1
PENGGUNAAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT UMUM KECAMATAN BIAU KABUPATEN BUOL Oleh Nurfariha G. Hamid Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Anggota Penulis: Dr. H. Dakia N. Djou, M.Hum (Anggota penulis I) Dr. Fatmah AR. Umar M.Pd (Anggota penulis II) ABSTRAK Hamid Nurfariha G. 2014. Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dr. H. Dakia Djou, M.Hum, dan Pembimbing II Dr. Fatmah AR. Umar, M.Pd. Permasalahan penelitian ini yakni : (1) bagaimana bentuk alih kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupten Buol? (2) bagaimana bentuk campur kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol? (3) faktorfaktor apa yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol?. Tujuan penelitian ini ada dua aspek yaitu umum dan khusus. Secara umum penelitian ini untuk memaparkan penggunaan alih kode dan campur kode. Secara khusus penelitian ini(1) mendeskripsikan bentuk alih kode di lingkungan rumah sakit
umum,(2)
mendeskripsikan bentuk campur kode di lingkungan rumah sakit umum, dan (3) mendeskripsikan faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode dan campur kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol. Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif pendekatan kualitatif. Data dan sumber data penelitian ini adalah data lisan yang dituturkan oleh informan yang
2
terdapat alih kode, campur kode dan faktor penyebab terjadinya alih kode dan campur kode. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari informan yang dipilih sebagai pengguna bahasa induk yaitu bahasa Buol (BB)yang berasal dari berbagai tempat yang berinteraksi dengan dua bahasa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung, teknik simak dengan teknik lanjutan yakni teknik simak libat cakap, teknik rekam,dan teknik catat. Dari data yang dianalisis menunjukan bahwa peristiwa tutur masyarakat di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol terjadi alih kode dan campur kode. Alih kode berupa peralihan bahasa Buol ke bahasa Indonesia, bahasa Buol ke bahasa Bugis yang terdiri dari bentuk perpindahan antarakode bahasa, dan antartingkatan tutur. Selanjutnya, campur kode berupa pencampuran bahasa Buol dan bahasa Indonesia, bahasa Buol dan bahasa Bugis, terdiri dari bentuk kata, frase, baster, perulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Faktor yang menyebabkan terjadinya alih kode adalah faktor perubahan situasi tutur, faktor kehadiran orang ketiga, dan faktor peralihan pokok pembicaraan. Faktor campur kode terdiri dari faktor lingkungan, faktor kebiasaan penutur dan faktor pendidikan. Kata Kunci : Alih kode, campur kode, Sosiolinguistik Rumah sakit umum Buol menjadi salah satu rujukan masyarakat dari berbagai macam suku yang ada di Kabupaten Buol untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Dengan demikian, rumah sakit umum tersebut merupakan tempat pertemuan masyarakat yang berasal dari berbagai suku dan berbagai bahasa daerah yang berbeda. Banyaknya kelompok masyarakat dari berbagai suku yang hadir di rumah sakit umum dengan berbagai macam bahasa yang berbeda mengakibatkan banyaknya variasi bahasa yang terjadi dalam karakteristik yang berbeda pula. Masyarakat pendatang di daerah Buol tersebut dapat disebut sebagai masyarakat yang dwibahasawan. Sebab bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari, adalah bahasa daerah masing-masing penutur dan bahasa Indonesia (BI). Gejala pengguna bahasa ini akan lebih rumit lagi jika mereka memasukkan unsurunsur bahasa lain selain kedua bahasa tersebut dalam berinteraksi. 3
Dalam masyarakat yang bilingual maupun multilingual sering terjadi peristiwa alih kode dan campur kode. Kenyataannya bahwa di dalam masyarakat yang demikian itu tidak mungkin seorang penutur hanya menggunakan satu bahasa saja tetapi menggunakan unsur bahasa lain atau memanfaatkan ragam dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain dalam proses komunikasinya. Pengertian Alih Kode Alih kode adalah salah satu gejala kebahasaan yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pateda (2008: 127) berpendapat bahwa peralihan kode merupakan peristiwa kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksteren pada pembicara dan pendengar yang lebih banyak karena pertimbangan sosiokulturalsituasional. Bentuk- Bentuk Alih Kode Rahardi (2001: 105-106) Bentuk alih kode juga, dapat berupa perpindahan antarkode bahasa dan antartingkatan tutur. Perpindahan antarkode bahasa misalnya terjadi antara bahasa Buol dan bahasa Indonesia, antarbahasa Buol dan bahasa Bugis. Selanjutnya, tingkat tutur dapat dikatakan berupa sistem kode dalam suatu masyarakat tutur. Rahardi (2001:53) mengatakan bahwa, “Pada umumnya di dalam sebuah bahasa terdapat cara-cara tertentu untuk menentukan perbedaan sikap hubungan antara penutur dengan mitra tutur dalam bertutur”. Sikap hubungan itu biasanya bervariasi dan sangat ditentukan oleh tingkatan sosial para peserta tutur itu sendiri, dengan kata lain, sebenarnya bentuk tingkat tutur itu secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua, yakni bentuk hormat dan bentuk biasa. Faktor- Faktor Penyebab Alih Kode Kalau kita menelusuri penyebab terjadinya alih kode, maka kita kembalikan kepada pokok persoalan sosiolinguistik seperti yang dikemukakan Fishman (dalam Pateda, 1987: 86) yaitu siapa yang berbicara dan pendengar, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan dengan tujuan apa.
