Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN ANGKA KEJADIAN ANEMIA GIZI BESI PADA MAHASISWI Dita Ike Fitria Kuswarini Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember email :
[email protected]
ABSTRAK: Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Dengan Angka Kejadian Anemia Gizi Besi Pada Mahasiswi. Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia gizi besi. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga volume dua prevalensi anemia pada remaja wanita sebesar 21%. Menurut data Direktorat Kesehatan Keluarga 40% penyebab kematian ibu adalah perdarahan, dan telah diketahui bahwa anemia defisiensi besi menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan tersebut. Hingga kini belum ada program yang dimasukkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemia gizi besi pada remaja putri di sekolah-sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi pada mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember tahun 2016. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi STIKES Al Qodiri Jember berjumlah 108 orang. Sampel penelitian sebanyak 50 orang dipilih dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner tertutup. Data dianalisis dengan menggunakan model korelasi Pearson dan regresi linier ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi (r = 0,757 dan p = 0,0009). Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi (r = 0,682 dan p = 0,0007). Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi (p-value = 0,000 dan nilai R=0,654). Pengetahuan dan sikap yang tinggi terhadap anemia, akan menurunkan angka kejadian anemia gizi besi. Dengan demikian perlu disampaikan kepada semua remaja putri khususnya mahasiswi STIKES Al Qodiri Jember, bahwa perlu meningkatkan pengetahuan, serta menumbuhkan sikap positif terhadap anemia yang pada akhirnya diharapkan semua mahasiswi tidak menderita anemia gizi besi, sehingga bisa menurunkan angka kejadian anemia gizi besi dan Angka Kematian Ibu. Kata Kunci: pengetahuan, sikap, anemia gizi besi, anemia pada remaja ABSTRACT: The relationship the level of knowledge and attitude with the number of Anemia Nutrition iron on a student. One of nutrition problem at teenager which direct conection with Maternal Mortality Rate (MMR) ia iron deficiency. Based on household medical survey volume two the iron deficiency prevalence at women teenager is 21%. Based on Directorate of family medical, 40% mortality of maternal is caused bleeding and as known that iron deficiency being the risk factor of the bleeding (Hayati, 2010). Until now there’s no programme which include on the school health to handle anemia iron deficiency at women teenager at school. This research porpused to know the correlation of knowledge and attitude to iron deficiency at female university student in STIKES AL Qodiri Jember on 2011. The design used in this research was cross-sectional one. The population of research was the female students of STIKES Al Qodiri Jember. The sample of research consisted of 50 respondents taken using Proportionate Stratified Random Sampling technique. The data was collected using closed-end questionnaire. The data was analyzed using a correlation Pearson model and multiple linear regression model. The result of research showed that there was a significant relationship between knowledge and anemia iron deficiency (r = 0.757 and p = 0.0007). There was a significant relationship between attitude and anemia iron deficiency (r = 0.682 and p = 0.0009). There was a significant relationship of knowledge and attitude to anemia iron deficiency (p = 0.000, and R = 0.654). The high knowledge and attitude would descending an anemia iron deficiency prevalence. Thus, it should be recommended to women teenager especially female students of STIKES AL Qodiri Jember, to improve the quality of knowledge and attitude about anemia iron deficiency, so that finally it was expected that all student had iron deficiency, thereby reducing anemia iron deficiency prevalence and Maternal Mortality Rate. Keywords: knowledge, attitude, anemia iron deficiency, teenagers anemia iron deficiency
Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 89
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
