perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL DISOLUSI TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Farmasi
Oleh: INDRIASARI MALIDA SUNDARI M3509035
DIPLOMA 3 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir saya yang berjudul “STUDI PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL DISOLUSI” adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau ulang dan/ dicabut.
Surakarta, Agustus 2012
Indriasari Malida Sundari M3509035
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDI PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TABLET PARASETAMOL SECARA GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL DISOLUSI
INDRIASARI MALIDA SUNDARI Program Studi D3 Farmasi, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret INTISARI Amilum jagung memiliki kemampuan sebagai bahan penghancur yang lebih baik daripada tepung terigu, namun penggunaannya belum banyak diteliti. Penggunaannya dikombinasikan dalam tablet parasetamol yang selama ini dikenal luas sebagai analgetik-antipiretik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi amilum jagung yang efektif digunakan sebagai bahan penghancur tablet dan pengaruhnya terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet parasetamol. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian eksperimental laboratorium menggunakan bahan penghancur amilum jagung dengan konsentrasi yang berbeda, dibuat 3 rancangan formula yaitu Formula I (6% amilum jagung), Formula II (8% amilum jagung), dan Formula III (10% amilum jagung). Setiap formula dilakukan uji sifat fisik granul dan tablet serta dilakukan uji disolusi. Data yang diperoleh dibandingkan dengan acuan standar dan dilakukan pendekatan statistik dengan metode analisis varian satu jalan (ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95% dan melihat perbedaan antar formula dengan uji Least Significant Difference (LSD). Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi amilum jagung diatas 6% berpengaruh terhadap sifat fisis granul dan tablet serta profil disolusinya. Pengaruhnya pada sifat fisis yaitu meningkatkan waktu hancur menjadi kurang dari 1 menit dan menghasilkan tablet yang mampu melepaskan parasetamol dari tablet dengan pelepasan obat pada menit ke-30 sebesar 86,904% untuk Formula II (8% amilum jagung) dan 96,828% untuk Formula III (10% amilum jagung). Kata kunci : Tablet, parasetamol, amilum jagung, bahan penghancur.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
STUDY ON THE USE OF CORN STARCH AS A DISINTEGRANT OF PARACETAMOL TABLET WITH WET GRANULATION METHOD ON PHYSICAL PROPERTIES AND DISSOLUTION PROFILE
INDRIASARI MALIDA SUNDARI Department of Pharmacy, Faculty of Mathematic and Science Sebelas Maret University ABSTRACT Corn starch having ability as a disintegrant better than wheat flour, but its use has not been many researched. Its use combine in paracetamol tablet which widely known as analgetic-antipiretic. This research was aimed to determine the effective concentration of corn starch as tablet disintegrant and the effect on physical properties and dissolution profile of paracetamol tablet. The research was done with experimental laboratory research method by using corn starch as disintegrant with different concentration, three design formulas were obtained that are Formula I (6% corn starch), Formula II (8% corn starch), and Formula III (10% corn starch). Each formula tested the physical properties of granul and tablet, and dissolution tested. The result were compared with standart references and approached by the statistic method of one way varians analysis (ANOVA) with probability rate 95% and showed differences between the formula with Least Significant Difference (LSD) test. The result showed that increasing concentration above 6% of corn starch affect the physical properties of granule and tablet as well as dissolution profiles. It was influence on physical properties that improve time destroyed to less than 1 minute and generated a paracetamol tablet capable of released with release of the drug in the 30th minute of 86,904% to Formula II (8% corn starch) and 96,828% to formula III (10% corn starch). Keywords: Tablet, paracetamol, corn starch, disintegrant.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tidak ada usaha yang sia-sia (Anonim)
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Q.S. Al Insyirah : 5-6)
Jalan hidup dibuatNya berbelok-belok dan tidak mulus supaya kita menjadi handal dan tahan uji dalam menjalani hidup ini (Heru Sasongko)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini Kupersembahkan untuk : Papa, Mama dan adik-adikku tersayang.
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Tugas Akhir dengan judul “STUDI PENGARUH AMILUM JAGUNG SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR TABLET PARASETAMOL DENGAN METODE GRANULASI BASAH TERHADAP SIFAT FISIS DAN PROFIL DISOLUSI” dengan baik. Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan hasil yang terbaik. Dan tak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan, semangat, motivasi serta bantuan baik moril maupun materiil, dan do’a dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc.(Hons), Ph.D, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku ketua program studi D3 Farmasi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Nestri Handayani, M.Si., Apt, selaku pembimbing akademik atas segala bimbingan dan arahan selama menjalani perkuliahan di D3 Farmasi UNS. 4. Heru Sasongko, S.Farm., Apt, selaku pembimbing tugas akhir atas segala kesabaran dan keikhlasannya dalam memberikan arahan, pengertian, saran, kritik, dan ilmunya. 5. Segenap dosen pengajar dan staff program studi D3 Farmasi yang telah banyak memberikan ilmu, bantuan dan pelajaran berharga. commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Teman-teman D3 Farmasi 2009 atas bantuan, dorongan semangat, kerjasama, serta kesediaannya berbagi suka dan duka serta semua kisah indah yang kalian bagi bersamaku selama menjalani perkuliahan di D3 Farmasi UNS. 7. Seseorang yang selalu menyemangati, mendukung, menyereweti, dan menceramahi untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Rizka, Ajeng, Nilan, Sari, Mbak Rizka, Dhiajeng, Ndari, Hilda, Husna, Nana, dan Dinda yang senantiasa ada dikala senang, sedih, dan bahagiaku. 9. Kakak dan adik-adik tingkat D3 Farmasi UNS yang memberi banyak pelajaran kehidupan. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam Tugas Akhir ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan tugas-tugas selanjutnya. Semoga laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan dapat menjadi bekal bagi penulis dalam pengabdian dan pengembangan ilmu Ahli Madya Farmasi di masyarakat pada khususnya.
Surakarta, Agustus 2012 Penulis
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ ii HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii INTISARI ....................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................... v HALAMAN MOTTO .................................................................................... vi HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ......................................................................... 2 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 3 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 3 BAB II LANDASAN TEORI .......................................................................... 4 A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4 1. Tablet .......................................................................................... 4 2. Metode Pembuatan Tablet ......................................................... 7 user 3. Pemeriksaan Kualitascommit Granulto..................................................... 9
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet ................................................... 11 5. Tinjauan Bahan .......................................................................... 15 B. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 21 C. Hipotesis ......................................................................................... 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 23 A. Metode Penelitian ........................................................................... 23 B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 23 C. Alat dan Bahan ............................................................................... 24 1. Alat yang digunakan .................................................................. 24 2. Bahan yang digunakan ............................................................... 24 D. Pelaksanaan Penelitian .................................................................... 25 1. Formula Tablet ............................................................................ 25 2. Pembuatan Granul....................................................................... 25 3. Uji Sifat Fisik Granul .................................................................. 26 a. Susut Pengeringan (Loss On Drying / LOD) ......................... 26 b. Uji Waktu Alir........................................................................ 26 c. Sudut Diam Granul ............................................................... 26 d. Uji Pengetapan ...................................................................... 26 4. Pembuatan Tablet ....................................................................... 27 5. Uji Sifat Fisik Tablet .................................................................. 27 a. Keseragaman Bobot .............................................................. 27 b. Kekerasan Tablet ................................................................... 28 c. Kerapuhan Tablet .................................................................. 28 commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Waktu Hancur ....................................................................... 28 6. Uji Disolusi Tablet ..................................................................... 29 a. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ......................... 29 b. Pembuatan Kurva Baku ......................................................... 29 c. Uji Disolusi ............................................................................ 30 E. Analisa Hasil ................................................................................... 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 32 A. Pembuatan Granul ........................................................................... 32 B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul .............................................. 33 1. Susut Pengeringan (Loss On Drying / LOD) .............................. 33 2. Uji Waktu Alir ........................................................................... 34 3. Uji Sudut Diam .......................................................................... 36 4. Uji Pengetapan ........................................................................... 37 C. Penabletan ....................................................................................... 39 D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet ............................................... 40 1. Uji Keseragaman Bobot ............................................................. 40 2. Uji Kekerasan ............................................................................ 42 3. Uji Kerapuhan ............................................................................ 44 4. Uji Waktu Hancur ....................................................................... 45 E. Uji Disolusi Tablet .......................................................................... 48 1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .............................. 48 2. Penentuan Kurva Baku Parasetamol .......................................... 49 3. Profil Disolusi Tablet Parasetamol ............................................. 49 commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 52 A. Kesimpulan ..................................................................................... 52 B. Saran ................................................................................................ 52 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 53 LAMPIRAN .................................................................................................... 56
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Halaman Disolusi Suatu Obat Dalam Matriks Padat ................................. 13
Gambar 2.
Struktur Parasetamol ................................................................... 15
Gambar 3.
Struktur Amilum ......................................................................... 17
Gambar 4.
Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Parasetamol Sebelum dan Sesudah Penambahan Bahan Pelicin ..................... 35
Gambar 5.
Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Parasetamol Sebelum dan Sesudah Penambahan Bahan Pelicin ..................... 36
Gambar 6.
Diagram Perbandingan Indeks Pengetapan Granul Parasetamol 38
Gambar 7.
Diagram Perbandingan CV Keseragaman Bobot Tablet Parasetamol ................................................................................. 41
Gambar 8.
Diagram Perbandingan Kekerasan Antar Formula Tablet Parasetamol ................................................................................. 43
Gambar 9.
Diagram Perbandingan Kerapuhan Antar Formula Tablet Parasetamol ................................................................................. 44
Gambar 10. Diagram Perbandingan Waktu Hancur Antar Formula Tablet Parasetamol ................................................................................. 46 Gambar 11. Kurva Baku Tablet Parasetamol ................................................. 49 Gambar 12. Profil Disolusi Tablet Parasetamol ............................................. 50 Gambar 13. Tablet Parasetamol ..................................................................... 98 Gambar 14. Certificate of Analysis (CoA) Parasetamol ................................ 98
commit to user
xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel I.