4
Pengertian Campur Kode Chaer dan Agustina (1995:114) menjelaskan bahwa campur kode adalah pemakaian dua bahasa atau lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam suatu masyarakat tutur, di mana salah satu merupakan kode utama atau kode dasar yang digunakan yang memiliki fungsi dan keotonomiannya, sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu hanyalah berupa serpihan-serpihan saja. a. Bentuk- Bentuk Campur Kode Suwito (dalam Pateda dan Yennie, 2008: 131-132) berpendapat bahwa, wujud campur kode dapat dibagi atas: a. Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Kata b. Penyisipan Unsur- Unsur yang Berwujud Frase; c. Penyisipan Unsur -Unsur yang Berwujud Baster; d. Penyisipan Unsur-Unsur yang Berwujud Perulangan Kata; e. Penyisipan Unsur- Unsur yang Berwujud Ungkapan atau Idiom, f. Penyisipan Unsur- Unsur yang Berwujud Klausa. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Campur Kode Peristiwa campur kode juga terjadi berdasarkan faktor situasi dan kebiasaan. Hal ini seperti yang dikemukakan Nababan (1984:32), bilamana seorang mencampur dua kode atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak bahasa tampak ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Dalam keadaan demikian, hanya kesantaian penutur dan atau kebiasaannya yang dituruti. Bilingualisme dan Multilingualisme Nababan (dalam Suwandi, 2008: 3) membedakan istilah ‘bilingualisme’ dan ‘bilingualitas’. Bilingualisme adalah kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain, sedangkan ‘bilingualitas’ adalah kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk menggunakan dua bahasa. Multilingualisme dalam bahasa Indonesia disebut dengan keanekabahasaan yakni penggunaan lebih dari dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian. 5
Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah (1)Mendeskripsikan bentuk penggunaan alih kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol. (2) Mendeskripsikan bentuk penggunaan campur kode di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol. (3)Mendeskripsikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penggunaan alih kode dan campur kode di lingkungan rumah sakit umum. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya hasil pengumpulan data yang telah dilakukan oleh penulis Arikunto (2010: 234). Sedangkan pendekatan kualitatif menurut Bodgan dan Taylor (dalam Maleong, 2008:4) adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode deskriptif dipilih oleh penulis karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai peristiwa penggunaan dua bahasa pada individu atau kelompok-kelompok tertentu. Bentuk Alih Kode Bahasa Buol (BB) ke Bahasa Indonesia (BI) 1) Bentuk Perpindahan Antarkode Bahasa (Data 1)P1 : Nongoyo peema tii, ma? (Kenapa lagi ini, ma?) P2 : Too utatum, nipogumanon nailon momonggatagi ,diila kotauan kama mongoyo-ngoyo aagi adoyan diila malri tetu masala peema, Eh Sam, coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa? (Itu kakakmu, sudah dibilang tidak usah berangkat kemari ,tidak tahu ada apa-apa di jalan, bukan jadi satu masalah lagi! Eh Sam, coba kau sms tantemu barangkali jadi rapat hari ini di kantor desa?) P1 : Kuani taante kongino, rapaato tatapo mojadi, ma ! (Kata tante tadi, rapat tetap jadi, ma!) 2) Bentuk Perpindahan Antartingkatan Tutur (Data 2)P1: Kodoyo arisano desa koyaung? noko cabu iko? (Bagaimana arisan desa kemarin! dapat cabut kau?) P2: Diila ina kaati, diapo rojiki! ti Mari tan kocabu koyaung! (Tidak ibu kasihan, belum rejeki! Si Mari yang dapat cabut kemarin!) P1 : Aaku kama dukomonuan mokocabu arisano! (Saya barangkali kapan dapat cabut arisan!) 6
