LETAK GEOGRAFIS INDONESIA
Pengertian letak geografis adalah letak suatu negara dilihat dari kenyataan di permukaan bumi. Menurut letak geografisnya Indonesia terletak di antara dua benua, yakni Asia dan Australia, dan di antara dua samudra, yakni Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Letak Indonesia yang diapit dua benua dan berada di antara dua samudra berpengaruh besar terhadap keadaan alam maupun kehidupan penduduk.
1. Pengaruh Letak Geografis terhadap Keadaan Alam Indonesia merupakan negara kepulauan yang merupakan pertemuan dua samudra besar (Samudra Pasifik dan Samudra Hindia) dan diapit daratan luas (Benua Asia dan Australia). Hal itu berpengaruh terhadap kondisi alam.
a. Wilayah Indonesia beriklim laut, sebab merupakan negara kepulauan, sehingga banyak memperoleh pengaruh angin laut yang mendatangkan banyak hujan. b.
Indonesia memiliki iklim musim, yaitu iklim yang dipengaruhi oleh angin muson yang berembus setiap 6 bulan sekali berganti arah. Hal ini menyebabkan musim kemarau dan musim hujan di Indonesia.
2. Luas Wilayah dan Pengaruh Letak Geografis terhadap Keadaan Penduduk
Pulau-pulau Indonesia terbentuk pada jaman Miocene (12 juta tahun sebelum masehi); Palaeocene ( 70 juta tahun sebelum masehi); Eocene (30 juta tahun sebelum masehi); Oligacene (25 juta tahun sebelum masehi). Sehubungan dengan datangnya orang-orang dari tanah daratan Asia maka Indonesia dipercaya sudah ada pada jaman Pleistocene (4 juta tahun sebelum masehi). Pulau-pulau terbentuk sepanjang garis yang berpengaruh kuat antara perubahan lempengan tektonik Australia dan Pasifik. Lempengan Australia berubah lambat naik kedalam jalan kecil lempeng Pasifik yang bergerak ke selatan dan antara garis-garis ini terbentanglah pulau-pulau Indonesia. Ini membuat Indonesia sebagai salah satu negara yang paling banyak berubah wilayah geologinya di dunia. Pegunungan-pegunungan yang berada di pulau-pulau Indonesia terdiri lebih dari 400 gunung berapi, dimana 100 diantaranya masih aktif. Indonesia mengalami tiga kali getaran dalam sehari, gempa bumi sedikitnya satu kali dalam sehari dan sedikitnya satu kali letusan gunung berapi dalam setahun
Karena Indonesia terletak pada posisi silang (cross position) antara dua benua dan dua samudra, maka pengaruhnya bagi kehidupan bangsa Indonesia adalah sebagai berikut. a. Indonesia banyak dipengaruhi oleh kebudayaan asing, yakni dalam bidang seni, bahasa, peradaban, dan agama. b. Indonesia terletak di
antara negara-negara
berkembang, sehingga
memiliki banyak mitra kerja sama. c. Lalu lintas perdagangan dan pelayaran di Indonesia cukup ramai, sehingga menunjang perdagangan di Indonesia dan menambah sumber devisa negara.
