TABLET Definisi tablet menurut USP adalah: bentuk sediaan padat yang mengandung bahan obat, dengan atau tanpa aditif yang sesuai. Berbagai tablet bervariasi dalam hal bentuk, ukuran dan bobotnya, tergantung pada jumlah bahan obat dan cara pemberian yang diinginkan. Semua bentuk tablet dpat dibuat dengan metode certak langsung, granulasi basah, granulasi kering atau kombinasinya. Tahap pertama dalam mendesain suatu formulasi obat adalah studi preformulasi. Tujuannya adalah untuk mendapatkan formukasi yang rasional, memaksimumkan usaha formulasi serta mendapatkan kualitas dan penampilan produk yang optimal. II.
ZAT AKTIF TABLET Ada 2 kelompok obat yang dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet : 1.
Obat-obat yang tidak larut : diharapkan obat bekerja lokal di saluran gastrointestinal. Misal : antasida, anticacing, adsorben.
2.
Obat-obat yang larut : diharapkan mempunyai efek sistemik setelah obat terdisolusi di dalam lambung atau intestin, yang diikuti dengan proses absorbsi. Perlakuan atau proses terhadap zat aktif tergantung pada :
1. Dosis yang dibutuhkan 2. Sifat fisika dan kimia zat aktif dan eksipien 3. Sifat ( nature ) obat 4. Tujuan pemakaian 5. Masalah absorbsi dan bioavailabilita 6. Granulasi dan metode tabletting yang digunakan. III.
ZAT TAMBAHAN (ADITIF) TABLET Ada 6 kelompok besar aditif tablet yaitu : 1. Pengisi (filler, diluent) 2. Pengikat (binder) 3. Penghancur (disintegran) 4. Pelincir (lubrikan) 5. Zat warna dan pemanis
III.1.
Pengisi Tablet
Walaupun pengisi umumnya merupakan zat inert, namun kenyataannya pengisi dapat mempengaruhi biofarmasetika serta sifat-sifat fisika dan kimia tablet. Sensitivitas pengisi terhadap perubahan fisikokimia yang disebabkan oleh processing atau manufacturing dapat mempengaruhi kualitas tablet sehingga perlu diperhatikan dalam pemilihan pengisi. Contoh pengisi : a.
Laktosa Monohidrat : umumnya formula dengan laktosa menunjukan laju pelepasan obat yang baik, mudah dikeringkan dan relatif tidak sensitif terhadap variasi kekerasan tablet.
b. Laktosa Anhidrat : lebih menguntungkan dibanding bentuk hidrat karena tidak reaktif terhadap reaksi Maillard (yang menyebabkan timbulnya wana coklat). c.
Spray – dried lakctosa : biasanya digunakan sebagai pengisi pada tablet cetak langsung.
d. Starch : starch berasal dari corn, wheat atau potatoes e.
Manitol dan Sorbitol : banyak digunakan dalam formulasi tablet kunyah
f.
Avicel : banyak digunakan sebagai pengisi cetak langsung III.2.
Pengikat Tablet
Tujuan penambahan pengikat adalah untuk meningkatkan daya kohesivitas serbuk (yang mungkin diperlukan untuk membentuk granul) sehingga jika dikompresi akan membentuk massa yang kompak sebagai tablet. Contoh pengikat : a.
Tragakan : cara terbaik dalam penggunaannya adalah dengan menambahkannya dalam bentuk kering, kemudian diaktivasi dengan penambahan air.
b. Gelatin : merupakan pengikat yang baik dan memberikan tablet yang kekerasannya mirip dengan yang dihasilkan oleh tragakan. c.
Sukrosa : digunakan sebagai sirup, dengan konsentrasi 50-75%.
d. Starch : sebagai pasta akan menghasilkan tablet yang lunak dan rapuh. e.
Sellulosa : metil selulosa dan CMC menghasilkan tablet dengan kekerasan sedang.
f.
PVP : Kollidon 25, 30 dan 90 akan menghasilkan granul yang keras dan bebas mengalir, di dalam tablet granul tersebut mempunyai ikatan yang baik. III.3.
Penghancur (Disintegran) Tablet
Disintegran bermanfaat untuk mempermudah hancurnya tablet. Disintegran dapat ditambahkan sebelum granulasi, selama tahap lubrikasi atau pada kedua tahap tersebut sebelum kompresi. Beberapa disintegran juga berfungsi sebagai pengikat. Menurut tempat kerjanya, disintegran dapat dibagi menjadi 2 yaitu : disintegran intragranular dan ekstragranular. Disintegran ekstragranular akan menyebabkan disintegrasi tablet lebih cepat dibandingkan yang intragranular. Jadi dianjurkan untuk mengkombinasi kedua jenis disintegran tersebut. Contoh disintegran : a.
