Deduksi dan Induksi
Induksi adalah proses pemikiran didalam akal kita dari pengetahuan tentang kejadian/ peristiwa-peristiwa/hal-hal yang lebih kongkret dan ‘khusus’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘umum’ Deduksi adalah proses pemikiran didalamnya akal kita dari pengetahuan yang lebih ‘umum’ untuk menyimpulkan pengetahuan yang lebih ‘khusus’
Pengetahuan yang lebih umum
Deduksi
Induksi
KENYATAAN Pengetahuan yang lebih Kongkret dan khusus
• Pengetahuan selalu mulai dalam ‘persentuhan’ dengan dunia luar. Dengan melihat, mendengar, mengalami dari orang-orang dan barang di sekitar kita, akal kita menjadi sadar akan adanya orangorang dan objek-objek yang ditangkap itu, sadar pula akan dirinya sendiri. • Pengetahuan kita hanya terjadi biala ada ‘sesuatu’ (suatu objek) yang dimengerti • Tidak mengerti ‘sesuatu’ berarti tidak mengerti apa-apa • Jadi, pengetahuan kita mulai dalam kontak dengan dunia luar diri kita
• Apa yang kita lihat di Dunia? Kita ini berada di tengah-tengah orang-orang dan barang-barang yang tertentu, ini atau itu,’individual’ yangkiata lihat bukanlah sebatang’pohon umum’, melainkan sebatang pohon tertentu, seorang pribadi dengan sifat-sifat serta bentuk tertentu di tempat dan waktu tertentu. • Demikian pula dengan lainnya, seperti pristiwaperistiwa, keadaan, kejadian-kejadian, perbuatanperbuatan itu semua tertentu, kongkret, ini atau itu. Dan lebih-lebih manusia itu tertentu, seorang pribadi dengan sifat-sifat,tabiat, dan keistimewaannya sendiri, lain dari yang lain
• Yang kita tangkap dengan pancaindera adalah hal-hal konkret, terentu atau khusus. Tetapi pengertian yang kita saring dari hal konkret adalah ‘umum’yang kita lihat manusia tertentu, dengan namanya dan sifatnya sendiri, yang saling berlainan. • Namun kita tidak membentuk sebuah pengertian tersendiri untuk setiap manusia yang kita jumpai melainkan memberi pengertian umum ‘manusia’, yang berlaku untuk semua manusia, entah pria atau wanita, besar,kecil, pesek, mancung, kriting, gondrong, hitam putih, kuning. Manusia kongkret yang kita jumpai itu kita sebut manusia. • Jadi orang yang kongkret kita tunjuk dengan pengertian yang umum, dan pengertian umum itu kita kongkretkan lagi bila diterapkan pada orang tertentu
• Akal kita bersifat rohani, maka dalam kegiatanya dapat ‘mengatasi batas-batas ruang dan waktu tertentu’ serta menangkap inti, hakikat atau esensi barang-barang atau hal-hal kongkret yang dijumpai, membedakan sifat-sifat yang mutlak atau hakiki dari yang tidak mutlak atau kebetulan, dan menyaring pengertian yang umum dari kenyataan yang kongkret, yang dialaminya. • Misanya mendengar suara anjing menggonggong maka semua anjing menggonggong • Jadi kalau ada gonggongan maka harus ada anjing
• Hampir setiap ilmu berpangkal dari kenyataan kongkret dan dengan jalan induksi, kita merumuskan hukum-hukum umum berdasarkan pengetahuan yang bersifat umum, kemudian menerapkan lagi pada halhal yang kongkret dalam proses pemikiran yang disebut deduksi
• Suatu jalan pikiran disebut induksi manakala berupa penarikan kesimpulan yang umum (berlaku untuk semua) atas dasar pengetahuan tentang hal-hal yang khusus (beberapa/sedikit). Agar jalan pikiran seperti itu mencapai kesimpulan yang benar dan pasti. Jelaslah bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi itu, berat. • Bahaya yang melekat pada jalan pikiran induksi ialah bahwa kita terlalu cepat menarik suatu kesimpulan umum (tanpa memperhatikan apakah cukup memiliki dasar untuk itu), atau menganggap sudah pasti, sesuatu yang sama sekali belum pasti. Generalisasi yang tergesagesa. Misalnya ucapan seperti: rambut gondrong = kurang ajar; orang desa itu kolot/bodoh; pegawai negeri itu malas; orang timur itu halus
• Ucapan ucapan seperti itu dikemukakan seakanakan berlaku universal (untuk semua). Padahal sama sekali belum tentu. Kalau ada beberapa pemuda berambut gondrong yang bertingkah laku kurang ajar, belumlah cukup menjadi dasar bahwa semua pemuda berambut gondrong itu kurang ajar. • Adanya penjahat yang berambut gondrong itu sama sekali tidak berarti bahwa yang berambut gondrong itu mesti penjahat! Kesalahan seperti itu disebut generalisasi yang tergesa-gesa, karena menyatakan sesuatu berlaku umum, untuk semua, padahal sebenarnya tidak berlaku umum.