Halaman Penyimpangan Bobot Tablet Menurut FI Ed. III ............................. 11
Tabel II. Formula Tablet ................................................................................ 25 Tabel III. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul .............................................. 33 Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul ................................ 34 Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Parasetamol .......................... 40 Tabel VI. Rentang Keseragaman Bobot Tablet Parasetamol........................... 41
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Perhitungan Bahan ...................................................................... 56 Lampiran 2. Diagram Alir Cara Kerja............................................................. 58 Lampiran 3. Hasil Uji Sifat Fisis Granul ......................................................... 59 Lampiran 4. Hasil Uji Sifat Fisis Tablet.......................................................... 76 Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum dan Kurva Baku .... 92 Lampiran 6. Hasil Uji Disolusi........................................................................ 94 Lampiran 7. Tablet Parasetamol dan CoA Parasetamol .................................. 98
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan penghancur adalah salah satu dari eksipien yang umum ditambahkan pada pembuatan tablet. Bahan ini mempengaruhi pelepasan zat aktif obat dari sediaan untuk kemudian dapat memberikan efek terapi yang diinginkan. Beberapa contoh bahan penghancur seperti tepung jagung dan kentang, turunan amilum seperti amilumglikolat, senyawa selulosa seperti karboksimetilselulosa, resin penukar kation dan bahan-bahan lain yang membesar atau mengembang dengan adanya lembab dan mempunyai efek memecahkan atau menghancurkan tablet setelah masuk ke dalam cairan pencernaan (Ansel, 1989). Bahan penghancur yang dipilih dalam pembuatan tablet pada penelitian ini adalah amilum jagung, karena penelitian tentang penggunaan bahan ini sebagai bahan penghancur tablet belum banyak dilakukan. Dalam jurnal suatu penelitian yang dilakukan dengan membandingkan beberapa jenis tepung yang dapat digunakan sebagai eksipien dalam pembuatan tablet diperoleh hasil bahwa Amilum Jagung memiliki kemampuan sebagai bahan penghancur dengan kapasitas mengembang sebesar 16%, lebih besar daripada tepung terigu yang hanya 13,9% (Olayemi et al, 2008). Konsentrasi amilum jagung sebagai bahan penghancur biasa digunakan dalam konsentrasi 5-15%, jika jumlah yang ditambahkan lebih banyak maka akan diperoleh waktu hancur tablet yang lebih cepat (Ansel, 1989). commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Anonim, 2007). Parasetamol memiliki khasiat analgetik-antipiretik, yaitu mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi (Anief, 2004). Parasetamol dipilih sebagai zat aktif dalam penelitian yang akan dilakukan karena dalam sediaan tablet parasetamol memiliki kelebihan dalam menjaga kestabilan fisika dan kimiawinya sehingga banyak industri farmasi yang memproduksi tablet parasetamol untuk obat generik maupun paten. Selain itu parasetamol juga dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (Tjay dan Rahardja, 2007). Efek antipiretik parasetamol ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgesiknya serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang, mekanisme menurunkan suhu tubuh diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat (Anonim, 2007). Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin melakukan suatu penelitian berkaitan dengan perbedaan konsentrasi amilum jagung sebagai bahan penghancur terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet parasetamol. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh penggunaan Amilum Jagung sebagai bahan penghancur terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet Parasetamol ? commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Berapakah konsentrasi Amilum Jagung yang efektif untuk digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet Parasetamol? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui konsentrasi Amilum Jagung yang efektif untuk digunakan sebagai bahan penghancur pada tablet Parasetamol. 2. Mengetahui pengaruh penambahan Amilum Jagung sebagai bahan penghancur terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet Parasetamol. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini antara lain : 1. Diperoleh informasi tentang pengaruh Amilum Jagung sebagai bahan penghancur terhadap sifat fisis dan profil disolusi tablet Parasetamol. 2. Menambah pengetahuan peneliti khususnya yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi farmasi pemanfaatan Amilum Jagung sebagai bahan penghancur tablet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1.
Tablet Sediaan tablet mempunyai beberapa keuntungan, yaitu : dosis lebih tepat,
kekuatan fisik dapat dipertahankan pada waktu penyimpanan yang lama, sifat kimia dan aktifitas biologis obatnya yang relatif stabil serta mudah dalam penggunaan dan penyimpanan (Gunsel and Kanig, 1976). Tablet dapat berbedabeda dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan, daya hancurnya dan dalam aspek lainnya tergantung cara pemakaian tablet dan metode pembuatannya (Ansel, 1989). Tablet kompresi dibuat dengan sekali tekanan menjadi berbagai bentuk tablet dan ukuran, biasanya ke dalam bahan obatnya diberi bahan tambahan sejumlah bahan pembantu (Ansel, 1989). Pada dasarnya bahan tambahan tablet harus bersifat netral, tidak berbau, tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna (Voigt, 1994). Bahan tambahan dalam pembuatan tablet : a. Bahan Pengisi (diluents/filler) Ditambahkan jika perlu ke dalam formulasi supaya membentuk ukuran tablet yang diinginkan (Ansel, 1989). Bahan pengisi yang biasa digunakan antara lain: sukrosa, laktosa, amilum, kaolin, kalsium karbonat, dekstrosa, manitol, selulosa, sorbitol dan bahan lain yang cocok (Banker and Anderson, 1986). Laktosa merupakan bahan pengisi yang banyak digunakan commit to user
4
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam pembuatan tablet. Biasanya digunakan laktosa dalam bentuk serbuk sebagai bahan pengisi tablet yang dibuat secara granulasi basah (Bolhuis and Chowhan, 1996). b. Bahan Pengikat (binder) Membantu perlekatan partikel dalam formulasi, memungkinkan granul dibuat dan dijaga keterpaduan hasil akhir tabletnya (Ansel, 1989). Bahan pengikat yang banyak digunakan adalah gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon,
metilselulosa,
karboksimetilselulosa
(CMC),
pasta
pati
terhidrolisis, dan selulosa mikrokristal (Syamsuni, 2006). Pati sagu konsentrasi 2%-10% b/v yang digunakan sebagai pengikat dari tablet menunjukkan kekerasan dan waktu disintegrasi yang semakin meningkat serta kerapuhan minimal (0,59%) (Satyam et al, 2008). c. Bahan Penghancur (disintegrant) Bahan yang membantu dalam penghancuran, akan membantu memecah atau menghancurkan tablet setelah pemberian sampai menjadi partikelpartikel yang lebih kecil, sehingga lebih mudah diabsorpsi (Ansel, 1989). Bahan penghancur dimasukkan untuk menarik air masuk dalam tablet sehingga memudahkan hancurnya tablet dalam medium cair sehingga dapat pecah menjadi granul atau partikel penyusunnya (Banker and Anderson, 1986). Bahan penghancur memiliki dua mekanisme aksi utama dalam proses penghancuran tablet, yaitu: commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Bahan penghancur yang meningkatkan penyerapan air Bahan penghancur ini beraksi dengan memfasilitasi pengangkutan cairan ke dalam pori-pori tablet, dan dapat mengakibatkan tablet dapat pecah menjadi beberapa bagian. Salah satu tipe yang dapat meningkatkan penyerapan cairan secara nyata adalah agen aktivasi permukaan. Tipe ini digunakan untuk membuat permukaan partikel obat lebih hidrofilik kemudian dapat meningkatkan pembasahan bagian padat dan cairan dapat menembus kedalam pori-pori tablet. Mekanisme lain dari bahan penghancur ini adalah meningkatkan meningkatkan penyerapan cairan dengan menggunakan mekanisme penyerapan kapiler untuk menyerap air ke dalam pori-pori tablet. 2) Bahan penghancur yang akan memecah tablet Pemecahan tablet dapat disebabkan oleh pengembangan dari partikel bahan penghancur dalam menyerap air. Selain itu, bahan penghancur yang tidak mengembang juga dapat memecah tablet dengan mekanisme yang berbeda. Satu hal yang harus diperhatikan adalah penolakan partikel untuk kontak dengan air dan cara lain pengembalian dari deformasi partikel ke bentuk aslinya ketika kontak dengan air. Partikel dapat berubah bentuk selama pengempaan tablet (Alderborn, 2007).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7 digilib.uns.ac.id
Contoh bahan penghancur adalah pati, pati dan selulosa yang dimodifikasi secara kimia, asam alginate, selulosa mikrokristal, dan povidon sambung-silang (Syamsuni, 2006). d. Bahan Pelicin (lubricant) Yaitu zat yang meningkatkan aliran bahan memasuki cetakan tablet dan mencegah melekatnya bahan ini pada punch dan die serta membuat tablettablet menjadi bagus dan berkilat (Ansel, 1989). Umumnya, lubrikan bersifat hidrofobik sehingga dapat menurunkan kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu, kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindari (Syamsuni, 2006). Bahan pelicin yang biasa digunakan adalah talk, mg stearat, asam stearat, kalsium stearat, natrium stearat, licopodium, lemak parafin cair (Banker and Anderson, 1986). Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat-zat lain kecuali pelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisi cetakan tablet dengan baik maka dibuat granul agar mudah mengalir mengisi cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (Anief, 2007). 2.
