RINGKASAN EKSEKUTIF EXECUTIVE SUMMARY Penghitungan Indeks Kemiskinan Multidimensi Indonesia 2012-2014 Multidimensional Poverty Index Calculation in Indonesia 2012-2014
DESEMBER 2015
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
LATAR BELAKANG
PENGGUNAAN MPI
BACKGROUND
THE PURPOSE OF MPI
Poverty is the worst form of violence -Mahatma GandhiMasalah kemiskinan dihadapi oleh hampir seluruh negara di dunia. Indikator kemiskinan yang berbeda antar wilayah membuat definisi kemiskinan menjadi sangat luas. Mendefinisikan kemiskinan dengan menggunakan definisi tunggal akan menimbulkan bias pada indikator lain yang terkait dengan kemiskinan, padahal bila ditelusuri secara mendalam, bisa saja faktor lain memberikan kontribusi yang signifikan kepada kemiskinan seseorang. Hal inilah yang dikritik oleh Atkinson (1975) yang menyatakan sebagai berikut,
The problems of poverty are faced by all countries all over the world. The definitions of poverty become very broad due to the different indicators of poverty in the regions. Defining poverty by using a single definition will lead to preference over certain indicators of poverty while there might be other factors which also cause a person’s poverty. The preference of some indicators has been criticized by Atkinson (1975) who stated,
“adalah sesuatu yang tidak mungkin atau menyesatkan bila melihat kemiskinan itu dengan standar yang mutlak yang dapat diterapkan untuk semua negara dan sepanjang masa, sebuah garis kemiskinan harus didefinisikan dalam suatu hubungan sosial dan standar hidup kontemporer masyarakat tertentu”
“It is not possible or misleading to look at poverty with an absolute standard that is implemented for all countries and at all time, a poverty line should be defined in a social relationship and in accordance with the current society lifestyle”
Sejak tahun 2010 telah dikembangkan Indeks Kemiskinan Multidimensi untuk melihat bagaimana kemiskinan seseorang dapat dipetakan dalam indikator yang lebih jelas. MPI pertama kali dikembangkan oleh Oxford Poverty and Human Initiative (OPHI) bersama dengan United Nation Development Programme (UNDP) pada tahun 2010. Tujuan dari MPI adalah untuk memotret
The Multidimensiononal Poverty Index (MPI) had been developed since 2010 to map a person’s poverty with clearer indicators. MPI was first developed by the Oxford Poverty and Human Initiative (OPHI) by the United Nation Development Programme (UNDP) in 2010. The purpose of the MPI is to holistIcally capture the picture of poverty. This measurement system was made as an alternative
2
INDONESIA 2012-2014
kondisi kemiskinan secara lebih holistik. Pembuatan pengukuran ini terbentuk, karena selama ini indikator global yang banyak digunakan dalam menghitung angka kemiskinan adalah melalui pendekatan moneter seperti garis kemiskinan yang digunakan oleh World Bank dengan batas USD. 1.25 Purchasing Power Parity (PPP), USD. 1.5 PPP atau melalui pendekatan konsumsi dasar (basic need) yang digunakan pula di Indonesia. Pendekatan basic needs ini lebih melihat pendapatan atau konsumsi yang dilakukan oleh manusia dan masih dirasakan kurang dalam menangkap akar permasalahan kemiskinan manusia (Sen,1967).
for the globally well-known poverty indicators, such as the poverty line which used monetary approach in which the World Bank used the US dollar thres-hold. 1.25 Purchasing Power Parity (PPP), USD. 1.5 PPP or through a basic consumption approach (basic need) which is also being used in Indonesia. The basic need approach measures the income or consumption made by a person and this monetary approach is deemed inappropriate in analyzing the root causes of human poverty (Sen, 1967).
Untuk lebih mengenal konsep kemiskinan multidimensi, pada kotak 1.1 dan 1.2 diberikan contoh mengenai penjelasan kemiskinan multidimensi yang terjadi di Indonesia. Pada contoh ini diperlihatkan bahwa kemiskinan di tiap daerah berbeda kebijakan untuk satu wilayah dengan yang lain. Surti dan Orgenes menghadapi persoalan kemiskinan yang berbeda. Surti mempunyai masalah perumahan yang membuatnya bisa tergusur dari rumahnya kapan saja, sementara Orgenes menghadapi masalah kesehatan dan air bersih.
To learn more about the multidimensional poverty concept, in box 1.1 and 1.2 there are examples of multidimensiononal poverty’s explanations that take place in Indonesia. These examples describe that poverty’s problems in each regions are different and therefore the same general policies cannot be applied to all regions. The problems of poverty encountered by Surti and Orgenes are different. Surti has a housing problem which made her vulnerable to eviction in any time, while Orgenes has health and clean water problems.
Di Papua, daerah tempat Orgenes tinggal, transportasi juga menjadi masalah utama, karena wilayah yang sangat luas dengan topografi yang sulit membuat perjalanan ke luar daerah membutuhkan biaya tinggi.
In Papua, where Orgenes lives, transportation is a major issue because the region has a very large area with difficult topography which makes traveling from the region becomes very expensive. Surti, when she gave birth, enjoyed proper me3
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
Dulu ketika melahirkan anaknya, Surti cukup terbantu dengan adanya program kesehatan bagi rakyat miskin yang dicanangkan oleh pemerintah. Sebagai pemegang Kartu Jakarta Sehat, ia mendapatkan bantuan berupa gratis biaya persalinan sehingga ia tak perlu mengeluarkan uang sepeserpun.
dical treatment because she used the facilities in the health program for the poor that is endorsed by the government. Because she owned Jakarta Health Card, she enjoya free medical treatment.
Penghasilan sebesar Rp. 3.000.000,- per bulan membuat Surti tak dapat digolongkan sebagai penduduk miskin secara moneter (pendapatan). Pasalnya, standard kemiskinan di Indonesia mematok batas kemiskinan adalah pendapatan yang setara Rp. 447.797,- per bulan. Permasalahan yang muncul kemudian adalah apakah garis kemiskinan tersebut dapat menggambarkan “wajah” kemiskinan yang dialami oleh Surti. Setiap hari, Surti bekerja keras dengan diliputi kekhawatiran bagaimana cara mencukupi kebutuhan rumah tangganya, bagaimana menghadapi masalah keterbatasan akses atas toilet, dan bagaimana ia kerap was-was jika rumahnya digusur sewaktu-waktu.
With a monthly income of IDR 3 million, Surti is not categorized as poor in monetary measurement (income). People that are categorized as ‘poor’ in Indonesia have monthly incomes below or equivalent to IDR 447,797.- Problems occur on whether the poverty line can describe the “face” of poverty experienced by Surti. Surti works hard every day and still worry on whether she can be able to meet household needs in the next day. She constantly worries about her problems due to limited toilet access and whether she will be evicted from the house she lives in.