P3 : Permisi! bu mau tanya ruangannya dokter Maryati Ismail di sebelah mana-e? P1 : Oh, napa di sebelah sana bu ruangannya, ibu masuk saja ada beliau di dalam! P3 : Terimakasih ya Bu? P1 : Oh iya bu sama-sama! Bentuk Alih Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Bugis (BBg) 1) Bentuk Perpindahan Antarkode Bahasa (Data 3)P1 : Tilo dagi maino tia Pa? (asli dari mana ini Pak?) P2 : Dagi Makasar kebetulano noroelon mea aripu, buayiku tilo aatia, bodu maafo tia Bu, iye halo engka mofaka di rumah saki’e, iye cinapi u’jokka kuro! Ok De marigaga! Walaikum salam! (Dari Makasar kebetulan sudah lama tinggal di Buol, istriku orang ini! mohon maaf ini Ibu! Iya halo, walaikum salam! masih di rumah sakit sekarang, iya nanti saya segera kesana! Ok tidak apa-apa!Walaikum salam!) P1 : Berarti noranjayon mobahasa buoy tia pak-e? (Berarti sudah lancar berbahasa Buol ini pak-e?) P2 : Hehe, diila boti moranjayo koyo, bu! Mopormisipo tia bu-e? (Hehe, tidak terlalu lancar juga, bu! Mau permisi dulu bu-e?) P1 : Oh, iyo! 2) Bentuk Perpindahan Antartingkatan Tutur (Data 4)P1 : Itaimoo giginit pak? (Siapa yang sakit pak?) P2 : Monugongu mogiginit! Too durawaton aruango VIP! (Mertuaku sakit! Itu sedang di rawat di ruangan VIP! P3 : Daeng, isuroki ri inorena kiruanganna makkukuwe! (Kakak, disuruh tante keruangan sekarang?) P2 : Magaki’? (Ada apa?) P3 : De wissengi! (Tidak tahu!) Bentuk Campur Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Indonesia (BI) 1) Bentuk Campur Kode Kata (Data 5)P1 : Ponganopo?aaku maa apotik paagi! (Makan dulu? Saya mau ke apotik dulu!) P2 : Sudayon! (Sudah selesai!) P1 : Nai koreonge monginum obat pokorutine! (Jangan lupa minum obat dikasih rutin!) P2 : Oh iyo, nai moroe aagi-e? (Oh iya, jangan lama juga-e? 7
2) Bentuk Campur Kode Frase (Data 6) P1 : Ida, Pa bolre agi nitanteemu, noyavungon pakain kotor! Pipie paagi diauon kuurion papamu! (Ida, pergi ke rumahnya tantemu, sudah banyak pakaian kotor! Cuci dulu tidak ada yang di pakai bapakmu?) P2 : Londrianon, ma eh! (Di loundri saja, ma eh!) P1 : Kuanum boi doi bodupuyutonagi! (Kamu kira uang tinggal di pungut kemari!) 3) Bentuk Campur Kode Baster (Data 7)P1: Mogile tuyung tia maari? aaya pagi unggag inumon aaku digayas doka-e? (Meminta tolong ini boleh? Ambilkan air minum saya di gelas besar-e?) P2: Maari yaut! (Boleh sekali!) P1: Mopokako yaut tia buyoko! (Haus sekali ini leher!) 4) Bentuk Campur Kode Perulangan Kata (Data 8)P1: Nongo durakayon minda anak- anak buayimu -e? (Sudah besar semua anak-anak perempuanmu-e?) P2 : Oo, kaati, diila korasaanak! (Oo, tidak terasa kesana!) 5) Bentuk Campur Kode Ungkapan atau Idiom (Data 9)P1 : Ajal manusia diila uwon tamtotau, taada nio dakoto minda! (Ajal manusia tidak ada yang tahu, semua pas ti kembali padanya!) P2 : Iyo tutu, taandanio rahasiano kayangan! (Iyo betul, semuanya rahasia tuhan!) 6) Bentuk Campur Kode Klausa (Data 10)P1 : Nokoponuyon kaati taaitoyu tidak tau kapan mopuli! (Bikin sayang kasihan orang tuaku tidak tahu kapan sembuh!) P2 : Sabaro ina pogile du’a tayutayu kayangan! Pogile taitoyum inggat mopuli! (Sabar bu, minta doa menghadap tuhan! Semoga orang tuamu cepat sembuh! P1 :Amiin! (Amin!) Bentuk Campur Kode Bahasa Buol (BB) dan Bahasa Bugis (BBg) 1) Bentuk Campur Kode Kata (Data 11) P1 : Daeng ni inputumon data koyaung? (Kakak sudah kau input data kemarin?) P2 : sudayon! (Sudah!) 2) Bentuk Campur Kode Frase 8