Metode Pembuatan Tablet Pembuatan tablet dibagi menjadi tiga cara, yaitu granulasi basah, granulasi
kering (menggunakan mesin rol atau mesin slug), dan kempa langsung (Syamsuni, 2006). a. Granulasi Basah Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan, suspensi commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan pada campuran serbuk, namun demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat dimasukkan sendiri (Banker and Anderson, 1986). Langkah-langkah yang diperlukan dalam pembuatan tablet dengan metode ini adalah menimbang dan mencampur bahan, menyiapkan massa granul, pengayakan massa granul menjadi pelet atau granul, pengeringan granul, pengayakan kering, penambahan dan pencampuran bahan pelicin, pembuatan tablet dengan kompresi (Allen et al, 2011). Metode ini digunakan untuk obat-obatan yang tahan terhadap pemanasan dan yang tidak mudah terurai oleh air. Keuntungan dari metode ini antara lain menaikkan kohesifitas dan kompresibilitas serbuk sehingga tablet akan dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu. Sehingga diperoleh massa yang kompak dalam arti bentuk tablet bagus, keras dan tidak rapuh (Sheth et al, 1980). b. Granulasi Kering Granul dibentuk dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya besar dari campuran serbuk dan setelah itu memecahkannya dan menjadikan pecahan-pecahan kedalam granul yang lebih kecil. Metode ini khususnya untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
9 digilib.uns.ac.id
c. Kempa Langsung Metode ini digunakan untuk bahan yang mempunyai sifat mudah mengalir sebagaimana sifat-sifat kohesinya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam tablet tanpa memerlukan granulasi basah atau kering (Sheth et al, 1989). Pembuatan tablet dengan cara ini dilakukan apabila : 1) Jumlah zat berkhasiat per tablet cukup untuk dicetak. 2) Zat berkhasiatnya dapat mengalir bebas (free-flowing) dengan baik. 3) Zat berkhasiatnya berbentuk kristal yang dapat mengalir bebas, misalnya tablet heksamin, tablet NaCl, dan tablet KMnO4 (Syamsuni, 2006). 3.
Pemeriksaan Kualitas Granul a. Susut Pengeringan Susut pengeringan disebut juga Loss On Drying (LOD), yaitu persyaratan kadar kelembaban berdasarkan berat basah. Susut pengeringan menggambarkan kadar air yang hilang dari granul. Semakin tinggi % susut pengeringan maka kadar air dalam granul semakin rendah. b. Waktu Alir Waktu alir adalah waktu yang diperlukan serbuk atau granul untuk mengalir melalui corong. Uji dilakukan dengan menimbang 100 g granul, dimasukkan kedalam alat penguji waktu alir yang berupa corong yang ditutup pada lubang keluarnya. Penutup dibuka kemudian alat pencatat commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
waktu dihidupkan sampai semua serbuk atau granul keluar dari corong. Begitu semua granul keluar stopwatch dimatikan. Waktu yang diperlukan untuk keluarnya serbuk atau granul dicatat sebagai waktu alirnya, kemudiaan dihitung kecepatan alirnya sebagai banyaknya serbuk yang mengalir tiap satuan waktu (Banker and Anderson, 1986). Kecepatan alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). c. Sudut Diam Sudut diam merupakan sudut tetap yang terjadi antara timbunan partikel bentuk kerucut dengan bidang horizontal. Jika sejumlah granul atau serbuk dituang ke dalam alat pengukur, besar kecilnya sudut diam dipengaruhi oleh bentuk ukuran dan kelembaban serbuk. Bila sudut diam lebih kecil atau sama dengan 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik (Lachman et al, 1994). d. Uji Pengetapan Indeks pengetapan granul ditentukan setelah dilakukan penghentakan terhadap sejumlah granul sehingga diperoleh volume yang konstan. Pada saat volume konstan partikel serbuk berada pada kondisi paling mampat. Sifat fisik massa granul yang baik memiliki harga pengetapan lebih kecil dari 20% (Lachman et al, 1994).
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet a. Keseragaman Bobot Untuk tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut : Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom A, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan kolom B (Anonim, 1979). Tabel I. Penyimpangan Bobot Menurut FI Ed. III
Bobot rata-rata 25 mg atau kurang 26 mg – 150 mg 151 mg – 300 mg Lebih dari 300 mg
Penyimpangan Bobot Rata- Rata dalam % A B 15 % 30 % 10 % 20 % 7,5 % 15 % 5% 10 %
(Anonim, 1979) b. Kekerasan Dilakukan dengan alat uji kekerasan dengan cara kedalam alat diletakkan sebuah tablet, tekanan diatur sedemikian rupa, tablet diletakkan dalam posisi kokoh dan penunjuk berada pada skala 0, lalu putar skrup dengan kenaikan lambat, dilakukan terus sampai tablet pecah, tekanan dibaca langsung pada skala (Voigt, 1994). Kekerasan tablet yang baik commit to user adalah 4-8 kg (Parrott, 1971).
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Kerapuhan Kerapuhan (friabilitas) dinyatakan sebagai massa partikel yang dilepaskan dari tablet akibat beban pengisi mekanis. Kerapuhan dinyatakan dalam persen yang mengacu pada massa tablet awal sebagai pengujian (Parrott, 1971). Ujinya menggunakan alat yang berputar otomatis, kecepatan putar pada alat bervariasi, biasanya adalah 25 putaran/menit. Nilai kerapuhan >1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986). d. Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan untuk menghancurkan tablet dalam medium yang sesuai, sehingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa alat penguji. Waktu hancur dipengaruhi oleh sifat fisika kima granul dan kekerasan (Parrott, 1971). Kecuali dinyatakan lain, waktu untuk menghancurkan tablet tidak bersalut adalah 15 menit (Anonim, 1979). e. Uji Disolusi Disolusi adalah proses suatu zat solid memasuki pelarut untuk menghasilkan suatu larutan. Disolusi secara singkat didefinisikan sebagai proses suatu solid melarut. Bentuk sediaan farmasetik solid dan bentuk sediaan sistem terdispersi solid dalam cairan setelah dikonsumsi kepada seseorang akan terlepas dari sediaannya dan mengalami disolusi dalam media biologis, diikuti dengan absorbsi zat aktif ke dalam sirkulasi sistemik dan akhirnya menunjukkan respon klinis (Siregar dan Wikarsa, 2010). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
Uji disolusi digunakan untuk mengetahui profil disolusi obat secara invitro, dimana tablet dimasukkan dalam alat dissolution tester berisi medium yang mirip dengan cairan lambung. Melalui percobaan ini dapat diketahui profil farmakokinetik obat dalam tubuh. Alat yang digunakan dalam uji ini adalah USP yang mencakup monografi volume yang dipakai, kecepatan (rpm) dan batas waktu (Lachman et al, 1994). Disolusi dilakukan dengan meletakkan tablet dalam bejana berisi media disolusi yang mengalir. Selama ini dilakukan, semua faktor yang dapat berefek pada proses disolusi harus distandarisasi, termasuk faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan seperti komposisi dan suhu media disolusi. Konsentrasi dari pertikel obat dalam medium disolusi normalnya tidak lebih dari 10% kelarutan obat, seperti kondisi sink. Selama kondisi sink, gradien konsentrasi antara lapisan difusi yang mengelilingi bagian padat & konsentrasi bulk dari media disolusi sering dianggap konstan (Alderborn, 2007).
Gambar 1. Disolusi suatu obat dalam matriks padat (Martin et al, 1993)
Dalam teori disolusi dianggap bahwa lapisan difusi air (aqueous commit user dengan ketebalan h ada pada diffusion layer) atau lapisan cairantostagnan
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permukaan zat padat yang sedang berdisolusi. Ketebalan h ini menyatakan lapisan pelarut stasioner di mana molekul-molekul zat terlarut berada pada konsentrasi dari CS sampai C. Dibelakang lapisan difusi statis tersebut , pada harga x yang lebih besar dari h, terjadi pencampuran dalam larutan , dan obat terdapat pada konsentrasi yang sama, C, pada seluruh fase bulk. Pada antarmuka permukaan zat padat dan lapisan difusi, x = 0, obat dalam bentuk padat berada dalam keseimbangan dengan obat dalam lapisan difusi. Perbedaan atau perubahan konsentrasi dengan berubahnya jarak untuk melewati lapisan difusi adalah konstan, seperti terlihat pada garis lurus (pada gambar 1) yang mempunyai kemiringan (slope) menurun (Martin et al, 1993). Menurut literatur, tablet parasetamol di uji dalam media disolusi dapar fosfat pH 5,8 dengan menggunakan alat uji disolusi tipe 2 yaitu tipe dayung. Kecepatan putaran dayung diatur 50 rpm. Dipersyaratkan, dalam waktu 30 menit tidak kurang 80% parasetamol (C8H9NO2) yang tertera pada etiket harus sudah melarut (Anonim, 1990).
commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5.
Tinjauan Bahan a. Parasetamol (Asetaminofen)
OH
NHCOCH3 N-asetil-4-aminofenol Gambar 2. Struktur Parasetamol (Anonim, 1979)
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit (Anonim, 1979). Parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik yang sama dan telah digunakan sejak tahun 1893 (Anonim, 2007). Parasetamol memiliki khasiat analgetik-antipiretik, yaitu mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu tubuh yang tinggi (Anief, 2004). Selain itu parasetamol juga dianggap sebagai zat antinyeri yang paling aman, juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri), dosis untuk nyeri dan demam, oral 2-3 kali sehari 0,5-1 g, maks. 4 g/hari. Anak-anak, 4-6 kali sehari 10mg/kg, yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg, 1-4 tahun 120-180 mg, 4-6 tahun 180 mg, 7-12 tahun 240-360 mg, 4-6 kali sehari (Tjay dan Rahardja, 2007). Efek antipiretik parasetamol ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Efek analgesiknya serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengurangi nyeri ringan sampai sedang, mekanisme menurunkan suhu tubuh diduga juga berdasarkan efek sentral seperti salisilat (Anonim, 2007). Parasetamol bekerja dengan menghambat sistem siklooksigenase yang menyebabkan asam arakhidonat dan asam-asam C20 tak jenuh lainnya menjadi endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin. Prostaglandin merupakan zat yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam serta reaksi-reaksi radang (Mutschler, 1991). Mekanisme pastinya belum diketahui, namun parasetamol mengurangi rasa sakit dengan meningkatkan ambang rasa sakit, yaitu dengan menyediakan rasa sakit yang besar untuk menghalangi rasa sakit sebelum tubuh merasakannya. Mekanisme mengurangi demam adalah terkait aksi parasetamol pada pusat pengatur panas di otak, secara spesifik, ini memberitahu pusat pengatur panas untuk menurunkan suhu tubuh ketika suhu tubuh meningkat (Ogbru, 2012). Kadar puncak parasetamol biasanya tercapai dalam waktu 30-60 menit. Parasetamol sedikit terikat dengan protein plasma dan sebagian di metabolisme oleh enzim mikrosom hati dan diubah menjadi parasetamol sulfat dan glukoronida, yang secara farmakologi tidak aktif. Kurang dari 5% diekskresikan dalam bentuk tidak berubah. Waktu paruh parasetamol 2-3 jam dan relatif tidak dipengaruhi oleh fungsi ginjal (Katzung, 1997). Parasetamol
dalam
dosis
besar
menyebabkan
nekrosis
hati.
