PENGGUNAAN PEMUTIH KULIT DIKALANGAN REMAJA DI SOPPENG
THE USE OF SKIN WHITENING AMONG ADOLESCENTS IN SOPPENG
Firnayanti1, Nurul Ilmi Idrus2, Supriadi Hamdat3
Program Studi Magister Antropologi Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Firnayanti Jalan Perintis Kemerdekaan IV Lorong 1 No. 10 No. HP : 085298575327 Email :
[email protected]
0
Abstrak Kulit putih merupakan salah satu ciri kecantikan ideal dikalangan remaja saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan remaja dibalik keinginan mereka untuk memutihkan kulit putih dengan menggunakan berbagai kosmetik pemutih kulit berbahan kimia. Selain itu, untuk mengetahui pula tanggapan masyarakat mengenai perilaku remaja dalam mengejar keindahan kulit putih dengan penggunaan pemutih kulit yang membahayakan kesehatan mereka. Penelitian ini dilakukan di Soppeng dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif-kualitatif. Adapun metode yang digunakan yakni melalui observasi dan wawancara terhadap remaja pengguna pemutih kulit. Penelitian ini menunjukkan adanya berbagai alasan bagi remaja dibalik perilaku mereka untuk memutihkan kulit dengan berperilaku konsumtif terhadap pemutih kulit. Adapun produk pemutih yang mereka gunakan yakni produk pemutih wajah dan pemutih badan yang mengandung bahan kimia berbahaya. Penggunaan pemutih kulit tersebut menimbulkan berbagai tanggapan dari masyarakat. Kata kunci: Remaja, cantik, kulit putih dan kosmetik. Abstract Skin white is a characteristic idealized beauty among adolesecnt nowadays. The aim of the research was to find out the reasons why adolescents wanted to have white skin by using various tipes of skin whitening made of chemicals dangerous for their healt among adolescent. The research was a descriptive qualitative analisis conducted in Soppeng. The methods use were observation and interview to adolescents using skin whitening. The result of the research indicate that there are various types of reason why adolescents want to use skin whitening with consumtive behavior on skin whitening products, i.e. they used face whitener and body whitener which are both made of dangerous chemicals. The use of these cosmetics raises various responses from society Keywords: adolescent, beauty, white skin and cosmetic
1
PENDAHULUAN Kulit putih merupakan salah satu konsep kecantikan ideal dikalangan remaja saat ini. Sebagaimana yang dikatakan Prabasmoro (2003), bahwa kulit putih telah terekayasa secara global dan universal dalam lokalitas budaya Indonesia dan merupakan warna kulit yang diidealkan. Hal tersebut dapat dilihat dari munculnya berbagai iklan pemutih kulit di berbagai media massa yang mempertegas pengidealan kulit putih. Kulit halus dan bebas jerawat saja tidak cukup, kulit indah harus memiliki warna terang juga. Sejak peluncuran Pond's whitening kulit pada 1990-an, hampir semua merek kosmetik di Indonesia telah menghasilkan sendiri produk pemutih kulit (Handajani, 2006). Sekarang ini peredaran produk pemutih kulit tersebut semakin menjamur yang dapat diperoleh dari beragam tempat seperti dari dokter, toko-toko kosmetik, klinik kecantikan, salon, department stores, pasar-pasar tradisional hingga di berbagai media sosial. Peredaran tersebut tidak hanya terjadi di wilayah perkotaan akan tetapi sampai pula ke wilayah-wilayah pelosok. Indonesia yang terdiri dari ratusan suku bangsa memiliki kecantikan yang beaneka ragam pula seperti warna kulit kuning langsat, cokelat, hitam manis, dan sawo matang. Namun, terdapat media yang membuat pengidealan terhadap kecantikan tertentu. Jaman sekarang konsep kecantikan sebagaimana yang direkonstruksi oleh media massa yakni perempuan dengan indikator tubuh langsing dan tinggi, berkulit