Manfaat dan Kegunaan IKM
MPI’s Benefits and Uses
MPI merupakan alat ukur yang praktis mengenai kemiskinan yang bisa digunakan untuk:
MPI is a practical poverty measurement tool that can be used for:
a. Menambah dan membandingkan alat ukur kemiskinan yang selama ini dipakai dalam pengambilan kebijakan seperti indikator pendapatan.
a. Complementing and comparing poverty measurement tools that have been used in policy making such as monetary approach.
b. Memantau tingkat kemiskinan, komposisi serta pengurangan kemiskinan dari waktu ke waktu.
b. Monitor level, composition and also poverty reduction from time to time.
c. Mengevaluasi dampak dari program pengentasan kemiskinan.
c. Evaluate the impact of poverty reduction programs.
d. Memetakan kondisi riil dari kemiskinan terhad. Mapping the real conditions of poverty in all dap semua aspek (multidimensi) seperti kesehatan, aspects (multidimensional) such as health, educapendidikan, dan standar kualitas hidup. tion and standard of living quality. e. Mengidentifikasi jebakan kemiskinan dan kemiskinan kronis. f. Membandingkan kondisi kemiskinan dari berbagai aspek seperti kewilayahan, kelompok etnis, gender, rumah tangga, dan lainnya
4
e. Identifying poverty traps and extreme poverty. f. Comparing poverty from varous aspects such as territorial, ethnic group, gender, household and others.
INDONESIA 2012-2014
KOTAK 1.1 SURTI:WAJAH KEMISKINAN JAKARTA BOX 1.1 SURTI: THE POVERTY FACE OF JAKARTA Di balik gemerlap lampu dan barisan gedung pencakar langit, hiduplah seorang perempuan bernama Surti. Bersama seorang anaknya yang masih balita, perempuan berusia 35 tahun ini tinggal di pinggiran rel kereta api, dalam rumah semi permanen yang berdinding triplek dan beratap seng. Setiap malam, rumah nya hanya mendapat penerangan dari cahaya lampu petromak. Tiap kali turun hujan lebat pada musim hujan, rumah tempat tinggalnya akan terendam banjir sehingga Surti dan anaknya harus mengungsi dan tinggal sementara di masjid terdekat.
Behind the dazzling lights and rows of skyscrapers of Jakarta, lives a woman named Surti. Along with her toddler son, the 35 year old woman lives in a semi-permanent house with plywood walls and zinc roof. The house was illegally built nearby the train railway and at night she used oil lamps as her source of lighting. When rain fall heavily, the house will be inundated so Surti and her son have to temporarily stay in a nearby mosque.
Surti mengenyam pendidikan hingga lulus sekolah dasar, pendidikan yang terbatas membuatnya tidak dapat mencari pekerjaan yang layak di Jakarta, karenanya ia hanya dapat mencari nafkah sebagai penjual gorengan di sekitar daerah Tanah Abang. Penghasilannya yang sebesar tiga juta rupiah tiap bulan masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan dirinya dan anaknya yang masih balita.
Surti only has primary school education. Her lack of education makes her unable to find a decent job in Jakarta, and therefore she sells fried food for living in the Tanah Abang area. Her monthly income of IDR 3 million is insufficient to meet the needs of herself and her toddler son.
Kondisi yang serba pas-pasan membuatnya harus puas dengan makan apa adanya. Belum lagi “rumah” semi permanen yang ia tinggali dapat digusur kapanpun oleh pemerintah karena tidak mempunyai izin. Masalah lainnya yang dialami Surti adalah sanitasi dan air bersih. Setiap hari, Surti membayar Rp. 6.000 untuk menggunakan fasilitas WC umum di dekat rumahnya. Bila sedang tak punya uang, ia memilih menggunakan toilet masjid atau bahkan membersihkan diri di sungai Ciliwung.
Her condition makes her only able to consume meager foods. She lives in an Illegal semi-permanent ‘house’ hence can be evicted anytime. Surti also suffered the lack of access to clean water and sanitation. Every day, Surti pays IDR. 6,000 to use public toilets nearby. When she has no money, she chooses to use a mosque’s toilet or even the Ciliwung’s river water.
Sebagian besar penghasilan Surti dari berjualan gorengan ddigunakan untuk mencukupi kebutuhan anak-nya yang masih balita. Dari rata-rata penghasilan tiga juta rupiah per bulan, hampir 70% digunakan untuk mencukupi kebutuhan sang anak. Naluri sebagai seorang ibu mendorongnya untuk lebih mengutamakan kebutuhan anak, terutama untuk membeli susu bayi dan makanan bergizi.
Most of her earning is used to fulfill the needs of her toddler son. Nearly 70 percent of her average monthly income of IDR 3 million is used to meet the needs of her child. Her motherly instincts make Surti prioritize the needs of her child, especially to buy baby formula milk and nutritious foods.
5
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
KOTAK 1.2 ORGENES :WAJAH KEMISKINAN PAPUA BOX 1.2 ORGENES :THE POVERTY FACE OF PAPUA
Di sisi lain di balik keindahan Raja Ampat tinggallah seorang bapak bernama Orgenes yang bekerja sebagai nelayan di Desa Sauwandarek, Raja Ampat. Cuaca yang tidak menentu dan sulitnya menjual hasil tangkapan kepada warga sekitar menjadi kesulitan tersendiri bagi Orgenes. Kapal Longboat dengan kapasitas 40 PK adalah satu-satunya alat bagi Bapak Orgenes untuk mencari uang dan bila kapal tersebut rusak maka ia akan kehilangan mata pencaharian untuk menghidupi keluarganya.
Behind the beauty of Raja Ampat region, lives a man named Orgenes, a father who works as a fisherman in the Sauwandarek Village, Raja Ampat. Orgenes faces the problems of unpredictable weathers and the difficulties of selling his fishery products to the local people. Oregenes owns a longboat vessel with a capacity of 40 hp that he uses to get his income. When the vessel broke, he will not be able to fulfill the needs of his family.
Di daerahnya Orgenes hanya minum air payau karena air mineral bermerek harus ditebus dengan uang Rp. 6.000 per botol kecil sedangkan untuk botol yang besar berharga Rp. 10.000, sebuah nominal yang cukup besar baginya dan hal itupun bila masih ada persediaan dari kapal yang datang dari Waisai, ibukota Raja Ampat ataupun Sorong.