Starch : merupakan disintegran yang cukup banyak dipakai. Derivatnya yaitu Primogel dan Explotab.
b. Avicel : mempunyai sifat disintegran yang baik jika terdapat dalam konsentrasi rendah (10%). c.
Alginat dan Gom. III.4.
Pelincir (Lubrikan)
Problem utama yang sering berhubungan dengan pembuatan tablet adalah : aliran granul, adhesi bahan dengan punch dan die, serta pelepasan tablet dari ruang die. Kerja lubrikan diperlukan untuk mereduksi friksi antara bagian dalam dinding die dan tepi tablet pada proses pengeluaran tablet. Contoh lubrikan : Talk dan Magnesium Stearate. Antiadheren : berfungsi mencegah sticking terhadap punch dan/ atau dinding die, terutama untuk formula tablet yang mudah mengalami picking, misalnya Multivitamin yang mengandung kadar vitamin E yang cukup tinggi. Contoh antiadheren : Cab-O-Sil. Glidan : berfungsi memperbaiki karakteristik aliran granul sekaligus aliran granul dari hopper ke ruang die. Contoh glidan : Talk, Cab-O-Sil, Aerosil. Perlu kombinasi 2 atau lebih senyawa untuk mendapatkan sifat lubrikan, antiadheren dan glidan. IV.
METODE PEMBUATAN TABLET Berdasarkan prinsip pembuatannya, dapat dibedakan 3 metode pembuatan tablet yaitu : granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung. IV.1. Metode Granulasi Basah Secara sederhana prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut : campuran zat aktif dan eksipien dibasahi dengan cairan granulasi. Granul dibentuk dengan cara melewatkan massa yang basah
melalui ayakan, kemudian dikeringkan. Massa granul yang kering diayak kembali selanjutnya dikompresi. IV.2. Metode Granulasi Kering Proses ini menunjukan granulasi campuran serbuk kering dengan cara kompresi tanpa melibatkan panas dan pelarut. Metode ini khususnya cocok untuk senyawa aktif yang peka terhadap panas atau lembab. Ada 2 proses yang dapat dilakukan untuk metode ini yaitu : •
Slugging : melibatkan prekompresi campuran serbuk dengan cetakan tablet sehingga dihasilkan slug, yang kemudian dihancurkan dan diayak menjadi granul.
•
Pressure Roll : serbuk dikompresi dengan pressure rolls. IV.3. Metode Cetak Langsung Merupakan proses dimana tablet dicetak langsung dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien. Eksipien yang umum adalah pengisi, disintegran dan lubrikan. Untuk menghasilkan tablet yang baik, campuran serbuk harus mengalir secara seragam dan membentuk massa yang kompak.
V.
MASALAH DALAM PEMBUATAN TABLET Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pembuatan tablet adalah : capping, laminasi, chipping, cracking, picking, sticking, dan mottling. V.1. Capping Capping adalah pemisahan sebgaian atau keseluruhan bagian atas atau bagian bawah tablet dari badab tablet. Biasanya disebabkan karena adanya udara yang terjerat dalam ruang die. Hal ini sering terjadi pada metode granulasi dengan jumlah fine yang banyak. Penyebab lainnya adalah kelebihan kelembaban granul, overlubrikasi atau kurangnya lubrikan. V.2. Laminasi Laminasi adalah pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih. Umumnya keretakan atau pecahnya tablet terjadi segera setelah kompresi atau beberapa jam/hari kemudian. Penyebabnya adalah : •
Udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama kompresi.
•
Over lubrikasi dengan stearat.
Cara untuk mengatasi laminasi adalah : •
Mengayak fine melalui ayakan mesh 100-200
•
Menambah/mengurangi/mengganti lubrikan
•
Mengeringkan/melembabkan granul
•
Memperbaiki prosedur granulasi
•
Menambah pengikat V.3. Chipping Chipping adalah keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong. Penyebabnya karena ujung punch bawah tidak rata dengan permukaan atas die. V.4. Cracking Cracking adalah keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas – tengah. Langkah-langkah untuk mengatasi chipping dan cracking adalah :
•
Mengganti/membersihkan punch
•
Memperbaiki mesin tablet
•
Menambah pengikat dan / atau pembasah
•
Mengurangi atau menghilangkan fine
•
Reformulasi
•
Reduksi ukuran granul V.5. Picking Picking adalah perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch. Penyebabnya adalah penyaringan granul belum cukup, jumlah glidan kurang atau yang di kompresi adalah bahan berminyak atau lengket. V.6. Sticking Sticking adalah keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi) sehingga punch bawah tidak dapat bebas bergerak. Penyebabnya adalah : punch kurang bersih, tablet dikompresi pada kelembaban tinggi.
