PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWI IPB TENTANG SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERKAIT MASA POSTNATAL
LIDYAWATI GUNAWAN
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi IPB tentang Seribu Hari Pertama Kehidupan terkait Masa Postnatal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014
Lidyawati Gunawan
ABSTRAK LIDYAWATI GUNAWAN. Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi IPB tentang Seribu Hari Pertama Kehidupan terkait Masa Postnatal. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan LILIK KUSTIYAH. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan dan sikap mahasiswi IPB tentang 1000 HPK terkait masa postnatal. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study dengan jumlah contoh sebanyak 46 mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) semester 2 dan 40 mahasiswi semester 8 Program Studi Ilmu Gizi (GM) yang dipilih secara acak. Evaluasi pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang 1000 HPK terkait masa postnatal dibagi menjadi tiga komponen yang terdiri dari masa bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengisian kuesioner. Tingkat pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal mahasiswi GM (83.7%) adalah signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswi TPB (52.8%) dan sikap kedua contoh baik TPB (7.7%) maupun GM (77.0%) tergolong kategori sedang. Semakin meningkat jumlah uang saku dan usia, maka semakin baik pengetahuan dan sikap contoh terhadap 1000 HPK terkait masa postnatal. Kata kunci: mahasiswi, pengetahuan, postnatal, sikap, 1000 HPK
ABSTRACT LIDYAWATI GUNAWAN. The Knowledge and Attitude of Undergraduate Female Student at Bogor Agricultural University Regarding The First One Thousand Days of Life Related to Postnatal. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and LILIK KUSTIYAH. This study aimed to analyze the knowledge and attitudes of the female undergraduate students of IPB regarding the first 1000 days of life related to postnatal. The design of this study was cross sectional and the subjects of this study were 46 freshman female undergraduate students and 40 female undergraduate students majoring in community nutrition semester 8th that were chosen randomly. Evaluation of the knowledge and attitude regarding the first 1000 days of life related to postnatal was divided into three components, consist of baby caring 0-6 months, baby caring 7-24 months, and clean and healthy lifestyle behavior. Data collection of this study was by filling questionnaire. The level of knowledge of students majoring in community nutrition (83.7%) was significantly higher than the freshman students (52.8%), while the attitude of both group of subjects (67.7% and 77.0%) were categorized as moderate. The higher pocket money and age tended to have better knowledge and attitude of subjects regarding the first 1000 days of life related to postnatal. Key words: attitude, female undergraduate students, knowledge, postnatal, 1000 first days of life.
PENGETAHUAN DAN SIKAP MAHASISWI IPB TENTANG SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERKAIT MASA POSTNATAL
LIDYAWATI GUNAWAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah 1000 Hari Pertama Kehidupan, dengan judul Pengetahuan dan Sikap Mahasiswi IPB tentang Seribu Hari Pertama Kehidupan terkait Masa Postnatal. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan ilmu dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji skripsi atas masukan dan saran yang diberikan. 4. Papa (Hermanto Gunawan) dan mama (Fatimah) serta adik-adik (Fanny Juniati Gunawan dan James Wijaya Gunawan) dan seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya selama ini. 5. Rekan satu bimbingan dan satu penelitian (April dan Christian) yang telah berjuang bersama dalam penelitian. 6. Teman-teman satu bimbingan (Faridh, Yoesniasani, Yusi, Engkun, Yenny, Kak Elda) yang saling berbagi senang dan susah serta memberi dukungan dalam proses penyelesaian skripsi. 7. Dahlia, Ramadhini, Rotua dan Yenny atas kesediaannya menjadi pembahas pada seminar Penulis. 8. Teman-teman GM 47 (Novia, Rotua, Nizaf, Emir, Ifdal, Tina, Icha, Zahra, Maya, Kaka, Widia, Reni dan Almira) yang telah menemani dan menyemangati Penulis. 9. Teman teman satu kos dan teman KEMAKI (Nesya, Sofi, Novia, Olin, Dhito, Ardo, Bagus) atas motivasi, dukungan dan doa yang diberikan. 10. Seluruh responden baik di TPB maupun teman-teman GM yang terpilih atas kesediaannya mengikuti penelitian. 11. Seluruh staff Departemen Gizi Masyarakat yang membantu terlaksananya penelitian dan penyusunan karya ilmiah ini. 12. Kakak-kakak GM 46, teman teman GM 47, adik-adik GM 48 dan GM 49 serta seluruh pihak yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu atas dukungan dan bantuannya. Bogor, September 2014 Lidyawati Gunawan
DAFTAR ISI PRAKATA DAFTAR ISI
i
DAFTAR TABEL
ii
DAFTAR GAMBAR
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Tujuan Umum
2
Tujuan Khusus
2
Hipotesis
2
Manfaat
3
KERANGKA PEMIKIRAN
3
METODE
6
Desain, Tempat, dan Waktu
6
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
6
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
7
Pengolahan dan Analisis Data
7
Definisi Operasional
9
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh
9 9
Karakteristik Keluarga
10
Sumber informasi contoh mengenai 1000 HPK terkait Masa Postnatal
11
Pengetahuan tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal
12
Pengetahuan mengenai Masa Bayi 0-6 Bulan
13
Pengetahuan mengenai Masa Anak 7-24 Bulan
16
Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
19
Sikap tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal
22
Sikap mengenai Masa Bayi 0-6 Bulan
22
Sikap mengenai Masa Anak 7-24 Bulan
25
Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Materi Seribu Hari Pertama Kehidupan Terkait Masa Postnatal yang Harus Diketahui oleh WUS SIMPULAN DAN SARAN
28 32 33
Simpulan
33
Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
38
RIWAYAT HIDUP
45
DAFTAR TABEL 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristidan kelompok 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan kelompok 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan sumber informasi pengetahuan pada masa bayi 0-6 bulan 4 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan masa bayi 0-6 bulan 5 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan anak usia 7-24 bulan 6 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan tentang PHBS pada masa postnatal 7 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan pengetahuan mengenai masa postnatal 8 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa bayi 0-6 bulan 9 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan 10 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai PHBS masa postnatal 11 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan sikap mengenai masa postnatal 12 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan alasan sikap pada masa postnatal 13 Materi Pendidikan 1000 HPK yang Harus Diketahui oleh WUS
10 11 12 13 16 20 21 22 26 29 30 31 32
DAFTAR GAMBAR 1 Skema kerangka pemikiran pengetahuan dan sikap mahasiswi Institut Pertanian Bogor tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal 2 Prosedur pengambilan contoh
5 6
DAFTAR LAMPIRAN 1 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan masa bayi 0-6 bulan 2 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan masa anak 7-24 bulan 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan PHBS masa postnatal 4 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai masa bayi 0-6 bulan 5 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan 6 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai PHBS masa postnatal 7 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan setiap komponen pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal 8 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan setiap komponen sikap 1000 HPK terkait masa postnatal 9 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan dan sikap 1000 HPK terkait masa postnatal
38 39 40 40 41 43
43
44
44
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Banyak terdapat wanita yang yang belum siap menjadi calon ibu. Berdasarkan Riskesdas (2013), terdapat kehamilan pada umur remaja (15-19 tahun) adalah sekitar 1.97%. Nikah dan hamil di usia muda yang tidak didukung oleh kesiapan seorang wanita sebagai calon ibu akan meningkatkan risiko komplikasi medis, baik pada ibu maupun pada anak. Kehamilan anak di usia yang sangat muda akan meningkatkan angka kematian dan kesakitan ibu. Selain itu, konsekuensi dari seorang wanita yang tidak siap menjadi seorang ibu ketika melahirkan adalah bayi dengan status gizi yang tidak baik. Sekitar 14% bayi yang baru lahir dari ibu berusia remaja di bawah 17 tahun adalah prematur (Fadlyana dan Larasati 2009). Masalah lain yang timbul pada anak prematur adalah masalah kekurangan gizi terdiri atas kurang gizi kronis dalam bentuk anak pendek atau stunting dan kurang gizi akut dalam bentuk anak kurus (wasting). Anak yang kurang gizi akan tumbuh lebih pendek (stunting) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan penurunan produktivitas pada usia dewasa. Hasil Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa prevalensi balita Indonesia yang mengalami stunting dan wasting masing-masing sebesar 37.2% dan 12.1%. Kejadian stunting dan wasting pada balita Indonesia perlu ditekan dan dicegah dengan cara memberikan perhatian khusus pada masa-masa vital awal kehidupan anak, yaitu selama 1000 hari sejak konsepsi. Periode 1000 hari dimulai dari dalam kandungan hingga usia 2 tahun atau yang dikenal dengan sebutan periode emas. Periode ini merupakan masa yang menjadi perhatian dalam program Gerakan Nasional Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat 2012). Seribu Hari Pertama Kehidupan yang terdiri dari 270 hari selama kehamilan dan 730 hari kehidupan pertama sejak bayi dilahirkan merupakan periode emas (golden periode) karena pada periode ini, awal kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung secara cepat. Apabila tidak dimanfaatkan dengan baik akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (Kemenkes 2012). Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berdampak pada kualitas sumberdaya manusia. Anak yang kekurangan gizi akan tumbuh lebih pendek (berat lahir rendah) dan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan kemungkinan menghambat keberhasilan pendidikan serta menurunkan produktivitas pada usia dewasa. Gizi kurang/buruk juga merupakan dasar kematian bayi (Victora et al. 2010). Reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan diabetes dengan berbagai risiko turunannya pada usia dewasa (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat 2012). Masalah pada periode 730 hari selama pasca kelahiran bayi tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sikap gizi saat remaja yang menyebabkan tidak berkualitasnya asupan gizi dan pola asuh yang akan berdampak pada status gizi anak nantinya. Hal tersebut dapat dicegah jika seorang calon ibu memiliki status gizi, kondisi fisik dan kesehatan yang baik. Kondisi
2 tersebut dapat diperoleh jika wanita memiliki asupan gizi yang baik yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap wanita mengenai gizi dan kesehatan pada masa postnatal sehingga dapat menghasilkan generasi yang berkualitas baik dari segi fisik, kesehatan maupun mental. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wahyuni et al. (2014) yang menyatakan bahwa pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi keseimbangan konsumsi zat gizi yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak yang baik. Wanita yang berada pada periode usia subur memiliki kesempatan yang lebih besar untuk melangkah ke jenjang pernikahan dan menjadi calon ibu sehingga perlu memiliki pengetahuan dan sikap yang memadai mengenai masa postnatal. Mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi dan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama semester 2 yang merupakan contoh pada penelitian ini termasuk dalam kategori wanita usia subur. Mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi yang sudah mendapatkan pendidikan formal dengan kurikulum gizi yang terstruktur terkait materi mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal diharapkan memiliki pemahaman yang lebih baik dari mahasiswi yang tidak mendapatkan kurikulum terkait gizi sama sekali yaitu mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama semester 2. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengkaji dan mempelajari pengetahuan dan sikap mahasiswi IPB tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal. Tujuan Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengetahuan dan sikap mahasiswi IPB tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terkait masa postnatal pada usia 0-2 tahun. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi karakteristik contoh dan sosial ekonomi keluarga contoh 2. Mengidentifikasi sumber informasi tentang pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal. 3. Mempelajari pengetahuan dan sikap contoh tentang 1000 HPK terkait masa postnatal. 4. Menganalisis keberadaan perbedaan pengetahuan dan sikap antar kelompok Tingkat Persiapan Bersama dan departemen Gizi Masyarakat tentang 1000 HPK terkait masa postnatal. 5. Menganalisis hubungan antara karakteristk contoh dan sosial ekonomi keluarga dengan pengetahuan dan sikap contoh tentang tentang 1000 HPK terkait masa postnatal. Hipotesis 1.
Mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi mempunyai pengetahuan lebih tinggi mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal dibandingkan dengan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama.
3
2.
Mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi mempunyai sikap yang lebih baik mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal dibandingkan dengan mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama. Manfaat
Kegunaan penelitian ini antara lain diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengetahuan dan sikap mahasiswi IPB tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) terkait masa postnatal. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dalam memberikan pendidikan gizi terkait masa postnatal kepada mahasiswi. Penelitian ini diharapkan menambah wawasan mengenai persiapan pasca kelahiran dengan memperhatikan aspek gizi dan non gizi sebelum dan saat menyusui kepada mahasiswi sebagai calon ibu yang nantinya bermanfaat dalam peningkatan status gizi maupun kesehatan generasi dari mahasiswi tersebut. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang 1000 HPK terkait masa postnatal kepada pemerintah sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk perumusan kebijakan berkenaan dengan 1000 HPK.
KERANGKA PEMIKIRAN Banyak faktor yang mempengaruhi kesiapan wanita untuk menjadi calon ibu diantaranya adalah pengetahuan dan sikap tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Pengetahuan dan sikap tentang 1000 HPK meliputi pengetahuan dan sikap perawatan tentang bayi 0-6 bulan; pengetahuan dan sikap tentang perawatan anak 7-24 bulan; dan pengetahuan dan sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan dan sikap ini antara lain dipengaruhi oleh karakteristik contoh, keluarga dan sumber informasi. Karakteristik contoh meliputi umur, daerah asal, dan jumlah uang saku. Karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua dan pekerjaan orangtua. Umur, daerah asal, dan uang saku merupakan beberapa variabel terkait contoh yang diteliti terhadap pengetahuan dan sikap contoh. Pertambahan umur seseorang akan berhubungan dengan perkembangan kognitif, penalaran moral, dan perkembangan sosial yang artinya semakin dewasa seseorang seharusnya pengetahuan dan pengalamannya semakin bertambah. Daerah asal berhubungan dengan kebudayaan dan lingkungan contoh tumbuh berkembang dan turut mempengaruhi pengetahuan dan sikap. Uang saku mempengaruhi dalam akses informasi contoh. Besar keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orangtua dan pendapatan keluarga merupakan beberapa variabel terkait keluarga contoh yang diteliti dan diduga berhubungan dengan pengetahuan dan sikap contoh. Besar keluarga berhubungan dengan penyediaan sumber informasi dan pembentukan sikap karena keluarga merupakan orang yang paling dekat dengan contoh. Pendidikan orang tua berhubungan dengan tingkat pengetahuan orang tua dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua di rumah. Pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua berhubungan dengan ekonomi keluarga dan mempengaruhi dalam akses informasi contoh.