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6° garis lintang utara sampai 11° garis lintang selatan, dan dari 97° sampai 141° garis bujur timur serta terletak antara dua benua
yaitu benua Asia dan Australia/Oceania. Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi1.9 juta mil persegi, Lima pulau besar di Indonesia adalah : Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi, Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi, Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km persegi. Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi (termasuk 2 Daerah Istimewa (DI) dan satu Daerah Khusus Ibukota (DKI). Kedua DI tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam dan Daerah Istimewa Yogyakarta sedangkan Daerah Khusus Ibukotanya adalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Sebelum tahun 1999, Timor Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia, yang kemudian memisahkan diri melalui referendum menjadi Negara Timor Leste. Daftar Provinsi di Indonesia Sumatra Nanggroe Aceh Darussalam | Sumatera Utara | Sumatera Barat | Bengkulu | Riau | Kepulauan Riau | Jambi | Sumatera Selatan | Lampung | Kepulauan Bangka Belitung Jawa Jakarta | Jawa Barat | Banten | Jawa Tengah | DI Yogyakarta | Jawa Timur
Kalimantan Kalimantan Barat | Kalimantan Tengah | Kalimantan Selatan | Kalimantan Timur Nusa Tenggara Bali | Nusa Tenggara Barat | Nusa Tenggara Timur Sulawesi Sulawesi Barat | Sulawesi Utara | Sulawesi Tengah | Sulawesi Selatan | Sulawesi Tenggara | Gorontalo Kepulauan Maluku dan Papua Maluku | Maluku Utara | Papua Barat | Papua
EKONOMI
Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu. Ekonominya kini telah lumayan
stabil
saat
ini.
Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga dan emas. Indonesia adalah pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah
dan
karet.
Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat dan negaranegara
tetangganya
yaitu
Malaysia,
Singapura
dan
Australia.
Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan korupsi yang
merajalela
dalam
pemerintah.
Bank sentral Indonesia adalah Bank Indonesia.
SENI BUDAYA
Jenis kesenian di Indonesia banyak dipengaruhi oleh beberapa kebudayaan. Tari Jawa dan Bali yang terkenal, misalnya, berisi aspek-aspek kebudayaan dan mitologi Hindu.
Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari Saman Meusukat dan Tari Seudati dari Nanggroe
Aceh
Darussalam.
Selain itu yang cukup terkenal di dunia adalah wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis. Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.
Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Solo, dan
juga
Pekalongan.
Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa gamelan dan seni musik tradisional
lainnya
sesuai
dengan
daerah
asalnya.
Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Musik tradisional termasuk juga keroncong Jawa dikenali oleh hampir semua rakyat Indonesia, namun yang lebih berkuasa dalam paras lagu di Indonesia yaitu seni lagu modern kemudian Dangdut. Dangdut adalah salah satu musik Indonesia yang sudah merakyat di wilayah Nusantara, yang dipadu dari unsur musik Melayu, India, dan juga musik tradisional Indonesia. Dinamakan Dangdut karena suara musik yang terdengar adalah suara 'dang' dan 'dut' dan musik Dangdut lebih dikuasai oleh suara gendang dan suling. Lagu-lagu dangdut biasanya didendangkan oleh pedangdut dengan goyangannya yang seronok dan lemah gemulai yang disesuaikan dengan tempo lagunya. Ada berbagai macam corak musik Dangdut, antara lain Dangdut Melayu, Dangdut Modern (Dangdut masa kini yang alat musiknya telah ditambah dengan alat musik modern); dan Dangdut Pesisir (Lagu dangdut tradisional Jawa, Sunda, dll). Pada tahun 70-an, dangdut lebih dikenal
sebagai aliran musik orkes Melayu, yang kemudian pada awal tahun 80-an ia lebih dikenal dengan sebutan Dangdut.
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa, agama serta kepercayaan yang berbeda. Ada Batak, Karo, Minangkabau, Melayu di Sumatra dan sebagainya. Ada banyak agama yang diakui di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Hindu, dan Buddha bahkan kini Kepercayaan Konghucu juga diakui. Namun sebagian besar masyarakat Indonesia lebih memilih Islam sebagai agamanya.
Berbagai ketentuan tentang batas maritime telah memberikan dapampak signifikan terhadap suatu Negara tentang potensi dan pemanfaatan laut yang berada pada yuridiksi wilayah maritime. Salah satu potensi kemaritiman yang diperhatikan adalah aspek fisik kemaritiman.
Aspek fisik kemaritiman berkaitan erat dengan potensi fisik laut dalam mendukung wilayah maritime. Secara umum aspek fisik dapat dibedakan menjadi potensi sediment laut, topografi laut, dan Potensi sumberdaya energi.