PENDAHULUAN Salah satu masalah gizi remaja yang berkaitan langsung dengan Angka Kematian Ibu (AKI) adalah anemia gizi besi. Jenis anemia gizi besi merupakan jenis kasus anemia yang paling sering dijumpai, hal ini terjadi karena pada masa remaja, khususnya remaja putri mengalami menstruasi, selain itu juga dapat disebabkan oleh konsumsi makanan yang kurang mengandung zat besi dan adanya pendarahan luka. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Volume Dua prevalensi anemia pada remaja wanita sebesar 21%. Menurut data Direktorat Kesehatan Keluarga 40% penyebab kematian ibu adalah perdarahan, dan telah diketahui bahwa anemia defisiensi besi menjadi faktor risiko terjadinya perdarahan tersebut. Jika dilihat siklusnya, ibu hamil yang menderita anemia defisiensi besi dapat diakibatkan karena anemia yang telah dideritanya sejak masih remaja (Hayati, 2010). Anemia gizi besi sering ditemukan pada anak-anak dan remaja. Remaja putri lebih rentan terkena anemia karena remaja berada pada masa pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi yag lebih tinggi termasuk zat besi. Remaja putri biasanya sangat memperhatikan bentuk badan, sehingga banyak yang membatasi konsumsi makan dan banyak pantangan terhadap makanan. Selain itu adanya siklus menstruasi setiap bulan merupakan salah satu faktor penyebab remaja putri mudah terkena anemia, khususnya anemia gizi besi. Pengetahuan yang kurang terhadap anemia juga menyebabkan sikap yang salah (Sediaoetama dalam Hayati, 2010). Berbagai gejala anemia defisiensi besi ditimbulkan akibat menurunnya kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah yaitu seperti mudah lelah, lemah, lesu, muka pucat, kuku mudah pecah, kurang selera makan, napas pendek, hingga menurunkan ketahanan serta kinerja fisik, sehingga menurunkan kapasitas kerja, juga dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti konsentrasi belajar rendah dan memperlambat daya tangkap pada anak usia sekolah, remaja putri dan kelompok usia lainnya (Setiawan, 2009). Selain itu anemia gizi besi juga dapat menyebabkan penurunan antibodi sehingga penderita mudah sakit karena terserang infeksi. Banyak faktor yang berperan dalam mempengaruhi kejadian anemia gizi besi, antara lain pengetahuan tentang gizi khususnya anemia, tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, konsumsi zat gizi, infeksi, kebiasaan dan lain-lain (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004). Program pemerintah baru ditunjukkan pada ibu hamil agar tidak melahirkan anak yang anemia. Sedangkan hingga kini belum ada program yang dimasukkan dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) untuk menanggulangi anemia gizi besi pada remaja putri di sekolah-sekolah. Padahal, jika mayoritas remaja perempuan menderita anemia terutama anemia defisiensi besi, dampaknya akan berlanjut. Mengingat, mereka adalah para calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus. Jika tidak ditanggulangi, dikhawatirkan akan meningkatkan risiko perdarahan pada saat persalinan yang dapat menimbulkan kematian ibu. Calon ibu yang menderita anemia defisiensi besi bisa melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Utamadi, 2008). Penelitian Bidasari dkk., di daerah perkebunan Aek Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 90
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
Nabara bekerjasama dengan Fakultas Psikologi USU tahun 2006 pada remaja usia 15-18 tahun yang menderita anemia defisiensi besi diperoleh Full IQ tidak melebihi rata-rata dengan gangguan pemusatan perhatian dan fungsi kognitif terutama dalam bidang aritmatika (Hayati, 2010). Berbagai alasan di atas menjadi suatu ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi pada mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember tahun 2016. METODE Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan crosssectional. Tempat penelitian ini adalah di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember. Proses pengumpulan data dilaksanakan pada bulan November - Desember 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi STIKES Al Qodiri berjumlah 108 orang. Besar sampel ditentukan berdasarkan rumus Snedecor dan Cochran (Budiarto, 2003). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 mahasiswi yang diambil dengan menggunakan teknik proportiane stratified random sampling dengan kriteria inklusi: tidak sedang menstruasi, tidak sedang hamil, tidak sedang menderita penyakit akut ataupun kronik. Populasi 108 mahasiswi, yang terdiri dari 32 mahasiswi semester dua, 16 mahasiswi semester empat dan 60 mahasiswi semester enam. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 mahasiswi yang terdiri dari: 19 orang semester dua, 7 orang semester empat dan 24 orang semester enam. Proses pengumpulan data pengetahuan menggunakan instrumen kuesioner dan data sikap dikumpulkan dengan menggunakan instrumen skala likert. Kedua instrumen tersebut sebelumnya telah dilakukan uji validitas menggunakan pearson product moment dengan hasil 20 soal instrumen pengetahuan valid dan reliabel dengan hasil uji reliabilitas menggunakan alfa cronbach yaitu 0,631. Sedangkan untuk instrumen sikap 15 soal valid dan reliabel dengan hasil uji yaitu 0,723. Sehingga kedua instrumen dinyatakan reliabel. Proses pengumpulan data angka kejadian anemia dengan menggunakan celtac alfa MEK6318K yang dilakukan oleh oleh petugas kesehatan dari Laboratorium Kesehatan Daerah Kabupaten Jember dengan latar belakang tenaga kesehatan perawat dan analis yang berjumlah tiga orang (dua perawat dan satu analis).