4 Selain itu, pengetahuan dan sikap dapat dipengaruhi oleh kemudahan akses informasi. Berbagai sumber informasi meliputi sekolah atau institusi pendidikan lain, orang tua, media massa, teman dan lain-lain. Sekolah sebagai institusi pendidikan formal dan orang tua sebagai tempat pendidikan non fomal memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pengetahuan dan sikap contoh. Media massa berpengaruh terhadap pengembangan pengetahuan dan pembentukan sikap karena melalui media massa seperti televisi, radio dan media sosial/internet akan diperoleh berbagai informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang sehingga lebih lanjut dapat berdampak pada persepsi dan sikap individu tersebut. Teman sebagai relasi yang paling dekat dengan contoh selama contoh hidup jauh dengan orang tua juga dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap. Alokasi waktu remaja untuk berinteraksi dengan teman umumnya lebih banyak dan ini merupakan salah satu ciri remaja, yakni relatif besarnya pengaruh teman terhadap diri remaja tersebut, termasuk pengetahuan dan sikap Semua faktor tersebut mempengaruhi pengetahuan dan sikap selama masa postnatal yang terdiri dari pengetahuan dasar dan sikap perawatan bayi 0-6 bulan, perawatan anak 7-24 bulan serta perilaku hidup bersih dan sehat terkait masa postnatal. Pengetahuan dasar dan sikap perawatan bayi 0-6 bulan, terdiri atas ASI eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini, Imunisasi, dan Pemantauan Pertumbuhan. Pengetahuan dasar dan sikap perawatan anak 7-24 bulan terdiri atas Makanan Pendamping ASI, Suplementasi Vitamin A, dan Pemberian ASI. Pengetahuan dan sikap gizi pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan terutama selama masa postnatal sangat berperan penting dalam mempengaruhi status gizi anak sehingga calon ibu perlu memiliki pengetahuan dan sikap yang baik untuk persiapan masa depan. Secara sistematik, kerangka pemikiran pengetahuan dan sikap mahasiswi Institut Pertanian Bogor tentang 1000 hari pertama kehidupan terkait masa postnatal disajikan pada Gambar 1.
5
Secara sistematik, kerangka pemikiran tersebut dapat disederhanakan dalam alur sebagai berikut: Sumber informasi
Institusi pendidikan: Sekolah dan kampus
Non Institusi Pendidikan : Orangtua, media massa, dan teman
Karakteristik Contoh 1. Usia 2. Daerah asal 3. Uang saku
Karakteristik keluarga 1. Besar keluarga 2. Pendidikan orang tua 3. Pekerjaan orangtua
Pengetahuan dan sikap mahasiswi tentang 1000 HPK terkait masa postnatal: 1. Pengetahuan dasar dan sikap perawatan bayi 0-6 bulan 2. Pengetahuan dasar dan sikap perawatan anak 7-24 bulan 3. Perilaku hidup bersih dan sehat terkait masa postnatal Kesiapan sebagai ibu Kelahiran Status gizi anak Keterangan: :Variabel yang diteliti :Variabel yang tidak diteliti :Hubungan yang dianalisis :Hubungan yang tidak dianalisis
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran pengetahuan dan sikap mahasiswi Institut Pertanian Bogor tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal
6
METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yaitu penelitian yang dilakukan pada periode waktu yang sama terhadap semua responden. Penelitian dilakukan di Departemen Gizi Masyarakat dan Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor. Contoh merupakan mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang termasuk dalam golongan Wanita Usia Subur (WUS) dengan rentang usia 17-23 tahun. Penelitian direncanakan dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari April sampai Juli 2014. Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswi Institut Pertanian Bogor yang merupakan golongan WUS. Jumlah contoh yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 80 orang dengan metode stratified simple random sampling, yaitu populasi sebelumnya sudah dikelompokkan menjadi populasi mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi (GM) Institut Pertanian Bogor. Mahasiswi TPB yang berasal dari program studi Ilmu Gizi tidak diikutsertakan dalam penelitian disebabkan mahasiswi tersebut telah memperoleh mata kuliah mayor Ilmu Gizi. Contoh diambil sebanyak 46 orang dari populasi TPB dan 40 orang dari populasi GM semester 8. Penarikan contoh simple random sampling adalah dengan menggunakan software Microsoft Excel. Contoh dihubungi satu per satu untuk diminta kesediaannya sebagai responden. Apabila contoh bersedia belum memenuhi jumlah yang ditentukan, contoh kemudian diambil kembali secara acak. Kriteria untuk contoh penelitian ini adalah 1) wanita dengan rentang usia 17-23 tahun 2) mahasiswi TPB non GM dan mahasiswi semester 8 Departemen GM 3) belum menikah 4) bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Mahasiswi TPB N=2226
GM n=140
Mahasiswi GM Sem 8 N=94
Non GM n=2086 Contoh n=46
Contoh n=40
Gambar 2 Prosedur pengambilan contoh
7
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer yang dikumpulkan meliputi: 1. Data karakteristik contoh (umur, daerah asal, dan uang saku) diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dipandu oleh peneliti. 2. Data karakteristik keluarga (kondisi sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dipandu oleh peneliti. 3. Data sumber informasi mahasiswi tentang 1000 HPK terkait masa postnatal diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dikelompokkan menjadi institusi pendidikan (sekolah/kampus), orang tua, media massa, teman, dan lainnya. 4. Data pengetahuan dan sikap mahasiswi terkait perawatan bayi 0-6 bulan (ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, imunisasi, pemantauan pertumbuhan), perawatan anak 7-24 bulan (makanan pendamping ASI, suplementasi vitamin A, dan pemberian ASI) serta perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh dengan memberikan masing masing pertanyaan untuk setiap komponen melalui pengisian kuesioner yang dipandu oleh peneliti. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry, editing/cleaning, pengolahan, dan analisis data. Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan, kesalahan dari konsistensi jawaban dalam kuesioner. Tahap coding merupakan tahapan yang digunakan untuk mempermudah dalam entry dan pengolahan data. Tahapan selanjutnya adalah entry data yaitu proses memasukkan data jawaban kuesioner sesuai kode yang telah ditentukan untuk masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Tahapan terakhir adalah cleaning yang dilakukan untuk mengoreksi atau mengecek kesalahan yang mungkin terjadi saat memasukkan data. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS for window versi 16.0). Data karakteristik contoh (mahasiswi TPB dan Gizi semester 8 di IPB) meliputi umur, daerah asal, dan julah uang saku. Data karakteristik keluarga meliputi kondisi sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari besar keluarga, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. Umur wanita usia subur termasuk dalam kriteria 17-23 tahun. Asal daerah meliputi wilayah Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Besar keluarga contoh dibagi menjadi keluarga kecil (≤ 4 orang), keluarga sedang (5-7 orang) dan keluarga besar (≥8 orang) (Hurlock 1994). Adapun pendidikan orangtua contoh dikategorikan menjadi pendidikan dasar (SDSMP), pendidikan mengengah (SMA) dan pendidikan tinggi (PT). Pekerjaan utama orangtua contoh dikategorikan menjadi tidak bekerja, Pegawai Negeri Sipil, Wiraswasta, Pegawai Swasta, dan lain-lain. Sumber informasi contoh tentang 1000 HPK terkait masa postnatal terdiri atas institusi pendidikan, orang tua, media massa, teman dan lainnya. Setiap pertanyaan diperbolehkan untuk mememilih lebih dari satu sumber informasi.
8 Masing-masing sumber informasi diberi nilai 1 apabila contoh memilih sumber informasi tersebut dan diberi nilai 0 apabila contoh tidak memilihnya. Frekuensi setiap sumber informasi dihitung dari total masing-masing sumber informasi dari seluruh pertanyaan yang tersedia baik pada komponen masa bayi 0-6 bulan, 7-24 bulan dan PHBS. Tingkat pengetahuan dan sikap contoh tentang 1000 HPK terkait masa postnatal dinilai berdasarkan kemampuan contoh dalam menjawab pertanyaan tertutup melalui pengisian kuesioner yang dipandu peneliti mengenai masa bayi 06 bulan, masa anak 7-24 bulan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Kelompok pertanyaan mengenai masa bayi 0-6 bulan dan masa 7-24 bulan terdiri atas 20 pertanyaan dan setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi nilai 5 dan salah diberi nilai 0. Kelompok pertanyaan perilaku hidup bersih dan sehat terdiri atas 10 pertanyaan dan setiap pertanyaan yang dijawab dengan benar diberi nilai 10 dan salah diberi nilai 0. Pengkategorian pertanyaan yang sulit dijawab dilihat dari >50% contoh yang tidak dapat menjawab dengan benar. Sikap gizi diukur dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Alternatif penilaian terhadap pernyataan yang positif yaitu sangat setuju diberi nilai 4, setuju diberi nilai 3, ragu-ragu 2, tidak setuju 1, dan sangat tidak setuju 0 sedangkan alternatif penilaian terhadap pernyataan yang negatif terhadap masalah peneliti diberikan skoring untuk jawaban sangat setuju 0, setuju 1, ragu-ragu 2, setuju 3, dan sangat tidak setuju 4 (Hidayat 2007). Pengkategorian sikap yang menyimpang tergantung pada pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif dikategorikan menjadi 2, yaitu sikap positif (sangat setuju dan setuju) dan sikap menyimpang (ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Apabila pernyataan negatif dikategorikan menjadi sikap positif (sangat tidak setuju dan tidak setuju) dan sikap menyimpang (ragu-ragu, setuju dan sangat setuju). Selanjutnya, pengetahuan dan sikap contoh masing-masing dikelompokkan berdasarkan nilai total yang diperoleh menjadi 3 kategori, yaitu kurang (persentase jawaban benar <60%), sedang (persentase jawaban benar 6080%), dan baik (persentase jawaban benar >80%) (Khomsan 2000). Alasan dikelompokkan menjadi benar dan salah sesuai dengan kelogisan alasan yang dikemukakan contoh. Tidak memberikan alasan dikategorikan ke dalam alasan yang salah. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Analisis data terdiri atas uji statistik deskriptif dan uji statistik inferensia. Uji statistik deskriptif dilakukan pada beberapa variabel diantaranya, yaitu karakteristik contoh (umur, daerah asal, dan uang saku), karakteristik keluarga (kondisi sosial ekonomi keluarga yang terdiri dari besar keluarga, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua), pengetahuan contoh (pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan, masa 7-24 bulan dan perilaku hidup bersih dan sehat) dan sumber informasi contoh tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal. Uji beda contoh TPB dengan contoh semester 8 program studi Ilmu Gizi dilakukan pada variabel karakteristik contoh, karakteristik keluarga, serta pengetahuan dan sikap tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal. Uji normalitas dilakukan terlebih dahulu untuk menentukan jenis uji beda yang digunakan untuk data numerik sedangkan untuk data kategorik ditentukan berdasarkan jenis skala. Data numerik yang tersebar normal diuji
9
dengan menggunakan uji beda independent sample t-test sedangkan data yang tidak tersebar normal menggunakan uji beda Mann Whitney. Uji korelasi Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga (umur, daerah asal, dan kondisi sosial ekonomi keluarga) dengan pengetahuan dan sikap gizi terkait masa postnatal. Definisi Operasional Wanita Usia Subur (WUS) merupakan wanita berusia 17-23 tahun yang belum menikah. 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah window of opportunities atau sering juga disebut periode emas (golden period) ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada masa janin sampai anak berusia dua tahun, terjadi proses tumbuh kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Contoh adalah mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama yang bukan program studi Ilmu Gizi dan mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi yang berusia 17-23 tahun. Pengetahuan contoh terkait postnatal adalah pemahaman contoh mengenai ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan, pemberian imunisasi, pemberian MPASI dan pemberian suplemen kepada bayi. Sikap contoh terkait masa postnatal adalah kecenderungan perilaku contoh mengenai ASI eksklusif, pemantauan pertumbuhan, pemberian imuniasi, pemberian MP-ASI dan pemberian suplemen kepada bayi. Sumber informasi merupakan asal informasi terkait masa postnatal yang diketahui oleh contoh dan dapat berasal dari institusi pendidikan, orang tua, teman, media massa atau lainnya. Uang saku adalah uang yang diperoleh contoh setiap bulan dari orang tua, penghasilan pribadi, beasiswa dan/atau dari sumber lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Contoh pada penelitian ini adalah mahasiswi Tingkat Persiapan Bersama (TPB) angkatan 50 dan mahasiswi semester 8 program studi Ilmu Gizi (GM). Karakteristik contoh yang diteliti meliputi usia, asal daerah dan uang saku. Seluruh contoh TPB berada dalam rentang usia 17-20 tahun dengan ratarata usia 18.4 (17,20) tahun. Seluruh contoh GM berada dalam rentang usia 21-23 tahun dengan rata-rata usia 21.7 (21,23) tahun. Menurut Depkes (2009) usia 17-23 tahun merupakan kelompok usia remaja akhir. Usia contoh GM adalah nyata (p<0.05) lebih tinggi daripada TPB. Sebagian besar contoh (82.6%) berasal dari pulau Jawa. Contoh TPB yang berasal dari Jawa adalah nyata (p<0.05) lebih banyak daripada contoh GM.
10 Sebagian besar uang saku contoh TPB (56.6%) berada di bawah Rp 1 000 000 /bulan sedangkan sebagian besar uang saku contoh GM (50.0%) berada dalam rentang Rp 1 000 000- 1 499 999/bulan. Rata-rata uang saku contoh TPB adalah Rp 970 434.8 ± 453 783.9 sedangkan rata-rata uang saku contoh GM adalah Rp 1 264 542 ± 725 049.2. Uang saku contoh GM adalah nyata (p<0.05) lebih tinggi dibandingkan contoh TPB. Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan karakteristidan kelompok Karakteristik contoh Usia contoh (tahun) a 17-20 21-23 Total Asal daerah Jawa Luar Jawa Total Uang saku (Rp/bulan)a <1 000 000 1 000 000-1 499 999 1 500 000-1 999 999 >2 000 000 Total
TPB
GM
n % 18.4 (17,20) 46 100.0 0 0.0 46 100.0
n % 21.6 (21,23) 0 0.0 40 100.0 40 100.0
Total n % 19.9 (17,23) 46 53.5 40 46.5 86 100.0
44 95.7 2 4.3 46 100.0 970 435 (500 000, 3 000 000) 26 56.5 15 32.6 3 6.5 2 4.3 46 100.0
27 67.5 13 32.5 40 100.0 1 264 542 (500 000, 3 000 000) 8 20.0 20 50.0 8 20.0 4 10.0 40 100.0
71 82.6 15 17.4 86 100.0 1 107 229 (500 000, 3 000 000) 34 39.5 35 40.7 11 12.8 6 7.0 86 100.0
p
0.000*
0.001*
0.000*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05 a Median (Min,Maks)
Karakteristik Keluarga Karakteristik keluarga meliputi besar keluarga, pendidikan serta pekerjaan orangtua. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga disajikan dalam Tabel 2. Sebagian besar contoh TPB (60.9%) dan GM (52.5%) berasal dari keluarga yang berukuran sedang dengan jumlah anggota 5-6 orang. Rata-rata besar keluarga pada TPB dan GM sama yaitu sebesar 5±1.4 orang. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara besar keluarga pada contoh TPB dan GM. Sebagian besar ayah contoh TPB menyelesaikan pendidikan hingga tingkat menengah (54.3%) sedangkan sebagian besar ayah contoh GM menyelesaikan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi (52.5%). Sebagian besar ibu contoh TPB menyelesaikan pendidikan hingga tingkat menengah (47.8%) sedangkan sebagian besar ibu contoh GM menyelesaikan pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi (45.0%). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05) antara tingkat pendidikan ayah dan ibu pada contoh TPB dan GM.
