PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DI WILAYAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN KABUPATEN SUMENEP
NOERYDA PRAMUDYTA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Sumenep adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, 2013 Noeryda Pramudyta NIM I14090025
ABSTRAK NOERYDA PRAMUDYTA. Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Sumenep. Dibimbing oleh HIDAYAT SYARIEF dan DODIK BRIAWAN. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan antara wilayah perkotaan dan perdesaan Kabupaten Sumenep. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sumenep. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 55 dan 45 siswi sekolah menengah atas masing-masing di wilayah perkotaan dan perdesaan. Pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan dibagi menjadi empat komponen yang terdiri dari kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7—24 bulan dan perilaku hidup bersih dan sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan tergolong kurang (skor<60.0%). Rata-rata skor di perkotaan (33) lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan (23). Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan remaja putri di wilayah perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Pengetahuan remaja putri tentang kehamilan dan perawatan bayi 0—6 bulan paling rendah dibandingkan dengan komponen lainnya. Keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh pada pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan (p<0.05). Kata kunci: siswi sekolah menengah atas, pengetahuan, perkotaan, perdesaan, 1000 hari pertama kehidupan
ABSTRACT NOERYDA PRAMUDYTA. The Knowledge of Adolescent Girls on First 1000 Days of Life in Urban and Rural Areas at Sumenep District. Supervised by HIDAYAT SYARIEF and DODIK BRIAWAN. The objective of this study was to analyze the knowledge of adolescent girls on first 1000 days of life in rural and urban areas. Design used for this study was a cross-sectional. This study was conducted in Sumenep District. Subject were 55 and 45 female high school students in urban and rural areas respectively. The knowledge of adolescent girls on first 1000 days of life was divided into four component consist of pregnancy, the care of infant 0—6 months, the care of infant 7—24 months and clean and healthy lifestyle behavior. The result showed the knowledge of adolescent girls on first 1000 days of life was low (score is<60.0%). The average score of knowledge on first 1000 days of life in urban areas (33) is higher than in rural areas (23). There is significantly differences in adolescent girls’ score between urban and rural areas (p<0.05). Knowledge of adolescent girls on pregnancy and the care of infant 0—6 months have the lower compare the other component. Participation in extracurricular activities affect the knowledge of adolescent girls on first 1000 days of life (p<0.05). Keywords: female high school students, knowledge, rural, urban, 1000 first days of life
PENGETHAUN REMAJA PUTRI TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DI WILAYAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN KABUPATEN SUMENEP
NOERYDA PRAMUDYTA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
Judul Skripsi : Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di Wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Sumenep Nama : Noeryda Pramudyta NIM : I14090025
Disetujui oleh
Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS Pembimbing I
Dr Ir Dodik Briawan, MCN Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Assalamualaikum Wr. Wb. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan di wilayah Perkotaan dan Perdesaan Kabupaten Sumenep” dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. Hidayat Syarief, MS dan Dr. Ir. Dodik Briawan, MCN selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah memberikan arahan, masukan, semangat, doa dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Siti Madanijah, MS selaku dosen pemandu seminar dan dosen penguji skripsi atas masukan dan saran yang diberikan. 3. Seluruh staf pendidik dan kependidikan Departemen Gizi Masyarakat atas bimbingan, arahan, dan bantuannya selama menjalani perkuliahan. 4. Seluruh pihak SMAN 2 Sumenep, SMAN 1 Gapura, dan MA Miftahul Ulum atas keramahan dan kesediaan dalam membantu kelancaran penelitian. 5. Ayah dan Ibu tercinta, adik-adikku (Gilang, Ghara, dan Rafly) tersayang atas kasih sayang, doa dan dukungan yang diberikan selama ini. 6. Teman yang telah membantu terselaikannya skripsi ini: Mbak Dyan, Lyza, teman pembahas seminar: Uthu, Karina, Milda, dan Diego yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi dan teman satu tempat kos: Nindi, Putri, Atik, Zia, dan Nunung atas motivasi dan kekompakan selama ini. Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor,
Juli 2013
Noeryda Pramudyta
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
2
Hipotesis
3
Kegunaan Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan
4
Kehamilan
4
Masa Bayi 0—6 bulan
6
Masa Bayi 7—24 bulan
7
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
8
Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Gizi Remaja
9
METODE PENELITIAN
13
Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian
13
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh
13
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
14
Pengolahan dan Analisis Data
14
Definisi Operasional
15
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah
17 17
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Sumenep
17
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Gapura
17
Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Ulum
18
Karakteristik Contoh
18
Usia
18
Keikutsertaan Kegiatan Ekstrakurikuler
19
Keikutsertaan Penyuluhan/Seminar Gizi dan Kesehatan
20
Karakteristik Keluarga
21
Besar Keluarga
21
Pendidikan Orang Tua
21
Pekerjaan Orang Tua Pengetahuan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
22 23
Pengetahuan tentang Kehamilan
24
Pengetahuan tentang Perawatan Bayi 0—6 Bulan
27
Pengetahuan tentang Perawatan Bayi 7—24 Bulan
30
Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
33
Sumber Informasi Remaja Putri tentang Pengetahuan 1000 Hari Pertama Kehidupan
36
Mata Pelajaran tentang pengetahuan 1000 Hari Pertama Kehidupan
37
Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan
39
SIMPULAN DAN SARAN
41
Simpulan
41
Saran
41
DAFTAR PUSTAKA
42
LAMPIRAN
46
RIWAYAT HIDUP
70
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Sebaran contoh berdasarkan usia Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan ektrakurikuler yang diikuti Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan penyuluhan/seminar gizi dan kesehatan Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan kehamilan Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang kehamilan Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan bayi 0—6 bulan Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perawatan bayi 0—6 bulan Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat Sumber informasi contoh tentang pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan Materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dalam mata pelajaran biologi Hasil uji regresi linier berganda keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan pendidikan orang tua dengan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan
18 19 20 20 21 22 22 23 24 27 28 30 31 33 34 36 37 38
40
DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka model pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan di wilayah perkotaan dan perdesaan Kabupaten Sumenep
12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Kuesioner penelitian Skoring jawaban pengetahuan tentang kehamilan Skoring jawaban pengetahuan tentang perawatan bayi 0—6 bulan Skoring jawaban pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan Skoring jawaban pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
47 55 56 57 58
6 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan kehamilan di SMA perkotaan 7 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan kehamilan di SMA perdesaan 8 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan di SMA perkotaan 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan di SMA perdesaan 10 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan di SMA perkotaan 11 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan di SMA perdesaan 12 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat di SMA perkotaan 13 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat di SMA perdesaan 14 Materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dalam buku biologi 15 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan
59 60 61 62 63 64 65 66 67
69
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Kesepakatan global dalam bidang pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dunia telah terangkum dalam tujuan pembangunan milenium/Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu hal yang menjadi kunci dalam pencapaian tujuan tersebut adalah peningkatan kualitas gizi. Masih tingginya prevalensi kurang gizi merupakan salah satu penghambat tercapainya tujuan pembangunan milenium (MDGs) tersebut. Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa prevalensi stunting, wasting, dan obesitas pada balita Indonesia masing-masing mencapai 35.6%, 13.3% dan 14.0%. Hasil ini menggambarkan bahwa prevalensi stunting di Indonesia dikatakan tinggi karena prevalensi nasional masih di atas toleransi yang ditetapkan oleh WHO yaitu 30%—39%. Penurunan angka prevalensi masalah gizi khususnya stunting pada balita sudah menjadi perhatian tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga tingkat global. Beberapa program dan kegiatan nasional telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Seiring dengan masalah tersebut, maka negara dengan prevalensi masalah gizi cukup tinggi membentuk gerakan perbaikan gizi tingkat global yang disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) (Bappenas 2012b). Gerakan SUN atau gerakan 1000 HPK memfokuskan kegiatan intervensi gizi sejak masa konsepsi hingga anak berusia dua tahun. Hal ini disebabkan karena pada masa ini merupakan periode emas bagi anak. Menurut Victoria et al. (2010), pertumbuhan paling cepat pada anak terjadi sampai usia 24 bulan. WHO dalam Bappenas (2012a) menyebutkan bahwa penyebab terpenting dari masalah gizi stunting, wasting, obesitas dan Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya adalah lingkungan hidup sejak konsepsi sampai anak usia dua tahun yang dapat dirubah dan diperbaiki. Menurut Victoria et al. (2008), tinggi badan menurut umur (TB/U) pada dua tahun pertama kehidupan merupakan cara terbaik untuk memprediksi kualitas sumber daya manusia dan kejadian kurang gizi. Menurut Shrimpton et al. (2001), peningkatan status gizi sebelum kehamilan sampai usia dua tahun memerlukan biaya lebih kecil dibandingkan jika sudah terjadi kerusakan seperti pertumbuhan fisik, perkembangan otak dan pembentukan modal manusia pada periode ini yang membutuhkan biaya lebih mahal dan irreversible. Selain itu, investasi yang dilakukan setelah periode ini memberikan sedikit peningkatan status gizi. Program yang dilakukan pada gerakan 1000 HPK terdiri dari program spesifik dan program sensitif. Program spesifik dilakukan langsung terhadap kelompok sasaran 1000 HPK, yaitu ibu hamil, bayi 0—6 bulan, dan bayi 7—24 bulan sedangkan program sensitif merupakan kegiatan yang dilakukan lintas sektor untuk mengatasi masalah gizi pada kelompok 1000 HPK seperti sanitasi lingkungan. Menurut Unicef (1998), kurangnya sanitasi yang memadai dan akses terhadap air minum dapat mengakibatkan kejadian diare pada anak-anak dan cepat terjangkit penyakit menular yang pada akhirnya akan memengaruhi status gizi anak.
2 Mengingat pentingnya masa 1000 HPK maka salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah penanganan gizi yang salah pada masa kritis tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan yang cukup kepada calon ibu atau remaja putri tentang penanganan gizi selama masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun. Remaja putri juga menjadi perhatian di dalam gerakan SUN. Pemberian pendidikan pra nikah pada remaja putri juga dapat dilakukan untuk menjaga keselamatan dan kesehatan remaja putri kelak jika menjadi ibu. Hackett et al. (2012) menyatakan bahwa remaja putri merupakan window of opportunity yang dapat meningkatkan kesehatan anak nantinya. Selain itu, pemberian pengetahuan tentang 1000 HPK kepada remaja putri penting dilakukan mengingat masih tingginya prevalensi remaja yang menikah pada usia di bawah 20 tahun. Hasil Riskesdas (2010) menyatakan bahwa usia perkawinan pertama di Indonesia paling tinggi (41.9%) berada pada usia 15—19 tahun. Pengetahuan tentang 1000 HPK yang harus dimiliki oleh remaja putri meliputi pengetahuan mengenai pemeliharaan masa kehamilan, perawatan masa bayi 0—6 bulan khususnya tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, perawatan masa bayi 7—24 bulan khususnya mengenai makanan pendamping ASI dan perilaku hidup bersih dan sehat. Menurut Hackett et al. (2012), investasi pendidikan tentang makanan dan gizi untuk bayi dan anak sejak dini kepada remaja putri merupakan cara yang efektif untuk mendukung praktek makan bayi. Pemberian pendidikan kesehatan tentang ASI merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi remaja putri untuk memberikan ASI (Dewan et al. 2002). Menurut Sunarti (2009), penyuluhan kepada remaja putri mengenai praktek care yang meliputi menu sehat dan pemberian makanan yang tepat untuk anak, perawatan kesehatan anak, keamanan pangan, sanitasi dan higiene, hubungan antara gizi dan kecerdasan anak, malnutrisi serta fungsi dan sumber zat gizi utama diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan para remaja agar kelak dapat memelihara dan memberi perawatan lebih baik kepada anak. Peningkatan pengetahuan mengenai 1000 HPK pada remaja putri diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang untuk menghasilkan generasi yang berkualitas tanpa masalah gizi. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK.
Tujuan Tujuan Umum Mengkaji pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan di wilayah perkotaan dan perdesaan Kabupaten Sumenep. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi karakteristik remaja putri (umur, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan keikutsertaan seminar/penyuluhan terkait gizi dan kesehatan). 2. Mengidentifikasi karakteristik keluarga remaja putri (besar keluarga, pendidikan, dan pekerjaan orang tua).
3 3. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK (masa kehamilan, perawatan masa bayi 0—6 bulan, perawatan masa bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat) di sekolah menengah atas wilayah perkotaan dan perdesaan. 4. Mengidentifikasi sumber informasi (sekolah, teman sebaya, orang tua, media massa, dan lainnya) remaja putri tentang pengetahuan 1000 HPK di sekolah menengah atas wilayah perkotaan dan perdesaan. 5. Menganalisis perbedaan pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK di sekolah menengah atas wilayah perkotaan dan perdesaan. 6. Menganalisis faktor yang memengaruhi pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK.
Hipotesis 1. Remaja putri mempunyai pengetahuan kurang tentang 1000 HPK baik di wilayah perkotaan maupun wilayah perdesaan Kabupaten Sumenep. 2. Rata-rata skor pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan di wilayah perdesaan.
Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain adalah menambah wawasan remaja putri mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persiapan sebelum menjadi ibu yang pada akhirnya akan memberikan efek jangka panjang terhadap status gizi generasi yang dihasilkan oleh remaja tersebut.
4
TINJAUAN PUSTAKA Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan Scaling Up Nutrition (SUN) merupakan gerakan investasi global untuk meningkatkan gizi ibu dan anak. Gizi yang tepat selama 1000 hari mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun akan membentuk anak-anak yang sehat. Gizi buruk selama periode ini mengarah ke konsekuensi irreversibel seperti pertumbuhan terhambat dan gangguan perkembangan kognitif. Meningkatkan gizi adalah prasyarat untuk mencapai tujuan pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, mengurangi angka kematian anak, peningkatan kesehatan ibu dan mencegah penyakit (UNSCN 2009). Gerakan SUN ini di Indonesia dikenal dengan gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Terdapat dua intervensi yang dilakukan dalam gerakan 1000 HPK ini, yaitu intervensi sensitif dan spesifik. Kegiatan intervensi spesifik mempunyai tiga kelompok sasaran, yaitu kelompok ibu hamil, kelompok bayi 0— 6 bulan, dan kelompok bayi 7—24 bulan. Intervensi sensitif adalah berbagai kegiatan program pembangunan yang memberi pengaruh terhadap status gizi masyarakat terutama kelompok 1000 HPK misalnya penanggulangan kemiskinan, pendidikan, gender, air bersih, sanitasi, dan kesehatan lingkungan. Kegiatan sensitif ini merupakan kegiatan yang bersifat multi dan lintas sektor (Bappenas 2012b).
Kehamilan Kegiatan intervensi spesifik untuk kelompok ibu hamil terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya adalah pemeriksaan kehamilan dan pemberian tablet tambah darah, suplementasi kalsium, konseling menyusui, menghindar dari perokok pasif, dan pengobatan malaria ibu hamil (Bappenas 2012a). Pemeriksaan Kehamilan Pemeriksaan kehamilan dilakukan untuk memantau status gizi ibu hamil. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 pemeriksaan kehamilan dianjurkan dilakukan minimal empat kali selama kehamilan. Pemeriksaan yang dianjurkan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua, dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan. Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di posyandu, puskesmas, pondok bersalin, rumah sakit, tempat praktek dokter, dan bidan swasta. Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan minimal adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi/tablet tambah darah (90 tablet selama kehamilan), temu wicara (komunikasi interpersonal dan konseling) serta tes laboratorium sederhana (hb, protein urin), dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria dan tubercolosis (TBC)). Pemberian tablet tambah darah berfungsi untuk mencegah terjadinya risiko anemia. Selain itu, untuk mendeteksi terjadinya anemia sejak dini pada ibu hamil maka dilakukan tes kadar hemoglobin (Huliana 2001).
5 Pemberian imunisasi tetanus toksoid kepada ibu hamil dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi yang akan dilahirkan (Syafrudin dan Hamidah 2007). Menurut Almatsier et al. (2011), pemeriksaan kehamilan harus dilakukan secara teratur sejak awal kehamilan. Hal ini disebabkan karena pelayanan kesehatan yang tepat dan penyuluhan selama kehamilan diperlukan untuk menjamin lancarnya proses kelahiran. Anemia saat Kehamilan Zat besi merupakan mineral mikro vital yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin. Zat besi berperan dalam perkembangan syaraf selama janin dan sebelum masa kanak-kanak (Georgieff 2008). Kebutuhan zat besi selama kehamilan meningkat menjadi 27 mg/hari khususnya pada kehamilan trimester kedua dan ketiga. Selama 3 bulan terakhir kehamilan, bayi akan mengakumulasi zat besi untuk digunakan sebelum lahir (Beard 2008). Menurut Arisman (2004), pemenuhan zat besi selama kehamilan dapat diperoleh dari cadangan besi, akan tetapi jika cadangan ini sedikit dan kandungan serta penyerapan zat besi dari diet sedikit maka diperlukan suplementasi zat besi. Dampak yang ditimbulkan akibat anemia saat kehamilan adalah perdarahan pasca melahirkan dan berat bayi lahir rendah. Menurut Allen (2001), anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berpengaruh pada fungsi imunitas tubuh. Infeksi pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kelahiran bayi prematur. Makanan saat Hamil Kebutuhan gizi selama kehamilan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan saat tidak hamil. Menurut Arisman (2004), kebutuhan protein, asam folat, kalsium dan zat besi ibu hamil meningkat masing-masing sebesar 68%, 100%, 50%, dan 200-300%. Porsi makan untuk ibu hamil harus lebih banyak dibandingkan dengan saat sebelum hamil. Jika ibu hamil mengalami mual, muntah serta tidak nafsu makan sebaiknya mengonsumsi makanan yang tidak mengandung lemak dan menyegarkan. Ibu hamil memerlukan kebutuhan gizi yang meningkat dengan semakin meningkatnya usia kehamilan. Zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil meliputi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Karbohidrat dan lemak bertindak sebagai sumber zat tenaga untuk membuahkan kalori serta dapat didapatkan dari serealia, umbi-umbian. Vitamin B kompleks berguna untuk melindungi sistem saraf, otot serta jantung supaya berperan dengan normal. Sumber vitamin B kompleks ada pada serealia, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran hijau, ragi, telur serta produk susu (Saepul 2013). Protein sebagai sumber zat pembangun terdapat pada daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan. Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang serta gigi janin dan membuat perlindungan ibu hamil dari osteoporosis. Jika keperluan kalsium ibu hamil tidak tercukupi maka kekurangan kalsium dapat diambil dari tulang ibu. Asam folat berperan untuk perubahan sistem saraf dan sel darah, yang banyak ada pada sayuran berwarna hijau gelap (Saepul 2013).
