ALIH KODE DAN CAMPUR KODE PERCAKAPAN MAHASISWA DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PEKALONGAN Erwan Kustriyono, M. Chamdi Rochmat (PBSI-FKIP-Universitas Pekalongan) Abstract Language is the most effective tool in the delivery of the message to others or hearer. The use of language in the conversation appears a message which is conveyed to the opponent's speakers said. Conversations involving speakers and hearer will bring up the code-switching and code-mixing. These codes appear in the conversation conducted by University students that occurred in Pekalongan University library. There are many factors that affect the transfer of those codes. The factors that cause dominant codeswitching in conversation at the library of the Pekalongan University are that the hearer factors and subject. Meanwhile, the dominant linguistic elements of code-mixing obtained in the conversation in the library of the Pekalongan University is the intangible elements of the inserted words and inserted phrases. Keywordsi: code-switching, code-mixing and conversation
pesan yang ingin disampaikan secara
PENDAHULUAN Bahasa
dan
masyarakat
spontan dan tanpa proses
edit.
merupakan dua bagian yang tidak
Sebagai alat komunikasi dan alat
dapat terpisahkan dalam kehidupan
interaksi yang hanya dimiliki oleh
sehari-hari.
manusia maka bahasa memilki peran
Masyarakat
erat
kaitannya dengan bahasa, begitupun sebaliknya bahasa melekat
penting dalam masyarakat.
pada
Bahasa merupakan alat yang
masyarakat. Di dalam masyarakat
paling efektif dalam penyampaian
ada interaksi sosial yang terjadi
pesan kepada orang lain atau mitra
dalam
tutur.
kehidupan
sehari-hari,
Di
dalam
percakapan
interaksi tersebut dapat berupa lisan
menggunakan bahasa ini muncul
maupun tulis. Pada umumnya bahasa
pesan
yang natural atau alami adalah
penutur kepada lawan tutur. Maka
bahasa atau interaksi dalam bentuk
berdasarkan pada deskripsi tersebut
lisan atau percakapan, karena di
penggunaan
dalamnya
masyarakat
terdapat
maksud
atau
yang
ingin
disampaikan
bahasa dapat
dikaji
dalam secara
7
internal dan eksternal. Internal yaitu
dalam
kajian berdasarkan interen bahasa
Sedangkan bahasa pertamnya adalah
saja, yaitu yang melekat pada bahasa
bahasa daerah, dalam makalah ini
tersebut. Sedangkan kajian secara
adalah bahasa Jawa. Maka dalam
eksternal
percakapan
yaitu
kajian
yang
masyarakat
di
atau
Indonesia.
dialog
di
melibatkan hal-hal yang berada di
masyarakat sering menggunakan dua
luar bahasa yang berkaitan dengan
bahasa
pemakaian
mempermudah
bahasa
itu
dengan
secara
sekaligus
untuk dalam
kelompok masyarakat dimana bahasa
menyampaikan pesan dari penutur
itu digunakan.
kepada lawan tutur. Yaitu dengan
Bahasa di dalam masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia dan
memiliki fungsi yang sangat luas.
bahasa
Menurut Chaer dan Agustina (2004:
maupun
14) fungsi bahasa adalah alat untuk
menggunakan
berinteraksi
untuk
bahasa Indonesia saja. Maka sering
berkomunikasi, dalam arti alat untuk
terjadi adanya percampuran antara
menyampaikan
gagasan,
bahasa Jawa dan Indonesia. Dalam
konsep, dan juga perasaan. Sehingga
keadaan kedwibahasaan ini maka
peran
munculah istilah Alih Kode
atau
alat
pikiran,
bahasa
dalam
kehidupan
Jawa
secara
secara bahasa
bersamaan Jawa
dan
Campur
tergantikan.
(1985) apabila terdapat dua bahasa
masyarakat
Suwito
dituntut untuk menggunakan bahasa
atau
degan bijaksana supaya pesan yang
bergantian oleh penutur yang sama
ingin disampaikan dapat dengan
akan
mudah diterima oleh orang lain.