11
Sebagian besar orang tua contoh memiliki pekerjaan dan hanya sebagian kecil orang tua contoh yang tidak bekerja. Sebagian besar ayah contoh TPB bekerja sebagai wiraswasta (39.1%) sedangkan sebagian besar ayah contoh GM bekerja sebagai PNS (32.5%). Sebagian besar ibu contoh TPB (73.9%) dan GM (55.0%) adalah ibu rumah tangga. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat tidak perbedaan yang nyata (p>0.05) antara pekerjaan ayah pada contoh TPB dan GM. Namun, terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05) antara pekerjaan ibu pada contoh TPB dan GM. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan kelompok Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Kecil (≤4) Sedang (5-6) Besar (≥6) Total Pendidikan Ayah Pendidikan dasar (SD-SMP) Pendidikan menengah (SMA) Pendidikan tinggi (PT) Total Pendidikan Ibu Pendidikan dasar (SD-SMP) Pendidikan menengah (SMA) Pedidikan tinggi (PT) Total Pekerjaan Ayah Tidak bekerja PNS Swasta Wiraswasta Lain Total Pekerjaan Ibu PNS Swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga Total
TPB n %
GM n %
Total n %
14 28 4 46
30.4 60.9 8.7 100.0
15 21 4 40
37.5 52.5 10.0 100.0
29 49 8 86
33.7 57.0 9.3 100.0
8 25 13 46
17.4 54.3 28.3 100.0
7 12 21 40
17.5 30.0 52.5 100.0
15 37 34 86
17.4 43.0 39.5 100.0
15 22 9 46
32.6 47.8 19.6 100.0
12 10 18 40
30.0 25.0 45.0 100.0
37 32 27 86
43.0 37.2 31.4 100.0
2 5 11 18 10 46
4.3 10.9 23.9 39.1 21.7 100.0
6 13 3 10 8 40
15.0 32.5 7.5 25.0 20.0 100.0
8 18 14 28 18 86
9.3 20.9 16.3 32.6 20.9 100.0
3 4 4 35 46
6.5 8.7 8.7 75.1 100.0
13 1 3 23 40
32.5 2.5 7.5 57.5 100.0
16 5 7 58 86
18.6 5.8 8.1 67.4 100.0
p
0.616
0.077
0.084
0.098
0.028*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
Sumber informasi contoh mengenai 1000 HPK terkait Masa Postnatal Sumber informasi contoh mengenai 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal terdiri dari institusi pendidikan, orangtua, media massa, dan teman.
12
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan sumber informasi pengetahuan pada masa bayi 0-6 bulan TPB Sumber Informasi Masa bayi 0-6 bulan Institusi pendidikan Orang tua Media massa Teman Total Masa anak 7-24 bulan Institusi pendidikan Orang tua Media massa Teman Total PHBS Institusi pendidikan Orang tua Media massa Teman Total
f*
GM %
f*
Total %
f*
%
256 332 117 26 731
35.0 45.4 16.0 3.6 100.0
638 94 92 22 846
75.4 11.1 10.9 2.6 100.0
894 426 209 48 1577
56.7 27.0 13.3 3.0 100.0
143 332 117 26 618
23.1 53.7 18.9 4.2 100.0
595 94 92 22 803
74.1 11.7 11.5 2.7 100.0
738 426 209 48 1421
51.9 30.0 14.7 3.4 100.0
125 243 118 15 501
25.0 48.5 23.6 3.0 100.0
266 60 93 14 433
61.4 13.9 21.5 3.2 100.0
391 303 211 29 934
41.9 32.4 22.6 3.1 100.0
*frekuensi sumber informasi yang dipilih responden
Sumber informasi mengenai masa bayi 0-6 bulan sebagian besar berasal dari institusi pendidikan (56.7%) dan orang tua (27.0%). Informasi mengenai masa anak 7-24 bulan sebagian besar berasal dari institusi pendidikan (51.9%) dan orang tua (30.0%). Informasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat sebagian besar berasal dari institusi pendidikan (41.9%) dan orang tua (32.4%) (Tabel 3). Menurut Notoatmodjo (2007) informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Selain itu, menurut Stavrinides (2011) menyebutkan bahwa pengetahuan orang tua akan mempengaruhi pengetahuan anak karena selain di sekolah, anak menghabiskan waktunya di rumah dan berinteraksi dengan orang tua. Pengetahuan tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal Pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal terbagi atas tiga komponen yaitu pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
13
Pengetahuan mengenai Masa Bayi 0-6 Bulan Pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan terdiri atas 20 pertanyaan pilihan berganda atau pertanyaan tertutup yang memiliki 2 skor, yaitu skor 5 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan berisi pertanyaan seputar ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, imunisasi, pemantauan pertumbuhan. Jumlah skor kemudian diakumulasi dan skor akhir merepresentasikan nilai yang diperoleh dimana 100 merupakan nilai maksimum yang dapat diperoleh. Hasil uji beda setiap pertanyaan dan sebaran jawaban benar dapat dilihat pada Lampiran 1. Secara umum dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa contoh GM tidak memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan terkait masa bayi 0-6 bulan karena contoh sudah mendapat informasi terkait ilmu gizi selama proses perkuliahan. Sedangkan, contoh TPB memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan nomor 1-11 karena contoh TPB tidak memperoleh ilmu terkait gizi. Hal ini terlihat dari lebih dari separuh contoh yang tidak dapat menjawab dengan benar pada poin pertanyaan tersebut. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan masa bayi 0-6 bulan No
Pertanyaan
1 Berat bayi lahir minimal yang dinyatakan sehat 2 Frekuensi ibu menyusui bayi dalam 1 hari 3 Hal pertama yang dilakukan setelah bayi lahir 4 Waktu melakukan IMD 5 Hal yang diberikan saat imunisasi 6 Perawatan bayi 7 Makanan yang diberikan kepada bayi baru lahir 8 Manfaat IMD untuk bayi 9 Waktu penimbangan berat badan 10 Cairan berwarna kekuningan yang pertama kali keluar dari puting ibu pasca melahirkan 11 Manfaat pemberian kolostrum 12 Pengertian IMD 13 Pertanda bayi cukup gizi 14 Masa pemberian ASI eksklusif 15 Cara komunikasi dengan bayi 16 Pengertian ASI eksklusif 17 Tujuan pemberian imunisasi 18 Manfaat pemberian ASI eksklusif 19 Makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan 20 Manfaat imunisasi
TPB
GM
Total
n
%
n
%
n
%
41
89.1
9
22.5 50 58.1
38
82.6
11
27.5 49 57.0
36
78.3
7
17.5 43 50.0
33 31 30
71.7 67.4 65.2
3 15 17
7.5 36 41.9 37.5 46 53.5 42.5 47 54.7
29
63.0
0
0.0 29 33.7
29 29
63.0 63.0
9 3
22.5 38 44.2 7.5 32 37.2
26
56.5
0
0.0 26 30.2
25 23 19 17 12 11 9 8
54.3 50.0 41.3 37.0 26.1 23.9 19.6 17.4
0 0 3 1 5 1 1 1
0.0 0.0 7.5 2.5 12.5 2.5 2.5 2.5
25 23 22 18 17 12 10 9
29.1 26.7 25.6 20.9 19.8 14.0 11.6 10.5
4
8.7
2
5.0
6
7.0
4
8.7
0
0.0
4
4.7
14 Pertanyaan ke-1 mengenai berat badan bayi minimal yang dinyatakan sehat tidak dapat dijawab dengan benar oleh 89.1% contoh TPB. Contoh TPB memperoleh persentase jumlah jawaban salah yang paling tinggi pada pertanyaan ini. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Tarigan et al. (2012), bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2 500 g tergolong dalam bayi berat badan lahir rendah (BBLR). Pertanyaaan ke-2 mengenai frekuensi ibu menyusui bayi dalam satu hari tidak dapat dijawab dengan benar oleh 82.6% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Susanti et al. (2012) ibu sebaiknya menyusui bayi sesuai dengan keinginan bayi. Apabila balita mendapatkan ASI dengan frekuensi kurang (<8 kali/hari) berisiko menderita gizi buruk sebesar 3.75 kali lebih besar dibandingkan balita yang mendapatkan dengan frekuensi cukup. Pertanyaan ke-3 mengenai hal pertama yang pertama dilakukan ketika bayi lahir tidak dapat dijawab dengan benar oleh 78.3% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Astari dan Lisnawati (2011), bayi yang baru lahir langsung diletakkan di dada ibunya tanpa perlu dimandikan, ditimbang ataupun dibersihkan dan hanya perlu dikeringkan. Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotermia pada bayi. Pertanyaan ke-4 mengenai waktu yang tepat untuk dilakukan IMD tidak dapat dijawab dengan benar oleh 71.7% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Astari dan Lisnawati (2011), IMD dilakukan langsung ketika bayi lahir dan berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Pertanyaan ke-5 mengenai hal yang diberikan pada saat imunisasi tidak dapat dijawab dengan benar oleh 67.4% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Azizah et al. (2012), imunisasi adalah pemberian vaksin ke dalam tubuh berupa bibit penyakit yang dilemahkan dan menyebabkan tubuh memproduksi antibodi. Pertanyaan ke-6 mengenai perawatan bayi tidak dapat dijawab dengan benar oleh 65.2% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Perawatan tali pusat merupakan usaha untuk mencegah terjadinya infeksi dan dilakukan pada saat kelahiran dan setelah kelahiran (Zuniyati et al. 2011). Pertanyaan ke-7 mengenai makanan yang diberikan kepada bayi yang baru lahir tidak dapat dijawab dengan benar oleh 63.0% contoh TPB. Sebagian besar contoh TPB yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Purnawati dan Muwakhidah (2013), ASI adalah makanan pertama bagi bayi yang baru lahir dan ASI pertama yang diberikan kepada bayi disebut kolostrum. Pertanyaan ke-8 mengenai manfaat IMD bagi bayi tidak dapat dijawab dengan benar oleh 63.0% contoh TPB. Sebagian besar contoh TPB yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Pelaksanaan IMD merupakan awal keberhasilan dalam pemberian ASI eksklusif yang dapat mencegah atau menurunkan angka kematian bayi dan
15
juga dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Yuntas 2013). Pertanyaan ke-9 mengenai waktu penimbangan berat badan tidak dapat dijawab dengan benar oleh 63.0% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Sadjaja et al. (2005), penimbangan anak balita yang dilakukan tiap bulan (growth monitoring) merupakan salah sau kegiatan yang vital dalam pemantauan status kesehatan dan gizi. Pertanyaan ke-10 mengenai cairan berwarna kekuningan yang pertama kali keluar dari puting ibu pasca melahirkan tidak dapat dijawab dengan benar oleh 56.5% contoh TPB. Sebagian besar contoh TPB yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Thapa (2005), kolostrum merupakan cairan yang berwarna kuning kental yang disekresi oleh kelenjar mamae yang kaya akan protein dan diproduksi setelah melahirkan. Pertanyaan ke-11 mengenai manfaat pemberian kolostrum tidak dapat dijawab dengan benar oleh 54.3% contoh TPB. Sebagian besar contoh TPB yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Purnawati dan Muwakhidah (2013), kolostrum banyak mengandung zat kekebalan terutama IgA( Immunoglobin A) yang berfungsi melindungi bayi dari penyakit infeksi yang dapat menyerang di tempat yang paling berisiko seperti selaput lendir pada paru-paru, tenggorokan dan usus. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.760, p<0.05) dengan pengetahuan masa bayi 0-6 bulan contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antarkelompok. Kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda karena perbedaan akses dan pemaparan informasi yang diterima. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara daerah asal (r=0.275, p<0.05) dengan pengetahuan contoh. Daerah asal menentukan kebudayaan dan lingkungan seseorang. Penelitian di Garut menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan/kebiasaan di masyarakat mengenai kolostrum basi dan sebanyak 48.3% masyarakat menganut kepercayaan itu (Solihah 2010). Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara uang saku (r=0.300, p<0.05) dengan pengetahuan contoh. Hal ini dapat berarti bahwa semakin tinggi uang saku, tingkat pengetahuan gizi semakin meningkat. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masa postnatal adalah dengan meningkatkan membaca dan mencari informasi terkait dengan masa postnatal. Meningkatnya uang saku akan memberikan kesempatan untuk dapat menggunakan uang dalam keperluan selain non pangan seperti membeli buku, mengakses internet, dan mengakses sumbersumber informasi lainnya. Semakin baik akses informasi maka akan semakin meningkat pengetahuan (Notoatmodjo 2007). Contoh TPB memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah mengenai pengetahuan masa bayi 0-6 bulan dibandingkan GM (Tabel 7). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewan et al. (2002) wanita remaja primigravida (usia<20 tahun) mempunyai pengetahuan tentang ASI yang lebih
16 rendah dibandingkan dengan wanita non-remaja primigravida (usia ≥20 tahun). Hanya satu remaja primigravida dari 40 remaja primigravida yang mempunyai pengetahuan tentang kolostrum. Swanson et al. (2005) juga menyebutkan pengetahuan remaja akhir mengenai manfaat ASI sangat kurang. Pengetahuan yang baik berhubungan positif dengan usia. Pengetahuan mengenai Masa Anak 7-24 Bulan Pengetahuan mengenai masa anak 7-24 bulan berisi pertanyaan seputar makanan pendamping ASI, suplementasi vitamin A, dan pemberian ASI. Hasil uji beda setiap pertanyaan dan sebaran jawaban benar dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan anak usia 7-24 bulan No
Pertanyaan
1 2
Dampak kekurangan Zn Jumlah pemberian kapsul vitamin A Usia bayi mulai diberikan makanan orang dewasa Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia di atas 6 bulan Frekuensi pemberian MP-ASI yang diberikan dalam sehari kepada bayi usia 6-7 bulan Manfaat suplementasi seng (Zn) Dampak kekurangan vitamin A Usia maksimal yang diharuskan dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan Salah satu suplemen penting untuk bayi usia 7-24 bulan Jenis makanan yang diberikan kepada bayi usia di atas 8 bulan Dampak tidak diberi MP-ASI Usia pemberian MP-ASI Cara merangsang perkembangan bayi Batas usia pemberian ASI Contoh makanan pendamping ASI Susunan menu anak 1-2 tahun Pengertian MP-ASI Contoh makanan padat Manfaat vitamin A Aspek yang dilatih ketika berbicara kepada bayi
3 4
5
6 7 8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TPB n % 43 93.5
GM n % 26 65.0
Total n % 69 80.2
40
87.0
10
25.0
50
58.1
36
78.3
12
30.0
48
55.8
36
78.3
10
25.0
46
53.5
36
78.3
7
17.5
43
50.0
35 35
76.1 76.1
12 4
30.0 10.0
47 39
54.7 45.3
35
76.1
4
10.0
39
45.3
33
71.7
5
12.5
38
44.2
30
65.2
10
25.0
40
46.5
28 27
60.9 58.7
10 2
25.0 5.0
38 29
44.2 33.7
26
56.5
18
45.0
44
51.2
24 17 16 16 14 6
52.2 37.0 34.8 34.8 30.4 13.0
12 9 5 0 3 1
30.0 22.5 12.5 0.0 7.5 2.5
36 26 21 16 17 7
41.9 30.2 24.4 18.6 19.8 8.1
4
8.7
0
0.0
4
4.7
17
Secara umum dapat dilihat bahwa contoh GM tidak memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan terkait masa anak 7-24 bulan karena contoh sudah mendapat informasi terkait ilmu gizi selama proses perkuliahan. Sedangkan, contoh TPB memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan nomor 1-14. Hal ini terlihat dari lebih dari separuh contoh yang tidak dapat menjawab dengan benar pada poin pertanyaan tersebut. Namun, terdapat satu pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan baik oleh contoh TPB dan GM yaitu pertanyaan mengenai dampak kekurangan Zn. Pertanyaan ke-1 mengenai dampak kekurangan seng (Zn) tidak dapat dijawab oleh 65.0% contoh GM dan 93.5% contoh TPB. Kedua kelompok contoh memperoleh persentase jumlah jawaban salah yang paling tinggi pada pertanyaan ini. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Contoh GM seharusnya mampu menjawab soal ini karena informasi mengenai seng sebagai zat gizi mikro terdapat pada mata kuliah Ilmu Gizi Dasar, Analisis Zat Gizi dan Biokimia Gizi. Menurut Herman (2009), defiensi seng dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan, berat lahir rendah, imunitas menurun, frekuensi dan lama diare pada anak balita, dan pada tingkat berat dapat mengakibatkan cacat bawaan. Pertanyaan ke-2 mengenai jumlah pemberian kapsul vitamin A tidak dapat dijawab dengan benar oleh 87.0% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Mahyudin et al. (2012), pemberian vitamin A diberikan dua kali dalam setahun yaitu di bulan Februari dan Agustus. Pertanyaan ke-3 mengenai usia bayi mulai diberikan makanan orang dewasa tidak dapat dijawab dengan benar oleh 78.3% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini dan sebagian lainnya menjawab 2 tahun. Menurut Goi (2013), bayi yang berusia 9-12 bulan dapat diberikan makanan yang lebih padat dan siap menerima makanan yang dikonsumsi keluarga. Pertanyaan ke-4 mengenai jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia di atas 6 bulan tidak dapat dijawab 78.3% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Pujiyanti (2008), bayi yang berusia lebih dari 6 bulan dapat diberikan MP-ASI secara bertahap mulai dari makanan yang lumat halus, lumat, lunak sampai dengan makanan padat. Pertanyaan ke-5 mengenai frekuensi pemberian MP-ASI yang diberikan dalam sehari kepada bayi usia 6-7 bulan tidak dapat dijawab oleh 78.3% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Hayati et al. (2012), frekuensi dalam pemberian makanan pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari. Pertanyaan ke-6 mengenai manfaat suplementasi seng (Zn) tidak dapat dijawab dengan benar oleh 76.1% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Herman (2009), suplementasi seng akan meningkatkan absorpsi vitamin A sehingga seng dapat berfungsi dalam meningkatkan sistem imun pada tubuh.
