PENGGANDAAN SKALA PROSES PEMBUATAN BAHAN PAKAN TERNAK BERBASIS KULIT ARI KEDELAI (Glycine max L. Merr) PRODUCTION SCALE UP OF FEED MATERIAL PROCESS FROM SOYBEAN (Glycine max L. Merr) HUSK Mochamad Miftakhur Roziqin 1); Sri Kumalaningsih 2); Arie Febrianto Mulyadi 2) 1) Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian dan 2) Staf Pengajar Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected] ABSTRAK Proses penggandaan skala (scale up) perlu dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi bahan pakan berbasis kulit ari kedelai. Scale up adalah proses yang mendapatkan hasil produksi yang identik (jika memungkinkan) pada skala yang lebih besar berdasarkan pada skala produksi yang telah ditentukan sebelumnya. Penggandaan skala pada penelitian ini didasarkan pada perlakuan terbaik penelitian skala laboratorium. Penelitian terdahulu pembuatan bahan pakan berbasis kulit ari kedelai skala laboratorium didapatkan kadar protein sebesar 28,42%, lemak kasar 7,21% dan kadar abu 4,84%. Hasil tersebut memberikan hasil terbaik pada uji biologis yang diuji pada tikus dengan total penambahan berat badan sebesar 188 gram, nilai PER (Protein Efficiency Ratio) sebesar 0,91 dan daya cerna sebesar 88,75%. Pada penggandaan skala didapatkan kadar protein sebesar 8,89%, lemak kasar 0,96% dan kadar abu 3,29%. Hasil uji pada tikus didapatkan nilai PER sebesar 0,36, daya cerna sebesar 94,17% dan kenaikan berat badan sebesar 178,88 gram. Hasil uji biologis diuji menggunakan uji t (unpaired) dan didapatkan hasil tidak beda nyata pada PER dan kenaikan berat badan, sedangkan daya cerna terdapat perbedaan nyata. Biaya digunakan untuk bahan baku sebesar dan bahan pembantu sebesar Rp. 50.480/batch. Biaya utilitas air setiap batch sebesar Rp.908, listrik Rp. 17.247, dan LPG Rp. 48.125. Total biaya utilitas sebesar Rp.66.280. Total biaya yang dikeluarkan setiap batch produksi adalah sebesar Rp. 116.760.Kata Kunci : skala ganda, protein efficiency ratio, daya cerna, pertambahan berat badan, utilitas ABSTRACT To increase production capacity of feed material from soybean epidermis, scaling up was requisite. Scaling up was the process to get identical production (if possible) on a larger scale based on predetermined production scale. Previous research of feed material production from soybean epidermis at laboratory scale obtained protein content of 28,42%, crude fat of 7,21% and ash content of 4,84%. These provided the best result at biological assay tested in mice with total weight gain of 188 grams, value of PER (Protein Efficiency Ratio) of 0,91 and digestibility of 88,75%. Meanwhile, production scale up acquired protein content of 8,89%, crude fat of 0,96% and ash content of 3,29%. Test results in mice obtained PER value of 0,36, digestibility of 94,17% and total weight gain of 178,88 grams. Biological test results were tested using t test (unpaired) and showed no significant difference in PER and weight gain, while there was a significant difference in digestibility.Total of raw and auxiliary material cost of production scale up was Rp50.480,00/batch. Total cost of utility was Rp66.280,00 consisted of the cost of water, electricity, and liquefied petroleum gas per batch amounted Rp 908,00, Rp 17.247 and Rp 48.125 respectively. Therefore the total production cost for every batch was Rp116.760,00. Keywords: scale up, protein efficiency ratio, digestibility, weight gain, utility PENDAHULUAN Pakan dalam usaha peternakan memilki peranan pokok yang perlu mendapat
perhatian selain bibit dan manajemen. Masalah ketersediaan bahan pakan ternak sangat terkait dengan pengembangan usaha
1