Sehingga terjadilah adanya campur
Penggunaan bahasa dalam kehidupan selamanya
sehari-hari menggunakan
tidak
lebih
Menurut
atau
masyarakat sangat penting dan tidak Maka
Kode.
bergantian
digunakan
terjadilah
secara
kontak
bahasa.
kode dan alih kode tersebut. Dalam kondisi
yang
demikian
maka
bahasa
terjadilah peristiwa saling kontak
Indonesia yang baik dan benar,
antara bahasa yang satu dengan
karena
bahasa
bahasa
Indonesia
pada
umumnya merupakan bahasa kedua
contacts)
yang
lainnya dalam
(language peristiwa
8
komunikasi. Alih kode dan campur
terjadi antarbahasa daerah dalam
kode selalu melekat pada kehidupan
suatu bahasa nasional, antardialek
sehari-hari
dalam satu bahasa daerah, atau
terutama
dalam
percakapan dengan orang lain.
antara beberapa ragam dan gaya
Menurut Suwito (1985: 68)
yang terdapat dalam suatu dialek.
alih kode adalah peristiwa peraliha
Adapun yang dimaksud alih kode
dari kode satu ke kode yang lainnya.
ekstern (external code switching)
Apabila seorang penutur semula
adalah peralihan bahasa yang terjadi
menggunakan menggunakan kode A
antara bahasa dasar (base language)
(misalnya
dengan bahasa asing.
bahasa
Indonesia),
kemudian beralih menggunaka kode
Diperkuat oleh Suwito (1985:
B (misalnya bahasa Jawa), maka
72-73) bahwa alih kode adalah
peristiwa peralihan bahasa seperti ini
peristiwa
disebut
kode.
disebabkan oleh faktor-faktor luar
Sedangkan menurut Appel (dalam
bahasa, terutama faktor-faktor yang
Chaer dan Lionie Agustina, 2004:
sifatnya sosio-situasional. Beberapa
107) alih kode (code switshing)
faktor
adalah sebagai ”Gejala peralihan
penyebab terjadinya alih kode adalah
pemakaian
penutur,
sebagai
alih
bahasa
karena
berubahnya situasi”. Sejalan Rahardi
(2001:
Chaer,
untuk
biasanya
mitra
tutur,
menjadi
hadirnya
menyatakan
(topik), untuk membagkitkan rasa humor dan untuk sekadar gengsi
bahwa alih kode adalah peristiwa umum
yang
yang
penutur ketiga, pokok pembicaraan
pendapat 20)
kebahasaan
menyebutkan
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pergantian atau peralihan pemakaian
alih kode
adalah peralihan dari
dua bahasa atau lebih, beberapa
bahasa
satu
variasi dari satu bahasa, atau bahkan
dengan
beberapa gaya dari suatu ragam.
faktor
Beliau juga menyebut apa yang
adalah adanya penutur, mitra tutur,
disebut dengan alih kode intern
hadirnya
(internal code switching) yakni yang
pembicaraan, untuk membangkitkan
ke
bahasa
lainnya
tujuan
tertentu.
Adapun
yang
mempengaruhinya
penutur
ketiga,
pokok
9
rasa humor, dan untuk sekadar
diungkapkan dalam bahasa lain.
gengsi.
Sedangkan menurut Nababan (dalam Suwito (985: 75) menjelaskan
Suwandi, 2008: 87) menyatakan
aspek dari saling ketergantungan
bahwa campur kode mengacu pada
(language
dalam
suatu peristiwa penutur mencampur
ialah
dua (atau lebih) bahasa atau ragam
kode.
bahasa dalam suatu tindak bahasa
Apabila di dalam alih kode fungsi
(speech act atau discourse) tanpa ada
konteks
situasi
sesuatu dalam situasi berbahasa itu
merupakan ciri-ciri ketergantungan,
yang menuntut pencampuran bahasa
maka di dalam campur kode ciri-ciri
itu.
dependency)
masyarakat
multilingual
terjadinya
gejala
dan
campur
relevansi
ketergantungan ditandai oleh adanya hubungan
diperkuat
oleh Kridalaksana (1993: 35) yang
kebahasaan.
menyatakan bahwa campur kode
Campur kode terjadi begitu saja
(code mixing) adalah penggunaan
tanpa motivasi yang jelas dan faktor
satuan bahasa dari satu bahasa ke
penyebab yang jelas pula. Campur
bahasa lain untuk memperluas gaya
kode pada umumnya terjadi karena
bahasa atau ragam bahasa, termasuk
faktor kebiasaan.