18 Pertanyaan ke-7 mengenai dampak kekurangan vitamin A tidak dapat dijawab dengan benar oleh 76.1% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Safitri dan Briawan (2013), kekurangan vitamin A dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh sehingga dapat meningkatkan terjadinya morbiditas dan mortalitas dari beberapa penyakit infeksi seperti diare, infeksi saluran pernapasan bawah, dan campak. Pertanyaan ke-8 mengenai usia maksimal yang diharuskan dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan tidak dapat dijawab dengan benar oleh 76.1% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Pujiyanti (2008), kesehatan seorang anak dapat dilihat dari beberapa hal, khususnya untuk anak usia 0-5 tahun kesehatan anak dapat dilihat dari berat badannya setiap bulan melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). Pertanyaan ke-9 mengenai salah satu suplemen penting untuk bayi usia 724 bulan tidak dapat dijawab dengan benar oleh 71.7% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Mahyudin et al. (2012), vitamin A esensial untuk kesehatan karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh, namun untuk mengembalikan cadangan vitamin A yang terpakai harus disuplementasi dari kapsul vitamin A. Pertanyaan ke-10 mengenai jenis makanan yang diberikan kepada bayi usia di atas 8 bulan tidak dapat dijawab dengan benar oleh 65.2% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Hayati et al. (2012), bayi dengan usia 8-11 bulan diberikan bubur nasi maupun nasi yang dilumatkan (makanan lunak) yang diberikan 3 kali sehari sebanyak setengah hingga satu mangkok setiap kali makan. Pertanyaan ke-11 mengenai dampak tidak diberi MP-ASI tidak dapat dijawab dengan benar oleh 60.9% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Menurut Susanti et al. (2012), pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu lambat mengakibatkan bayi mengalami kesulitan belajar mengyunyah, tidak menyukai makanan padat, dan bayi kekurangan gizi. Pertanyaan ke-12 mengenai usia pemberian makanan pendamping ASI tidak dapat dijawab dengan benar oleh 58.7% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. MP-ASI mulai diberikan ketika bayi berusia di atas 6 bulan (Susanti et al. 2012). Pertanyaan ke-13 mengenai cara merangsang perkembangan bayi tidak dapat dijawab oleh 56.5% contoh TPB. Menurut Depkes (2012), terdapat beberapa cara untuk merangsang perkembangan bayi berusia 0-3 bulan yaitu memeluk dan menimang bayi dengan penuh kasih saying, mengajak bayi tersenyum dan berbicara, mendengarkan musik, dan lain lain. Pertanyaan ke-14 mengenai batas usia pemberian ASI tidak dapat dijawab dengan benar oleh 52.2% contoh TPB. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan
19
ini dan sebagian lainnya menjawab 6 bulan. Menurut Inoue et al. (2012) penyapihan bayi biasanya terus berlanjut hingga berusia dua atau tiga tahun. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.766, p<0.05) dengan pengetahuan masa anak 7-24 bulan contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antarkelompok. Kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda karena perbedaan akses dan pemaparan informasi yang diterima. Menurut Laraeni et al. (2013), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah jauh dekatnya sumber informasi/pengetahuan, dan seberapa sering informasi itu dilakukan/diberikan. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara daerah asal (r=0.262, p<0.05) dengan pengetahuan contoh. Daerah asal menentukan kebudayaan dan lingkungan seseorang. Penelitian di Garut menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan. Kebiasaan di masyarakat mengenai kolostrum basi dan sebanyak 48.3% masyarakat menganut kepercayaan itu (Solihah 2010). Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara uang saku (r=0.217, p<0.05) dengan pengetahuan contoh. Salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan masa postnatal adalah dengan meningkatkan membaca dan mencari informasi terkait dengan masa postnatal. Meningkatnya uang saku akan memberikan kesempatan untuk dapat menggunakan uang dalam keperluan selain non pangan seperti membeli buku, mengakses internet, dan mengakses sumber-sumber informasi lainnya. Semakin baik akses informasi maka akan semakin meningkat pengetahuan. semakin banyak informasi dapat mempengaruhi atau menambah pengetahuan seseorang dan dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang akhirnya seseorang akan berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo 2007). Contoh TPB memiliki tingkat pengetahuan yang lebih rendah mengenai pengetahuan masa anak 7-24 bulan dibandingkan GM (Tabel 3). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Black et al. (2001) yang menyatakan bahwa remaja akhir yang telah menjadi ibu memiliki tingkat pengetahuan yang kurang mengenai MP-ASI. Sebanyak 61% bayi telah menerima MP-ASI dini pada usia 3 bulan. MP-ASI yang paling sering diberikan adalah sereal yang dicampur dengan susu formula. Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pengetahuan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat pada masa postnatal terdiri atas 10 pertanyaan pilihan berganda atau pertanyaan tertutup yang memiliki 2 skor, yaitu skor 10 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Jumlah skor kemudian diakumulasi dan skor akhir merepresentasikan nilai yang diperoleh dimana 100 merupakan nilai maksimum yang dapat diperoleh. Hasil uji beda setiap pertanyaan dan sebaran jawaban benar dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 6 menampilkan 10 pertanyaan pengetahuan mengenai PHBS beserta persentase contoh yang tidak mampu menjawab dengan benar oleh contoh.
20 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban salah mengenai pengetahuan tentang PHBS pada masa postnatal No
Pertanyaan
1 2 3 4 5
Tahapan penyiapan susu formula Tujuan perawatan payudara Proses penyiapan MP-ASI Perawatan payudara Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI Proses pencucian botol susu yang baik Kebersihan ibu sebelum menyiapkan makanan Zat berbahaya dalam rokok Kriteria air minum yang sehat Waktu cuci tangan yang benar
6 7 8 9 10
TPB n % 31 67.4 29 63.0 23 50.0 18 39.1
GM n 23 20 2 7
% 57.5 50.0 5.0 17.5
Total n % 54 62.8 49 57.0 25 29.1 25 29.1
18
39.1
4
10.0
22
25.6
13
28.3
2
5.0
15
17.4
10
21.7
5
12.5
15
17.4
8 5 1
17.4 10.9 2.2
4 4 1
10.0 10.0 2.5
12 9 2
14.0 10.5 2.3
Contoh GM memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan terkait PHBS karena contoh tidak mengetahui informasi terkait pertanyaan. Hal ini terlihat bahwa sebanyak ≥ 50% contoh tidak dapat menjawab dengan benar pada pertanyaan nomor 1. Sedangkan, contoh TPB memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan nomor 1 dan 2. Pertanyaan ke-1 mengenai tahapan penyiapan susu formula tidak dapat dijawab dengan benar oleh 57.5% contoh GM dan 67.4% contoh TPB. Kedua kelompok contoh memperoleh persentase jumlah jawaban salah yang paling tinggi pada pertanyaan ini. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Informasi mengenai pertanyaan ini juga tidak terdapat di dalam mata kuliah tertentu. Menurut Paramitha et al. (2010), proses penyiapan botol susu yang baik melalui beberapa tahapan di antaranya merebus terlebih dahulu selama minimal 15 menit, menyeduh susu dengan air panas dan tidak menyimpan susu yang telah diseduh lebih dari 4 jam. Pertanyaan ke-2 mengenai tujuan perawatan payudara tidak dapat dijawab dengan benar oleh 50% contoh GM dan 63% contoh TPB. Kedua kelompok contoh memperoleh persentase jumlah jawaban salah yang paling tinggi pada pertanyaan ini. Sebagian besar contoh yang salah dalam menjawab pertanyaan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pertanyaan ini. Informasi mengenai pertanyaan ini juga tidak terdapat di dalam mata kuliah tertentu. Menurut Astari dan Djuminah (2012), perawatan payudara adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI dan mencegah masalah-masalh yang mugkin muncul pada saat menyusui. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.353, p<0.05) dengan pengetahuan PHBS contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antar kelompok. Kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda
21
karena perbedaan akses dan pemaparan informasi yang diterima. Hasil dari penelitian Harwinta (2008) dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang PHBS sebagian besar 26 siswa mempunyai pengetahuan cukup (57.8%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa contoh TPB (45.7%) dan GM (77.5%) memiliki pengetahuan mengenai PHBS yang tergolong baik (Tabel 7). Sebaran pertanyaan yang tidak mampu dijawab dengan benar oleh kedua kelompok contoh dapat memberikan gambaran pada tingkat pengetahuan contoh TPB dan GM mengenai 1000 HPK pada masa postnatal yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan pengetahuan mengenai masa postnatal TPB Kategori Masa bayi 0-6 bulan a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total Masa anak 7-24 bulan a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total PHBS a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total
n
GM %
50.7 (10,85) 31 67.4 10 21.7 5 10.9 46 100.0 41.6 (0,85) 36 78.3 9 19.6 1 2.2 46 100.0 66.1 (10,100) 17 37.0 8 17.4 21 45.7 46 100.0
n
Total %
89.0 (50,100) 1 2.5 0 0.0 39 97.5 40 100.0 80.0 (45,95) 1 2.5 16 40.0 23 57.5 40 100.0 82.0 (0,100) 1 2.5 8 20.0 31 77.5 40 100.0
n
%
P
68.5 (10,100) 32 37.2 10 11.6 0.000* 44 51.2 86 100.0 59.5 (0,95) 39 26.4 49 33.6 0.037* 59 40.1 146 100.0 73.5 (0,100) 18 20.9 16 18.6 0.000* 52 60.5 86 100.0
* Terdapat perbedaan nyata pada p<0.05 a Median (Min,Maks)
Tingkat pengetahuan contoh GM secara keseluruhan lebih baik dibandingkan TPB. Hal ini dapat dibuktikan dari rata-rata skor contoh GM untuk setiap kelompok pertanyaan lebih tinggi dibandingkan contoh TPB. Contoh TPB memiliki pengetahuan yang paling baik pada kelompok pertanyaan PHBS yaitu dengan rata-rata nilai 66.1 ± 23.8 sedangkan contoh GM memiliki pengetahuan paling baik pada kelompok pertanyaan masa bayi 0-6 bulan dengan rata-rata nilai 89.0 ± 8.4. Baik kelompok TPB dan GM memiliki pengetahuan paling rendah pada kelompok pertanyaan masa anak 7-24 bulan. Selain itu, sebagian besar contoh GM memiliki tingkat pengetahuan yang tergolong baik yaitu sebanyak 97.5% untuk kelompok pertanyaan pada masa bayi 0-6 bulan, 57.5% untuk kelompok pertanyaan pada masa anak 7-24 bulan dan 77.5% untuk kelompok pertanyaan PHBS. Sebagian besar contoh TPB memiliki tingkat pengetahuan yang tergolong kurang yaitu 67.4% untuk kelompok pertanyaan pada masa bayi 0-6 bulan dan 78.3% untuk kelompok pertanyaan pada
22 masa anak 7-24 bulan, sedangkan untuk kelompok pertanyaan PHBS sebanyak 45.7% memiliki tingkat pengetahuan yang baik. Tingkat pengetahuan contoh GM adalah nyata (p<0.05) lebih tinggi daripada TPB pada kelompok pertanyaan masa bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan serta PHBS. Perbedaan yang signifikan antara contoh TPB dan GM dapat terjadi karena adanya perbedaan akses informasi. Contoh GM memperoleh pemaparan informasi gizi terkait 1000 HPK pada masa postnatal selama proses perkuliahan sedangkan contoh TPB tidak memperoleh pemaparan informasi tersebut. Selain itu, menurut Nathania et al. (2014) faktor-faktor lain yang diduga mempengaruhi pengetahuan responden adalah usia, pendapatan, pengalaman, pekerjaan dan dukungan sosial. Sikap tentang 1000 HPK terkait Masa Postnatal Sikap adalah evaluasi seseorang terhadap objek. Sikap 1000 HPK terkait masa postnatal terbagi atas tiga komponen yaitu pengetahuan mengenai masa bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan serta perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Sikap mengenai Masa Bayi 0-6 Bulan Sikap mengenai masa bayi 0-6 bulan merupakan kecenderungan tingkah laku terhadap suatu pernyataan mengenai masa bayi 0-6 bulan. Hasil uji beda setiap pernyataan dan sebaran sikap yang sesuai dengan norma dapat dilihat pada Lampiran 4. Sebaran pernyataan sikap berdasarkan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa bayi 0-6 bulan disajikan pada Tabel 8. Contoh GM memiliki sikap yang tidak sesuai dengan norma yang seharusnya terkait masa bayi 0-6 bulan pada pernyataan nomor 1 dan 2. Sedangkan, contoh TPB memiliki sikap yang tidak sesuai dengan norma yang seharusnya pada pernyataan nomor 1-6. Hal ini terlihat dari lebih dari separuh contoh yang memiliki sikap yang menyimpang dengan norma yang seharusnya pada pernyataan tersebut. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa bayi 0-6 bulan No
Pernyataan
1
Ketika mulai tumbuh gigi, ASI boleh diganti dengan makanan pengganti ASI Pembersihan gusi bayi tiap selesai menyusu tidak perlu dilakukan hingga gigi bayi tumbuh Makanan prelaktal (seperti madu dan air putih) penting untuk diberikan saat bayi baru lahir Bayi 0-6 bulan boleh diberi makan madu supaya bayi kenyang dan tidak gampang nangis Bayi dibiasakan menyusui dari salah satu payudara saja
2
3
4
5
TPB
GM
Total
n
%
n
%
n
%
43
93.5
23
57.5
66
76.7
35
76.1
29
72.5
64
74.4
40
87.0
14
35.0
54
62.8
40
87.0
7
17.5
47
54.7
28
60.9
4
10.0
32
37.2
23
No
Pernyataan
6
Kolostrum tidak perlu dibuang karena aman untuk bayi IMD langsung dilakukan segera setelah bayi lahir Pemberian susu formula lebih mudah diberikan daripada pemberian ASI IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi baru lahir di atas dada ibu dan bayi akan merangkak mencari puting susu ibu Frekuensi pemberian ASI sebaiknya dilakukan sesuai dengan keinginan ibu Pemberian imunisasi dasar berulang perlu diberikan agar kekebalan tubuh bayi tetap terlindungi IMD perlu dilakukan karena bermanfaat bagi ibu dan bayi Pemberian imunisasi aman bagi bayi ASI eksklusif perlu diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan ASI lebih baik daripada susu formula karena mengandung kolostrum Bayi perlu mendapat imunisasi lengkap Imunisasi perlu dilakukan supaya bayi terhindar dari penyakit Penimbangan berat badan anak setiap bulan di tempat pelayanan kesehatan penting untuk dilakukan. Komunikasi dengan bayi penting untuk dilakukan ASI penting untuk diberikan karena dapat meningkatkan kecerdasan bayi dan ibu semakin sayang kepada anaknya.
