PENGGUNAAN TEKNIK 5W+1H UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN MELALUI MEMBACA KRITIS DI KELAS VII C SMP NEGERI 3 SINGARAJA I Komang Agus Aryanta1, I Wayan Wendra2, I Gede Artawan3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui langkah-langkah penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen, (2) mengetahui peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja setelah penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis, (3) mengetahui respons siswa terhadap penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen. Penelitian ini dirancang sebagai penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, metode tes dan kuisioner. Pada metode observasi, data dianalisis secara deskriptif kualitatif. Pada metode tes, data dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan pada metode kuisioner, data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dengan prosedur di atas, didapatkan hasil penelitian sebagai berikut. (1) langkah-langkah pembelajaran yang efektif, terdiri atas, a) memerhatikan kondisi belajar, b) memberikan materi tentang cerpen dan unsur intrinsiknya, c) memberikan contoh cerpen yang dikenal siswa, d) membentuk kelompok, e) mengklarifikasi jawaban dari masing-masing kelompok, f) memberikan tes, g) mengumumkan skor kemajuan individu, h) menyimpulkan serta menutup pembelajaran, (2) terjadi peningkatan nilai rata-rata kelas setelah penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis, dengan perolehan skor pada pembelajaran sebelumnya. Sebelum penelitian (refleksi awal), skor siswa mencapai rata-rata 68,83 (cukup). Pada siklus I, rata-rata skor siswa meningkat menjadi 70,14 (baik) dan pada siklus II, mengalami peningkatan menjadi 78,55 (sangat baik), (3) Respons siswa sangat positif dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen dengan menerapkan teknik 5W+1H melalui membaca kritis. Kata Kunci: teknik 5W+1H, membaca kritis, pemahaman cerpen
Abstract The purpose of this research are 1) to know the steps of applying technique 5W + 1H through critical reading in the learning process to comprehend the intrinsic unsure of short story, 2) to know the progression of comprehend ability about intrinsic unsure of
short story in class VII C SMP N 3 Singaraja after applying technique 5W + 1H through critical reading, 3) to know the students’ respond about the applying of technique 5W+1H through critical reading in the learning process to comprehend the intrinsic unsure of short story. This research was designed as Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). The subjects of this research are teacher and students of SMP N 3 Singaraja, especially the students in class VII C. This research was done by some methods, such as observation, test and questioner. In observation method, data was analyzed by descriptive qualitative. In test method, data was analyzed by descriptive quantitative and in questionnaire method, data was analyzed by descriptive qualitative and quantitative. By the procedures above was got the result of this research as follow. 1) the effective learning steps are a) pay attention to learning situation, b) giving material and intrinsic unsure about short story, c) giving the example of short story that students knows, d) making group, e) clarifying the answer of each group, f) giving test, g) publishing individual score development, h) concluding and closing the learning process. 2) Has occurred the progression of students mean score after applying technique 5W+1H through critical reading by compare it with previous lesson. Before the research (first reflection), students mean score is 68,88 (enough). On the first stage, the students mean score are develop into 70,14 (good) and in second stage develop into 78,55 (excellent), 3) the students’ respond is positive in comprehending the intrinsic unsure of short story in using techniques 5W+1H through critical reading.
Key word: 5W+1H technique, critical reading, comprehension of short story.