di dalamnya pemakaian kata, klausa,
dan
Sejalan
balik
tersebut
antara
peranan
timbal
Pendapat
fungsi
pednapat
idiom, sapaan. Sedangkan menurut
tersebut, Subyakto (dalam Suwandi,
Sumarsono dan Paina (2002, 202-
2008:
bahwa
203), campur kode serupa dengan
campur kode ialah penggunaan dua
apa yang dahulu pernah disebut
bahasa atau lebih atau ragam bahasa
interferensi dari bahasa yang satu ke
secara santai antara orang-orang
bahasa yang lain. Dalam campur
yang kita kenal dengan akrab. Dalam
kode penutur menyelipkan unsur-
situasi berbahasa berbahasa yang
unsur bahasa lain ketika sedang
informal ini, dapat dengan bebas
memakai bahasa tertentu. Dalam
dicampurnya
atau
bahasa tulis, unsur-unsur itu biasanya
ragam bahasa; khususnya apabila ada
diberi garis bawah atau dicetak
istilah-istilah
miring,
87)
dengan
menyatakan
kode
yang
(bahasa
tidak
dapat
untuk
menunjukkan
si
10
penulis
menggunakannya
secara
campur
kode
adalah
adalah
sadar. Sedangkan Suwito (dalam
penggunaan dua bahasa atau lebih
Wijana dan Muhammad Rohmadi,
dalam
2006:
berabahasa,
171)
menyatakan
bahwa
percakapan atau kegiatan
campur kode adalah suatu keadaan
tersebut
berbahasa
menggunakan
bilamana
orang
adapun
dapat
dua
bahasa
diselipkan bahasa
ketika tertentu,
mencanpur dua atau lebih bahasa
dengan tujuan untuk mengakrabkan
dengan saling memasukkan unsur-
atau mencairkan suasana, serta biasa
unsur bahasa yang satu ke dalam
campur
bahasa yang lain, unsur-unsur yang
komunikasi
menyisip
sudah dikenal akrab atau dekat.
tersebut
tidak
lagi
memnpunyai fungsi sendiri.
kode
digunakan
dengan
dalam
orang
yang
Adapun gaya bahasa atau ragam
Ditinjau dari wujud lingualnya, bagian bahasa yang diperoleh bahasa
bahasa berupa kata, klausa, idiom, sapaan, dan lain sebagainya.
lain dapat berupa kata-kata, tetapi
Alih kode dan campur kode
dapat juga berupa frasa atau unit-unit
ini juga terjadi di dalam percakapan
bahasa yang lebih besar. Wujud
di
campur kode menurut Suwito (1985:
Pekalongan. Mahasiswa Universitas
79) dapat dibedakan berdasarkan
Pekalongan melakukan percakapan
unsur-unsur kebahasaan yang terlibat
di dalam perpustakaan, sehingga
di dalamnya. Adapun unsur-unsur
dapat diambil tindak tutur atau
yang terlibat di dalamnya adalah (1)
percakapan pada saat berada di
unsur yang berwujud kata yang
dalam
disisipkan, (2) frasa yang disisipkan,
Pekalongan. Mahasiswa ini berada di
(3) bentuk baster yang disisipkan, (4)
dalam kondisi antara situasi formal
perulangan kata yang disisipkan, (5)
dan non formal, sehingga bahasa
ungkapan
yang
atau
idiom
yang
perpustakaan
Universitas
perpustakaan
digunakan
Universitas
kadang
disisipkan, dan (6) klausa yang
menggunakakan
disisipkan.
(Jawa), serta menggunakan bahasa
Dari pendapat para ahli di atas maka
dapat
disimpulkan
bahwa
bahasa
kala
Indonesia,
bahkan
menumbuhkan
sikap
daerah
untuk akrab
dan
11
komunikatif anatrmahasiswa maupun
mahasiswa yang ada di perpustakaan
dengan
Universitas
petugas
perpustakaan
Pekalongan.
digunkanlah bahasa Indonesia dan
diperoleh
bahasa Jawa, sehingga terjadilah alih
percakapan mahasiswa pada waktu
kode dan campur kode.
tertentu, dalam hal ini pengamatan
Berdasarkan pada deskripsi tersebut dalam
maka rumusan masalah artikel
bagaimanakah
ini
adalah
alih
kode
1)
dalam
percakapan atau tindak tutur yang terjadi di perpustakaan Universitas Pekalongan?
