PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Agus Hasbianto dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Jagung (Zea mays L.) memiliki peluang besar untuk ditingkatkan produksinya karena perannya tidak hanya sebagai bahan konsumsi namun juga sebagai bahan baku industri pakan ternak, bahan baku eskpor non-migas dan bahan untuk mendukung pengembangan industri. Namun demikian, produksi jagung di Indonesia masih lebih rendah dibandingkan negara lain, terutama disebabkan oleh terbatasnya penggunaan varietas unggul dan teknik pertanian yang konvensional (sederhana). Di lahan kering Kalimantan Selatan, produktivitas jagung hanya sekitar 0,9 – 2,0 ton/ha. Salah satu alasan rendahnya produktivitas tersebut adalah kondisi lahan yang miskin bahan organik. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi jagung di lahan kering Kalimantan Selatan dapat ditingkatkan dengan penggunaan bahan organik. Peningkatan pemberian bahan organik ternyata mampu meningkatkan hasil jagung yang cukup tinggi dibandingkan cara petani. Kata kunci: bahan organik, jagung, lahan kering PENDAHULUAN Permintaan jagung terus meningkat karena komoditi ini memiliki multiperan, tidak hanya sebagai bahan pangan tetapi juga bahan baku industri pakan ternak, bahan ekspor non-migas, dan bahan untuk mendukung pengembangan industri. Peningkatan permintaan jagung tidak hanya terjadi di pasar domestik, di pasar dunia permintaan terhadap jagung juga meningkat yang ditunjukkan oleh tingginya angka impor dari beberapa negara importir utama seperti Jepang dan Korea Selatan. Peningkatan permintaan tersebut antara lain didorong oleh pertumbuhan jumlah penduduk, meningkatnya pendapatan per kapita dan membaiknya kesadaran masyarakat terhadap pangan yang beragam, bergizi dan berimbang, seperti berbagai produk olahan berbahan dasar jagung, daging ayam, telur dan sebagainya. Hal tersebut merupakan peluang bagi petani jagung Indonesia untuk terus berupaya meningkatkan produksi. Pemerintah telah memberikan perhatian yang besar terhadap upaya peningkatan produksi, melalui fasilitasi penelitian, program-program peningkatan produksi dan lainnya. Demikian juga di Kalimantan Selatan, peluang peningkatan produksi jagung masih terbuka. Peluang tersebut semakin lebar dengan berkembangnya industri pakan ternak berbahan dasar jagung dan perbaikan selera masyarakat terhadap konsumsi daging. Namun demikian, meskipun tersedia lahan yang cukup luas, upaya peningkatan produksi jagung di lahan kering Kalimantan Selatan terkendala oleh kondisi bio-fisik lahan yang kurang menguntungkan. Lahan-lahan kering sebagian besar berjenis Podsolik yang bereaksi masam dan banyak mengandung Al terlarut, miskin bahan organik dan unsur hara. Selain itu, sebagian petani masih mengusahakan jagung secara tradisional, dengan penggunaan varietas lokal produksi rendah, pengolahan tanah minimum dan pemupukan yang dilakukan seadanya tanpa memperhatikan kebutuhan hara tanaman. Dengan cara demikian, produktivitas pertanaman jagung hanya berkisar 0,9 – 2,0 ton per hektar. Dalam beberapa tahun terakhir, penggunaan varietas unggul komposit dan hibrida secara terus-menerus diperkenalkan melalui kegiatan penelitian dan berbagai program peningkatan produksi yang difasilitasi pemerintah dengan melibatkan petani secara langsung (partisipatif). Hasilnya dapat dilihat bahwa produktivitas pertanaman jagung di Kalimantan Selatan pada tahun 2004 mencapai 2,95 t/ha dan tahun 2005 sebesar 3,08 t/ha, jauh di atas produktivitas tahun-tahun sebelumnya. Keberhasilan peningkatan produktivitas tersebut bukan semata karena perluasan areal tanam, akan tetapi lebih kepada perbaikan teknik budidaya. Petani mulai menggunakan jarak
tanam yang dianjurkan atau populasi per hektar, pemupukan dan penggunaan bahan organik. Oleh karena itu, penggunaan bahan organik secara bertahap dalam usahatani jagung di lahan kering Kalimantan Selatan diperlukan dalam upaya peningkatan produksi. PRODUKSI JAGUNG DI KALIMANTAN SELATAN Jagung merupakan salah satu komoditas utama yang dikembangkan oleh Departemen Pertanian. Di Kalimantan Selatan, jagung diusahakan di seluruh kabupaten. Sentra produksi tanaman ini adalah Kabupaten Tanah Laut dan Kotabaru. Selama sepuluh tahun terakhir, meskipun luas panen dan produksi sedikit berfluktuasi, namun produktivitas pertanaman komoditi ini terus meningkat (Tabel 1). Tabel 1. Luas panen, produksi dan produktivitas jagung di Kalimantan Selatan, tahun 1997 2006 Tahun
Luas panen (ha)
Produksi (ton)