PENDAHULUAN Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis.Membaca ini sangat penting, karena membaca merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dipisah-kan dalam dunia pendidikan. Hodgson (dalam Tarigan,1979: 7). Kemampuan membaca sangat penting peranannya dalam membantu anak mempelajari berbagai hal. Melalui aktivitas membaca yang baik dan benar anak mampu mengambil intisari bacaan yang dibacanya, anak bisa mendapatkan sesuatu dari aktivitas membaca yang dilakukan. Semakin banyak intisari yang bisa dipahami dari bahan bacaannya maka semakin banyak pula pengetahuan yang anak peroleh. Dalam standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada beberapa jenis keterampilan
membaca yang harus dikuasai siswa, salah satunya adalah membaca kritis.Membaca kritis perlu dikuasai siswa agar siswa mampu memahami materi atau teks yang di bacanya. Membaca kritis membuat siswa bertanya-tanya pada dirinya sendiri jika siswa belum paham jelas tentang apa yang dibacanya. Membaca kritis merupakan kegiatan mengolah bahan bacaan serta kritis untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh atas isi bacaan, yang kemudian diikuti oleh penyikapan yang tegas atas gagasan penulisnya (Nurhadi, 2009: 99). Menurut Ahuja (2004: 45) membaca kritis melibatkan pertimbangan dan penilaian atas kualitas, ketepatan, dan ke-benaran dari apa yang dibaca. Pembaca bereaksi terhadap bahan bacaan dan membaca dengan sikap kritis.Jadi, dalam kemampuan membaca kritis, yang dipentingkan adalah melatih siswa secara aktif.Untuk mengaktifkan kemampuan membaca kritis siswa,
diperlukan latihan dan terus menerus dan berkesinambungan. Tarigan (1979:90) menyatakan bahwa Pada dasarnya membaca kritis ini menuntut pembaca, untuk melakukan hal-hal sebagi berikut.(1) Memahami maksud penulis, (2) memahami organisasi dasar tulisan, (3) dapat menilai penyajian tulisan/pengarang, (4) dapat menerapkan prinsip-prinsip kritis pada bacaan sehari-hari, (5) meningkatkan minat baca, kemampuan baca dan berpikir kritis, dan (6) mengetahui prinsip-prinsip pemilihan bahan bacaan. Untuk dapat mencapai tujuan pengajaran keterampilan membaca tersebut, guru harus dapat berperan aktif menumbuhkan minat siswa pada membaca.Permasalahan tentang rendahnya minat baca menjadi salah satu permasalahan klasik dalam dunia pendidikan Indonesia.Minat baca erat hubungannya dengan keterampilan membaca.Rendahnya minat baca khususnya pada pembelajar sangat berpengaruh terhadap perkembangan sumber daya manusia di negara ini.Lebih banyak seseorang membaca lebih meningkat pula kemam-puannya (Harjasujana, 1988:3). Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat ditegaskan bahwa keterampilan membaca telah menjadi kebutuhan bagi setiap orang dalam kehidupan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.Di samping itu, keterampilan membaca, khususnya membaca kritis juga sangat penting untuk memperoleh kesenangan dan hiburan bergantung pada bahan bacaan yang ingin dibaca.Buku-buku baru, majalah-majalah maupun karya sastra.Bahan bacaan haruslah yang bagus, menarik dan berisi informasi, sekaligus dapat menjadi hiburan bagi pembacanya.Salah satu bahan bacaan yang banyak digemari siswa adalah karya sastra.
Sastra dalam eksistensinya adalah sebuah karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Sutresna,2006: 2). Sastra sering juga digunakan sebagai alat untuk mengungkapkan permasalahan yang tengah terjadi di masyarakat.Karya sastra merupakan perwujudan pengalaman lahir dan batin pengarang, termasuk yang berupa penglihatan dan pengalaman hidup dikonsentrasikan dan dipadukan sehingga terbentuklah sebuah karya sastra yang secara jelas merupakan penggambaran serta kristalisasi kehidupan masyarakat. Harjana (dalam Sutresna,2006: 6) mengatakan bahwa sastra dapat digunakan sebagai pengungkapan baku terhadap apa yang telah disaksikan orang dalam kehidupan, apa yang telah dialami orang tentang kehidupan, apa yang telah dirasakan mengenai segi-segi kehidupan yang paling menarik minat secara langsung melalui pengungkapan kehidupan lewat bentuk bahasa. Perkembangan sastra tetap menggelinding mengikuti zamannya.Salah satu karya sastra yang masih digemari hingga saat ini adalah cerpen.Masih eksisnya cerpen tidak lepas dari keringkasannya yang membuat pembaca tidak memerlukan waktu lama untuk menghapalnya. Cerpen memiliki cerita yang lebih ringkas dari novel apa-lagi roman. Jika novel dan roman bisa mengambil berbagai masalah yang terjadi dalam kehidupan tokoh utamanya, cerpen hanya ber-konsentrasi pada sebuah per-masalahan yang terjadi pada kehidupan tokoh tersebut. Cerpen seperti halnya karya sastra lainnya, dinikmati lewat cara membaca. Indriyani (2006: 25) menyatakan bahwa karya sastra diciptakan untuk dibaca. Jadi tanpa pembaca karya sastra tidak ada manfaatnya dan tanpa pembaca tidak akan ada pembacaan, pe-