Sedimen laut merupakan suatu material butiran-butiran yang dapat ditransportasikan oleh aliran air dan diendapkan sebagai lapisan butiran-butiran yang solid didasar sungai, laut dan tubuh air lainnya. Sedimen adalah proses pengendapan material.
Lingkungan laut dan samudera seringkali menjadi tempat sediment di endapkan. Sediment dapat terdiri dari material-material yang berasal dari perut bumi
yang dibawa oleh sungai dan aliran air yang dekat laut atau berupa sediment laut lain misalnya pasir. Beberapa jenis endapan yang dapat ditemui wilayah laut Indonesia adalah sebagai berikut:
Ø
Batu keras: semua sediment yang terdiri dari partikel atau batuan yang bergaris tengah lebih dari 2mm.
Ø
Pasir dan lanau: sediment yang terdiri dari partikel yang bergaris tengah antara 2 micron- 2mm
Ø
Lumpur: semua sediment yang berasal dari perut bumi berukuran sangat kecil dan mengandung komponen-komponen pasir dan partikel-partikel silt. Sediment tersebut termasuk diataranya adalah Lumpur biru, Lumpur hijau, Lumpur hitam, abu gunung berapi, dan lain sebagainya.
Ø
Selut gampingan: semua endapan mengeras yang partikelnya berukuran pasir atau lebih halus mengandung sekitar 30%atau lebih CaCO3 kecuali endapan yang semuanya tersusun dari cangkang moluska atau koral.
Ø
Selut silikan: semua endapan mengeras yang paling sedikit 30% cangkang organisme silikan.
Ø
Lempung: semua pelagis yang berbutir halus bergaris tengah kurang dari 4 mikron, tersusun dari kurang lebih 30% jasad organisme dan kurang lebih 30% CaCO3.
Ø
Koral: semua endapan yang berasal dari bangkai terumbu karang.
Topografi laut dapat dikenali dari suatu peta Bathimetry. Dimana, peta bathimetri merupakan peta yang menggambarkan kedalaman laut. Peta batimetri tidak sedetil peta rupabumi yang menyajikan data ketinggian dan kenampakan permukaan bumi.
Topografi laut yang bersumberkan dari peta Bathimetri dapat digunakan untuk
berbagai
kepentingan
misalnya
dalam
sector
perhubungan
laut,
pertamabangan, eksplorasi, penelitian, dan sebagainya. Selain itu, informasi yang terkandung dalam peta Bathimetri dapat digunakan untuk analisa pembangunan pelabuhan/dermaga, pelayaran kapal laut, penambangan minyak lepas pantai., penelitian batas kontinen antar Negara, dan sebagainya.
Potensi sumberdaya energi dapat diidentifikasi melalui cekungan sediment sumberdaya mineral dan energi lepas pantai. Berbagai informasi yang digunakan adalah dari berbagai macam data dasar yaitu ketebalan sediment, pola struktur, stratigrafi dasr laut berikut geodinamikanya, anomaly magnet total, serta gaya berat. Hasilnya dapat digunakan untuk kajian mengenai potensi energi dan sumberdaya mineral didasar laut.