putih, paras manis, dan berambut panjang (Goenawan, 2007). Adanya konsep kecantikan yang terbentuk dalam masyarakat membuat remaja perempuan berlomba-lomba melakukan perawatan agar kulit mereka menjadi putih. Harapan untuk tampil cantik menyebabkan remaja lebih konsumtif terhadap kosmetik demi memudahkan pergaulan dan mendapatkan pengakuan dari lingkungan. Hal ini menyebabkan remaja menjadi salah satu sasaran utama pemasaran produk kosmetik (Etnawati dalam Damanik dkk., 2011). Namun, sangat disayangkan pola hidup instan para remaja membuat mereka memilih produk pemutih yang berkhasiat instan pula, namun terkadang mengabaikan faktor keamanan pemakaian. Keinginan kuat bagi mereka untuk cantik membuat mereka mengabaikan kesehatan. Menurut BPOM (Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan), terdapat sejumlah produk pemutih yang mengandung bahan berbahaya seperti mercuri, dan hidroquinon dengan konsentrasi di atas 2% di luar ijin BPOM. Bahan-bahan tersebut dianggap dapat menyebabkan iritasi kulit, kerusakan otak dan ginjal, masalah janin, kegagalan paru-paru dan kanker (Saraswati, 2010). Penggeledahan terhadap berbagai macam merek kosmetik pemutih kulit sudah sering dilakukan baik terhadap produsen maupun distributor namun demikian 2
penjualan kosmetik tersebut masih saja terjadi. Hal ini dikarenakan meningkatnya permintaan akan barang-barang murah oleh masyarakat (Slamet, 2011). Umumnya berbagai kosmetik pemutih ilegal tersebut dijual dengan harga murah, sehingga menjadi penarik tersendiri bagi masyarakat. Di Soppeng, merupakan sebuah wilayah dimana masyarakatnya sangat mengidolakan kulit putih. Tidak heran jika penggunaan pemutih kulit sangat marak dilakukan baik oleh ibuibu maupun para remajanya. Demi mendapatkan kulit putih terkadang mereka gonta-ganti berbagai kosmetik pemutih kulit yang sering ditawarkan oleh penjual. Pasar tradisional dan kios-kios kosmetik merupakan tempat dimana para remaja memperoleh berbagai produk pemutih kulit. Namun, sangat disayangkan berbagai kosmetik yang dijual di pasaran tersebut terkadang lepas dari pengawasan pihak berwewenang yakni BPOM, sehingga faktor keamanan pemakaiannya belum terjamin. Akan tetapi, penjualannya sangat laris seiring semakin meningkatnya keinginan kaum perempuan khususnya remaja untuk memiliki kulit putih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan remaja ingin memutihkan kulit dan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan remaja dibalik keinginan mereka untuk memutihkan kulit putih dengan penggunaan berbagai kosmetik pemutih kulit berbahan kimia. Selain itu, untuk mengetahui pula tanggapan masyarakat mengenai terhadap penggunaan pemutih kulit dikalangan remaja
METODE PENELITIAN Lokasi Penelitan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Soppeng dengan ruang lingkup penelitian para remaja pengguna pemutih kulit. Jenis Penelitian Deskriptif-kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti dengan pendekatan studi kasus yang menelaah suatu kasus yakni perilaku remaja yang konsumtif terhadap produk pemutih kulit Sumber data Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Data yang diperoleh terdiri dari berbagai bentuk seperti rekaman hasil wawancara, foto-foto kegiatan di lapangan. Selain data dari lapangan peneliti juga melakukan pencarian data kepustakaan seperti jurnal, artikel, dan buku
3
Teknik Analisis Data Data dan informasi yang telah dikumpulkan diolah dan dianalisa secara deskriptifkualitatif untuk menggambarkan perilaku remaja dalam penggunaan kosmetik pemutih kulit. Langkah yang digunakan dalam analisis data adalah: pembuatan transkrip wawancara, menemukan tema-tema yang muncul, sajian dan verifikasi data.