6 Masa Bayi 0—6 bulan Kegiatan intervensi spesifik untuk kelompok 0—6 bulan terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya adalah pemberian ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, imunisasi, dan waktu penimbangan balita (Bappenas 2012b). Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini merupakan kemampuan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir. Pada prinsipnya inisiasi menyusui dini merupakan kontak langsung antara kulit ibu dan kulit bayi, yaitu dengan cara menengkurapkan bayi di dada atau perut ibu setelah seluruh badan dikeringkan (bukan dimandikan) kecuali pada telapak tangan bayi dibiarkan tetap basah dengan air ketuban karena bau dan rasa cairan ketuban sama dengan bau yang dikeluarkan payudara ibu. Inisiasi menyusui dini ini dapat dilakukan sekitar satu jam sampai bayi selesai menyusu (Aprillia 2010). Inisiasi menyusui dini mempunyai beberapa manfaat di antaranya adalah mendekatkan kasih sayang antara ibu dan bayi. Menurut Unicef (1998), inisiasi menyusui dini dapat menurunkan risiko perdarahan pada ibu setelah melahirkan. Selain itu bagi ibu, inisiasi menyusui dini juga dapat menstimulasi hormon oksitosin yang dapat membuat rahim berkontraksi dalam proses pengecilan rahim kembali ke ukuran semula. Kolostrum Menyusui merupakan bagian integral siklus reproduksi berupa proses fisiologis yang dapat dilakukan oleh hampir semua ibu sesudah melahirkan. Kolostrum merupakan cairan kental berwarna kekuningan yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan. Volume kolostrum bertambah kurang lebih 30 ml per hari pada saat dua hari setelah melahirkan. Volume kolostrum akan semakin meningkat karena pengisapan puting susu oleh bayi. Ibu yang sudah pernah melahirkan dan menyusui bayinya akan mengeluarkan kolostrum lebih banyak dan lebih awal daripada ibu yang baru pertama kali melahirkan. Kolostrum mempunyai kandungan energi lebih rendah, protein lebih tinggi serta karbohidrat dan lemak yang lebih rendah daripada air susu ibu yang diprosuksi selanjutnya (Almatsier et al. 2011). Menurut Arisman (2004), kolostrum mengandung beberapa zat antibodi, di antaranya adalah faktor bifidus yang merupakan faktor spesifik yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacillus bifidus, bakteri yang dianggap dapat mengganggu kolonisasi bakteri pathogen di dalam saluran cerna. Pemberian kolostrum oleh ibu kepada bayinya masih kurang. Menurut penelitian Khomsan dan Herawati (2010), pemberian kolostrum pada bayi di Kota/Kabupaten Jember dan Banyuwangi berturut-turut hanya mencakup 37.4% dan 34.4%. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan gizi Ibu. Selain itu, menurut Sigarlaki (1998), alasan ibu tidak memberikan kolostrum kepada bayinya adalah anggapan ibu bahwa kolostrum adalah ASI yang kotor dan tidak perlu diberikan kepada bayi.
7 Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu yang diberikan pada saat menyusui merupakan makanan paling kompleks yang mengandung zat gizi lengkap dan bahan bioaktif yang diperlukan untuk tumbuh kembang dan pemeliharaan kesehatan bayi (Almatsier et al. 2011). Bagi bayi yang berumur di bawah 6 bulan ASI merupakan makanan yang paling dianjurkan. Hal ini disebabkan sistem pencernaan bayi yang masih belum bisa menerima makanan lain. ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0—6 bulan (Depkes 2007). ASI mempunyai beberapa manfaat, menurut penelitian Bouwstra et al. (2003), bayi yang diberikan ASI≥6 minggu dapat meningkatkan kondisi neurologi bayi. Hal ini disebabkan oleh kandungan yang terdapat di dalam ASI seperti LCPUFA dapat mempercepat perkembangan otak bayi. Selain itu, penyebab yang lain adalah kebiasaan pengasuhan seperti ikatan batin pada bayi yang mendapatkan ASI≥6 minggu dengan ibunya berpengaruh pada perkembangan perilaku neurologinya. Menurut penelitian Anderson et al. (1999), anak yang diberikan ASI mempunyai perkembangan kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan karena ASI dapat meningkatkan fungsi otak dibandingkan dengan susu formula. ASI mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan susu formula diantaranya, yaitu ASI mengandung kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh, ASI mudah dicerna dan mengandung zat gizi yang berkualitas, ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi, mendekatkan hubungan kasih sayang ibu dan bayi, meningkatkan kecerdasan anak, praktis, dan murah (Depkes 2001). Imunisasi Imunisasi yang didapat oleh anak, yaitu imunisasi hepatitis B pada umur 0—7 hari, imunisasi BCG dan polio 1 pada usia 1 bulan, imunisasi DPT/HB 1 dan polio 2 pada usia 2 bulan, DPT/HB 2 dan polio 3 pada usia 3 bulan, DPT/HB 3 dan polio 4 pada usia 4 bulan, dan imunisasi campak pada usia 9 bulan. Imunisasi yang diberikan bermanfaat untuk mencegah beberapa penyakit yang dapat terjangkit pada anak-anak. Imunisasi BCG berfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru/TBC pada anak. Imunisasi DPT berfungsi untuk mencegah penyakit difteri, pertussis, dan tetanus. Imunisasi campak bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit campak. Imunisasi hepatitis B berfungsi mencegah penyakit hepatitis B dan imunisasi polio berfungsi untuk mencegah penyakit polio (Kemenkes 2011).
Masa Bayi 7—24 bulan Kegiatan intervensi spesifik untuk kelompok 7—24 bulan terdiri dari beberapa kegiatan di antaranya adalah pemberian ASI sampai usia dua tahun, Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), imunisasi, dan suplementasi vitamin A (Bappenas 2012b).
8 Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Makanan pendamping ASI merupakan makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan kepada bayi karena kebutuhan gizi bayi semakin meningkat dan ASI saja sudah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi (WHO 2000). Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahap perkembangannya. Pada saat bayi berumur 6 atau 7 bulan bayi baru belajar mengunyah dan siap untuk mengonsumsi makanan padat. Bila makanan padat tidak diberikan pada usia tersebut maka bayi akan mengalami kesulitan untuk menerimanya kemudian. Selain itu, bayi akan mengalami kekurangan gizi karena ASI saja sudah tidak bisa untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Almatsier et al. 2011). Makanan pendamping ASI yang diberikan kepada anak harus memenuhi kebutuhan gizi anak. Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan pendamping ASI adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Kebutuhan protein dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral diperlukan dalam jumlah tinggi karena pada masa ini sampai anak usia dua tahun merupakan masa pertumbuhan dan dengan laju metabolisme tinggi. Kandungan lemak pada makanan pendamping ASI anak diperlukan sebagai sumber asam lemak esensial, memfasilitasi penyerapan vitamin larut lemak dan meningkatkan densitas energi. Kebutuhan lemak bagi anak dalam makanan pendamping ASI berkisar antara 30%—45% kebutuhan energi (Dewey dan Brown 2003). Suplementasi Vitamin A Bayi dan anak mempunyai kebutuhan vitamin A yang tinggi untuk membantu masa pertumbuhan dan mencegah infeksi. Kekurangan vitamin A yang parah pada anak dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan meningkatnya risiko kesakitan dan mortalitas anak karena mudah terserang infeksi. Untuk mencegah hal tersebut maka dilakukan pemberian suplementasi vitamin A dosis tinggi kepada bayi usia 6 bulan sampai anak usia 5 tahun. Pemberian vitamin A dosis tinggi ini didasarkan pada vitamin A diabsorpsi tubuh dalam jumlah besar kemudian disimpan di dalam hati dan dimobilisasi di dalam tubuh pada periode yang cukup lama (WHO 2011). Pemberian suplementasi vitamin A diberikan setiap bulan Februari atau Agustus. Bayi berusia 6—11 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna biru sedangkan anak usia 12—59 bulan diberikan kapsul vitamin A berwarna merah. Bayi 6—11 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 100.000 IU sedangkan untuk anak usia 12—59 bulan diberikan vitamin A dengan dosis 200.000 IU (Kemenkes 2011).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Sanitasi lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam program sensitif 1000 HPK. Dalam kerangka pikir Unicef telah dijelaskan bahwa sanitasi merupakan penyebab tidak langsung yang berpengaruh pada status gizi balita. Sanitasi lingkungan yang tidak baik akan mengakibatkan kejadian diare yang nantinya akan menyebabkan infeksi sehingga berpengaruh terhadap kurang gizi. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sanitasi
9 lingkungan adalah persentase cakupan perilaku hidup bersih dan sehat (Bappenas 2012a). Menurut Depkes (2007), perilaku hidup bersih dan sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan sehari-hari. Terdapat 10 indikator yang digunakan dalam perilaku hidup bersih dan sehat, di antaranya adalah sebagai berikut. 1. Melakukan aktivitas fisik/olahraga minimal 30 menit setiap hari untuk menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan dapat berupa berjalan kaki, berkebun, kerja di taman, mencuci pakaian, naik turun tangga dan membawa belanjaan sedangkan jenis olahraga yang dilakukan dapat berupa push-up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, dan lain sebagainya. 2. Memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman apapun kepada bayi sampai usia 6 bulan. 3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun untuk memantau pertumbuhan dan perkembangannya. 4. Menggunakan air minum bersih dengan ciri-ciri fisik tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak keruh untuk minum, memasak, mandi, berkumur, dan lain sebaginya agar terhindar dari gangguan penyakit dan untuk menjaga kesehatan. 5. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih agar membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare. 6. Mengonsumsi buah dan sayur minimal 3 porsi buah dan 2 porsi atau sebaliknya setiap hari untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. 7. Tidak merokok di dalam rumah karena di dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4000 bahan kimia berbahaya, di antaranya adalah nikotin, tar dan carbon monoksida (CO). 8. Setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan/dokter) karena jika terjadi kelainan akan cepat diketahui dan segera dapat ditolong atau dirujuk ke puskesmas atau rumah sakit. Selain itu, persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya. 9. Menggunakan jamban yang sehat. 10. Memberantas jentik nyamuk di dalam rumah (Depkes 2007).
Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Gizi Remaja Pengetahuan gizi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Emilia (2009) menyebutkan bahwa latar belakang pendidikan remaja memengaruhi pengetahuan gizi remaja. Remaja yang bersekolah mempunyai pengetahuan gizi baik lebih tinggi dibandingkan dengan remaja yang putus sekolah. Menurut Steyn et al. (2000), rendahnya skor pengetahuan gizi pada murid perempuan berusia 17—34 tahun disebabkan kurangnya pendidikan gizi yang memadai karena kurangnya fokus terhadap gizi pada silabus pendidikan.
10 Kersting et al. (2008) menyebutkan bahwa umur, indeks massa tubuh, dan jenis kelamin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan gizi remaja. Akan tetapi, secara umum pengetahuan gizi pada remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan pengetahuan gizi pada remaja laki-laki. Pengetahuan gizi remaja perempuan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya umur dan semakin rendahnya indeks massa tubuh. Menurut Swanson et al. (2005), pengetahuan remaja tentang keuntungan kesehatan dari ASI dan susu formula yang baik berhubungan positif dengan umur, kepercayaan dan norma, serta paparan tentang ASI. Faktor yang berhubungan positif dengan pengetahuan remaja perempuan tentang makanan adalah usia, pendidikan, akses terhadap media, dan aset rumah tangga (Alam et al. 2010).
11
KERANGKA PEMIKIRAN Masalah gizi yang terjadi di Indonesia saat ini masih memprihatinkan khususnya stunting yang masih mempunyai prevalensi cukup tinggi. Salah satu penyebab masalah gizi tersebut adalah kurangnya kesiapan remaja putri untuk menjadi ibu sehingga berdampak pada kurangnya kepedulian remaja terhadap anak maupun janin yang dikandungnya. Menurut Raj et al. (2010), ibu dengan usia remaja (17—19 tahun) mempunyai kepedulian yang lebih rendah terhadap janin dibandingkan dengan ibu dewasa. Perhatian terhadap 1000 HPK mulai dari masa kehamilan sampai anak berusia dua tahun (270 hari selama masa kehamilan dan 730 hari sejak bayi dilahirkan) dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah gizi yang terjadi. Hal ini disebabkan pada masa ini merupakan masa periode emas bagi anak, jika terjadi gangguan pada masa ini maka akan mengakibatkan kerusakan permanen di masa yang akan datang. Persiapan pengetahuan tentang 1000 HPK yang meliputi pengetahuan masa kehamilan, perawatan masa bayi 0—6 bulan, dan perawatan masa bayi 7—24 bulan sejak dari remaja putri dapat digunakan untuk mempersiapkan remaja putri sebelum menjadi seorang ibu. Selain itu, pengetahuan tentang hal-hal yang mendukung pencegahan masalah gizi pada 1000 HPK seperti perilaku hidup bersih dan sehat juga perlu dipahami oleh remaja putri. Pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK diduga dipengaruhi oleh beberapa hal di antaranya adalah umur, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhan/seminar tentang gizi dan kesehatan. Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap pengetahuan orang tua yang nantinya akan memengaruhi pengetahuan anak yang dalam hal ini adalah remaja putri. Keberadaan sumber informasi juga merupakan hal yang dapat memengaruhi pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK. Sumber informasi tentang 1000 HPK dapat diperoleh remaja putri dari sekolah, orang tua, media massa, teman, dan lain sebagainya seperti petugas kesehatan dan kerabat. Remaja putri yang mempunyai pengetahuan 1000 HPK baik diharapkan mempunyai kesiapan yang baik untuk menjadi ibu dan dapat memberikan efek jangka panjang yaitu peningkatan status gizi pada generasi yang dihasilkannya yang pada akhirnya akan mengurangi kejadian masalah gizi baik masalah gizi kurang maupun masalah gizi lebih.
12
1. 2. 3. 4. 5.
Sumber informasi : Sekolah Teman sebaya Media massa Orang tua Lainnya
Karakteristik keluarga: 1. Besar Keluarga 2. Pendidikan orang tua 3. Pekerjaan orang tua
Karakteristik contoh: 1. Umur 2. Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler 3. Keikutsertaan penyuluhan/seminar gizi dan kesehatan
Pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan
Pengetahuan tentang masa kehamilan: - Pemeriksaan kehamilan - pemberian suplemen
Pengetahuan tentang perawatan masa bayi 0—6 bulan : - Inisiasi Menyusui Dini - ASI Eksklusif - Imunisasi - Pemantauan pertumbuhan
Pengetahuan tentang perawatan masa bayi 7—24 bulan: - Makanan Pendamping ASI - Imunisasi - Suplementasi vitamin A - Pemberian ASI
Pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat
Status Gizi Anak
Gambar 1 Kerangka model pengetahuan remaja putri tentang 1000 hari pertama kehidupan di wilayah perkotaan dan perdesaan Kabupaten Sumenep Keterangan: Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti Hubungan yang dianalisis Hubungan yang tidak dianalisis
13
METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013. Penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Sumenep untuk wilayah perkotaan dan SMAN 1 Gapura dan Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Ulum untuk wilayah perdesaan Kabupaten Sumenep. Pemilihan Sumenep sebagai tempat penelitian karena Sumenep tergolong dalam empat kabupaten di Jawa Timur yang mempunyai prevalensi tinggi usia menikah di bawah 20 tahun. Menurut data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Jawa Timur tahun 2009, prevalensi usia menikah muda di Kabupaten Sumenep mencapai 33.0% (Imawati dan Kismanto 2011). Penentuan kriteria perkotaan dan perdesaan didasarkan pada klasifikasi desa/kelurahan yang dikategorikan menurut peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang klasifikasi perkotaan dan perdesaan di Indonesia berdasarkan kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan keberadaan/akses pada fasilitas perkotaan.
Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh Pemilihan sekolah yang menjadi contoh dalam penelitian ini dilakukan secara purposive dengan pertimbangan, yaitu 1) untuk sekolah di perkotaan, sebagian besar siswa di sekolah tersebut bertempat tinggal di daerah perkotaan sedangkan sekolah di perdesaan dipilih berdasarkan sebagian besar siswa di sekolah tersebut bertempat tinggal di daerah perdesaan; 2) belum pernah dilakukan penelitian serupa pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK sebelumnya; 3) bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian; dan 4) kemudahan untuk diakses baik dari segi lokasi maupun perizinan. Penarikan contoh dari tiap sekolah dilakukan pada kelas yang sedang tidak ada guru kelas agar tidak mengganggu proses belajar mengajar dengan kriteria, yaitu 1) tercatat sebagai siswi kelas XI di sekolah terpilih; 2) berusia tidak lebih dari 19 tahun; dan 3) bersedia mengikuti kegiatan penelitian dan mengisi kuesioner. Siswi kelas X dan kelas XII tidak dijadikan sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa siswi kelas X merupakan siswi yang baru masuk dan masih beradaptasi dengan mata pelajaran di sekolah sedangkan siswi kelas XII tidak dijadikan sampel penelitian dengan pertimbangan bahwa mereka sedang mempersiapkan ujian nasional. Setelah dikumpulkan maka didapatkan contoh di perkotaan (SMAN 2 Sumenep) sebesar 55 orang dan di perdesaan 45 orang (23 orang di MA Miftahul Ulum dan 22 orang di SMAN 1 Gapura). Jumlah contoh ditentukan dengan rumus Lemeshow & David (1997) dengan perhitungan sebagai berikut. n ≥ [(Z1-α)2 x p(1-p)] d2 n ≥ [(1.96)2 x 0.5(1-0.5)] 0.12 n ≥ 96 orang
14 Keterangan : n = jumlah sampel α = derajat kepercayaan (0.05) p = proporsi (prevalensi pengetahuan gizi remaja putri yang kurang berdasarkan penelitian tesis Rahmiwati (2007) = 50%) d = presisi (10%)
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi : 1. Data karakteristik contoh (umur, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler, dan keikutsertaan seminar/penyuluhan terkait gizi dan kesehatan) diperoleh melalui pengisian kuesioner. 2. Data karakteristik keluarga diperoleh melalui pengisian kuesioner yang meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. 3. Data pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK yang meliputi empat komponen, yaitu pengetahuan tentang kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat diperoleh dengan memberikan masing-masing 10 pertanyaan terbuka untuk setiap komponen. 4. Data sumber informasi remaja putri tentang 1000 HPK diperoleh melalui pengisian kuesioner yang dikelompokkan menjadi sekolah, orang tua, media massa, teman, dan lainnya. Data sekunder yang dikumpulkan adalah profil sekolah dan buku biologi kelas X, XI, dan XII yang digunakan di sekolah yang menjadi contoh penelitian untuk identifikasi materi terkait 1000 HPK.