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 *
18,212 21,396 n.a 24,179 19.714 17.748 15.371 15.491 15.595 17.038
26,225 31,880 n.a 35,661 32.840 30.572 30.158 45.686 48.082 58.274
Produktivitas (t/ ha) 1,44 1,49 n.a 1,47 1,67 1,72 1,96 2,95 3,08 3,42
Sumber : Kalsel dalam angka 2005; Laporan Tahunan Dinas Pertanian Prov. Kalsel tahun 1997 – 2006 Keterangan : * angka sementara (ASEM)
Pada periode sebelum tahun 2004, peningkatan produksi jagung di Kalimantan Selatan diupayakan melalui peningkatan luas areal tanam dan panen. Melalui metode ini, jagung yang diusahakan petani belum disertai dengan pemberian pupuk secara seimbang dan pemeliharaan memadai. Demikian juga varietas yang ditanam oleh petani sebagian besar jagung lokal. Varietas unggul sebenarnya telah mulai digunakan, diantaranya Bisma (komposit), Bisi-2 dan Pioneer (Hibrida), namun belum dilakukan penanaman secara luas. Dari hasil wawancara dengan beberapa petani jagung di Kabupaten Tanah Laut, pemenuhan kebutuhan tanaman akan hara lebih mengandalkan ketersediaan hara dalam tanah, pemupukan hanya dilakukan seadanya. Padahal, secara umum kandungan N dalam tanah tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan optimal jagung (Badan Litbang Pertanian, 2005). Hasil penelitian oleh Buntan, dkk. (2004) pada MH 2003/2004, memperlihatkan bahwa pupuk Nitrogen memberikan sumbangan yang besar terhadap peningkatan produksi jagung. Penggunaan fosfor dan kalium juga meningkatkan hasil pipilan kering walaupun tidak sebesar sumbangan yang diberikan nitrogen. Pada tahun 2004 (Tabel 1), produksi jagung Kalimantan Selatan meningkat tajam 51,49 % dibandingkan produksi tahun 2003 dengan peningkatan luas panen hanya 0,78 %. Pada periode ini penggunaan varietas unggul, terutama hibrida, mulai ditanam secara luas oleh petani. Selain itu, teknik budidaya juga diperbaiki terutama dalam pemupukan dan pemeliharaan. Penggunaan varietas unggul, terutama unggul hibrida dan teknik budidaya yang baik terus dilakukan hingga saat ini. Produksi jagung pada tahun 2004 tersebut sebagian besar (> 65 %) disumbangkan oleh Kabupaten Tanah Laut. Pada tahun 2006, dari total produksi sebesar 58.274 ton, sebanyak 51.158 ton (87,78 %) merupakan konstribusi dari dua Kabupaten sentra yaitu Tanah Laut (68,73 %) dan Kotabaru (19,05 %) yang merupakan wilayah pengembangan jagung lahan kering. Keberhasilan peningkatan produksi tersebut dilakukan secara sinerji antara penambahan luas tanam dan penerapan teknologi yang lebih baik dan lebih tepat. Pemerintah daerah
Kabupaten Tanah Laut memfasilitasi usahatani jagung ini dengan membentuk Asosiasi Pengusaha Jagung Tanah Laut (APJATA). Asosiasi ini tidak hanya membantu petani selama proses budidaya (kultur teknis) tetapi hingga pasca panen dan pemasaran. PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK Pada lahan kering masam di Kabupaten Tanah Laut sebagai salah satu wilayah pengembangan jagung di luar jawa yang tanahnya Podsolik Merah Kuning (bereaksi masam dan banyak mengandung Al terlarut, serta miskin bahan organik dan unsur hara), budidaya jagung dengan pendekatan PTT mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani secara signifikan dibandingkan dengan cara budidaya petani setempat (excisting practices). Dengan pendekatan PTT, produktivitas meningkat dari 3,6 – 3,9 t/ha menjadi 6,1 t/ha. Komponen penting dalam teknologi PTT jagung adalah varietas unggul (toleran kemasaman tanah), benih berkualitas, populasi tanaman 66.000 per ha, pupuk kandang (1,5 t/ha) sebagai penutup benih dan penggunaan pupuk anorganik berdasarkan analisa tanah (Badan Litbang Pertanian, 2005). Lahan kering Kalimantan Selatan didominasi oleh jenis tanah Podsolik (PMK dan Komplek PMK). Jenis tanah ini selain memiliki tingkat keasaman tanah tinggi dan banyak mengandung Al terlarut, juga sangat miskin bahan organik dan unsur hara. Dari hasil analisa tanah yang dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat (Tabel 2), memperlihatkan bahwa selain bersifat asam (pH 4,4) lahan-lahan kering di Kalimantan Selatan juga memiliki kandungan bahan organik dan kandungan unsur fosfor yang tergolong rendah. Menurut Tisdale and Nelson (1985), selain sebagai penyumbang utama kemasaman dalam tanah, unsur Al juga sangat potensial mengikat unsur P di tanah masam menjadi bentuk yang tidak tersedia sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Sedangkan tanaman jagung sangat memerlukan unsur hara N dalam jumlah cukup untuk pertumbuhannya dan unsur hara P untuk pengisian biji.