(Data 12)P1 :Ondonge paagi dombeti mama abolre? (Lihat kemari dompetnya mama di rumah?) P2 : Dutian aduayom karanjeng maloppo a lamari! (Cari di dalam keranjang besar di almari!) P1 : Agu diila motapuyu Ma? (Kalau tidak saya dapat, Ma?) P2 : SMS-e agi ti mama! (SMS kemari si mama!) 3) Bentuk Campur Kode Baster (Data 13)P1 : Anakitai to diriwa kunii Bu Irna? (Anaknya sapa dipangku sama Bu Irna?) P2 : Oo anakio! (Oo Anaknya!) 4) Bentuk Campur Kode Perulangan Kata (Data 14)P1 : Diila mogiginit tio ya’jai peema too gugutuanio-e! (Tidak sakit dia pura- pura lagi itu kerjaannya!) P2 : Wee, tutu mogiginit tio kaati, iko tii! (Wee, betul sakit dia kasihan, kau ini!) P1 : Yah, kotanun tio kodoyo! (Yah! taulah dia bagaimana!) 5) Bentuk Campur Kode Ungkapan atau Idiom Data 14)P1 : Oh, kaati nden susayon tia tutumuyu! (Oh, kasian sangat susah ini hidupku!) P2 : Kokodotoono tutumuy ouyo kalanio ri yase’ kadang koyo apanau! (Sabar! Sudah begitu hidup ada kalanya di atas kadang pula di bawah!) 6) Campur Kode Dalam Bentuk Klausa P1 : Dagi komonu irujuko, ondo irujuk dako maino kaati ti Salu? (Dari kapan di rujuk, terus di rujuk ke mana kasian si Salu?) P2 : Dagi iwenni arewengna kuanio irujuko dako Makasar! (Dari kemari sore katanya dirujuk ke Makasar!) Bentuk Penggunaan Alih Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol Dengan demikian, hal ini disesuaikan dengan teori yang dikemukakan oleh Rahardi, bahwa dalam bentuk alih kode adalah berupa perpindahan antar kode bahasa dan antartingkatan tutur pada analisis data percakapan yang dikemukakan dalam aspek penelitian ini. Oleh karena itu, penyesuaian antara teori yang ada dengan penelitian ini bahwa pada bentuk perpindahan antar kode bahasa dan antartingkatan tutur ini, merupakan peralihan bahasa yang sering digunakan oleh masyarakat tutur di 9
lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol yakni, pada pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kabupaten Buol. Berdasarkan hasil penelitian penggunaan dua bahasa pada data percakapan alih kode, terjadi ke dalam beberapa bentuk peralihan bahasa yang digunakan oleh masyarakat pengunjung/ pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol yang diklasifikasikan kedalam dua bentuk peralihan bahasa yaitu bahasa Buol yang beralih ke bahasa Indonesia, dan bahasa Buol yang beralih ke bahasa pada masyarakat tutur yang menguasai dua atau lebih bahasa di rumah sakit umum daerah Kabupaten Buol. Bentuk Campur Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol Dengan teori yang digunakan oleh Suwito (dalam Pateda dan Yeni), bahwa campur kode dibagi ke dalam bentuk kata, frase, baster, perulangan kata, ungkapan atau idiom, dan klausa. Oleh karena itu, teori yang kemukakan oleh Suwito (dalam Pateda dan Yeni), merupakan teori yang digunakan oleh peneliti dalam mengungkapkan bentuk campur kode pada masyarakat pengunjung/pembesuk di lingkungan rumah sakit umum Kabupaten Buol. Berdasarkan hasil penelitian, pada data percakapan campur kode, terlihat bahwa bentuk pencampuran bahasa pada masyarakat tutur di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol, sebagian besar merupakan masyarakat pendatang dari berbagai suku, salah satunya yaitu masyarakat suku Bugis yang sering pula pencampuran bahasa dari kode bahasa yang satu ke bahasa yang lain yakni bahasa Buol dan bahasa Indonesia, bahasa Buol dan bahasa Bugis. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Alih Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol Oleh karena itu, yang menyangkut pada data percakapan sebelumnya yakni mengenai alih kode bahwa yang terlihat pada data percakapan masyarakat pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan situsi tutur dan perubahan pokok
10
pembicaraan di karenakan penutur teringat sesuatu yang belum sempat di kerjakannya. Hal ini pula, bahwa peralihan bahasa yang dipaparkan di dalam data percakapan masyarakat pengunjung/pembesuk orang sakit di rumah sakit umum mengenai peralihan kode bahasa juga di pengaruhi oleh hadirnya orang ketiga dalam pembicaraan, biasanya orang pertama dalam pembicaraan beralih menggunakan bahasa yang di kuasai orang ketiga, karena untuk menetralisasi atau untuk menghormati hadirnya orang ketiga tersebut.