7 8 9
10
11
12 13 14 15 16 17 18
19 20
TPB
GM
n
%
n
25
54.3
0
19
41.3
18
Total
%
n
%
0.0
25
29.1
2
5.0
21
24.4
39.1
7
17.5
25
29.1
17
37.0
2
5.0
19
22.1
16
34.8
7
17.5
23
26.7
14
30.4
11
27.5
25
29.1
14
30.4
0
0.0
14
16.3
14
30.4
0
0.0
14
16.3
11
23.9
0
0.0
11
12.8
9
19.6
2
5.0
11
12.8
7
15.2
1
2.5
8
9.3
6
13.0
0
0.0
6
7.0
6
13.0
0
0.0
6
7.0
4
8.7
2
5.0
6
7.0
4
8.7
0
0.0
4
4.7
Sebagian besar contoh GM (57.5%) dan TPB (93.5%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-1 mengenai ketika mulai tumbuh gigi, ASI boleh diganti dengan makanan pengganti ASI. Kedua contoh memperoleh persentase paling tinggi pada pernyataan ini. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu namun sebagian lainnya menjawab setuju dengan pernyataan ini. Salah satu alasan yang mendominasi contoh dalam menjawab setuju mengenai pernyataan ini adalah contoh menganggap bayi sudah memiliki gigi yang dapat digunakan untuk mengunyah sehingga ASI sudah tidak dperlukan. Ketika mulai tumbuh gigi, bayi dapat diberikan MP-ASI. MP-ASI merupakan makanan tambahan yang diberi kepada bayi berdampingan dengan pemberian ASI (Goi 2013).
24 Sebagian besar contoh GM (72.5%) dan TPB (76.1%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-2 mengenai pembersihan gusi bayi tiap selesai menyusu tidak perlu dilakukan hingga gigi bayi tumbuh. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Menurut Depkes (2012), perawatan gigi bayi perlu dilakukan sedini mungkin. Jika giginya belum tumbuh, gusi bayi perlu dibersihkan menggunakan kain yang dibasahi dengan air hangat. Sebagian besar contoh TPB (87.0%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-3 mengenai makanan prelaktal (seperti madu dan air putih) penting untuk diberikan saat bayi baru. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu namun sebagian lainnya menjawab setuju dengan pernyataan ini. Makanan prelaktal sering diberikan oleh ibu yang tidak tahu atau khawatir ASI yang diproduksi tidak mencukupi kebutuhan bayi padahal ASI yang diproduksi sudah mencukupi kebutuhan bayi (Goi 2013). Sebagian besar contoh TPB (87.0%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-4 mengenai bayi 0-6 bulan boleh diberi makan madu supaya bayi kenyang dan tidak gampang nangis. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu. ASI memiliki semua unsur-unsur yang memenuhi kebutuhan bayi akan gizi selama periode sekitar 6 bulan sehingga bayi tidak perlu diberi makanan tambahan lain. Pemberian makanan lain akan menyebabkan bayi mudah sakit karena sistem pencernaan bayi yang belum bekerja dengan baik (Giri et al. 2013). Sebagian besar contoh TPB (60.9%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-5 mengenai bayi dibiasakan menyusui dari salah satu payudara saja. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Menurut Goi (2013), bayi harus dibiasakan untuk menyusui dari kedua payudara karena apabila payudara tidak dikosongkan dengan maksimal dan sering bengkak, bisa memicu permasalahan baru yaitu sumbatan pada saluran ASI. Sebagian besar contoh TPB (54.3%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-6 mengenai kolostrum tidak perlu dibuang karena aman untuk bayi. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Menurut Thapa (2005), kolostrum yang diproduksi beberapa menit setelah melahirkan harus diberikan kepada bayi karena kolostrum merupakan sumber lemak, protein dan zat gizi mikro lainnya yang dibutuhkan oleh bayi. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.518, p<0.05), asal daerah (r=0.317, p<0.05), dan besar keluarga (r=0.226, p<0.05) dengan sikap pada masa bayi 0-6 bulan contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antarkelompok.
25
Kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda karena perbedaan akses dan pemaparan informasi yang diterima. Asal daerah berhubungan dengan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat. Menurut Sumarwan (2003), kebudayaan adalah segala nilai, pemikiran, simbol yang mempengaruhi perilaku,sikap, kepercayaan, kebiasaan seseorang dan masyarakat. Besar keluarga menunjukkan dukungan dalam pembentukan sikap seseorang. Contoh TPB (73.9%) memiliki sikap yang sedang sedangkan contoh GM (60.0%) memiliki sikap yang baik mengenai masa bayi 0-6 bulan (Tabel 11). Hal ini sesuai dengan penelitian. Hadley et al. (2008) yang menyatakan bahwa remaja memiliki sikap yang rendah mengenai ASI eksklusif. Sebanyak sepertiga remaja perempuan setuju mengenai pemberian air kepada bayi yang baru lahir dan sekitar 7% dilaporkan tidak mengetahui buruknya makanan prelaktal bagi bayi. Sikap mengenai Masa Anak 7-24 Bulan Sikap mengenai masa anak 7-24 bulan merupakan kecenderungan tingkah laku terhadap suatu pernyataan mengenai masa anak 7-24 bulan. Hasil uji beda setiap pernyataan dan sebaran sikap yang sesuai dengan norma dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebaran pernyataan sikap berdasarkan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan disajikan pada Tabel 9. Secara umum dapat dilihat bahwa contoh GM tidak memiliki kesulitan dalam menyatakan sikap terkait masa anak 7-24 bulan karena contoh memperoleh informasi mengenai ilmu-ilmu terkait gizi selama proses perkuliahan. Sedangkan, contoh TPB memiliki sikap yang tidak sesuai dengan norma yang seharusnya pertanyaan nomor 1-10. Namun, contoh TPB dan GM menyatakan hal yang menyimpang pada pertanyaan mengenai penggunaan gula atau garam dalam pembuatan MPASI. Sebagian besar contoh GM (57.5%) dan TPB (87.0%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-1 mengenai pembuatan MPASI untuk bayi yang berusia kurang dari 1. Kedua contoh memperoleh persentase paling tinggi pada pernyataan ini. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu namun sebagian lainnya menjawab tidak setuju dengan pernyataan ini. Menurut Elliott (2011) pembuatan MP-ASI untuk bayi yang berusia kurang dari 1 tahun tidak perlu diberikan gula atau garam karena fungsi ginjal bayi belum bekerja dengan baik sehingga penambahan garam dapat meningkatkan tekanan darah bayi. Sebagian besar contoh TPB (82.4%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-2 mengenai pemberian susu formula kepada bayi 7-24 bulan bisa menggantikan ASI. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. ASI memiliki manfaat yang lebih banyak dibandingkan susu formula karena ASI memiliki semua unsur-unsur yang memenuhi kebutuhan bayi akan gizi selama periode sekitar 6 bulan dan merupakan makanan terbaik bagi bayi (Yum 2007).
26 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan No
Pernyataan
1 Pembuatan MP-ASI untuk bayi yang berusia kurang dari 1 tahun tidak perlu diberikan gula atau garam 2 Pemberian susu formula kepada bayi 7-24 bulan bisa menggantikan ASI 3 MP-ASI diberikan kepada bayi usia 7-24 bulan supaya bayi lebih cepat gemuk 4 Pemberian MP-ASI tidak perlu dilanjutkan untuk seterusnya apabila bayi menolak MP-ASI yang diberikan 5 Bayi yang berusia berusia 7 bulan cukup diberikan 1-3 kali MP-ASI setiap hari 6 Vitamin A cukup dipenuhi dari ASI dan MP-ASI 7 Tidak diperlukan pemberian ASI lagi jika sudah diberikan MP-ASI 8 Suplemen zinc tidak perlu diberikan jika bayi tidak mengalami masalah gizi apapun 9 Bayi yang berusia 7-24 bulan tidak perlu diberi imunisasi lagi 10 Pemberian suplementasi zinc diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak 11 Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada bayi berusia di atas 6 bulan 12 ASI harus diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun 13 Tahapan tekstur MP-ASI tidak perlu diperhatikan karena tidak terlalu bermasalah 14 Suplemen vitamin A tidak perlu diberikan jika bayi tidak mengalami masalah gizi apapun 15 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) diberikan saat bayi berusia lebih dari 6 bulan 16 MP-ASI yang dibuat sendiri lebih baik daripada MP-ASI komersil 17 Bayi berusia 1 tahun sebaiknya tetap diberikan makanan yang berbentuk lunak untuk menghindari bayi tersedak 18 Bayi 7-24 bulan masih harus ditimbang dan dipantau pertumbuhannya secara rutin setiap bulan 19 MP-ASI yang diberikan harus mengandung gizi yang lengkap (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) 20 Bayi 7-24 bulan tidak perlu diajari apapun karena bayi akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya
TPB n
%
GM n
Total
%
n
%
40 87.0 23 57.5
63 73.3
38 82.6 15 37.5
53 61.6
37 80.4 17 42.5
54 62.8
37 80.4 10 25.0
47 54.7
36 78.3 12 30.0
48 55.8
34 73.9
9 22.5
43 50.0
31 67.4
2
5.0
33 38.4
29 63.0 15 37.5
44 51.2
28 60.9
9 22.5
37 43.0
26 56.5
4 10.0
30 34.9
22 47.8 11 27.5
33 38.4
20 43.5
9 22.5
29 33.7
20 43.5
2
5.0
22 25.6
20 43.5
2
5.0
22 25.6
19 41.3
2
5.0
21 24.4
18 39.1
9 22.5
27 31.4
13 28.3 14 35.0
27 31.4
13 28.3
2
5.0
15 17.4
11 23.9
2
5.0
13 15.1
7 15.2
3
7.5
10 11.6
Sebagian besar contoh TPB (80.4%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-3 mengenai MP-ASI diberikan kepada bayi
27
usia 7-24 bulan supaya bayi lebih cepat gemuk. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu. MP-ASI diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Selain itu untuk mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi dalam mengunyah dan menelan serta mencoba adaptasi terhadap makanan lain (Kristianto dan Sulistyarini 2013). Sebagian besar contoh TPB (80.4%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-4 mengenai pemberian MP-ASI tidak perlu dilanjutkan untuk seterusnya apabila bayi menolak MP-ASI yang diberikan. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Kebutuhan bayi semakin meningkat seiring bertambahnya usia sehingga pemberian MP-ASI memang diperlukan. Selain itu, sistem pencernaan bayi pada usia di atas 6 bulan sudah mulai bekerja sehingga bayi perlu dilatih untuk menerima makanan lain selain ASI. Ibu harus proaktif dan kreatif dalam memberikan MP-ASI kepada bayi supaya tidak kekurangan gizi. (Goi 2013). Sebagian besar contoh TPB (78.3%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-5 mengenai bayi yang berusia berusia 7 bulan cukup diberikan 1-3 kali MP-ASI setiap hari. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu. Depkes RI (2007) menjelaskan bahwa frekuensi dalam pemberian makanan pendamping ASI yang tepat biasanya diberikan tiga kali sehari. Sebagian besar contoh TPB (73.9%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-6 mengenai vitamin A cukup dipenuhi dari ASI dan MP-ASI. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Menurut Mahyudin (2012) pemenuhan vitamin pada bayi tidak cukup apabila hanya berasal dari ASI dan MP-ASI. Vitamin A dapat disimpan pada hati dan untuk memenuhinya diperlukan suplemen vitamin A. Sebagian besar contoh TPB (67.4%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-7 mengenai tidak diperlukan pemberian ASI lagi jika sudah diberikan MP-ASI. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu. Menurut Depkes RI (2007), makanan tambahan atau pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6–24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Pemberian ASI tetap dilakukan hingga anak berusia 2 tahun atau lebih. Sebagian besar contoh TPB (63.0%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pertanyaan ke-8 mengenai suplemen zinc tidak perlu diberikan jika bayi tidak mengalami masalah gizi apapun. Suplementasi seng diperlukan karena akan meningkatkan absorpsi vitamin A sehingga seng dapat berfungsi dalam meningkatkan sistem imun pada tubuh. Pemberian suplemen
28 seng tidak hanya diberikan ketika mengalami defisiensi. Suplementasi seng dapat mengurangi prevalensi diare dan kematian bayi (Ficher dan Black 2007). Sebagian besar contoh TPB (60.9%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-9 mengenai bayi yang berusia 7-24 bulan tidak perlu diberi imunisasi lagi. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih ragu-ragu.Menurut Azizah et al. (2012) bayi yang berusia 0-24 bulan memiliki sistem imun yang belum maksimal sehingga perlu diberikan imunisasi untuk membentuk antibodi bayi. Sebagian besar contoh TPB (56.5%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-10 mengenai pemberian suplementasi zinc diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak. Sebagian besar contoh yang menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena tidak mengetahui informasi mengenai pernyataan ini sehingga contoh memilih raguragu. Suplementasi seng diperlukan karena akan meningkatkan absorpsi vitamin A sehingga seng dapat berfungsi dalam meningkatkan sistem imun pada tubuh. Salah satu dampak kekurangan seng adalah imunitas menurun (Herman 2009). Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.505, p<0.05) dan daerah asal (r=0.259, p<0.05) dengan sikap pada masa anak 7-24 bulan contoh. Usia berhubungan tidak langsung dengan pengetahuan karena pada penelitian ini usia hanya menggambarkan perbedaan antarkelompok. Kedua kelompok memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda karena perbedaan akses dan pemaparan informasi yang diterima. Menurut Laraeni et al. (2013), salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah jauh dekatnya sumber informasi/pengetahuan, dan seberapa sering informasi itu dilakukan/diberikan. Daerah asal menentukan kebudayaan dan lingkungan seseorang. Penelitian di Garut menunjukkan bahwa terdapat kepercayaan. Kebiasaan di masyarakat mengenai kolostrum basi dan sebanyak 48.3% masyarakat menganut kepercayaan itu (Solihah 2010). Contoh TPB (58.7%) dan contoh GM (55.0%) memiliki sikap yang sedang mengenai masa anak 7-24 bulan (Tabel 11). Hal ini sesuai dengan penelitian Hadley et al. (2008) yang menyatakan bahwa sikap remaja mengenai MP-ASI sudah cukup baik. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 38% remaja setuju bahwa MP-ASI diberikan pada bayi yang berusia di atas 6 bulan. Sikap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sikap mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan kecenderungan tingkah laku terhadap suatu pernyataan mengenai PHBS. Hasil uji beda setiap pernyataan dan sebaran sikap yang sesuai dengan norma dapat dilihat pada Lampiran 6. Sebaran pernyataan sikap berdasarkan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan disajikan pada Tabel 10. Secara umum dapat dilihat bahwa contoh GM tidak memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan terkait PHBS karena contoh tidak memperoleh informasi terkait pertanyaan tersebut. Sedangkan, contoh TPB memiliki kesulitan dalam menjawab pertanyaan nomor 1-3.