Untuk mengatasi sticking dan picking dapat dilakukan : •
Pengurangan kadar lembab granul
•
Penggantian atau pengurangan jumlah lubrikan
•
Penambahan pengikat
•
Penambahan adsorben seperti : silika gel, aerosil, avicell.
•
Pembersihan permukaan punch V.7. Mottling Motlling adalah keadaan dimana distribusi zat pewarna pada permukaaan tablet tidak merata. V.8. Binding Binding dalam die menunjukan resistensi tablet untuk dikeluarkan akibatadhesi dengan dinding die. Langkah – langkah untuk mengatasi binding adalah :
•
Menambah lubrikan atau menggunakan lubrikan yang lebih efisien
•
Memperbaiki metode penambahan lubrikan
•
Menambah kelembaban granul atau dilakukan regranulasi
•
Reduksi ukuran granul
•
Kompresi dilakukan pada suhu atau kelembaban yang lebih rendah
VI.
SIFAT – SIFAT TABLET YANG BAIK Dengan metode pembuatan tablet yang manapun, tablet yangdihasilkan harus mempunyai sifatsifat yang memuaskannya itu : 1. Cukup kuat dan resisten terhadap gesekan selama proses pembuatan, pengemasan, transportasi dan sewaktu ditangan konsumen. (sifat ini diuji dengan uji kekerasan dan friabilita). 2. Zat aktifdi dalam tablet harus dapat tersedia di dalam tubuh atau bioavailability. (sifat ini dapat dimonitor dengan uji disintegrasi dan uji disolusi). 3. Tablet harus mempunyai keseragaman bobot dan keseragaman kandungan (untuk tablet dengan kadar zat aktif kurang dari 50 mg). (parameter ini dapat di uji dengan uji variasi bobot dan uji keseragaman kandungan). 4.
Tablet berpenampilan elegan dan mempunyai karakteristik warna,bentuk dan tanda-tanda lain yang menunjukan identitas produk.
5. Tablet harus menunjukan stabilita (fisik dan kimia) serta efikasi konsisten. VII.
EVALUASI TABLET Untuk mengetahui apakah tablet yang dihasilkan telah memenuhi kriteria atau belum, diperlukan beberapa pengujian, diantaranya adalah :
VII.1. Uji Penampilan Tablet diamati secara visual meliputi : warna (homogenitas zat warna), bentuk (bundar, permukaan rata atau cembung), cetakan (garis patah, tamda, logo pabrik), dll. VII.2. Uji Keseragaman Ukuran Untuk tujuan mudah digunakan dan estetik, kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak boleh > 3x dan tidak < 1/3 tebal tablet. Uji diameter dan ketebalan tablet ini dilakukan terhadap 20 tablet. VII.3. Uji kekerasan Dilakukan dengan alat hardness tester. Kekrasan tablet diukur terhadap luas permukaan tablet, dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg. Satuan kekerasan adalah newton,kp. VII.4. Uji Friabilita Dilakukan dengan alat friabilator menggunakan 20 tablet. Parameter yang diuji adalah kerapuhan tablet terhadap gesekan atau bantingan selama waktu tertentu. Uji friabilita biasanya dilakukan selama 15-20 menit tergantung spedifikasi alat. Tablet yang baik mempunyai friabilita < 1%. Perhitungan : f =
x 100%
f = friabilita a = bobot total tablet sebelum diuji b = bobot total tablet setelah diuji VII.5. Uji keseragaman Bobot VII.6. Uji Waktu Hancur Uji waktu hancur menggunakan alat disintegration tester menggunakan 6 tablet. Persyaratan Farmakope Indonesia : kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus hancur tidak lebih dari 15
menit ( untuk tablet tidak bersalut) dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula atau salut selaput. VII.7. Uji Keseragaman Sediaan Persyaratan untuk uji ini secara lengkap dapat dilihat di FI IV , hal 999. Uji biasanya dilakukan jika tablet mengandung zat aktif < 50 mg. Pengujian dilakukan terhadap 10 tablet. Persyaratan : tidak boleh lebih dari 2 tablet yang kadarnya diluar rentang 85-115% dari kadar rata-rata dan tidak boleh lebih dari 1 tablet yang kadarnya di luar rentang 75-125% dari kadar rata-rata. VII.8. Uji Disolusi Uji ini dikaukan untuk mengetahui kapan zat aktif mulai dilepaskan dan kapan tercapai kadar maksimum di dalam media disolusi, serta bagaimana profil disolusi zat aktif secara in vitro.
jenis Sediaan Tablet Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas : a.
