan konservasi dan pembuatan kebun bibit mangrove 2013 s/d 2016
Gambar 10(a) Platihan pembibitan mangrove di Pulau Subang mas , CSR Pertamiana 2016
Gambar 10(c) Bakti LIngkungan Konservasi mangrove, Prodi Pendidikan Biologi, Pulau Macan 2014
xxi
Gambar 10(b) Pelatihan konservasi dan pembibitan mangrove di Pulau Subang Mas, CSR Pertamina 2016
Gambar 10(d) Pembuatan kebun bibit mangrove, pulau Macan, 2014
Gambar 10(e) Sirop mangrove dari pohon pidara laut, hasil olahan dosen prodi pendidikan Biologi UNRIKA, 2014
xxii