peternakan, karena pakan merupakan komponen terbesar dari biaya produksi yaitu mencapai 60-70% (Anonymous, 2009). Ditjen Peternakan (2012) menyampaikan bahwa kebutuhan bahan pakan ternak dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 5-10% per tahun. Tahun 2007 kebutuhan bahan pakan sebesar sebanyak 9,7 juta ton dan tahun 2012 meningkat menjadi 12,3 juta ton. Kebutuhan pakan ternak pada tahun mendatang diperkirakan masih akan mengalami peningkatan dengan meningkatnya industri peternakan. Hampir 50-60% komponen penyusun pakan ternak saat ini terdiri atas jagung. Kebutuhan jagung sebagai bahan penyusun pakan sebesar 6 juta ton per tahun, sedangkan ketersediaan jagung secara nasional sebesar 2,5 juta ton per tahun. Sekitar 3,5 juta ton per tahun dilakukan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan industri pakan (BPS, 2012). Saat ini biofuel semakin digalakkan oleh negara-negara penghasil jagung, sehingga secara global kedepannya ketersediaan jagung untuk pakan ternak akan semakin menurun (Agro Feed Business Charoen Pokphand Indonesia, 2008). Hal ini berpotensi menyebabkan harga jagung semakin mahal dan menyulitkan industri peternakan di Indonesia. Oleh karena itu diperlukan solusi untuk mengatasi persoalan ini. Salah satu solusi yang mungkin dapat mengatasi masalah ini adalah meningkatkan pemanfaatan limbah hasil pertanian yang potensial. Limbah hasil pertanian merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai penyedia bahan pakan untuk memenuhi kebutuhan bahan pakan. Pemanfaatan limbah juga merupakan salah satu cara pemecahan masalah dalam mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah industri. Di Indonesia sumber pakan cukup banyak variasinya, antara lain: limbah pertanian (jerami padi), limbah industri pertanian (onggok singkong, kulit ari kedelai, dedak padi atau bungkil sawit), tanaman pakan ternak dan padang penggembalaan (Cooke et al., 2008) Ketersediaan kulit ari kedelai memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Bidura (2008) melaporkan bahwa kulit ari kacang kedelai yang dihasilkan dalam proses pembuatan tempe adalah sekitar 15-20% dari biji kacang
kedelai. Kandungan yang terdapat dalam kulit ari kedelai mengandung protein kasar 12,44%, serat kasar 34,74% dan lemak kasar 4,03%. Kendala penggunaan kulit ari kedelai sebagai bahan pakan adalah kandungan serat kasar yang tinggi, sehingga pemakaiannya dapat meningkatkan kandungan serat kasar pada pakan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas limbah pertanian melalui teknologi fermentasi (Hardianto dan Wahyono, 2004). Pada dasarnya proses fermentasi adalah memanfaatkan mikroorganisme sebagai inokulan untuk menguraikan bahan-bahan organik menjadi senyawa yang lebih sederhana. Salah satu inokulan yang dapat digunakan adalah EM4, mikroorganisme yang terkandung dalam EM4 yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes sp dan jamur yang dapat bekerja secara efektif dalam mempercepat proses fermentasi pada bahan organik. Untuk meningkatkan kapasitas pembuatan bahan pakan ternak perlu dilakukan penggandaan skala. Penggandaan skala (scale up) adalah kegiatan untuk mendapatkan hasil produksi yang identik (jika memungkinkan) pada skala yang lebih besar didasarkan dari skala produksi yang telah ditetapkan sebelumnya. Definisi scale up diatas mengasumsikan bahwa peningkatan kapasitas produksi berhubungan dengan peralatan atau teknologi yang lebih besar dari peralatan produksi sebelumnya (Valentas et al., 1991). BAHAN DAN METODE Bahan penelitian yang digunakan adalah kulit ari kedelai impor yang diperoleh dari sentra industri tempe di daerah Sanan, Malang. Inokulum yang digunakan untuk fermentasi adalah EM4 (Effective Microorganism 4). Bahan yang digunakan untuk proses analisis adalah larutan H2SO4 pekat, garam Kjedahl, larutan asam borat, larutan protein, aquades dan larutan HCl 0,02 N Alat yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu alat proses dan alat analisis. Alat proses yang digunakan dalam proses adalah grinder, baskom, kain saring, gelas ukur, pengaduk kayu, timbangan dan mesin pengering tunnel dryer. Alat analisis
2
yang digunakan adalah spektrofotometer, tabung reaksi, tabung Kjedahl, pemanas Kjedahl, destilator, buret 500 ml, Erlenmeyer 250 ml, spatula, kertas timbang, batu didih, gelas ukur 25 ml, pipet tetes dan corong gelas. Proses pembuatan bahan pakan terfermentasi dengan menggunakan kulit ari kedelai dapat dilihat pada Gambar 1.