2)
tindak
tutur
yang
terjadi
perpustakaan Pekalongan?
di
Universitas Sejalan
dengan
rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam makalah ini adalah 1) mendeskripsikan alih kode dalam percakapan atau tindak tutur yang
terjadi
Universitas
di
perpustakaan
Pekalongan,
percakapan atau tindak tutur yang terjadi di perpustakaan Universitas Pekalongan.
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah desktiptif kualitatif. Dengan data dan sumber data
berasal
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Alih kode (AK) dalam percakapan atau tindak tutur yang terjadi di perpustakaan Universitas Pekalongan. Alih kode yang dominan atau sering digunakan dalam percakapan mahasiswa
di
perpustakaan
Universitas Pekalongan adalah pada umumnya disebabkan oleh penutur, mitra tutur, hadirnya penutur ketiga, pokok
pembicaraan,
untuk
membangkitkan rasa humor, dan untuk sekadar gengsi. a. Penutur Seorang kadang
dengan
penutur
kadang-
sadar
berusaha
beralih kode terhadap lawan tuturnya kerena
sesuatu
maksud.
Dalam
percakapan di dalam perpustakan
METODE PENELITIAN Metode
kerja.
2)
mendeskripsikan campur kode dalam
mengamati
dilakukan hanya dalam satu hari jam
bagaimanakah
campur kode dalam percakapan atau
degan
Data
dari
Universitas Pekalongan tidak ada faktor penyebab alih kode yang disebabkan oleh penutur. b. Mitra tutur
percapakan
12
Setiap
penutur
pada
c. Hadirnya penutur ketiga
umumnya ingin mengimbangi bahasa
Dua orang yang berasal dari
yang digunakan oleh mitra tuturnya.
kelompok etnik yang sama pada
Dalam masyarakat multi lingual
umumnya saling berinteraksi dengan
seorang
harus
bahasa kelompok etniknya. Tetapi
beralih kode untuk menyesuaikan
apabila kemudian hadir orang ketiga
mitra tutur yang dihadapinya. Dalam
dalam pembicaraan itu, dan orang itu
hal ini mitra tutur dapat dibedakan
berbeda latar bahasanya, biasanya
menjadi dua golongan yaitu: (1) O2
dua orang yang pertama beralih kode
yang berlatarbelakang kebahasaan
ke bahasa yang dikuasai oleh oarang
sama dengan penutur, dan (b) O2
ketiga. Hal itu dilakukan untuk
yang berlatarbelakang kebahasaaan
netralisasi
berlainan dengan penutur. Yang
menghormati hadirnya orang ketiga
dominan dalam mitra tutur ini adalah
tersebut. Faktor berkaitan dengan
O2
belakang
hadirnya penutur ketiga tidak di
dengan
ketemukan dalam data percakapan
penutur
yang
kebahasaan
mungkin
berlatar yang
sama
situasi
dan
penutur. Adapun datanya adalah
yang diguakan.
sebagi berikut:
d. Pokok pembicaraan
sekaligus
Eh mbak Dwi, kae Flasdise
Pokok pembicaraan merupakan
tak scan nganggo Avira ya
faktor dominan dalam menentukan
neng leptopmu. (DT. 1)
terjadinya
O…punyane mbak Dwi to
pembicaraan dibedakan menjadi dua,
sing ameh di scan, ngowo
pokok pembicaraan bersifat formal
avira kan wis ndek wingi. Yo
dan
wis gak apa kan masih aktif
pembicaraan ini juga memegang
to, yang penting bisa di scan
peranan penting terjadinya peristiwa
virusnya. (DT. 2)
alih kode, karena biasanya penutur
Ora nduwe. Dwi aku pinjam
cenderung menyampaikan keinginan,
buku itu ya. (DT. 4)
gagasan, ide, da pendapat didasarkan
Habis cuci tangan ya Pak?
pada
Piye Wik? (DT.11)
sedang berlangsung (bersifat formal
alih
bersifat
pokok
kode.
informal.
pembicaraan
Pokok
Pokok
yang
13
atau
bersifat
informal).