29
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang tidak sesuai dengan norma mengenai PHBS masa postnatal No
Pertanyaan
1
Ibu perlu membatasi jumlah makanan untuk mencapai berat badan normal setelah melahirkan Botol susu cukup dibersihkan dengan cara membilas dengan air hangat Jika sedang terburu-buru, proses mencuci tangan boleh hanya menggunakan air yang mengalir saja Alat makan sebaiknya menggunakan yang berbahan plastik Perawatan payudara hanya dilakukan ketika ASI tidak lancer Perawatan payudara tidak perlu dilakukan jika tidak memiliki masalah pada saat menyusui Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dapat meningkatkan produksi ASI Mencuci tangan hanya perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan Mencuci tangan yang baik adalah menggunakan air yang mengalir dan sabun Menghisap asap rokok berdampak buruk bagi kesehatan
2 3
4 5 6
7
8 9
10
TPB
GM
Total
n
%
n
%
n
%
39
84.8
10
25.0
49
57.0
29
63.0
14
35.0
43
50.0
26
56.5
15
37.5
41
47.7
21
45.7
14
35.0
35
40.7
17
37.0
1
2.5
18
20.9
11
23.9
3
7.5
14
16.3
7
15.2
3
7.5
10
11.6
6
13.0
2
5.0
8
9.3
2
4.3
1
2.5
3
3.5
1
2.2
3
7.5
4
4.7
Sebagian besar contoh TPB (84.8%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pernyataan ke-1 mengenai ibu perlu membatasi jumlah makanan untuk mencapai berat badan normal setelah melahirkan. Contoh TPB memperoleh persentase paling rendah pada pernyataan ini. Sebagian besar contoh menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena contoh tidak mengetahui informasi terkait pernyataan ini. Hal ini terbukti pada sebagian besar contoh memilih setuju namun sebagian lainnya menjawab setuju dengan pernyataan ini. Salah satu alasan yang dikemukakan oleh contoh adalah ibu akan obesitas apabila jumlah makanan tidak dibatasi. Ibu tidak perlu membatasi jumlah makanan selama masa menyusui karena ibu yang sedang menyusui bayinya harus mendapat tambahan makanan untuk menghindari kemunduran dalam pembuatan dan produksi ASI. Jika makanan ibu terus menerus tidak memenuhi asupan gizi yang cukup akan berpengaruh terhadap produksi ASI (Wahyuni et al. 2012). Sebagian besar contoh TPB (63.0%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pertanyaan ke-2 mengenai botol susu cukup dibersihkan dengan air hangat. Sebagian besar contoh menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena contoh tidak mengetahui informasi terkait pernyataan ini. Paramitha et al. (2010), proses penyiapan botol susu yang baik melalui beberapa tahapan di antaranya merebus terlebih dahulu selama minimal
30 15 menit, menyeduh susu dengan air panas dan tidak menyimpan susu yang telah diseduh lebih dari 4 jam. Sebagian besar contoh TPB (56.5%) menyatakan hal yang menyimpang dengan norma pada pertanyaan ke-3 mengenai jika sedang terburu-buru, proses mencuci tangan boleh hanya menggunakan air yang mengalir saja. Sebagian besar contoh menyatakan hal yang menyimpang mengenai pernyataan ini karena contoh tidak mengetahui informasi terkait pernyataan ini. Menurut Luby et al. (2011) kebiasaan mencuci tangan hanya dengan air tidak akan membersihkan tangan secara baik karena bakteri feses masih terdapat di tangan dan akan meningkatkan risiko terjadinya diare. Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara usia (r=0.348, p<0.05) dan besar keluarga (r=0.213, p<0.05) dengan sikap PHBS contoh. Menurut Laili et al. (2012), besar keluarga mempengaruhi kapasitas dukungan keluarga terhadap diri seseorang. Faktor dukungan keluarga memiliki andil yang cukup besar pada sikap seseorang. Anggota keluarga akan lebih mudah menerima suatu informasi, jika informasi tersebut didukung oleh anggota keluarga lainnya. Sikap PHBS contoh TPB (78.3%) maupun contoh GM (62.5%) adalah sedang (Tabel 11). Menurut Tondang dan Nasution (2012) remaja putri (100%) memiliki sikap yang positif mengenai perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini juga menunjukkan bahwa sikap positif kedua contoh akan memberikan pengaruh kepada perilaku contoh nantinya terkait hidup sehat. Sebaran pernyataan yang dikemukakan secara menyimpang dari norma yang seharusnya dapat memberikan gambaran pada sikap contoh TPB dan GM mengenai 1000 HPK pada masa postnatal dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan sikap mengenai masa postnatal Kategori Masa bayi 0-6 bulan a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total Masa anak 7-24 bulan a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total PHBS a Kurang (<60) Sedang (60-80) Baik (>80) Total
TPB n %
GM n
70.2 ± 8.1 6 13.0 34 73.9 6 13.0 46 100.0 63.1 ± 8. 17 37.0 27 58.7 2 4.3 46 100.0 69.7 ± 8.9 4 8.7 36 78.3 6 13.0 46 100.0
81.7 ± 9.6 1 2.5 15 37.5 24 60.0 40 100.0 73.8 ± 9.2 3 7.5 28 70.0 9 22.5 40 100.0 75.6 ± 9.1 1 2.5 25 62.5 14 35.0 40 100.0
%
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05 a rata-rata ± SD
Total n %
p
75.5 ± 10.5 7 8.1 49 57.0 0.000* 30 34.9 86 100.0 68.1 ± 10.1 20 23.3 55 64.0 0.000* 11 12.8 86 100.0 72.5 ± 9.4 5 5.8 61 70.9 0.001* 20 23.3 86 100.0
31
Sebagian besar contoh TPB (73.9%) tergolong sedang sedangkan sebagian besar contoh GM (60.0%) tergolong baik untuk sikap masa bayi 0-6 bulan. Namun, kedua contoh baik TPB dan GM tergolong sedang untuk sikap masa anak 7-24 bulan dan PHBS. Sikap contoh GM adalah nyata (p<0.05) lebih baik daripada contoh TPB untuk sikap masa bayi 0-6 bulan, masa anak 7-24 bulan dan PHBS. Baik contoh TPB dan GM memiliki sikap yang paling baik pada kelompok pernyataan mengenai masa bayi 0-6 bulan dengan rata-rata nilai 75.5 ± 10.5. Baik contoh TPB dan GM memiliki sikap yang paling buruk pada kelompok pernyataan mengenai masa anak 7-24 bulan dengan rata-rata nilai 68.1 ± 10.1. Terdapat alasan pada setiap sikap yang sudah sesuai dengan norma terhadap suatu pernyataan setiap komponen sikap 1000 HPK terkait masa postnatal yang dikemukakan oleh contoh. Berikut merupakan sebaran alasan contoh pada setiap komponen sikap 1000 HPK terkait masa postnatal (Tabel 12). Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan alasan sikap pada masa postnatal Kategori Masa bayi 0-6 bulan Sikap sesuai norma dan alasan benar Sikap sesuai norma dan alasan salah Sikap menyimpang dan alasan benar Sikap menyimpang dan alasan salah Total Masa anak 7-24 bulan Sikap sesuai norma dan alasan benar Sikap sesuai norma dan alasan salah Sikap menyimpang dan alasan benar Sikap menyimpang dan alasan salah Total PHBS Sikap sesuai norma dan alasan benar Sikap sesuai norma dan alasan salah Sikap menyimpang dan alasan benar Sikap menyimpang dan alasan salah Total
TPB j*
GM %
j*
%
TOTAL j* %
186 20.2 371 40.3 25 2.7 338 36.7 920 100.0
315 39.4 375 46.9 26 3.3 84 10.5 800 100.0
501 29.1 746 43.4 51 3.0 422 24.5 1720 100.0
180 19.6 257 27.9 10 1.1 473 51.4 920 100.0
296 37.0 343 42.9 38 4.8 123 15.4 800 100.0
476 27.7 600 34.9 48 2.8 596 34.7 1720 100.0
119 25.9 182 39.6 6 1.3 153 33.3 460 100.0
172 43.0 167 41.8 8 2.0 53 13.3 400 100.0
291 33.8 349 40.6 14 1.6 206 24.0 860 100.0
*jumlah alasan contoh berdasarkan jumlah pertanyaan
Sebagian besar contoh baik TPB maupun GM mengemukakan alasan yang salah pada komponen masa bayi 0-6 bulan (43.4%), masa anak 7-24 bulan (34.9%) dan PHBS (40.6%). Hal ini disebabkan contoh tidak tahu dengan rinci infomasi mengenai pernyataan dan contoh merasa bahwa pernyataan tersebut tidak memiliki alasan sehingga sebagian besar contoh tidak mencantumkan alasan. Contoh yang memiliki sikap menyimpang dengan norma namun memiliki alasan yang benar karena contoh memiliki pemahaman yang berbeda sehingga contoh mengemukakan alasan yang logis sesuai dengan hal yang diyakini contoh.
32 Materi Seribu Hari Pertama Kehidupan Terkait Masa Postnatal yang Harus Diketahui oleh WUS Setiap wanita yang berada pada periode usia subur belum mengetahui 1000 HPK terkait masa postnatal dengan baik terutama wanita yang tidak memperoleh pendidikan formal di bidang gizi. Namun, setiap wanita tetap harus mengetahui materi 1000 HPK terkait masa postnatal sehingga diperlukan penyusunan indikator minimal mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal. Acuan penyusunan indikator ini adalah sejumlah pertanyaan yang tidak dapat dijawab dengan baik oleh sebagian besar contoh dan kemudian dikategorikan berdasarkan indikator pencapaian program intervensi pada Pedoman Perencanaan Program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat 2012). Adanya indikator minimal ini diharapkan mampu membantu wanita-wanita periode usia subur sehingga yang tidak memperoleh pendidikan formal dengan kurikulum gizi yang terstruktur untuk mencapai kompetensi minimal sebagai calon ibu yang berkualitas. Standar menjadi calon ibu yang berkualitas adalah mengetahui hal-hal penting mengenai 1000 HPK terkait masa postnatal dalam rangka peningkatan status gizi dan kesehatan diri untuk menghasilkan generasi yang berkualitas (Tabel 13). Tabel 13 Materi Pendidikan 1000 HPK yang Harus Diketahui oleh WUS Intervensi pada program 1000 HPK* Perawatan masa bayi Waktu pemberian IMD, manfaat IMD Inisiasi Menyusui Dini 0-6 bulan bagi bayi dan manfaat pemberian kolostrum Masa pemberian ASI eksklusif, manfaat ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif Hal yang diberikan pada saat imunisasi Imunisasi Berat badan lahir minimal yang Penanganan bayi dinyatakan sehat BBLR Waktu penimbangan berat badan bayi Pemantauan pertumbuhan Perawatan masa Usia pemberian MP-ASI, tahapan Pemberian makanan anak 7-24 bulan pemberian MP-ASI, contoh makanan pendamping ASI (MPMP-ASI ASI) Manfaat pemberian vitamin A, dampak Suplementasi vitamin kekurangan vitamin A dan jadwal A pemberian vitamin A Perilaku hidup Perawatan payudara Tidak ada bersih dan sehat Proses cuci tangan menggunakan sabun Cuci tangan Kebersihan botol susu dan kriteria air Penyediaan air minum minum yang sehat dan sanitasi yang layak Komponen
Materi
*Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat (2012)
33
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Usia seluruh contoh berkisar antara 17-23 tahun. Sebagian besar contoh baik TPB maupun GM berasal dari wilayah Pulau Jawa dengan besar keluarga kategori sedang (5-6 orang). Orangtua (ayah-ibu) contoh TPB dan GM memiliki pekerjaan bervariasi, yaitu wiraswasta, PNS dan ibu rumah tangga Sumber informasi mengenai pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal sebagian besar dari sekolah dan orang tua. Sebagian besar contoh TPB memiliki pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal yang kurang sedangkan contoh GM memiliki pengetahuan yang baik. Contoh TPB dan GM memiliki sikap 1000 Hari Pertama Kehidupan terkait masa postnatal yang cukup. Tingkat pengetahuan dan sikap pada masing-masing komponen 1000 HPK terkait masa postnatal pada contoh GM lebih baik dibandingkan contoh di TPB. Terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat pengetahuan dan sikap kedua contoh di masing masing komponen pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal (p<0.05). Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa usia, asal daerah dan uang saku memiliki hubungan positif yang signifikan dengan pengetahuan dan sikap 1000 HPK terkait masa postnatal (p<0.05). Saran Pengetahuan dan sikap tentang 1000 HPK terkait masa postnatal perlu lebih dipersiapkan sejak dini dan diperdalam oleh mahasiswi sebagai calon ibu yang nantinya akan berperan penting dalam menentukan status gizi generasi yang dihasilkannya. Pengetahuan yang harus diperdalam oleh mahasiswi GM terutama mengenai dampak defisiensi seng, penyiapan susu formula, Pembersihan gusi bayi, pemberian ASI, serta pembuatan MP-ASI untuk bayi kurang dari 1 tahun. Pendidikan gizi perlu diberikan pada mahasiswi non gizi supaya pengetahuan mengenai 1000 HPK pada masa postnatal dapat memadai dan persiapan sebagai calon ibu dapat lebih baik terutama mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kolostrum, MP-ASI, serta suplementasi vitamin. Selain itu, sebaiknya pernikahan direncanakan pada usia yang sudah matang dan memperoleh ilmu terkait gizi yang memadai karena pengetahuan calon ibu yang baik akan memberi dukungan dalam menghasilkan generasi yang baik pula. Selain itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi melalui proses belajar agar mahasiswa memiliki proses belajar yang baik dan benar dalam hal mikronutrien. Penelitian selanjutnya yang disarankan untuk dilakukan adalah meneliti pengetahuan dan sikap 1000 HPK terkait masa postnatal yang lebih mendalam antar mahasiswi gizi.