Memaksimalkan Potensi Wilayah Pesisir 29 Nopember 2006
* Catatan Dalam Rangka HUT ke 401 Kabupaten ‘Maritim’ Selayar Wilayah pesisir memiliki arti penting dan strategis bagi Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), baik dari segi ekologis, ketahanan pangan, ekonomi, keanekaragaman biologi, sosial budaya maupun keindahan alamnya, serta pencegahan terhadap erosi/abrasi, gelombang laut dan badai. Hanya saja, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia dewasa ini sangat rentan terhadap perubahan alam, baik karena alam itu sendiri maupun akibat ulah manusia (man made disasters). Sulsel dengan wilayah pesisir berupa panjang pantai 1.973,7 km dan luas perairan lautnya kurang lebih 48.000 km2, memiliki potensi yang sangat kaya akan berbagai jenis ikan dan kerang-kerangan sebagai sumber protein hewani, mangrove, terumbu karang, padang lamun dan estuaria sebagai tempat memijah, dan mencari makan berbagai biota laut. Wilayah pesisir juga sebagai tempat permukiman masyarakat (nelayan), media transportasi laut serta sarana rekreasi dan penelitian. Di samping itu, wilayah pesisir menyediakan sumber daya ekonomi untuk kegiatan perdagangan dan industri, sumber mineral, sumber energi, minyak dan gas bumi serta bahan-bahan tambang lainnya. Adapun keindahan pantai dan keanekaragaman terumbu karang dengan berbagai jenis biota lautnya mendukung pengembangan industri pariwisata. Pengelolaan sumber daya wilayah pesisir dan laut di Sulsel, mampu bertahan terhadap krisis ekonomi yang multi dimensi dan berkepanjangan, namun di lain pihak eksploitasi yang berjalan terus-menerus terhadap sumber daya tersebut telah menyebabkan timbulnya masalah-masalah yang kompleks dan adanya indikasi telah terlampauinya daya dukung ekologis. Akibatnya, muncul isu-isu strategis dan permasalahan menyangkut pengelolaan sumber daya oleh stakeholders di wilayah pesisir dan laut Sulsel. * Isu Strategis dan Permasalahan Wilayah Pesisir Masalah pengelolaan wilayah pesisir yang melahirkan kemiskinan masyarakat pesisir (nelayan), serta menimbulkan kerusakan lingkungan pesisir dipicu oleh beberapa faktor yang menjadi isu-isu strategis di Sulsel, yakni: Pertama, isu sosial budaya, meliputi rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM), lambatnya perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, buruknya sanitasi lingkungan permukiman, degradasi budaya dan semangat kebaharian, serta masih tingginya tingkat pertumbuhan penduduk. Kedua, isu lingkungan, meliputi degradasi ekosistem pesisir dan laut, tercemarnya wilayah pesisir, lemahnya penataan dan pengawasan pemanfaatan ruang wilayah pesisir. Ketiga, isu kelembagaan, meliputi tidak
terpadunya pengelolaan wilayah pesisir, lemahnya kelembagaan masyarakat dan pemerintah, lemahnya penegakan hukum di wilayah pesisir dan laut. Keempat, isu pembangunan ekonomi, meliputi rendahnya daya tarik ODT wisata bahari, belum optimalnya pengelolaan perikanan tangkap, belum optimalnya pengelolaan perikanan budi daya, belum optimalnya pengelolaan bahan mineral, rendahnya aksesibilitas antarpulau. Faktor lainnya, yakni perubahan alam yang sering mengancam kelestarian ekosistem maupun masyarakat pesisir, antara lain gempa bumi, tsunami, erosi, polusi, badai, banjir, gelombang pasang, abrasi, serta kenaikan permukaan air laut (global warming). Adapun faktor yang disebabkan oleh perbuatan manusia (man made disasters), seperti konversi hutan mangrove untuk lokasi tambak dan perluasan kota dan kawasan industri, penambangan batuan di daerah karang laut dan penambangan pasir laut untuk bahan bangunan dan komersial. Bisa juga karena pencemaran akibat adanya praktik/kebiasaan untuk memanfaatkan laut sebagai tempat pembuangan berbagai limbah dan sampah serta eksploitasi sumber daya laut dan pesisir yang berlebihan (over exploitation). Tidaklah mengherankan, terjadinya bencana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Sulsel khususnya dan Indonesia pada umumnya dalam dekade terakhir ini telah mengakibatkan jatuhnya ribuan korban jiwa, serta kerugian ekonomi mencapai triliunan rupiah. Kerugian ekonomi tersebut menjadi semakin besar apabila memperhitungkan juga kerusakan sumber daya alamnya. * Penanganan Wilayah Pesisir Adanya proyek MCRMP, PEMP dan COREMAP I-II di Sulsel yang merupakan program nasional yang bersinergi dengan PWP di daerah dalam rangka optimalisasi, baik perencanaan maupun pengelolaan sumber daya alam pesisir dan laut Sulsel, sangat membantu. Selain itu, juga merupakan jawaban atas pentingnya penataan dan penanganan pengelolaan wilayah pesisir dan laut di Sulsel yang SDA pesisir dan lautnya sudah mengalami kerusakan yang cukup parah (mangrove, coral reef dan ekosistem). Dalam menghadapi isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir di Sulsel diperlukan upaya penanganan terpadu dan penyusunan kebijakan yang terintegrasi. Dengan demikian, pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut dapat dilaksanakan secara berkelanjutan (sustainable). Mencermati adanya dampak besar kerugian akibat bencana dari faktor alam dan ulah manusia, maka diperlukan serangkaian upaya penanggulangannya secara terpadu. Caranya, bisa dengan jalan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, pemulihan (rehabilitasi, rekonstruksi dan restorasi) serta regulasi peraturan perundangan-undangan berupa Perda, Renstra dan Pedoman tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut secara terpadu.