Hepatotoksisitas ini dikaitkan dengan tidak adanya tingkat glutation hati oleh metabolit elektrofilik dari parasetamol. Bila tingkat glutation hati commit to user
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cukup dihilangkan (80% atau lebih), ikatan kovalen dari metabolit reaktif dengan makromolekul hepatik bertanggung jawab pada nekrosis hati yang diamati. Jalur bioaktivasi yang diusulkan termasuk N-oksidasi parasetamol menjadi metabolit N-hidroksi, yang selanjutnya didehidrasi menjadi imidoquinon reaktif, reaksi dengan glotation bertanggungjawab untuk pembentukan hasil asam merkapturat (Wolff, 1994). b. Amilum Jagung
Gambar 3. Struktur Amilum (Rowe et al, 2009)
Amilum terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi yang tidak terlarut dinamakan commitstruktur to user lurus dengan ikatan α-(1,4)-Damilopektin. Amilosa memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
18 digilib.uns.ac.id
glukosa sedangkan amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-(1,6)D-glukosa sebanyak 4-5 dari berat total (Winarno, 1997). Amilum termasuk polisakarida, memiliki amilosa yang terdiri dari 70 hingga 350 unit glukosa yang berikatan membentuk garis lurus dan amilopektin yang terdiri hingga 100.000 unit glukosa yang berikatan membentuk struktur rantai bercabang. Amilum berwarna putih, berbentuk serbuk bukan kristal yang tidak larut dalam air dingin. Tidak seperti monosakarida dan disakarida, amilum dan polisakarida lain tidak mempunyai rasa manis (Gaman and Sherrington, 1992). Amilum jagung adalah pati yang diperoleh dari biji Zea Mays L. (Famili Poaceae). Pemerian serbuk sangat halus, putih. Mikroskopik, butir bersegi banyak, bersudut, ukuran 2 µm sampai 23 µm atau butir bulat dengan diameter 25-32 µm. Hilus di tengah berupa rongga yang nyala atau celah berjumlah 2-5, tidak ada lamella, jika diamati di bawah cahaya terpolarisasi, tampak bentuk silang berwarna hitam, memotong pada hilus (Anonim, 1995). Sebagai penghancur digunakan amilum jagung 5% - 15% untuk memperoleh waktu hancur yang lebih cepat (Ansel, 1989). Kandungan amilosa pada amilum jagung sebesar 24-28% (Rowe et al, 2009). Dari uji yang dilakukan terhadap kapasitas hidrasi dari tepung mengindikasikan bahwa tepung jagung dapat menyerap dua kali beratnya dalam air, kapasitas mengembang menggambarkan peningkatan volume dari tepung yang ditunjukkan oleh tepung jagung sebesar 16% kemudian diikuti commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
oleh tepung terigu 13,9%, hal ini menunjukkan bahwa tepung jagung dapat menjadi bahan penghancur yang lebih baik dibandingkan tepung terigu dan jika digabungkan dalam formulasi tablet dapat menghasilkan penghancuran tablet dengan dua mekanisme yaitu aksi kapiler dan pengembangan (Olayemi et al, 2008). c. Laktosa Laktosa adalah gula yang diperoleh dari susu. Dalam bentuk anhidrat atau mengandung satu molekul air hidrat. Pemerian serbuk atau masa hablur, keras, putih susu, putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil di udara tetapi mudah menyerap bau (Anonim, 1995). Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk yang lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979). d. Avicel PH-101 Avicel PH-101 adalah nama lain dari mikrokristalin selulosa, yang secara luas digunakan dalam farmasi sebagai pengikat/pengisi pada formulasi tablet oral dan kapsul, baik secara granulasi basah maupun granulasi kering. Avicel merupakan partikel terdepolimerisasi, putih, tidak berasa, tidak berbau, bentuk serbuk, kristal tersusun atas partikel yang berpori.
Sebagai
tambahan
kegunaannya
sebagai
pengikat/pengisi,
mikrokristalin selulosa juga memiliki kemampuan sebagai penghancur dan pengisi yang membuat bahan ini menjadi sangat berguna dalam proses commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pentabletan. Konsentrasi Avicel PH-101 sebagai pengisi pada formulasi tablet adalah 20–90% (Rowe et al, 2009). e. Tepung Sagu Tepung sagu adalah pati yang diperoleh dari pengolahan empulur pohon sagu (Metroxylon sp.) yang bersih dan baik. Berbentuk serbuk halus, berbau normal (bebas bau asing), warna putih khas sagu, rasa normal (Panitia Teknis, 2008). Sebagai pengikat digunakan pati sagu konsentrasi 2%-10% b/v (Satyam et al, 2008). f. Magnesium Stearat Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Mengandung setara dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO. Pemerian serbuk halus putih dan voluminous, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran. Kelarutan tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter (Anonim, 1995). Khasiat dan penggunaan sebagai antasida dan zat tambahan (Anonim, 1979). g. Talk Talk
adalah
magnesium
silikat
hidrat
alam,
kadang-kadang
mengandung sedikit aluminium silikat. Pemerian serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu, berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran (Anonim, 1995). Kelarutan tidak larut dalam hampir semua pelarut. Khasiat dan penggunaan sebagai zat tambahan (Anonim, 1979). commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kerangka Pemikiran Bahan penghancur adalah suatu bahan yang ditambahkan dalam penggunaan tablet dengan tujuan membantu tablet hancur sehingga dapat melepaskan zat aktif yang terkandung di dalamnya untuk dapat menghasilkan efek. Salah satu bahan penghancur yang dapat digunakan dalam pembuatan tablet adalah tepung jagung. Bahan ini bekerja sebagai penghancur dengan mekanisme mengembang ketika kontak dengan cairan tubuh sehingga memudahkan tablet untuk pecah (Ansel, 1989). Parasetamol adalah analgetik-antipiretik yang dikenal luas dan banyak digunakan di Indonesia. Sediaannya terdapat dalam beberapa bentuk, diantaranya yang banyak digunakan adalah tablet yang lebih memudahkan dalam penggunaan karena sediaannya kompak dan mudah dibawa sehingga bisa segera digunakan saat dibutuhkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan amilum jagung dengan konsentrasi yang berbeda, kemudian digunakan sebagai bahan penghancur tablet dengan zat aktif parasetamol untuk mengetahui pengaruh penggunaan amilum jagung dalam mempengaruhi waktu hancur dan sifat fisis lain dari tablet yang dihasilkan. Tablet dibuat dengan formula sesuai yang tertera pada tabel II untuk melihat pengaruh amilum jagung sebagai bahan penghancur tablet parasetamol. Sebelum dikempa, dilakukan uji terhadap granul meliputi uji susut pengeringan, waktu alir, sudut diam, dan pengetapan. Setelah dikempa tablet diuji sifat fisisnya meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur. Untuk melihat commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
profil pelepasan obat dilakukan uji disolusi. Dilakukan replikasi 3 kali untuk setiap formula. Kemudian hasil yang didapatkan diuji dengan pendekatan teoritis menggunakan pustaka yang terkait dan pendekatan secara statistika. C.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah : a. Amilum Jagung dapat digunakan sebagai bahan penghancur tablet Parasetamol dengan metode granulasi basah. b. Penggunaan bahan penghancur Amilum Jagung memberikan pengaruh terhadap hasil uji sifat fisis dan profil disolusi tablet Parasetamol.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil, dalam penelitian ini digunakan 3 macam variabel yaitu : 1. Variabel bebas
: Perbedaan konsentrasi bahan penghancur Amilum Jagung.
2. Variabel tergantung : Waktu
alir,
keseragaman
sudut bobot,
diam,
kadar
kekerasan,
air,
pengetapan,
kerapuhan,
waktu
hancur, hasil disolusi. 3. Variabel terkendali : Metode pembuatan tablet dengan granulasi basah, suhu dan waktu pengeringan, kedalaman punch, kecepatan putaran dayung pada alat disolusi dan suhu disolusi. Dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu, tahap pertama yang dilakukan adalah pembuatan tablet Parasetamol dengan konsentrasi bahan penghancur Amilum Jagung 6%. Penelitian kedua adalah pembuatan tablet Parasetamol dengan konsentrasi bahan penghancur Amilum Jagung 8%. Penelitian ketiga adalah pembuatan tablet Parasetamol dengan konsentrasi bahan penghancur Amilum Jagung 10%. Selanjutnya dilakukan penelitian uji sifat fisis granul, sifat fisis tablet, dan uji disolusi tablet. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di 2 (dua) tempat, yaitu Laboratorium Teknologi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas commit to user
23
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Maret Surakarta dan Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta. Waktu pelaksanaan penelitian dari April - Juni 2012. C. Alat dan Bahan 1.