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Tingkat pengetahuan berdasarkan rata-rata nilai (mean) dibagi menjadi dua, yaitu mahasiswi yang tingkat pengetahuan tinggi (> 15) dan mahasiswi dengan tingkat pengetahuan rendah (< 15). Berdasarkan dari penelitian sebagian besar responden dari semester dua di tempat penelitian menunjukkan bahwa sebesar 89,5% responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi, mahasiswi semester empat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebesar 57,1% dan sebesar 54,2% Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 91
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
mahasiswi semester enam memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi. Data mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan status anemia dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini: Tabel 1. Tabel Silang Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Status Anemia Pengetahuan Tinggi
Status Anemia
Rendah
n
%
n
%
Anemia
6
17,6
8
50
Tidak Anemia
28
82,4
8
50
Total
34
100
16
100
(Sumber: Data Primer, 2016) Hasil penelitian mengenai hubungan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson-product moment, dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Berdasarkan data diketahui tingkat pengetahuan mempunyai hubungan dengan status anemia. Hasil tersebut didukung oleh hasil analisis dengan uji korelasi Pearson-Producy moment yang menunjukkan r
hitung
= 0,757 (r
hitung
> r
tabel
= 0,273). Sedangkan berdasarkan nilai
signifikansi (p) besarnya 0,0009 yang dibandingkan dengan nilai α = 5%, dimana nilai p < 0,05. Sikap responden dibagi menjadi dua, yaitu sikap yang mendukung dan tidak mendukung pencegahan anemia, didasarkan pada nilai rata-rata dari sikap seluruh responden. Sikap mendukung pencegahan anemia apabila responden mendapat nilai di atas atau sama dengan 45, sedangkan sikap yang tidak mendukung pencegahan anemia apabila responden mendapat nilai di bawah 45. Berdasarkan dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden semester dua menunjukkan sikap yang tidak mendukung pencegahan anemia yaitu sebesar 36,8%, pada responden semester empat sebagian besar juga memiliki sikap yang tidak mendukung pencegahan anemia yaitu sebesar 57,1%. Sedangkan responden semester enam sebagian besar memiliki sikap mendukung pencegahan anemia yaitu sebesar 54,2%. Data mengenai hubungan sikap dengan status anemia dapat dilihat pada tabel 2. berikut ini: Tabel 2. Tabel Silang Antara Sikap dengan Status Anemia Sikap Status Anemia
Mendukung
Tidak Mendukung
n
%
n
%
Anemia
5
21,7
9
33,3
Tidak Anemia
18
78,3
18
66,7
Total
23
100
27
100
(Sumber: Data Pimer, 2016) Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 92
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
Hasil penelitian mengenai hubungan antara sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi dianalisis dengan menggunakan uji korelasi Pearson-product moment, dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Berdasarkan data diketahui sikap mempunyai hubungan dengan status anemia. Hasil tersebut didukung oleh hasil analisis dengan uji korelasi Pearson-product moment yang menunjukkan r
hitung
= 0,682 (r
hitung >
r
tabel
= 0,273). Sedangkan berdasarkan nilai signifikansi (p) besarnya 0,0007
yang dibandingkan dengan nilai α = 5%, dimana nilai p < 0,05. Hasil penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi dianalisis dengan menggunakan uji Regresi Linier Berganda dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Distribusi hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi disajikan dalam tabel 3. berikut ini: Tabel 3. Distribusi Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Angka Kejadian Anemia Gizi Besi Model Summary Std. Error Adjusted
of the
Model
R
R Square
R Square
Estimate
1
.654a
.427
.406
17.631
a. Predictors: (Constant), sikap, pengetahuan ANOVAb Sum of
Mean
Model
Squares
df
Square
F
Sig.
1
Regression
1.083
2
.542
19.520
Residual
48.948
47
1.041
Total
50.031
49
.000a
a. Predictors: (Constant), sikap, pengetahuan b. Dependent Variable: anemia (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 3. dapat diketahui bahwa pengetahuan dan sikap mempunyai hubungan dengan status anemia. Hasil tersebut didukung oleh hasil analisis dengan uji Regresi Linier Berganda yang menunjukkan p-value = 0,000 (p > α = 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan status anemia pada mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember. Sedangkan untuk mengetahui hubungan yang lebih erat antara tingkat pengetahuan dan sikap terhadap status anemia gizi besi dapat dilihat dalam tabel 4. berikut ini.
Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 93
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
Tabel 4. Distribusi Hubungan yang Lebih Erat Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan Angka Kejadian Anemia Gizi Besi Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model
B
Std. Error
1 (Constant)
11.633
1.713
pengetahuan
-.075
.073
sikap
-.003
.033
Coefficients Beta
t
Sig.
6.789
.000
-.149
-1.018
.013
-.014
-.094
.014
a. Dependent Variable: anemia (Sumber: Data Primer, 2016) Berdasarkan tabel 4. dapat diketahui bahwa nilai signifikansi dari sikap lebih tinggi dibandingkan dengan nilai signifikansi dari tingkat pengetahuan (p-value pengetahuan = 0, 013 < pvalue sikap = 0,014). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan lebih erat hubungannya dengan status anemia gizi besi dibandingkan dengan sikap. PEMBAHASAN Hasil tabulasi silang tabel 1. menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi. Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh nilai Asymp.Sig sebesar 0,146 (p > α = 0,05); sehingga data berdistribusi normal dan digunakan uji korelasi Pearsonproduct moment. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil analisis data dengan uji statistik korelasi Pearson-product moment yang menunjukkan r hitung = 0,757 (r hitung > r tabel = 0,273) dan nilai P sebesar 0,0009 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi. Hasil tersebut disebabkan karena responden yang telah mempunyai pengetahuan mengenai anemia gizi besi, menurut Ratnasari (2009) pengetahuan dapat diperoleh dari Pendidikan, media dan keterpaparan informasi. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok dengan maksud untuk mendewasakan manusia melalui upaya pangajaran dan pelatihan, media dibuat untuk menambah pengetahuan masyarakat. Sehingga dengan adanya media diharapkan wawasan masyarakat akan semakin luas, jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, majalah dan lain-lain, dan keterpaparan informasi merupakan transfer pengetahuan, maka dengan adanya informasi yang ada diharapkan menambah pengetahuan seseorang. Pengetahuan mahasiswi atau responden tentang anemia gizi besi tidak selalu diperoleh dari pendidikan formal di perkuliahan. Pengetahuan tentang anemia gizi besi inilah yang nantinya akan mempengaruhi persepsi dan sikap dari responden, dan pengetahuan ini bukan hanya dijadikan sekedar
Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 94
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
tahu saja, tetapi juga dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2003). Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Herman pada tahun 2001 yang berjudul hubungan anemia dengan kebiasaan makan, pola haid, pengetahuan tentang anemia dan status gizi remaja putri di SMUN 1 Cibinong Kabupaten Bogor, yang menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan. Hasil tabulasi silang tabel 2. menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi. Berdasarkan hasil uji normalitas, diperoleh nilai Asymp.Sig sebesar 0,424 (p>α=0,05); sehingga data berdistribusi normal dan digunakan uji korelasi Pearson-product moment. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil analisis data dengan uji statistik korelasi Pearson-product moment yang menunjukkan r
hitung
= 0,682 (r
hitung>
r
tabel
= 0,273). Sedangkan berdasarkan nilai
signifikansi (p) besarnya 0,0007 yang dibandingkan dengan nilai α = 5%, dimana nilai p < 0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi. Sikap yang positif terhadap pencegahan anemia gizi besi akan mempengaruhi seseorang untuk mencegah dan menanggulangi anemia. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap manusia menurut Azwar (2010) adalah pengalaman pribadi yaitu pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan, untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas, pengaruh orang lain yang dianggap penting misalnya orang tua, orang yang status sosial lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami dan lain-lain, pengaruh kebudayaan hanya kepribadian individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual, media massa sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Hasil tabulasi silang tabel 3. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan status anemia oleh hasil analisis dengan uji Regresi Linier Berganda yang menunjukkan p-value = 0,000 (p < α = 0,05) dan dengan nilai R =0,654; sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia signifikan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Hayati tahun 2010 yang meneliti tentang Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Anemia Defisiensi Besi dan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi di Madrasah Aliyah Laboratorium (MAL) IAIN Sumatra Utara. Untuk hubungan yang lebih erat antara pengetahuan dan sikap dengan status anemia gizi besi.Berdasarkan hasil tabulasi silang tabel 4. menunjukkan bahwa hubungan antara tingkat Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 95
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
pengetahuan dan sikap terhadap status anemia gizi besi lebih erat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status anemia dibandingkan dengan hubungan sikap dengan anemia gizi besi. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil analisis data dengan uji statistik regresi linier berganda yang menunjukkan p-value sikap = 0,014 > p-value tingkat pengetahuan = 0,013, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan status anemia gizi besi lebih erat dibandingkan hubungan antara sikap dengan status anemia gizi besi. Hasil tersebut dikarenakan sikap belum merupakan suatu perubahan yang akan berpengaruh terhadap tingkah laku untuk mencegah dan menanggulangi anemia gizi besi. Sedangkan pengetahuan gizi dan kesehatan secara umum dapat diartikan sebagai alat untuk memperbaiki diri, dalam hal gizi dan kesehatan. Pengetahuan menyangkut unsur konservatif dan progresif (perubahan). Unsur konservatif dari pengetahuan memberikan akibat atau sebagai akibat dari generasi sebelumnya ke generasi pewaris atau sesudahnya. Sedangkan dari unsur progesif akan memberikan dampak positif dari perubahan sebagai akibat adanya perubahan. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi pada mahasiswi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Al Qodiri Jember Tahun 2016, dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi. 2. Terdapat hubungan antara sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi. 3. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan angka kejadian anemia gizi besi pada mahasiswi. 4. Hubungan tingkat pengetahuan dengan angka kejadian anemia gizi besi lebih erat dibandingkan dengan hubungan sikap dengan anemia pada mahasiswi.