Sedangkan perhitungan daya cerna adalah (Anonymous, 2008): Daya cerna =
KBK − (%BK x BK Feses) 𝑥100% KBK
Keterangan: KBK = Konsumsi Bahan Kering BK = Bahan Kering
Kulit ari kedelai Air 10%
Diperas
Gula 1% Susu skim 5% EM4 10% Air rendaman kedelai 50%
Pada penelitian ini adalah dengan membandingkan parameter pada kedua skala menggunakan uji t untuk mengetahui pengaruh penggandaan skala produksi terhadap analisis biologis bahan pakan pada tikus. Adapun penghitungan statistik uji yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dihancurkan Air
Ditimbang 20 kg Dicampurkan Difermentasi 20 jam, suhu ruang
𝑡= Dikeringkan, Mesin pengering
Pakan ternak
Diberikan pada tikus
Air
𝑆 2 ⁄√ 𝑛
Keterangan: 𝑑̅ = Rerata kualitas biologis skala laboratorium atau skala ganda atau skala ganda S2 = Standar deviasi n = Ulangan
Analisa: - Protein - Lemak - Kadar abu Analisa: - Pertamabahan berat badan - PER - Daya cerna
Perhitungan Utilitas Sedangkan perhitungan kebutuhan energi dan utilitas didasarkan kebutuhan bahan baku, bahan pengemas, tenaga kerja, dan utilitas (air, listrik, dan LPG).
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Bahan Pakan Ternak Berbasis Kulit Ari Kedelai
Uji Tikus Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tikus percobaan. Tikus yang digunakan adalah tikus jantan berjumlah 5 ekor, tikus percobaan berumur sama, yaitu ± 23 hari. Tikus kemudian diberi bahan pakan hasil fermentasi kulit ari kedelai dan BR1 sebagai kontrol. Kemudian dilakukan pengamatan pada pertumbuhan selama satu bulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Bahan Baku Pemilihan bahan baku pada suatu industri tentu didasarkan atas beberapa pertimbangan, diantaranya adalah potensi dan kontinuitas bahan baku. Ketersediaan bahan baku dijadikan pertimbangan karena akan mendukung kelangsungan proses produksi sesuai kapasitas produksi yang diharapkan. Bahan baku utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit ari kedelai. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ari kedelai dari varietas impor. Ciri-cirinya adalah memiliki ukuran yang lebih besar, berwarna kekuningan, dan ukuran yang seragam. Varietas impor dipilih karena harga yang lebih murah dengan kandungan yang tidak terlampau jauh dengan varietas lokal.
Analisis Biologis Perhitungan Protein Efficiency Ratio (PER) merupakan perbandingan antara pertambahan berat bdan dengan jumlah protein yang dikonsumsi. Menurut Winarno (2002) rumus perhitungan protein adalah: PER =
𝑑̅
kenaikan berat badan (gram) jumlah protein yang dikonsumsi (gram)
3
Menurut Dinas Pertanian Jawa Timur (2010), total produksi kedelai di Jawa Timur pada tahun 2010 sebesar 366.999 ton yang tersebar di 79 kota dan kabupaten. Sedangkan kebutuhan kedelai khususnya untuk industri tempe adalah sebesar 50% dari total konsumsi kedelai. Dari data tersebut diperkirakan jumlah kulit ari kedelai yang dihasilkan dari industri tempe sebesar 200.000 ton per tahun. Kebutuhan kedelai untuk produksi tempe setiap tahun meningkat, seiring meningkatnya jumlah penduduk dalam pemenuhan kebutuhan akan pangan. Kota Malang, khususnya pada di sentra produksi tempe Sanan kebutuhan akan kedelai adalah sebesar 10 ton per hari. Data dari Balitbang tahun 2013 total kebutuhan kedelai di kota Malang adalah sebesar 6.000 ton per tahun.