HASIL PENELITIAN Berbagai alasan bagi remaja terkait keinginan mereka untuk memiliki kulit putih dengan penggunaan berbagai kosmetik pemutih baik pemutih wajah maupun pemutih badan berupa body lotion racikan. Beberapa alasan yang diungkapkan bagi informan, yakni: mengikuti trend kecantikan kulit putih, untuk menghindari bullian karena kulit hitam, agar cocok dengan semua warna baju, dan yang paling utama yakni untuk mendapatkan pasangan hidup. Adanya berbagai alasan tersebut dengan membuat remaja cenderung lebih konsumtif terhadap produk pemutih kulit baik pemutih wajah berupa krim-krim dan pembersih wajah maupun penggunaan pemutih badan berupa body lotion racikan olahan rumahan. Perilaku konsumtif mereka ditunjukkan dengan seringnya gonta-ganti pemutih wajah untuk mencari produk yang memiliki efek memutihkan maksimal. Berbagai krim pemutih yang banyak digunakan oleh remaja seperti SJ, SP, Diamond, dan Citra day & Night krim, serta krim racikan tanpa informasi kemasan. Pertimbangan penting bagi mereka dalam memilih kosmetik tersebut yakni cepat memutihkan hanya berkisar 1-2 minggu pemakaian, harganya yang murah sehingga terjangkau oleh remaja ekonomi menengah ke bawah. Body lotion merupakan kosmetik racikan yang dibuat sendiri untuk memutihkan badan. Dengan menggunakan berbagai krim yang memiliki efek cepat memutihkan dan dalam jumlah yang banyak. Berbagai krim pemutih yang sering dijadikan sebagai campuran body lotion racikan yakni: SJ, SP, BL, dan krim pemutih Erna. Resep dan pembuatan body lotion racikan sudah beredar dari mulut ke mulut selain itu, dapat pula mereka akses melalui internet seperti di blog dan facebook. Beberapa kelebihan body lotion racikan olahan rumahan yang menjadi pertimbangan penting bagi remaja yakni; cepat memutihkan yang hanya berkisar 1-2 minggu pemakaian dan akan semakin putih setelah pemakaian lama. Selain itu, pembuatannya gampang yang dapat dilakukan sendiri dan dengan teknologi sederhana. Tidak kalah penting harga dari berbagai produk yang dijadikan campuran kedalam body lotion tersebut terbilang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah.
4
Berbagai produk pemutih yang sering digunakan baik pemutih wajah maupun untuk campuran body lotion racikan banyak diantaranya termasuk kosmetik dilarang perdarannya oleh BPOM karena memiliki kandungan zat kimia berbahaya yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan baik kulit maupun organ tubuh lainnya. Tidak heran jika produk tersebut tidak terdapat dalam iklan dan tidak dijual pula di pasar-pasar modern karena di pasar modern seperti di mall terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mutu terhadap produk yang akan diperdagangkan. Produk pemutih tersebut banyak ditemukan di pasar-pasar tradisional dan kios-kios kosmetik di sekitar mereka, sehingga sangat mudah bagi mereka untuk mendapatkannya. Meskipun sering terjadi razia terhadap berbagai merek kosmetik yang dinyatakan berbahaya akan tetapi penjualannya masih saja terjadi yang kadang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan para penggunanya juga mengetahui bahwa kosmetik tersebut merupakan kosmetik berbahaya yang dilarang peredarannya, akan tetapi keinginan kuat untuk memiliki kulit membuat mereka mengabaikan berbagai bahaya yang akan ditimbulkan dari penggunaan pemutih kulit berbahan kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan remaja ingin memutihkan kulit dan praktek penggunaan produk pemutih kulit serta tanggapan masyarakat terhadap penggunaan pemutih kulit dikalangan remaja. Dampak positif dan negatif dapat dirasakan akibat penggunaan pemutih kulit baik penggunaan pemutih wajah maupun pemutih badan. Dampak positif yakni adanya rasa puas karena efek putih yang dihasilkan dari penggunaan produk pemutih tersebut. Sementara dampak negatif misalnya dalam penggunaan pemutih wajah mengakibatkan rasa perih dan gatal-gatal biasanya dirasakan pada awal pemakaian. Namun efek tersebut kadang diabaikan karena mereka menganggap itu sebagai hal yang wajar dan sebagai resiko jika inginmemiliki wajah putih. Setelah pemakaian lama dampak negatif yang ditimbulkan yakni kulit tipis dan timbulnya flek hitam, akan tetapi untuk menghentikan dampak buruk tersebut mereka beralih ke produk lain yang juga memiliki kandungan bahan kimia bebahaya. Dengan demikian mereka sudah ketergantungan terhadap penggunaan produk pemutih berbahan kimia tersebut meskipun dengan merek yang berbeda-beda. Banyak diantara mereka yang gonta-ganti produk pemutih berbahan kimia. Penggunaan body lotion racikan menimbulkan pula dampak negatif seperti munculnya bintik-bintik hitam dan gatal-gatal yang dirasakan pada awal pemakaian, bahkan sebelum kulit memutih. Dampak negatif yang dirasakan setelah pemakaian lama yakni kulit tipis yang menyebabkan rasa perih ketika terkena sinar matahari, mudah tergores dan meninggalkan bekas luka yang sulit untuk dihilangkan. Keberuntungan bagi mereka yang merasakan efek negatif pada awal pemakaian karena dapat segera menghentikannya sehingga tidak 5
ketergantungan pada produk tersebut. Sementara bagi mereka yang merasakan dampak negatif setelah pemakaian lama akan sulit untuk menghentikan pemakaian karena jika dihentikan kulit akan kembali menghitam bahkan lebih hitam dibanding sebelum menggunakan body lotion racikan. Berbagai tanggapan muncul terhadap maraknya penggunaan produk pemutih kulit dikalangan remaja. Sebagian masyarakat menganggap bahwa hal tersebut wajar saja dilakukan sebagai upaya untuk mempercantik diri. Namun, sebagian masyarakat bertanggapan negatif terhadap fenomena tersebut. Hal ini dapat dilihat dari munculnya stigma terhadap para pemgguna pemutih kulit. sepeti adanya stigma bali cipolo olina (Bahasa Bugis) untuk pengguna pemutih wajah, yang berarti perubahan sebagian warna kulitnya yang mana wajah putih sementara bagian tubuh lainnya masih berwarna hitam. Namun, setelah maraknya penggunaan body lotion racikan untuk memutihkan badan kemudian dimasyarakat muncul stigma ‘putih racikan’ yang berarti kulit putih yang mereka dapatkan hasil dari penggunaan body lotion racikan dengan demikian warna kulit tersebut tidak asli.
PEMBAHASAN Penelitian ini menemukan adanya berbagai alasan bagi remaja mengapa mereka menginginkan kulit putih yang dikatakan sebagai kecantikan ideal. Keinginan untuk mendapatkan pasangan hidup merupakan alasan yang paling utama mengapa perempuan ingin memiliki kulit putih sebagai kecantikan yang diidealkan. Menurut Wolf (2004), kecantikan adalah sistem pertukaran seperti halnya standar emas, kecantikan juga ditentukan oleh sistem politik. Dalam memercikkan api perlawanan kaum perempuan dalam hierarki vertikal sesuai dengan standar fisik, kecantikan merupakan ekspresi dari relasi-relasi kekuasaan, dimana perempuan harus bersaing secara tidak alamiah demi sumber daya yang diberi harga oleh lakilaki. Didukung oleh pendapat Arivia (2006), bahwa kebanyakan laki-laki mendambakan seorang perempuan dari kecantikan lahiriah, sementara yang diinginkan perempuan dari seorang laki-laki yakni ingin dihargai, dicintai dan disayangi. Bagi remaja penggunaan pemutih wajah merupakan hal yang penting menurut mereka karena wajah merupakan bagian yang sangat vital bagi penampilan seseorang, dimana hal pertama yang dinilai oleh seseorang adalah wajah. Hal tersebut didukung oleh pendapat Synott (2003), bahwa wajah menjadi penentu dasar bagi persepsi mengenai kecantikan atau kejelekan individu, dan semua persepsi ini secara tidak langsung membuka penghargaan diri dan kesempatan hidup kita, wajah menyimbolkan diri dan menandai banyak hal dari bagian diri yang berbeda. Sementara penggunaan pemutih badan berupa body lotion muncul sebagai 6