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu coding, entry, editing/cleaning, dan analisis data. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara statistik deskriptif dan statistik inferensia menggunakan program Microsoft Excel dan Statistical Program for Social Science (SPSS for window versi 16.0). Data karakteristik contoh meliputi umur, keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan keikutsertaan pelatihan/seminar gizi dan kesehatan. Data karakteristik keluarga yang disajikan meliputi besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua. Besar keluarga dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil (≤4 orang), keluarga sedang (5—6 orang), dan keluarga besar (≥7 orang). Tingkat pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi tidak tamat SD, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan tamat perguruan tinggi. Pekerjaan orang tua dikelompokkan menjadi PNS, wiraswasta, petani, TNI/ABRI, dan lainnya. Data sumber informasi yang didapat remaja putri tentang 1000 HPK dikategorikan menjadi sekolah, orang tua, media massa, teman, dan lainnya.
15 Tingkat pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK dinilai berdasarkan kemampuan remaja putri dalam menjawab 10 pertanyaan terbuka masing-masing mengenai masa kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Setiap pertanyaan yang benar diberikan skor maksimal 3 dan skor 0 untuk yang tidak menjawab atau jawaban salah. Selain itu, terdapat beberapa pertanyaan yang diberikan skor 2, 1.5, dan 1 berdasarkan kelengkapan jawaban. Skoring untuk masing-masing jawaban pertanyaan dapat dilihat pada Lampiran 2 sampai Lampiran 5. Hasil pengetahuan yang didapat kemudian dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000) menjadi baik dengan skor>80%, kategori sedang dengan skor 60%—80%, dan kategori kurang dengan nilai total<60%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows. Uji statistik deskriptif dilakukan pada beberapa variabel di antaranya, yaitu karakteristik contoh (usia, keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler, dan keikutsertaan pelatihan/seminar gizi/kesehatan), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua), pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK yang terdiri dari pengetahuan kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat, sumber informasi remaja putri tentang 1000 HPK. Uji beda antara contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan dilakukan pada setiap variabel karakteristik contoh, karakteristik keluarga, dan pengetahuan remaja putri. Untuk menentukan uji beda yang digunakan maka dilakukan uji normalitas terlebih dahulu untuk data numerik sedangkan untuk data kategorik ditentukan berdasarkan jenis skala. Data numerik yang tersebar normal diuji dengan menggunakan uji beda Independent Sample t-Test sedangkan data yang tidak tersebar normal menggunakan uji beda Mann Whitney. Untuk data kategorik dengan skala ordinal diuji dengan menggunakan uji beda Mann Whitney sedangkan data dengan skala nominal diuji dengan menggunakan uji beda Kolmogorov-Smirnov. Uji beda Mann Whitney antara perkotaan dan perdesaan dilakukan pada data karakteristik contoh (umur dan keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler), karakteristik keluarga (besar keluarga dan pendidikan orang tua), pengetahuan kehamilan, dan perawatan bayi 0—6 bulan. Uji beda Kolmogorov-Smirnov antara perdesaan dan perkotaan digunakan untuk menguji data pekerjaan orang tua. Uji beda Independent Sample t-Test antara perkotaan dan perdesaan dilakukan pada data pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan, perilaku hidup bersih dan sehat, dan pengetahuan 1000 HPK. Uji korelasi Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik contoh (umur dan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler) dan karakteristik keluarga (besar keluarga dan pendidikan orang tua) dengan pengetahuan 1000 HPK. Uji regresi linear berganda digunakan untuk melihat besaran pengaruh variabel yang berhubungan terhadap pengetahuan 1000 HPK.
Definisi Operasional Contoh adalah remaja putri yang sedang duduk di kelas XI sekolah menengah atas.
16 Sekolah menengah atas perkotaan adalah sekolah menengah atas yang berada di wilayah desa atau kelurahan yang termasuk kategori perkotaan menurut BPS. Sekolah menengah atas perdesaan adalah sekolah menengah atas yang berada di wilayah desa atau kelurahan yang termasuk kategori perdesaan menurut BPS. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan contoh. Tingkat pendidikan orang tua contoh adalah pendidikan formal tertinggi yang telah ditempuh oleh orang tua contoh. Pekerjaan orang tua contoh adalah mata pencaharian orang tua contoh. Pengetahuan contoh tentang kehamilan adalah pemahaman contoh mengenai pemeriksaan kehamilan dan pemberian suplemen ibu hamil. Pengetahuan contoh tentang perawatan bayi 0—6 bulan adalah pemahaman contoh mengenai ASI eksklusif, inisiasi menyusui dini, imunisasi, dan waktu penimbangan balita. Pengetahuan contoh tentang perawatan bayi 7—24 bulan adalah pemahaman contoh mengenai makanan pendamping ASI, imunisasi, dan pemberian suplementasi vitamin A. Pengetahuan contoh tentang perilaku hidup bersih dan sehat adalah pemahaman contoh mengenai beberapa indikator dalam pedoman perilaku hidup bersih dan sehat. Pengetahuan contoh tentang 1000 HPK adalah pemahaman contoh mengenai masa kehamilan, bayi 0—6 bulan, bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sumber informasi contoh adalah asal pengetahuan contoh tentang setiap pertanyaan di kuesioner 1000 HPK. Materi tentang 1000 hari pertama kehidupan adalah materi dalam mata pelajaran biologi kelas X, XI, dan XII yang berhubungan dengan masa kehamilan, bayi 0—6 bulan, bayi 7—24 bulan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Sekolah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Sumenep SMAN 2 Sumenep merupakan sekolah yang menjadi sekolah contoh penelitian yang mewakili wilayah perkotaan. Sekolah ini terletak di Kecamatan Kota Sumenep dan beralamat di Jalan KH Wahid Hasyim III/11, Kolor, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Tenaga pengajar di sekolah ini berjumlah 59 orang sedangkan pegawai tata usaha berjumlah 20 orang. Jumlah murid kelas XI di sekolah ini pada tahun ajaran 2012—2103 adalah 366 orang dengan 163 orang berjenis kelamin laki-laki dan 203 orang berjenis kelamin perempuan. Sekolah ini memiliki beberapa sarana dan prasarana sekolah yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, di antaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 27 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang OSIS, 1 ruang musholla, dan 1 aula sekolah. Sekolah ini mempunyai kegiatan di luar sekolah untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan kreativitas murid yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini meliputi kegiatan keagamaan (UKKI, rohani Kristen, dan serikat), keolahragaan (sepak bola, bulu tangkis, basket, bola voli, tenis meja, dan pencak silat), kepemimpinan (latihan dasar kepemimpinan siswa/LDKS, paskibra, palang merah remaja, dan pramuka), seni (teater, paduan suara, tata busana, dan tarian wilayah), kelompok ilmiah remaja, dan kelompok majalah kreasi. Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Gapura SMAN 1 Gapura merupakan sekolah yang menjadi sekolah contoh penelitian yang mewakili wilayah perdesaan. Sekolah ini terletak di Kecamatan Gapura dan beralamat di Jalan Raya Gapura Km 9, Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kepala SMAN 1 Gapura adalah H. Abdur Rafik, Spd. Tenaga pengajar di sekolah ini berjumlah 39 orang yang terdiri dari 32 orang guru berstatus guru tetap (PNS) dan 7 orang guru berstatus guru tidak tetap. Jumlah murid di sekolah ini pada tahun ajaran 2012—2103 adalah 605 orang dengan 394 orang berjenis kelamin laki-laki dan 211 orang berjenis kelamin perempuan. Sekolah ini memiliki beberapa sarana dan prasarana sekolah yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, di antaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 16 ruang kelas, 1 ruang laboratorium IPA, 1 ruang laboratorium komputer, dan 1 ruang perpustakaan. Sekolah ini juga dilengkapi dengan fasilitas sekolah berupa internet bagi murid. Sekolah ini mempunyai kegiatan di luar sekolah untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan kreativitas murid yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini meliputi kegiatan keolahragaan (sepak bola, bulu tangkis, basket, bola voli, futsal, karate, dan pencak silat), kepemimpinan (palang merah remaja dan pramuka) dan kelompok ilmiah remaja. Kegiatan ekstrakurikuler ini di bawah pembinaan dan pengawasan guru pembina yang ditugasi oleh kepala sekolah.
18 Madrasah Aliyah (MA) Miftahul Ulum MA Miftahul Ulum merupakan sekolah yang menjadi sekolah contoh penelitian yang mewakili wilayah perdesaan. Sekolah ini terletak di Kecamatan Batangbatang dan beralamat di Jalan Raya Batangbatang-Dungkek nomor 27, Kecamatan Batangbatang, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Kepala Sekolah MA Miftahul Ulum adalah Ahmad Junaedi, SHi. Tenaga pengajar di sekolah ini berjumlah 25 orang. Jumlah murid di sekolah ini pada tahun ajaran 2012—2103 adalah 264 orang. Sekolah ini memiliki beberapa sarana dan prasarana sekolah yang mendukung kegiatan belajar mengajar siswa, di antaranya adalah 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang tata usaha, 1 ruang guru, 9 ruang kelas, 1 ruang laboratorium multimedia, dan 1 ruang laboratorium komputer. Sekolah ini mempunyai fasilitas untuk mendukung kegiatan belajar mengajar siswa berupa internet dan LCD proyektor. Sekolah ini mempunyai kegiatan di luar sekolah untuk mengembangkan kemampuan pribadi dan kreativitas murid yaitu dengan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini meliputi kegiatan keolahragaan (bela diri), kepemimpinan (pramuka), seni (teater), dan jurnalistik. Karakteristik Contoh Usia Contoh dalam penelitian ini adalah remaja putri kelas XI sekolah menengah atas dengan usia contoh berkisar antara 15—19 tahun. Usia contoh di perkotaan berkisar antara 16—17 tahun sedangkan usia contoh di perdesaan lebih bervariasi berkisar antara 15—19 tahun. Jumlah contoh baik di perkotaan (63.6%) maupun perdesaan (40.0%) sebagian besar berada pada usia 17 tahun (Tabel 1). Tabel 1 Sebaran contoh berdasarkan usia Usia (tahun) 15 16 17 18 19 Total x±SD
Perkotaan n % 0 0.0 20 36.4 35 63.6 0 0.0 0 0.0 55 100.0 16.6±0.5
Perdesaan n % 1 2.2 17 37.8 18 40.0 8 17.8 1 2.2 45 100.0 16.8±0.8
Total n % 1 1.0 37 37.0 53 53.0 8 8.0 1 1.0 100 100.0 16.7±0.7
Sebaran usia contoh sesuai dengan usia anak sekolah yang seharusnya. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 051/U/2002, persyaratan usia siswa Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) saat awal tahun pelajaran baru atau kelas X adalah setinggitingginya berusia 21 tahun. Usia akan memengaruhi kemampuan pengetahuan seseorang. Menurut penelitian Kersting et al. (2008), pengetahuan gizi remaja putri meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa
19 tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia contoh di wilayah perkotaan dengan perdesaan (p>0.05). Keikutsertaan Kegiatan Ekstrakurikuler Menurut Direktorat Pembinaan SMA (2010), kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang bekemampuan dan berkewenangan di sekolah/madrasah. Fungsi kegiatan ekstrakurikuler terdiri atas pengembangan, sosial, rekreasi, dan persiapan karier yang dalam pelaksanaannya harus memenuhi beberapa prinsip, yaitu individual, pilihan, keterlibatan aktif, menyenangkan, etos kerja, dan kemanfaatan sosial. Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Tidak mengikuti Mengikuti 1 jenis kegiatan Mengikuti 2 jenis kegiatan Mengikuti 3 jenis kegiatan Total
Perkotaan n % 21 26 7 1 55
38.2 47.3 12.7 1.8 100.0
Perdesaan n % 22 20 3 0 45
48.9 44.4 6.7 0.0 100.0
Total n
%
43 46 10 1 100
43.0 46.0 10.0 1.0 100.0
Sebagian besar contoh di perkotaan (47.3%) mengikuti satu jenis kegiatan ekstrakurikuler sedangkan sebagian besar contoh di perdesaan (48.9%) tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Selain itu, juga terdapat 38.2% contoh di perkotaan yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan 44.4% contoh di perdesaan mengikuti satu jenis kegiatan ekstrakurikuler (Tabel 2). Secara keseluruhan keikutsertaan contoh di perkotaan dan perdesaan dalam kegiatan ektrakurikuler tidak terdapat perbedaan. Hal ini diperkuat dengan hasil uji beda Mann Whitney yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler contoh di wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan (p>0.05). Kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh siswa bermacam-macam bergantung pada minat siswa dan ketersediaan jenis kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR) adalah kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diminati oleh sebagian besar contoh di perkotaan (18.2%) sedangkan kegiatan pramuka adalah kegiatan ekstrakurikuler yang paling banyak diminati oleh contoh di wilayah perdesaan (24.4%). Kegiatan kedua yang diminati contoh di wilayah perkotaan adalah pramuka (14.5%) sedangkan di wilayah perdesaan adalah teater (13.3%) (Tabel 3). Menurut Hapsari (2010), keikutsertaan siswa terhadap kegiatan ekstrakurikuler disebabkan beberapa alasan, diantaranya adalah dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler akan memberikan banyak manfaat seperti menambah pengalaman, menambah teman, menambah keterampilan, dan menjadi populer.
20 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kegiatan ektrakurikuler yang diikuti Perkotaan n % 10 18.2 1 1.8 5 9.1 3 5.5 1 1.8 2 3.6 8 14.5 5 9.1 4 7.3 4 7.3 0 0.0 0 0.0
Jenis kegiatan ekstrakurikuler PMR Volly UKKI Tetaer Tenis Meja Basket Pramuka Tata busana KIR Tari Karate Jurnalistik
Perdesaan n % 2 4.4 0 0.0 0 0.0 6 13.3 0 0.0 0 0.0 11 24.4 0 0.0 3 6.7 0 0.0 2 4.4 2 4.4
Keikutsertaan Penyuluhan/Seminar Gizi dan Kesehatan Seluruh contoh di wilayah perkotaan dan wilayah perdesaan tidak pernah mengikuti kegiatan penyuluhan atau seminar gizi dan kesehatan khususnya 1000 HPK baik yang diadakan oleh sekolah ataupun di luar sekolah (Tabel 4). Menurut penelitian Sunarti (2009), pengetahuan remaja putri tentang sanitasi, keamanan pangan dan higiene meningkat setelah dilakukan penyuluhan dari 76.9% pada kelompok kontrol dan 63.1% pada kelompok intervensi menjadi 82.5% pada kelompok kontrol dan 86.1% pada kelompok intervensi. Selain itu, pengetahuan remaja putri tentang stimulasi tumbuh kembang anak (pertumbuhan dan perkembangan anak, ciri anak tumbuh dan kembang) juga mengalami peningkatan dari 66.7% pada kelompok kontrol dan 59.3% pada kelompok intervensi menjadi 79.1% pada kelompok kontrol dan 94.4% pada kelompok intervensi setelah dilakukan penelitian. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan keikutsertaan penyuluhan/seminar gizi dan kesehatan Penyuluhan/seminar Ya Tidak Total
Perkotaan n % 0 0.0 55 100.0 55 100.0
Perdesaan n % 0 0.0 45 100.0 45 100.0
Total n 0 100 100
% 0.0 100.0 100.0
Pemberian penyuluhan kepada remaja putri mengenai praktek care yang meliputi menu sehat dan pemberian makanan yang tepat untuk anak, perawatan kesehatan anak, keamanan pangan, sanitasi dan higiene, hubungan antara gizi dan kecerdasan anak, malnutrisi serta fungsi dan sumber zat gizi utama diharapkan dapat memberikan efek jangka panjang yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan para remaja agar kelak dapat memelihara dan memberi perawatan lebih baik kepada anak. Menurut Dewan et al. (2002), salah satu cara yang bisa
21 dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang ASI adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang ASI.
Karakteristik Keluarga Besar Keluarga Menurut Sanjur (1982) dalam Sukandar (2007), besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya yang sama. Lebih dari setengah jumlah contoh di wilayah perkotaan (61.8%) dan di wilayah perdesaan (53.3%) tinggal dengan besar keluarga kecil (≤4 orang). Rata-rata contoh di perkotaan mempunyai besar keluarga lebih kecil (4.7±1.3) dibandingkan contoh di perdesaan (5±1.6) (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga Besar Keluarga Keluarga kecil (<4 orang) Keluarga sedang (5—6 orang) Keluarga besar (>7 orang) Total x±SD
Perkotaan n % 34 61.8
Perdesaan n % 24 53.3
n 58
% 58.0
17
12
29
29.0
30.9
4 7.3 55 100.0 4.7±1.3
26.7
9 20.0 45 100.0 5.0±1.6
Total
13 13.0 100 100.0 4.8±1.5
Menurut penelitian Nugraheni (2011), jumlah anggota keluarga di perkotaan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga di perdesaan. Hal ini diduga karena kurangnya sosialisasi tentang keluarga berencana. Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara besar keluarga contoh di wilayah perkotaan dengan contoh di wilayah perdesaan (p>0.05). Pendidikan Orang Tua Pendidikan terakhir seseorang akan menentukan jenis pekerjaan orang tersebut. Semakin tinggi pendidikan diharapkan semakin tinggi juga tingkat pengetahuannya. Sebagian besar ayah contoh di wilayah perkotaan (38.2%) sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah menengah atas sedangkan di wilayah perdesaan lebih dari setengah ayah contoh (62.2%) hanya menyelesaikan pendidikan sampai sekolah dasar. Hal ini sejalan dengan pendidikan ibu contoh yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu contoh di perkotaan (49.1%) sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah menengah atas sedangkan lebih dari setengah ibu contoh di wilayah perdesaan (71.1%) hanya menyelesaikan pendidikan sampai jenjang sekolah dasar (Tabel 6). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa tedapat perbedaan yang signifikan antara pendidikan orang tua baik ayah maupun ibu contoh di wilayah perkotaan dengan contoh di wilayah perdesaan (p<0.05).