Tabel 2. Perbandingan Nilai PER (Protein Efficiency Ratio) Skala Laboratorium dan Skala Ganda Parameter Bahan Pakan Rerata Uji t Skala 0,91 a* Protein laboratorium Efficiency Skala ganda 0,36 Ratio BR1 1,79 b** Keterangan : (a) Tidak Beda Nyata (b) Beda Nyata (*)Perbandingan Skala Laboratorium dengan Skala Ganda (**)Perbandingan Skala Ganda dengan BR1
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai PER skala ganda sebesar 0,36%, sedangkan nilai PER skala laboratorium sebesar 0,91%. Berdasarkan hasil perhitungan uji t diketahui thitung (5,4335) < ttabel (12,709), maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan skala produksi tidak terdapat perbedaan nyata antara nilai PER skala ganda dengan skala laboratorium. Nilai PER skala ganda dan BR1 yang diuji menggunakan uji menunjukkan adanya perbedaan yang nyata, didapatkan thitung (77,2703) < ttabel (12,709). Protein Efficiency Ratio (PER) merupakan perbandingan antara kenaikan berat badan dengan jumlah protein yang dikonsumsi. Dari hasil perhitungan uji t nilai PER skala ganda dan skala laboratorium tidak beda nyata. Hal ini dikarenakan kadar protein yang terdapat pada bahan bakan yang diberikan pada tikus. Persamaan penggunaan inokulum yaitu EM4 pada proses fermentasi dalam merombak komponen-komponen yang terkandung pada bahan pakan menghasilkan kadar protein yang sama. Abun dkk (2005), PER merupakan salah satu metode untuk menguji kualitas protein dalam suatu bahan pakan. Semakin tinggi kandungan protein yang terdapat pada pakan maka nilai PER akan semakin tinggi juga. Besarnya nilai PER, menunjukkan semakin efisien seekor ternak dalam mengubah setiap gram protein menjadi sejumlah pertambahan berat badan. Steinke (2007) menyebutkan bahwa bahan pakan hasil fermentasi cenderung memiliki karakteristik yang berbeda pada setiap perlakuannya, meskipun bahan pakan yang diberikan dalam jumlah yang sama. Protein yang dikonsumsi tidak dapat dimanfaatkan seluruhnya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan pembentukan jaringan
Analisis Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit ari kedelai. Parameter yang dianalisis pada bahan baku penelitian adalah protein, lemak, karbohidrat, serta kadar abu. Data analisis bahan baku kulit ari kedelai ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimiawi Kulit Ari Kedelai Komposisi Kimia Kadar Komposisi Pustaka Protein (%) Lemak (%) Karbohidrat (%) Abu (%) Keterangan:
8,89 0,96 73,77 3,29
9,23* 12,05* 86* 3,73*
* : Alwi (2012))
Berdasarkan Tabel 1 diatas, dapat terlihat bahwa secara keseluruhan nilai dari masingmasing parameter tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan Alwi (2012). Ini disebabkan oleh persamaan varietas pada bahan baku yaitu kulit ari kedelai yang berasal dari kedelai yang telah dipisahkan. Kulit ari kedelai yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas kedelai impor. Analisis Bahan Pakan Hasil Fermentasi Nilai Protein Efficiency Ratio (PER) Proses analisa nilai PER pada penelitian ini baru dilakukan ketika sudah didapat pertumbuhan berat badan tikus selama satu bulan. Hasil pengukuran nilai PER (Protein Efficiency Ratio) dapat dilihat pada Tabel 2.
4
tubuh, tetapi sebagian melalui ekskreta (kotoran).