In his village, Orgenes consumes brackish water because he cannot afford to buy bottled waters that cost Rp 6,000 for a small bottle and Rp. 10,000 for a big bottle. The bottled water is too expensive for him and can only be bought when ships from Waisai, the capital of Raja Ampat, or Sorong come to his village
Keluarga Pak Orgenes sendiri mempunyai 5 anggota keluarga yaitu ia istrinya dan ketiga anaknya. Sedari kecil, anaknya lebih sering diberi makan ikan dan kelapa karena sulit untuk memperoleh sumber makanan lain yang bergizi seperti sayuran ataupun buah-buahan lainnya.
Orgenes’ family consists of 5 people: Oregenes, his wife and their three children. Since very young ages, his children mostly eat fishes and coconuts because it is difficult to obtain other nutritious foods such as vegetables or fruits.
Masalah transportasi menjadi masalah utama pula bagi Orgenes karena untuk pergi ke daerah yang lebih baik seperti Waisai, Orgenes harus mengeluarkan uang untuk membeli bensin campur yang menghabiskan biaya hingga Rp120.000 sekali jalan, sejumlah uang yang cukup besar untuk dirinya. Bensin campur belum tentu ada di kampungnya yang cukup terpencil, sehingga bila tidak ada bensin campur ia akan pergi ke desa sebelah di Yenbekwan untuk membeli bensin dengan berjalan kaki selama satu jam
Transportation is also a major problem for Orgenes. To travel to more accessible place such as Waisai, Orgenes have to spend money to buy mixed gasoline that cost about Rp 120,000 for one-way, a very large amount of money for him. Not to mention that he’s not always find mixed gasoline because he lives in a remote area. If he cannot buy any gasoline in his village, he should walk for an hour to the neighboring Yenbekwan Village.
6
INDONESIA 2012-2014
INDIKATOR
MPI INDICATORS
IKM DI INDONESIA
IN INDONESIA
Poverty is not just a lack of money; it is not having the capability to realize one’s full potential as a human being -Amartya SenPenghitungan IKM di Indonesia memakai tiga dimensi, yaitu dimensi kesehatan, pendidikan, dan standar kualitas hidup, dan terdapat total 11 indikator. Sesuai dengan metode Alkire-Foster yang membebaskan pemakaian indikator, kami menyesuaikan ketersediaan data dengan indikator yang dapat menjadi representasi di Indonesia.
The calculation of Multidimensional Poverty in Indonesia is made up of several dimensions: health, education, and standard of living, with a total of 11 indicators. In accordance with the Alkire-Foster method that liberating the use of indicators, we adjust the data availability with indicators that represent multidimensional poverty condition Indonesia.
Data yang digunakan untuk menghitung IKM Indonesia adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Kenapa data Susenas yang digunakan? Ada beberapa alasan yang melatarbelakangi penggunaan data Susenas. Pertama, pengumpulan data Susenas dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) secara periodik setiap tahun sehingga bisa dilakukan penghitungan IKM setiap tahun. Kedua, beberapa indikator yang ada dalam IKM, baik IKM versi OPHI maupun IKM versi Indonesia, juga terdapat dalam lembaran pertanyaan kuisioner Susenas sehingga sangat relevan untuk menjadi basis penghitungan data IKM Indonesia. Ketiga, sampel data Susenas bisa menjangkau sampai ke tingkat kabupaten/kota sehingga target dari analisis IKM Indonesia untuk sampai ke level kabupaten/kota bisa terpenuhi
The data that has been used to calculate MPI Indonesia is data from the National Socioeconomic Survey (Susenas). Why do we use Susenas data? There are several reasons behind the use of Susenas data. First, Susenas data collection conducted by the Central Bureau of Statistics (BPS) annually, hence we can do the calculation of MPI every year. Second, some of the MPI indicators, both OPHI version and MPI Indonesia version, also included in the Susenas questionnaire that make this data relevant as the basis of MPI Indonesia calculation. Third, the Susenas data sample extend up to the district/ city level so that the target of MPI Indonesia analysis to get to the district/ city level can be met.
7
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
DIMENSI KESEHATAN
HEALTH DIMENSION
Indikator Indicator
Definisi Definition
Batas
Sanitasi
Air Bersih
Sanitation
Clean Water
Rumah Tangga yang mempunyai Sanitasi tidak Rumah Tangga yang menggunakan air tidak layak layak Household without adequate clean water access Household without adequate sanitation Rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas buang Rumah tangga tanpa akses sumber air yang layak air besar sendiri dan berjenis leher angsa seperti sumur terlindung, ledeng meteran, ledeng eceran dan mata air terlindung, serta jarak sumber air dengan septic tank kurang dari 10 meter Household without adequate toilet
Threshold
SDGs goal 6 khususnya 6.2
Household without adequate access to clean water such as protected well, piped water, protected water spring, and the distance between water source and septic tank less than 10 meters SDGs goal 6 khususnya 6.1
Global Benchmark SDGs goal 6 especially 6.2 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas
SDGs goal 6 especially 6.1 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas
Acuan Global
Acuan Nasional
RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main NaNational Development Goals in Human and Soci- tional Development Goals in Human and Society Deety Development in basic infrastructure and con- velopment in basic infrastructure and connectivity nectivity
National Benchmark
Target Sanitasi Layak meningkat dari 60,9% Target Air Bersih Layak meningkat dari 70% (2014) (2014) menjadi 100% (2019) menjadi 100% (2019) Adequate Sanitation increase from 60,9 percent Clean Water Access increase from 70 percent (2014) to 100 percent (2019) (2014) to 100 percent (2019)
8
INDONESIA 2012-2014
DIMENSI KESEHATAN
HEALTH DIMENSION
Indikator Indicator
Definisi Definition
Penolong Persalinan
Gizi Seimbang Balita
Birth Attendant
Under Five Nutritional Intake
Proses persalinan yang tidak ditolong oleh tena- Rumah tangga yang memiliki balita dengan kualitas ga terlatih. asupan gizi tidak seimbang Birth process without the help of trained health worker. Proses persalinan yang tidak ditolong dokter, bidan atau tenaga medis dan paramedis lainnya
Batas Threshold
Acuan Global
Household with under five (U-5) babies deprive of balance nutritional intake Balita yang tidak memenuhi asupan karbohidrat 70-220 gr, protein 15-35 gr, lemak 35-62 gr dan energi 637,5-1.600 kkal yang disesuaikan dengan kelompok usia 0-5 tahun
Birth process without the help of doctor, midwife, U-5 babies deprive from consuming 70-220 gr carbohydrate, 15-35 gr protein, 35-62 gr fat and or other medical and paramedical workers. 637.5 -1600 calorie in accordance with the need of the U-5 age group SDGs goal 3 khususnya 3.1 dan 3.2. SDGs goal 2 khususnya 2.1 dan 2.2
Global Benchmark SDGs goal 3 especially 3.1and 3.2. RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas
SDGs goal 2 especially 2.1 and 2.2 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas
RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main National Development Goals in Human and Society Development in basic infrastructure and connectivity Menurunkan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dari 346 (SP 2010) menjadi 306 (2019) dan Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup menurun dari 32 (2012) menjadi 24 (2019).
RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main National Development Goals in Human and Society Development in basic infrastructure and connectivity.
Decrease the mother mortality rate for 100.000 life birth from 346 (SP 2010) to 306 (2019) and infant mortality rate for 1.000 life birth from 32 (2012) to 24 (2019).
Decrease the prevalence of babies malnutrition from 19,6 percent (2015) to 17 percent (2019) Decrease the stunting prevalence (low height and very low height) for age in under two years old babies from 32,9 percent (2013) to 28 percent (2019).
Acuan Nasional National Benchmark
Menurunkan prevalensi kekurangan gizi anak balita dari 19,6 % (2015) menjadi 17% (2019) dan menurunkan prevelansi stunting (pendek dan sangat pendek) pada anak baduta (bawah 2 tahun) dari 32,9% (2013) menjadi 28% (2019)
9
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
DIMENSI PENDIDIKAN
EDUCATION DIMENSION
Indikator Indicator
Definisi Definition
Batas Threshold Acuan Global
Keberlangsungan Pendidikan
Melek Huruf
Education Continuity
Literacy
Rumah tangga yang memiliki anak usia sekolah Rumah tangga yang memiliki anggota keluarga usia yang tidak menyelesaikan pendidikan hingga se- produktif yang tidak melek huruf kolah lanjutan atas Household with productive aged family members Household with school aged children who don’t who are illiterate finish their education in senior high school Anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan Anggota keluarga usia 15-64 tahun yang tidak pendidikan hingga SMA/SMK atau yang seder- mampu membaca huruf latin, arab atau lainnya. ajat Family members aged between15-64 years old who School aged children who don’t finish their educa- are unable to read Latin, Arabic, or other letters. tion in senior high school SDGs goal 4 khususnya 4.1 SDGs goal 4 khususnya 4.6.
Global Benchmark SDGs goal 4 specially 4.1 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 6.5 mengenai Peningkatan Kualitas Kehidupan Manusia Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan Acuan
SDGs goal 4 especially 4.6. RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang pendidikan.
RPJMN 2015-2019 book 1 point 6.5 about Improving Human Life Quality Main Goal of Education Development Target Angka Partisipasi Murni (APM) meningkat dari 55,3% (2014) menjadi 67,5% (2019)
RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 about Main National Development Goals in Human and Society Development in education. Target melek huruf 15 tahun ke atas dari 94,1% (2013) menjadi 96,1% (2019).
Nasional National Benchmark
Net Enrollment Rate (Angka Partisipasi Murni/ Literacy for people over 15 years old increase from APM) increase from 55,3 percent (2014) to 67,5 94,1 percent (2013) to 96,1 percent (2019). percent (2019)
10
INDONESIA 2012-2014
Dimensi Pendidikan
Education Dimension
Indikator Indicator
Akses Layanan Pendidikan Prasekolah Access to Preschool Education
Definisi Definition
Batas Threshold
Acuan Global
Rumah tangga yang memiliki anak usia prasekolah yang tidak mendapatkan akses layanan pendidikan prasekolah Household with preschool aged children without access to preschool education Anak usia 3-6 tahun yang tidak mendapatkan akses layanan pendidikan pra sekolah seperti kelompok bermain, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK), dan jenis pendidikan prasekolah lainnya. Children aged between 3-6 years old who are unable to access preschool education such as playgroup, early childhood education center (PAUD), kindergarten and other preschool education. SDGs goal 4 khususnya 4.2
Global Benchmark SDGs goal 4 especially 4.2 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 6.5 mengenai Peningkatan Kualitas Kehidupan Manusia Sasaran Pokok Pembangunan Pendidikan Acuan Nasional National Benchmark
RPJMN 2015-2019 book 1 point 6.5 about Improving Human Life Quality Main Goal of Education Development Target Partisipasi PAUD meningkat dari 66,8% (2014) menjadi 77,2% (2019) Participation in Eaely Childhood Education Program increase from 66,8 percent (2014) to 77,2 percent (2019)
11
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
DIMENSI STANDAR HIDUP
STANDARD OF LIVING DIMENSION
Indikator Indicator
Definisi Definition
Batas Threshold
Acuan Global
Sumber Penerangan
Bahan Bakar/Energi untuk memasak
Source of Lighting
Fuel/Source of Energy to Cook
Rumah tangga yang tidak memiliki sumber pen- Rumah tangga yang menggunakan bahan bakar/ erangan yang layak. energi yang tidak layak untuk memasak. Household without adequate source of lightning.
Household without adequate fuel/source of energy to cook. Rumah tangga yang memiliki sumber peneran- Rumah tangga yang masih menggunakan minyak gan non PLN seperti petromak/aladin, pelita/ tanah, arang, briket, kayu bakar dan lainnya serta sentir/obor, lainnya dan tidak memiliki listrik PLN tidak menggunakan listrik dan gas sebagai bahan di atas 900 watt. bakar/ utama untuk memasak. Household using none electricity sources of lighting Household using kerosene, charcoal, briquettes, such as oil lamp, torchlight, others and do not have wood and others and also do not use electricity poelectricity capacity more than 900 watt. wer or gas as the main fuel/ source of energy to cook. SDGs goal 7 khususnya 7.1 SDGS goal 7 khususnya 7a dan 7b
Global Benchmark SDGs goal 7 especially 7.1 RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas.
Acuan Nasional National Benchmark
12
SDGs goal 7 especially 7a and 7b RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional dalam Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat di bidang kedaulatan energi.
RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main NaNational Development Goals in Human and Soci- tional Development Goals in Human and Society Deety Development in basic infrastructure and con- velopment in energy sovereignty. nectivity. Target Rasio Elektrifikasi meningkat dari 81,5% Target Jaringan pipa gas meningkat dari 11.960 (2014) menjadi 96,6% (2019). km (2014) menjadi 18.322 km (2019) dan target pembangunan SPBG meningkat dari 40 unit (2014) Electricity ratio increase from 81,5 percent (2014) menjadi 118 unit (2019). to 96,6 percent (2019). Gas pipe network increase from 11.960 km (2014) to 18.322 km (2019) and the development of natural gas filling station (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas/SPBG) increase from 40 units (2014) to 118 units (2019).