34
DAFTAR PUSTAKA Astari AM, Djuminah. 2012. Hubungan Perawatan Payudara Masa Antenatal dengan Kecepatan Sekresi ASI Post Partum Primipara. [diakses pada 2014 Mei 10]. [Tersedia pada http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/viewFile/1054/1137_u mm_scientific_journal.pdf.]. Azizah N, Suyati, Rahmawati VE. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pentingnya Imunisasi Dasar dengan Kepatuhan Melaksanakan Imunisasi di BPS Hj. Umi Salamah di Desa Kauman Peterongan Jombang. [diakses pada 2014 Agustus 03]. [Tersedia pada http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/view/169]. Black MM, Siegel EH, Abel Y, Bentley ME. 2001. Home and videotape intervention delays early complementary feeding among adolescent mothers. Pediatrics, 107 (5): 1-8.doi: 10.1542/peds.107.5.e67. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. [diakses pada 2014 Maret 11] [Tersedia dari: www.depkes.go.id]. _______________________________________________. 2007. Buku Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI. Jakarta (ID) : Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat. _______________________________________________. 2009. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta (ID) : Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi. _______________________________________________. 2012. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta (ID) : Kementrian Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi. Dewan N, Wood L, Maxwell S, Cooper C, Brabin B. 2002. Breast-feeding knowledge and attitudes of teenage mothers in Liverpool. Journal of Human Nutrition and Dietetics, 15(1):33—37.doi:10.1046/j.1365-277X.2002.00332. Direktorat Kesehatan dan Gizi Masyarakat. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka 1000 HPK Republik Indonesia. Jakarta : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Tersedia dari: http://kgm.bappenas.go.id (22 Februari 2013) Elliott CD. 2011. Sweet and Salty: Nutriional Content and Analysis of Baby and Toddler Foods. Journal of Public Health 33(1) : 63-70. doi:10.1093/pubmed/fdq037 Fadlyana E, Larasati S. 2009. Pernikahan Usia Dini dan Permasalahannya. Sari Pediatri, 11(2) : 136-141. Ficher WCL, Black RE. 2007. Micronutrients and Diarrheal Disease. Clinical Infectious Disease 45 (Supplement 1) : S73-S77. doi : 10.1086/518152. Giri MKW, Suryani N, Murdani PK. 2013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian ASI serta Pemberian ASI Eksklusif dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan (Kelurahan Kampung Kajanan Kecamatan Buleleng). Jurnal Magister Kedokteran Keluarga 1(1) : 24-3. Goi M. 2013. Gizi Bayi [diakses pada 2014 Agustus 08]. [Tersedia pada http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JHS/article/download/1090/887].
35 Hadley C, Lindstrom D, Belachew T, Tessema F. 2008. Ethiopia adolescents’ attitudes and expectations deviate from current infant and young child feeding recommendations. J Adolesc Health, 43(3):253— 259.doi:10.1016/j.jadohealth.2007.01.015. Harwinta. 2008. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Tatanan Rumah Tangga di Lokasi Proyek Kesehatan Keluarga Dan Gizi (KKG) Kebupaten Tapanuli Selatan 2004. [Tesis] Universitas Sumatra Utara, Sumatera Utara. Hayati I, Suriah, Jafar NH. 2012. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Bay 6-12 Bulan pada Etnis Banjar di Kelurahan Teluk Lerong Ilir. [diakses pada 2014 Agustus 04]. [Tersedia pada http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/7545a97d42e8ee25efc082352c1acfb0.pdf.]. Herman S. 2009. Review on the Problem of Zinc Deficiency Program Prevention and Its Prospect. Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 18 (11) : 575-583. Hidayat AA. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta (ID) : Salemba Medika. Hurlock EB. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Erlangga. Inoue M, Binns CW, Otsuka K, Jimba M, Matsubara M. 2012. Infant Feeding Practices and Breastfeeding Duration in Japan. International breastfeeding Journal 7:12. doi:10.1186/1746-4358-7-15. [Kemenkes] Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. 1000 Hari Pertumbuhan yang Menentukan. [diakses 2013 Maret 05]. [Tersedia pada: www.depkes.go.id] Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Kristianto Y, Sulistyarini T. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI pada Bayi Umur 6-36 Bulan. Jurnal STIKES. 6(1) : 99-108. Laili NR, Dewi YS, Widyawati IY. 2012. Edukasi dengan Pendekatan Prinsip Diabetes Self Management Education (Dsme) Meningkatkan Perilaku Kepatuhan Diet pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. [diakses pada : 2014 Agustus 2014]. [ Tersedia pada : http://journal.unair.ac.id/article_4454_media129_category3.html] Laraeni Y, Mastalina H, Aini HF. 2013. Perbedaan Pengetahuan Ibu Balita tentang Pemberian MP-ASI dan Status Gizi Balita ( 6-24 Bulan) di Desa Nice dan Non Nice Wilayah Puskesmas Kotaraja Kecamatan Sikur Kabupaten Lombok Timur. Media Bina Ilmiah 7(6): 39-43. Luby SP, Halder AK, Huda T, Unicimb L, Johnston RB. 2011. The Effect of Handwashing at Recommended Times with Water Alone and with Soap on Child Diarrhea in Rural Bangladesh: An Observational Study. Plos Medicine 8(6) : 1-12. doi : 10.1371/journal.pmed.1001052. Mahyudin M, Juwita FE, Sari TYP. 2012. Hubungan Pemberian Kapsul Vitamin A dengan Kejadian ISPA pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nusa Indah Kota Bengkulu Tahun 2011. [diakses pada 2014 Agustus 05]. [Tersedia pada http://www.saptabakti.ac.id/index.php/jurnal/122-hubungan-pemberian-
36 kapsul-vitamin-a-dengan-kejadian-ispa-pada-anak-balita-di-wilayah-kerjapuskesmas-nusa-indah-kota-bengkulu-tahun-2011-meriwati-mahyudin-ferraerna-juwita-tri-yanti-purnama-sari]. Nathania D, Rasyid HA, Puryatni A. 2014. Hubungan antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang ASI Eksklusif di Kota Malang [Jurnal Penelitian]. Malang (ID) : Universitas Brawijaya. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan I. Jakarta (ID) : PT. Rineka Cipta. Paramitha GW, Soprima M, Haryano B. 2010. Perilaku Ibu Pengguna Botol Susu dengan Kejadian Diare pada Balita. Makara Kesehatan 14(1) : 46-50. Pujiyanti S. 2008. Pengaruh Pemberian Air Susu Ibu (ASI), Konsumsi Zat Gizi, dan Kelengkapan Kartu Menuju Sehat (KMS) terhadap Status Gizi Bayi. Jurnal Gizi dan Pangan 3(1): 7-11. Purnawati R, Muwakhidah. 2013. Pola Pemberian ASI dan Pengetahuan Ibu (Analisis Perbedaan Balita Stunted dan Non Stunted). [diakses pada 2013 Oktober 10]. [Tersedia pada http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/123456789/2876] Rosa R. 2011. Pengetahuan Gizi dan Keamanan Pangan Jajanan Serta Kebiasaan Jajan Siswa Sekolah Dasar di Depok dan Sukabumi. [Skripsi] Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Safitri MR, Briawan D. 2013. Hubungan antara Suplementasi Vitamin A pada Ibu Nifas da Morbiditas Bayi Umur 0-6 Bulan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Jurnal Gizi dan Pangan 8(2) : 89-94. Solihah I, Lindawati, Miradwiyana B, Taufiqurrachman, Suryani SB, Windagdo W, Nurhaeni H. 2010. Faktor Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian ASI dalam Satu Jam Pertama Setelah Lahir Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Media Litbang Kesehatan 20(2) : 79-90. Stavrinides P. 2011. The Relationship between Parental Knowledge and Adolescent Deliquency : A Longitudinal Study. International Journal about Parents in Education. 5(1) : 46-55. Sumarwan U. 2003. Perilaku Konsumen. Bogor (ID) : PT GHALIA INDONESIA Susanti M, Kartika M, Hadju V, Alharini S. 2012. Hubungan Pola Pemberian ASI dan MP-ASI dengan Gizi Buruk pada Anak 6-24 Bulan di Kelurahan Pannampu Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia 1(2) : 97-103. Swanson V, Power K, Kaur B, Carter H, Shepherd K. 2005. The impact of knowledge and social influences on adolescents’ breast-feeding beliefs and intentions. Public Health Nutrition, 9(3):297—305.doi:10.1079/PHN2005845. Tarigan RM, Widiasih R, Ermiati. 2012. Pengetahuan Ibu tentang Penatalaksanaan Perawatan Bayi BBLR di RSKIA Kota Bandung. [diakses pada 2014 Maret 17]. [Tersedia pada http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal/article/download/699/745] Thapa BR. 2005. Health Factor in Colostrum. Indian Journal of Pediatrics 72 : 579-682. Tondang ML, Nasution SZ. 2012.Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Perilaku Hidup Sehat di Panti Asuhan Evangeline Booth dan Asrama Madani [Internet] [diakses 2014 Juli 20]. [Tersedia pada: jurnal.usu.ac.id]. Victora CG, Onis M, Hallal PC, Blossner M, Shrimpton R. 2010.Worldwide Timing of Growth Faltering: Revisiting Implications for Interventions. Journal
37
of American Academy of Pediatrics 125(3) : 473-480. doi : 10.1542/peds.2009– 1519. Wahyuni A, Sulistiyani, Ratnawati LY. 2014. Dampak Program Bina Keluarga Balita (BKB) terhadap Tumbuh Kembang Anak Balita 6-24 Bulan. E-Jurnal Pustaka Kesehatan 2(1): 79-86. Wahyuni E, Sumiati S, Nurliani. 2012. Pengaruh Konsumsi Jantung Pisang Batu Terhadap Peningkatan Produksi ASI di Wilayah Puskesmas Sri Kuncoro Kecamatan Pondok Kelapa Bengkulu Tengah.Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 15(4) : 418-424. Yum J. 2007. The Effects of Breast Milk Versusu Infan Formulae on Cognitive Development. Journal on Development Disabilities 13(1) :135-164. Yuntas, Dachlan DM, Sukmawati. 2013. Perilaku Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). [diakses pada 2014 Maret 11]. [Tersedia pada http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6711] Zuniyati S, Suryandari AE, Anasari T. 2011. Rerata Waktu Pelepasan Tali Pusat Berdasarkan Jenis Perawatan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir di Kecamatan Patikraja. Jurnal Ilmiah Kebidanan 2(1) : 1-11.