Datanya
adalah sebagai berikut:
Sebagia penutur ada yang beralih
kode
sekadar
untuk
Eh mbak Dwi, kae Flasdise tak
bergengsi. Hal ini terjadi apabila
scan nganggo Avira ya neng
baik faktor situasi, lawan bicara,
leptopmu. (DT. 1)
topik, dan faktor sosio-situasional
Ora nduwe. Dwi aku pinjam
yang
buku itu ya. (DT. 4)
mengharuska untuk beralih kode.
Habis cuci tangan ya Pak?
Penutur
Piye Wik? (DT. 11)
alih kode itu agar dipandang oleh
Durung. Mboten deng pak
mitra tutur lebih berwibawa dan
untung, kulo mboten pacare
terhormat.
kok Pak. (DT. 24)
dengan sekadar gengsi juga tidak
Langsung
tak
beli
kabeh,
lain
sebenarnya
cenderung
Data
tidak
menggunakan
yang
berkaitan
didapatkan di dalam data percakapan
Nanang aja kaget aku datang
di
pagi-pagi. Batas waktu atau
Pekalongan.
pilih tenggang Mbak. (DT. 51)
2. Campur kode (CK) dalam percakapan atau tindak tutur yang terjadi di perpustakaan Universitas Pekalongan
Wah aku salah berarti. Eh duduhne to sitik ae. (DT. 63)
e. Untuk membangkitkan rasa humor Alih
kode
perpustakaan
Universitas
Campur kode yang ada di
sering
dalam percakapan di perpustakaan
dimanfaatkan oleh guru, pemimpin
Universitas Pekalongan yang sering
rapat,
untuk
muncul ada beberapa unsur. Berikut
humor.
ini akan dideskripsikan beberapa
Alihkode demikian berwujud alih
unsur campur kode yang muncul
varian, alih ragam atau alih gaya
dalam percakapan tersebut. dapat
bicara.
dibedakan berdasarkan unsur-unsur
pelawak
membangkitkan
Dalam
rasa
percakapan
yang
terjadi di perpustakaan Universitas
kebahasaan
Pekalongan tidak didapatkan yang
dalamnya. Adapun unsur-unsur yang
berkaitan
terlibat di dalamnya adalah (a) unsur
dengan
tujuan
yang
terlibat
di
membangkitkan rasa humor.
yang berwujud kata yang disisipkan,
f. Untuk sekadar gengsi.
(b) frasa yang disisipkan, (c) bentuk 14
baster
yang
disisipkan,
(d)
perulangan kata yang disisipkan, (e) ungkapan
idiom
O…punyane mbak Dwi to
yang
sing ameh di scan, ngowo
disisipkan, dan (f) klausa yang
avira kan wis ndek wingi. Yo
disisipkan.
wis gak apa kan masih aktif
a. Unsur yang berwujud kata yang
to, yang penting bisa di scan
disisipkan
virusnya. (DT. 2)
atau
b. Frasa yang disisipkan
Eh Mbak Dwi, kae Flasdise
(O..miliknya Mbak Dwi yang
tak scan nganggo Avira ya
mau discan, pakai avira sudah
neng leptopmu. (DT. 1)
kemarin. Ya sudah tidak apa-
(Eh
Mbak
Dwi,
itu
apa kan masih aktif, yang
Flasdisnya saya scan pakai
penting bias di scan virusnya)
antivirus Avira ya di Laptop
buku itu ya. (DT. 4)
Iya, ga apa-apa Dik di scan
(tidak punya. Dwi aku pinjam
pakai itu….Ka..aku pinjam
buku itu ya)
Emoh ah, buku kamu saja
Filenya ada di siapa Mas.
yang kamu pakai itu lo. (DT.
(DT. 45)
5)
Bagus batas waktu Mbak,
(tidak mau, buku kamu saja
batas waktu ae ya Mbak.
yang kamu pakai itu lo)
(DT. 53)
Ora nduwe. Dwi aku pinjam
kamu)
tipe-x nya ya.(DT. 3)
Laporane piye, Kamu udah
(Bagus batas waktu Mbak,
jadi apa belum, aku mau lihat
batas waktu saja ya Mbak)
hasil laporanmu. (DT. 13)
Isine penulisan laporan. (DT.