Maklum, selain dapat berperan penting dalam mendukung pembangunan daerah, sumber daya pesisir juga berpotensi memicu konflik kepentingan di antara para pihak sebagai akibat dari terjadinya tumpang tindih kewenangan dan kompetisi dalam pengelolaannya. Berbagai contoh dalam beberapa kasus (rumput laut) di Kabupaten Takalar, Jeneponto, Bantaeng dan Bulukumba berupa over zonation/wilayah budi daya sehingga tidak memberi akses untuk dilewati alat transportasi laut, begitu pula dengan masih maraknya pengeboman, pembiusan dan penggunaan trowl penangkap ikan di Pangkep dan sekitarnya. Atau, terjadinya berbagai benturan kepentingan antara upaya pelestarian sumber daya alam (konservasi hutan mangrove dan terumbu karang) dengan pertumbuhan perekonomian masyarakat (pembukaan lahan pertambakan dan budi daya). Munculnya berbagai benturan kepentingan tersebut menjadi semakin nyata dengan belum adanya kesepahaman tentang definisi pengelolaan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di daerah ini, plus strategi dan perda serta pedoman/petunjuk pelaksanaannya. * Prospek Wilayah Pesisir Banyaknya kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Sulsel merupakan prospek dan potensi SDA yang belum terkelola secara baik dan terpadu. Sebagai contoh Kabupaten Selayar yang memiliki pesisir dan pulau-pulau kecil dengan keanekaragaman ekosistem laut dan pulau-pulau kecilnya untuk pariwisata, di antaranya 50 persen atau 10.000 km2 dari total 21.000 km2 wilayah perairan di Selayar adalah perairan yang terdapat terumbu karang dan biotanya yang sangat indah. Bahkan 50 persen (5.000 km2) di antaranya berada di kawasan Takabonerate, sebuah perairan terbesar dan terindah ketiga di dunia dengan pemandangan bawah laut yang meliputi karang dan beragam ikan. Menilik realitas itu, maka sesungguhnya daerah ini sangat prospek dijadikan Kabupaten Maritim. Maka, tekad Bupati Selayar H Syahrir Wahab untuk menjadikan Selayar sebagai Kabupaten Maritim, memanfaatkan momentum hari jadi yang ke401 daerah ini, bisa dikatakan sebagai salah satu langkah maju. Terlepas dari langkah maju yang diambil Pemkab Selayar, tidaklah berlebihan jika kita mengambil masukan, saran dan rekomendasi mengenai pengelolaan wilayah pesisir dari lokakarya ICZPM (Integrated Coastal Zone Planning and Management) yang belum lama ini digelar oleh MCRMP dan Bappeda Sulsel. Dari lokakarya itu, segala hal menyangkut pengelolaan wilayah pesisir dikupas habis yang muaranya bagaimana seluruh stakeholders, dapat secara bersama-sama membangun ketertinggalan, serta berfokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat wilayah pesisir pada masing-masing daerah kawasan wilayah pesisir di Sulawesi Selatan. Tapi yang juga tidak bisa diabaikan adalah menentukan prioritas pengelolaan wilayah pesisir dan laut secara terpadu. Dalam hal ini, hendaknya segera dibuat konsep dan regulasi berupa Peraturan Daerah (Perda), Rencana Strategis (Renstra)