Alat Alat yang digunakan adalah neraca analitik (Precisa, BJ 401c), oven
pengering (Memmert, UNB 100), mesin tablet single punch (Shanghai Tianhe Pharmaceutical Machinery, TDP), hardness tester (Tianjin Guoming Medicinal Equipment, YD-1), friability tester (Tianjin Guoming Medicinal Equipment, CS2), disintegration tester (Tianjin Guoming Medicinal Equipment, BJ-2), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu, UV mini 1240), dissolution tester tipe dayung (Tianjin Guoming Medicinal Equipment, RC-1), mortar, stamper, ayakan ukuran 16 dan 18 mesh, corong kaca, stopwatch, alat-alat gelas dan alat pendukung lainnya. 2.
Bahan Bahan yang digunakan adalah Parasetamol (Brataco, Standar Farmasi),
Amilum Jagung (Brataco, Standar Farmasi), tepung sagu (Teknis), magnesium stearat (Brataco, Standar Farmasi), talk (Brataco, Standar Farmasi), laktosa (Brataco, Standar Farmasi), Avicel PH-101 (Agung Jaya, Standar Farmasi), aquadest, larutan dapar fosfat pH 5,8.
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Pelaksanaan Penelitian 1.
Formula Tablet Formula yang digunakan untuk membentuk massa granul yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel II, berikut ini: Tabel II. Formula Tablet
Komposisi Parasetamol Avicel PH-101 Laktosa Amilum Jagung Mucilago sagu 10% Talk Mg Stearat Berat Total
2.
Kandungan per tablet (mg) Formula I Formula II Formula III 250 250 250 162 162 162 38 28 18 30 40 50 15 15 15 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 500 500 500
Pembuatan granul Bahan obat Parasetamol, bahan penghancur (formula I menggunakan
Amilum Jagung 6%, formula II menggunakan Amilum Jagung 8%, formula III menggunakan Amilum Jagung 10%), Avicel PH-101, dan laktosa dicampur hingga homogen. Campuran massa homogen ditambahkan mucilago sagu 10% kedalam campuran bahan sehingga terbentuk massa granul basah. Massa granul basah kemudian diayak dengan ayakan 16 mesh, dikeringkan dalam oven pada suhu 60oC selama 3 jam. Granul kering diayak dengan ayakan 18 mesh, dicampur dengan magnesium stearat dan talk hingga homogen selama 5 menit dengan kecepatan putaran 45 rpm.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Uji sifat fisik granul e. Susut Pengeringan (Loss On Drying / LOD) Seluruh granul basah ditimbang, kemudian dikeringkan dalam oven bersuhu 60°C selama 3 jam, lalu granul ditimbang dan dihitung dengan rumus sebagai berikut : ( )
………………. (1)
f. Uji waktu alir Ditimbang 100 g granul dimasukkan ke dalam corong yang ujung tangkainya ditutup. Penutup corong dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Waktu alir dicatat. Pengujian waktu alir dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin. g. Sudut diam Granul sebanyak 100 g dimasukkan ke dalam corong pengukur sudut diam sampai penuh dan diratakan, tutup dibuka dan granul dibiarkan mengalir sampai habis. Tinggi dan diameter tumpukan yang terbentuk diukur, lalu sudut diam dihitung. Sudut diam dihitung dengan rumus sebagai berikut : ………………………………………………………………... (2) h = tinggi kerucut
β = sudut diam
r = jari–jari kerucut h. Uji Pengetapan Sejumlah granul dimasukkan kedalam volumenometer, kemudian alat commit to user dijalankan dan perubahan volume akibat perlakuan getaran dicatat.
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengamatan dilakukan setelah volume serbuk tidak mengalami perubahan lagi yang besarnya dihitung dengan rumus berikut : ……………………………… (3) Vo = Volume awal granul sebelum perlakuan (ml) Vt = Volume granul akhir (ml) 4.
Pembuatan tablet Granul yang telah memenuhi persyaratan dalam uji sifat fisisnya dicetak
menjadi tablet. Sebelumnya granul ditambahkan dengan magnesium stearat dan talk. Campuran tersebut dicetak dengan menggunakan mesin tablet single punch dengan bobot tiap tablet 500 mg. Tekanan kompresi pada pembuatan tablet diatur agar bobot tablet yang didapatkan untuk tiap formula sama. 5.
Uji sifat fisik tablet a. Keseragaman bobot Sejumlah 20 tablet ditimbang satu persatu, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Untuk tablet dengan bobot lebih dari 300 mg tidak boleh lebih dari dua tablet yang bobotnya menyimpang dari 5% dari bobot rata-rata dan tidak satu pun tablet yang menyimpang lebih dari 10% dari rata-ratanya (Anonim, 1979). Dihitung harga koevisien variannya dengan rumus : CV =
………………………………………………………………….. (4)
Keterangan : CV = koefisien varian SD = simpangan baku
X = rata-rata bobot tablet commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Kekerasan tablet Pemerikasaan kekerasan tablet menggunakan alat digital hardness tester. Dilakukan dengan cara kedalam alat diletakkan sebuah tablet, tekanan diatur sedemikian rupa, tablet diletakkan dalam posisi kokoh dan penunjuk berada pada skala 0, lalu skrup diputar dengan kenaikan lambat, dilakukan terus sampai tablet pecah, tekanan dibaca langsung pada skala (Voigt, 1994). c. Kerapuhan tablet Dua puluh tablet dibersihkan dari partikel halus yang menempel, lalu ditimbang. Tablet dimasukkan ke dalam friability tester diputar selama 4 menit dengan kecepatan 25 putaran permenit, lalu tablet diambil, dibersihkan dan ditimbang kembali. Kerapuhan tablet dihitung dengan rumus: % Kerapuhan =
(
- 2
x100%................................................................... (5)
Keterangan : M1 = bobot tablet sebelum diuji M2 = bobot tablet setelah uji d. Waktu Hancur Dengan menggunakan disintegration tester dimasukkan 6 buah tablet ke dalamnya, kemudian alat di atur naik turun secara teratur 30 kali setiap menit dalam medium air dengan suhu 37°C. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa. Waktu yang dibutuhkan commit to dicatat user sebagai waktu hancur tablet. setiap tablet untuk hancur seluruhnya
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Uji Disolusi Tablet a. Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan induk parasetamol dibuat dengan cara sebagai berikut: 200 mg parasetamol ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8 hingga 100 ml. Dari larutan ini kemudian diambil 1 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Larutan ini diamati absorbansinya pada panjang gelombang 200-300 nm (sesuai dengan panjang gelombang sinar UV) karena gugus kromofor pada parasetamol akan menyerap radiasi sinar UV sehingga dapat diketahui panjang gelombang yang memiliki serapan maksimum. b. Pembuatan kurva baku Larutan baku parasetamol dibuat dengan cara sebagai berikut : 200 mg parasetamol ditimbang seksama lalu dilarutkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8 hingga 100 ml, lalu larutan ini diambil 1 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga 100 ml. Dari larutan induk parasetamol ini diambil 1 ml; 2 ml; 3 ml; 4 ml; 5 ml; 6 ml; 7 ml; dan 8 ml, masing-masing diencerkan dengan larutan dapar fosfat pH 5,8 hingga 10 ml. Seri larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 243 nm. Dibuat kurva baku antara kadar parasetamol dan serapannya sehingga diperoleh persamaan regresi linier yang selanjutnya digunakan untuk menentukan kadar parasetamol dalam uji disolusi.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Uji Disolusi Uji disolusi sediaan lepas lambat parasetamol menggunakan alat uji disolusi dengan pengaduk dayung yang dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1) Medium dapar fosfat pH 5,8 sebanyak 500 ml dimasukkan kedalam labu disolusi, pengaduk dayung diatur pada kecepatan 50 rpm dengan jarak pengaduk dayung dari dasar 2,5 ± 0,2 cm. Tablet ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu disolusi. Suhu percobaan dipertahankan pada kisaran 37 ± 0,5oC. 2) Sampel diambil pada menit ke 5, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 ml. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap. 3) Sampel
diukur
serapannya
dengan
spektrofotometer
panjang
gelombang maksimum Parasetamol. E. Analisa Hasil Analisis data dilakukan dengan dua cara, yaitu : 1.
Pendekatan secara teoritis Data yang diperoleh dari pengujian dibandingkan terhadap parameter dari
Farmakope Indonesia dan pustaka lain yang terkait. 2.
