PENGETAHUAN DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI TATANAN SEKOLAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI SDN JABON 1 MOJOANYAR MOJOKERTO WINDA YULIANTI NIM. 1212020033 SUBJECT: Anak Sekolah, Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) DESCRIPTION: Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan, lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan sekolah pada anak sekolah dasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancang bangun survey. Variabel penelitian adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar. Populasi adalah 178 siswa kelas 3-5 di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto dengan sampel sebanyak 64 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Pengambilan data dilakukan di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto pada tanggal 10-12 Juni 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan rendah yaitu 33 responden (51,6%) dan sebagian besar responden memiliki perilaku hidup bersih dan sehat yang tidak sehat yaitu sebanyak 35 responden (54,7%). Siswa banyak yang masih belum tahu dan memahami hidup bersih dan sehat di sekolah sehingga tidak menerapkan dengan baik perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Pengetahuan siswa tentang hidup bersih dan sehat termasuk kategori rendah dan perilaku hidup bersih dan sehat termasuk dalam kategori tidak sehat. Tenaga kesehatan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan anak dan meningkatkan penyuluhan kepada anak-anak tentang pentingnya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. ABSTRACT: Problems of health behavior in school-age children are usually associated with personal hygiene, the environment and the emergence of various diseases that often affect children of school age. it generally relates to PHBS. The purpose of this study is to determine the knowledge of clean and health behavior (PHBS) among elementary school children This research is a descriptive study with survey design The research variables were the knowledge of clean and health behavior (PHBS) in primary school children The population is 178 students grade 3-5 at SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto with a sample of 64 respondents. The sampling technique used was cluster random sampling. Data is collected at SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto from 10-12 of June 2015. The data was collected by using a questionnaire. It was then analyzed using frequency distribution.
1
The results suggest that most respondents have low knowledge i.e. 33 respondents (51.6%) and the majority of respondents have clean and healthy life behavior, while as many as 35 respondents (54.7%) doesn't have clean and healthy life behavior. Many Students still do not understand health and hygiene at schools that they do not implement properly clean and healthy behaviors at school. Students' knowledge of healthy and clean can be classified into low category, and clean and healthy living behaviors can be classified into the unhealthy category. Health care workers or nurses can provide child health services and improve the education to the children about the importance of clean and healthy behaviors. Keywords: Knowledge, Clean and Healthy Behavior, School Children Contributor
: 1. Dwiharini P, S.Kep.Ns.,M.Kep. 2. Yudha Laga HK, S.Psi. Date : 29 Juni 2015 Type Material : Laporan Penelitian Edentifier :Right : Open Document Summary : Latar Belakang Usaha mencerdaskan bangsa tidak hanya berfokus pada pendidikan di bangku sekolah, tetapi tetapi lebih menjamah kepada kesehatan dan aspek gizi peserta didik. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1114/Menkes/SK/VIII/2005 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, sekolah, tempat-tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) sangat penting untuk sebagai perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan (Astuti, 2013). Indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai PHBS di sekolah yaitu: membuang sampah pada tempatnya, mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, jangan jajan sembarangan, olahraga yang teratur dan terukur, tidak merokok di area sekolah, memberantas jentik nyamuk satu minggu sekali, Buang air kecil dan buang air besar di jamban yang bersih dan sehat serta menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan sekali (Sari, 2013). Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan, lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah, ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Siswa seharusnya dikenalkan dalam proses pembelajaran dan penerapan PHBS di lingkungan sekolah, karena sekolah sebagai salah satu sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan perlu mendapatkan perhatian mengingat usia sekolah bagi anak juga merupakan masa rawan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (usia 6-10 tahun), misalnya diare, kecacingan dan anemia (Sendy, 2013). Anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penularan bakteri dan virus yang disebarkan melalui makanan atau di kenal dengan food borne diseases. Food borne disease adalah suatu penyakit karena adanya agen yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui proses pencernaan makanan, seperti cholera, helminthic infections (kecacingan), dysenter (disentri), dan lain-lainnya (Barakki et al., 2005). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan bahwa prevalensi kejadian diare di 2