dan Pedoman lainnya yang benar-benar sesuai dengan identifikasi karakteristik dan cocok untuk kondisi Sulsel. Di samping itu, kita juga harus terus berupaya meningkatkan kualitas lingkungan wilayah pesisir laut dan kehidupan masyarakat pesisir melalui kerja sama yang harmonis antar-stakeholders dan seluruh elemen pelaku pembangunan di Sulsel. Terakhir, belajar dari pengalaman mengenai pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu (ICZM) dari berbagai negara di dunia seperti Xianmen, Tiongkok, yang sukses dalam aplikasi pengelolaan wilayah pesisir terpadu, dan negara-negara ASEAN lainnya, pemerintah pusat dan daerah hendaknya sesegera mungkin perlu memulai memikirkan/merencanakan dan mengkaji pengembangan konsep perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu (ICZPM), serta mengimplementasikan konsep tersebut dalam kerangka kebijakan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut terpadu serta pulau-pulau kecil di Indonesia dan khususnya di Sulsel, agar nantinya dapat mengejar ketertinggalannya dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut dari negara-negara lain yang sudah lebih maju. (**)
Sumber : Muhammad Arsani ; Pegawai Sub Bidang SDA dan Kelautan Bappeda Sulsel (http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=30173)
PELUANG INVESTASI Sulawesi Selatan merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki nilai strategis dalam konstalasi pembangunan Indonesia. Selain memiliki sumberdaya alam yang cukup besar, khususnya di bidang Pertanian, Pertambangan dan Pariwisata. Dengan letak strategis ditengah-tengah Indonesia dan menjadi pintu gerbang sekaligus berfungsi sebagai pusat pelayanan Kawasan Timur Indonesia. Oleh karena itu Sulawesi Selatan memiliki keunggulan komparatif sekaligus kompetitif untuk kegiatan investasi.
Adapun Keunggulan untuk Berinvestasi di Sulawesi Selatan yaitu : 1. Posisi yang strategis secara ekonomi sehingga berperan sebagai pusat pelayanan angkutan udara dan laut di Kawasan Timur Indonesia dan Pusat pelayanan jasa perdagangan, industri serta perbankan. 2. Wilayah yang relatif aman bagi kegiatan investasi di Indonesia, dimana gejolak masyarakat dan komunitas buruh relatif rendah. 3. Keanekaragaman potensi sumberdaya alam untuk investasi. Ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai bagi kegiatan investasi. 4. Kawasan Timur Indonesia sebagai pasar potensial yang belum termanfaatkan secara maksimal 5. Komitmen Pemerintah Daerah yang sangat kuat dalam memberikazn kemudahan bagi Investor