akan
terbuang
Namun jumlah bahan baku yang digunakan berbeda, bahan baku yang digunakan pada skala ganda adalah sebanyak 20 kg, sedangkan skala laboratorium sebanyak 1 kg. Dibutuhkan waktu yang lebih lama pada proses fermentasi untuk dapat meningkatkan kandungan yang terdapat pada bahan pakan. Ranjhan (2006) menyatakan bahwa pada ternak kecernaan bahan pakan dipengaruhi oleh komposisi bahan pakan itu sendiri. Komposisi bahan pakan tertentu memberikan kondisi ekosistem pakan tertentu dan sebagai akibatnya menghasilkan populasi mikroorganisme pakan tertentu pula. Semakin tinggi nilai Protein Efficiency Ratio (PER), maka nilai daya cerna bahan pakan oleh ternak juga akan semakin meningkat. Hal ini berkaitan dengan dengan kualitas bahan pakan yang diberikan. Kualitas bahan pakan akan berpengaruh pada besarnya nilai PER. Menurut Kamal (1997), tinggi rendahnya kualitas pada bahan pakan akan berpengaruh pada besarnya daya cerna pada ternak. Bahan pakan organik yang diberikan tambahan EM4 (Effective Microorganisme-4) akan meningkatkan daya cerna dan membantu sistem pencernaan sehingga perkembangan dan pertumbuhan ternak bertambah. EM4 merupakan suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena bakteri yang terdapat dalam EM4 dapat mencerna selulosa, pati, gula, protein, lemak, sehingga dapat membantu daya cerna pada ternak (Surung dan Ibrahim, 2012).
Nilai Daya Cerna Kecernaan adalah konsumsi bahan pakan yang tidak diekskresikan ke dalam feses, selisih antara zat makanan yang dikonsumsi dengan yang dieksresikan dalam feses merupakan jumlah zat makanan yang dapat dicerna. Jadi kecernaan merupakan kemampuan suatu bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak. Tinggi rendahnya kecernaan bahan pakan memberikan arti seberapa besar bahan pakan itu mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicernakan ke dalam saluran pencernaan (Ismail, 2011). Hasil penelitian nilai daya cerna dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perbandingan Nilai Daya Cerna Laboratorium dan Skala Ganda Parameter Bahan Pakan Rerata Skala 88,75 laboratorium Daya cerna Skala ganda 94,17 BR1 93,26 Keterangan : (a) Tidak Beda Nyata (b) Beda Nyata (*)Perbandingan Skala Laboratorium dengan Ganda (**)Perbandingan Skala Ganda dengan BR1
Skala Uji t b*
b**
Skala
Hasil penelitian menunjukkan nilai daya cerna pada skala ganda adalah sebesar 94,17%, sedangkan pada skala laboratorium sebesar 88,75%. Hasil uji t diketahui bahwa nillai t hitung (181) > ttabel (12,709), maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan skala terdapat perbedaan nyata. Sedangkan pada perbandingan skala ganda dan BR1 terdapat perbedaan nyata, yaitu didapatkan nilai thitung (25,571) < ttabel (12,709). Pada penelitian ini, terdapat perbedaan nilai daya cerna pada ternak terhadap bahan pakan yang diberikan. Perbedaan ini dikarenakan perbedaan komposisi kimia dan serat kasar yang terdapat pada bahan pakan yang dihasilkan. Penambahan jumlah bahan baku pada proses pembuatan bahan pakan membuat mikroorganisme fermentasi yang terdapat pada EM4 tidak dapat melakukan fungsinya secara maksimal. Pada penelitian ini, waktu yang digunakan untuk proses fermentasi adalah 20 jam, sama dengan waktu fermentasi pada penelitian skala laboratorium.
Pertumbuhan Berat Badan Pertambahan bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kualitas bahan pakan, karena pertumbuhan ternak yang diperoleh pada suatu peternakan merupakan salah satu indikasi pemanfaatan zat-zat makanan dari ransum yang diberikan. Data pertambahan bobot badan digunakan untuk mengetahui nilai suatu bahan pakan bagi ternak tersebut (Nadhifah, 2012). Pada Tabel 4 dapat dilihat nilai kenaikan berat badan pada skala ganda dan laboratorium.
5
Kebutuhan air dalam produksi bahan pakan ternak skala ganda ini adalah untuk digunakan dalam proses penghancuran, pencampurani, dan pencucian alat-alat produksi. Kebutuhan air dalam 1 kali proses batch produksi adalah sebesar 1,95 m3. Sehingga pemakaian air yang dibutuhkan dalam 1 kali proses batch produksi adalah sebesar Rp 908,-. Kebutuhan bahan baku dan bahan pembantu dalam hal ini dibatasi pada kebutuhan tiap 1 kali batch produksi. Bahan baku yang digunakan dalam produksi bahan pakan ternak skala ganda adalah kulit ari kedelai sebanyak 20 kg. Kemudian menggunakan gula sebanyak 0,2 kg, susu skim sebanyak 1 kg dan EM4 sebanyak 2 liter. Sehingga total biaya bahan baku adalah dan bahan pembantu sebesar Rp 50.480,-.