Indonesia sekitar 42,2%. Pada anak usia sekolah (5–14 tahun), kejadian diare yaitu sebesar 9,0%. Typhoid pada kelompok anak usia sekolah menempati prevalensi tertinggi dibandingkan semua kelompok usia yang ada, yaitu sebesar 1,9% (Sholikhah, 2013). Laporan Tahunan Kemenkes RI 2011, sekolah yang telah melaksanakan PHBS hanya 22,5% dengan target 65% sedangkan target nasional intitusi pendidikan yang melaksanakan PHBS adalah 70% ditahun 2014. Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa 60% rata-rata anak sekolah belum yang melaksanakan PHBS Di Provinsi Jawa Timur sendiri jumlah rumah tangga yang melaksanakan PHBS masih sebesar 45% dan pelaksanaan PHBS di sekolah juga masih rendah yakni sebesar 55,06%. Rendahnya cakupan ini berdampak juga terhadap tingginya angka kesakitan yang berhubungan dengan penyakit yang berorientasi lingkungan dan perilaku (Diana, 2013). Perilaku hidup bersih dan sehat seseorang sangat berhubungan dengan peningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yang merugikan perkembangan fisiknya, kesehatannya ataupun kelangsungan hidupnya, oleh karena itu diperlukan sanitasi lingkungan yang merupakan suatu usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan fisik, khusususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan fisik kesehatan dan kelangsungan hidup manusia. PHBS untuk anak usia SD dimulai dengan membentuk kebiasaan sikat gigi dengan benar, mencuci tangan, serta membersihkan kuku dan rambut. PHBS yang sangat sederhana tersebut akan mengurangi risiko terkena penyakit. Perilaku sehat dalam kehidupan seharihari akan menghindarkan kita dari berbagai penyakit terutama penyakit-penyakit infeksi seperti diare (Kusnoputranto, 2007). Upaya pengembangan program promosi kesehatan dan PHBS yang lebih terarah, terencana, terpadu dan berkesinambungan, dikembangkan melalui Kabupaten/Kota percontohan integrasi promosi kesehatan dengan sasaran utama adalah PHBS Tatanan Rumah Tangga (individu, keluarga, masyarakat) dan Institusi Pendidikan terutama tingkat sekolah dasar (SD) (Syahputri, 2011). Kerja sama Sekolah dan tenaga kesehatan (Puskesmas) di sekitar sekolah perlu ditingkatkan yang dapat dilakukan dengan cara melakukan edukasi secara berkelanjutan hingga menumbuhkan kesadaran para siswa tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan anak sekolah. Jika diperlukan perlu dilakukan pelatihan khusus bagi siswa tentang bagaimana melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah dan juga rumah dengan menggandeng pihak yang berkompeten (Sholikhah, 2013). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul pengetahuan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan sekolah pada anak sekolah dasar di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Variabel dalam penelitian ini adalah Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang hidup bersih dan sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak sekolah dasar. Populasi adalah 178 siswa kelas 3-5 di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto dengan sampel sebanyak 64 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Pengambilan data dilakukan di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto pada tanggal 10-12 Juni 2015. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan distribusi frekuensi.
3
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan rendah yaitu 33 responden (51,6%). Pengetahuan yang kuran ditunjukkan pada responden yang tidak bisa menjawab pertanyaan tentang pengertian hidup bersih dan sehat, indikator PHBS, manfaat PHBS dan kerugian tidak melakukan PHBS. PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) merupakan upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri dalam tatanan rumah tangga agar dapat menerapkan caracara hidup sehat dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian terdapat 33 responden yang memiliki pengetahuan rendah tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), hal ini dikarenakan siswa banyak yang masih belum tahu dan memahami hidup bersih dan sehat di sekolah, setahu siswa hidup bersih dan sehat hanya pada saat didalam rumah saja, mengingat siswa masih berusia anak-anak sehingga pola pikirnya masih labih dan belum mampu untuk menyerap segala bentuk informasi yang didapat dari sekolah dan informasi yang telah disampaikan oleh guru yang mengajar, sehingga responden kurang bisa mengetahui tentang hidup bersih dan sehat. a. Pengertian hidup bersih dan sehat Berdasarkan indikator pengertian hidup bersih dan sehat, didapatkan bahwa hampir setengah responden mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). Menurut Kendarti (2009) PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Banyak siswa yang belum mengetahui tentang hidup bersih dan sehat dikarenakan siswa kurang mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. b. Indikator PHBS Berdasarkan indikator PHBS, didapatkan bahwa hampir setengah responden mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak 28 responden (43,8%). Depkes RI (2011) menjelaskan bahwa indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan di institusi pendidikan. Indikator institusi pendidikan adalah sekolah dasar negeri maupun swasta (SD/MI). Sasaran PHBS tatanan institusi pendidikan adalah sekolah dan siswa dengan indikator : mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, tenimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan dan membuang sampah pada tempatnya. Banyak siswa yang belum mengetahui tentang indikator PHBS dikarenakan siswa kurang mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat. c. Manfaat PHBS Berdasarkan indikator manfaat PHBS, didapatkan bahwa sebagian bsar responden mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak 41 responden (64,1%). Menurut Notoatmodjo (dalam Kendarti, 2009) manfaat PHBS adalah setiap keluarga meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit, meningkatkan produktivitas keda guna meningkatkan kesejahteraan keluarga, dengan meningkatnya kesehatan anggota nunah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan
4
kesejahteraan anggota keluarga. Siswa yang belum mengetahui tentang manfaat PHBS dikarenakan siswa kurang mendapatkan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat sehingga tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. d. Kerugian tidak melakukan PHBS Berdasarkan indikator kerugian tidak melakukan PHBS, didapatkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak 41 responden (64,1%). Menurut Depkes (2011) kerugian tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat adalah memudahkan tubuh terkena infeksi dan virus yang menyebabkan seseorang mudah sakit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku tidak sehat yaitu sebanyak 35 responden (54,7%). PHBS yang tidak sehat ditunjukkan dengan siswa tidak mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengkonsumsi jajanan yang kurang sehat, tidak menggunakan jamban secara sehat, tidak melakukan olahraga yang teratur dan terukur, tidak memberantas jentik nyamuk, tidak menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan dan membuang sampah sembarangan. PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri dalam tatanan rumah tangga agar dapat menerapkan caracara hidup sehat dalam rangka menjaga dan meningkatkan kesehatannya (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar mempunyai PHBS yang tidak sehat di sekolah, hal ini disebabkan karena siswa belum mengetahui dan mengerti tentang cara melakukan perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah, setahu mereka hidup bersih dan sehat dilakukan di rumah saja, tetapi kalau kebersihan di sekolah sudah dikelola oleh pihak sekolah. Penelitian ini menggunakan indikator PHBS di sekolah sebagai tolak ukur perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator pertama adalah perilaku mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun. Dari hasil penelitian banyak siswa yang mencuci tangan dengan air yang mengalir dan tidak memakai sabun. Indikator kedua mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah, dari hasil penelitian banyak juga siswa yang mengkonsumsi jajan yang dijual dipinggir jalan. Pada indikator membuang sampah pada tempatnya siswa juga menunjukkan kurang baik dalam menjaga kebersihak sekolah, seperti tidak membuah sampah pada tempatnya dan hanya menaruh sampah pada kolong meja di dalam kelas. a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun Berdasarkan parameter mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun didapatkan bahwa hampir setengah responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 24 responden (37,5%). Kebiasaan mencuci tangan masyarakat Indonesia masih belum baik. Terlihat dari kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan semangkuk air atau kobokan untuk membasuh tangan sebelum makan. Padahal kebiasan sehat mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun dapat menyelamatkan nyawa dengan mencegah penyakit (Hasyim, 2009). Anak sering bermain dengan tanah atau batu dan bermain di tempat-tempat yang kurang bersih seperti selokan. Ada cara lain yang cukup “ampuh” yang dapat menghindarkan anak dari kuman-kuman penyakit yaitu dengan kebiasaan mencuci tangan.
5
b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah Berdasarkan parameter mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah didapatkan bahwa hampir setengah responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 30 responden (46,9%). Menurut Judwarwanto (2008) Jajan bagi anak merupakan hal yang paling sering dilakukan, dan hal ini dapat membahayakan apabila jajanan yang mereka konsumsi tidak sehat, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Bogor dimana telah ditemukan Salmonella Paratyphi A di 25%-50% sampel minuman yang dijual di kaki lima. Bakteri ini mungkin berasal dari es batu yang tidak dimasak terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi yang umum ditemukan pada makanan jajanan kaki lima adalah penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) ilegal seperti borax (pengawet yang mengandung logam berat Boron), formalin (pengawet yang digunakan untuk mayat), rhodamin B (pewarna merah pada tekstil), dan methanil yellow (pewarna kuning pada tekstil). c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat Berdasarkan parameter menggunakan jamban yang bersih dan sehat didapatkan bahwa hampir setengah responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 25 responden (39,1%). Menurut (2011) jamban merupakan sanitasi dasar penting yang harus dimiliki setiap masyarakat. Pentingnya buang air bersih di jamban yang bersih adalah untuk menghindari dari berbagai jenis penyakit yang timbul karena sanitasi yang buruk. Oleh karena itu jamban harus mengikuti standar pembuatan jamban yang sehat dimana harus terletak minimal 10 meter dari sumber air dan mempunyai saluran pembuangan udara agar tidak mencemari lingkungan sekitar. d. Olahraga yang teratur dan terukur Berdasarkan parameter olahraga yang teratur dan terukur didapatkan bahwa hampir setengah responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 30 responden (46,9%). Menurut Depkes (2011), olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan kualitas hidup). Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani. e. Memberantas jentik nyamuk Berdasarkan parameter memberantas jentik nyamuk didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 43 responden (67,2%). Salah satu menghindari gigitan nyamuk yang dapat dilakukan adalah dengan memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk, misalnya memakai obat nyamuk oles atau diusap ke kulit (Depkes RI, 2011). Responden tidak memakai totion anti nyamuk ke sekolah dikarenakan responden beranggapan bahwa di sekolah nyamuk tidak ada dan dalam keluarga juga tidak pernah menggunakan lotion anti nyamuk. f. Tidak merokok di sekolah Berdasarkan parameter tidak merokok di sekolah didapatkan bahwa hampir setengah responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 31 responden (48,4%). Rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen-elemen, dan setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Oleh karena itu kebiasaan merokok harus dihindarkan sejak dini mulai dari tingkat sekolah dasar. Alasan tidak boleh merokok di sekolah karena rokok ibarat pabrik bahan kimia. Dalam satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia berbahaya diantaranya yang paling berbahaya adalah nikotin, tar, dan karbon monoksida. Nikotin menyebabkan ketagihan dan merusak jantung serta aliran darah, tar menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker, sedangkan karbon monoksida menyebabkan berkurangnya kemampuan darah
6
membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati (Wastuwibowo, 2008). Responden menyadari bahwa merokok merupakan hal yang negatif dan berbahaya bagi kesehatan, sehingga responden tidak mencoba untuk merokok di sekolah. g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan Berdasarkan parameter menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 34 responden (53,1%). Menurut Depkes (2011) Mengukur berat dan tinggi badan merupakan salah satu upaya untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak. Dengan diketahuinya tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak maka dapat memberikan masukan untuk peningkatan konsumsi makanan yang bergizi bagi pertumbuhan anak. Sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan seorang anak normal atau tidak, bisa diketahui melalui cara membandingkan ukuran tubuh anak yang bersangkutan dengan ukuran tubuh anak seusia pada umumnya. Apabila anak memiliki ukuran tubuh melebihi ukuran rata-rata anak yang seusia pada umumnya, maka pertumbuhannya bisa dikatakan maju. Sebaliknya bila ukurannya lebih kecil berarti pertumbuhannya lambat. Pertumbuhan dikatakan normal apabila ukuran tubuhnya sama dengan ukuran rata-rata anak-anak lain seusianya. h. Membuang sampah pada tempatnya Berdasarkan parameter membuang sampah pada tempatnya didapatkan bahwa sebagian besar responden melakukan PHBS dengan tidak sehat yaitu sebanyak 34 responden (53,1%). Menurut Kartiadi (2009) Membuang sampah pada tempatnya merupakan cara sederhana yang besar manfaatnya untuk menjaga kebersihan lingkungan, namun sangat susah untuk diterapkan. Hasil penelitian Andang Binawan yang menyebutkan bahwa kebiasaan membuang sampah sembarangan dilakukan hampir di semua kalangan masyarakat, tidak hanya warga miskin, bahkan mereka yang berpendidikan tinggi pun melakukannya. Simpulan 1. Pengetahuan tentang hidup bersih dan sehat di tatanan sekolah pada anak sekolah dasar di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokerto termasuk pada kategori rendah yaitu 33 responden (51,6%) dengan nilai mean 10,4. 2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tatanan sekolah pada anak sekolah dasar di SDN Jabon 1 Mojoanyar Mojokertotermasuk pada kategori tidak sehat yaitu sebanyak 35 responden (54,7%) dengan nilai mean 63,1. Rekomendasi 1. Bagi Siswa Siswa seharusnya dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat dimanapun berada khususnya dilingkungan sekolah. 2. Bagi Tenaga kesehatan Tenaga kesehatan atau perawat dapat memberikan pelayanan kesehatan anak dan meningkatkan penyuluhan kepada anak-anak tentang pentingnya melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. 3. Bagi Sekolah Sekolah seharusnya dapat memberikan pembinaan dan penyuluhan pada siswa tentang kesehatan khususnya dalam hal kesehatan kebersihan seperti mengadakan penyuluhan tentang hidup bersih dan sehat serta memberikan fasilitas kepada anak untuk melakukan PBHS di sekolah seperti menyediakan wastafel dan sabun untuk mencuci tangan.
7
4. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan harus menambah buku-buku kepustakaan khususnya dalam bidang farmasi khususnya tentang perilaku hidup bersih dan sehat untuk dapat dijadikan sebagai data dasar dalam melakukan penelitian lebih lanjut. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan konsep atau melakukan penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah. Alamat Correspondensi : - Alamat rumah : Tenggir Timur, Panji, Situbondo - Email :
[email protected] - No. HP : 083847712089
8