22 Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orang tua Pendidikan terakhir Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat Perguruan Tinggi Total
Ayah Perkotaan n % 2 3.6 12 21.8 5 9.1 21 38.2 15 27.3 55 100.0
Ibu Perdesaan n % 4 8.9 28 62.2 10 22.2 3 6.7 0 0.0 45 100.0
Perkotaan n % 0 0.0 17 30.9 8 14.5 27 49.1 3 5.5 55 100.0
Perdesaan n % 6 13.3 32 71.1 4 8.9 2 4.4 1 2.2 45 100.0
Pendidikan orang tua contoh di wilayah perkotaan lebih baik dibandingkan dengan orang tua contoh di wilayah perdesaan. Menurut Nugraheni (2011), hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses akan pendidikan dan tingkat ekonomi yang lebih rendah di wilayah perdesaan dibandingkan di wilayah perkotaan. Pekerjaan Orang Tua Jenis pekerjaan orang tua contoh di wilayah perkotaan lebih beragam dibandingkan di wilayah perdesaan. Sebagian besar ayah contoh di wilayah perkotaan (45.5%) bekerja sebagai wiraswasta sedangkan lebih dari setengah ayah contoh di wilayah perdesaan (60.0%) bekerja sebagai petani (Tabel 7). Menurut Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 4/1980, masyarakat perdesaan pada umumnya bermata pencaharian dalam bidang agraris/pertanian sedangkan di perkotaan bermata pencaharian dalam bidang industrial. Hasil uji beda Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis pekerjaan ayah contoh di wilayah perkotaan dengan di wilayah perdesaan (p<0.05). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orang tua Ayah Jenis pekerjaan Tidak bekerja PNS Wiraswasta Petani TNI/BRI Lainnya Total
Perkotaan n % 4 7.3 18 32.7 25 45.5 7 12.7 1 1.8 0 0.0 55 100.0
Ibu Perdesaan n % 1 2.2 0 0.0 14 31.1 27 60.0 0 0.0 3 6.7 45 100.0
Perkotaan n % 41 74.5 2 3.6 8 14.5 4 7.3 0 0.0 0 0.0 55 100.0
Perdesaan n % 25 55.6 1 2.2 5 11.1 13 28.9 0 0.0 1 2.2 45 100.0
Sebagian besar ibu contoh baik di wilayah perkotaan (74.5%) maupun di wilayah perdesaan (55.6%) merupakan ibu rumah tangga (Tabel 7). Ibu yang tidak bekerja di wilayah perkotaan lebih besar dibandingkan dengan di wilayah perdesaan diduga karena adanya masalah ekonomi di wilayah perdesaan yang lebih tinggi dibandingkan di wilayah perkotaan sehingga mengharuskan ibu untuk bekerja.
23 Menurut Tjaja (2000), kenaikan angka partisipasi kerja pada wanita disebabkan karena bertambahnya kemiskinan. Keluarga yang semakin terhimpit kemiskinan semakin berat tekanan yang mengharuskan istri mencari pekerjaan produktif walaupun dengan imbalan yang sangat rendah. Merujuk dari Tabel 7, pekerjaan yang dipilih oleh ibu contoh yang bekerja di wilayah perkotaan adalah wiraswasta (14.5%) sedangkan di wilayah perdesaan adalah petani (28.9%). Hasil uji beda Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis pekerjaan ibu contoh di wilayah perkotaan dengan di wilayah perdesaan (p>0.05).
Pengetahuan tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Pengetahuan tentang 1000 HPK terbagi atas empat komponen, yaitu pengetahuan tentang kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7— 24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Secara keseluruhan baik contoh di perkotaan maupun di perdesaan mempunyai pengetahuan tentang 1000 HPK kurang (Tabel 8). Hal ini berkaitan dengan kurang terpaparnya materi tentang 1000 HPK kepada remaja putri yang ditandai oleh seluruh remaja putri yang menjadi contoh dalam penelitian ini tidak pernah mengikuti pelatihan/seminar tentang gizi dan kesehatan. Hasil wawancara dengan perwakilan guru dari setiap sekolah penelitian, belum pernah diadakan penyuluhan atau seminar tentang gizi dan kesehatan. Penyuluhan yang pernah dilakukan hanya tentang donor darah yang dilakukan atas kerjasama Dinas Kesehatan dengan salah satu sekolah contoh penelitian, yaitu SMAN 1 Gapura. Selain itu, penyebab rendahnya pengetahuan remaja putri juga diduga karena kurangnya partisipasi remaja putri terhadap kegiatan posyandu yang dalam hal ini pengetahuan tentang 1000 HPK banyak didapat dari kegiatan-kegiatan di posyandu. Menurut Sunarti (2009), remaja putri kurang berpartisipasi dalam kegiatan posyandu karena masih disibukkan dengan kegiatan sekolah. Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%—80%) Baik (>80%) Total x±SD (%)
Perkotaan n % 55 100.0 0 0 0 0 55 100.0 33.1±7.5
Perdesaan n % 45 100.0 0 0 0 0 45 100.0 23.4±11.0
Total n % 100 100.0 0 0 0 0 100 100.0 28.7±10.4
Hasil wawancara dengan perwakilan guru di setiap sekolah penelitian menyatakan bahwa pemberian materi tentang 1000 HPK perlu diberikan kepada remaja putri khususnya anak sekolah menengah atas. Dari tiga sekolah, dua sekolah menyetujui bahwa materi tentang 1000 HPK diberikan dengan digabungkan dengan materi pelajaran di sekolah sedangkan satu sekolah menyetujui bahwa materi tentang 1000 HPK diberikan secara terpisah dari materi pelajaran sekolah dan diberikan melalui penyuluhan atau seminar.
24 Rata-rata skor pengetahuan 1000 HPK contoh perkotaan (33.1±7.5) lebih tinggi dibandingkan dengan contoh di wilayah perdesaan (23.4±11.0). Hasil uji beda Independent Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan 1000 HPK contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan. Hal ini diduga karena di wilayah perkotaan akses terhadap informasi lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan di wilayah perdesaan. Hasil kajian sumber informasi contoh tentang pengetahuan 1000 HPK menunjukkan bahwa informasi pengetahuan 1000 HPK contoh di perkotaan yang berasal dari media massa dan lainnya (dokter, bidan, dan buku) lebih tinggi dibandingkan dengan contoh di perdesaan. Menurut Alam et al. (2010), hal yang memengaruhi pengetahuan remaja tentang makanan seperti sumber energi dan protein di perdesaan adalah usia, pendidikan, dan akses terhadap media. Pengetahuan tentang Kehamilan Pengetahuan tentang kehamilan diberikan dalam 10 pertanyaan terbuka. Terdapat 8 pertanyaan dari 10 pertanyaan kehamilan yang memiliki dua skor, yaitu skor 3 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Dua pertanyaan lainnya, yaitu pertanyaan nomor 3 dan pertanyaan nomor 10 memiliki empat skor, yaitu skor 3,2,1 untuk jawaban benar yang disesuaikan dengan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah. Tabel 9 menampilkan 10 pertanyaan pengetahuan kehamilan dan persentase pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar oleh contoh dengan skor maksimal, yaitu skor 3. Persentase jawaban yang mampu dijawab benar dengan skor 2 dan 1 dapat dilihat pada Lampiran 6 untuk contoh di perkotaan dan Lampiran 7 untuk contoh di perdesaan. Tabel 9
Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan kehamilan
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah minimal pemeriksaan kehamilan Tempat pemeriksaan kehamilan Jenis pemeriksaan kehamilan Zat gizi dalam TTD Manfaat imunisasi Tetanus Manfaat zat besi Manfaat suplemen kalsium Usia minimal menikah Manfaat tes kadar hemoglobin Zat gizi yang diperlukan ibu hamil
Perkotaan Tidak Benar menjawab n % n % 2 3.6 38 69.1 53 0 1 6 1 14 3 1 6
96.4 0.0 1.8 10.9 1.8 25.5 5.5 1.8 10.9
2 12 50 24 30 28 2 45 13
3.6 21.8 90.9 43.6 54.5 50.9 3.6 81.8 23.6
Perdesaan Tidak Benar menjawab n % n % 1 2.2 18 40.0 43 0 3 2 0 2 7 1 0
95.6 0.0 6.7 4.4 0.0 4.4 15.6 2.2 0.0
2 13 39 29 30 31 0 39 19
4.4 28.9 86.7 64.4 66.7 68.9 0.0 86.7 2.2
Pertanyaan ke-1 hanya mampu dijawab benar oleh 3.6% contoh di perkotaan dan 2.2% contoh di perdesaan. Terdapat 69.1% contoh di perkotaan dan 40% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-1. Contoh yang
25 menjawab salah cenderung menjawab bahwa pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan oleh ibu hamil lebih dari 4 kali kunjungan dan ada contoh yang menjawab kurang dari 4 kali kunjungan pemeriksaan kehamilan. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008, pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil dilakukan minimal 4 kali selama kehamilan. Pertanyaan ke-2 mampu dijawab benar oleh hampir keseluruhan contoh di perkotaan (96.4%) dan perdesaan (95.6%). Hanya 3.6% contoh di wilayah perkotaan dan 4.4% contoh di wilayah perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-2. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008, puskesmas, rumah sakit, posyandu, bidan, klinik, dan dokter merupakan tempat untuk ibu hamil memeriksakan kehamilan. Pertanyaan ke-3 tidak mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh contoh di perkotaan dan contoh di perdesaan. Terdapat 21.8% contoh di perkotaan dan 28.9% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-3. Sebagian besar contoh yang menjawab salah hanya menyebutkan memeriksakan kesehatan dan perkembangan bayi tetapi tidak menyebutkan secara spesifik jenis pemeriksaannya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008, pemeriksaan kehamilan yang dilakukan minimal adalah pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, skrining status imunisasi tetanus dan pemberian tetanus toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi / Tablet Tambah Darah (TTD) (90 tablet selama kehamilan), temu wicara (komunikasi interpersonal dan konseling) serta tes laboratorium sederhana (hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria dan TBC). Pertanyaan ke-4 hanya mampu dijawab benar oleh 1.8% contoh di perkotaan dan 6.7% contoh di perdesaan. Sebanyak 90.9% contoh di perkotaan dan 86.7% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-4. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa zat yang terdapat dalam TTD adalah zat penambah darah dan zat untuk memperkuat dan menjaga kandungan. Menurut Kemenkes (2011), tablet tambah darah yang diberikan kepada ibu hamil mengandung zat besi untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil. Pertanyaan ke-5 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 10.9% contoh di perkotaan dan 4.4% contoh di perdesaan. Sebanyak 43.6% contoh di perkotaan dan 64.4% perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-5. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat imunisasi tetanus pada ibu hamil, yaitu untuk menjaga kesehatan, mencegah penyakit dan untuk kekebalan tubuh. Menurut Syafrudin dan Hamidah (2007), imunisasi tetanus yang diberikan kepada ibu hamil bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi yang dikandung ibu. Pertanyaan ke-6 hanya mampu dijawab benar oleh 1.8% contoh di perkotaan sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang menjawab dengan benar pertanyaan ke-6. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (54.5%) dan perdesaan (66.7%) tidak menjawab pertanyaan ke-6. Sebagian besar contoh yang menjawab salah di perkotaan menjawab bahwa manfaat zat besi adalah untuk pertumbuhan tulang dan gigi sedangkan contoh di perdesaan menjawab manfaat zat besi adalah menambah stamina dan menguatkan. Menurut Georgieff (2008), manfaat zat besi untuk ibu hamil adalah mencegah terjadinya anemia selama kehamilan dan zat
26 besi berperan dalam perkembangan syaraf selama janin dan sebelum masa kanakkanak. Pertanyaan ke-7 mampu dijawab benar oleh 25.5% contoh di perkotaan dan 4.4% contoh di perdesaan. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (50.9%) dan perdesaan (68.9%) tidak menjawab pertanyaan ke-7. Sebagian besar contoh yang menjawab salah di wilayah perkotaan menjawab bahwa manfaat suplemen kalsium adalah menjaga kesehatan dan kebugaran ibu. Menurut Depkes (2012), manfaat pemberian suplemen kalsium bagi ibu hamil adalah untuk pertumbuhan tulang serta gigi janin dan membuat perlindungan ibu hamil dari osteoporosis. Pertanyaan ke-8 mampu dijawab benar oleh 5.5% contoh di perkotaan dan 15.6% contoh di perdesaan. Hanya 3.6% contoh di perkotaam yang tidak menjawab pertanyaan ke-8 sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang tidak menjawab pertanyaan ke-8. Lebih dari setengah contoh di perkotaan menjawab usia minimal menikah adalah kurang dari 18 tahun sedangkan contoh di perdesaan menjawab usia minimal menikah lebih dari 18 tahun. Menurut Bappenas (2012a), usia menikah minimal untuk remaja putri adalah 18 tahun. Hal ini mempertimbangkan kesiapan remaja putri baik dari kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Pertanyaan ke-9 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 1.8% contoh perkotaan dan 2.2% contoh perdesaan. Lebih dari setengah contoh di wilayah perkotaan (81.8%) dan perdesaan (86.7%) tidak menjawab pertanyaan ke-9. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat tes kadar hemoglobin adalah untuk mengetahui golongan darah dan keadaaan darah, tingkat kesehatan bayi dan ibu serta mengetahui kadar glukosa darah. Menurut Huliana (2001), tes kadar hemoglobin yang dilakukan pada ibu hamil berguna untuk mendeteksi dini terjadinya anemia. Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan berpengaruh terhadap fungsi imunitas tubuh. Infeksi pada ibu hamil akan meningkatkan risiko terjadinya kelahiran bayi premature (Allen 2001). Pertanyaan ke-10 hanya mampu dijawab dengan benar dengan skor 3 oleh 10.9% contoh perkotaan dan tidak ada contoh di perdesaan yang mampu menjawab benar dengan skor 3. Sebanyak 23.6% contoh di perkotaan dan 2.2% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-10. Contoh yang menjawab salah sebagian besar cenderung tidak menjawab jenis zat gizinya akan tetapi menjawab empat sehat lima sempurna. Contoh di wilayah perdesaan ada yang menjawab bahwa zat gizi yang diperlukan oleh ibu hamil adalah jamu. Hal ini diduga karena di wilayah perdesaan masih banyak masyarakat yang mengonsumsi jamu saat hamil. Menurut Saepul (2013), zat gizi yang dibutuhkan ibu hamil meliputi karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh di perkotaan dan perdesaan adalah pertanyaan nomor 2, yaitu tempat pemeriksaan kehamilan oleh ibu hamil. Hal ini dikarenakan tempat pemeriksaan kehamilan sudah banyak diketahui oleh remaja putri baik dari iklan di televisi maupun dari lingkungan sekitar tempat tinggal yang setiap bulan rutin dilakukan pelaksanaan posyandu. Sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh contoh adalah pertanyaan nomor 6, yaitu manfaat zat besi bagi ibu hamil.