Tabel 4. Perbandingan Pertumbuhan Berat Badan Skala Laboratorium dan Skala Ganda Parameter Bahan Pakan Rerata Uji t Skala 188 a* Pertumbuhan laboratorium Berat Badan Skala ganda 178,88 BR1 111,38 b** Keterangan : (a) Tidak Beda Nyata (b) Beda Nyata (*)Perbandingan Skala Laboratorium dengan Skala Ganda (**)Perbandingan Skala Ganda dengan BR1
Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai pertumbuhan berat badan pada skala ganda sebesar 178,88 gram, sedangkan pada skala laboratorium didapatkan hasil sebesar 188 gram. Hasil perhitungan uji t diketahui bahwa nillai thitung (1,4898)
KESIMPULAN 1. Hasil analisis skala ganda dan skala laboratorium pada pembuatan bahan pakan berbasis kulit ari kedelai didapatkan hasil yang tidak beda nyata pada perbandingan protein efficiency ratio (PER), sedangkan pada daya cerna terdapat dan pertumbuhan berat badan perbedaan nyata. Penggandaan skala didapatkan nilai rerata PER 0,36%, daya cerna sebesar 94,14%, dan pertambahan berat badan sebesar 178,88 gram. 2. Biaya prosesing per batch skala ganda membutuhkan biaya bahan baku sebesar Rp. 10.000.-, biaya bahan pembantu sebesar Rp. 40.480.-. total biaya bahan baku dan bahan pembantu per batch sebesar Rp. 50.480.- Total biaya utilitas (air, listrik dan LPG) per batch pembuatan bahan pakan berbasis kulit ari kedelai sebesar Rp. 66.280.-. Jadi total biaya utilitas serta bahan baku dan bahan tambahan adalah sebesar Rp.116.760,-
Biaya Bahan Baku dan Utilitas Rerata kebutuhan LPG pada proses pengeringan bahan pakan ternak skala ganda dalam 1 batch adalah 7,7 kg. Sehingga biaya untuk LPG yang dibutuhkan dalam 1 kali batch produksi adalah Rp 48.125,-. Kebutuhan listrik dalam produksi bahan pakan ternak skala ganda ini utamanya dibutuhkan oleh grinder dan mesin pengering tunnel dryer. Ditambah dengan kebutuhan penerangan, maka daya listrik dalam 1 batch produksi bahan pakan ternak skala ganda adalah 14,376 Kw. Biaya listrik yang dibutuhkan dalam 1 kali proses batch adalah Rp 17.247,-.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. Mengukur Produksi Ternak. (http://staff.unud.ac.id/~sapur na/wp-content/uploads/2008/05/ tumbuh-kembang-ternak. Diakses 20 Januari 2014.
6
___________. 2009. Memanfaatkan Hasil Ikutan Tanaman Pangan dan Perkebunan untuk Pakan Ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No.4. Pasuruan
Ranjhan, S.K., 2006. Animal Nutrition in The Tropics. Vikas Publishing House Ltd. New Delhi, India. p. 53 – 83. Sisriyenni, Dwi dan Yanovi, Hendri. 2006. Pengaruh Dua Jenis Probiotik terhadap Pertambahan Berat Badan Kambing PE. Prosiding.
