Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
PEMANFAATAN TIK DALAM MENUNJANG PRODUKSI PERTANIAN DI KABUPATEN SOPPENG ICT UTILIZATION TO SUPPORT AGRICULTURE PRODUCTION AT SOPPENG REGENCY Emilsyah Nur Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika Makassar Jl. Prof. Abdurahman Basalama II No. 25 Makassar Telp./Fax.0411-4660084 Email:
[email protected] diterima: 8 Mei 2015 | direvisi: 22Mei 2015 | disetujui: 29Mei 2015
ABSRACT This study aims to explain and describe how much the use of ICT among farmers at Soppeng regency to fulfill the information access that linked to the problems of increasing their agricultural production. This study also aims to identify the factors that influence the information needs through the use of ICT and how to handle the problems. This study was held at Soppeng regency, south Sulawesi province. It started from January to March 2015. This study uses descriptive method and qualitative approach. The data are obtained through in depth interview then the data will be process and analyze. The result shows that the use of ICT for farmers at Soppeng regency to increase their agricultural production depends on the supply of internet network infrastructure, the involvement farmers such like farmer group, people information group, and the availability of human resource to manage the internet. Central and local governments are expected to give maximum contribution to the development of internet connection in all corners of the villages located at Soppeng regency, so that our farmers know the latest development about global agricultural issues. Keywords: ICT Infrastructure, Local Government, Acricultural, Production
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan mendesripsikan seberapa besar pemanfaatan TIK di kalangan para petani di Kabupaten Soppeng untuk memenuhi kebutuhan akses informasi yang terkait dengan permasalahan pengelolaan peningkatan produksi pertanian mereka. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa yang mempengaruhi kebutuhan informasi melalui pemanfaatan TIK dan bagaimana solusi dalam mengatasi masalah tesebut. Penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan yang dimulai dari bulan Januari sampai Maret 2015. Penelitian ini menggunakan metode deskritif dan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, Kemudian data diproses dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan TIK bagi para petani di kabupaten Soppeng provinsi Sulawesi Selatan dalam meningkatkan produksi pertanian mereka tergantung dari penyediaan infrastrktur jaringan internet, keterlibatan komunitas para petani seperti kelompok tani dan kelompok informasi masayrakat serta ketersediaan SDM dalam mengelola media internet tersebut. Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapat memberikan bantuan yang maksimal terhadap pembangunan dan pengembangan jaringan internet hingga ke seluruh pelosok desa yang terdapat di kabupaten Soppeng, agar para petani kita dapat mengetahui perkembangan terkini masalah pertanian secara global. Kata Kunci : Infrastruktur TIK, Pemerintah Daerah, Produksi, Pertanian
23
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
I.
Pemanfaatan bahan pangan yang benar, tepat, dan secara proposional akan memiliki kestabilan dari tiga komponen di atas yang dapat dipertahankan dalam waktu yang relative panjang. Realitas yang terjadi dalam sepuluh dasawarsa terhadap kondisi ketahanan pangan di Indonesia berbanding terbalik seperti: kebutuhan pangan nasional masih harus import, sementara pada sector kelautan masih marak pencurian ikan dan sejenisnya. Untuk meningkatkan produksi dan keamanan pada sektor pertanian, Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai sarana pendukung pada pemberdayaan dapat dimanfaatkan masyarakat tani kita yang masih tradisional hingga pada level bawah (grass root) yang kondisinya masih sangat rentan dan tertindas oleh para tengkulak. Teknologi TIK tidak semua sama, karena pada tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) masih pada tataran level bawah, baik dilihat dari tingkat pengetahuan dan pendidikan formal yang rata-rata mereka miliki. Ini menyangkut pada prilaku dan budaya sehari-hari para petani kita. Beberapa hasil penelitian dan kajian yang memberikan gambaran masalah tersebut, seperti program desa informasi lebih menonjolkan bidan TIK dari pada bidang komunikasi sosialnya yang belum mencapai hasil optimal. Menurut Bayu Wahyono sektor budaya dalam program desa informasi tersebut cendrung terabaikan. Artinya dalam program pemanfaatan TIK harus ada keseimbangan konten informasi yang berorientasi pada kearifan lokal di kalangan masayrakat tani kita. Menurut Levy (2011), teori media baru dikatakan bahwa, ada dua media baru yang terbagi dalam dua era yang digambarkan oleh sentralisasi produksi menjadi banyak, disebabkan adanya komunikasi satu arah dengan kendali situasi yang ada, reproduksi dan stratifikasi sosial dan perbedaan melalui media massa yang terpecah karena kesadaran sosial pada masyarakat tersebut Penggunaan TIK dan internet di kalangan masayrakat kita masih bersifat komsumtif misalnya sebahagian besar masih sebatas pemenuhan kebutuhan hiburan, dan informasi yang kurang produktif. Hasil survey dari Kementrian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) melalui