Pendekatan statistik Analisis statistik dilakukan dengan metode analisis varian satu jalan
(ANOVA) dengan taraf kepercayaan 95%. Melalui cara ini diuji apakah antar formula terdapat perbedaan yang bermakna, dengan membandingkan harga F commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hitung terhadap F tabel. Jika F hitung lebih besar berarti ada perbedaan bermakna antar formula. Selanjutnya untuk mengetahui formula mana yang berbeda dilakukan uji Least Significant Difference (LSD). Bila selisih harga rata-rata lebih besar dari LSD, maka ada perbedaan yang bermakna diantara formula tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Granul Penelitian diawali dengan pembuatan granul menggunakan metode granulasi basah, metode ini dipilih karena bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan seluruhnya tahan terhadap pemanasan dan dapat menghasilkan granul yang daya ikat antar partikelnya ditingkatkan dengan penambahan bahan pengikat. Secara garis besar, metode granulasi basah yang dilakukan adalah mencampur zat aktif dan bahan-bahan pembantu pembuatan tablet yang lain dengan menggunakan bahan pengikat mucilago sagu 10% sampai terbentuk massa yang elastis. Kemudian untuk menyeragamkan ukuran granul yang dihasilkan, seluruh massa granul sebelum di keringkan dalam oven diayak menggunakan ayakan 16 mesh, granul basah ditimbang untuk mengetahui keseluruhan bobot basah dari granul yang dihasilkan dan dikeringkan dalam oven bersuhu 60° selama 3 jam. Suhu dan waktu pengeringan dalam pembuatan granul diatur sama untuk masing-masing formula sebagai kontrol dari granul yang dihasilkan agar dapat jelas terlihat perbedaan dari bahan penghancur yang digunakan. Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air yang terdapat dalam granul, granul yang sudah kering diayak dengan ayakan 18 mesh agar diperoleh granul kering dengan ukuran yang seragam, penyeragaman ukuran granul ini dilakukan untuk menghindari variasi ukuran granul yang dapat mempengaruhi sifat alir granul yang nantinya akan mempengaruhi keseragaman bobot dan sifat fisis tablet yang dihasilkan.
commit to user
32
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul Pemeriksaan sifat fisik granul dilakukan untuk mengetahui kualitas granul yang dihasilkan sebelum diproses menjadi tablet sehingga diharapkan dapat menghasilkan tablet dengan mutu yang baik. Pemeriksaan sifat fisis granul dilakukan sebelum dan sesudah penambahan bahan pelicin, kecuali untuk uji pengetapan yang dilakukan setelah penambahan bahan pelicin. Sifat fisis granul yang diuji meliputi susut pengeringan, waktu alir, sudut diam, dan pengetapan. Hasil pemeriksaan sifat fisis granul ini dapat dilihat pada tabel III berikut ini : Tabel III. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Granul
Uji Sifat Fisis Granul Susut Pengeringan Waktu Alir (detik) -tanpa pelicin -dengan pelicin Sudut Diam (°) -tanpa pelicin -dengan pelicin Pengetapan (%)
FI 26,502 %
FII 25,834 %
FIII 26,8 %
7,15 ± 0,233 6,53 ± 0,142
8,58 ± 0,193 7,80 ± 0,139
8,71 ± 0,104 7,73 ± 0,064
30,52 ± 0,197 29,17 ± 0,248 7,67 ± 1,528
33,26 ± 0,862 31,26 ± 0,755 9,33 ± 1,155
31,59 ± 0,4 31,58 ± 0,648 8 ± 3,464
Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % - Masing-masing percobaan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan. - Indeks pengetapan dilakukan sampai volume konstan.
1.
Susut Pengeringan (LOD) Uji ini dilakukan untuk melihat seberapa besar bobot air yang hilang antara
sebelum sesudah granul dikeringkan. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui perbedaan kehilangan bobot granul akibat penguapan air saat pengeringan granul yang berpengaruh pada kelembaban antar formula. Hasil yang didapat dari uji yang dilakukan dapat dilihat pada tabel IV. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel IV. Hasil Pemeriksaan Susut Pengeringan Granul
Formula FI FII FIII
Berat Granul Basah (g) 157,31 156,11 156,42
Berat Granul Kering (g) 115,62 115,78 114,50
Susut Pengeringan (%) 26,5 25,8 26,8
Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 %
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, FIII memiliki susut pengeringan paling besar, FII memiliki susut pengeringan paling kecil dan FI berada ditengah kedua formula tersebut. Perbedaan susut pengeringan ketiga formula tersebut dapat mengakibatkan perbedaan kelembaban granul yang nantinya akan berpengaruh ke proses pentabletan dan proses pengujian selanjutnya. Granul yang terlampau lembab akan susah mengalir dalam hopper sehingga kurang baik dalam mengisi ruang kompresi. Sedangkan granul yang terlalu kering ketika dikempa menjadi kurang kompak sehingga hasil kerapuhan tablet menjadi semakin besar. 2.
Uji Waktu Alir Uji ini dilakukan untuk mengetahui kecepatan alir granul dalam alat ketika
proses pencetakan tablet. Hasil ini akan mempengaruhi proses pentabletan yang nantinya akan mempengaruhi keseragaman bobot tablet yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan laju alir granul akan mempengaruhi proses pengisian ruang kompresi sehingga granul yang memiliki kecepatan alir yang baik nantinya akan memiliki bobot tablet yang seragam karena volume pengisiannya juga konstan, sehingga diharapkan tablet yang dihasilkan akan memiliki kandungan yang seragam pula.
commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Waktu alir granul yang baik adalah tidak kurang dari 10 gram perdetik untuk 100 gram granul (Parrot, 1971). Perbandingan waktu alir granul sebelum
Waktu Alir (detik)
dan sesudah ditambah pelicin dapat dilihat pada gambar 4. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
8.58 7.15
8.71 7.8
7.73
6.53
Tanpa Pelicin Dengan Pelicin FI
FII
FIII
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % Gambar 4 . Diagram Perbandingan Waktu Alir Granul Parasetamol Sebelum dan Sesudah Penambahan Bahan Pelicin
Dari diagram diatas, terlihat bahwa ketiga granul dari masing-masing formula baik sebelum maupun sesudah ditambah bahan pelicin memiliki waktu alir kurang dari 10 detik sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur. Waktu alir granul sebelum dan sesudah ditambah bahan pelicin juga memiliki perbedaan sehingga dapat disimpulkan bahan pelicin yang ditambahkan dapat memperbaiki waktu alir granul menjadi lebih mudah mengalir daripada sebelum ditambah bahan pelicin. Selain penambahan bahan pelicin, waktu alir granul juga dipengaruhi oleh ukuran granul, bentuk partikel granul, jumlah fines, serta kelembaban granul. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang menunjukkan ada perbedaan bermakna waktu alir granul dengan P<0,05 yaitu sebesar 0,00. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test) untuk melihat perbedaan bermakna antar formula granul parasetamol, didapatkan hasil antara FI dengan FII dan FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna. Hal itu kemungkinan terjadi karena bentuk partikel dan jumlah fines granul FII dan FIII berbeda dengan granul FI sehingga dapat disimpulkan bentuk partikel dan jumlah fines granul berpengaruh terhadap waktu alir granul. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3b. 3.
Uji Sudut Diam Sudut diam dikatakan baik bila sudut yang dibentuk antara tinggi puncak
granul dengan dasar granul membentuk sudut kurang dari 30°-39°. Bila sudut diam ≤ 30° menunjukkan bahwa serbuk dapat mengalir bebas, bila sudut diam lebih besar atau sama dengan 40° biasanya daya mengalirnya kurang baik
Sudut Diam (°)
(Lachman et al, 1994). Hasil uji dapat dilihat pada gambar 5. 34 33 32 31 30 29 28 27
33.26
30.52
31.26
31.5931.58 Tanpa Pelicin Dengan Pelicin
29.17
FI
FII
FIII
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % Gambar 5. Diagram Perbandingan Sudut Diam Granul Parasetamol Sebelum dan Sesudah Penambahan Bahan Pelicin
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
37 digilib.uns.ac.id
Dari diagram diatas, terlihat bahwa ketiga granul dari masing-masing formula baik sebelum maupun sesudah ditambah bahan pelicin memiliki sudut diam kurang dari 39° sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur. Sudut diam granul sebelum dan sesudah ditambah bahan pelicin juga memiliki perbedaan sehingga dapat disimpulkan bahan pelicin yang ditambahkan dapat memperbaiki sifat alir granul menjadi lebih mudah mengalir dan menurunkan besarnya sudut diam yang dibentuk oleh granul daripada sebelum ditambah bahan pelicin. Selain penambahan bahan pelicin, sudut diam granul juga dipengaruhi oleh jumlah fines, ukuran granul, bentuk partikel granul, kelembaban granul, diameter corong, cara penuangan, dan pengaruh getaran. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan yang menunjukkan ada perbedaan bermakna sudut diam granul dengan P<0,05 yaitu sebesar 0,03. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test) untuk melihat perbedaan bermakna antar formula granul parasetamol, didapatkan hasil antara FI dengan FII dan FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna. Hal itu kemungkinan terjadi karena bentuk partikel dan jumlah fines granul FII dan FIII berbeda dengan granul FI sehingga dapat disimpulkan bentuk partikel dan jumlah fines berpengaruh terhadap sudut diam granul. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3c. 4.