Tabel 2. Hasil analisa tanah di lahan kering Kab. Tanah Laut dan Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan Nilai Jenis Penetapan Tanah Laut *) Banjarbaru **) Bahan organik - N-total (%) 0,27 0,16 - C organik (%) 3,13 2,18 Al-dd (me/100 gr) 1,55 1,05 pH (H2O) 4,27 4,41 P-Bray 1 (ppm) 18,39 13,26 Sumber : *) Zubachtirodin dkk (2005); **) Hasbianto A. (2002)
Di Kalimantan Selatan, tersedia cukup banyak sumber pupuk organik yang belum banyak dimanfaatkan untuk usahatani, seperti jerami padi, jagung, pupuk kandang, dan pupuk hijau. Selain bahan organik tersebut, fosfat alam seperti Guano dan rock fosfat juga mengandung P yang cukup tinggi dan dapat dijadikan sebagai alternatif penggunaan pupuk P kimia (Noor dan Ningsih, 2005). Pupuk kandang adalah jenis pupuk organik yang banyak digunakan oleh petani, hanya saja untuk tanaman pekarangan atau sayuran secara terbatas. Penggunaan dalam jumlah yang
lebih besar belum banyak dilakukan. Salah satu penyebab rendahnya penggunaan bahan organik adalah skala usaha yang relatif sempit dan pengetahuan petani yang terbatas. Namun demikian, petani Kalimantan Selatan secara bertahap mengenal dan menggunakan bahan organik, tidak hanya bahan dasar berupa pupuk kandang yang diambil dari kandang atau sisa pertanian berupa bahan tanaman tetapi sudah diolah menjadi bahan organik fermentasi. Salah satunya adalah kompos dan bokashi. Kompos dikenal lebih dulu dan mulai digunakan petani. Bokashi mulai digunakan oleh petani, salah satunya adalah pada areal pertanaman sayuran dan tanaman pangan lahan kering di wilayah transmigrasi Banjarbaru. Selain memberikan konstribusi terhadap penyediaan unsur hara, pupuk organik mempunyai fungsi yang penting untuk menggemburkan lapisan tanah permukaan, meningkatkan populasi jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air, yang keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah (Mul Mulyani Sutejo, 1995). Bahkan hasil penelitian Aida (1987), memperlihatkan bahwa pemberian bahan bahan organik akan meningkatkan berat pipilan kering jagung. Pada Tabel 3, hasil penelitian Noor dkk (1996) menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik mampu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Selain meningkatkan kandungan Corganik tanah, juga mampu meningkatkan kandungan unsur kalsium, kalium dan fosfor tanah serta menurunkan BD dan kandungan Al tanah. Kondisi demikian diperlukan tanaman, terutama selama fase vegetatif dan pengisian biji.