Tablet Kempa Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b.
Tablet Cetak Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan. Metode Pembuatan Tablet Sediaan tablet ini dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering, dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab, kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya. Berikut merupakan penjelasan singkat dari ketiga macam metode tersebut :
a.
Granulasi Basah Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi.Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab
dan panas.Umumnya untuk zat aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsipdari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat teretentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah. Cairan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlah cairan yang ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai tercapai dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. Keuntungan metode granulasi basah : • Memperoleh aliran yang baik • Meningkatkan kompresibilitas • Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai • Mengontrol pelepasan • Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses • Distribusi keseragaman kandungan • Meningkatkan kecepatan disolusi Kekurangan metode granulasi basah: •
Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
•
Biaya cukup tinggi
•
Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air
granulasi Kering Disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip dari metode ini adalah membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Teknik ini yang cukup baik, digunakan untuk zat aktif yang memiliki dosis efektif yang terlalu tinggi untuk dikempa langsung atau zat aktif yang sensitif terhadap pemanasan dan kelembaban. GRANULASI BASAH Metoda ini digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap pemanasan dan lembab. Prinsip dari metoda ini adalah membasahi masa tablet dengan larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula, kemudian masa basah tersebut digranulasi. Cara pembuatan tablet dengan metoda granulasi basah: -
Buat pengikat (misalnya pasta amilum)
Setelah pasta jadi, tambahkan fase dalam (Zat aktif, pengisi, penghancur dalam) sampai terbentuk konsistensi yang pas untuk granul. -
Ayak, kemudian granul dikeringkan
-
Evaluasi granul
-
Tambahkan fase luar (penghancur, pelincir, pengisi)
-
Cetak
Keuntungan granulasi basah -
Memperoleh aliran yang baik
-
Meningkatkan kompresibilitas
-
Untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai
-
Mengontrol pelepasan
-
Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses
-
Distribusi keseragaman kandungan
Kekurangan metoda granulasi basah -
Banyak tahap dan proses produksi yang harus divalidasi
-
Biaya cukup tinggi
Zat aktif yang sensitive terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. untuk zat yang termolabil dilakukan dengan pelarut non air. 2. GRANULASI KERING (Slugging) Metoda ini dipilih untuk -
Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi
-
Zat aktif susah mengalir
-
Zat aktif sensitive terhadap panas dan lembab
Granulasi kering memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi masa padat yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula (granul). Prinsip metode ini adalah membuat granul secara mekanis tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya. Cara pembuatan: -
Semua bahan di campur
-
Dibuat tablet dengan ukuran besar
dihancurkan dengan meisn pencetak tablet khusus dan terbentuk membentuk granul (Slug) -
Granul (Slug) di ayak
-
Cetak
Keuntungan cara granulasi kering Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat , mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu -
Baik untuk zat aktif yang sensitive terhadap panas dan lembab
-
Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat
Kekurangan cara granulasi kering -
Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
-
Tidak dapt mendistribusikan zat dengan warna seragam
-
Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi silang
Keuntungan tablet, yaitu : 1. Tablet dipasaran mudah diberikan dalam dosis yang tepat jika diinginkan dosis dapat dibagi rata dan akan memberikan efek yang akurat. 2. Tablet tidak mengandung alkohol. 3. Tablet dapat dibuat dalam berbagai dosis. 4. Sifat alamiah dari tablet yaitu tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus dan dapat dibawa kemanamana, bentuknya kompak, fleksibel dan mudah pemberiannya. 5.
Secara umum, bentuk pengobatan dangan menggunakan tablet lebih disukai karena bersih, praktis dan efisien.
6.
Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling lemah.
7. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah. 8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal ditenggorokan, terutama bila tersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi. 9.
Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan diusus atau produk lepas lambat.
10. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk diproduksi secara besarbesaran. 11. Tablet oral mungkin mudah digunakan untuk pengobatan tersendiri dengan bantuan segelas air.
12. Untuk anak-anak dan orang-orang secara kejiwaan, tidak mungkin menelan tablet, maka tablet tersebut dapat ditambahkan penghancur, dan pembasah dengan air lebih dahulu untuk pengolahannya. 13. Dapat dibuat tablet kunyah dengan bahan mentol dan gliserin yang dapat larut dan rasa yang enak, dimana dapat diminum, atau memisah dimulut. 14. Konsentrasi yang bervariasi. Kerugian tablet, yaitu : 1. Orang yang sukar menelan atau meminum obat. 2. Keinginan konsumen beda dengan yang kita buat/produk. 3. Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak. 4.
Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-anak untuk menjaga kesalahan karena menurut mereka tablet tersebut adalah permen.
5. Warnanya cenderung memberikan bahaya.