INDONESIA 2012-2014
DIMENSI STANDAR HIDUP
STANDARD OF LIVING DIMENSION
Indikator Indicator
Definisi Definition
Batas Threshold
Acuan Global
Atap, Lantai dan Dinding
Kepemilikan Rumah
Roof, Floor and Wall
House Ownership
Rumah tangga yang tidak memiliki atap, lantai Rumah tangga yang tidak memiliki sendiri rumah. dan dinding yang layak Household head who do not own the house they inHousehold without adequate roof, floor and wall habited. Rumah tangga yang mengalami setidaknya dua Rumah tangga yang masih menyewa, kontrak, bebas dari tiga kondisi (atap, lantai dan dinding) beri- sewa milik orang lain, bebas sewa milik orang tua/ kut : i) atap terluas rumah selain dari beton, gen- sanak/ saudara dan lainnya teng, sirap, seng dan asbes; ii) lantai terluas rumah selain dari marmer, keramik, granit, tegel, Household which inhabit rented houses, other peoteraso, semen dan kayu; iii) dinding terluas rumah ple houses, houses owned by parents/relations and selain dari tembok dan kayu others Household with at least two out of these three criteria i) roof made from substances other than concrete, tiles, shingles, zinc, and asbestos; ii) the house floor made from substances other than marble, ceramic, granite, tiles, terrazzo, cement and wood; iii) wall made from substances other than rock and wood
SDGs goal 11 khususnya 11.1
SDGs goal 11 khususnya 11.1
SDGs goal 11 especially 11.1
SDGs goal 11 especially 11.1
Global Benchmark
Acuan Nasional National Benchmark
RPJMN 2015-2019 buku 1 poin 6.6.3 me- RPJMN 2015-2019 buku 1 point 5.4 Sasaran Pokok ngenai Membangun Perumahan dan Kawasan Pembangunan Nasional dalam Sasaran PembanguPemukiman nan Manusia dan Masyarakat di bidang infrastruktur dasar dan konektivitas. RPJMN 2015-2019 book 1 point 6.6.3 about Building Housing and Residential Areas RPJMN 2015-2019 book 1 point 5.4 The Main National Development Goals in Human and Society Development in basic infrastructure and connectivity. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni untuk Target kekurangan tempat tinggal (backlog) dari 1,5 juta rumah tangga, termasuk dalam rangka 7,6 juta (2014) menjadi 5 juta (2019) dan terfasilpenanganan kawasan permukiman kumuh. itasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk 2,2 juta rumah tangga dari anggaran pemerImproving the quality of inadequate housing for intah 1.5 million household, especially the ones in slum area. The lack of housing (backlog) decrease from 7,6 million (2014) to 5 million (2019) and facilitate the fulfillment of adequate and affordable housing for 2.2 million household from the government budget
13
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
PERHITUNGAN
CALCULATION
IKM DI INDONESIA
MPI IN INDONESIA
Like slavery and apartheid poverty is not natural. It is man made and it can be overcome and eradicated by the actions of human being -Nelson Mandela-
Indonesia mempunyai luas 455.575 km2 dan jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa, merupakan daerah yang sangat beraneka ragam dengan berbagai macam persoalan yang beragam pula.
Indonesia is an archipelagic island country with more than 17,000 islands. Population of Indonesia is about 250 million people with hundreds of distinct native ethnic and linguistic groups.
Persoalan yang ada di Indonesia secara kasat mata bisa dilihat di media seperti masalah perumahan di Jakarta, susahnya memperoleh akses air bersih di Tasikmalaya (Tribunnews, 2015) hingga masalah gizi buruk di NTT (Kompas, 2015).
Problems in Indonesia are very diverse because of the rich diversity of development among regions and islands. In the media, it can be seen that the housing problem is one of biggest problem in Jakarta, in Tasikmalaya the biggest problem is lack of clean water, while in East Nusa Tenggara is malnutrition.
Permasalahan yang begitu beragam di indonesia tidak bisa ditunjukkan dari satu indikator saja. Penghitungan kemiskinan multidimensi yang kami buat akan menunjukkan bagaimana persoalan yang terjadi di Indonesia, Provinsi hingga di level kabupaten/kota.
The problems are so diverse in Indonesia and cannot be shown by using only a single indicator, the multidimensional poverty indicators are able to show the problems that happened in the national, provincial, and the district level though of course there are limitations in defining poverty characteristic.
Tentu saja dengan metode Alkire Foster yang dibuat tidak dapat menangkap semua karakteristik kemiskinan yang ada di masyarakat karena metode ini hanya dapat menangkap kemiskinan dari indikator yang sudah dipilih, tetapi paling tidak dapat memberikan indikator dasar untuk kondisi kemiskinan di suatu daerah
The method of Alkire Foster certainly cannot capture all poverty’s characteristic in the community because this method can only analyze chosen poverty indicators. However, at least the method can provide basic indicators for poverty in the various regions.
14
INDONESIA 2012-2014
>50
40-50
30-40
20-30
<20
n.a.
Analisis MPI Nasional
National MPI Analysis
Profil Kemiskinan Multidimensi
Multidimensional Poverty Profile
Kemiskinan multidimensi di Indonesia selama 2012-2014 mengalami tren penurunan sehingga memberikan implikasi pada meningkatnya kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Indikator-indikator kemiskinan multidimensi dipakai untuk mengukur indikator tipe kemiskinan di daerah dan apakah tren di Indonesia menunjukkan perbaikan baik di level individu maupun di level rumah tangga.
There was a downward trend in multidimensional poverty in Indonesia in 2012-2014, indicating the people’s growing prosperity. Multidimensional poverty indicators are used to measure poverty’s indicators in the regions and the multidimensional poverty reduction in Indonesia showed good improvements both in individual level and household level.
Penduduk miskin multidimensi di Indonesia berkurang dari 89.495.293 penduduk pada tahun 2012 menjadi 81.482.014 penduduk pada tahun 2013 (turun 8,95%). Setelah itu menurun kembali pada tahun 2014 menjadi 79.583.588 penduduk (turun 2,32%). Rata-rata penurunan kemiskinan multidimensi adalah 5,64%. Secara perhitungan rumah tangga terjadi penurunan yang cukup signifikan pula dari jumlah rumah tangga yang sebelumnya 22.159.335 rumah tangga pada tahun 2012 menjadi 20.073.326 rumah tangga pada tahun 2013 dan 19.351.919 rumah tangga pada tahun 2014.
The number of people in who suffered multidimensional poverty in Indonesia had been reduced from 89,495,293 people in 2012 to 81,482,014 people in 2013 (down 8.95 percent) and then further reduced in 2014 to 79,583,588 people (down 2.32 percent). The average reduction in multidimensional poverty was 5.64 percent. The number of households had also decreased significantly from 2,159,335 households in 2012 to 20,073,326 households in 2013 and 19,351,919 households in 2014.