PENDAHULUAN
Ketahanan pangan di Indonesia berbanding terbalik dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional yang masih mengimport, sementara pada sektor kelautan masih mengalami berbagai macam masalah pencurian ikan dan sejenisnya. Untuk meningkatkan produksi pada ketahanan pangan dapat dibantu dengan memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang telah tersedia saat ini. TIK sebagai alat bantu dapat digunakan untuk pemberdayaan bagi kalangan petani level bawah (grass root) yang kondisinya masih sangat rentan serta tertindas oleh para tengkulak. Pemanfaatan TIK bagi para petani serta perangkat komunikasi media lain masih belum di lakukan secara optimal, di mana antara produktivitas petani dan profesi mereka di bidang pertanian masih sebatas pada ruang lingkup yang monoton. Pendekatan TIK dalam kebutuhan informasi pada tataran struktural sosial budaya masayrakat setempat, masih membutuhkan sarana TIK sebagai media komunikasi yang paling cepat, efektif dan murah. Tingkat kesenjangan dan keragaman pola dalam memanfaatkan TIK bagi kalangan masayrakat tani di daerah ini, biasanya cendrung diakibatkan belum meratanya pembagunan infrastruktur TIK, SDM, perbedaan kultur dan tingkat social pada masayrakat setempat. Fenomena tersebut akan tergambar dari beberapa masukan narasumber yang terkait dengan penelitian ini khsusunya bidang pertanian di kabupaten Soppeng, provinsi Sulawesi Selatan. Program pembangunan dalam bidang ketahanan pangan secara Nasional yang dicanangkan pemerintah kabinet kerja (2014 – 2019) memiliki indepedensi pengelolaan swasembada pangan pada sektor pertanian dalam mewujudkannya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan ada tiga komponen utama yang menopang ketahanan pangan yakni: ketersediaan pangan, akses pangan, dan pemanfaatan pangan. Ketersediaan pangan bermakna kemampuan memiliki sejumlah pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap orang, dimana akses pangan memiliki kemampuan sumber daya secara ekonomi dan fisik dalam mendapatkan bahan pangan yang bernutrisi. 24
Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
hasil penelitian Indikator TIK 2014 menyimpulkan bahwa penggunaan jejaring sosial masih menduduki ranking tertinggi yaitu: 29,9 % dalam bentuk (Facebook, Twitter, Whatsapp, situs sejenisnya). Hal yang sama juga terdapat pada lingkungan rumah tangga pada masayrakat kita yang masih relatif kecil dalam memanfaatkan TIK secara produktif sepertyang juga menjadi konteksi pada persebaran kepemilikan alat komunikasi, seperti: telephone seluler, televise dan radio yang hampir semua rumah tangga pada masayrakat tani kita memilikinya. Untuk penggunaan smarphone yang bisa mengakses internet, tingkat persebaran individu pada rumah tangga sebanyak 78 % dimana hampir tidak ada perbedaan antara mereka yang tinggal di wilayah urban dengan populasi sebesar 50,82 % sementara mereka yang tinggal di wilayah rural sebesar 49,18 %. Penguatan proposisi bahwa kalangan masayrakat tani telah mendapatkan akses informasi dari segala arah, dan berbagai media komunikasi yang lain. Di antara banyak informasi tersebut, ada sebahagian yang bermanfaat sesuai dengan profesinya di bidang pertanian. Ketika petani memanfaatkan TIK sebagai alat bantu tentu diharapkan mereka dapat memilih dan memilah informasi mana yang bermanfaat, dan tidak bermanfaat untuk pengembangan bidang pertanian. Setelah mereka memanfaatkan TIK, kemudian bagaimana pola pemanfaatannya terhadap teknologi pertanian dapat menghasilkan secara optimal, dimana pada hakekatnya makna pemanfaatan TIK bagi masyarakat tani kita dapat terpenuhi. Permasalahan yangtimbul kemudian adalah kehadiran TIK dan perangkat komunikasi media yang lain belum dimanfaatkan secara optimal, dalam artian tingkat produktivitas terhadap profesi para petani kita dalam mendukung pengembangan pertanian masih rendah. Institusi bidang pertanian telah meluncurkan berbagai program unggulan berteknologi tinggi untuk pemberdayaan para petani kita. Pemanfaatan TIK dalam mengakses informasi bidang pertanian berkorelasi dengan kedekatan kebutuhan informasi, pada tataran structural sosial budaya di masayrakat. Kedekatan informasi tersebut dapat dimaknai dengan jenis informasi yang sesuai dengan struktur social dan budaya masing-masing