27 Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang kehamilan Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%—80%) Baik (>80%) Total x±SD (%)
Perkotaan n % 55 100.0 0 0 0 0 55 100.0 18.4 ± 9.1
Perdesaan n % 45 100.0 0 0 0 0 45 100.0 14.7 ± 7.2
Total n % 100 100.0 0 0 0 0 100 100.0 16.7 ± 8.5
Secara keseluruhan, baik contoh di perkotaan maupun di perdesaan memiliki pengetahuan kehamilan kurang (Tabel 10). Menurut Ginting dan Wantania (2011), lebih dari 50.0% remaja hamil (usia 14—19 tahun) mempunyai pengetahuan tentang kehamilan yang tergolong kurang. Rata-rata skor pengetahuan kehamilan contoh di perkotaan (18.4±9.1) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pengetahuan contoh di perdesaan (14.7±7.2). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan kehamilan contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan (p<0.05). Pengetahuan tentang Perawatan Bayi 0—6 Bulan Pengetahuan tentang perawatan bayi 0—6 bulan diberikan dalam 10 pertanyaan terbuka. Terdapat 8 pertanyaan dari 10 pertanyaan yang memiliki dua skor, yaitu skor 3 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah sedangkan 2 pertanyaan lainnya, yaitu pertanyaan nomor 3 dan pertanyaan nomor 8 memiliki empat skor, yaitu skor 3,2,1 untuk jawaban benar yang disesuaikan dengan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah. Tabel 11 menampilkan 10 pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan dan persentase pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar oleh contoh dengan skor maksimal, yaitu skor 3. Persentase pertanyaan yang mampu dijawab benar dengan skor 2 dan 1 dapat dilihat pada Lampiran 8 untuk contoh di perkotaan dan Lampiran 9 untuk contoh di perdesaan. Pertanyaan ke-1 tidak mampu dijawab oleh contoh baik di perkotaan maupun di perdesaan. Sebanyak 20.0% contoh di perkotaan dan 31.1% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-1. Contoh di perkotaan yang menjawab salah sebagian besar menjawab ASI eksklusif adalah air susu yang diterima langsung oleh bayi dari ibu. Contoh di perdesaan yang menjawab salah sebagian besar menjawab ASI eksklusif adalah air susu yang berasal dari ibu. Ada juga contoh di perdesaan yang menjawab bahwa ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan bukan dari ibu bayi melainkan berasal dari susu yang dikemas dan dijual. Menurut Depkes (2007), ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan/minuman apapun kepada bayi sampai usia 6 bulan. Pertanyaan ke-2 hanya mampu dijawab benar oleh 9.1% contoh di perkotaan dan 33.3% contoh di perdesaan. Sebanyak 10.9% contoh di perkotaan dan 20.0% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-2. Sebagian besar contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai usia lebih dari 6 bulan. Menurut Almatsier et al. (2011), bagi bayi yang berumur di bawah 6 bulan, ASI merupakan makanan yang paling
28 dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh sistem pencernaan bayi yang masih belum bisa menerima makanan lain. Pertanyaan ke-3 mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh 3.6% contoh di perkotaan dan tidak ada contoh di perdesaan yang mampu menjawab dengan skor 3. Contoh yang tidak menjawab di perkotaan hanya 14.5% dan di perdesaan 20.0%. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan bayi 0—6 bulan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian ASI Eksklusif Waktu pemberian ASI Eksklusif Tiga keunggulan ASI Manfaat ASI terhadap hubungan ibu dan anak Pengertian kolostrum Pengertian IMD Manfaat IMD bagi produksi ASI Lima jenis imunisasi pada bayi Imunisasi untuk mencegah TBC Waktu penimbangan balita
Perkotaan Perdesaan Tidak Tidak Benar Benar menjawab menjawab n % n % n % n % 0 0.0 11 20.0 0 0.0 14 31.1 5 9.1 6 10.9 5 33.3 9 20.0 2 3.6 8 14.5 0 0.0 9 20.0 48 87.3 6 10.9 22 48.9 17 37.8 5 1 4 0 2 20
9.1 1.8 7.3 0.0 3.6 36.4
49 46 46 20 52 17
89.1 83.6 83.6 36.4 94.5 30.9
0 0 1 0 2 5
0.0 0.0 2.2 0.0 4.4 11.1
45 100.0 39 86.7 43 95.6 24 53.3 39 86.7 10 22.2
Pertanyaan ke-4 mampu dijawab benar oleh 87.3% contoh di perkotaan dan 48.9% contoh di perdesaan. Hanya 10.9% contoh di perkotaan dan 37.8% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-4. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat ASI bagi hubungan ibu dan anak adalah untuk menyehatkan bayi dan menambah gizi bayi. Menurut Depkes (2012), dengan memberikan ASI maka hubungan bayi dan ibu akan semakin dekat yang nantinya akan bermafaat bagi pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. Pertanyaan ke-5 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 9.1% contoh di perkotaan sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan ke-5. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (89.1%) dan seluruh contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-5. Contoh di perkotaan yang menjawab salah menyebutkan bahwa kolostrum adalah zat yang terdapat dalam ASI. Menurut Almatsier et al. (2011), kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuningan yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan. Pertanyaan ke-6 hanya mampu dijawab benar oleh 1.8% contoh di perkotaan sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang menjawab dengan benar pertanyaan ke-6. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (83.6%) dan perdesaan (86.7%) tidak menjawab pertanyaan ke-6. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa inisiasi menyusui dini adalah pemberian ASI sejak lahir kepada bayi, menyusui dini kepada bayi dan proses menyusui yang dilakukan oleh ibu di bawah umur. Menurut Aprillia (2010), inisiasi menyusui dini adalah proses
29 menyusui bayi segera setelah bayi lahir dengan membiarkan bayi mencari puting ibu sendiri. Pertanyaan ke-7 mampu dijawab benar oleh 7.3% contoh di perkotaan dan 2.2% contoh di perdesaan. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (83.6%) dan perdesaan (95.6%) tidak menjawab pertanyaan ke-7. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat inisiasi menyusui dini adalah agar tidak terjadi pembengkakan payudara ibu, agar bayi tidak mendapat susu sembarangan dan agar bayi dapat mengenal ASI. Menurut Aprillia (2010), manfaat inisiasi menyusui dini pada bayi adalah agar ASI dapat keluar secara lancar dan banyak. Inisiasi menyusui dini juga mempunyai manfaat terhadap hubungan kasih sayang ibu dan anak. Pertanyaan ke-8 tidak mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh contoh baik di perkotaan maupun contoh di perdesaan. Sebanyak 36.4% contoh di perkotaan dan 53.3% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-8. Menurut Kemenkes (2011), imunisasi yang diberikan kepada bayi adalah imunisasi BCG, Polio, Campak, Hepatitis B dan DPT. Pertanyaan ke-9 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 3.6% contoh perkotaan dan 4.4% contoh perdesaan. Lebih dari setengah contoh di wilayah perkotaan (94.5%) dan perdesaan (86.7%) tidak menjawab pertanyaan ke-9. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa imunisasi yang diberikan untuk mencegah penyakit paru-paru/TBC adalah imunisasi polio dan campak. Selain itu, contoh juga menjawab bahwa pemberian vitamin, pil, sirup, dan diperiksakan setiap bulan merupakan imunisasi untuk mencegah penyakit paruparu/TBC. Menurut Kemenkes (2011), imunisasi BCG benfungsi untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru/TBC pada anak. Pertanyaan ke-10 mampu dijawab benar oleh 36.4% contoh di perkotaan dan 11.1% contoh di perdesaan. Sebanyak 30.9% contoh di perkotaan dan 22.2% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-10. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa waktu dilakukan penimbangan balita secara rutin dilakukan saat imunisasi, saat bayi umur di atas dua bulan, enam bulan sekali, saat lahir, satu minggu sekali, setiap pemeriksaan, dan saat bayi berumur di atas satu tahun. Menurut Kemenkes (2011), penimbangan balita dilakukan setiap bulan sejak bayi berumur satu bulan untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan balita. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah pertanyaan nomor 4, yaitu manfaat ASI terhadap hubungan ibu dan anak. Sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh contoh adalah pertanyaan nomor 1, yaitu pengertian ASI eksklusif. Pengetahuan contoh baik di perkotaan maupun di perdesaan tentang perawatan bayi 0—6 bulan kurang (Tabel 12). Menurut penelitian Dewan et al. (2002), wanita remaja primigravida (usia<20 tahun) mempunyai pengetahuan tentang ASI yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita non-remaja primigravida (usia≥20 tahun). Hanya satu remaja primigravida dari 40 remaja primigravida yang mempunyai pengetahuan tentang kolostrum. Swanson et al. (2005), menyebutkan bahwa pengetahuan remaja putri tentang keuntungan menyusui masih tergolong kurang. Hasil penelitian Hadley et al. (2009) pada remaja putri usia 13—17 tahun menyatakan bahwa sebanyak 40.0% remaja putri
30 menyetujui bahwa pemberian ASI saja dilakukan sampai bayi usia 3 bulan. Hanya 11.0% yang menyetujui bahwa pemberian ASI saja dilakukan sampai bayi usia 5 bulan Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perawatan bayi 0—6 bulan Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%—80%) Baik (>80%) Total x±SD (%)
Perkotaan n %
Perdesaan n %
55 100.0 0 0 0 0 55 100.0 20.4 ± 8.7
45 100.0 0 0 0 0 45 100.0 12.6 ± 11.0
Total n
%
100 100.0 0 0 0 0 100 100.0 16.9 ± 10.5
Rata-rata skor pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan contoh di perkotaan (20.4±8.7) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pengetahuan contoh di perdesaan (12.6±11.0). Hasil uji beda Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan (p<0.05). Pengetahuan tentang Perawatan Bayi 7—24 Bulan Pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan diberikan dalam 10 pertanyaan terbuka. Terdapat 8 pertanyaan dari 10 pertanyaan yang memiliki dua skor, yaitu skor 3 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Pertanyaan nomor 7 memiliki empat skor, yaitu skor 3,2,1 untuk jawaban benar yang disesuaikan dengan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah sedangkan pertanyaan nomor 10 memiliki tiga skor, yaitu skor 3 dan 1.5 untuk jawaban benar yang disesuaikan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah. Tabel 13 menampilkan 10 pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan dan persentase pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar oleh contoh dengan skor maksimal, yaitu skor 3. Persentase pertanyaan yang mampu dijawab benar dengan skor 2, 1.5, dan 1 dapat dilihat pada Lampiran 10 untuk contoh di perkotaan dan Lampiran 11 untuk contoh di perdesaan. Pertanyaan ke-1 mampu dijawab benar oleh 30.9% contoh di perkotaan dan 13.3% contoh di perdesaan. Sebanyak 38.2% contoh di perkotaan dan 35.6% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-1. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menjawab makanan pendamping ASI dengan menyebutkan bahan makanan atau makanan yang biasa dijadikan makanan pendamping ASI seperti pisang, madu dan buah. Menurut WHO (2000), makanan pendamping ASI adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi selain ASI. Pertanyaan ke-2 hanya mampu dijawab benar oleh 12.7% contoh di perkotaan dan 31.1% contoh di perdesaan. Sebanyak 10.9% contoh di perkotaan dan 15.6% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-2. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa makanan pendamping ASI diberikan kepada bayi saat bayi berusia di atas 7 bulan. Menurut WHO (2005), makanan pendamping ASI diberikan sejak bayi berusia 6 bulan (180 hari) dan masih terus
31 diberikan ASI sampai usia 2 tahun. Makanan pendamping ASI diberikan karena ASI sudah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang semakin tumbuh dan aktif (WHO 2000). Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian MP-ASI Usia bayi diberikan makanan tambahan Usia pemberian ASI Keadaan peralatan untuk memberikan makanan pada anak Usia pemberian imunisasi campak Usia pemberian makanan bentuk biasa Zat gizi yang terkandung dalam MP-ASI Suplemen untuk anak usia enam bulan-lima tahun Manfaat imunisasi campak Manfaat pemberian kapsul vitamin A
Perkotaan Tidak Benar menjawab n % n % 17 30.9 21 38.2 7 12.7 6 10.9
Perdesaan Tidak Benar menjawab n % n % 6 13.3 16 35.6 14 31.1 7 15.6
28 50
50.9 90.9
4 4
7.3 7.3
18 28
40.0 62.2
6 13.3 11 24.4
2
3.6
31
56.4
0
0.0
23 51.1
16
29.1
8
14.5
6
13.3
10 22.2
4
7.3
26
47.3
0
0.0
25 55.6
3
5.5
45
81.8
1
2.2
35 77.8
37 1
67.3 1.8
10 11
18.2 20.0
10 1
22.2 2.2
16 35.6 24 53.3
Pertanyaan ke-3 mampu dijawab benar oleh 50.9% contoh di perkotaan dan 40.0% contoh di perdesaan. Hanya 7.3% contoh di perkotaan dan 13.3% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-4. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menyebutkan bahwa ASI masih harus diberikan kepada bayi sampai usia di bawah dua tahun. Selain itu, ada juga contoh yang menyebutkan bahwa ASI perlu diberikan kepada bayi sampai usia di atas dua tahun. Menurut WHO (2005), bayi masih tetap diberikan ASI sampai usia dua tahun dengan didampingi oleh makanan pendamping ASI. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Hadley et al. (2009), hanya 37% remaja putri usia 13—17 tahun yang merencanakan untuk memberikan ASI sampai usia dua tahun. Pertanyaan ke-4 mampu dijawab benar oleh lebih dari setengah contoh di perkotaan (90.9%) dan perdesaan (62.2%). Hanya 7.3% contoh di perkotaan dan 24.4% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-4. Contoh yang menjawab salah tidak menyebutkan bagaimana sebaiknya keadaan peralatan yang digunakan untuk memberikan makan pada bayi, mereka cenderung menjawab bahwa peralatan yang diberikan harus nyaman dan diberikan dengan senang dan menghibur. Menurut WHO (2005), peralatan yang digunakan untuk memberikan makan pada bayi harus dalam keadaan bersih untuk menghindari terjadinya penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan. Pertanyaan ke-5 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 3.6% contoh di perkotaan sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang mampu menjawab dengan benar pertanyaan ke-5. Lebih dari setengah contoh di perkotaan (56.4%)
32 dan perdesaan (51.1%) tidak menjawab pertanyaan ke-5. Contoh yang menjawab salah pertanyaan ke-5 menyebutkan bahwa imunisasi campak diberikan kepada bayi saat bayi berusia di bawah atau di atas 9 bulan. Menurut Kemenkes (2011), imunisasi campak diberikan kepada bayi saat berumur 9 bulan. Pertanyaan ke-6 hanya mampu dijawab oleh 29.1% contoh di perkotaan dan 13.3% contoh di perdesaan. Sebanyak 14.5% contoh di perkotaan dan 22.2% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-6. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menyebutkan bahwa bayi diberikan makanan keluarga atau makanan dengan konsistensi biasa kepada bayi saat bayi berusia di atas 1 tahun. Menurut Northstone et al. dalam WHO (2005), bayi dapat diberikan makanan dengan konsistensi biasa atau makanan keluarga saat bayi berusia 1 tahun karena jika telat pemberiannya maka akan mengalami kesulitan makan pada usia selanjutnya. Pertanyaan ke-7 mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh 7.3% contoh di perkotaan dan tidak ada contoh di perdesaan yang mampu menjawab dengan skor 3. Contoh yang tidak menjawab pertanyaan ke-7 sebanyak 47.3% di perkotaan dan 55.6% contoh di perdesaan. Contoh yang menjawab salah sebagian besar cenderung tidak menjawab jenis zat gizinya akan tetapi menjawab empat sehat lima sempurna. Contoh di wilayah perdesaan ada yang menjawab bahwa zat gizi yang diperlukan dalam makanan pendamping ASI adalah jamu. Hal ini diduga karena masih banyak pemberian jamu kepada bayi di wilayah perdesaan. Menurut Dewey dan Brown (2003), zat gizi yang harus terkandung dalam makanan pendamping ASI adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Pertanyaan ke-8 hanya mampu dijawab dengan benar oleh 5.5% contoh perkotaan dan 2.2% contoh perdesaan. Lebih dari setengah contoh di wilayah perkotaan (81.8%) dan perdesaan (77.8%) tidak menjawab pertanyaan ke-8. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa suplemen yang diberikan kepada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun adalah suplemen imunisasi, suplemen kalsium, susu, dan biskuit. Menurut WHO (2011), untuk anak balita direkomendasikan untuk diberikan suplementasi vitamin A untuk mengurangi kejadian defisiensi vitamin A. Pertanyaan ke-9 mampu dijawab benar oleh 67.3% contoh di perkotaan dan 22.2% contoh di perdesaan. Sebanyak 18.2% contoh di perkotaan dan 35.6% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-9. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat imunisasi campak adalah untuk mencegah datangnya penyakit, kekebalan tubuh, dan untuk kesehatan. Menurut Kemenkes (2011), imunisasi campak diberikan kepada balita untuk mencegah terjadinya penyakit campak. Pertanyaan ke-10 mampu dijawab dengan skor 3 hanya oleh 1.8% contoh di perkotaan dan 2.2% contoh di perdesaan. Sebanyak 20.0% contoh di perkotaan dan 53.3% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-10. Contoh yang menjawab salah sebagian besar cenderung tidak menjawab manfaat vitamin A hanya agar anak sehat. Menurut WHO (2011), manfaat pemberian suplementasi vitamin A adalah untuk kesehatan mata, membantu masa pertumbuhan, dan mencegah infeksi anak. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh di perkotaan dan perdesaan adalah pertanyaan nomor 4, yaitu keadaan peralatan yang digunakan untuk memberikan makan pada anak. Contoh banyak
33 mengetahui tentang hal ini karena sangat berkaitan dengan kegiatan sehari-hari. Sedangkan pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan nomor 5, yaitu usia pemberian imunisasi campak. Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%—80%) Baik (>80%) Total x±SD (%)
Perkotaan n %
Perdesaan n %
51 92.7 4 7.3 0 0.0 55 100.0 35.5 ± 14.4
43 95.6 1 2.2 1 2.2 45 100.0 21.7 ± 19.1
Total n
%
94 94.0 5 5.0 1 1.0 100 100.0 29.3 ± 18.0
Lebih dari setengah contoh baik di perkotaan (92.7%) maupun di perdesaan (95.6%) memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan yang kurang. Contoh yang memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan sedang sebanyak 7.3% di perkotaan dan 2.2% di perdesaan. Hanya 2.2% contoh di perdesaan yang memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan yang baik sedangkan contoh di perkotaan tidak ada yang memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan yang baik (Tabel 14). Hasil penelitian Hadley et al. (2009) pada remaja putri usia 13—17 tahun menyatakan bahwa sebanyak 75.0% remaja putri menyetujui bahwa bayi harus mengonsumsi air pada usia 1 bulan. Rata-rata skor pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan contoh di perkotaan (35.5±14.4) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pengetahuan contoh di perdesaan (21.7±19.1). Hasil uji beda Independent Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan (p<0.05). Pengetahuan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat diberikan dalam 10 pertanyaan terbuka. Terdapat 7 pertanyaan dari 10 pertanyaan yang memiliki dua skor, yaitu skor 3 untuk jawaban benar dan 0 untuk jawaban salah. Pertanyaan nomor 4 dan pertanyaan nomor 5 memiliki tiga skor untuk jawaban benar, yaitu skor 3 dan 1.5 untuk jawaban benar yang disesuaikan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah sedangkan pertanyaan nomor 8 memiliki empat skor untuk jawaban benar, yaitu skor 3,2,1 untuk jawaban benar yang disesuaikan dengan kelengkapan jawaban dan skor 0 untuk jawaban salah. Tabel 15 menampilkan 10 pertanyaan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat dan persentase pertanyaan yang mampu dijawab dengan benar oleh contoh dengan skor maksimal, yaitu skor 3. Persentase contoh yang mampu menjawab benar dengan skor 2, 1.5, dan 1 dapat dilihat pada Lampiran 12 untuk contoh di perkotaan dan Lampiran 13 untuk contoh di perdesaan. Pertanyaan ke-1 mampu dijawab benar oleh hampir semua contoh baik di perkotaan (96.4%) maupun contoh di perdesaan (86.7%). Sebanyak 3.6% contoh di perkotaan dan 13.3% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-1.