Abun; R, Denny; S, Deny. 2005. Efek Ransum Mengandung Ampas Umbi Garut Produk Fermentasi Oleh Kapang Aspergilus Niger Terhadap Imbangan Efisiensi Proteindan Konversi Ransum Pada Ayam Broiler. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung
Steinke, F. H. 2007. Protein Efficiency Ratio Pitfalls and Cause of Variability. Cereal Chem. 54(4): 949-957. American Association of Cereal Chemists, Inc. Valentas, Kenneth J., Leon Levine dan J. Peter Clark. 1991. Food Processing Operations and Scale Up. Marcel Dekker, New York
Agro Feed Business Charoen Pokphan Indonesia, 2008. Upaya Pigmentasi Melalui Pakan. CP-Buletin no.97/tahun IX
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Alwi, Macrus, Sri Kumalaningsih, Arie Febrianto Mulyadi. 2012. Pemanfaatan Kulit Ari Kedelai (Glycine Max L.Merr) sebagai Pakan Ternak (Kajian Jenis Inokulum dan Lama Waktu Fermentasi). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Mulyadi, A.F. Dewi, I.A., Deoranto, P., Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian 14(1): 65-72. 2013. Mulyadi, A.F., Dewi, I.A., dan Deoranto, P. 2013. Pemanfaatan Kulit Buah Nipah untuk Pembuatan Briket Bioarang sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 14 No. 1 [April 2013] 65-72 Pemanfaatan Kulit Buah Nipah [Mulyadi dkk].
Bidura, Partama dan T.G.O. Susila. 2008. Limbah, Pakan Ternak Alternatif dan Aplikasi Teknologi. Udayana University Press, Universitas Udayana, Denpasar Cooke, K.M., J.K. Bernard and J.W. West. 2008. Performance of Dairy Cows Fed Annual Ryegrass Silage and Corn Silage with Steam-Flaked or Ground Corn. J. Dairy Sci. 91: 2417 – 2422.
Mulyadi, A. F., Maligan, J. M., Wignyanto, W., & Hermansyah, R. (2014). Organoleptic Characteristics of Natural Flavour Powder From Waste of Swimming Blue Crabs (Portunus pelagicus) Processing: Study on Dextrin Concentration and Drying Temperature. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(3).
Ditjen Peternakan, 2012. Data Produksi, Populasi dan Perdagangan Ternak. http://www.ditjenternak.go.id. Diakses tanggal 27 Januari 2013 Hardianto, Rully dan Wahyono, D.E. 2004. Pemanfaatan Sumber Pakan Lokal untuk Pengembangan Usaha Sapi Potong. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Pasuruan
Mulyadi, A. F., Dewi, I. A., & Deoranto, P. (2013). Pemanfaatan Kulit Buah Nipah Untuk Pembuatan Briket Bioarang Sebagai Sumber Energi Alternatif. Jurnal Teknologi Pertanian, 14(1), 65-72.
Kamal, M. 1997. Kontrol Kualitas Pakan. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Mulyadi, A. F., Wijana, S., & Wahyudi, A. S. (2013, December). Optimization of Nicotine Extraction In Tobacco Leaf (Nicotiana tabacum L.):(Study: Comparison of Ether and Petroleum Ether). In The International Conference on Chemical Engineering UNPAR 2013.
Nadhifah, Aynun. 2013. Pembuatan Pakan Konsentrat Berbasis Limbah Filtrasi Pengolahan Maltodekstrin (Kajian Prosentase Penambahan Ampas Tahu Dan Pollard). Jurusan Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya
7
Mulyadi, A. F., Wijana, S., Dewi, I. A., & Putri, W. I. (2014). Organoleptic Characteristics of Dry Noodle Products from Yellow Sweet Potato (Ipomoea batatas): Study on Adding Eggs and CMC. Jurnal Teknologi Pertanian, 15(1). Tama, J. B., & Mulyadi, A. F. (2014). Studi Pembuatan Bubuk Pewarna Alami Dari Daun Suji (Pleomele Angustifolia Ne Br.). Kajian Konsentrasi Maltodekstrin Dan Mgco3. Jurnal Industria, 3(2). Binta, D., Wijana, S., Mulyadi, AF. 2013. Pengaruh Lama Pemeraman Terhadap Kadar Lignin Dan Selulosa Pulp (Kulit Buah Dan Pelepah Nipah) Menggunakan Biodegradator EM 4. Jurnal Industria 2(1): 75-83. Pratama, S. B.,Wijana, S., dan Febrianto, A. 2013. Studi pembuatan sirup Tamarillo (Kajian Perbandingan Buah dan Konsentrasi Gula. Jurnal Industria, Vol 1 (3). Asmoro, L.C., A.F. Mulyadi dan S. Kumalaningsih. 2013. Karakteristik Organoleptik Biskuit dengan Penambahan Tepung Ikan Teri Nasi (Stolephorus spp.). FTP UB. Malang
8