bentuk kesadaran mereka bahwa bukan hanya wajah yang perlu untuk dilakukan perawatan akan tetapi badan juga agar keindahan penampilan lebih total. Para remaja merasakan dampak yang berbeda-beda dari penggunaan pemutih kulit. Menurut Wulandari (2009), kosmetik memiliki resiko pemakaian yang perlu diperhatikan mengingat kandungan bahan-bahan kimia tidak selalu memberikan efek yang sama untuk setiap konsumen. Selain itu, Tranggono dkk., (2007), menyebutkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil pemakaian kosmetik terhadap kulit yakni: faktor manusia, faktor kosmetik, faktor lingkungan, dan interaksi ketiga faktor tersebut. faktor manusia misalnya perbedaan sensitifitas kulit bagi setiap orang sehingga bagi orang lain tidak berpengaruh apaapa tapi bagi dirinya justeru menimbulkan iritasi dll. Sementara faktor kosmetik yakni: penggunaan bahan-bahan baku yang tidak berkualitas tinggi, iritan alergen, aknegenik, toksik, dan photosensitizer. Formula yang tidak sesuai dengan jenis kulit dan keadaan lingkungan, dan prosedur pembuatan yang tidak canggih dan higienis. Adanya efek kulit putih yang dihasilkan oleh pemakaian produk pemutih kulit membuat mereka mengabaikan efek negatif seperti rasa perih dan memerah, demi terwujudnya salah satu indikator kecantikan ideal yakni kulit putih. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Wolf (2004), bahwa serangan kecantikan yang bertubi-tubi terhadap kaum perempuan telah membiarkan kekerasan hak asasi terhadap tubuh mereka. Dapat dikatakan bahwa demi mewujudkan kecantikan kulit putih, para remaja rela merasakan sakit yang dianggapnya sebagai resiko jika ingin terlihat cantik dengan kulit putih. KESIMPULAN DAN SARAN Penggunaan pemutih kulit dikalangan remaja terdiri atas pemutih wajah dan body lotion. Untuk pemutih wajah mereka menggunakan berbagai krim berkhasiat cepat memutihkan yang dijual di sekitar mereka. Sementara penggunaan pemutih badan yakni berupa body lotion racikan yang mereka olah sendiri. Berbagai dampak negatif yang mereka rasakan, baik produk pemutih wajah maupun pemutih badan (body lotion racikan) yang mana dampak negatif lebih dominan. Praktek penggunaan pemutih kulit yang dilakukan oleh remaja menimbulkan tanggapan positif dan negatif dari masyarakat sekitar. Bagi sebagian masyarakat menganggap penggunaan pemutih tersebut merupakan hal yang wajar saja untuk mendapatkan kulit putih. Akan tetapi tidak jarang pula masyarakat menanggapi negatif hal tersebut dengan adanya stigma negatif terhadap para pengguna pemutih kulit tersebut. Melihat adanya kecenderungan bagi remaja untuk menggunakan produk pemutih kulit berbahan kimia, maka perlu adanya adanya sosialisasi kepada masyarakat akan bahaya penggunaan 7
berbagai pemutih kulit yang berbahan kimia berlebihan. Selain itu, pemerintah perlu memperketat pengawasan terhadap peredaran kosmetik pemutih berbahan kimia berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA Arivia G. (2006). Feminisme Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Damanik B.T. dkk. (2011). Persepsi Remaja Putri di Kota Ambon Tentang Resiko Terpapar Kosmetik Berbahaya dan Perilakunya Dalam Memilih dan Menggunakan Kosmetik. Berita Kedokteran Masyarakat. Journal.ugm.ac.id. 27 (1) :1-8. Goenawan, F. 2007. Ekonomi Politik Iklan di Indonesia Terhadap Konsep Kecantikan. Journal Scriptura.Vol.1 (1):14-24. Handajani. (2006). Female Sexuality in Indonesian Girls’ Magazines: Modern Appearant Attitude. Intersection: Gender and Sexuality in Asia and The Pacific. Prabasmoro A.P. (2003). Becoming White: Representasi Ras, Kelas, Feminitas dan Globalitas dalam Iklan Sabun. Bandung: Jalasutra. Saraswati L.A. (2010). Cosmopolitan Whitness: The Effect of Skin-Whitening Advertisments in Transnational Women’s Magazine in Indonesia. Indiana University Press. 10(2):1541. Slamet L.S. (2011). BPOM: Laporan Tahunan 2011. Diakses 11 November 2015. www.pom.go.id. Synnott A. (2003). Tubuh Sosial, Simbolisme, Diri, dan Masyarakat. Yogyakarta: Jalasutra. Tranggono R.I., Latifah F,. & Djajadisastra J. (2007). Buku Pegangan: Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Wolf N. (2004). Mitos Kecantikan: Kala Kecantikan Menindas Perempuan. Yogyakarta: Niagara. Wulandari S.P. (2009). Pengembangan Preferensi Dalam Pemilihan Konsep Produk Kosmetik Bedak Berbasisi Analisis Konjoin. Indonesia Jurnal of Statistik. 14(1):1-10.
8