(Laporane bagaimana, kamu
59)
udah jadi apa belum, aku
(Berisi penulisan laporan)
pengen
Ya no, jangan diulang-ulang
laporanmu)
ya. (DT. 61)
melihat
hasil
Langsung tak beli kabeh,
(Ya kan, jangan diulang-
Nanang aja kaget aku datang
ulang ya)
pagi-pagi. Batas waktu atau 15
pilih tenggang Mbak. (DT.
`
Campur kode yang berkaitan
51)
dengan ungkapan atau idiom yang
(langsug saya beli semuanya,
disisipkan tidak terdapat dalam data
Nanang saja kaget aku datang
percakapan
pagi-pagi. Batas waktu atau
Universitas Pekalongan.
pilih tenggang mbak)
f. Klausa yang disisipkan
di
perpustakaan
Gunemanku ki di catet ya
Campur kode yang berkaitan
mbak, biar tidak lupa-lupa.
dengan klausa yang disisipkan tidak
(DT. 58)
terdapat dalam data percakapan di
(Apa yang saya bicarakan ini
perpustakaanUniversitas Pekalongan.
dicatat ya mbak, biar tidak
SIMPULAN
lupa-lupa)
1.
Wah aku salah berarti. Eh
percakapan atau tindak tutur yang
duduhne to sitik ae. (DT. 63)
terjadi di perpustakaan Universitas
(Wah aku salah berarti. Eh
Pekalongan.
perlihatkan sedikit saja)
Alih
kode
(AK)
dalam
Faktor yang menyebakan alih
c. Bentuk baster yang disisipkan
kode
Campur kode yang berkaitan
yanng
percakapan
dominan di
dalam
perpustakaan
dengan unsur bentuk baster yang
Universitas Pekalongan adalah faktor
disisipkan tidak terdapat dalam data
mitra tutur dan pokok pembicaraan,
percakapan
sedangkan faktor penutur, hadirnya
di
perpustakaan
Universitas Pekalongan.
penutur
d. Perulangan kata yang disisipkan
membangkitkan rasa humor, dan
Campur kode yang berkaitan dengan
perulangan
kata
yang
untuk
ini.
percakapan
2.
perpustakaan
Universitas pekaolongan. e.
Ungkapan
disisipkan
atau
idiom
sekadar
gengsi
untuk
tidak
didapatkan dalam data percakapan
disisipkan tidak terdapat dalam data di
ketiga,
Campur kode (CK) dalam
percakapan atau tindak tutur yang yang
terjadi di perpustakaan Universitas Pekalongan.
16
Unsur kebahasaan campur kode
yang
diperoleh
percakapan
di
Universitas
Pekalongan
dalam
perpustakaan yang
dominan adalah unsur bahasa yang berwujud kata yang disisipkan dan
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rahardi, Kunjana. 2001. Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
frasa yang disisipkan, sedangkan bentuk
baster
yang
disisipkan,
perulangan kata yang disisipkan, ugkapan atau idiom yang disisipkan, dan kalusa yang disisipkan tidak diketemukan. SARAN Adapaun saran yang dapat disampaiakn berkaitan dengan alih kode dan campur kode percakapoan di
perpustakaan
Universitas
Pekalongan adalah : 1. Penggunaan alih
kode dan
Sumarsono dan Paina P. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta:Sabda dan Pustaka Pelajar. Suwandi, Sarwiji. 2008. Serbalinguistik (Mengupas Pelbagai Praktik Berbahasa). Surakarta:UNS Press. Suwito. 1985. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Solo: Hendri Offset Syafrida. Wijana, Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2006. Sosiolinguistik (Kajian Teori dan Analisis). Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
campur kode boleh digunakan dengan
cataan
mempermudah
untuk
komunikasi
di
antara penutur dan lawan tutur. 2. Penggunaan
alih
kode
daqn
campur kode harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau konteks tuturan. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik (Perkenalan Awal). Jakarta:Rineka Cipta. 17