Indikator-indikator MPI lainnya seperti angka kemiskinan, keparahan kemiskinan dan indeks kemiskinan multidimensi menunjukkan tren penurunan sehingga menggambarkan kondisi masyarkat di Indonesia yang semakin membaik. Meski demikian, pemerintah daerah tetap harus memberikan perhatian secara khusus terhadap kemiskinan
Other MPI indicators such as poverty, the poverty intensity and multidimensional poverty index showed downward trends that show improvements in the people’s life. However, the local administrations still need to give special attentions to multi-
15
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
multidimensi ini sebab keparahan kemiskinan masih relatif tinggi dan merata, baik di perdesaan maupun di perkotaan.
dimensional poverty because the poverty intensity is still relatively high and measured evenly both in rural and urban areas.
Angka Kemiskinan Multidimensi
Multidimensional Poverty Rate
Angka kemiskinan multidimensi menunjukkan persentase rumah tangga yang mengalami kemiskinan multidimensi dibandingkan dengan jumlah populasi daerah bersangkutan. Misalnya bila ada 300 rumah tangga yang miskin multidimensi di suatu daerah dengan populasi 1000 rumah tangga, maka angka kemiskinan multidimensi di daerah tersebut adalah 30%.
Multidimensional poverty rate indicates the percentage of households that suffered multidimensional poverty against the number of all households in the measured area. For example if there are 300 households that suffered multidimensional poverty in an area which is inhabited by 1,000 households, the multidimensional poverty index in the region is 30 percent.
Angka kemiskinan multidimensi di Indonesia pada periode 2012-2014 memiliki pola yang sama dengan angka kemiskinan moneter. Angka kemiskinan multidimensi pada periode ini berubah mengikut pola tren menurun, begitu pula dengan angka kemiskinan moneter.
Multidimensional poverty rate in Indonesia in the period of 2012-2014 had the same pattern with the monetary poverty rate. Multidimensional poverty rate in this period showed the pattern of a downward trend, similar with the poverty rate which is measured through monetary means.
Pada tahun 2012, 35 persen rumah tangga di nasional tergolong miskin multidimensi. Angka ini menurun dengan sangat signifikan pada tahun 2013, yakni menjadi 30,8 persen angka kemiskinan kembali turun tipis pada tahun 2014 ke angka 29,7 persen pada tahun berikutnya.Artinya kemiskinan multidimensi Indonesia telah berkurang hingga 5 persen dalam dua tahun.
In 2012, 35 percent of households nationwide suffered multidimensional poverty. The number had reduced very significantly from 2013 (30.8 percent), the poverty rate slightly reduced in 2014 to 29.7 percent. Thus the multidimensional poverty rate in Indonesia had went down 5 percent within two years.
Di sisi lain angka kemiskinan moneter Indonesia cenderung turun mengikuti pola penurunan kemiskinan multidimensi. Pada 2012, tercatat sekitar 11,7 persen rumah tangga Indonesia yang tergolong miskin. Setelah itu pada tahun 2013 menurun tipis sebanyak 0,2 persen dan menurun lagi pada tahun 2014 sebanyak 0,2 persen menjadi 11,3 persen. Artinya, penurunan kemiskinan multidimensi di Indonesia lebih cepat dibandingkan penurunan kemiskinan moneter
Meanwhile, the monetary poverty rate tends to follow the downward trend of the multidimensional poverty. In 2012, there was approximately 11.7 percent of Indonesian households were classified as poor. In 2013, the number slightly decreased by 0.2 percent and was further declined 0.2 percent in 2014 to 11.3 percent. It shows that multidimensional poverty rate had decreased faster than the monetary poverty rate.
Kondisi tersebut menunjukkan adanya perbaikan kondisi pendidikan, kesehatan, serta standar kualitas hidup, dengan kondisi ekonomi masyarakat. Rumah Tangga mengalami peningkatan kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan dengan kesejahteraan di sisi moneter. Hal ini dapat
These number showed improvements in education, health and life quality standards, along with economic conditions. The households enjoyed growing welfare prosperity in faster pace than the monetary side. This may indicates that government programs have been quite successful in addressing the
16
INDONESIA 2012-2014
menunjukkan indikasi bahwa program pemerintah telah cukup baik dalam mengatasi masalah kemiskinan multidimensi di Indonesia terutama pada tahun 2013. Program pemerintah yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan multidimensi antara lain adalah Jaminan Persalinan (Jampersal), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Program Rumah Murah dan sangat Murah, Program Air Bersih untuk Rakyat, Program Listrik Murah dan Hemat, dll.
problems of multidimensional poverty in Indonesia, especially in 2013. The government program related to multidimensional poverty alleviation, among others, Birth Insurance (Jaminan Persalinan/ Jampersal), School Operational Assistance (Bantuan Operasional Sekolah/ BOS), the Hope Family Program (Program Keluarga Harapan/ PKH), the National Program for Community Empowerment (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat/ PNPM), Cheap and Very Cheap House Program (Program Rumah Murah dan Sangat Murah), Clean Water for People Program (Program Air Bersih untuk Rakyat), Cheap and Save Electricity Program (Program Listrik Murah dan Hemat), etc.
Di Indonesia, kemiskinan multidimensi terkonsentrasi di perdesaan. Dalam hal tren, pergerakan angka kemiskinan Indonesia mempunyai pola menurun dalam kurun waktu 2012-2014. Angka kemiskinan di desa lebih besar besar dari kota dengan proporsi mencapai 2,2 kali dari kemiskinan di kota (Grafik 1.1).
In Indonesia, multidimensional poverty is concentrated in rural areas. In terms of trends, the poverty rate had shown downward trend in the period of 2012 to 2014. The poverty rate in the rural area is 2.2 times larger than the urban area.
Pada 2012, rumah tangga miskin di perdesaan mencapai lebih dari 47,6 persen atau sekitar 22,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan angka kemiskinan perkotaan di tahun yang sama. Angka kemiskinan di perdesaan sempat bergerak turun pada 2013 dengan penurunan yang cukup signifikan yaitu 5,4 persen, dan kembali menurun pada tahun berikutnya dengan nilai 40,8 persen.