6. Ketersediaan Sumberdaya manusia yang berkualitas 7. Ketersediaan lahan yang masih luas dan relatif murah.
1. Bidang Pertanian a. Perkebunan Jagung Merupakan tanaman pangan yang banyak ditanam petani Sulawesi Selatan akhirakhir ini karena ekspor yang cukup baik untuk permintaan pakan ternak. Total produksi jagung Sulawesi Selatan adalah lebih kurang 661.241 ton dengan luas tanam 192.456 ha. Mempertimbangkan luas lahan yang tersedia dan maksimalisasi teknologi, diperkirakan produksi jagung masih dapat dinaikkan hingga 2 kali lipat. Daerah yang potensial untuk pengembangan komoditi ini terutama adalah Kabupaten Takalar, Bone, Jeneponto, Bulukumba dan Gowa. b. Perkebunan Kakao Lebih kurang 70 % produk ekspor kakao Indonesia berasal dari Sulawesi Selatan sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara kedua terbesar penghasil kakao dunia setelah pantai gading. Oleh karena itu tidak salah jika Sulawesi Selatan disebut sebagai Tanah Kakao Indonesia. Pada Tahun 2005 total Produksi Kakao adalah 178.424,61 ton dengan luas wilayah perkebunan kakao mencapai 222.566,82 Ha. Sampai saat ini kurang dari 10 % produksi biji kakao yang diolah di Sulawesi Selatan menjadi ”bubuk Kakao” dan ”mentega kakao” sisanya langsung diekspor keluar negeri. Lokasi Pengembangan utama komoditi ini adalah Kabupaten Luwu, Luwu Utara dan Luwu Timur. c. Perkebunan Kopi Kopi Kalosi dan Kopi Toraja merupakan kopi arabika berasal dari Sulawesi Selatan yang telah dikenal di mancanegara. Produksi kopi arabika pada tahun 2005 adalah 15,190,64 ton dengan luas tanaman 36.232 hektar. Wilayah perkebunan kopi Arabika terutama di wilayah Kabupaten Enrekang dan Tana Toraja. Kopi Robusta adalah jenis kopi lain yang dikembangkan cukup luas di Sulsel, khususnya di wilayah Kabupaten Tana Toraja, Bulukumba, Sinjai, Pinrang. Total produksi Kopi Robusta di Sulsel pada tahun 2005 adalah 16.692,24 ton dengan luas perkebunan 28.692,78 hektar. d. Perkebunan Jambu Mente Sebagian besar wilayah Sulawesi Selatan sesuai untuk perkebunan Jambu mete, khususnya Kabupaten Bone, Pangkep, Sidrap, Barru, Bulukumba dan Pinrang.
Permintaan ekspor yang semakin baik dari tahun ke tahun menjadikan komoditi ini berkembang dengan pesat. Total produksi mete tahun 2005 adalah 24.419 ton dengan luas kebun yang umumnya adalah kebun rakyat adalah 68.3146 hektar. e. Perkebunan Vanili Terdapat di Kabupaten Wajo, Maritim Selayar, Bulukumba f. Perkebunan Ubi Kayu Terdapat hampir semua Kabupaten di Sulawesi Selatan. g. Tambak Udang Kegiatan Pertambakan Udang Windu berorientasi ekspor masih cukup potensial dan diminati investor. Total luas kawasan tambak udang yang umumnya terkonsentrasi di wilayah pantai barat, khususnya di wilayah Kabupaten Pinrang, Barru dan Pangkep sebesar 98,604 hektar dengan total produksi 12.548 ton. h. Penangkapan ikan Laut Produksi ikan laut yang paling besar pada tahun 2004 adalah ikan cakalang dengan total tangkapan 25.307,7 ton kemudian ikan tuna sebanyak 7.063,4 ton. Hasil non ikan lainnya adalah teripang sebanyak 1.052,5 ton dan kepiting 457,6 ton.
i. Budidaya Rumput Laut Memanfatkan garis pantai sepanjang 2500 km merupakan peluang budidaya rumput laut di Sulsel. Pada Tahun 2004, total produksi rumput laut adalah lebih kurang 4.642,7 ton yang berasal dari budi daya tambak dan laut di perairan Kabupaten Takalar, Jeneponto, Luwu, dan Wajo j. Penggemukan Sapi Merupakan komoditi sektor peternakan yang berkembang untuk memenuhi permitaan lokal dan diantar-pulaukan dari Sulsel. Penghasil terbesar sektor ini adalah Kabupaten Gowa, Sidrap,Pinrang,Pare-pare dan Enrekang.
2. Bidang Industri
Terdiri dari Industri Keramik / Marmer, industri Pengelolaan Kakao (Powder/Butter), Industri Semen, Industri Pakan Ternak, Industri Sutra, Industri Pengolahan Kopi, Industri Pengolahan Kayu, Industri Pengolahan Buah-Buahan, Industri Pengalengan Ikan dan Hasil Laut, Industri Kapal dan Industri Pengolahan Garam.