SARAN 1. Perlu adanya kegiatan seminar atau penyuluhan yang dapat diikuti oleh seluruh mahasiswi Sekolah Tinggi Al Qodiri Jember, baik mahasiswi kesehatan maupun non kesehatan. 2. Perlu adanya kegiatan promosi kesehatan bagi masyarakat di sekitar pondok pesantren. 3. Bagi masyarakat khususnya mahasiswi yang tidak mendapat informasi formal di perkuliahan dapat memperoleh informasi mengenai anemia gizi besi di berbagai media massa, termasuk internet. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan dan sikap mahasiswi khususnya mahasiswi kesehatan dan non kesehatan dan melihat perbandingannya.
Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 96
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
DAFTAR RUJUKAN Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arisman B. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Azwar S. 2010. Sikap Manusia Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar S. 2010. Tes Prestasi Edisi ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Budiarto E. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta: Direktorat Jenderal Binkesmas. Depkes
RI.
2004.
Satu
dari
Dua
Orang
Indonesia
Menderita
Anemia.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=483&Itemid=2. Diakses tanggal 20 November 2016. Depkominfo
RI.
2007.
Angka
Kematian
Ibu
di
Indonesia
Masih
Tinggi.
http://www.depkominfo.go.id/2007/05/25/angka-kematian-ibu-indonesia-masih-tinggi/, Diakses tanggal 20 November 2016. Dinkes Kabupaten Jember. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2010. Jember: Dinas Kesehatan Kab. Jember. Farida I. 2007. Determinan Kejadian Anemia pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2006. Tidak dipublikasikan. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Hayati R. 2010. Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri terhadap Anemia Defisiensi Besi dan Dampaknya terhadap Kesehatan Reproduksi Di Madrasah Aliyah Laboratorium (MAL) IAIN SU Medan Tahun 2010. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Israr. 2010. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi. http://www.mufaisal.com/2010/02/pedomanpenanggulangan-anemia-gizi.html. Diakses tanggal 25 November 2016. Junita. 2009. Wanita Lebih Rentan Terkena Anemia. http://wanitagaya. blogspot.com/2009/04/wanitalebih-berisiko-terkena-anemia.html. Diakses 26 November 2016. Komariah S. 2008. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu Hamil tentang Pemeriksaan Kehamilan dengan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorame Mojoroto Kediri. Tidak Dipublikasikan. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Nazir M. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2005. Metodologi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Nugraheni. 2001. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Ibu Hamil Hubungannya dengan Anemia. http://www.chnrl.net/publikasi/pdf/DD-01.pdf. Diakses tanggal 20 November 2016. Ratnasari R. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di BPS Yuda Yulia Klaten. Tidak Dipublikasikan. Tugas Akhir. Surakarta: Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 97
Prosiding Seminar Nasional Kesehatan, hlm 89-98
Universitas Sebelas Maret. Setiawan S. 2009. Gambaran Anemia dan Intelligence Quotient (IQ) pada Santri Putri Pondok Pesantren Imam Syuhodo Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Tidak Dipublikasikan. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Siwi S. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Gizi dengan Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil di Kecamatan Jebres Surakarta. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sukmadinata. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosdakarya. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi Kesehatan, Jakarta: Badan POM, Bappenas, BPS, Deptan, dan Ristek.
Dita Ike Fitria K, Hubungan Tingkat Pengetahuan... 98