In 2012, the percentage of poor households in rural areas reached more than 47.6 percent, or about 22.4 percent higher than the poverty percentage in the urban area within the same year. The poverty rate in rural area rapidly declined in 2013 with a significant decline of 5.4 percent, and continue to decline in the following year to 40.8 percent. In urban area, the poverty rate in the period of
Grafik 1.1 Perbandingan Angka Kemiskinan Multidimensi dan Moneter 2012 – 2014 (Desa-Kota) Graph 1.1 Comparison between Multidimensional and Monetary Poverty Rate 2012-2014 (Rural-Urban) 50 45 40
47,6 42,2 40,8
35 30,8
35 30
22,2 19,4
25 20
29,7 14,7 14,4
18,5
15
14,3
10
8,3
8,5
8,4
11,7 11,5
11,3
5 0
Desa Rural
Kota Urban
Multidimensi
Nasional
Desa
National
Rural
Multidimensional
Kota Urban
Moneter
Nasional National
Monetary
2012
2013
2014
17
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
Di perkotaan, angka kemiskinan pada periode 2014 tended to be stable in the range of 18 per2014-2014 cenderung stabil di kisaran 20 persen cent after declined by 4 percent compared with the setelah sebelumnya berkurang 4 persen dibanding- percentage in 2012. kan dengan kondisi pada 2012 pada tahun 2014. Pola pergerakan angka kemiskinan di perdesaan yang cukup signifikan hingga mencapai 7% menunjukkan bahwa program pembangunan sudah berfokus kepada desa terutama terkait dengan bidang kesehatan, pendidikan dan standar hidup.
The trend of poverty rate in rural area had declined significantly by 7 percent, indicating that the government development programs had been focused on the villages and primarily focused on health, education and standard of living.
Keparahan Kemiskinan Multidimensi
Multidimensional Poverty Severity
Keparahan kemiskinan multidimensi menunjukkan seberapa banyak persentase indikator seseorang mengalami deprivasi dari indikator kemiskinan yang terpilih. Misal seseorang yang mengalami deprivasi 7 dari 11 indikator maka nilai persentase keparahan kemiskinan orang tersebut adalah 63,6%
Multidimensional poverty severity indicator shows the score severe of deprivation suffered by a group of people according to selected poverty indicators. For example, if a group of people scores low on 7 out of 11 indicators then the group’s score will be 63.6 percent
Pola pergerakan keparahan kemiskinan multidimensi di Indonesia selama periode 2012-2014 cenderung serupa, baik di perdesaan maupun perkotaan. Keparahan kemiskinan multidimensi di wilayah pedesaan dan perkotaan di provinsi ini bergerak turun pada 2013. Namun, tahun berikutnya, keparahan kemiskinan tetap untuk di desa dan meningkat untuk di kota. Hal ini berarti bahwa jumlah indikator kemiskinan yang dialami
The movement patterns of multidimensional poverty’s intensity in Indonesia during the period of 2012- 2014 period tend to be similar, both in rural and urban areas. The multidimensional poverty’s intensity in the rural and urban area in the provinces moved downward in 2013. However, the following year, the poverty’s intensity remained the same in the rural area and increased in the urban area. It means that the numbers of poverty indicators that had low scores in the urban area’s
Grafik 1.2 Keparahan Kemiskinan Multidimensi pada tahun 2012 – 2014 (Desa-Kota) Graph 1.2 Multidimensional Poverty Intensity in 2012-2014 (Rural-Urban) 44,0
43,4 42,7
43,0
42,7
42,4 41,8
42,0 41,0
40,3 39,6
40,0
41,8
40,0
39,0 38,0 37,0 Desa
Kota
Desa + Kota
Indonesia 2012
18
2013
2014
INDONESIA 2012-2014
rumah tangga di kota kembali bertambah. Kondisi ini membuat keparahan kemiskinan multidimensi pada 2014tidak berubah. Alasannya adalah karena keparahan kemiskinan pada tahun 2014 hanya meningkat sedikit yaitu sebesar 0,4 persen.
households had increased once more in 2014. The multidimensional poverty’s intensity had remained mostly the same and only increased slightly, namely by 0.4 percent.
Keparahan kemiskinan ini menunjukkan bahwa walaupun kecil tetapi Indonesia mengalami peningkatan indikator kemiskinan terutama di desa, dan menunjukkan bahwa walaupun jumlah persentase rumah tangga miskin menurun tetapi jumlah indikator keparahan yang diterima rumah tangga miskin khususnya di perkotaan meningkat
This poverty’s intensity experienced slight increase in the poverty’s indicators analysis, especially in the rural area. It showed that while the percentage of poor households decreased but the number of severity indicators experienced by the poor household, especially in urban areas are increased
Indeks Kemiskinan Multidimensi
Multidimensional Poverty Index
Indeks kemiskinan multidimensi muncul dari hasil perkalian persentase jumlah rumah tangga miskin dengan keparahan kemiskinan. Hasil nilai ini akan menjadi indeks yang dapat dikomparasikan antar daerah
Multidimensional poverty index is calculated by multiplying the percentage of poor households with the poverty intensity. The index value between regions can later be compared against each other
Kegunaan nilai kemiskinan multidimensi adalah untuk memperlihatkan tingkat keparahan dan jumlah persentase penduduk miskin di suatu daerah. Filosofi indeks kemiskinan multidimensi adalah sebagai berikut: bila daerah A dan B sama-sama mempunyai persentase penduduk miskin sebanyak 40 persen, pemangku kebijakan yang menaungi daerah tersebut akan sulit menentukan daerah mana yang diprioritaskan. Tetapi bila jumlah persentase ini dihubungkan dengan keparahan kemiskinan maka akan terlihat daerah mana yang akan menjadi prioritas. Misal daerah A mempunyai keparahan 40 persen dan daerah B mempunyai keparahan 50 persen maka bisa dikatakan bahwa daerah B harus menjadi prioritas utama. Indeks kemiskinan multidimensi bisa dihitung sebagai berikut Indeks Kemiskinan Multidimensi daerah A adalah 0,4 x 0,4 maka nilainya adalah 0,16 dan B adalah 0,4 x 0,5 menjadi 0,20. Nilai IKM ini menunjukkan bahwa daerah B lebih parah dari daerah A
This multidimensional poverty’s index can reflect the severity and the percentage of poor people in a region. The index’s concept can be understood as combination between degree of poverty intensity in many dimension that can affect human capability. For example if region A and region B have the same poor household’s percentage, the stakeholders cannot decide which region must be prioritized. However, if the percentage also take account of the poverty’s intensity then the stakeholders can decide on the priority region. For example, region A has the poverty’s severity of 40 percent and region B has the poverty’s severity of 50 percent. It can be concluded that region B should be the top priority. Multidimensional poverty index can be calculated as follows. The Multidimensional Poverty Index in region A is calculated as 0.4 x 0.4 which equals 0.16. In Region B, the index is calculated as 0.4 x 0.5 which equals 0.20. The multidimensional poverty index shows that the poverty’s severity in region B is larger than region A
Pada periode 2012-2014, indeks kemiskinan multidimensi Indonesia menunjukkan trend penurunan.