• Deduksi : Sistem Tertutup • Dalam pasal ini kita bahas beberapa contoh jalan pikiran deduksi : • Gambar ini adalah sebuah jajaran genjang, jadi sisi-sisinya yang berhadapan itu sama. • Ini merupakan contoh pemikiran dedukasi. Kalau kita berpangkal dari definisi jajaran genjang (empat segi, sisinya yang berhadapan sejajar), serta menerima semua dalil dan batasan tentang garis lurus dan garis sejajar, maka dengan suatu rangkaian langkah-langkah dapat dibuktikan bahwa sisinya yang berhadapan itu sama.
• Dalam contoh ini semua premis (titik pangkal, data yang diketahui) dirumuskan dalam istilah ‘jajaran genjang’, dan kesimpulan yang ditarik darinya adalah pasti dan tak perlu disangsikan. Seandainya ada orang mengatakan bahwa ia telah menemukan sebuah jajaran genjang yang isinya tidak sama, atau bahwa jajaran genjang yang digambarkan di kertas itu sisinya ternyata tidak sama, kita tidak perlu menjadi ragu-ragu
• Jumlah ketiga sudut sebuah segitiga adalah 180 derajat. Nah, figura ini adalah sebuah segi tiga. Jadi, jumlah sudut-sudutnya sama dengan 180 derajat. • Kesimpulan ini pun pasti, tak perlu diragukan lagi. Tak akan ada pengaruh dari luar yang dapat menggoyahkan kepastian kesimpulan tadi, sekalipun ada orang yang mengatakan bahwa ia mempunyai segi tiga yang jumlah sudutnya hanya 100 derajat. Sekali kita terima dalil-dalil ilmu ukur, maka kesimpulan yang ditarik itu 100% pasti.
• Kalau rajamu kau tempatkan disana, maka dapat kumakan dengan kudaku Kalau ucapan ini benar, hal itu berdasarkan aturan-aturan main catur dan tempat raja dan kuda di atas papan catur. • Sekali kita terima aturan-aturan main catur, maka dengan jalan pikiran yang logis dapatlah kita sampai pada kesimpulan-kesimpulan yang pasti tentang akibat suatu langkah tertentu Closed system problems
• Soal-soal seperti di atas ini disebut closed system problems atau system tertutup. Sekali diketahui aturan-aturannya, maka dengan jalan pikiran yang logis dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang sungguh-sungguh pasti; tidak akan ada seseorang ‘dari luar’ yang dapat menggoyangkan jalan pikiran atau kepastian kesimpulan. Demikian pula halnya misalnya dalam ilmu pasti, main bridge, catur, dan lain-lain, serta dalam hal-hal seperti sistem saluran listrik untuk penerangan atau pada sepeda motor, sistem pembukuan berpasangan (dengan jalan pikiran logis dapat dipastikan apakah suatu hal harus dibukukan di sebelah atau kredit), dan lain-lain