mahaman, penikmatan, pertunjukan dan penilaian karya sastra. Oleh karena itu, pembaca mesti mendapat tempat dalam kegiatan bersastra. Tidak serta merta hanya memiliki keinginan membaca cerpen yang besar, seseorang akan dapat dengan mudah memahami isi cerpen tersebut. Hal itu terjadi karena karya sastra (termasuk cerpen) menggunakan bahasa sebagai mediumnya yang dirangkai sedemikian rupa, hingga menimbulkan makna sebenarnya (denotasi) dan makna dengan nilai rasa tertentu (konotasi), sesuai tujuan dan maksud pengarangnya.Salian itu, kesulitan dalam memahami isi cerpen juga sering dialami pembaca akibat kurangnya pengetahuan mengenai unsur intrinsik.Unsur intrinsik menjadi hal yang sangat fundamental dalam penciptaan dan pemahaman sebuah karya sastra termasuk cerpen. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Sutresna (2006: 53) bahwa unsur-unsur intrinsik menjadi tumpuan dalam mewujudkan problematik kehidupan masyarakat dalam bentuk cipta sastra. Unsur intrinsik sebenarnya memiliki hubungan yang erat dengan bahasa sebagai suatu sistem.Pengetahuan mengenai bahasa saja tidak cukup membuat orang paham dengan sebuah cerpen. Pemahaman mengenai unsur intrinsik menjadi sangat penting karena pe-mahaman unsur intrinsik dalam sebuah cerpen (yang meliputi tema, alur, pusat pengisahan, perwatakan, latar, dan gaya) akan sangat mem-bantu pembaca memahami cerpen yang tengah dibacanya. Idealnya, sebelum membaca sebuah cerpen (ataupun karya sastra yang lain), pembaca hendaknya memiliki pengetahuan mengenai unsur intrinsik karya sastra, sehingga pemahaman mengenai cerpen itu menyeluruh. Penguasaan akan unsur intrinsik yang kurang, dapat menyebabkan
kekurang pahaman pembaca terhadap isi sebuah cerpen. Hal ini dikarenakan unsurunsur intrinsik merupakan tumpuan yang mewujudkan problematika kehidupan ,masyarakat dalam bentuk cipta sastra (Sutresna, 2006). Fenomena inilah yang peneliti temukan pada siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja. Nilai ratarata pe-nguasaan sastra khususnya cerpen siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja sebesar 69,30, tidak me-menuhi KKM yang dicandangkan sekolah untuk Standar kompetensi “Memahami isi berbagai teks bacaan sastra dengan membaca”, sebesar 72,00. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMP Negeri 3 Singaraja, membaca dan memahami cerpen sudah pernah diajarkan guru, tetapi hasilnya kurang optimal.Hal ini senada dengan keterangan yang di ungkapkan oleh Dra. Ni Luh Mahyuni, selaku guru pelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas VII C SMP Negri 3 Singaraja. Beliau mengatakan bahwa siswa sangat senang membaca cerpen, namun masih banyak siswa yang kurang mengerti tentang pemahaman cerpen.Siswa mengalami kesulitan memahami cerpen akibat kurangnya pemahaman mereka terhadap unsur intrinsik. Sebagai contoh, mereka tidak begitu memahami apa itu perwatakan, latar, serta alur dari sebuah cerpen. Padahal cerpen bisa dipahami dengan benar jika mengerti dengan unsur intrinsik cerpennya. Beliau juga memaparkan dari 36 siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja, hanya 12 siswa yang nilainya memenuhi KKM, sedangkan 24 orang siswa yang nilai rata-ratanya belum memenuhi KKM. Ini berarti data tersebut menunjukkan dari 36 siswa 33% mendapat nilai tuntas. Sisanya, 67% dibawah nilai tuntas. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurangnya
pemahaman unsur intrinsiklah yang menjadi penyebabnya.Selain itu, guru juga tidak menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang inovatif. Guru hanya menjelaskan dengan menggunakan metode ceramah dan penugasan, tanpa dibantu teknik-teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Hal ini mengakibatkan siswa jenuh dalam belajar. Guru juga dalam proses belajar mengajar sering me-nugaskan siswa untuk menjawab LKS yang diberikan oleh guru tanpa memaparkan materi yang atau penjelasan terlebih dahulu. Berdasarkan pengetahuan tersebut, penulis kemudian berusaha mencari metode atau teknik yang tepat untuk mengajarkan unsur intrinsik secara efektif. Penulis menetapkan bahwa teknik yang tepat digunakan dalam pengajaran adalah dengan teknik 5W+1H.Menurut Romli (2000: 10) 5W+1H adalah kata tanya yang lazim digunakan oleh wartawan atau reporter dalam kerja jurnalistik. Teknik 5W+1H yang meliputi apa (what), siapa (who), kapan (where), di mana (when), mengapa (why), dan bagaimana (how). Secara umum teknik ini mempermudah siswa untuk cepat mengetahui unsur- unsur intrinsik pada sebuah cerpen yang dibacanya. Jika dikaitkan dengan cerpen, teknik ini sangat memberikan sumbangan kepada unsur intrinsik pada sebuah cerpen. Unsur What berkaitan dengan tema dan amanat pada sebuah cerpen, unsur where berkaitan dengan latar tempat pada sebuah cerpen, unsur when berkaitan dengan latar waktu pada sebuah cerpen, who berkaitan dengan tokoh pada sebuah cerpen, why berkaitan dengan mengapa terjadinya pristiwa pada sebuah cerpen, dan How berkaitan dengan plot dan alur pada sebuah cerpen. Dengan menggunakan teknik ini
unsur intrinsik cerpen akan dengan mudah ditemukan. Teknik ini juga mem-berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan pem-belajaran baik secara kognitif, afektif maupun psikomotor.Dalam teknik 5W+1H, guru hanya sebagai fasilitator yang memberikan arahan dan bimbingan agar siswa menemukan konsep pelajaran yang dipelajari. Pengajaran dengan teknik 5W+1H menuntut keaktifan siswa dalam membentuk pemahamannya sendiri melalui sebuah proses penemuan informasi. Dengan demikian, menggunakan teknik 5W+1H sangatlah mudah dalam menemukan unsur intrinsik cerpen dengan cara membaca kritis cerpen ter-sebut. Hal ini sesuai dengan tujuan membaca, yakni memahami dan menemukan informasi. Keunggulan teknik 5W+1H yaitu mempermudah siswa mencari unsur-unsur intrinsik cerpen, dengan memilah-milah unsur atau membuat pertanyaan sendiri terkait dengan teknik 5W+1H, ini akan membuat siswa dengan mudah memahami cerpen yang dibacanya. Selain itu, teknik 5W+1H juga mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri. Siswa akan menjadi lebih mandiri, aktif dan kritis dalam mengikuti proses belajar. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1) Untuk mendeskripsikan langkah-langkah penggunaan tekni 5W+1H untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui membaca kritis, 2) untuk mendes-kripsikan peningkatan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui membaca kritis, dan 3) untuk mendeskripsikan respons siswa terhadap penggunaan tekni 5W+1H untuk meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui membaca kritis. Hasil penelitian ini memberikan sumbangan pengetahuan
tentang penggunaan teknik pembelajaran yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca kritis. Selain itu, memberikan sumbangan pengetahuan tentang penggunaan teknik pembelajaran yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran, khususnya pembelajaran membaca kritis.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK).Wendra (2010:45) men-yatakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan dikelas melalui tindakan tertentu dalam rangka memecahkan masalah yang sedang dihadapi guru dalam pembelajaran.Semua penelitian tindakan kelas (PTK) harus dilaksanakan melalui beberapa siklus.Siklus yang dimaksud adalah tahapan pelak-sanaan penelitian.Wendra (2010: 53) menyatakan bahwa karakteristik penelitian tindakan kelas yakni bersiklus. Setiap siklus meliputi: refleksi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi. Siklus yang akan dilak-sanakan dalam penelitian ini sangat bergantung pada kriteria keberhasilannya. Jadi, jika kriteria keberhasilan sudah tercapai dalam satu atau dua siklus, maka penelitian ini akan dihentikan. Jika dalam satu atau dua siklus, kreteria keberhasilan belum tercapai, maka harus dilakukan siklus selanjutnya. Suandi (2008: 31) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat variabel melekat dan dipermasalahkan dalam penelitian sedangkan responden penelitian adalah orang yang dapat merespon, memberikan informasi tentang data