34 Menurut Depkes (2007), air yang sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan mencuci pakaian harus dalam keadaan bersih. Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban benar pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat No Pertanyaan 1 2 3
4 5 6 7 8 9
10
Keadaan air minum yang kita minum Manfaat menjaga kebersihan air minum Manfaat sumber air minum berjarak 10 m dari sumber pencemaran Dua waktu mencuci tangan Cara mencuci tangan yang baik Porsi mengonsumsi sayur dan buah setiap hari Waktu minimal melakukan olahraga setiap hari Ciri-ciri air minum bersih Hal yang dilakukan agar air minum bersih dan terhindar dari bakteri Jumlah minimal mengonsumsi air setiap hari
Perkotaan Tidak Benar menjawab n % n % 53 96.4 2 3.6
Perdesaan Tidak Benar menjawab n % n % 39 86.7 6 13.3
37
67.3
2
3.6
30
66.7
9 20.0
42
76.4
11
20.0
22
48.9
17 37.8
23 52 0
41.8 94.5 0.0
1 0 16
1.8 0.0 29.1
9 30 0
20.0 66.7 0.0
7 15.6 12 26.7 21 46.7
21
38.2
6
10.9
4
8.9
14 31.1
0 44
0.0 80.0
2 4
3.6 7.3
0 27
0.0 60.0
15 33.3 16 35.6
15
27.3
4
7.3
18
40.0
13 28.9
Pertanyaan ke-2 mampu dijawab benar oleh lebih dari setengah contoh di perkotaan (67.3%) dan contoh di perdesaan (66.7%). Sebanyak 3.6% contoh di perkotaan dan 20.0% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-2. Menurut Depkes (2007), manfaat menggunakan air bersih adalah agar terhindar dari gangguan penyakit seperti diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan, dan setiap anggota keluarga terpelihara kebersihan dirinya. Pertanyaan ke-3 mampu dijawab benar oleh 76.4% contoh di perkotaan dan 48.9% contoh di perdesaan. Sebanyak 20.0% contoh di perkotaan dan 37.8% contoh di perdesaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-3. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa manfaat sumber air minum harus berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran adalah untuk menjaga kesehatan dan menghindari pencemaran udara. Menurut Dinkes Kota Malang (2012), sumber air pompa, sumur, dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemar untuk menghindari pencemaran air. Pertanyaan ke-4 mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh 41.8% contoh di perkotaan dan 20.0% contoh di perdesaan. Sebanyak 1.8% contoh di perkotaan dan 15.6% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-4. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menjawab waktu mencuci tangan yang baik adalah pagi dan sore hari, dua menit dan tiga kali sehari. Menurut Depkes (2007),
35 mencuci tangan sebaiknya dilakukan di beberapa waktu tertentu, yaitu sebelum makan dan melakukan aktifitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan, dan sebelum menyusui bayi. Pertanyaan ke-5 mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh 94.5% contoh di perkotaan dan 66.7% contoh di perdesaan. Tidak ada contoh di perkotaan yang tidak menjawab pertanyaan ke-5 sedangkan sebanyak 26.7% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-5. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa mencuci tangan dengan baik adalah mencuci tangan sebersih mungkin dan berkali-kali. Menurut Depkes (2007), mencuci tangan harus dilakukan dengan menggunakan sabun dan air mengalir agar membunuh kuman yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera disentri, thypus, kecacingan, penyakit kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), flu burung atau severe acute respiratory syndrome (SARS). Pertanyaan ke-6 tidak dapat dijawab dengan benar oleh seluruh contoh baik di perkotaan maupun di perdesaan yang mampu menjawab dengan benar. Sebanyak 29.1% contoh di perkotaan dan 46.7% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-6. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menyebutkan bahwa porsi mengonsumsi buah dan sayur setiap hari adalah kurang dari 5 porsi. Selain itu, ada yang hanya menyebutkan secukupnya saja tanpa menyebutkan porsi minimal mengonsumsi buah dan sayur. Menurut Depkes (2007), mengonsumsi sayur dan buah setiap hari minimal 5 porsi dengan 3 porsi buah dan 2 porsi sayur atau sebaliknya yang bermanfaat untuk mengatur metabolisme energi, pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Pertanyaan ke-7 mampu dijawab dengan benar oleh 38.2% contoh di perkotaan dan 8.9% contoh di perdesaan. Sebanyak 10.9% contoh di perkotaan dan 31.1% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-7. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa waktu minimal untuk melakukan aktivitas fisik atau olahraga setiap hari minimal adalah kurang dari 30 menit. Selain itu, ada contoh yang menjawab waktu olahraga minimal adalah secukupnya. Menurut Depkes (2007), olahraga atau aktivitas fisik dilakukan minimal 30 menit setiap hari agar dapat menjaga kesehatan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Pertanyaan ke-8 tidak mampu dijawab benar dengan skor 3 oleh contoh di perkotaan dan contoh di perdesaan. Contoh yang tidak menjawab pertanyaan ke-8 sebanyak 3.6% contoh di perkotaan dan 33.3% contoh di perdesaan. Contoh yang menjawab salah sebagian besar cenderung menjawab ciri air minum bersih dengan tidak spesifik, yaitu segar, tidak mengandung kuman, dan berwarna putih. Menurut Depkes (2007), ciri-ciri air minum bersih dapat dilihat melalui indera, yaitu air tidak berwarna (bening/jernih), tidak keruh (bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa, dan kotoran lainnya), tidak berasa, dan tidak berbau. Pertanyaan ke-9 mampu dijawab dengan benar oleh lebih dari setengah contoh di perkotaan (80.0%) dan contoh di perdesaan (60.0%). Sebanyak 7.3% contoh di perkotaan dan 35.6% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-9. Contoh yang menjawab salah menyebutkan bahwa hal yang dilakukan sebelum air dikonsumsi untuk mendapatkan air bersih adalah hanya dengan disaring, didiamkan dan disimpan di tempat yang baik dan rapat. Menurut Dinkes Kota Malang (2012), air minum yang dikonsumsi harus dalam keadaan bersih dan
36 berasal dari sumber air yang berasal dari sumber mata air yang terlindung dan dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Pertanyaan ke-10 mampu dijawab dengan benar oleh 27.3% contoh di perkotaan dan 40.0% contoh di perdesaan. Sebanyak 7.3% contoh di perkotaan dan 28.9% contoh di perdesaan tidak menjawab pertanyaan ke-10. Contoh yang menjawab salah sebagian besar menyebutkan bahwa jumlah minimal air yang dikonsumsi setiap hari adalah lebih dari 2 liter. Menurut Depkes (2012), air dikonsumsi setiap hari minimal 2 liter. Secara keseluruhan, pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh contoh baik di perkotaan maupun di perdesaan adalah pertanyaan nomor 1, yaitu keadaan air minum yang akan dikonsumsi. Hal ini sangat berkaitan dengan kegiatan sehari-hari sehingga banyak contoh yang mengetahui jawaban pertanyaan nomor 1. Pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar oleh contoh adalah pertanyaan nomor 6, yaitu porsi minimal mengonsumsi buah dan sayur. Contoh banyak mengetahui bahwa konsumsi buah dan sayur hanya 3 porsi saja setiap hari. Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat Kategori Kurang (<60%) Sedang (60%—80%) Baik (>80%) Total x±SD (%)
Perkotaan n %
Perdesaan n %
33 60.0 19 34.5 3 5.5 55 100.0 58.2 ± 12.9
34 75.6 11 24.4 0 0.0 45 100.0 44.5 ± 21.6
Total n
%
67 67.0 30 30.0 3 3.0 100 100.0 52 ± 18.6
Lebih dari setengah contoh baik di perkotaan (60.0%) maupun di perdesaan (75.6%) memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat kurang. Contoh yang memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat sedang sebanyak 34.5% di perkotaan dan 30.0% di perdesaan. Hanya 5.5% contoh di perkotaan yang memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang baik sedangkan contoh di perdesaan tidak ada yang memiliki pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat yang baik (Tabel 16). Rata-rata skor pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat contoh di perkotaan (58.2±12.9) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor pengetahuan contoh di perdesaan (44.5±21.6). Hasil uji beda Independent Sample t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat contoh di perkotaan dengan contoh di perdesaan (p<0.05).
Sumber Informasi Remaja Putri tentang Pengetahuan 1000 Hari Pertama Kehidupan Sumber informasi remaja putri tentang pengetahuan 1000 HPK dibedakan menjadi lima sumber, yaitu sekolah, orang tua, media massa, teman, dan lainnya. Sumber informasi tentang pengetahuan 1000 HPK didapatkan contoh di perkotaan
37 (27.7%) dan perdesaan (29.1%) sebagian besar berasal dari orang tua. Hal ini diduga karena sebagian besar contoh tinggal bersama orang tua sehingga komunikasi dengan orang tua lebih sering. Secara keseluruhan, sumber informasi yang berperan kedua baik contoh di perkotaan dan perdesaan setelah orang tua adalah sekolah (18.8%) dan teman (18.8%) (Tabel 17). Hal ini menunjukkan bahwa orang tua dan sekolah merupakan sumber informasi yang penting untuk memberikan informasi terkait pengetahuan 1000 HPK. Teman juga cukup berperan terhadap pengetahuan contoh. Menurut Hurlock (1980), selain bersosialisasi dengan keluarga, remaja juga bersosialisasi dengan teman sebayanya. Remaja cenderung memilih teman bermain yang mempunyai kesamaan dalam hal tingkah laku dan berasal dari tempat yang sama seperti tempat tinggal, sekolah dan kebiasaan sama. Teman sebaya dapat memengaruhi sikap, penampilan, minat, pembicaraan dan perilaku remaja. Tabel 17
Sumber informasi contoh tentang pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan
Sumber informasi Sekolah Orang tua Media massa Teman Lainnya Total
Perkotaan f* % 132 15.6 235 27.7 151 17.8 134 15.8 195 23.0 847 100.0
Perdesaan f* % 119 24.4 142 29.1 76 15.6 117 24.0 34 7.0 488 100.0
Total f* 251 377 227 251 229 1335
% 18.8 28.2 17.0 18.8 17.2 100.0
*f : jumlah pertanyaan yang terjawab
Mata Pelajaran tentang pengetahuan 1000 Hari Pertama Kehidupan Mata pelajaran sekolah menengah atas yang berhubungan dengan pengetahuan 1000 HPK masih sangat terbatas. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan perwakilan guru di setiap sekolah yang menyatakan bahwa hanya mata pelajaran biologi yang memuat pengetahuan tentang gizi khususnya 1000 HPK. Tabel 18 menjelaskan buku biologi yang digunakan oleh sekolah tempat penelitian untuk kelas X, XI, dan XII. Buku yang digunakan untuk kelas X berjudul Buku Biologi untuk SMA kelas X dengan penerbit Erlangga tahun 2006 dan buku Biologi 1 SMA dan MA untuk kelas X dengan penerbit eSIS. Buku biologi kelas X tidak memuat bab yang berkaitan dengan materi gizi khususnya 1000 HPK. Bab dalam buku Biologi kelas X lebih mendalami tentang lingkungan, hewan, dan tumbuhan. Buku yang digunakan untuk kelas XI adalah buku dengan judul Buku Biologi untuk SMA kelas XI dengan penerbit Erlangga tahun 2006 dan buku dengan judul Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XI dengan penerbit Mancanan Jaya Cemerlang tahun 2009. Secara umum, terdapat tiga subbab dalam buku dengan penerbit Erlangga yang berkaitan dengan 1000 HPK, yaitu subbab fertilisasi dan kehamilan, ASI serta makanan bergizi.
38 Tabel 18 Materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dalam mata pelajaran biologi Judul buku Biologi untuk SMA Kelas X
Penerbit Erlangga 2006
Biologi 1 SMA dan MA untuk kelas X
eSIS 2006
Biologi untuk SMA kelas XI
Erlangga 2006
Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XI
Mancanan Jaya Cemerlang 2006 Erlangga 2006
Biologi untuk SMA Kelas XII
Pembelajaran Biologi Kelas XII
Mancanan Jaya Cemerlang 2009
Penulis DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf, dan Endang Widi Wikarni DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S Suwarno
DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno, dan Bambang S Suwarno
Subbab Tidak ada materi
Tidak ada materi
ASI Fertilisasi dan kehamilan Makanan bergizi ASI Kehamilan Zat makanan dan fungsinya Peranan protein
Fungsi karbohidrat, lemak, dan protein Sumber karbohidrat, lemak, dan protein
Subbab ASI menyebutkan bahwa “pada umumnya bayi hanya memerlukan ASI sampai usia 3 bulan, selanjutnya tidak terdapat gangguan dalam masa usia ini, kecuali jika anak mendapat gangguan di luar faktor keturunan. Akan tetapi volume ASI sudah mengalami penurunan sehingga tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan energi dan protein anak. Anak mulai menunjukkan tanda-tanda gangguan pertumbuhan seperti kenaikan berat badan yang lambat dan lain sebagainya. Pengaturan makanan yang tepat dan benar merupakan kunci pemecahan masalah ini”. Menurut uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ASI eksklusif hanya diberikan sampai usia 3 bulan saja kepada bayi. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Depkes yang menyatakan bahwa ASI eksklusif diberikan kepada bayi sampai usia 6 bulan karena sistem pencernaan bayi masih belum mampu menerima makanan selain ASI. Subbab ASI juga menjelaskan tentang pengertian dan manfaat kolostrum serta keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula. Subbab kehamilan hanya menjelaskan proses terjadinya kehamilan saja tanpa menjelaskan pemeriksaan kehamilan atau makanan bergizi untuk ibu hamil. Subbab makanan menjelaskan beberapa manfaat tentang fungsi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (besi, kalsium, dan lain-lain), sumber zat gizi, menu seimbang, kebutuhan gizi sesuai usia, dan status gizi. Buku dengan penerbit Mancanan Jaya Cemerlang memuat beberapa subbab yang berkaitan dengan pengetahuan 1000 HPK, yaitu subbab ASI, kehamilan, dan
39 zat makanan dan fungsinya. Subbab ASI hanya menjelaskan tentang proses terbentuknya ASI, letak bagian tubuh yang menghasilkan ASI, dan proses keluarnya ASI. Manfaat ASI, kandungan, dan keunggulan ASI tidak dijelaskan dalam subbab ASI tersebut. Subbab tentang kehamilan hanya menjelaskan proses terjadinya kehamilan dan perkembangan bayi selama dalam kandungan. Subbab zat makanan dan fungsinya menjelaskan tentang zat gizi yang terdapat dalam makanan seperti karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan protein. Selain itu, juga dijelaskan manfaat dan sumber masing-masing zat gizi tersebut. Buku yang digunakan untuk kelas XII berjudul Buku Biologi untuk SMA kelas XII dengan penerbit Erlangga tahun 2006 dan Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XII dengan penerbit Mancanan Jaya Cemerlang tahun 2009. Subbab yang berkaitan dengan 1000 HPK pada buku penerbit Erlangga hanya dijelaskan singkat, yaitu tentang fungsi protein di dalam tubuh. Buku dengan penerbit Mancanan Jaya Cemerlang memuat subbab yang berkaitan dengan 1000 HPK, yaitu sumber dan fungsi zat gizi karbohidrat, lemak, dan protein.
Faktor yang Memengaruhi Pengetahuan Remaja Putri tentang 1000 Hari Pertama Kehidupan Hasil analisis korelasi Rank Spearman, menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara keikutsertaan contoh dalam kegiatan ekstrakurikuler (r=0.340, p<0.05), pendidikan ayah (r=0.288, p<0.05), dan pendidikan ibu (r=0.322, p<0.05) contoh dengan pengetahuan 1000 HPK (Lampiran 15). Contoh yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Hal ini diduga karena siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut. Menurut Suryosubroto (2002) dalam Yanti (2012), kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan untuk memperkaya dan memperluas wawasan, pengetahuan, dan kemampuan yang telah dipelajari murid dari berbagai mata pelajaran dalam kurikulum. Selain itu, siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler mempunyai motivasi diri yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Motivasi diri adalah kemampuan seseorang dalam mengatur dan menata emosi diri dalam mencapai tujuan yang diukur dengan ketekunan dan kemauan contoh untuk melakukan suatu usaha dalam mencapai tujuannya seperti dalam belajar, mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), menyelesaikan tugas sesuai dengan target, dan mencapai prestasi. Penelitian Setiawati (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan (p<0.05) antara motivasi diri dengan aktivitas ekstrakurikuler. Terdapat hubungan positif antara aktivitas ekstrakurikuler dengan prestasi belajar praktek siswa. Pendidikan orang tua (pendidikan ayah dan ibu) contoh juga mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan pengetahuan terkait 1000 HPK contoh. Semakin tinggi pendidikan orang tua contoh maka semakin tinggi pengetahuan contoh terkait 1000 HPK. Hal ini diduga karena sebagian besar contoh mendapatkan pengetahuan terkait 1000 HPK berasal dari orang tua (Tabel 17). Menurut Ginting dan Wantania (2011), pendidikan ibu merupakan faktor yang
40 paling dominan berhubungan dengan pengetahuan kehamilan remaja. Orang tua yang mempunyai pendidikan tinggi diharapkan juga mempunyai pengetahuan tinggi termasuk pengetahuan terkait 1000 HPK. Menurut Sumarwan (2004), tingkat pendidikan seseorang akan memengaruhi nilai-nilai yang dianutnya, cara berpikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah. Gunarsa dan Gunarsa (2000) dalam Nugraheni (2011) menyatakan bahwa tingkat pendidikan orang tua baik secara langsung maupun tidak langsung akan memengaruhi komunikasi antara orang tua dan anak di dalam lingkungan keluarga. Uji regresi linear berganda dilakukan untuk melihat besaran pengaruh dari keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu dengan pengetahuan 1000 HPK contoh. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan bahwa keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh positif pada pengetahuan 1000 HPK (Tabel 19). Tabel 19 Hasil uji regresi linier berganda keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan pendidikan orang tua dengan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan Variabel Konstanta Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan ayah Pendidikan ibu
Koefisien regresi 21.483
Signifikan
3.481
0.020*
1.518 1.011
0.157 0.422
R2 square
14.4%
*: berpengaruh nyata
Persamaan regresi linear berganda yang didapat berdasarkan Tabel 19 untuk variabel yang berpengaruh nyata adalah : Y = 21.483+3.481 keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Persamaan linear berganda menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 21.483 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler maka nilai pengetahuan 1000 HPK adalah 21.483. Nilai koefisien regresi keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler sebesar 3.481 menunjukkan bahwa setiap penambahan (karena tanda positif) satu nilai maka akan memberikan kenaikan nilai pengetahuan sebesar 3.481. Nilai R2 square menunjukkan bahwa keragaman pengetahuan 1000 HPK hanya dijelaskan oleh ketiga faktor tersebut sebesar 14.4% dan 85.6% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Faktor lain yang diduga memengaruhi pengetahuan contoh tentang 1000 HPK di antaranya adalah kepercayaan dan norma dari masyarakat yang masih menganggap tabu bagi remaja putri untuk mengetahui hal-hal terkait kehamilan dan perawatan bayi sejak dini. Menurut Swanson et al. (2005), pengetahuan remaja tentang keuntungan kesehatan dari ASI dan susu formula berhubungan positif dengan kepercayaan dan norma serta paparan tentang ASI.