komunitas pada wilayah tersebut. Struktur sosial adalah tatanan (susunan) social yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam suatu masyarakat. Struktur sosial itu dapat besifat horizontal maupun vertical seperti: kelompok pria dan wanita, kelompok orang beragama seperti: Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu dan sejenisnya (kelompok horizontal). Ciri masing-masing dalam kelompok tersebut tidak bertingkat, karena dalam masyarakat kedudukannya sama antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya. Sedangkan contoh struktur sosial yang vertical adalah kelompok orang kaya dan miskin pada masyrakat tersebut. Hal ini menunjukkan kedudukan yang berbeda dalam masyrakat yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yang meliputi ide dan gagasan yang terdapat pada pikiran manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari. Secara konkrit, berbagai hal yang berkorelasi dengan budi dan akal manusia akan mempengaruhi cara pandang dan budaya pada kalangan masyrakat tani dalam memanfaatkan TIK dan media komunikasi lainnya. Ketiga komponen tersebut dapat mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi melalui media komunikasi ketika memanfaatkan TIK untuk akses informasi di bidang pertanian. Dalam teori media sosial menurut Kapler dan Haenlein, (2010) mengatakan, media sosial sebagai sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi web 2.0 dan yang meyakinkan penciptaan dan penukaran uses generated Perbedaan cara pandang dalam berkomunikasi atau pola pemanfaatan TIK tersebut tidak terbatas hanya pada antar komunitas sekitar para petani, tetapi antar komunitas yang lain seperti komunitas nelayan, perbedaan geografis dan kearifan lokalnya. Keragaman pola komunikasi sosial dan budaya inilah yang membedakan cara pandang mereka dalam mengakses informasi melalui pemanfaatan TIK di kalangan petani. Kelompok tani memiliki tujuan yang sama dalam memenuhi kebutuhan informasi untuk meningkatkan kesejahteraan masayrakat, tetapi ditempuh dengan pola komunikasi dan budaya yang berbeda. Perbedaan pola komunikasi dan budaya dalam mengkases informasi melalui pemanfaatan TIK inilah yang 25
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
akan mewarnai bentuk komunikasi dilihat dari masing-masing komunitas para petani yang terlibat. Berangkat dari fenomena diatas, asumsi dari berbagai permasalahan dalam penelitian tersebut adalah untuk mengetahui seberapa besar TIK dimanfaatkan oleh para petani kita dalam memenuhi kebutuhan akses informasi yang berkaitan dengan pengelolaan produksi pertanian masayrakat setempat serta faktor apa yang dianggap paling berpengaruh terhadap pemangaatan TIK di kabupaten Soppeng provinsi Sulawesi Selatan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan serta mengidentifikasi seberapa besar TIK dimanfaatkan oleh masayrakat tani setempat dalam menigkatkan pengelolaan dan produksi mereka di kabupaten Soppeng provinsi Sulawesi Selatan. TIK merupakan terminology yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses, dan menyampaikan informasi bertautan dengan proses penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi dan pengelolaan informasi. Menurut Martinez (2010). kehadiran TIK dapat memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaannya, tetapi TIK yang berjejaring internet juga berdampak positif dan negatif bagi masyarakat penggunanya. Pemanfaatan TIK sebagai media baru di masyarakat tentu tidak berfokus pada penggunaan aspek teknologinya saja, aspek social dan budaya juga menjadi konteks perhatian yang akan berdampak pada masayrakat setempat. Salah satu pendekatan dari media baru pada TIK yang sering digunakan adalah teori “technological determinist“. Flew (2002) mengatakan mengatakan, pendekatan teori ini memandang teknologi sebagai kekuatan yang mandiri (otonom) dan berdampak pada masyrakat penggunannya. Sementara itu hasil penelitian Livingstone (2003) mengatakan, terdapat perbedaan mendasar antara orang dewasa dan anak-anak muda dalam menggunakan internet. Orang dewasa memperlakukan internet sebagai sebuah informasi, sedangkan kalangan muda cendrung untuk komunikasi dan hiburan (entertainment). Menurut Sonia, diantara kalangan muda tersebut ketika menggunakan internet dapat pula melakukan aktivitas yang bersifat multi-tasking misalnya: dalam memproduksi konten ia dapat
mengembangkan diri, membangun identitas, dan mengespresikan diri dalam jaringan internet yang menghubungkan mereka dengan kalangan muda lain di media internet. Penggunaan TIK sebagai media baru yang dikonstruksi sebagai sarana dalam meningkatkan produksi pertanian sudah seharusnya dikelola secara spesifik dan terorganisir, di mana ada tiga issu dalam pengelolaan media baru menurut Jenkins (2003) harus menjadi titik perhatian bagi kebijakan yakni: “ kesenjangan partisipasi, transparansi, dan tantangan etika “ Adapun penjelasan dari ketiga pointer di atas sebagai berikut: a. Kesenjangan partisipasi berkaitan dengan akses informasi melalui pemanfaatan TIK yang belum merata dikalangan masayrakat, meski sudah ada jaringan internet tidak semua orang/kelompok memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk menggunakannya. Cara mengatasinya tentu tidak hanya tergantung pada teknologinya, tetapi bagaimana membangun keterampilan dan menyediakan konten yang bermanfaat bagi masayrakat penggunanya. b. Transparansi yang berkaitan dengan media baru sebagai sumber kegiatan, tempat mengespresikan diri, masih memetingkan desain format fisiknya daripada kredibilitas isi informasinya. c. Tantangan etika, menyangkut penggunaan media baru yang cendrung menganut azas kebebasan absolute dalam berekspresi, tetapi kurang memperhatikan etika jurnalistik dalam penulisannya.