penelitian.Subjek penelitian memiliki kedudukan yang sangat penting dalam penelitian karena data tentang variable yang diteliti dan diamati oleh peneliti berada, pada subjek penelitian. Subjek peneliti ini tentunya adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja.Peneliti memilih kelas ini karena berdasarkan pengamatan dan informasi dari salah satu guru Dra.Ni Luh Mahyuni sebagai pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Menurut informasi yang peneliti dapatkan, kelas ini memiliki keaktifan sangan rendah saat proses belajar mengajar.Dalam membaca, kelas ini kualitasnya juga masih rendah dalam membacakan suatu bacaan. Hal ini terlihat ketika peneliti melihat siswa membaca di depan kelas yang disuruh oleh guru, siswa masih gugup dan membacanya juga tidak terlalu lancar. Dalam membaca sudah mengalami sedikit permasalahan apalagi siswa membaca kritis untuk memahami bacaan yang di bacanya.Menurut peneliti, hal ini merupakan masalah kesiapan siswa dalam membaca teks bacaan dan kurangnya percaya diri dalam berinteraksi maupun membaca teks bacaan.Selain itu, pemahaman terhadap unsur intrinsik cerpen juga sangat kurang. Menurut Dra. Ni Luh Mahyuni sebagai pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia, siswa sekadar membaca cerpen jika ditugaskan guru. Namun, masih sedikit siswa yang paham akan unsur intrinsik cerpen yang dibacanya. Menurut Wendra (2010: 54), objek penelitian dibedakan atas dua macam, yaitu ojek yang mencerminkan proses dan objek yang mencerminkan produk. Objek yang mencerminkan proses mencangkup tindakan yang dilakukan, dan materi apa yang diberikan, sedangkan objek yang mencerminkan produk, mencangkup apa yang diharapkan mengalami perbaikan. Objek yang
mencerminkan proses dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan teknik 5W+1H, sedangkan objek yang mencerminkan produk adalah Peningkatan kemampuan membaca kritis unsur in-trinsik cerpen siswa. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini bersifat reflektif. Tindakan dengan pola pengkajian siklus atau berdaur ulang. Menurut Iskandar (2008:67) langkah-langkah penelitian tindakan kelas berlangsung secara berulangulang terdiri atas 4 tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi/evaluasi, dan refleksi.Jika criteria belum tercapai, maka siklus selanjutnya wajib dilakukan sampai criteria tersebut tercapai. Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan (Sugiono, 2007:62). Dalam penelitian ini, jenis data yang dimaksud yaitu skor kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen melalui membaca kritis siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja de-ngan menggunakan teknik 5W+1H.Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah metode observasi, metode tes dan metode kueisioner. Analisis data dalam penelitian merupakan suatu kegiatan yang penting dan memerlukan ketelitian serta kekritisan peneliti (Zuriah, 2007:198). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kuantitaif dan deskriptif kualitatif.Artinya analisis data yang dilakukan secara terus menerus mengunakan angka-angka, kemudian disajikan dalam bahasa verbal. Data yang diperoleh pada
saat pelaksanaan siklus I, akan diteruskan pada peng-olahan data hingga siklus ke-N, sampai menentukan tindakan yang paling baik (valid) tentang peng-gunaan Teknik 5W+1H mampu meningkatkan kemampuan mem-baca kritis. Berdasarkan hal tersebut, data yang didapatkan dari hasil, pengamatan dan observasi dianalisis secara kualitatif, sedangkan data yang didapatkan dari hasil tes awal dan akhir, yakni terkait kemampuan membaca kritis unsur intrinsik cerpen akan dianalisis secara kuantitatif. Kriteria keberhasilan respon siswa ditunjukan oleh perolehan persentase sebanyak 75% dari keseluruhan siswa yang merespon positif terhadap tindakan pembelajaran.Kriteria keberhasilan membaca kritis ditunjukan dengan adanya keberhasilan pe-merolehan skor rata-rata kelas pada kategori baik atau 75% dari jumlah keseluruhan siswa. Kriteria ini juga ditentukan dengan KKM yang dirancang sekolah yaitu 72,00. Dengan tercapainya kriteria keberhasilan yang telah ditentukan, penelitian dihentikan.Siklus tindakan yang mampu mencapai kriteria keberhasilan atau ketercapaian KKM dianggap sebagai tindakan terbaik yang memenuhi kriteria keberhasilan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran dengan teknik 5W+1H dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja dalam memahami unsur intrinsik cerpen. Peningkatan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada data hasil observasi yang peneliti lakukan. Data hasil observasi menunjukkan
bahwa siswa menjadi lebih aktif dan tertarik dengan proses pembelajaran setelah diterapkannya teknik 5W+1H melalui membaca kritis. Peningkatan pengetahuan siswa dapat dilihat dari hasil tes siswa. Sebelum diberikan tindakan, hanya sepuluh orang siswa yang berhasil memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan pihak sekolah. Setelah pelaksanaan siklus II, seluruh siswa berhasil memenuhi kriteria ketuntasan minimal tersebut. Berikut tabel pemahaman hasil tes dan siswa dari sebelum diterapkannya teknik hingga siklus II.