38
LAMPIRAN Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan masa bayi 0-6 bulan No
Pertanyaan
1
Hal pertama yang dilakukan setelah bayi lahir Makanan yang diberikan kepada bayi yang baru lahir Cairan berwarna kekuningan yang pertama kali keluar dari puting ibu pasca melahirkan Manfaat pemberian kolostrum Pengertian IMD Waktu melakukan IMD Manfaat IMD untuk bayi Pengertian ASI eksklusif Masa pemberian ASI eksklusif Makanan yang terbaik bagi bayi usia 0-6 bulan Manfaat pemberian ASI eksklusif Frekuensi ibu menyusui bayi dalam 1 hari Perawatan bayi Waktu penimbangan berat badan Cara komunikasi dengan bayi Berat bayi lahir minimal yang dinyatakan sehat Pertanda bayi cukup gizi Hal yang diberikan saat imunisasi Manfaat imunisasi Tujuan pemberian imunisasi
2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
TPB n
GM
%
n
10 21.7 33
%
Total n
%
p
82.5 43 50.0 0.000*
17 37.0 40 100.0 57 66.3 0.000* 20 43.5 40 100.0 60 69.8 0.000* 21 23 13 17 35 29
45.7 50.0 28.3 37.0 76.1 63.0
40 100.0 61 70.9 0.000* 40 100.0 63 73.3 0.000* 37 92.5 50 58.1 0.000* 31 77.5 48 55.8 0.000* 39 97.5 74 86.0 0.004* 39 97.5 68 79.1 0.000*
42 91.3 38
95.0 80 93.0 0.505
38 82.6 39
97.5 77 89.5 0.025*
8 17.4 29
72.5 37 43.0 0.000*
16 34.8 23
57.5 39 45.3 0.036*
17 37.0 37
92.5 54 62.8 0.000*
34 73.9 35
87.5 69 80.2 0.117
5 10.9 31
77.5 36 41.9 0.000*
27 58.7 37
92.5 64 74.4 0.000*
15 32.6 25
62.5 40 46.5 0.006*
42 91.3 40 100.0 82 95.3 0.058 37 80.4 39 97.5 76 88.4 0.014*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
39
Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan masa anak 7-24 bulan No
Pertanyaan
1 2 3
Pengertian MP-ASI Usia pemberian MP-ASI Contoh makanan pendamping ASI Jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia di atas 6 bulan Frekuensi pemberian MP-ASI yang diberikan dalam sehari kepada bayi usia 6-7 bulan Jenis makanan yang diberikan kepada bayi usia di atas 8 bulan Usia bayi mulai diberikan makanan biasa Dampak tidak diberi MP-ASI Contoh makanan padat Susunan menu makanan untuk anak 1-2 tahun Salah satu suplemen penting untuk bayi usia 7-24 bulan Jumlah pemberian kapsul vitamin A Manfaat vitamin A Dampak kekurangan vitamin A Batas usia pemberian ASI Usia maksimal yang diharuskan dilakukan penimbangan berat badan setiap bulan Manfaat suplementasi seng (Zn) Dampak kekurangan Zn Cara merangsang perkembangan bayi Aspek yang dilatih ketika berbicara kepada bayi
4
5
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
17 18 19 20
TPB
GM
Total
p n % n % n % 30 65.2 40 100.0 70 81.4 0.000* 19 41.3 38 95.0 57 66.3 0.000* 29 63.0 31
77.5 60 69.8 0.148
10 21.7 30
75.0 40 46.5 0.000*
10 21.7 33
82.5 43 50.0 0.000*
16 34.8 30
75.0 46 53.5 0.000*
10 21.7 28
70.0 38 44.2 0.000*
18 39.1 30 32 69.6 37
75.0 48 55.8 0.001* 92.5 69 80.2 0.008*
30 65.2 35
87.5 65 75.6 0.017*
13 28.3 35
87.5 48 55.8 0.000*
6 13.0 30
75.0 36 41.9 0.000*
40 87.0 39 11 23.9 36 22 47.8 28
97.5 79 91.9 0.076 90.0 47 54.7 0.000* 70.0 50 58.1 0.039*
11 23.9 36
90.0 47 54.7 0.000*
11 23.9 28
70.0 39 45.3 0.000*
3
6.5 14
20 43.5 22
35.0 17 19.8 0.001* 55.0 42 48.8 0.289
42 91.3 40 100.0 82 95.3 0.058
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
40
Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase jawaban benar mengenai pengetahuan PHBS masa postnatal No
Pertanyaan
1 2 3 4 5 6
Perawatan payudara Tujuan perawatan payudara Waktu cuci tangan yang benar Kriteria air minum yang sehat Zat berbahaya dalam rokok Proses pencucian botol susu yang baik Tahapan penyiapan susu formula Proses penyiapan MP-ASI Kebersihan ibu sebelum menyiapkan makanan Cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI
7 8 9 10
TPB n % 28 60.9 17 37.0 45 97.8 41 89.1 38 82.6
GM n % 33 82.5 20 50.0 39 97.5 36 90.0 36 90.0
Total n % 61 70.9 37 43.0 84 97.7 77 89.5 74 86.0
p 0.028* 0.226 0.921 0.896 0.327
33 71.7 38 95.0 71 82.6 0.005* 15 32.6 17 42.5 32 37.2 0.347* 23 50.0 38 95.0 61 70.9 0.000* 36 78.3 35 87.5 71 82.6 0.263 28 60.9 36 90.0 64 74.4 0.002*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai masa bayi 0-6 bulan No
Pernyataan
1
IMD perlu dilakukan karena bermanfaat bagi ibu dan bayi IMD langsung dilakukan segera setelah bayi lahir IMD dilakukan dengan cara meletakkan bayi baru lahir di atas dada ibu dan bayi akan merangkak mencari puting susu ibu Kolostrum tidak perlu dibuang karena aman untuk bayi ASI eksklusif perlu diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan Bayi dibiasakan menyusui dari salah satu payudara saja Bayi 0-6 bulan boleh diberi makan madu supaya bayi kenyang dan tidak gampang nangis Ketika mulai tumbuh gigi, ASI boleh diganti dengan makanan pengganti ASI Makanan prelaktal (seperti madu dan air putih) penting untuk diberikan saat bayi baru lahir
2 3
4 5 6 7
8
9
TPB n
%
GM n
%
Total n
%
p
32 69.6 40 100.0 72 83.7 0.000* 27 58.7 38
95.0 65 75.6 0.000*
29 63.0 38
95.0 67 77.9 0.000*
21 45.7 40 100.0 61 70.9 0.000* 35 76.1 40 100.0 75 87.2 0.007* 18 39.1 36
90.0 54 62.8 0.000*
6 13.0 33
82.5 39 45.3 0.000*
3
6.5 17
42.5 20 23.3 0.013*
6 13.0 26
65.0 32 37.2 0.000*
41
No
Pernyataan
10
Pemberian susu formula lebih mudah diberikan daripada pemberian ASI ASI lebih baik daripada susu formula karena mengandung kolostrum Frekuensi pemberian ASI sebaiknya dilakukan sesuai dengan keinginan ibu Pembersihan gusi bayi tiap selesai menyusu tidak perlu dilakukan hingga gigi bayi tumbuh ASI penting untuk diberikan karena dapat meningkatkan kecerdasan bayi dan ibu semakin sayang kepada anaknya. Pemberian imunisasi aman bagi bayi Bayi perlu mendapat imunisasi lengkap Imunisasi perlu dilakukan supaya bayi terhindar dari penyakit Pemberian imunisasi dasar berulang perlu diberikan agar kekebalan tubuh bayi tetap terlindungi Penimbangan berat badan anak setiap bulan di tempat pelayanan kesehatan penting untuk dilakukan. Komunikasi dengan bayi penting untuk dilakukan
11
12
13
14
15 16 17 18
19
20
TPB n
GM
%
n
Total
%
n
%
p
28 60.9 33
82.5 61 70.9 0.061
37 80.4 38
95.0 75 87.2 0.510
30 65.2 33
82.5 63 73.3 0.012*
11 23.9 11
27.5 22 25.6 0.337
42 91.3 40 100.0 82 95.3 1.000
32 69.6 40 100.0 72 83.7 0.023* 39 84.8 39
97.5 78 90.7 0.134
40 87.0 40 100.0 80 93.0 0.245 32 69.6 29
72.5 61 70.9 0.672
40 87.0 40 100.0 80 93.0 0.001* 42 91.3 38
95.0 80 93.0 0.440
* Terdapat perbedaan nyata antara PB dan GM pada p<0.05
Lampiran 5 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai masa anak 7-24 bulan No 1
2
3
4
Pertanyaan
TPB n
%
GM n
%
Makanan Pendamping ASI (MPASI) diberikan saat bayi berusia 27 58.7 38 95.0 lebih dari 6 bulan MP-ASI diberikan kepada bayi usia 7-24 bulan supaya bayi lebih 9 19.6 23 57.5 cepat gemuk MP-ASI yang diberikan harus mengandung gizi yang lengkap 35 76.1 38 95.0 (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral) MP-ASI yang dibuat sendiri lebih 28 60.9 31 77.5 baik daripada MP-ASI komersil
Total n
%
p
65 75.6 0.000*
32 37.2 0.001*
73 84.9 0.060
59 68.6 0.500
42
No
Pertanyaan
5
Pemberian MP-ASI tidak perlu dilanjutkan untuk seterusnya apabila bayi menolak MP-ASI yang diberikan Tahapan tekstur MP-ASI tidak perlu diperhatikan karena tidak terlalu bermasalah Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada bayi berusia di atas 6 bulan Bayi yang berusia berusia 7 bulan cukup diberikan 1-3 kali MP-ASI setiap hari Pembuatan MP-ASI untuk bayi yang berusia kurang dari 1 tahun tidak perlu diberikan gula atau garam Bayi berusia 1 tahun sebaiknya tetap diberikan makanan yang berbentuk lunak untuk menghindari bayi tersedak ASI harus diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun Pemberian susu formula kepada bayi 7-24 bulan bisa menggantikan ASI Tidak diperlukan pemberian ASI lagi jika sudah diberikan MP-ASI Suplemen vitamin A tidak perlu diberikan jika bayi tidak mengalami masalah gizi apapun Vitamin A cukup dipenuhi dari ASI dan MP-ASI Pemberian suplementasi zinc diperlukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak Suplemen zinc tidak perlu diberikan jika bayi tidak mengalami masalah gizi apapun Bayi yang berusia 7-24 bulan tidak perlu diberi imunisasi lagi Bayi 7-24 bulan tidak perlu diajari apapun karena bayi akan tumbuh dan berkembang sendirinya Bayi 7-24 bulan masih harus ditimbang dan dipantau pertumbuhannya secara rutin setiap bulan
6
7
8
9
10
11 12
13 14
15 16
17
18 19
20
TPB n
%
GM n
%
Total n
%
p
9 19.6 30 75.0 39 45.3 0.000*
26 56.5 38 95.0 64 74.4 0.000*
24 52.2 29 72.5 53 61.6 0.103
10 21.7 28 70.0 38 44.2 0.000*
6 13.0 17 42.5 23 26.7 0.046*
33 71.7 26 65.0 59 68.6 0.199
26 56.5 31 77.5 57 66.3 0.070 8 17.4 25 62.5 33 38.4 0.003* 15 32.6 38 95.0 53 61.6 0.000* 26 56.5 38 95.0 64 74.4 0.000* 12 26.1 31 77.5 43 50.0 0.000* 20 43.5 36 90.0 56 65.1 0.000*
17 37.0 25 62.5 42 48.8 0.087 18 39.1 31 77.5 49 57.0 0.003* 39 84.8 37 92.5 76 88.4 0.775
33 71.7 38 95.0 71 82.6 0.006*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
43
Lampiran 6 Sebaran contoh berdasarkan kelompok dan persentase sikap yang sesuai dengan norma mengenai PHBS masa postnatal TPB
No
Pertanyaan
1
Perawatan payudara hanya dilakukan ketika ASI tidak lancar Perawatan payudara tidak perlu dilakukan jika tidak memiliki masalah pada saat menyusui Mencuci tangan yang baik adalah menggunakan air yang mengalir dan sabun Jika sedang terburu-buru, proses mencuci tangan boleh hanya menggunakan air yang mengalir saja Mencuci tangan hanya perlu dilakukan sebelum dan sesudah makan Menghisap asap rokok berdampak buruk bagi kesehatan Botol susu cukup dibersihkan dengan cara membilas dengan air hangat Alat makan sebaiknya menggunakan yang berbahan plastik Mengonsumsi makanan bergizi seimbang dapat meningkatkan produksi ASI Ibu perlu membatasi jumlah makanan untuk mencapai berat badan normal setelah melahirkan
2
3
4
5
6 7
8 9
10
n
GM
%
n
%
Total n
%
p
29 63.0 39 97.5 68 79.1 0.000* 35 76.1 37 92.5 72 83.7 0.079
44 95.7 39 97.5 83 96.5 0.395
20 43.5 25 62.5 45 52.3 0.150
40 87.0 38 95.0 78 90.7 0.186 45 97.8 37 92.5 82 95.3 0.299 17 37.0 26 65.0 43 50.0 0.111 25 54.3 26 65.0 51 59.3 0.328 39 84.8 37 92.5 76 88.4 0.807
7 15.2 30 75.0 37 43.0 0.000*
* Terdapat perbedaan nyata antara TPB dan GM pada p<0.05
Lampiran 7 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan setiap komponen pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal Variabel Usia contoh Asal daerah Uang saku Besar keluarga Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu
Pengetahuan tentang masa bayi 0-6 bulan r p-value 0.760 0.000 0.275 0.010 0.300 0.005 -0.104 0.342 0.132 0.226 -0.014 -0.202 -0.118
0.899 0.062 0.279
Pengetahuan tentang masa anak 7-24 bulan r p-value 0.766 0.001 0.262 0.301 0.217 0.045 0.103 0.345 0.104 0.899
Pengetahuan tentang PHBS r p-value 0.353 0.001 0.113 0.301 0.055 0.617 0.190 0.080 -0.089 0.414
-0.065 -0.114 -0.102
-0.252 -0.059 -0.039
0.555 0.295 0.351
0.019 0.414 0.721
44 Lampiran 8 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan setiap komponen sikap 1000 HPK terkait masa postnatal Variabel Usia contoh Asal daerah Uang saku Besar keluarga Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu
Sikap tentang masa bayi 0-6 bulan r p-value 0.518 0.000 0.113 0.003 0.055 0.144 0.190 0.036 -0.089 0.704 -0.252 0.574 -0.059 0.339 -0.039 0.384
Sikap tentang masa anak 7-24 bulan r p-value 0.505 0.000 0.259 0.016 0.079 0.468 0.084 0.443 -0.010 0.926 -0.125 0.251 -0.093 0.396 -0.136 0.213
Sikap tentang PHBS r 0.348 0.126 0.079 0.213 0.062 0.028 -0.139 -0.271
p-value 0.001 0.246 0.468 0.049 0.574 0.795 0.200 0.012
Lampiran 9 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan dan sikap 1000 HPK terkait masa postnatal Variabel Usia contoh Asal daerah Uang saku Besar keluarga Pendidikan ayah Pendidikan ibu Pekerjaan ayah Pekerjaan ibu
Pengetahuan 1000 HPK terkait masa postnatal r p-value 0.756 0.000 0.280 0.009 0.253 0.019 0.078 0.476 0.035 0.752 -0.082 0.451 -0.155 0.155 -0.114 0.296
Sikap 1000 HPK terkait masa postnatal r p-value 0.506 0.000 0.269 0.012 0.128 0.239 0.176 0.105 0.005 0.962 -0.065 0.554 -0.137 0.210 -0.183 0.091
45
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pontianak pada tanggal 7 Desember 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, putri pasangan Hermanto Gunawan dan Fatimah. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1998-2004 di SD Karya Yosef Pontianak, kemudian melanjutkan di SMP Katolik Santu Petrus Pontianak tahun 2004-2007 dan SMA Katolik Santu Petrus Pontianak tahun 2007-2010. Penulis pernah mengikuti Olimpiade Sains di bidang Biologi SMA hingga tingkat provinsi pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Seleksi Masuk Nasional Perguruan Tinggi Negeri (SMNPTN) pada tahun 2010. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi yaitu HIMAGIZI sebagai anggota divisi Peduli Pangan dan Gizi pada periode 2011-2013 dan anggota divisi Kesejahteraan Anggota KEMAKI pada periode 2011-2012. Penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan pada acara kampus diantaranya Sekretaris II Nutrition Fair 2012 dan Ketua Divisi Kesekretariatan Nutrition Fair 2013. Penulis pernah menjadi bagian dari Tim Ajinomoto-IPB Nutrition Program (AINP) sebagai coach pada tahun 2011-2013. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum di beberapa mata kuliah di Departemen Gizi Masyarakat yaitu Ekologi Pangan dan Gizi (2013-2014) dan Analisis Zat Gizi Makro (2013). Selama bulan Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Jawa Barat dan Maret 2014 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Topik yang dikaji selama mengikuti ID adalah Osteosarkoma Fibula Proksimal Dextra; HealthcareAcquired Pneumonia (HCAP) diduga TB paru dengan infeksi sekunder; Diabetes Mellitus Tipe II, Hipertensi grade II, tekanan darah belum terkontrol, Cardiovascular Disease (CVD) lama, Chronic Kidney Disease (CKD) stage II, Anemia Mikrositik Hipokrom; serta Diare Persisten dengan Dehidrasi Ringan Sedang et causa TSK Enteropati HIV diduga Defisiensi Laktase, Failure to Thrive, Riwayat Ensefalopati Metabolik, Mikrosefali, Pneumonia Perbaikan, Gizi Buruk Marasmik. Penulis tercatat sebagai penerima beasiswa PPA.