II. METODOLOGI Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 2015 di kabupaten Soppeng, Provinsi Sul-Sel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan pemahaman tentang fenomena konteks social secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti berdasarkan permasalahan penelitian yang terjadi di lokasi peneltian. Tujuan dari penelitian ini adalah seberapa besar TIK dapat dimanfaatkan untuk akses 26
Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
informasi bagipara petani dalam meningkatkan produksi pertanian mereka Jenis penelitian yang digunakan adalah deskritif kualitatif yang menggunakan hasil wawancara dengan informan sebagai data primer yang didapatkan pada wawancara tersebut, serta hasil observasi di lokasi penelitian untuk mengkomfirmasi data primer dan sekunder dalam penelitian tersebut. Teknik pengumpulan data dilakukan pengamatan (observasi) lapangan secara sistematis dan wawancara mendalam (in-depth interviews) untuk mendapatkan informasi secara akurat dan dianggap menguasai materi penelitian ini. Teknik pengolahan data secara kualitatif baik data sekunder dan primer yang terkumpul dari seluruh lokasi penelitian kemudian dilakukan koding data, klasifikasi dan karakteristik data berdasarkan indikator masing-masing untuk diintegerasikan unutk memetakan issu masalah pertanian yang dikaitkan dengan kebijakan pemerintah daerah khususnya pada yang mempunyai pemanfaatan dan penngembangan infrastrktur TIK. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif yang dikembangkan oleh Haberman (1992), terdiri dari : Pertama, Melakukan reduksi data kualitatif hasil observasi, wawancara
Isi utama : identifikasi pemanfaatan TIK (Media Baru) untuk akses informasi terkait dengan masalah petani
berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan. Kedua, Melakukan penyajian/ekspos data dari hasil reduksi yang telah divalidasi berdasarkan klasifikasi dan taxonomi dari kriteria yang ditentukan. Ketiga, Menarik kesimpulan dari semua inti proses penelitian kemudian dibuatkan rekomendasi atau saran yang mengacu pada hasil penelitian tersebut. Dalam menentukan seorang informan, pertimbangannya adalah pada : keakuratan dan validitas informasi yang diperoleh, jumlah informan yang dibutuhkan yang didasarkan pada tujuan penelitian dan kewenangan seorang peneliti dalam menentukan seorang dan tidak terpengaruh pada jabatan seseorang. Adapun informan yang terpilih dalam penelitian ini adalah Kina (Kelompok Tani Nelayan Andalan), Gapotan (Gabungan Kelompok Tani), KIM (Kelompok Informasi Masayrakat), Sekertaris Desa. Adapun teknik pengolahan dan analisis data yang dipergunakan terdiri dari : pengumpulan informasi melalui wawancara, observasi dan pedoman wawancara khusus (Informan kunci) untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini. Kerangka berfikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Untuk menemuka potensi dan pola pemanfaatan TIK (Media baru ) untuk akasees informasi terkait dengan permasalahan petani
Question Research : seberapa besar TIK dimanfaatkam untuk akses informasi tentang pertanian. Faktor apa yang berpengaruh, dan bagaimana solusi untuk mengatasinya, serta alternatif model pemanfaatan TIK seperti apa yang ideal bagi kalangan petani
Hasil dan Pembahasan
Pengembangan model pemafaatan TIK di kalangan petani
Simpulan :
Analisis pemanfaatan TIK di kalangan
Klasrifikasi klastering potensi dan pola pemanfaatan TIK di kalangan petani. Analisis: Potensi dan pola pemanfaatan TIK dikalangan petani.
Gambar 1. Kerangka Berfikir penelitian Figure 1.The Research Framework
27
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
masyarakat tani dalam menghadapi kendala tentang pemanfaatan TIK adalah melakukan pengaturan sistem kerja dan peralatan secara bergilir pada setiap kelompok tani yang resmi terdaftar. Kata kunci(analisis) yang dapat kami simpulkan pada narasumber diatas adalah masalah insentitas dari pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian di kabupaten Soppeng yang mempunyai produksi 80 % untuk suplai keluar daerah, dan 20 % untuk stok di Kabupaten Soppeng yang sangat membutuhkan infrastrktur jaringan internet serta akses informasi yang cepat, agar informasi terbaru tentang masalah pertanian dapat segera di ketahui dan dilaksanakan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kabupaten Soppeng terletak pada jantung Provinsi Sulawesi Selatan di mana berada di sebelah utara kota Makassar dengan jarak 179 km dengan luas wilayah kabupaten Soppeng 1500 km yang terbagi atas 8 kecamatan, 49 desa, 21 kelurahan dengan jumlah penduduk 230.744 jiwa pada tahun pada tahun 2010 (Sumber : Soppeng dalam Angka). Adapun visi Kabupaten Soppeng yaitu terwujudnya kabupaten Soppeng sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Provinsi Sulawesi Selatan yang berdaya saing dan religious. Adapun batas-batas wilayah kabupaten Soppeng terdiri dari : - Sebelah utara berbatasaan dengan kabupten Sidenreng Rappang - Sebelah timur berbatasan dengan kabupaten WajoSebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaen Bone - Sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Barru
2.
Mustam, perwakilan Gabungan Kelompok Tani (Gapotan) mengatakan, faktor penyediaan dam irigasi serta peralatan dan pembibitan bagi para petani di sini. Hambatan terhadap pemanfaatan TIK terhadap para petsni di sini harus di carikan solusinya agarkendala di atas dapat diatasi. Pembangunan jaringan internet di daerah khususnya pada pengembangan teknologi pertanian yang terbaru mutlak diperlukan. Adapun peran tokoh masyarakat tani dalam menghadapi kendala pemanfaatan TIK adalah membuat pertemuan secara rutin bagi setiap kelompok tani dan anggotanya melalui komunikasi lewat handphone (HP). Kata kunci (analisis) yang dapat kami simpulkan dari narasumber di atas adalah masalah frekwensi pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian di kabupaten Soppeng, sangat bergantung pada sarana dan pra-sarana pendukung khususnya ketersediaan jaringan internet dalam menunjang pengembangan teknologi pertanian yang baru dan modern.
Kabupaten Soppeng berada di antara 4°06’00”– 4°32’00” Lintang Selatan dan 119°42118” – 120°06’13” Bujur Timur. Keadaan topografinya bergunung-gunung dengan ketinggian antara + 200 meter di atas permukaan laut, dengan suhu berkisar antara 24°-30° celcius. Kabupaten Soppeng dilalui beberapa sungai langkemme, sungai Soppeng, sungai Iawo, sungai Paddangeng dan sungai Lajaroko. Adapun hasil penelitian baik secara wawancara mendalam maupun analisis terhadap narasumber berikut perwakilan sebagai berikut : 1. Kahar Dimon, Kelompok Tani Nelayan Andalan (Kina) mengatakan, faktor sarana pendukung TIK bagi para petani khususnya kelompok tani pada masing-masing wilayah sangat dibutuhkan Tidak adanya jaringan internet pada wilayah setempat akan menghambat peningkatan produksi para petani di daerah tersebut. Untuk itu, sangat diharapkan peran pemerintah dalam menyiapkan infrastrktur jaringan internet di setiap desa melalui kelompok tani setempat agar bermanfaat dalam mennyejahterakan keluarga petani kita. Adapun peran tokoh
3.
28
Rusdi, yang mewakili Kelompok Informasi Masyrakat (KIM) mengatakan, tidak adanya jaringan internet yang dibutuhkan oleh para petani kita dalam membutuhkan akses informasi mengenai peningkatan produksi pertanian tidak bisa di dapatkan. Kendala di atas berdampak pada peningkatan SDM bagi pengurus dan kelompok tani yang
Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
bersangkutan. Untuk itu di harapkan agar pembagunan jaringan internet pada setiap desa akan membuat kesejahteran bagi para petani di daerah ini. Adapun peran tokoh masyarakat tani dalam menghadapi kendala pemanfaatan TIK adalah dengan insentif komunikasi melalui handphone dalam mendapatkan informasi masalah pertanian khususnya produk racun tikus yang terbaru. Kata kunci (analisis) yang dapat kami simpulkan dari narasumber di atas, adalah intensitas masalah pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian di kabupaten Soppeng, tidak didukung oleh tersedianya akses informasi berupa jaringan internet pada setiap desa dalam meningkatkan kesejahteraan para petani di wilayah ini.
di daerah ini yang dapat mengakses informasi tersebut. Adapun faktor yang menghambat terhadap pemanfaatan TIK dikalangan petani adalah tidak tersedianya sarana infrastrktur jaringan internet dan akses informasi terhadap kelompok tani dan anggotanya. Untuk dukungan kebijakan pemerintah lokal dalam mendukung pemanfaatan TIK berupa bantuan benih, pupuk dan kemudahan bagi para petani setempat. Adapun peran tokoh masayrakat tani dalam menghadapi kendala pemanfaatan TIK adalah dengan menggunakan sarana HP, baik pertemuan secara rutin maupun melalui agenda yang telah dijadwalkan sebelumnya melalui kelompok tani setempat. Kata kunci (analisis) yang dapat kami simpulkan dari informan diatas adalah, pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian di kabupaten Soppeng khususnya para petani di sini masih sangat lemah dalam mempelajari, memahami dan merasakan manfaat akan peningkatan produksi pertanian melalui pemanfaatan TIK. Berdasarkan hasil penelitian di atas ditambah dengan pendekatan teori yang terkait dengan permasalahan penelitian yakni teori sosial media dan media baru dengan pendekatan metode konstruksi, dapat kami deskripsikan bahwa indikator variabel yang menjadi objek penelitian ini sebagai berikut :
4.
Kahar, yang mewakili Sekertaris Desa mengatakan, faktor dana sangat menentukan akases informasi yang di butuhkan para petani di sini. Pencarian informasi yang terkait dengan kebutuhan para petani kita yang terkendala dengan pemanfaatn TIK harus dipikirkan solusinya. Pembangunan sarana infrastrktur TIK khususnya jaringan internet perlu segera dilaksanakan dalam mendukung program pertanian di daerah ini. Peran tokoh masayrakat tani yang terdapat di kabupaten Soppeng dalam memghadapi kendala TIK, adalah kurangnya sosialisasi terhadap para petani disini dalam memperkenalkan media TIK khususnya media internet dalam mendukung teknologi pertanian yang maju dan modern Kata kunci (analisis) yang dapat kami simpulkan dari narasumber di atas, adalah masalah insentitas dan pemanfaatan TIK sangat bergantung dari tersedianya sarana pendukung khususnya jaringan internet yang sangat dibutuhkan oleh para petani di sini, dalam mengembangkan teknologi pertanian yang baru dan modern. 5.
A.
Pemanfaatan TIK di Masyarakat
TIK merupakan terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses, dan menyampaikan informasi TIK menyangkut berbagai hal dan bersentuhan dengan proses, penggunaan alatbantu, manipulasi dan pengolahan informasi. Teknologi tersebut berkaitan dengan transfer data dari satu perangkat ke perangkat yang lain. Menurut Edy (2010), kehadiran TIK dapat memudahkan manusia dalam melakukan pekerjaannya, tetapi TIK yang berjejaring internet juga dapat bermanfaat bagi masyrakat penggunaya. Bagaiamanapun besarnya TIK yang berjejaring internet yang dapat bermanfaat bagi penggunannya, tergantung dari berbagai hal yang mempengaruhinya seperti: SDM, pengetahuan,
Kahar Lampe, yang mewakili Sekertaris Kelompok Tani Datuk Ulaweng mengatakan, masalah pemanfaatan TIK di kalangan masayrakat tani pada umumnya masih mengandalkan penggunaan HP sebagai sarana komunikasi, karena sekitar 50 % saja petani 29
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
sumber daya masyarakat, infrastrktur, energidan bagaimana budaya masysrakat dalam merespon TIK di komunitasnya. Ada jalan tengah ketika TIK digunakaan dalam membatu kegiatan/pekerjaan pada masayrakat tertentu, diantaranya diperlukan adanya penyesuaian antara teknologi, dan kearifan lokal setempat. Kesesuaian pemanfaatan TIK dilihat dari karakter yang dikonstruksi dengan nilai-nilai sosial dan budaya sesuai dengan tingkat kebutuhan masayrakat. Konstruksi ini diasumsikan bahwa TIK tidak pernah menawarkan solusi, hanya menawarkan sebuah aplikasi yang dapat mendorong terjadinya perubahan sosial, budaya dan ekonomi di kalangan masayrakat. Pada dasarnya pemanfaatan TIK di kalangan masayrakat tidak lebih dari pembangunan pranata sosial dan budaya yang harus dipersipakan terlebih dahulu agar aksesbilitas masayrakat sebagai penerima TIK menjadi terbangun. Aksesbilitas tersebut dapat terbangun jika pendekatan yang digunakan tidak hanya teknologi driven, tetapi juga memerlukan konstruksi sosial dan budaya masayrakat dalam merespon kebutuhan informasi ketika memanfaatkan TIK pada masyrakat komunitasnya. Memahami TIK tidak terbatas pada aspek penggunaanya saja, tetapi dalam desain dan konten teknologi beserta aplikasinya. Teori yang di jelaskan oleh (Martinez 2010) mengatakan, teknologi merupakan konstruksi sosial yang melibatkan banyak pihak untuk mendesain pengembangan teknologinya. Penerapan teori SCOT (Social Construction of Tecnology) menganalogikan bahwa TIK dapat mengkonstrukusi nilai sosial dan budaya pada masyarkat setempat. Sebaliknya masyarakat juga dapat mengkonstrukusi teknologi sesuai dengan kearifan lokal pada komunitasnya. Hasil integrasi kedua komponen tersebut menempatkan pemanfaatan TIK sebagai media baru (media on line) di kalangan masyarakat menjadi lebih mudah dipahami, dan lebih efesien berdasarkan implementasi teori SCOT tersebut secara in-line dengan pendekatan teori budaya partisipatoris.
B.
TIK dan Budaya Masyarakat
Partisipatoris
di
Pemanfaatan TIK sebagai media baru pada masayrakat tentu tidak fokus hanya pada penggunaan aspek teknologinya saja, tetapi perlu menyentuh aspek sosial dan buadaya yang menjadi konteks dimana TIK atau media baru digunakan dalam menganalisis pemanfaatan TIK dari aspek sosial dan budaya. Para penganalisis beberapa teori dalam mengemukakan pendapatnya tentang masalah kultur budaya dan sosial, berbeda dalam meyikapinya, salah satunya yaitu Hastajarjo (2012) dalam atikelnya mengatakan, Pertama, pandangan yang optimis datang dari pendukung perkembangan teknologi, dimana teknologi yang baru yang pernah membuta perubahan pada masayrakat agraris kemasayrakat industry, bahkan media baru mampu membuka peluang untuk meningkatkan kebebasan individu pada tingkat global. Kedua, pandangan yang pesimis pada masyarakat kini, semakin terjebak ke dalam sikap yang mendewa-dewakan teknologi di mana masyarakat mencari legitimasi, kepuasan, dan menerima perintah dari teknologi. Teknologi pada media baru menghasilkan informasi yang volumenya semakin besar, tetapi pada sistem sosial dan budaya yang digunaka dalam mengevaluasi informasi tersebut justru mengalami kerusakan. Untuk memahami dampak sosio-kultur dengan hadirnya media baru di masayrakat, diperlukan pemahaman yang cukup komprehensif mengenai teknologi dan budayanya, dimana tingkat pemahaman terhadap TIK sebagai media baru di masayrakat masih beragam. Menurut Plew (2002) pemanfaatan TIK sebagai media baru di masayrakat dapat dipahami melalui tiga level indikator sebagai berikut: 1. Level Pertama, Teknologi TIK dipahami sebagai alat (artefak) yang digunakan manusia untuk menstraformasikan alam, interaksi social dan mengembangkan kapasitas potensi manusia.
30
Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
2.
3.
Level Kedua, Teknologi TIK sebagai konteks penggunaannya, mengunakan teknologi yang sesuai dengan tujuan penciptanya (content atau software) misalnya ketika membicarakan komputer, kita tidak hanya membicarakan perangkat kerasnya saja, tetapi juga perangkat lunaknya. Tanpa perangkat lunak, sebuah laptop hanya menjadi sebuah logam plastic yangtak berguna. Level Ketiga, Teknologi TIK sebagai seistem pengetahuan dan sosial dalam pengembangan penggunaannya. Artinya penggunaan TIK perlu proses belajar untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan tertentu, agar dapat memanfaatkan TIK tersebut dengan baik dan produktif.
masyrakat itu sendiri. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan sumber daya masayrakat dengan latar belakang pendidikan formal, pengetahuan, pengalaman yang cendrung beragam di masyrakat sehingga terapi jangka pendek dan menengah yang dianggap paling tepat adalah literasi pemanfaatan TIK atau media baru pada komunitas masyrakat khususnya pada masayrakat tani yang menuntut paradigma yang berbasis teknologi TIK tersebut. C.
Literasi TIK Media Baru di Masyarakat
Penggunaan TIK sebagai media baru melalui rekonstruksi sebagai sarana dalam meningkatkan produksi pertanian, sudah seharusnya di kelola secara spesifik dan terorganisir. Menurut Jenkis (2003) mengatakan, harus menjadi titik perhatian bagi kebijakan yakni kesenjangan partisipasi, transparansi dan tantangan etika yang dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Kesenjangan Partisipasi, adalah berkaitan dengan akses informasi melalui pemanfaatan TIK yang belum merata di kalangan masayrakat, dimana meski sudah ada jaringan internet tidak semua orang dan kelompok memiliki kemampuan dan kesempatan yang sama untuk menggunakannya. Cara mengatasinya tentu tidak hanya tergantung pada teknologinya, tetapi bagaimana membangun keterampilan dan menyediakan konten yang bermanfaat bagi masayrakat penggunannya. 2. Tansparansi, adalah berkaitan dengan media baru sebagai sumber kegiatan dalam mengespresikan diri tetapi masih memetingkan desain format fisiknya, ketimbang kredibilitas isi informasinya. 3. Tantangan Etika, adalah menyangkut penggunaan media baru yang cendrung menganut azas kebebasan absolute dalam berkespresi, tetapi kurang memperhatikan etika jurnalistik dalam penulisannya.
TIK sebagai media baru di kalangan masayrakat tidak hanya diciptakan sebagai alat atau aplikasi bagi penggunannya, lebih dari itu dapat membentuk budaya baru di lingkungan penggunanya yang sebahagian besar di fasilitasi dengan internet. Konsep budaya partisipatoris dalam menyediakan ruang yang lebih luas dengan batasan tertentu yang tidak menghambat orang untuk berekspresi dan melakukan hubungan sosial. Budaya tersebut sebahagian telah di lakukan oleh komunitas (kelompok) masyarakat termasuk petani di berbagai daerah di tanah air. Konsep ini akanmemberikan cara pandang yang berbeda atas pemanfaatan TIK yang datang dari budaya asing (barat) dan berorentasi pada kapitalistik. Hal ini bukan berarti kehadiran TIK di tolak, dan diapresiasi secara negative, tetapi bagaimana kehadiran budaya teknologi baru tersebut dapat berinteraksi dengan kearifan lokal dalam membentuk budaya hebride pada komunitas masayrakat tersebut. Ada kesesuaian cara pandang bahwa kehadiran teknologi TIK dapat mengkonstruksi masayrakat dengan nilai sosial dan budaya (kearifan lokal) serta dapat mempengaruhi teknologi tersebut yang di kembangkan pada masyrakat tersebut. Hasil konstruksi penyesuaian antara adopsi TIK dengan kearifan lokal masayrakat setempat dalam konteks ini kemudian muncul permasalahan baru, yakni tingkat pemahaman terhadap pemanfaatan TIK yang beragam di kalangan
Literasi TIK bukan untuk mengubah budaya masyrakat berteknologi secara radikal, tetapi melaului suatu proses evolusi secara alamiah untuk mengadopsi TIK sebagai budaya teknologi baru pada sebuah komunitas masayrakat tersebut. Bagian yang penting dalam paradigma diatas 31
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
adalah bagaimana mengubah paradigm penggunaan TIK menjadi kebiasaan dalam bekerja yang selama ini dilakukan secara manual dan tradisional di kalngan masayrakat kita.