In the period of 2012-2014, Indonesia multidimensional poverty index showed a downward
19
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
Penurunan terbesar indeks kemiskinan multidimensi terjadi pada tahun 2012-2013 dengan penurunan 0,02 basis poin di tingkat nasional. Penurunan terbesar ini terdapat di Desa dengan penurunan 0,02 basis poin. Di sisi lain, penurunan indeks kemiskinan multidimensi di kota 0,013 basis poin pada tahun yang sama.
trend. The largest decline in the index occurred in 2012-2013 with a 0.02 basis points decline at the national level. The largest decline occured in the rural area with 0.02 basis points while the decline in urban area was only 0.013 basis points in the same year.
Pada tahun 2013-2014 penurunan kemiskinan multidimensi di desa masih cukup kecil, yaitu kemiskinan di desa turun hanya 0,006 basis poin sedangkan di kota turun 0,03 basis poin dan hal ini berdampak kepada kemiskinan nasional yang hanya turun 0,005 basis poin.
In 2013-2014, the decline is quite small, the rural area only declined 0.006 basis points while the urban area only decreased 0.03 basis points and subsequently the national poverty only fell 0.005 basis points.
Karakterisitik Kemiskinan Multidimensi
Multidimensional Poverty’s Characteristics
Grafik 1.3 Karakteristik Kemiskinan Multidimensi Indonesia, 2012 – 2014 Graph 1.3 Characteristic of Multidimensional Poverty in Indonesia 2012-2014 (%) 27,9 26,8 26,8 11,1 12,4 12,6 68,0 70,8 75,1 85,3 87,2 87,8 36,4 36,9 36,1 21,8 18,5 19,7 14,2 13,8 14,4 44,9 42,3 41,4 16,8 16,8 18,6 78,4 78,2 77,6 73,0 74,4 75,9 0,0
20
10,0
20,0
30,0
2014
2013
40,0 2012
50,0
60,0
70,0
80,0
90,0
100,0
INDONESIA 2012-2014
Karakteristik kemiskinan multidimensi di Indonesia ini didominasi oleh empat indikator yang umumnya terkait dengan standar kualitas hidup. Keempatnya ialah sumber penerangan, air bersih, sanitasi dan bahan bakar untuk memasak. Sepanjang periode 2012-2014, keempat indikator tersebut masih menjadi persoalan terbesar rumah tangga miskin di Indonesia. Empat faktor yang ditemukan di Indonesia ini memang ditemukan di hampir semua provinsi di Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator yang disampaikan cukup berkontribusi terhadap kemiskinan multidimensi di Indonesia.
The multidimensional poverty’s characteristics in Indonesia is dominated by four indicators commonly associated with the standard of living quality. The four indicators are source of lighting, clean water, sanitation and fuel for cooking. Throughout the period of 2012-2014, these four indicators were the largest problems faced by poor households in Indonesia. The four indicators were relevant in almost every provinces in Indonesia. It implicates that these factors significantly contributed to the problems of multidimensional poverty in Indonesia.
Selama periode 2012–2014, 8 dari 10 rumah tangga miskin mengalami kemiskinan dalam sumber penerangan yang layak dan menjadi salah satu persoalan yang cukup besar di Indonesia, diikuti oleh persoalan air bersih (8 dari 10 RT miskin) dan sanitasi (7 dari10 RT).
During the period of 2012-2014, 8 out of 10 poor households lacked the access to adequate lighting source, one of the major problems in Indonesia, the other problems are clean water access (8 out of 10 household) and sanitation (7 out of 10 households).
Persoalan lain yang menjadi perhatian adalah gizi balita seimbang dengan tren yang meningkat setiap tahun. Setelah itu diikuti akses air bersih, melek huruf dan aset perumahan yang menunjukkan proporsi meningkat.
Other problems are the lack of nutritional balance for under five years old babies, the lack of clean water access, illiteracy, and housing which showed quite significant upward trend every year
21
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
Indonesia
2014 Triwulan 1 2014 Quarter 1
Ibu Kota /Capital : DKI Jakarta Luas Wilayah /Area : 5.180.053 km2 Jumlah Penduduk/ Population : 252,2 PDB/Kapita (juta)/ GDP/capita : 41,8 IPM/ HDI :Angka Pengangguran/ Unemployment rate : 5,9 Koefisien Gini : 0,41
Karakter Kemiskinan Poverty Characteristic
85,27%
27,88%
78,37%
21,78%
73,03%
16,82%
68,01%
14,23%
44,89%
11,09%
36,35% Keterangan Simbol Kemiskinan Multidimensi Explanation of Multidimentional Poverty Icon
29,7 %
Indeks Kemiskinan Multidimensi Multidimensional Poverty Index
0,124
Perbandingan Kemiskinan Multidimensi Comparison of Multidimensional Poverty
Desa Rural
Kota Urban
13.333.548
6.018.548
54.764.311
24.819.277
40,77%
18,55% 0,3997
0,4266
Penduduk Miskin Desa Rural Poverty Headcount
Keparahan Kemiskinan Multidimensi Multidimensional Poverty Intensity
0,1739
IKM MPI
79.583.588
41,8 %
Persentase Penduaduk Miskin Percentage of Deprived Headcount
IKM
19.351.919
Keparahan Kemiskinan Multidimensi Multidimensional Poverty Intensity
RT Miskin Depvrived Household
Penduduk Miskin Kota Urban Poverty Headcount
22
Jumlah Rumah Tangga Miskin Depvrived Household Jumlah Penduduk Miskin Poverty Headcount Persentase RT Miskin Pecentage of Poverty Household
IKM
0,0741
INDONESIA 2012-2014
Peta Kemiskinan Provinsi Indonesia 2014
RT Miskin (%) / Deprived Household >50
40-50
30-40
20-30
<20
10 Provinsi dengan IKM Terendah 10 Lowest MPI No
PROVINSI / PROVINCE
IKM /MPI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
DKI Jakarta DI Yogyakarta Bali Kalimantan Timur Jawa Tengah Kepulauan Riau Bangka Belitung Jawa Timur Jawa Barat Riau
0.0478 0.0588 0.0826 0.0919 0.0931 0.0942 0.0984 0.1025 0.1085 0.1168
n.a.
10 Provinsi dengan IKM Tertinggi 10 Highest MPI No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PROVINSI/PROVINCE Papua Nusa Tenggara Timur Sulawesi Barat Maluku Utara Papua Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Maluku Kalimantan Tengah Gorontalo
IKM/MPI 0.3660 0.3097 0.2595 0.2336 0.2265 0.2210 0.2200 0.2170 0.2117 0.2013
23
PERHITUNGAN IKM MPI CALCULATION
Jln. Rawa Bambu I Blok A No. 8-E RT 010 RW 06 Kel/Kec. Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520, Phone +62 (21) 7811-798 Fax +62 (21) 7811-897 e-mail
:
[email protected] www.theprakarsa.org
Didukung oleh Supported by
24