Hasil Tes Pemahaman siswa No
sebelum siklus
Siklus I
Siklus II 78,55 Baik sekali
1
Rata-rata
68,83
70,14
2
Kategori
Cukup
baik
Berdasarkan tabel diatas, terlihat adanya peninghatan hasil pemahaman siswa dari sebelum dterapkanya siklus hingga siklus II. Sebelum diterapkannya teknik 5W+1H rata-rata siswa 68,83 dengan kategori cukup. Maka darii itu, diterapkannya teknik 5W+1H pada siklus I dengan rata-rata 70,14 dengan kategori baik. Walaupun hasil pada siklus I meningkat tetapi masih belum mencapai kreteria keberhasilan. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu 1)siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, 2) kurang tertariknya siswa dengan contoh-contoh karya sastra yang disampaikan oleh guru, 3) mayoritas kesalahan siswa terjadi pada pertanyaan yang berkaitan dengan alur serta latar tempat dan waktu cerpen. Ini berarti siswa kurang memahami pemahaman materi kususnya mengenaialur serta latar tempat dan waktu cerpen. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti melakukan perbaikan atas
kesalahan tersebut pada proses pembelajaran siklus II, yaitu dengan cara 1) memotivasi siswa agar lebih serius dalam belajar dengan cara mengumumkan nilai siswa pada siklus I. Guru juga dapat memotivasi siswa yang mendapatkan nilai rendah untuk belajar lebih baik lagi, sehingga nilai mereka akan meningkat pada kesempatan selanjutnya, 2)mendiskusikan unsurunsur intrinsik karya sastra yang sudah tidak asing bagi siswa. Hal ini akan membuat siswa lebih tertarik mengingat cerita tersebut adalah cerita yang akrab bagi mereka, 3) lebih menekankan pengertian pusat alur, latar tempat serta latar waktu cerpen pada penyajian materi dengan siswa. Dengan perbaikan tersebut, pemahaman siswa menjadi meningkat dengen rata-rata 78,55 pada siklus II dengan kategori sangat baik. Hal tersebut membuktikan adanya peningkatan pemahaman materi pelajaran pada diri siswa. Pada siklus II semua siswa sudah mencapai kreteria ketuntasan yaitu melebihi 75% tuntas. Maka dari itu, penelitian ini dihentikan dan penerapan siklus II yang menjawab semua permasalahan pada penelitian ini. Selain itu, penelitian ini disenangi oleh siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja. Hal ini bisa diketahui dengan melihat data hasil respon siswa. Hasil Respon siswa No
Siklus I
Siklus II
1
Rata-rata
33,91
35,44
2
Kategori
Positif
Sangat positif
Data respon yang diberikan siswa terhadap pe-nerapan teknik 5W+1H pada akhir pembelajaran siklus I mencapai 33,91 dengan kategori positif. Respon siswa tersebut kemudian mengalami peningkatan pada akhir pembelajaran siklus II, menjadi 35,44 dengan
kategori sangat positif. Data ini menggambarkan bahwa siswa sangat menyukai pem-belajaran dengan teknik 5W+1H melalui Membaca kritis. Dalam menemukan unsur intrinsik cerpen dengan teknik 5W+1H,Romli (2000: 10) mengemukakan bahwa 5W+1H adalah kata tanya yang lazim digunakan oleh wartawan atau reporter dalam kerja jurnalistik. Dalam menemukan unsur intrinsikApa biasa dikaitkan dengan tema dan amanat dalam cerpen, siswa dengan mudah mengetahui tema dan amanat pada sebuah cerpen, dengan menggunakan pertanyaan “apa”. Siapa yang dimaksud adalah fakta lengkap tentang orang-orang yang terlibat dalam peristiwa/ kejadian. Dalam menemukan unsur intrinsik cerpen, pertanyaan “siapa” dapat digunakan untuk menemukan tokoh dalam sebuah cerpen. Kapan yang dimaksud adalah waktu kejadian, sebelum kejadian, atau sesudah kejadian. Di mana yang dimaksud adalah tempat kejadian (deskriptif lengkap). Dalam hal itu, pertanyaan terkait “Kapan” dan “Di mana” digunakan untuk menemukan latar pada sebuah cerpen. Pertanyaan “Kapan” digunakan untuk menemukan latar waktu, dan pertanyaan “Di mana” digunakan untuk menemukan latar tempat pada sebuah cerpen. Mengapa yang dimaksud adalah alasan tentang “Apa”. Untuk menemukan unsur intrisik cerpen, pertanyaan “mengapa” digunakan untuk mengetahui alasan terjadinya pristiwa dalam cerpen. Bagaimana yang dimaksud adalah fakta tentang proses kejadian. Dalam menemukan unsur intrinsik cerpen, pertanyaan “Bagaimana” dapat digunakan untuk menemukan alur atau plot pada sebuah cerpen. Dengan demikian unsur intrinsik cerpen dapat ditemukan dan dipahami siswa