pertanian yang terbaru.Peningkatan produksi para petani di daerah tersebut akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi petani setempat melalui kelompok tani pada masing-masing wilayah di daerah tersebut. Dan penyediaan tenaga pengelola operator internet pada setiap desa yang terdapat jaringan interent akan mempercepat pemahaman dan pengetahuan tentang pentingnya internet bagi para petani di daerah tersebut.
Selama resistensi masih mendominasi caracara lama dan masih dikultuskan sebagai budaya yang sakaral pada masayrakat, maka pemanfaatan TIK tidak akan produktif. TIK akan menjadi cerita berteknologi tanpa dapat di rasakan dan dinikmati manfaatnya, dimana penggunaan TIK yang tidak optimal, baik secara individu, kelompok dan organisasi jika tidak diikuti dengan kesiapan SDM yang memadai akan lemah dari sisi eksistensinya. Agar TIK sebagai sistem informasi dapat dimanfaatkan pada individu, kelompok dan organisasi secara produktif, maka diperlukan sebuah model pengelolaan yang berbasis sistem aplikasi dengan memenuhi 4 (empat) pilar sebagai berikut: 1. Bersifat Eliminartd yaitu sistem informasinya harus dapat mengeliminasi proses-proses yang tidak diperlukan. 2. Bersifat Simplified, yaitu sistem informasinya harus mudah digunakan. 3. Bersifat Integrated, yaitu sistem informasinyaharus terintegrasi dengan sistem informasi lain yang ada saat ini 4. Bersifat Otomated, yaitu sistem informasinya harus bisa mengotomisasi proses yang dapat di lakukan secara manual.
B.
Saran
Dengan berpedoman pada tiga indikator diatas, pemanfaatan TIK terhadap produksi pertanian bagi para petani di daerah tersebut akan semakin meningkat khususunya pada peningkatan produksi pertanian yang tersebar pada daerah tersebut. Adapun saran yang kami dapat rekomendasikan kepada pemerintah daerah setempat dalam mempercepat penggunaan TIK pada para petani didaerah tersebut adalah sosialisasi penggunaan internet melalui wadah kelompok tani, KIM dan penyuluh petani setempat dalam mempercepat pemahaman dan penggunaan TIK pada para petani setempat
UCAPAN TERIMA KASIH Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penelitian ini mulai dari pengumpulan data hingga pembuatan laporan hasil penelitian ini khususnya kepada 4 (empat) narasumber yang telah memberikan konstribusi pendapat dan pengalaman mereka selama ini. Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan sebagai bahan bacaan dan rujukan bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Dari beberapa pilar uraian di atas, konsep tersebut dapat memperkuat dan menjelaskan data penelitian di atas dalam mempercepat pemanfaatan TIK di kalangan para petani kita khsususnya dalam peningkatan produksi poertanian yang berbasis teknologi modern saat ini.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
A.
Flew, T., 2002. New Media: An Introduction. South Melborune: Oxford University Press
Kesimpulan
Dari keempat indikator diatas, ditambah hasil analisa kami terhadap kebutuhan para petani yang terdapat di kabupaten Soppeng, dapat kami simpulkan, Pembangunan infrastrktur TIK khususnya jaringan internet di kabupaten Soppeng bagi para petani di daerah tersebut sudah sangat mendesak dalam meningkatkan produksi para petani terutama dalam mengikuti informasi bidang
Hastajarjo,S., (2012). Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Iptek Melalui Integrated Communication and Media Services. Semarang: Fisip Univeristas Sebelas Maret,
32
Pemanfaatan TIK Dalam Menunjang Produksi… Emilsyah Nur
Jenkis, H., 2006. Confronting the Challenges of Participatory Culture: Media Education for the 21 Century. Chicago: The MacArthur Foundation Livingstone, S., 2003. The Changing nature and Uses of Media Literacy. Working Paper. London: London School of Economics Matinez, L., 2010.The Power Withim the User: A Social Construction Analysis ofthe EMexicoWeb Portal. Washington DC: George University
33
Jurnal Penelitian Pers dan Komunikasi Pembangunan Vol. 19 No.1 Juni 2015: 23-34
34