Tabel 3. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat fisik dan kimia tanah di lahan kering Kalimantan Selatan Jenis pupuk organik Tanpa pupuk Pupuk kandang Jerami padi Jerami jagung Jerami kacang tanah
2,07 2,36 2,68 2,28
3,29 4,14 3,36 4,64
K Me/100 g 0,23 0,32 0,36 0,28
2,15
3,63
0,30
C-org (%)
Ca
Al
P (ppm)
BD (g/cm3)
WHC (%)
2,11 1,63 2,02 1,58
14,23 21,20 16,22 17,19
1,19 1,14 1,05 0,99
42,44 42,72 43,20 46,04
1,89
21,96
1,09
45,58
Sumber : Noor dkk (1996)
Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hardjowigeno S. (1995), meskipun kandungan unsur hara dalam pupuk kandang tidak terlalu tinggi, tetapi jenis pupuk ini dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah seperti permeabilitas tanah, porositas tanah, struktur tanah, daya menahan air dan sebagainya. Kandungan unsur hara dalam beberapa jenis pupuk kandang dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan unsur hara dalam beberapa jenis pupuk kandang Kandungan unsur hara (%) Ternak N P2O5 Unggas (ayam) 1,70 1,90 Sapi 0,29 0,17
K2O 1,50 0,35
Kuda Babi Domba
0,44 0,60 0,55
0,17 0,41 0,31
0,35 0,13 0,15
Sumber : Hardjowigeno S. (1995)
Menurut Zubachtirodin, dkk (2005), pemanfaatan bahan organik (pupuk kandang) dalam usahatani jagung diperlukan untuk mengurangi konsumsi pupuk anorganik utamanya pupuk N, P dan K yang harganya semakin mahal. Selain itu, pemberian bahan organik (pupuk kandang, kompos jerami, fosfat alam dan biofosfat) selain mengurangi jumlah pupuk kimia yang digunakan juga dapat meningkatkan hasil jagung dari 2,5 t/ha menjadi 4,29 – 4,65 t/ha. Pemberian pupuk kandang 2,0 t/ha dan biofosfat dapat mengurangi penggunaan pupuk urea +SP36+KCl 50% dan meningkatkan hasil pipilan jagung 86% (Noor dan Ningsih, 2005). Pada tingkat penelitian, penggunaan bahan organik dapat meningkatkan produksi jagung secara nyata dibandingkan cara petani. Hasil penelitian Widodo S. (2000) di lahan kering Banjarbaru menunjukkan bahwa penggunaan bokashi akan dapat meningkatkan hasil jagung hingga 6,0 ton/ha dibandingkan tanpa bokashi hanya 2,5 ton/ha. Penelitian lebih lanjut oleh Hasbianto A (2002), dengan memberikan kombinasi pemupukan kimia dengan bokashi bahkan dapat meningkatkan hasil jagung hingga 7,5 ton/ha. Beberapa hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan dalam upaya peningkatan produksi jagung di lahan kering masam Kalimantan Selatan, diperoleh menyimpulkan agar dilakukan pemupukan secara seimbang sesuai kebutuhan hara tanaman dengan pemberian pupuk kimia berdasarkan analisa tanah dan disertai pemberian pupuk organik, terutama untuk memperbaiki kondisi (sifat) tanah. KESIMPULAN Produksi jagung di lahan kering Kalimantan Selatan dapat ditingkatkan melalui penerapan pendekatan PTT, terutama penggunaan varietas unggul adaptif dan pemupukan berimbang berdasarkan analisa tanah. Pemberian bahan organik diperlukan, terutama untuk memperbaiki sifat fisik tanah selain berkonstribusi terhadap ketersediaan unsur hara, sehingga pada akhirnya akan mengurangi konsumsi pupuk kimia (an-organik). DAFTAR PUSTAKA Aida MS. 1987. Pengaruh Kombinasi Pupuk Organik dan Kapur Terhadap produksi dan kandungan P dalam biji jagung pada tanah podsolik. Fakultas pertanian Unlam. Banjarbaru Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. prospek dan arah pengembangan agribisnis jagung. Departemen Pertanian. Jakarta Harjowigeno S., 1995. Ilmu Tanah. Edisi revisi. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta Hasbianto A. 2002. pengaruh dosis urea dan bokashi kotoran ayam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.) varietas Bisi-2. Fakultas pertanian Unlam. Banjarbaru Mul Mulyani Sutejo. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta Noor., Jumberi A. dan Ningsih. 1996. Peranan Pupuk Organik dalam meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering. Prosiding seminar teknologi sistem usahatani lahan rawa dan lahan kering. Balai penelitian lahan rawa. Banjarbaru Noor dan Ningsih. 2005. Pemanfaatan Pupuk Alternatif dalam Meningkatkan Hasil Jagung dan Pendapatan Petani di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Optimalisasi Teknologi
Kreatif dan Peran Serta Stakeholder dalam Percepatan Adopsi Inovasi Teknologi Pertanian. Pusat Analisis Kebijakan dan Sosial Ekonomi Pertanian dan BPTP Bali. Tisdale, S.L., W.L. Nelson and J.D. Beaton. 1985. Soil Fertility and Fertilizer. Four Edition Mac Millan Publ. Co. Inc. New york. Widodo S. 2000. Pengaruh Jenis dan Takaran Bokashi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tumpangsari antara Kedelai dan Jagung. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru Zubachtirodin, Agustina Buntan, Subandi. 2005. Efisiensi penggunaan pupuk N, P, K dan kombinasinya dengan pupuk kandang pada tanaman jagung di lahan kering masam kalimantan selatan. Prosiding seminar nasional pertanian lahan kering. Banjarbaru