3. Bidang Pertambangan dan Energi Investasi menarik di bidang pertambangan dan energi mencakup penambangan pasir besi di Kabupaten Takalar, Maritim Selayar dan Jeneponto; granit di Kabupaten Maritim selayar, Luwu Utara; marmer di Kabupaten Maros,Bone, Luwu, Pangkep, Barru dan Enrekang; pasir silika (kuarsa) di Kabupaten Soppeng, Enrekang, Sidrap, Pinrang, Bone dan Maros; Batubara di Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Sidrap, Enrekang, Bone dan Sinjai; pembangkit tenaga listrik terdapat di Kabupaten Bulukumba, Maritim Selayar dan Pinrang
4. Bidang Pariwisata
Pengembangan Kawasan Wisata/Resort Pengembangan Transportasi Wisata Laut, diantaranya terdapat di Kabupaten Pangkep (P. Kapoposan), Sinjai (P. Sembilan) dan Maritim Selayar (Takabonerate) Pengembangan Usaha Penunjang Wisata Laut Pembangunan Gedung Pertemuan/Pameran Pembangunan Perhotelan di Tana Toraja, Makassar, Bira Pengembangan Pulau-pulau Kecil di Depan Kota Makassar untuk wisata Pengembangan Wisata Bahari dan AgroWisata .
Investasi di bidang pariwisata mencakup pengembangan kawasan wisata/resort; pengembangan transportasi wisata laut di antaranya di Kabupaten Pangkep(P. Kapoposan), Sinjai (P. Sembilan) dan Maritim Selayar (Takabonerate); pengembangan usaha penunjang wisata laut; pembangunan gedung pertemuan/pameran; pembangunan perhotelan di Tana Toraja, Makassar dan Bira; pengembangan pulau-pulau kecil di depan Kota Makassar ; dan pengembangan wisata bahari dan agrowisata.
5. Bidang Jasa dan Perdagangan
Di bidang jasa dan perdagangan, investasi bisa dikucurkan untuk pembangunan gedung perkantoran, pusat bisnis dan perdagangan, jasa ekspor/impor, perbankan dan pergudangan. Realisasi investasi di Sulawesi Selatan pada 2005 meningkat cukup signifikan. Untuk PMDN, di tahun itu terdapat lima investor. Dilihat dari nilai investasi PMDN, untuk Provinsi Sulawesi Selatan menempati urutan ke-11 dari 33 provinsi di Indonesia dengan total investasi sebesar Rp 473,7 miliar. Sedangkan untuk PMA, pada 2005 terdapat satu investor asing. Provinsi ini menduduki urutan ke-13 dari 33 provinsi di Indonesia yang menerima kucuran dana asing dengan nilai investasi US $ 67,1 Juta. Jangan khawatir berinvestasi di Sulawesi Selatan. Provinsi ini memiliki sejumlah keunggulan, diantaranya: (1) posisinya yang strategis secara ekonomi dan karenanya berperan sebagai pusat pelayanan angkutan udara dan laut di Indonesia Timur, sekaligus menjadi pusat pelayanan jasa perdagangan, industri dan perbankan; (2) wilayahnya yang relatif aman bagi kegiatan investasi di Indonesia dengan tingkat gejolak sosial dan komunitas buruh relatif rendah; (3) potensi sumberdaya alamnya beragam; (4) ketersediaan infrastruktur wilayah yang memadai bagi kegiatan investasi; (5) Indonesia Timur adalah pasar potensial yang belum termanfaatkan secara maksimal; (6) komitmen pemerintah daerah yang sangat kuat dalam mengembangkan investasi; (7) ketersediaan sumberdaya manusia yang berkualitas dan memadai; dan (8) ketersediaan lahan yang masih luas dan relatif murah.