Uji Pengetapan Uji pengetapan menunjukkan penurunan volume granul akibat ketukan dan
hentakan yang diberikan secara konstan terhadap granul. Besarnya indeks commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetapan menentukan kemampuan granul dalam mengisi ruang antar patikel dan besarnya volume pemampatan granul ketika diberikan tekanan saat pengempaan. Indeks pengetapan dikatakan baik bila memiliki harga pengetapan lebih kecil dari 20% (Lachman et al, 1994). Perbandingan indeks pengetapan
Indeks Pengetapan (%)
granul antar formula dapat dilihat pada gambar 6. 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0
9.33 8
7.67
Pengetapan
FI
FII
FIII
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 %
Gambar 6. Diagram Perbandingan Indeks Pengetapan Granul Parasetamol
Dari diagram diatas, terlihat bahwa ketiga granul dari masing-masing formula memiliki indeks pengetapan kurang dari 20% sehingga dapat dikatakan memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur. FII memiliki indeks pengetapan paling besar, FI memiliki indeks pengetapan paling kecil, dan FIII berada ditengah kedua formula tersebut. Perbedaan indeks pengetapan ini dapat dimungkinkan disebabkan jumlah fines masing-masing formula yang berbeda, dimana fines tersebut akan mengisi ruang antar granul sehingga granul menjadi lebih mampat dan meningkatkan besarnya indeks pengetapan granul. Indeks commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengetapan granul juga dipengaruhi oleh ukuran granul, bentuk partikel granul, kelembaban granul, dan kerapuhan granul. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan yang menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antar indeks pengetapan masing-masing formula dengan P>0,05 yaitu sebesar 0,659, sehingga tidak dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test). Dapat disimpulkan granul antar formula tablet parasetamol tidak memberikan perbedaan pada uji pengetapan. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3d. C. Penabletan Proses pencetakan tablet dilakukan dengan mengontrol kedalaman punch, tekanan kompresi, dan bobot tablet yang sama untuk ketiga formula. Kedalaman punch diatur 9,8 mm, tekanan kompresi antara 4-7 kg, dan bobot tablet 500 mg. Kedalaman punch dan bobot tablet diseragamkan agar tablet yang dihasilkan memiliki bobot yang seragam dan meskipun terjadi penyimpangan besarnya tidak akan melampaui range yang diperbolehkan berdasarkan literatur. Tekanan kompresi diatur 4-7 kg karena tablet nantinya akan mengalami uji disolusi, jika tablet yang dihasikan kekerasannya lebih rendah dikhawatirkan akan melepaskan parasetamol terlalu cepat sedangkan jika tablet terlampau keras akan melepaskan parasetamol terlalu lambat, sehingga pengamatan profil disolusinya akan kurang optimal.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Pemeriksaan sifat fisis dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas tablet yang dihasilkan sudah memenuhi ketentuan tablet yang baik menurut literatur atau tidak. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet. Hasil pemeriksaan sifat fisik yang dilakukan dapat dilihat pada tabel V berikut ini : Tabel V. Hasil Pemeriksaan Sifat Fisis Tablet Parasetamol
Uji Sifat Fisis Tablet
F1 FII FIII 507,85 ± 18,074 513,45 ± 9,817 518,75 ± 10,467 Keseragaman Bobot (mg) (CV = 0,036 %) (CV = 0,019 %) (CV = 0,02 %) Kekerasan (kg) 3,476 ± 0,756 4,697 ± 0,336 4,633 ± 0,338 Kerapuhan (%) 14,693 ± 4,173 0,42 ± 0,061 0,807 ± 0,137 Waktu Hancur (detik) 414,048 ± 171,603 40,877 ± 21,783 16,970 ± 3,829 Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % - Uji keseragaman bobot dilakukan terhadap 20 tablet dari masing-masing formula. - Uji kekerasan dan kerapuhan dilakukan dengan 3x replikasi percobaan. - Uji waktu hancur dilakukan terhadap 6 tablet dari masing-masing formula.
1.
Uji Keseragaman Bobot Keseragaman bobot merupakan uji yang dilakukan untuk melihat
keseragaman sediaan yang dihasilkan. Keseragaman bobot dipengaruhi oleh tekanan saat pengempaan dan sifat alir granul, karena sifat alir mempengaruhi kecepatan granul dalam mengisi ruang kompresi sedangkan tekanan saat pengempaan mempengaruhi pemampatan granul menjadi bentuk yang lebih kompak. Suatu tablet tidak bersalut yang memiliki bobot lebih dari 300 mg dikatakan seragam bila tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih daricommit harga to yang userditetapkan kolom A yaitu sebesar
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5%, dan tidak satu tabletpun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B yaitu sebesar 10% (Anonim, 1979). Hasil perhitungan rentang keseragaman bobot dapat dilihat pada tabel VI dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4a. Tabel VI. Hasil Perhitungan Rentang Keseragaman Bobot Tablet Parasetamol
Formula I II III
Kolom A (5%)
Rentang Kolom B (10%)
482,46 - 533,24 mg 457,07 - 558,64 mg 487,78 - 539,12 mg 462,11 - 564,80 mg 492,81 - 544,69 mg 466,88 - 570,63 mg
Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 %
Berdasarkan hasil diatas, dapat dilihat bahwa keseragaman bobot dari ketiga formula memenuhi ketentuan yang tertera pada literatur Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Selain dengan cara menimbang satu persatu tablet, keseragaman bobot juga dapat diketahui dengan melihat nilai Coeffisient of Varians (CV) dari data keseragaman bobot masing-masing formula, dapat dilihat pada gambar 7. 0.04
0.036
0.035
CV (%)
0.03 0.025 0.02
0.019
0.02
FII
FIII
0.015 0.01 0.005 0 FI
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 %
commit to user Gambar 7. Diagram Perbandingan CV Keseragaman Bobot Tablet Parasetamol
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keseragaman bobot dikatakan baik apabila mempunyai nilai CV kurang dari 5% (Lachman et al, 1994). Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa CV dari ketiga formula besarnya kurang dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa ketiga formula memenuhi persyaratan yang ditentukan. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan yang menunjukkan P<0,05 yaitu sebesar 0,042, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test) untuk melihat perbedaan bermakna antar formula tablet parasetamol. Didapatkan hasil antara FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna. Hal itu kemungkinan terjadi karena waktu alir granul dan tenaga yang digunakan saat proses pengempaan FIII berbeda dengan FI dan FII. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4a. 2.
Uji Kekerasan Kekerasan merupakan parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalam melawan tekanan mekanik seperti goncangan, kikisan, dan terjadi keretakan tablet selama pembungkusan dan pengangkutan. Tablet yang baik memiliki kekerasan antara 4-8 kg (Parrot, 1971). Jika suatu tablet terlalu keras maka air akan sukar masuk melalui pori-pori tablet sehingga tablet menjadi sukar hancur, sebaliknya bila terlalu rendah kekerasannya maka tablet akan menjadi rapuh. Dari diagram pada gambar 8, terlihat bahwa FII dan FIII memiliki kekerasan >4 kg, sedangkan FI memiliki kekerasan <4 kg, sehingga hanya FII dan commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FIII yang memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur. FII memiliki rata-rata
Kekerasan (kg)
kekerasan paling tinggi, diikuti FIII dan terakhir FI. 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
4.697
4.633
FII
FIII
3.476
FI
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % Gambar 8. Diagram Perbandingan Kekerasan Antar Formula Tablet Parasetamol
Perbedaan kekerasan tablet ini dapat disebabkan karena jumlah fines masing-masing formula yang berbeda, dimana fines tersebut akan mengisi ruang antar granul sehingga granul menjadi lebih mampat dan meningkatkan kekerasan tablet yang dihasilkan. Kekerasan tablet juga dipengaruhi oleh tekanan saat pengempaan dan sifat bahan yang dikempa. Kekerasan tablet akan berpengaruh terhadap kerapuhan tablet, semakin rendah kekerasan tablet maka semakin tinggi kerapuhannya. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan yang menunjukkan P<0,05 yaitu sebesar 0,000, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test). Didapatkan hasil antara FI dengan FII dan FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna, sedangkan FII dengan FIII tidak ada perbedaan commit to user bermakna. Hal itu kemungkinan terjadi karena konsentrasi bahan penghancur
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
paling optimal adalah 8%. Selain itu jumlah bahan pengikat yang ditambahkan dan tenaga yang diberikan saat proses pengempaan tablet juga berpengaruh terhadap kekerasan tablet parasetamol. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4b. 3.
Uji Kerapuhan Kerapuhan menunjukkan ketahan tablet dalam melawan tekanan mekanik
terutama goncangan dan pengikisan. Uji kerapuhan berhubungan dengan kehilangan bobot akibat abrasi yang terjadi pada permukaan tablet. Semakin besar harga persentase kerapuhan, maka semakin besar massa tablet yang hilang. Nilai kerapuhan >1% dianggap kurang baik (Banker and Anderson, 1986). Hasil uji
Kerapuhan (%)
kerapuhan dapat dilihat pada gambar 9. 16 14 12 10 8 6 4 2 0
14.693
FI
0.42
0.807
FII
FIII
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % Gambar 9. Diagram Perbandingan Kerapuhan Antar Formula Tablet Parasetamol
Dari diagram diatas, terlihat bahwa FII dan FIII memiliki kerapuhan kurang dari 1%, sedangkan FI memiliki kerapuhan lebih dari 1%, sehingga dapat dikatakan hanya FII dan FIII yang memenuhi persyaratan yang tertera pada commit to paling user rendah, FI memiliki kerapuhan literatur. FII memiliki rata-rata kerapuhan
perpustakaan.uns.ac.id
45 digilib.uns.ac.id
paling besar, dan FIII berada ditengah kedua formula tersebut. Perbedaan kerapuhan tablet ini dipengaruhi oleh tekanan saat pengempaan dan kekerasan tablet. Jika tekanan yang diberikan saat proses pengempaan kurang maka tablet yang dihasilkan akan rapuh dan kurang kompak. Tablet yang kekerasannya rendah menyebabkan tablet kurang mampu menahan putaran yang diberikan saat pengujian tablet sehingga berpengaruh terhadap semakin tingginya kerapuhan tablet. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan yang menunjukkan ada perbedaan bermakna kerapuhan tablet antar formula dengan P<0,05 yaitu sebesar 0,001, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test). Didapatkan hasil antara FI dengan FII dan FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna, sedangkan antara FII dengan FIII tidak terdapat perbedaan bermakna. Hal itu kemungkinan terjadi karena konsentrasi bahan penghancur yang berbeda dan kekerasan tablet yang dihasilkan dari ketiga formula tersebut berpengaruh pada hasil uji. Selain itu, tenaga yang digunakan pada proses pengempaan kemungkinan berbeda sehingga memperngaruhi hasil kerapuhan tablet. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4c. 4.
Uji Waktu Hancur Waktu hancur adalah waktu yang dibutuhkan sejumlah tablet untuk hancur
menjadi granul / partikel penyusunnya sehingga mampu melewati ayakan no.10 yang terdapat dibagian bawah alat uji disintegration tester. Uji ini tidak menjamin bahwa partikel-partikel granul akan melepaskan bahan obat dalam larutan dengan commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kecepatan yang seharusnya (Lachman et al, 1994). Kecuali dinyatakan lain, waktu untuk menghancurkan tablet tidak bersalut adalah 15 menit (Anonim, 1979). Hasil
Waktu Hancur (detik)
uji waktu hancur dapat dilihat pada gambar 10. 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0
414.048
40.877
FI
16.97
FII
FIII
Formula Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 %
Gambar 10. Diagram Perbandingan Waktu Hancur Antar Formula Tablet Parasetamol
Dari diagram diatas, terlihat bahwa ketiga formula memiliki waktu hancur kurang dari 15 menit, sehingga dapat dikatakan ketiga formula memenuhi persyaratan yang tertera pada literatur. FIII memiliki rata-rata waktu hancur paling cepat, FII berada di antara FIII dan FI, sedangkan FI memiliki waktu hancur terlama. Perbedaan waktu hancur tablet ini menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi
bahan penghancur amilum
jagung
yang diberikan
mampu
mempengaruhi waktu hancur tablet parasetamol. Pada FI, dapat juga memberikan hasil yang berbeda karena bahan penghancur yang ditambahkan memiliki kadar yang rendah sehingga fungsinya berubah menjadi bahan pengikat, mengingat amilum jagung selain memiliki amilosa berperan dalam penghancuran tablet commityang to user
perpustakaan.uns.ac.id
47 digilib.uns.ac.id
juga memiliki amilopektin yang berperan dalam pengikatan antar partikel dalam tablet. Selain karena perbedaan konsentrasi bahan penghancur yang ditambahkan, waktu hancur juga dipengaruhi oleh sifat fisis tablet yang lain seperti kekerasan, bahan pengikat, bahan pelicin, dan kekuatan kempa tablet saat pembuatan. Semakin tinggi kekerasan tablet maka waktu hancurnya semakin lama dan semakin rendah kekerasan suatu tablet maka waktu hancurnya semakin cepat. Bahan pelicin yang ditambahkan mempengaruhi waktu hancur karena kebanyakan bahan pelicin bersifat hidrofob sehingga penambahan bahan pelicin yang berlebihan akan memperlambat waktu hancur tablet. Kerapuhan tablet juga mempengaruhi, semakin tinggi kerapuhan tablet maka semakin cepat, akan tetapi dalam penelitian ini yang terjadi adalah kebalikannya dimana tablet formula 1 yang memiliki kerapuhan paling tinggi justru memiliki waktu hancur paling lama. Hal ini dikarenakan penggunaan amilum jagung sebagai bahan penghancur, dimana bahan ini ketika berinteraksi dengan air akan menyerap air di sekitarnya melalui dua mekanisme, yaitu aksi kapiler (melalui celah yang ada dalam tablet) dan pengembangan. Mekanisme pengembangan ini terjadi ketika mengalami kontak dengan air, amilum jagung akan mampu menyerap air dua kali dari bobotnya dalam air, kemudian volume amilum jagung akan meningkat yang mengakibatkan bahan ini mengembang dan segera membantu pemecahan tablet (Olayemi et al, 2008). Karena FI yang memiliki konsentrasi bahan penghancur paling rendah maka formula inilah yang memiliki waktu hancur paling lama. Berdasarkan uji statistik Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dengan P>0,05. Selanjutnya dilakukan uji ANOVA satu jalan commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang menunjukkan ada perbedaan bermakna waktu hancur tablet antar formula dengan P<0,05 yaitu sebesar 0,000, sehingga perlu dilakukan uji lanjutan (Post Hoc Test). Didapatkan hasil antara FI dengan FII dan FI dengan FIII terdapat perbedaan bermakna. Hal itu dapat terjadi karena konsentrasi bahan penghancur FII dan FIII lebih tinggi dari FI sehingga dapat disimpulkan penambahan konsentrasi amilum jagung diatas 6% (lebih tinggi dari FI) berpengaruh terhadap waktu hancur tablet parasetamol. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4d. E. Uji Disolusi Tablet Uji ini dimaksudkan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera pada masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Jenis alat uji disolusi yang dipakai ada 2 tipe yaitu tipe dayung dan keranjang (Anonim, 1995). Tujuan dilakukannya uji disolusi in vitro yaitu untuk menunjukkan pelepasan obat dari tablet, bila dapat mendekati 100% dan laju pelepasan obat seragam pada setiap batch harus sama dengan laju pelepasan dari batch yang telah dibuktikan memiliki bioavailabilitas dan efektif secara klinis (Lachman et al, 1994). Dalam penelitian ini medium yang digunakan adalah dapar fosfat pH 5,8 dengan suhu 37°C ± 0,5°C, dengan alat uji tipe 2 (tipe dayung), kecepatan putaran dayung 50 rpm dan waktu yang dibutuhkan 60 menit. 1.
Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan ini dilakukan untuk mendapatkan nilai absorbansi maksimum
dari parasetamol dimana pada panjang gelombang maksimum akan digunakan commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai panjang gelombang untuk menganalisa keseluruhan sampel yang akan di teliti. Hasil dari penentuan panjang gelombang maksimum di dapat pada 243 nm, untuk lebih jelasnya lihat lampiran 5a. 2.
Penentuan Kurva Baku Parasetamol Kurva baku parasetamol dibuat dari 200 mg parasetamol yang dilarutkan
dalam dapar fosfat pH 5,8 kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan dalam 100 ml dapar fosfat, selanjutnya dibuat satu seri larutan dengan kadar 1, 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 ppm (untuk lebih jelasnya lihat lampiran 5b). Masing-masing larutan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum parasetamol dan hasilnya digunakan untuk memperoleh nilai r = 0,9987 dan persamaan y = 0,0522x + 0,1608. Kurva baku parasetamol dapat dilihat pada gambar 11.
1
Absorbansi
0.8
y = 0,0522x + 0,1608 r = 0,9987
0.6 0.4 0.2 0 0
2
4
6
8
10
12
Kadar (ppm) Gambar 11. Kurva Baku Tablet Parasetamol
3.
Profil Disolusi Tablet Parasetamol Profil disolusi mewakili suatu zat kimia atau senyawa obat dari tablet untuk
melarut dalam suatu medium tertentu. Dari ketiga formula yang digunakan akan dibandingkan untuk melihat formula yang memiliki profil disolusi yang commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memenuhi literatur, dalam hal ini dipersyaratkan dalam waktu 30 menit tidak kurang 80% parasetamol (C8H9NO2) yang tertera pada etiket harus sudah melarut (Anonim, 1990). Pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 5, 15, 30, 45, dan 60 sebanyak 10 ml. Sampel yang diambil diganti dengan medium disolusi baru dalam jumlah yang sama sehingga volume medium disolusi tetap. Sampel tersebut diencerkan dengan pengenceran yang sesuai sehingga absorbansinya dapat terbaca pada panjang gelombang 243 nm. Kemudian profil disolusi ketiga formula digambarkan dalam kurva antara waktu (menit) vs konsentrasi (%), dapat dilihat pada gambar 12 dan keterangan
Konsentrasi (%)
lebih jelasnya pada lampiran 6. 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
FI FII 0
5
15
30
45
60
FIII
Waktu (menit) Keterangan: FI : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 6 % FII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 8 % FIII : Formula tablet dengan bahan penghancur amilum jagung 10 % Gambar 12. Profil Disolusi Tablet Parasetamol
Dari kurva diatas dapat terlihat bahwa hanya FII dan FIII yang memenuhi persyaratan pada literatur dengan melepaskan zat aktif lebih dari 80% pada menit ke-30. Hal ini menunjukkan pengaruh dari penambahan bahan penghancur amilum jagung, dimana dapat disimpulkan bahwa pada konsentrasi lebih tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
dari 6% amilum jagung efektif digunakan sebagai bahan penghancur tablet. Pada konsentrasi amilum jagung lebih tinggi maka bahan ini akan lebih efektif meningkatkan pemecahan tablet menjadi granul untuk kemudian melepaskan zat aktif yang dikandungnya. Pada konsentrasi bahan penghancur amilum jagung 6% tablet hanya mampu dipecah menjadi granul, hingga menit ke-60 bentuk ini tetap sehingga tablet kurang optimal dalam melepaskan zat aktif yang dikandungnya. Pada konsentrasi bahan penghancur amilum jagung sebesar 8 dan 10 % tablet mampu dipecah menjadi granul yang kemudian dalam prosesnya dipecah lagi menjadi partikel lebih kecil yang dapat larut dalam medium uji sehingga lebih optimal dalam melepaskan zat aktif yang dikandungnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju disolusi yaitu : 1. Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat, sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi kelarutan, bentuk kristal, bentuk hidrat solvasi dan kompleksasi serta ukuran partikel. 2. Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan, seperti bentuk sediaan, bahan pembantu dan cara pengolahan. Pengaruh bentuk sediaan pada laju disolusi tergantung pada kecepatan pelepasan bahan aktif yang terkandung didalamnya. Penggunaan bahan pembantu dalam proses formulasi mungkin akan menghambat atau mempercepat laju disolusi. 3. Faktor yang berkaitan dengan alat uji dan parameter uji, dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang meliputi kecepatan pengadukan, suhu medium, pH medium, dan metode uji yang dipakai (Syukri, 2002). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Penambahan amilum jagung sebagai bahan penghancur tablet parasetamol pada konsentrasi diatas 6% dapat mempengaruhi hasil uji sifat fisis dan profil disolusi tablet parasetamol dengan meningkatkan waktu hancur menjadi kurang dari 1 menit dan menghasilkan tablet yang mampu melepaskan parasetamol dari tablet dengan pelepasan obat pada menit ke-30 sebesar 86,904 % untuk Formula II (8% amilum jagung) dan 96,828 % untuk Formula III (10% amilum jagung).
2.
Amilum jagung efektif digunakan sebagai bahan penghancur tablet parasetamol dengan metode granulasi basah dengan konsentrasi diatas 6%. B. Saran Dari kesimpulan diatas, penulis menyarankan perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai optimasi penggunaan bahan penghancur amilum jagung serta penggunaannya dengan kombinasi bahan pengikat dan bahan aktif yang lain.
commit to user
52