41
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengetahuan contoh tentang 1000 HPK termasuk dalam kategori kurang dengan skor rata-rata contoh di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata contoh di perdesaan. Terdapat perbedaan nyata antara skor pengetahuan 1000 HPK contoh di perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Pengetahuan 1000 HPK dibagi menjadi empat komponen pengetahuan, yaitu kehamilan, perawatan bayi 0—6 bulan, perawatan bayi 7—24 bulan, dan perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagian besar contoh di perkotaan dan perdesaan memiliki pengetahuan yang kurang pada masing-masing komponen pengetahuan 1000 HPK dengan skor rata-rata di perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan perdesaan. Terdapat perbedaan yang nyata antara skor pengetahuan contoh pada masing-masing komponen pengetahuan 1000 HPK di perkotaan dan perdesaan (p<0.05). Sumber informasi tentang pengetahuan 1000 HPK didapatkan sebagian besar contoh di perkotaan dan perdesaan berasal dari orang tua. Hasil uji korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler dan pendidikan orang tua contoh dengan pengetahuan 1000 HPK (p<0.05). Hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa hanya keikutsertaan dalam kegiatan ekstrakurikuler yang berpengaruh pada pengetahuan 1000 HPK.
Saran Pengetahuan tentang 1000 HPK perlu dipersiapkan sejak dini terhadap remaja putri. Remaja putri merupakan calon ibu yang nantinya akan berperan penting dalam menentukan status gizi generasi yang dihasilkannya. Pemberian penyuluhan tentang materi 1000 HPK melalui sekolah dan orang tua merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang hal tersebut. Pemberian penyuluhan kepada sekolah nantinya dapat diberikan kepada siswa melalui kegiatan ekstrakurikuler atau disisipkan dalam kurikulum mata pelajaran. Pemberian materi 1000 HPK khususnya tentang ASI dalam mata pelajaran biologi di sekolah perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan informasi terbaru. Penelitian selanjutnya yang disarankan untuk dilakukan adalah meneliti faktor-faktor lain yang juga diduga berhubungan dengan pengetahuan remaja putri tentang 1000 HPK seperti kepercayaan dan norma masyarakat sekitar. Penelitian di sekolah lain juga perlu dilakukan agar remaja putri dapat lebih mengetahui pengetahuan tentang 1000 HPK. Selain itu, penelitian lain yang perlu dilakukan adalah mengkaji pengetahuan remaja putri tentang pentingnya pemenuhan zat gizi saat remaja mengingat remaja putri merupakan calon ibu yang harus mempunyai keadaaan status gizi baik.
42
DAFTAR PUSTAKA Alam N, Roy SK, Ahmed T, Ahmed AMS. 2010. Nutritional status, dietary intake and relevant knowledge of adolescent girls in Rural Bangladesh. J Health Popul Nutr, 28(1):86—94. Allen LH. 2001. Biological Mechanisms that might underlie iron’s effects on fetal growth and pretem birth. J Nutr, 131:581S—589S. Almatsier S, Soetardjo S, Soekatri MS. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): Gramedia. Anderson JW, Johnstone BM and Remley DT. 1999. Breast-feeding and cognitive development: a meta-analysis. Am J Clin Nutr,70:525—535. Aprillia Y. 2010. Hipnostetri: Rileks, Nyaman dan Aman saat Hamil & Melahirkan. Jakarta (ID): Gagas Media. Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): ECG. [Balitbangkes] Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2010. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasioanl. 2012a. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta (ID): Bappenas. [Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2012b. Pedoman Perencanaan Program Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta (ID): Bappenas. Beard JL. 2008. Why iron deficiency is important in infant development. J Nutr, 138:2534—2536. Bouwstra H, Boersma ER, Boehm G, Djick-Brouwer DAJ, Muskiet FAJ, Hadders-Algra M. 2003. Exclusive breastfeeding of healthy term infants for at least 6 weeks improves neurological condition. J Nutr, 133:4243—4245. [BPS] Badan Pusat Statistik. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 37 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Perkotaan dan Perdesaan di Indonesia. Jakarta (ID): BPS. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2001. Panduan Manajemen Laktasi. Jakarta (ID): Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta (ID): Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 828/Menkes/SK/IX/2008 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota. Jakarta (ID): Depkes. [Depkes] Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta (ID): Depkes. Dewan N, Wood L, Maxwell S, Cooper C, Brabin B. 2002. Breast-feeding knowledge and attitudes of teenage mothers in Liverpool. Journal of Human Nutrition and Dietetics, 15(1):33—37.doi:10.1046/j.1365-277X.2002.00332. Dewey KG, Brown KH. 2003. Update on technical issues concerning complementary feeding of young children in developing countries and
43 implications for intervention programs. Food and Nutrition Bulletin, 24(1):5—28. [Dinkes Kota Malang] Dinas Kesehatan Malang. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat. Dinkes Malang [Internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada http://www.dinkes.malangkota.go.id. Direktorat Pembinaan SMA. 2010. Juknis Penyusunan Program Pengembangan Diri melalui Kegiatan Ekstrakurikuler di SMA. Jakarta (ID): Direktorat Pembinaan SMA. Emilia E. 2009. Pengetahuan, sikap dan praktek gizi pada remaja dan implikasinya pada sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat. Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner, 1(1). Georgieff MK. 2008. The role of iron in neurodevelopment: fetal iron deficiency and the developing hippocampus. Biochem Soc Trans, 36(Pt 6):1267— 1271.doi:10.1042/BST0361267. Ginting F, Wantania J. 2011. Pengetahuan, sikap dan perilaku remaja yang hamil tentang kehamilan remaja di Manado. Buletin IDI Manado, 47—59. Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 2000. Psikologis Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID): BPK Pustaka Utama. Hackett KM, Mukta US, Jalal CSB, Sellen DW. 2012. Knowledge, attitudes and perceptions on infant and young child nutrition and feeding among adolescent girls and young mothers in rural. Matern Child Nutr.doi:10.1111/mcn.12007. Hadley C, Lindstrom D, Belachew T, Tessema F. 2008. Ethiopia adolescents’ attitudes and expectations deviate from current infant and young child feeding recommendations. J Adolesc Health, 43(3):253— 259.doi:10.1016/j.jadohealth.2007.01.015. Hapsari UR. 2010. Hubungan antara minat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan intense delikuensi remaja pada siswa sekolah menengak kejuruan (SMK) di Kota Semarang [jurnal]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Huliana M. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta (ID): Puspa Suara. Hurlock EB. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah; Sijahar RM, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Developmental Psycology a Life-Span Approach, Fifth Edition. Imawati A, Kismanto A. 2011. Analisis regresi logistik biner pada faktor-faktor yang mempengaruhi wanita menikah muda di Provinsi Jawa Timur (Study Kasus di Kabupaten Probolinggo, Bondowoso, Situbondo, dan Sumenep). Surabaya (ID): ITS. [Kemendiknas] Kementerian Pendidikan Nasional. 2002. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 051/U/2002 tentang Penerimaan Siswa pada Taman Kanak-Kanak dan Sekolah. Jakarta (ID): Kemendiknas. [Kemenkes] Kementrian Kesehatan. 2011. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta (ID): Kemenkes dan Japan International Cooperation Agency. Kersting M, Sichert-Hellert W, Vereecken CA, Diehl J, Beghin L, De Henauw S, Grammatikaki E, Manios Y, Mesana MI, Papadaki A, Phillipp K, Plada M, Poortvliet E, Sette S. 2008. Food and nutrient intake, nutritional knowledge
44 and diet-related attitudes in European adolescent. International Journal of Obesity, 32:S35—S41.doi:10.1038/ijo.2008.181. Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Khomsan A, Herawati T. 2010. Pola Asuh & Tumbuh Kembang Anak di Berbagai Provinsi & Kabupaten di Indonesia. Bogor (ID): IPB dan PT Nestle Indonesia. Lemeshow S, David WHJ. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (terjemahan). Yogyakarta (ID): Gadjahmada University Press. Northstone K, Emmett P, Nethersole F, the ALSPAC study team. 2003. Complementary food supplements to achieve micronutrient adequacy for infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr, 36:316—328. Nugraheni DK. 2011. Pengetahuan dan pelaksanaan inisiasi menyusui dini, pemberian asi eksklusif serta status gizi batita di perdesaan dan perkotaan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rahmiwati A. 2007. Pola konsumsi pangan, status gizi dan pengetahuan reproduksi remaja putri [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Raj AD, Rabi B, Amudha P, Edwin VT, Glyn C. 2010. Factors associated with teenage pregnancy in South Asia: a systematic review. Health Science J. 4(1):3—14. Saepul I. 2013. 5 nutrisi bagi ibu hamil. Gizinet [Internet]. [diunduh tanggal 3 Mei 2013]. Tersedia pada: http://gizi.depkes.go.id. Sanjur D. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutrition. New Jersey (US): Englowood Cliffs Prencite-Hall. Setiawati EH. 2007. Analisis gaya pengasuhan, kecerdasan emosional, aktivitas ekstrakurikuler, dan prestasi belajar siswa di SMA Muhammadiyah Cirebon [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shrimpton R, Cesar GV, Mercedes O, Rosangela CL, Monika B and Graeme C. 2001. The worldwide timing of growth faltering: implications for nutritional intervention. Pediatrics, 107(5):1—7.doi:10.1542/peds. 107.5.e75. Sigarlaki HJO. 1998. Air Susu Ibu (ASI). Medical Journal of the Christian University of Indonesia, 37:17—20. Steyn NP, Senekal M, Brtis S, Nel J. 2000. Urban and rural differences in dietary intake, weight status and nutrition knowledge of black female students. Asia Pasific J Clin Nutr, 9(1):53—59. Sukandar D. 2007. Studi Sosial Ekonomi, Aspek Pangan, Gizi dan Sanitasi Petani Daerah Lahan Kering di Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Sunarti E. 2009. Peningkatan Kepedulian Ibu, Kader dan Remaja untuk Perbaikan Status Gizi Anak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta (ID): Erlangga. Swanson V, Power K, Kaur B, Carter H, Shepherd K. 2005. The impact of knowledge and social influences on adolescents’ breast-feeding beliefs and intentions. Public Health Nutrition, 9(3):297— 305.doi:10.1079/PHN2005845. Syafrudin dan Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta (ID): Buku Kedokteran ECG.
45 Tjaja RP. 2000. Wanita bekerja dan implikasi sosial. Bappenas [internet]. [diunduh 2013 Mei 3]. Tersedia pada http://www.bappenas.go.id. [Unicef] United Nations Children’s Fund. 1998. The State of the World’s Children. New York (US): Oxford Univ Pr. [UNSCN] United Nations System Standing Committee on Nutrition. 2009. Scaling up nutrition. UNSCN [Internet]. [diunduh 2013 Feb 17]. Tersedia pada: http://www.unscn.org/en/scaling_up_nutrition_sun/. Victoria CG, Adair L, Fall C, Hallal PC, Martorell R, Richter L, Sachdev HS. 2008. Maternal and child undernutrition: consequences for adult health and human capital. Lancet, 371(9609):340—357.doi:10.1016/S01406736(07)61692-4. Victoria CG, Mercedes O, Pedro CH, Monika B and Shrimpton R. 2010. The worldwide timing of growth faltering: revisiting for intervention. Pediatrics, 125(3):e473-e480.doi:10.1542/peds.2009—1519. [WHO] World Health Organization. 2000. Complementary Feeding Family Foods for Breastfed Children. France (FR): WHO. [WHO] World Health Organization. 2005. Guiding Principles for Feeding NonBreastfed Children 6—24 bulan Months of Age. Geneva (CH): WHO. [WHO] World Health Organization. 2011. Guidline: Vitamin A Supplementation in Infant and Children 6—59 Months of Age. Geneva (CH): WHO. Yanti R. 2012. Hubungan kegiatan ekstrakurikuler terhadap pelanggaran tata tertib sekolah di SMA PGRI Kota Pekanbaru. Riau (ID): Universitas Riau.
46
LAMPIRAN
47 Lampiran 1 Kuesioner penelitian
KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN DI WILAYAH PERKOTAAN DAN PERDESAAN KABUPATEN SUMENEP
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
TANGGAL KUNJUNGAN ENUMERATOR NAMA RESPONDEN JALAN RT RW DESA KECAMATAN
: __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________ : __________________________________
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
48 A. KARAKTERISTIK CONTOH A1. Nama : …………………………………………………….. A2. Usia : …………………………………………………….. A3. Nama sekolah : …………………………………………………….. A4. Apakah Anda tinggal bersama orang tua : 1. Ya 2. Tidak Jika tidak, Anda tinggal bersama siapa : 1. Keluarga lainnya, sebutkan………………………………………………… 2. Kos 3. Lainnya …………………………………………………………………….. A5. Alamat tempat tinggal : …………………………………………….. A6. Kegiatan Ekstrakurikuler / kegiatan di luar sekolah yang diikuti : ……………………………………….................................................................. A7. Pernahkah Anda mengikuti kegiatan penyuluhan atau seminar tentang kesehatan dan gizi : 1. Ya, sebutkan………………………………………. 2. Tidak B. KARAKTERISTIK KELUARGA B1. Besar keluarga : …………………………………………………….. B2. Nama orang tua : ayah ……………………, ibu ……………………. B3. Pekerjaan orang tua : ayah ……………………, ibu ……………………. B4. Pendidikan orang tua : ayah ……………………, ibu ……………………. B5. Alamat tempat tinggal orang tua : ………………………………………… C. PENGETAHUAN TENTANG MASA KEHAMILAN No 1
2
3
N Pertanyaan CBerapa kali minimal kunjungan pemeriksaan kehamilan dilakukan selama kehamilan ?
CSebutkan tempat untuk mendapatkan pelayanan perawatan kesehatan oleh ibu hamil ?
CPemeriksaan apa saja yang dilakukan untuk ibu hamil selama masa kehamilan ?
Jawaban
Sumber Informasi 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
49 4
C Zat gizi apa yang terkandung dalam Tablet Tambah Darah (TTD) yang diperoleh ibu hamil ?
5
C Apa manfaat pemberian imunisasi Tetanus Toksonoid (TT) yang diberikan kepada ibu hamil ?
C Apakah manfaat zat besi pada ibu hamil ? 6
7
C Apakah manfaat pemberian kalsium pada ibu hamil?
suplemen
C Berapa minimal usia untuk menikah ? 8
9
10
C Apakah manfaat tes kadar hemoglobin pada ibu hamil ?
C Zat gizi apa saja yang harus terkandung dalam makanan ibu selama hamil agar bayi sehat ?
1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
50 D. PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI 0—6 BULAN N No 1
2
3
4
5
6
7
Pertanyaan
DApakah yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ?
DSampai usia berapa ASI Eksklusif diberikan kepada bayi ?
DSebutkan minimal 3 keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula?
DApakah manfaat ASI terhadap hubungan kasih sayang ibu dan bayi ?
DApakah yang dimaksud dengan kolostrum ?
DApakah yang dimaksud dengan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) ?
DApakah manfaat melakukan Inisiasi Menyusui Dini bagi produksi (keluarnya) Air Susu Ibu (ASI)?
Jawaban
Sumber Informasi 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
51 D Sebutkan lima imunisasi diberikan kepada bayi ?
8
yang
1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
D Imunisasi apakah yang diberikan kepada anak untuk mencegah terjadinya penyakit paru-paru / tuberkolosis?
9
D Kapan sebaiknya waktu dilakukan penimbangan berat badan balita?
10
E. PENGETAHUAN TENTANG PERAWATAN BAYI 7—24 BULAN No 1
2
3
4
N Pertanyaan EApakah yang dimaksud dengan Makanan Pendamping ASI (MPASI) ?
EUsia berapakah bayi diberikan makanan tambahan untuk pertama kali ?
ESampai usia berapakah ASI masih diberikan kepada anak ?
EBagaimana keadaan peralatan yang akan digunakan untuk memberikan makan pada anak ?
Jawaban
Sumber Informasi 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
52 5
6
7
8
E Usia berapakah imunisasi campak diberikan pada anak ?
E Usia berapakah sebaiknya anak diberikan makanan dalam bentuk biasa atau makanan keluarga?
E Zat gizi apa sajakah yang harus terkandung dalam Makanan Pendamping ASI ?
E Suplemen apakah yang diberikan kepada anak berusia 6 bulan — 5 tahun oleh pemerintah setiap bulan februari dan agustus ?
9
E Apakah manfaat pemberian imunisasi campak pada anak ?
10
E Sebutkan 2 manfaat pemberian kapsul vitamin A pada anak ?
1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
53 F. PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT NPertanyaan
Jawaban
Sumber Informasi
No 1
2
3
4
5
6
7
FBagaimanakah sebaiknya keadaan air yang kita minum ?
FApakah manfaat menjaga kebersihan air minum yang kita konsumsi?
FMengapa sumber air minum (misal sumur, pompa dan lain sebagainya) harus berjarak minimal 10 meter dari sumber pencemaran seperti tempat penampungan kotoran atau limbah ? FSebutkan 2 waktu sebaiknya mencuci tangan dilakukan ?
FBagaimanakah cara mencuci tangan yang baik ?
FBerapa porsi sebaiknya mengonsumsi sayur dan buah setiap hari?
FBerapa menit minimal sebaiknya olahraga dilakukan setiap hari ?
1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, internet, televisi, sebutkan……. 4. Teman
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
majalah, radio),
54
8
9
10
FBagaimana ciri — ciri air minum bersih ?
FApa yang sebaiknya dilakukan sebelum air minum dikonsumsi agar air minum bersih dan terhindar dari bakteri?
FBerapa liter minimal sebaiknya mengonsumsi air setiap hari ?
5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan….. 1. Sekolah 2. Orang Tua 3. Media massa (Koran, majalah, internet, televisi, radio), sebutkan……. 4. Teman 5. Lainnya, sebutkan…..