Faktor- Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Campur Kode di Lingkungan Rumah Sakit Umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol Pada data percakapan sebelumnya, yang membahas tetang faktor yang mempengaruhi campur kode yaitu karena adanya kebiasaan berbahasa yang di bawah dari kebiasaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, pergaulan yang sering menggunakan bahasa ibu atau bahasa daerah. Salah satu contoh yang menjadi kebiasaan di lakukan masyarakat tutur di lingkungan rumah sakit biasanya di warnai oleh beberapa faktor kebiasaan yang sering kali di dengar di lingkungan rumah sakit umum, salah satunya yaitu, seperti kata dokter, suster, obat, jarum, sehat, dan lain sebagainya. Hal ini, menggambarkan bahwa
kata- kata yang di ambil peneliti
tersebut merupakan suatu kebiasaan penutur dalam berkomunikasi di lingkungan rumah sakit umum Kabupaten Buol. Berdasarkan hasil dalam pembahasan di atas maka secara garis besar yang di tinjau dari segi penggunaan AK dan CK di lingkungan rumah sakit umum Kecamatan Biau Kabupaten Buol, dapat di lihat dari bentuk alih kode bahasa Buol (BB) ke bahasa Indonesia (BI) digolongkan menjadi,(a) kode dalam bentuk perpindahan antarkode bahasa,(b) alih kode dalam bentuk antartingkatan tutur. Kemudian pada bentuk alih kode bahasa Buol (BB) ke bahasa Bugis (BBg), digolongkan menjadi alih kode dalam bentuk perpindahan antarkode bahasa dan alih kode dalam bentuk antartingkatan tutur. Bentuk campur kode bahasa Buol (BB) dan bahasa Indonesia (BI), yang digolongkan menjadi, bentuk campur kode kata, frase, baster, perulangan 11
kata, ungkapan atau idiom, klausa. Kemudian bentuk campur kode bahasa Buol (BB) dan bahasa Bugis (BBg), digolongkan menjadi, bentuk campur kode kata, frase, baster, perulangan kata, ungkapan atau idiom, kode klausa. Di lihat dari faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya AK yaitu dipengaruhi oleh faktor situasi tutur, faktor kehadiran orang ketiga, faktor perubahan pokok pembicaraan. Sedangkan untuk faktor yang menyebabkan terjadinya CK ditemukan yaitu faktor lingkungan kebiasaan penutur dan faktor pendidikan. Penelitian ini menyarankan agar penelitian- penelitian berikutnya yang mengkaji penggunaan AK dan CK dilingkungan rumah sakit umum yang membahas tentang bentuk- bentuk AK dan CK dalam bahasa Indonesia, bahasa Buol, dan bahasa Bugis. Oleh karena itu, penelitian penggunaaan dwibahasa pada masyarakat tutur ini masih perlu ditindak lanjuti tetapi, diharapkan kepada para peneliti selanjutnya dapat membahas masalah lain untuk mengkaji kembali dalam bentuk morfologi, sintaksis maupun sosiolinguistik tersebut dan di bahas lebih dalam lagi. Arikunto, Suharsimi. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Chaer Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal . Jakarta: PT Rineka Cipta Maleong Lexy J. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakarya Nababan, P,W.J. 1984. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Gramed Pustaka Pateda Mansoer dan Yennie P. 2008. Sosiolinguistik. Gorontalo Viladan. 1987. Sosiolinguistik. Bandung. PT. Angkasa 2008. Linguistik. Gorontalo Viladan. Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik : Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Suwandi Sarwiji. 2008. Serbalinguistik: Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa. Surakarta: PT UNS (UNS Press).
12