dengan menggunakan teknik 5W+1H. Pada penelitian ini, peneliti juga menemukan bahwa penerapan teknik 5W+1H melalu membaca kritis akan makin efektif apabila ditunjang dengan penerapan metode diskusi. Dalam penelitian ini, guru dan siswa berdiskusi mengenai unsur-unsur intrinsik karya sastra yang sudah dikenal siswa. Proses diskusi ini akan membuat siswa dapat memahami unsur intrinsik karya sastra dengan lebih baik. Dengan diskusi, siswa dapat saling bertukar ide dan pemikiran, sehingga konsep-konsep mengenai unsur intrinsik karya sastra yang diperoleh siswa akan menjadi lebih sempurna. Hal itu sejalan dengan apa yang disampaikan Roestiyah (2001: 5), yaitu diskusi dapat mempertinggi partisispasi siswa secara individual, memberi kemungkinan bagi siswa untuk saling membantu dalam memecahkan sebuah persoalan, mempertinggi kegiatan kelas sebagai sebuah kesatuan, dan memberikan kemungkinan bagi siswa untuk mengemukakan pendapat. Diskusi tentang unsur intrinsik karya sastra yang sudah dikenal oleh siswa juga dapat memecahkan masalah kurang aktifnya siswa dalam bertanya atau menjawab selama proses pembelajaran. Dengan di-gunakannya karya sastra yang sudah dikenal siswa sebagai contoh, siswa akan menjadi lebih tertarik untuk bertanya ataupun menjawab selama proses pembelajaran. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa motivasi siswa dalam belajar dapat dibangun dengan cara mengumumkan nilai yang diperoleh siswa pada proses pembelajaran sebelumnya. Untuk siswa yang mendapatkan nilai rendah, guru dapat memberi dorongan semangat kepada mereka agar belajar dengan lebih baik lagi. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Djamarah (2006: 149), yaitu setiap tugas yang dikerjakan anak didik dan telah diberi nilai, sebaiknya dibagikan oleh guru agar mereka mengetahui prestasi belajarnya. Kebenaran kerja anak didik dapat dipertahankan, sedangkan kesalahan kerja yang dilakukan oleh anak didik dapat diperbaiki di masa mendatang. Dengan mengetahui hasil dari apa yang telah dilakukannya, anak didik akan terdorong untuk mempertahankannya, bahkan meningkatkannya di kemudian hari dengan cara lebih giat belajar di se-kolah dan di rumah. Jika di dalam diri setiap anak didik sudah tertanam suatu dorongan untuk giat belajar, maka tidak sulit bagi guru untuk membelajarkan anak didik. Pentingnya pemberian motivasi selama proses pembelajaran juga diungkapkan oleh Hamalik (2008: 161) yang menyebutkan bahwa motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya siswa dalam proses pembelajaran. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. Berhasil atau gagalnya seorang guru dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi pengajaran erat kaitannya dengan disiplin kelas. Kegagalan guru dalam memberi motivasi mengakibatkan timbulnya masalah disiplin kelas. Secara umum dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan teknik 5W+1H ini berdampak positif bagi siswa.Dengan penerapan teknik ini, siswa menjadi lebih mandiri dan aktif dalam belajar.Jadi, penerapan pembelajaran dengan teknik 5W+1H melalui membaca kritis ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian-penelitian sejenis yang menyatakan bahwa penerapan teknik 5W+1H dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Salah satu penelitian sejenis itu adalah penelitian yang berjudul “Kemampuan Menemukan dan Menuliskan Kembali Pokok-Pokok Berita di Harian Bali Post Menggunakan Teknik 5W+1H Dalam Pembelajaran Membaca Pada Siswa Kelas X1 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja” oleh Putu Wiwin Tiras Sugi Artawan, tahun 2012. Hasilnya, Teknik pembelajaran 5W+1H berdampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI di SMA Laboratorium Undiksha Singaraja tahun ajaran 2009/2010.
PENUTUP Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut. Penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen. Hal ini bisa dilihat pada tabel perbandingan aktivitas siswa selama penelitian berlangsung. Penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis, dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja dalam pembelajaran me-nganalisis unsur intrinsik cerpen. Hal ini terlihat dari meningkatnya perolehan nilai siswa. Sebelum di-terapkannya teknik 5W+1H, nilai rata-rata klasikal siswa hanya sebesar 68,83 (cukup). Nilai rata-rata klasikal siswa kemudian meningkat pada siklus I menjadi 70,14 (baik). Peningkatan kemudian terjadi kembali pada siklus II. Kali ini, nilai rata-rata klasikal siswa meningkat menjadi 78,55 (sangat baik). Siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja merasa senang
dengan penerapan teknik 5W+1H dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen.Hal ini sejalan dengan respons yang diberikan siswa melalui pengisisan angket respons siswa.Respons positif siswa terhadap penerapan teknik 5W+1H dalam pembelajaran me-nganalisis unsur intrinsik cerpen juga ditunjukkan dari analisis tingkat respon siswa.Respons positif inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan penelitian ini. Siswa akan lebih mudah menyerap pelajaran dalam situasi yang menyenangkan. Ada beberapa langkah penerapan teknik 5W+1H dalam pembelajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen. Pada awal pertemuan, guru memberikan orientasi materi pembelajaran tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen serta memberikan penekanan-penekanan pada sajian materi yang diajarkan terutama tentang alur, latar tempat dan latar waktu, c)guru memberikan contoh sastra yang dikenal dan dipilih siswa, d) bentuk kelompok siswa dengan menghitung sesuai nomor absen, e) tiap-tiap kelompok agar memahami unsur-unsur intrinsk cerpen yang telah diberiakan, f) kelompok terbaik menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas, g) kelompok lain memeriksa hasil diskusinya dengan cara menukar pekerjaannya, h) guru mengklarifikasi jawaban dari masingmasing kelompok, i) guru memberikan kuis/pertanyaan kepada siswa dalam bentuk tes, j) mengumumkan skor kemajuan individu, k) guru dan siswa menyimpulkan serta menutup pembelajaran, Berdasarkan langkahlangkah tersebut, ternyata penerapan teknik 5W+1H melalui membaca kritis, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII C SMP Negeri 3 Singaraja dalam pem-belajaran menganalisis unsur intrinsik cerpen.
penelitian ini akan menjadi lebih baiknya jika peneliti lain mengkaji lebih dalam lagi mengenai kedua unsur intrinsik dan beberapa jenis-jenis membaca lain yang ada dengan menerapkan teknik 5W+1H untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal. Daftar Pustaka Ahuja. 2004. Membaca Kritis. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Harjasujana, S. 1988. Materi Pokok Membaca. Universitas Terbuka. Jakarta. PT. Karunia. Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Indriyani, Sri. 2005. Buku Membaca.STKIP Singaraja. Nurhadi.2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT Rineka Cipta Romli, Asep Syamsul M. 2010. Jurnalistik Praktis untuk Pemuda. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sutresna. 2006. Prosa Fiksi. Undiksha: Singaraja. Sugiyono. 2007. Metode Peneltian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Tarigan, Hendri Guntur. 1979. Membaca Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.2009. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Wendra. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Wiwin Tiras Sugi Artawan, Putu. 2010. Kemampuan Menemukan dan Menuliskan Kembali Pokok-Pokok Berita di Harian Bali Post Menggunakan Teknik 5W+1H Dalam Pembelajaran Membaca Pada Siswa Kelas X1 SMA Laboratorium Undiksha Singaraja. Skripsi (tidak terbit), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Singaraja: Undiksha. Zuriah, Nurul. 2007. Buku AjarPenulisan Karya Ilmiah. Singraja: Undiksha