55 Lampiran 2 Skoring jawaban pengetahuan tentang kehamilan No 1
2
Pertanyaan Jumlah kunjungan minimal pemeriksaan kehamilan ibu hamil Tempat pemeriksaan kehamilan
3
Jenis pemeriksaan kehamilan
0 1 2 3
4
Zat gizi yang terkandung dalam TTD Manfaat pemberian imunisasi TT bagi ibu hamil
0 3 0 3
6
Manfaat zat besi bagi ibu hamil
0 3
7
Manfaat suplemen kalsium bagi ibu hamil
0 3
8
Usia minimal menikah
9
Manfaat tes kadar hemoglobin
10
Zat gizi yang harus terkandung dalam makanan ibu selama kehamilan
0 3 0 3 0 1 2 3
5
0 3 0 3
Skoring = tidak menjawab/jawaban salah = 4 kali = tidak menjawab/jawaban salah = posyandu, puskesmas, pondok bersalin, rumah sakit, tempat praktek dokter atau bidan swasta = tidak menjawab/jawaban salah = menyebutkan 1—3 jenis pemeriksaan = menyebutkan 4—6 jenis pemeriksaan = menyebutkan 7 jenis pemeriksaan, yaitu pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, skrining status imunisasi tetanus dan pemberian Tetanus Toksoid, pengukuran tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan), temu wicara (komunikasi interpersonal dan konseling) serta tes laboratorium sederhana (Hb, protein urin) dan atau berdasarkan indikasi (HbsAg, sifilis, HIV, malaria, dan TBC) = tidak menjawab/jawaban salah = zat besi = tidak menjawab/jawaban salah = untuk mencegah tetanus pada bayi yang akan dilahirkan = tidak menjawab/jawaban salah = untuk mencegah terjadinya anemia selama kehamilan dan zat besi berperan dalam perkembangan syaraf selama janin dan sebelum masa kanak-kanak = tidak menjawab/jawaban salah = pertumbuhan tulang serta gigi janin, dan membuat perlindungan ibu hamil dari osteoporosis = tidak menjawab/jawaban salah = 18 tahun = tidak menjawab/jawaban salah = mendeteksi terjadinya anemia = tidak menjawab/ jawaban salah = menjawab 1—2 jenis zat gizi = menjawab 3—4 jenis zat gizi = karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral
56 Lampiran 3 Skoring jawaban pengetahuan tentang perawatan bayi 0—6 bulan No 1
Pertanyaan Pengertian ASI eksklusif
0 3
2
Waktu pemberian ASI eksklusif
3
Tiga keunggulan ASI dibandingkan dengan susu formula
4
Manfaat ASI terhadap hubungan kasih sayang ibu dan anak
5
Pengertian kolostrum
0 3
6
Pengertian Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
0 3
7
Manfaat IMD bagi produksi ASI
0 3
8
Lima jenis imunisasi pada bayi
0 1 2 3
9
Jenis imunisasi untuk mencegah penyakit tuberkolosis Waktu penimbangan balita
0 3 0 3
10
0 3 0 1 2 3 0 3
Skoring = tidak menjawab/jawaban salah = pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan/minuman apapun kepada bayi sampai usia 6 bulan = tidak menjawab/jawaban salah = 6 bulan = tidak menjawab/jawaban salah = menyebutkan 1 keunggulan ASI = menyebutkan 2 keunggulan ASI = menyebutkan 3 keunggulan ASI = tidak menjawab/jawaban salah = meningkatkan ikatan batin antara ibu dan bayi = tidak menjawab/jawaban salah = cairan kental berwarna kekuningan yang dikeluarkan oleh kelenjar payudara setelah melahirkan = tidak menjawab/jawaban salah = proses menyusui bayi segera setelah bayi lahir dengan membiarkan bayi mencari puting ibu sendiri = tidak menjawab/jawaban salah = dapat membuat produksi ASI ibu lebih banyak dan cepat = tidak menjawab/jawaban salah = menjawab 1-2 jenis imunisasi = menjawab 3-4 jenis imunisasi = imunisasi BCG, polio, campak, hepatitis B, dan DPT = tidak menjawab/jawaban salah = imunisasi BCG = tidak menjawab/jawaban salah = dilakukan setiap bulan mulai bayi berumur 1 bulan
57 Lampiran 4 Skoring jawaban pengetahuan tentang perawatan bayi 7—24 bulan No 1
2 3 4
5 6
7
8 9 10
Pertanyaan Pengertian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Usia bayi diberikan makanan tambahan Usia pemberian ASI Keadaan peralatan yang digunakan untuk memberikan makanan pada anak Usia pemberian imunisasi campak Usia pemberian makanan dalam bentuk biasa atau makanan keluarga Zat gizi yang terkandung dalam Makanan Pendamping ASI
Suplemen yang diberikan pada anak usia 6 bulan-5 tahun Manfaat imunisasi campak Dua manfaat pemberian kapsul vitamin A
0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 3 0 1 2 3
Skoring = tidak menjawab/jawaban salah = makanan tambahan yang diberikan kepada bayi selain ASI = tidak menjawab/jawaban salah = saat bayi berusia 6 bulan = tidak menjawab/jawaban salah = 2 tahun = tidak menjawab/jawaban salah = peralatan yang digunakan dalam keadaan bersih = tidak menjawab/jawaban salah = usia 9 bulan = tidak menjawab/jawaban salah = usia 12 bulan
= tidak menjawab/jawaban salah = menjawab 1—2 jenis zat gizi = menjawab 3—4 jenis zat gizi = karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = suplemen vitamin A 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = mencegah penyakit campak 0 = tidak menjawab/jawaban salah 1.5 = menjawab satu manfaat pemberian kapsul vitamin A 3 = kesehatan mata, membantu masa pertumbuhan, dan mencegah infeksi
58 Lampiran 5 Skoring jawaban pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat No 1 2
3
Pertanyaan Keadaan air minum yang kita minum Manfaat menjaga kebersihan air minum
4
Alasan sumber air minum harus berjarak 10 meter dari sumber pencemaran Dua waktu mencuci tangan
5
Cara mencuci tangan yang baik
6
Porsi mengonsumsi sayur dan buah setiap hari
7
Waktu minimal melakukan olahraga setiap hari Ciri-ciri air minum bersih
8
9 10
Hal yang dilakukan agar air minum bersih dan terhindar dari bakteri Jumlah minimal mengonsumsi air setiap hari
0 3 0 3 0 3
Skoring = tidak menjawab/jawaban salah = bersih = tidak menjawab/jawaban salah = mencegah penyakit dan menjaga kesehatan = tidak menjawab/jawaban salah = menghindari pencemaran
0 = tidak menjawab/jawaban salah 1.5 = menyebutkan satu waktu mencuci tangan 3 = menyebutkan dua waktu mencuci tangan, yaitu sebelum makan dan melakukan aktivitas yang menggunakan tangan, seperti memegang uang dan hewan, setelah buang air besar, sebelum memegang makanan, dan sebelum menyusui bayi 0 = tidak menjawab/jawaban salah 1.5 = mencuci tangan dengan air mengalir 3 = mencuci tangan dengan air mengalir dan memakai sabun 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = minimal 5 porsi dengan 2 porsi buah dan 3 porsi sayur atau sebaliknya 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = 30 menit 0 = tidak menjawab/jawaban salah 1 = menyebutkan 1 ciri air minum bersih 2 = menyebutkan 2—3 ciri air minum bersih 3 = menyebutkan 4 ciri air minum bersih, yaitu Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak keruh 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = dimasak terlebih dahulu 0 = tidak menjawab/jawaban salah 3 = 2 liter
59 Lampiran 6 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan kehamilan di SMA perkotaan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah minimal pemeriksaan kehamilan Tempat pemeriksaan kehamilan Jenis pemeriksaan kehamilan Zat gizi dalam TTD Manfaat imunisasi Tetanus Manfaat zat besi Manfaat suplemen kalsium Usia minimal menikah Manfaat tes kadar hemoglobin Zat gizi yang diperlukan ibu hamil
Skor 3 n % 2 53 0 1 6 1 14 3 1 6
3.6 96.4 0.0 1.8 10.9 1.8 25.5 5.5 1.8 10.9
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
0
0.0
5
9.1
12
21.8
14
25.5
Skor 0 n % 53 2 50 54 49 54 41 52 54 23
96.4 3.6 90.9 98.2 89.1 98.2 74.5 94.5 98.2 41.8
Total n % 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
60 Lampiran 7 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan kehamilan di SMA perdesaan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah minimal pemeriksaan kehamilan Tempat pemeriksaan kehamilan Jenis pemeriksaan kehamilan Zat gizi dalam TTD Manfaat imunisasi Tetanus Manfaat zat besi Manfaat suplemen kalsium Usia minimal menikah Manfaat tes kadar hemoglobin Zat gizi yang diperlukan ibu hamil
Skor 3 n % 1 43 0 3 2 0 2 7 1 0
2.2 95.6 0.0 6.7 4.4 0.0 4.4 15.6 2.2 0.0
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
0
0.0
7
15.6
4
8.9
6
13.3
Skor 0 n % 44 2 38 42 43 45 43 38 44 35
97.8 4.4 84.4 93.3 95.6 100.0 95.6 84.4 97.8 77.8
Total n % 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
61 Lampiran 8 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan di SMA perkotaan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian ASI Eksklusif Waktu pemberian ASI Eksklusif Tiga keunggulan ASI Manfaat ASI terhadap hubungan ibu dan anak Pengertian kolostrum Pengertian IMD Manfaat IMD bagi produksi ASI Lima jenis imunisasi pada bayi Imunisasi untuk mencegah TBC Waktu penimbangan balita
Skor 3 n % 0 0.0 5 9.1 2 3.6 48 87.3 5 9.1 1 1.8 4 7.3 0 0.0 2 3.6 20 36.4
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
10
18.2
19
34.5
2
3.6
33
60.0
Skor 0 n % 55 100.0 50 90.9 24 43.6 7 12.7 50 90.9 54 98.2 51 92.7 20 36.4 53 96.4 35 63.6
Total n % 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
62 Lampiran 9 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 0—6 bulan di SMA perdesaan No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian ASI Eksklusif Waktu pemberian ASI Eksklusif Tiga keunggulan ASI Manfaat ASI terhadap hubungan ibu dan anak Pengertian kolostrum Pengertian IMD Manfaat IMD bagi produksi ASI Lima jenis imunisasi pada bayi Imunisasi untuk mencegah TBC Waktu penimbangan balita
Skor 3 n % 0 0.0 15 33.3 0 0.0 22 48.9 0 0.0 0 0.0 1 2.2 0 0.0 2 4.4 5 11.1
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
2
4.4
11
24.4
2
4.4
19
42.2
Skor 0 n % 45 100.0 30 66.7 32 71.1 23 51.1 45 100.0 45 100.0 44 97.8 24 53.3 43 95.6 40 88.9
Total n % 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
63 Lampiran 10
Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan di SMA perkotaan
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian MP-ASI Usia bayi diberikan makanan tambahan Usia pemberian ASI Keadaan peralatan untuk memberikan makanan pada anak Usia pemberian imunisasi campak Usia pemberian makanan bentuk biasa Zat gizi yang terkandung dalam MP-ASI Suplemen untuk anak usia 6 bulan-5 tahun Manfaat imunisasi campak Manfaat pemberian kapsul vitamin A
Skor 3 n % 17 30.9 7 12.7 28 50.9 50 90.9 2 3.6 16 29.1 4 7.3 3 5.5 37 67.3 1 1.8
Skor 2 n %
15
Skor 1.5 n %
27.3
Skor 1 n %
3
38 69.1
5.5
Skor 0 n % 38 69.1 48 87.3 27 49.1 5 9.1 53 96.4 39 70.9 33 60.0 52 94.5 18 32.7 16 29.1
Total n % 55 55 55 55 55 55 55 55 55 55
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
64 Lampiran 11
Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perawatan bayi 7—24 bulan di SMA perdesaan
No Pertanyaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pengertian MP-ASI Usia bayi diberikan makanan tambahan Usia pemberian ASI Keadaan peralatan untuk memberikan makanan pada anak Usia pemberian imunisasi campak Usia pemberian makanan bentuk biasa Zat gizi yang terkandung dalam MP-ASI Suplemen untuk anak usia 6 bulan-5 tahun Manfaat imunisasi campak Manfaat pemberian kapsul vitamin A
Skor 3 n % 6 14 18 28 0 6 0 1 10 1
13.3 31.1 40.0 62.2 0.0 13.3 0.0 2.2 22.2 2.2
Skor 2 n %
6
Skor 1.5 n %
13.3
Skor 1 n %
9
11
24.4
20.0
Skor 0 n % 39 31 27 17 45 39 30 44 35 33
86.7 68.9 60.0 37.8 100.0 86.7 66.7 97.8 77.8 73.3
Total n % 45 45 45 45 45 45 45 45 45 45
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
65 Lampiran 12 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat di SMA perkotaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Keadaan air minum yang kita minum Manfaat menjaga kebersihan air minum Manfaat sumber air minum berjarak 10 m dari sumber pencemaran Dua waktu mencuci tangan Cara mencuci tangan yang baik Porsi mengonsumsi sayur dan buah setiap hari Waktu minimal melakukan olahraga setiap hari Ciri-ciri air minum bersih Hal yang dilakukan agar air minum bersih dan terhindar dari bakteri Jumlah minimal mengonsumsi air setiap hari
Skor 3 n % 53 96.4 37 67.3
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
Total n %
Skor 0 n % 2 3.6 18 32.7
55 55
100.0 100.0
13
23.6
55
100.0
3 3 55 34 14
5.5 5.5 100.0 61.8 25.5
55 55 55 55 55
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
42
76.4
23 52 0 21 0
41.8 94.5 0.0 38.2 0.0
44
80.0
11
20.0
55
100.0
15
27.3
40
72.7
55
100.0
29 0
14
25.5
52.7 0.0
27
49.1
66 Lampiran 13 Sebaran contoh berdasarkan persentase jawaban pertanyaan pengetahuan perilaku hidup bersih dan sehat di SMA perdesaan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pertanyaan Keadaan air minum yang kita minum Manfaat menjaga kebersihan air minum Manfaat sumber air minum berjarak 10 m dari sumber pencemaran Dua waktu mencuci tangan Cara mencuci tangan yang baik Porsi mengonsumsi sayur dan buah setiap hari Waktu minimal melakukan olahraga setiap hari Ciri-ciri air minum bersih Hal yang dilakukan agar air minum bersih dan terhindar dari bakteri Jumlah minimal mengonsumsi air setiap hari
Skor 3 n % 39 86.7 30 66.7
Skor 2 n %
Skor 1.5 n %
Skor 1 n %
Total
Skor 0 n % 6 13.3 15 33.3
n 45 45
% 100.0 100.0
23
51.1
45
100.0
11 14 45 41 26
24.4 31.1 100.0 91.1 57.8
45 45 45 45 45
100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
22
48.9
9 30 0 4 0
20.0 66.7 0.0 8.9 0.0
27
60.0
18
40.0
45
100.0
18
40.0
27
60.0
45
100.0
25 1
9
20.0
55.6 2.2
10
22.2
67 Lampiran 14 Materi tentang 1000 hari pertama kehidupan dalam buku biologi Judul buku
Penerbit
Biologi untuk SMA Kelas X
Erlangga 2006
Biologi 1 SMA dan MAuntuk kelas X
eSIS 2006
Penulis DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S Diah Aryulina, Choirul Muslim, Syalfinaf Manaf dan Endang Widi Winarni
Subbab
Tidak ada materi yang tentang gizi khususnya 1000 hari pertama kehidupan Tidak ada materi yang tentang gizi khususnya 1000 hari pertama kehidupan
ASI
Biologi untuk SMA kelas XI
Erlangga 2006
DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S
Fertilisasi dan kehamilan
Makanan bergizi
ASI Panduan Pembelajaran Biologi Kelas XI
Mancanan Jaya Cemerlang 2006
Suwarno
Uraian
Kehamilan
-
Pengertian, manfaat serta keunggulan ASI Waktu pemberian ASI Waktu pemberian makanan tambahan Pengertian dan manfaat kolostrum Perbandingan kandungan ASI dengan susu sapi Perkembangan embrio di rahim Pembentukan membran embrio Pembentukan plasenta Menu siembang 7 kelompok bahan pokok makanan Nilai gizi dan kriteria makanan bermutu Kebutuhan energi dan protein Fungsi dan sumber zat gizi Status gizi
-
Proses terbentuknya ASI Letak bagian tubuh yang menghasilkan ASI Proses keluarnya ASI Proses terjadinya kehamilan Perkembangan bayi selama dalam kandungan
Zat makanan - Zat-zat gizi yang terdapat dalam makanan dan - Manfaat dan sumber masing-masing zat gizi tersebut fungsinya
68 Judul buku
Penerbit
Biologi untuk SMA Kelas XII
Erlangga 2006
Pembelajaran Biologi Kelas XII
Mancanan Jaya Cemerlang 2009
Penulis
Materi
Uraian
DA Pratiwi, Sri Maryati, Srikini, Suharno dan Bambang S
Peranan protein
Suwarno
- Fungsi karbohidrat, lemak dan protein Zat makanan dan - Sumber karbohidrat, lemak dan protein fungsinya
Manfaat protein dalam tubuh
69
Lampiran 15 Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik contoh dan karakteristik keluarga dengan pengetahuan 1000 hari pertama kehidupan No 1 2
3 4 5
Variabel Umur contoh Keikutsertaan kegiatan ekstrakurikuler Besar keluarga Pendidikan ayah Pendidikan ibu
r -0.027 0.340 -0.021 0.288 0.322
p-value 0.787 0.001 0.837 0.004 0.001
70
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Sumenep pada tanggal 24 Oktober 1991. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara, putri pasangan Bapak Supeno dan Ibu Riskiyah. Pendidikan SD ditempuh pada tahun 1997—2003 di SD Negeri Batang-Batang Daya 1, kemudian melanjutkan di SMP Negeri 1 Sumenep tahun 2003—2006 dan SMA Negeri 1 Sumenep tahun 2006—2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Ekologi Manusia, Departemen Gizi Masyarakat melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa kegiatan, yaitu sebagai bendahara Divisi Hubungan Masyarakat (2010—2011) dan divisi acara Seminar Kampanye Sarapan Sehat (2012) Juni—Agustus 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Dororejo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dan Maret 2013 penulis mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penulis tercatat sebagai penerima beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik).