35
BAB III PROGRAM RANCANGAN A. Aspek Site & Lingkungan 1. Analisa Penentuan Lokasi Site Kota Gorontalo terletak di Pulau Sulawesi yang berada pada posisi 00° 28’ 17” – 00° 35’ 56” LU dan 122° 59’ 44” – 123° 05’ 59” BT. Dilihat dari letak geografisnya, Gorontalo mempunyai posisi yang sangat strategis karena berada di Teluk Tomini yang menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan, pusat pendidikan dan pelayan jasa lainnya. Arah kebijaksanaan pembangunan di Provinsi Gorontalo menetapkan fungsi dan peranan Kota Gorontalo sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, dan pendidikan. Pemekaran wilayah Kota Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, yaitu: 1. Kecamatan Kota Selatan. 2. Kecamatan Kota Utara. 3. Kecamatan Kota Barat. 4. Kecamatan Kota Timur. 5. Kecamatan Kota Tengah. 6. Kecamatan Dungingi. 7. Kecamatan Dumbo Raya. 8. Kecamatan Hulonthalangi. 9. Kecamatan Sipatana.
36
Gambar 3.1 Peta Kota gorontalo
Fungsi dan peranan kota ini dituangkan dalam struktur ruang kota yang disebut dengan wilayah kota ( BWK ). Di Kota Gorontalo sendiri sudah terbagi dalam 5 BWK yang masing-masing memiliki rencana pengembangan dan fungsi sendiri, yaitu :
Gambar 3.2 Pembagian Batas-batas Wilayah Kota Gorontalo
37
BWK Utara Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Utara dan kecamatan Sipatana. dikecamatan Kota Utara antara lain Kelurahan Dulomo, Dulomo Selatan, Wongkaditi, Wongkaditi Barat, Dembe II, dan Dembe Jaya. Sedangkan dikecamatan Sipatana antara lain Kelurahan Bulotadaa, Bulotadaa Timur, Molosipat U, Tapa, dan Tanggikiki. BWK ini menjadi kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman. BWK Selatan Meliputi dua kecamatan yaitu kecamatan Kota Selatan dan kecamatan Hulandalangi. dikecamatan Kota Selatan antara lain Kelurahan Limba U I, Limba U II, Limba B, Biawa’o, dan Biawu. Sedangkan dikecamatan
Hulandalangi
antara lain Kelurahan Tenilo, Donggala, Siendeng, Tenda, dan Pohe. BWK ini menjadi pusat rekreasi, transportasi laut/pelabuhan, perdagangan dan kawasan konservasi. BWK Barat Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Dungingi dan Kecamatan Kota Barat. Dikecamatan Dungingi diantaranya Kelurahan Molosipat W, Libuo, Buladu, Tuladenggi, Huangobotu, Tomulabutao, Tomulabutao Timur dan Wumialo. Sedangkan dikecamatan Kota Barat antara lain Kelurahan Lekobalo, Dembe I, Pilolodaa, Buliide, dan Tenilo berfungsi sebagai pusat pemerintahan, kegiatan pendidikan, pusat transportasi regional dan pemukiman.
38
BWK Timur Meliputi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Dumbo Raya. Dikecamatan Kota Timur antara lain Kelurahan Heledulaa, Heledulaa Selatan, Moodu, Tamalate, Padebuolo, Ipilo, Budis, dan Tamalate. Sedangkan Kecamatan Dumbo Raya antara lain Kelurahan Botu, Talumolo, Leato Utara, dan Leato Selatan. sebagian wilayah kelurahan Padebuolo. BWK ini dijadikan sebagai pusat industri, kerajinan dan pemukiman. BWK Tengah Meliputi beberapa wilayah kelurahan di kecamatan Kota Tengah antara lain Kelurahan Dulalowo, Dulalowo Selatan, Liluwo, Pulubala, dan Paguyaman. Dikelurahan ini menjadi pusat perdagangan regional / grosir, perbelanjaan, pemerintahan, kawasan olahraga dan rekreasi, fasilitas peribadatan, kesehatan dan pendidikan. Pembagian BWK ini sangat berperan penting dalam penentuan lokasi objek rancangan. Berdasarkan BWK di atas, maka lokasi Islamic Center berada pada BWK Utara, tepatnya di Kelurahan Tanggikiki Kecamatan Sipatana Kota Gorontalo. a. Definisi Site Site adalah kapling yang akan dibangun suatu bangunan lengkap dengan flownya, sedangkan site adalah lokasi tempat berdirinya bangunan, dengan menganalisis site akan membantu perancang dalam pemilihan letak Main Entrance (ME), posisi layout dan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan perancangan.
39
b. Kriteria Site Salah satu hal yang cukup penting dalam pemilihan site adalah dengan memperhatikan kriteria-kriteria site yang memenuhi syarat dari segi fisik, tata lingkungan dan kebutuhannya : Berada di lokasi yang strategis. Lingkungan yang nyaman, tertib dan teratur. Akses dan kemudahan transportasi. Ketersedian jaringan utilitas. 1. Alternatif Penentuan site Dalam penentuan lokasi ini di ambil 2 (dua) alternatif site yang terpilih sebagai bahan pertimbangan untuk memperoleh lokasi site yang memenuhi kriteria di atas. alternatif site yang diambil tersebut yaitu : a. Site A berada dijalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili, terletak di kelurahan Tanggikiki. b. Site B berada dijalan Brigjen piola isa, terletak di kelurahan Wangkaditi. 2. Analisa Penentuan Site Dalam penentuan lokasi ini di ambil 2 ( dua ) alternatif site sebagai bahan pertimbangan untuk memperoleh lokasi site yang memenuhi kriteria di atas. Adapun dua alternatif site yang diambil tersebut yaitu:
40
1) Site A, berada di Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili, berdekatan dengan sarana pemukiman, perdagangan, dan pendidikan.
Gambar 3.3 Site A (Sumber : Hasil survey, 2013)
41
2) Site B, berada di Jalan Brigjen piola isa, berdekatan dengan sarana pendidikan, pemukiman, dan perdagangan.
Gambar 3.4 Site B (Sumber : Hasil survey, 2013)
42
Tabel 3.1 Pembobotan Pemilihan Site ALTERNATIF SITE A NO KRITERIA BOBOT KONDISI N B.N
1.
2.
Aksesibilitas
Sirkulasi
3.
Daya tarik
4.
Topografi dan kondisi tapak
5.
Kepadatan jalur lalu lintas
JUMLAH
25%
25%
30%
10%
10%
Pencapaian mudah karena berada di area pemukiman, perkontoran dan dapat dicapai melalui jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili dan jalan Pangeran Hidayat. Pencapaian dari segala arah mudah. Dekat dengan fasilitas penunjang ruang publik Topografi tanah berkontur. Aktivitas di jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili dan lalu lintas cukup tinggi
12,5 %
0,5%
12,5 %
0,5%
15%
0,3%
3%
0,3%
3%
Pencapaian mudah karena berada di area pemukiman, dan dapat dicapai melalui jalan Brigjen piola isa
0,5%
12,5%
Pencapaian hanya melalui jalan Brigjen piola isa
0,5%
12,5%
Jauh dari fasilitas public
0,3%
9%
0,3%
3%
0,3%
3%
Tanah datar dan tidak berkontur.
Aktivitas lalu lintas cukup tinggi
46%
100%
Keterangan nilai : 0,5 = Baik Catatan: N
0,5%
ALTERNATIF SITE B KONDISI N B.N
40%
0,3 = Cukup 0,1 = Kurang
= Nilai
B.N = Bobot x Nilai Dari hasil pembobotan yang sesuai dengan kriteria pemilihan site pada tabel 4.1, maka site yang terpilih adalah Site A.
43
View dari arah site ke arah timur adalah kawasan pemukiman
View dari arah site ke arah selatan adalah lahan kosong untuk Pertanian
View dari arah site ke arah utara adalah kawasan pemukiman
View dari arah site ke arah barat adalah kawasan pemukiman
Gambar 3.5 Pemilihan Lokasi Makro (Sumber : Hasil survey, 2013)
3. Analisa Data Site Batas-batas Sebelah Utara
: Kawasan pemukiman
Sebelah timur
: Kawasan pemukiman
Sebelah Selatan
: Lahan kosong untuk pertanian
44
Sebelah Barat
: Kawasan pemukiman
Kondisi administratif Kota
: Gorontalo
Kecamatan
: Sipatana
Kelurahan
: Tanggikiki
Kondisi fisik site Luasan site
: ± 13,778,00 m²
Kemiringan site
: 0%
4. Analisa Site Terdapat beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam perancangan ini. Salah satunya adalah kondisi site. Untuk mendukung perancangan site haruslah memenuhi syarat-syarat akan menjadi pertimbangan dalam perancangan untuk kemudian dicari alternatif-alternatif perancangan yang sesuai dengan kondisi eksisting site melalui analisis site. Di antara analisis site meliputi analisis terhadap pencapaian, sirkulasi, pergerakan matahari, arah angin, kebisingan dan view. a. Pencapaian Pencapaian ke site adalah pencapaian melalui jalan yang terdapat di sisi-sisi site, jarak tempuh dari bandara ke lokasi sekitar 2 jam perjalan sedangkan jarak tempuh dari pelabuhan ke lokasi sekitar 3 jam perjalan. Adapun alat transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi antara lain dengan angkutan kota (angkot), kendaraan pribadi, kendaraan roda dua, atau pada saat tertentu juga dilalui oleh bus yang tujuannya adalah wisata. Untuk mencapai lokasi memang masih belum
45
ada akses berupa jalan masuk ke lokasi, karena lahan yang masih terbuka dan alami, sehingga untuk masuk ke lokasi cukup dengan masuk ke lokasi secara langsung. Selain itu, akses dari penduduk sekitar yang melakukan rutinitas bertani di site, menambah banyaknya akses ke site yang timbul secara alami juga. Site terletak pada kawasan yang sedang berkembang, dan dikhawatirkan nantinya akan dapat menimbulkan masalah kemacetan, oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap sistem pengaturan sirkulasi kendaraan dalam disain sehingga tidak menambah kepadatan yang akan menimbulkan kemacetan. Dalam disain, sirkulasi kendaraan pada entrance utama ke dalam site akan dipisahkan dengan sirkulasi kendaraan yang keluar. Hal ini berdasarkan pada pertimbangan atas site yang masih terbuka dan juga untuk memberikan ruang yang cukup terhadap sirkulasi kendaraan keluar-masuk site.
Gambar 3.6 Analisis Aksesibilitas (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
46
Berdasarkan gambar 3.6 dapat diketahui bahwa akses masuk ke site hanya melalui jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili yang berada di sebelah timur dari site. Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili sendiri merupakan jenis jalan kolektor sekunder yang mempunyai 8 m, terdiri dari 2 jalur dan 2 lajur. Maka dari itu, untuk memudahkan akses ke site dapat ditentukan oleh pola sirkulasi dalam site dan sirkulasi di sekitar site. Berdasarkan fungsinya, pencapaian ke site dibagi menjadi dua jenis (Setiono, 2004), yaitu main enterance, yang merupakan pencapaian utama dan pintu keluar utama. Sedangkan yang kedua adalah side enterance, yaitu pencapaian kedua dan bersifat servis, serta dapat digunakan sebagai pintu keluar. Tanggapan perletakan model pencapaian dalam perancangan adalah antara main enterance dan side enterance diletakkan sejajar dengan pintu masuk dan keluar utama. Meskipun demikian, jarak antaranya tidak terlampau jauh dan cukup memberikan kesan bahwa jalur pencapaian tersebut adalah jalur pencapaian khusus. Berbeda dengan jalur pencapaian utama baik masuk ataupun keluar yang secara simbolik adalah pencapaian ke bangunan yang bersifat umum. Adapun sebagai tanggapan terhadap kondisi site yang demikian seperti yang dijelaskan di atas, terdapat beberapa alternatif penyelesaian pencapaian. Di antara model aternatif pencapaian tersebut adalah akses linier dan yang kedua adalah akses yang membentuk lingkaran. Model akses linier, yaitu akses masuk dan keluar site berupa garis lurus. Model akses ini kelebihannya adalah untuk masuk ke site lebih mudah dari arah timur, namun menjadi masalah ketika keluar site. Permasalahan itu adalah pandangan yang terbatas terhadap arus kendaraan yang melintas arah timur.
47
Sedangkan akses lingkaran dilakukan untuk mengantisipasi secara langsung dengan kendaraan yang berlalu-lalang di jalan raya, sekaligus menghindari kemacetan karena kendaraan yang melintasi jalan adalah lebih banyak yang berasal dari arah barat, sehingga alternatif ini memungkinkan bagi pengunjung ketika keluar site dapat secara langsung melihat terhadap kendaraan yang datangnya dari barat. Namun kelemahan dari sistem sirkulasi yang demikian adalah efektivitas waktu tempuh yang relatif lebih banyak untuk memasuki site. b. Pola Pencapaian Linier
Gambar 3.7 Pola Pencapaian Linier (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
48
b. Pola Pencapaian Melingkar (Circle)
Gambar 3.8 Pola Pencapaian Melingkar (Circle) (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
5. Analisa Sirkulasi Kepadatan kendaraan yang berada di sekitar site turut memberikan pengaruh terhadap pola sirkulasi yang ada. Hal ini terjadi karena bangunan Islamic Center merupakan sarana publik yang diakses oleh seluruh masyarakat di Gorontalo maupun di luar Gorontalo, sehingga sirkulasi menjadi sangat penting dalam perancangan. Di site, saat ini sirkulasi kendaraan hanya berkisar di Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili dari arah barat ke timur atau timur ke barat, sedangkan sirkulasi untuk pejalan kaki masih menggunakan jalan yang terbentuk secara alami karena sering dilalui untuk kegiatan bertani.
49
Gambar 3.9 Analasis Sirkulasi (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Dalam perancangan, sirkulasi pejalan kaki mempunyai porsi yang lebih besar dibanding kedua sirkulasi yang lainnya, dimana sirkulasi yang diperbolehkan berada di dalam site hanya sirkulasi pejalan kaki.
Gambar 3.10 Konsep Sirkulasi (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
50
a. Sirkulasi pejalan kaki Sirkulasi pejalan kaki pada perancangan ini adalah sama seperti sirkulasi pejalan kaki pada umumnya, karena mengingat perancangan ini merupakan fasilitas umum yang dimana pejalan kaki memang harus mendapatkan perhatian yang lebih, oleh karena itu sirkulasi pejalan kaki mendapatkan porsi yang lebih besar daripada sirkulasi kendaraan. Sirkulasi kendaraan pada perancangan Islamic Center ini hanya diperbolehkan melalui dropping area sedangkan untuk sirkulasi pejalan kaki dinaikkan agar tidak terjadi cross.
Gambar 3.11 Alternatif Sirkulasi (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Model gambar di atas adalah berlaku pada bangunan publik umumnya, sehingga pada bangunan Islamic Center ini bisa diterapkan. Selain itu, sirkulasi ini bisa diterapkan ke berbagai tema dalam perancangan, seperti arsitektur hijau, hi-tech ataupun pada tema yang lainnya. Untuk sirkulasi di dalam bangunan secara umum sirkulasi yang diterapkan tetap cenderung satu arah terhadap massa bangunan yang ada, tetapi pada titik tertentu terdapat percabangan, hal ini lebih dikarenakan terdapatnya beberapa fasilitas dan bangunan yang ada dalam satu
51
massa sehingga dapat memudahkan bagi pejalan kaki untuk mencapai tujuannya tanpa harus melewati fasilitas-fasilitas bangunan yang tidak dikehendaki. b. Sirkulasi kendaraan bermotor Sirkulasi kendaraan memiliki porsi yang lebih kecil, dalam perancangan sirkulasi kendaraan dan pejalan kaki benar-benar terpisah agar tidak terjadi cross. Sirkulasi kendaraan tidak diperbolehkan berada dalam lingkungan site, hanya diperbolehkan melalui area entrance utama untuk dropping area lalu sirkulasi diarahkan pada pintu keluar atau masuk ke area parkir. Entrance kendaraan benarbenar terpisah dari entrance pejalan kaki sehingga untuk mencapai entrance utama para penumpang harus turun pada dropping area setelah itu berjalan kaki menuju entrance utama bangunan. Entrance kendaraan terbagi menjadi 2, yaitu mobil dan sepeda motor yang terpisah, hal ini dimaksudkan agar keduanya tidak saling mengganggu dan memakan sirkulasi kendaraan yang lain sehingga lebih teratur yang diantaranya diberi jalur hijau. Pintu masuk dan pintu keluar kendaraan tidak diletakkan dalam satu area, hal ini bertujuan untuk menghindari kepadatan kendaraan yang akan masuk dan keluar dari site sehingga tidak menimbulkan kemacetan dan menghindari terjadinya crossing. Lebar jalan yang sediakan untuk sirkulasi kendaraan disesuaikan dengan kebutuhan untuk satu mobil dan satu arah selebar 6 m, kecuali pada dropping area dirancang lebih lebar hal ini untuk mengantisipasi penumpukan mobil pada area ini saat menurunkan penumpang.
52
c. Sirkulasi parkir Perancangan area parkir merupakan kegiatan untuk menopang perencanaan ruang luar dari perancangan Islamic Center sehingga kegiatan-kegiatan yang akan ditampung di dalam bangunan tidak terganggu. Adapun model sirkulasi parkir pada perancangan Islamic Center ini terdapat dua alternatif, yaitu sistem parkir 90° dan sistem parkir 45°. Kemudian dari dua model ini dibedakan lagi menjadi dua jenis peruntukan lahan parkir, yang pertama parkir untuk pengelola dan yang kedua adalah parkir untuk pengunjung.
Gambar 3.12 Model Sistem Parkir (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
53
6. Analisa Pergerakan Matahari Kondisi site yang berada di pinggir jalan dan ketinggian bangunan disekitar yang rata-rata 1 sampai dua lantai, menyebabkan site terkena sinar matahari langsung dari barat dan timur.
Gambar 3.13 Analisis Pergerakan Matahari (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Untuk perlindungan bangunan terhadap sinar matahari langsung adalah (Georg Lippsmeier, 1997):
Facade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang menimbulkan pertambahan panas.
Diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu seluruh bangunan karena bila langit tertutup awan maka semua bidang langit merupakan sumber cahaya.
Selain itu, alternatif lain untuk mengurangi cahaya yang mengenai bangunan dan ruang-ruang di dalamnya adalah dengan memberikan penghalang baik berupa
54
vegetasi maupun shading device pada muka bangunan yang berhadapan langsung dengan matahari. Juga dengan penerapan bentukan atap bukan datar yang memungkinkan untuk memberikan kenyamanan dalam ruang.
Gambar 3.14 Tanggapan Terhadap Sinar Matahari (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
7. Analisa Arah Angin Berdasarkan hasil obervasi langsung pada lokasi perancangan, pada saat dilakukan observasi diperoleh data bahwa angin paling banyak adalah berasal dari arah barat.
55
Gambar 3.15 Analisis Arah Angin (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Maka dari itu, perlu sebuah upaya penanggulan angin supaya angin tidak masuk secara drastis ke bangunan, salah satu upayanya adalah dengan memecah angin keluar dan sebagian kedalam lokasi. Hal ini dilakukan karena angin merupakan bagian penting penyelesaian arsitektur secara alami untuk masalah pendinginan ruang.
Gambar 3.16 Tanggapan Terhadap Arah Angin (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
56
Untuk perencanaan angin sendiri adalah memainkan vegetasi, vegetasi yang dimaksud adalah pohon yang mempunyai daun lebat. Selain sebagai tanggapan terhadap penyinaran langsung matahari juga berguna untuk penyelesaian terhadap permasalahan angin. Adapun untuk perencanaan vegetasinya adalah dengan memainkan ketinggian dari pohon tersebut. Di antara vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang mempunyai nilai selain keindahan secara arsitektural, namun juga dapat diambil manfaat dari keberadaan vegetasi tersebut serta merupakan bagian dari unsur kesetempatan. Misalnya pohon mangga, sebagai salah satu pohon yang banyak terdapat di Kota Gorontalo. Keuntungan yang dapat diraih adalah nilai ekonomis dan juda lebatnya daun yang mampu menahan angin dan debu.
Gambar 3.17 Pohon Mangga dan Alternatif Pemecahan Angin (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Selain penyelesaian secara alami seperti yang tersebut pada paparan di atas, sebagai penyelesaian secara arsitektural yaitu dengan permainan permukaan bangunan. Dalam penerapan pada perancangan, bangunan lebih diarahkan pada
57
upaya untuk mengarahkan angin sekaligus membatasi jumlah angin yang masuk bukan untuk menahan angin. 8. Analisa Kebisingan Di Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili Kota Gorontalo, untuk saat ini hampir tidak ada penghalang yang mampu meredam tingkat kebisingan pada site. Faktor yang menyebabkan kebisingan bisa sampai ke site adalah permukaan site yang datar sehingga tidak penghalang suara bising masuk ke site.
Gambar 3.18 Analisis Kebisingan (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Dari gambar 3.18 terlihat bahwa sumber kebisingan paling kuat adalah dari Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili yang merupakan jalan raya dengan dua arah dan terdiri dari dua lajur. Banyaknya kendaraan bermotor yang melalui jalur tersebut mengakibatkan suara bising yang sangat mengganggu kenyaman dalam bangunan. Hal yang dilakukan dalam mengantisipasi kebisingan yang terjadi adalah dengan menghalangi kebisingan masuk secara langsung ke bangunan dengan vegetasi.
58
Selain penyelesaian dengan vegetasi seperti yang disebutkan di atas, terdapat penyelesaian lain yaitu dengan pola penataan massa bangunan. Pola penataan massa tersebut adalah memberikan ruang yang cukup terbuka dengan maksud memberikan jarak antara sumber kebisingan ke bangunan. Semakin jauh sumber kebisingan ke bangunan maka semakin berkurang intensitas kebisingan yang sampai ke bangunan.
Gambar 3.19 Tanggapan Terhadap Kebisingan (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
Sumber kebisingan lain adalah berasal dari aktivitas warga di sekitar site, yaitu bertani. Namun intensitasnya bisa dikatakan tidak terlalu mengganggu sehingga penangannya adalah dengan memanfaatkan vegetasi yang selain berfungsi sebagai penahan angin pada site. Perlakuan yang lain selain penanaman vegetasi adalah dengan meletakkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan lebih, seperti misalnya Masjid, ruang kelas atau perpustakaan menjauh dari sumber bising.
59
9. Analisa Pandangan (View) View dalam perancangan sangat penting mengingat dalam sebuah perancangan adalah upaya menghadirkan objek visual yang disebut dengan nilai arsitektural. Meskipun demikian, bukan berarti aspek di sekitar perancangan tidak menjadi daya tarik visual. Maka dari itu, dalam perancangan Islamic Center ini objek view dibagai menjadi dua yaitu view ke dalam site dan view ke luar site. Sebagai objek visual, tentunya hasil perancangan adalah dibuat semenarik mungkin apalagi bangunan tersebut adalah bangunan publik. Seperti pada perancangan Islamic Center ini. Namun secara objek perancangan adalah bangunan publik, Islamic Center juga bangunan Islam yang landasannya jelas (alQur’an dan Al-Hadits) mengajarkan untuk tidak terlalu angkuh terhadap lingkungan sekitar. Seolah-olah bangunan berdiri sendiri dan tidak menyatu dengan bangunan dan alam sekitar site.
Gambar 3.20 View ke dalam Site (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
10.
Analisa View Keluar Site
60
Titik penting yang direspon viewnya adalah sepanjang Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili, hal ini dikarenakan dari area tersebut merupakan akses utama menuju site. Disamping itu, rata-rata bangunan di sekitar adalah pemukiman penduduk yang secara arsitektur tidak terlalu mencolok, sehingga prioritas dari view ke dalam dan ke luar adalah ke ruas Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili.
Gambar 3.21 Analisis View (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
B. Analisa Program 1. Fungsi Dua fungsi pokok dari Islamic Center, yaitu pembinaan dan pengembangan agama Islam merupakan kooperasi dari kebutuhan-kebutuhan yang nantinya terakumulasi dalam sub-sub kebutuhan. Sehingga dari hal tersebut, dapat diidentifikasi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan pembinaan dan kebutuhankebutuhan terkait dengan pengembangan. Dalam perancangan, fungsi-fungsi yang harus diwadahi berdasarkan hal tersebut di atas adalah:
61
Ibadah Pembinaan, pengembangan dan penelitian (PPP) Pengelolaan Komersil Informasi dan Rekreasi Servis Dari 6 fungsi yang diwadahi oleh Islamic Center, dapat dikelompokkan menjadi tiga fungsi berdasarkan tingakat kepentingannya, yaitu: Fungsi Primer, yaitu fungsi utama dari bangunan, antara lain sebagai sarana peribadatan dan sarana pembinaan, pengembangan dan penelitian. Fungsi Sekunder, yaitu merupakan fungsi yang muncul akibat adanya kegiatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan utama. Fungsi Penunjang, merupakan kegiatan yang mendukung terlaksananya semua kegiatan yang ada di Islamic Center.
62
Gambar 3.22 Diagram Fungsi Islamic Center (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
2. Pengguna dan Aktivitas a. Pengguna Para pengguna atau pelaku yang berada di Islamic Center ini terdiri dari: 1) Pengelola Pengelola
adalah
orang-orang
yang
beraktivitas
di
bidang
perkantoran/administrasi, mengontrol pemeliharaan gedung/ruang yang ada, juga mengawasi jalannya kelancaran pelaksanaan kegiatan pada bangunan melalui penyediaan dan pengaturan fasilitas yang ada. Aktivitas pengelola adalah aktivitas struktural kelembagaan yang terkait secara langsung dengan fungsi bangunan, hal ini untuk menjaga stabilitas pengelolaan. Beberapa aktivitas yang yang dilakukan oleh pengelola adalah seperti yang tercantum dalam tabel. 2) Pengunjung Perubahan sosial budaya dan cara pandang keagamaan dalam masyarakat berpengaruh besar terhadap pengunjung yang datang pada Islamic Center. Pengunjung Islamic Center tidak hanya berasal dari wilayah Provinsi Gorontalo saja, namun dikarenakan lokasinya berada pada Kota Gorontalo yang sebagai Ibu
63
kota Provinsi Gorontalo, maka kemungkinan pengunjung yang datang adalah dari wilayah Provinsi Gorontalo dan bahkan masyarakat luar daerah. Pengunjung dalam Islamic Center dibagi dalam beberapa macam yaitu : Pengunjung umum yang datang untuk menggunakan fasilitas umum yang ada atau untuk sekedar berjalan-jalan. Pengunjung umum yang datang untuk mengadakan transasksi sewa gedung, membeli souvenir. Pengunjung khusus yang datang untuk menghadiri undangan atau pengajian Pengunjung khusus yang melakukan aktivitas belajar, kursus dan mengajar. b. Skema Aktivitas Pengguna 1) Pengelola Merupakan kelompok yang memberikan layanan pada pengunjung dan juga sebagai kelompok yang mempunyai kekuasaan untuk membuat dan melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk mengatur. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ini diantaranya:
Pengelola secara umum Datang: - berjalan - parkir kendaraan
64
Enterance
Kegiatan dalam bangunan: - Melakukan aktivitas sesuai bidang masingmasing
Pulang: - berjalan kaki - naik kendaraan
Gambar 3.23 Skema Aktivitas Pengelola dalam Islamic Center
Pengajar/Instruktur Datang: - berjalan - parkir kendaraan
Enterance
Kegiatan dalam bangunan: - Mengajar - Membimbing - Memberi pelatihan
Pulang: - berjalan kaki - naik kendaraan
Gambar 3.24 Skema Aktivitas Pengajar/Instruktur dalam Islamic Center
2) Pengunjung
65
Pengunjung umum Datang: - berjalan - parkir kendaraan
Enterance
Informasi
Kegiatan dalam bangunan: - Berjalan-jalan - Melihat-lihat - Menggunakan fasilitas - I’tikaf - Mendengarkan ceramah agama
Pulang: - berjalan kaki - naik kendaraan
Gambar 3.25 Skema Aktivitas Pengunjung dalam Islamic Center
Pengunjung khusus Datang: - berjalan - parkir kendaraan
Enterance
Enterance
Kegiatan dalam bangunan: - Mengikuti pelatihan dan pendidikan - Ekplorasi kemampuan diri - Menggunakan fasilitas - diskusi Gambar 3.26 Skema Aktivitas Pengunjung Khusus dalam Islamic Center
3. Kebutuhan Ruang
Pulang: - berjalan kaki - naik kendaraan
66
Dari hasil analisis fungsi dan studi literatur, maka ruang-ruang yang dibutuhkan dalam Islamic Center adalah: Kelompok primer, merupakan kelompok yang terdiri dari fungsi ibadah, pembinaan, pengembangan dan penelitian (PPP) dan pengelolaan, yaitu: Masjid Kantor pengelola Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian Perpustaan Pusat Konsultasi Ke-Islaman Kelompok sekunder, merupakan kelompok yang terdiri dari fungsi komersil dan informasi dan hiburan, yaitu: Ruang Pertemuan Pujasera Mess Taman Kelompok penunjang, merupakan kelompok yang terdiri dari servis, yaitu:
Pos keamanan Gudang Parkir
Tabel 3.2 Kebutuhan Ruang Masjid
67
Sifat Ruang No 1 1.
Fasilitas 2 Masjid
No
Nama Ruang
3 1.
4 R. Imam/Mihrab dan mimbar R. shalat/liwan utama R. Serambi luar R. Wudhu pria R. Wudhu wanita Toilet pria (urinoir) Toilet pria (WC) Toilet wanita (WC) R. Electrikal/audio Gudang
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Publik
Privat
Service
5
7
8
Tabel 3.3 Kebutuhan Ruang Pengelola Sifat Ruang No
Fasilitas
No
1 2.
2 Kegiatan Pengelola
3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Nama Ruang 4
Publik
Privat
Service
5
7
8
R. Ketua R. Sekretaris ketua R. Kabag administrasi umum R. Kabag publikasi R. Kabag keuangan R. Kabag personalia R. Kabag. Perijinan, Properti dan Maintenance R. Kabag pemasaran R. Staf administrasi umum R. Staf publikasi R. Staf keuangan R. Staf personalia R. Staf Perijinan, Properti dan Maintenance R. Staf pemasaran R. Editor dan percetakan R. Rapat R. Tamu R. Arsip R. Istirahat dan pantry Locker Toilet Gudang
Tabel 3.4 Kebutuhan Ruang Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian
68
Sifat Ruang No
Fasilitas
No
1 3.
2 Kegiatan Pusat pembinaan, pengemban gan dan penelitian
3 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
No
Fasilitas
1 4.
2 Kegiatan Perpustaka an
No 1 5.
Nama Ruang 4
Publik
Privat
Service
5
7
8
Hall room
R. Kelas R. Pengajar R. Laboratorium bahasa R. Laboratorium komputer R. Laboratorium Kajian Al Qur’an Auditorium Toilet Gudang
Tabel 3.5 Kebutuhan Ruang Perpustakaan Sifat Ruang No Nama Ruang Publik Privat Service 3 1.
Lobby
4
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
R. Penitipan R. Baca R. Koleksi R. Katalog R. Audio visual R. Diskusi R. Administrasi R. Fotokopi Toilet Gudang
5
7
8
Tabel 3.6 Kebutuhan Ruang Pusat konsultasi ke-islaman Sifat Ruang Fasilitas No Nama Ruang Publik Privat Service 2 Kegiatan Pusat konsultasi ke-islaman
3 1.
R. Ketua
4
2. 3.
R. Sekretaris R. Praktek Konsultasi
5
7
8
69
4. 5. 6.
No
Fasilitas
1 6.
2 Kegiatan Pertemuan
R. Receptionis R. Tunggu Toilet
Tabel 3.7 Kebutuhan Ruang Pertemuan Sifat Ruang No Nama Ruang Publik Privat 3 1.
4 Hall
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Lobby Loket R. Antri loket Stage/panggung Tribun R. Ganti R. Kontrol Gudang instrumen Gudang peralatan panggung R. Staf panggung Toilet umum Toilet pemain
11. 12. 13.
5
7
Service 8
Tabel 3.8 Kebutuhan Ruang Pujasera Sifat Ruang No 1 7.
Fasilitas 2 Kegiatan Pujasera
No
Nama Ruang
3 1.
Hall
4
2. 3. 4. 5. 6. 7.
R. Makan Dapur Pantry Counter Gudang Toilet
Publik
Privat
Service
5
7
8
Tabel 3.9 Kebutuhan Ruang Mess Sifat Ruang No 1 8.
Fasilitas 2 Kegiatan Mess
No
Nama Ruang
3 1.
Lobby
4
2. 3. 4. 5.
Hall R. Receptionist R. Kamar Kamar mandi + toilet
Publik
Privat
Service
5
7
8
70
6. 7. 8.
No 1 9.
No 1 10.
Dapur Pantry Gudang
Tabel 3.10 Kebutuhan Ruang Pos keamanan Sifat Ruang Fasilitas No Nama Ruang Publik Privat Service 2 Kegiatan Pos keamanan
3 1.
Pos pusat
4
2.
Pos penjagaan
5
7
8
Tabel 3.11 Kebutuhan Ruang Servis dan lapangan parkir Sifat Ruang Fasilitas No Nama Ruang Publik Privat Service 2 Kegiatan Ruang servis dan lapangan parkir
4. Hubungan Ruang
3 1.
Loading dock
4
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
R. Genzet R. Pompa R. Mesin AC R. Trafo listrik Tandon air Gudang Parkir Sirkulasi parkir
5
7
8
71
72
Gambar 3.27 Hubungan Ruang
5. Pola Organisasi Ruang
73
1. Pola Organisasi Ruang Mikro
a. Masjid
Gambar 3.28 Pola Organisasi Ruang Masjid (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
b. Kantor pengelola
Gambar 3.29 Pola Organisasi Ruang Kantor Pengelola (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
c. Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian
74
Gambar 3.30 Pola Organisasi Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
d. Perpustakaan
Gambar 3.31 Pola Organisasi Ruang Perpustakaan (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
e. Pusat konsultasi ke-Islaman
75
Gambar 3.32 Pola Organisasi Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
f. Ruang Pertemuan
Gambar 3.33 Pola Organisasi Ruang Ruang Pertemuan (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
76
g. Pujasera
Gambar 3.34 Pola Organisasi Ruang Pujasera (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
h. Mess
Gambar 3.35 Pola Organisasi Ruang Mess (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
77
i. Pos keamanan
Gambar 3.36 Pola Organisasi Ruang Pos Keamanan (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
j. Servis dan lapangan parkir
Gambar 3.37 Pola Organisasi Ruang Servis dan Lapangan Parkir (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
78
2. Pola organisasi ruang makro
Gambar 3.38 Diagram Pola Organisasi Ruang Makro (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
6. Sirkulasi Ruang Dalam perancangan Islamic Center terdapat banyak aktifitas, fungsi, dan fasilitas sehingga konsep yang digunakan adalah massa banyak yang terbagi menurut jenis kegiatan dan sifat dari tiap-tiap bangunan. Dengan melihat letak dan karakter site yang memanjang sangat menunjang realisasi secara berurutan dalam perancangannya. Maka dari itu, perlu direncakan pola sirkulasi baik yang terdapat pada bangunan-bangunan maupun pada site, sehingga memberikan kemudahan dalam mengakses fasilitas-fasilitas dalam Islamic Center itu sendiri. Berikut analisa pola sirkulasi yang cocok untuk diterapkan dalam perancangan ini.
79
Tabel 3.12 Pola Sirkulasi
No 1.
Pola sirkulasi Linier
Kelebihan
Pola ini sangat sesuai dengan ruang-ruang formal dan 2.
3.
4.
5.
Kekurangan
Monoton
Radial Sirkulasi bebas ke sehala arah dan mempersingkat pencapaian.
Pemborosan penggunaan ruang (membutuhkan ruang yang sangat luas).
Sirkulasi dinamis dan mengarahkan.
Jarak tempuh lama (memakan waktu yang banyak)
Sesuai dengan sirkulasi pada ruang-ruang formal karena keteraturannya
Monoton dan cenderung membingungkan
Spiral
Grid
Jaringan
Sirkulasi bebas dan tidak monoton
Membingungkan
80
6.
Komposit Fleksibel, dan menjadikan alur sirkulasi menjadi dinamis
Membingungkan
Berdasarkan hasil perbandingan beberapa pola sirkulasi, maka diambil beberapa pola atau model yang bersesuaian dengan perancangan. Maka dari itu, pola sirkulasi tersebut diterapkan ke dalam dua model sirkulasi, yaitu sirkulasi dalam bangunan dan sirkulasi site. Untuk sirkulasi dalam bangunan, pola sirkulasi yang diambil adalah pola sirkulasi linier, sedangkan untuk sirkulasi site pola sirkulasi yang diambil adalah sirkulasi linier dan sirkulasi radial. Pengambilan model tersebut didasarkan pada sifat dan kebutuhan sirkulasi yang ada pada bangunan maupun site. 7. Orientasi Ruang Arah orientasi bangunan pada Islamic Center adalah mengambil dari orientasi umat Islam saat menjalankan ibadah shalat yaitu mengahadap kearah kiblat. Untuk daerah Gorontalo dan sekitarnya arah orientasi ini mengarah pada 23° kearah barat laut. Namun tidak semua bangunan berorientasi pada arah tersebut, melainkan arah orientasi Masjid sebagai sentral dari Islamic Center. Sedangkan bangunan yang lain adalah menyesuaikan dengan arah site yang kebetulan secara orientasi kemiringannya adalah mendekati arah 23° ke barat laut. site yang diambil sangat tepat mengarah pada 23° kearah barat laut yang menghadap pada jalan utama, sehingga sangat memudahkan untuk menentukan pola pembagian
81
area yang nantinya sangat mempermudah untuk menentukan pola peletakan massa dalam perancangan.
Gambar 3.39 Gambar Orientasi Ruang (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
8. Analisis Ruang Luar Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui potensi sebuah lingkungan yang pada akhirnya nanti bisa dikembangkan untuk kebutuhan penciptaan suasana luar ruangan yang kondusif. Selain itu, elemen-elemen yang ada pada bangunan baik yang berada di dalam ataupun diluar bangunan dapat saling mendukung satu sama lain. Dalam perencanaan ruang luar hal-hal yang harus diperhatikan adalah: Pengolahan ruang luar harus jelas antara penggunaan sebagai sirkulasi kendaraan ataupun sebagai sarana publik. Keberadaan ruang luar harus kegiatan yang ada di dalam bangunan. Penghijaun adalah otoritas yang harus di utamakan untuk memberikan kesejukan dalam bangunan maupun lingkungan sekitar. Ruang luar berdasarkan jenisnya dibedakan menjadi 2, yaitu pertama ruang luar aktif merupakan ruang luar yang digunakan untuk mendukung kegiatan yang
82
ada dalam bangunan, misalnya penyediaan lahan parkir. Sedangkan yang kedua adalah ruang luar pasif
merupakan ruang luar yang tidak terdapat kegiatan.
Namun, biasanya pada ruang luar pasif ini dapat digunakan untuk lahan penghijauan, resapan air, ditanam tumbuhan untuk barrier kebisingan, dan tempat perletakan lampu taman untuk penerangan. 9. Besaran Ruang Besaran ruang yang dibutuhkan pada perancangan Islamic Center didasarkan pada standard luasan yang umum dipakai, yaitu: NAD : Neufert Architect’s Data
Selain itu, juga dilakukan studi banding terhadap dimensi objek sejenis dan literatur yang berhubungan dengan objek. a. Masjid Masjid adalah fasilitas utama yang harus ada dalam perancangan, karena hal ini terkait langsung dengan fungsi bangunan secara umum. Dalam perancangan masjid ini elemen pokok yang terdapat dalam masjid serta nilai-nilai Islam dan mengikuti ketentuan yang ada antara lain: Kiblat Kiblat adalah arah orientasi bagi umat Islam dalam menjalankan ibadah shalat yang menghadap ke Ka’bah di Mekkah. Untuk daerah Gorontalo dan sekitarnya arah orientasi tersebut berada pada 23º kearah Barat Laut. Mihrab dan Mimbar Mihrab adalah tempat dimana imam memimpin shalat berjamaah yaitu tempat paling depan saat melakukan shalat, sedangkan mimbar adalah tempat pemuka
83
agama untuk berkhotbah dan memberikan ceramah keagamaan didepan jamaah. Pada umumnya Mihrab dan Mimbar berada dalam satu tempat, hal ini disebabkan karena selain keduanya terletak paling depan, penceramah juga bertindak sebagai imam shalat. Liwan Liwan adalah ruang bagi para jamaah, baik saat shalat maupun saat mendengarkan ceramah agama. Ruang Wudhu Ruang ini berfungsi untuk para jamaah untuk mensucikan diri sebelum melaksanakan ibadah Shalat. No.
Ruang
Tabel 3.13 Besaran Ruang Masjid Standard Sumber Perhitungan
Luasan
1.
R. Imam/Mihrab dan mimbar
0,6 x 1,2 = 0,72 m²/orang
NAD
0,72 x 4 orang = 2,88 m²
2,88 m²
2.
R. shalat/liwan utama
0,6 x 1,2 = 0,72 m²/orang
NAD
720 m²
3.
R. Serambi luar
0,6 x 1,2 = 0,72 m²/orang
NAD
4.
R. Wudhu pria
Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas. Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m²/orang
NAD
Asumsi jemaah yang akan ditampung adalah 1000 orang, maka : 0,72 m² x 1000 orang = 720 m² Asumsi jemaah yang akan ditampung adalah 500 orang, maka : 0,72 m² x 500 orang =360m² Asumsi jemaah pria adalah 70% x 1500 orang = 1050 orang Tempat wudhu = 0,01 x 1050 = 10,5 orang (dibulatkan menjadi 11 orang), maka : 11 x 0,9 = 9,9 m²
360 m²
9,9 m²
84
5.
R. Wudhu wanita
Tempat wudhu = 0,01 x kapasitas. Satu tempat wudhu = 0,9 x 1 = 0,9 m²/orang
NAD
6.
Toilet pria (urinoir)
Jumlah urinoir = 0.003 x kpsts. Satu urinoir = 0,6 x 0, 8 = 0,48 m²/orang
NAD
7.
Toilet pria (WC)
500 orang. 1 WC = 1,25 x 2 = 2,5 m²/orang
NAD
8.
Toilet wanita (WC)
1 WC untuk 250 orang. 1 WC = 1,25 x 2 = 2,5 m²/orang
NAD
9.
R. Electrikal/audio
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
Gudang
Asumsi
10. Sirkulasi 11. Total
30% x luas total
Asumsi jemaah wanita adalah 30% x 1500 orang = 450 orang Tempat wudhu = 0,01 x 450 = 4,5 orang (dibulatkan menjadi 5 orang), maka : 5 x 0,9 = 4,5 m² Asumsi jemaah pria adalah 70% x 1500 orang = 1050 orang Jumlah urinoir = 0,003 x 1050 = 3,15 orang (dibulatkan menjadi 4 orang), maka : 4 x 0,48 = 1,92 m² Asumsi jemaah pria adalah 70% x 1500 orang = 1050 orang Jumlah WC = 1050 : 500 = 5orang,maka :2 x 2,5 = 5 m² Asumsi jemaah wanita adalah 30% x 1500 orang = 450 orang Jumlah WC = 450 : 250 = 2 orang, maka : 2 x 2,5 = 5 m² Asumsi untuk 5 orang adalah 2 x 5 = 10 m² Asumsi untuk 5 orang
4,5 m²
30% x 1139,2 = 341,76 m²
341,76 m²
Luasan total + sirkulasi = 1139,2 + 341,76 = 1477,96 m²
1477,96 m²
1,92 m²
5 m²
5 m²
10 m²
20 m²
85
b. Kantor pengelola No. 1.
Ruang
Tabel 3.14 Besaran Ruang Kantor Pengelola Standard Sumber Perhitungan
Luasan
R. Ketua
49 m²
NAD
1 ruang
49 m²
2.
R. Sekretaris ketua
10 m²
NAD
2 ruang 2 x 10 = 20 m²
20 m²
3.
R. Kabag administrasi umum
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
4.
R. Kabag publikasi
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
5.
R. Kabag keuangan
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
6.
R. Kabag personalia
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
7.
R. Kabag. Perijinan, properti dan maintenance R. Kabag pemasaran
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
12 m²
NAD
1 orang
12 m²
R. Staf administrasi umum
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
2 orang 2 x 2 = 4 m²
4 m²
R. Staf publikasi
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
4 orang 4 x 2 = 8 m²
8 m²
R. Staf keuangan
0,8 m² s/d 2 m2 per orang
NAD
2 orang 2 x 2 = 4 m²
4 m²
12.
R. Staf personalia
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
2 orang 2 x 2 = 4 m²
4 m²
13.
R. Staf Perijinan, Properti dan Maintenance R. Staf pemasaran
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
2 orang 2 x 2 = 4 m²
4 m²
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
4 orang 2 x 4 = 8 m²
8 m²
15.
R. Editor dan percetakan
65 m² s/d 70 m²
NAD
4 orang
65 m²
16.
R. Rapat
0,8 m2 s/d 2 m² per orang
NAD
40 m²
17
R. Tamu
0,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
18.
R. Arsip
0,27 m²
NAD
Asumsi untuk 20 orang 20 x 2 = 40 m² Asumsi untuk 5 orang 5 x 2 = 10 m² Asumsi untuk 40 orang 40 x 0,27 = 10 m²
8. 9.
10.
11.
14.
10 m²
10 m²
86
19.
R. Istirahat dan pantry
5% dari luas kantor
NAD
5% x 288 = 14,4 m²
14,4 m²
20.
Locker
2% dari luas kantor
NAD
2% x 288 = 5,76 m²
5,76 m²
21.
Toilet
NAD
Gudang
2 WC pria (2 x 1,8 = 3, 6 m²) 4 urinoir (4 x 0,4 = 1,6 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) 2 WC wanita (2 x 1,8 = 3, 6 m²) 2 wastafel (2 x 0,54=1,08 m²) 4% x 288 = 11,52 m²
10,96 m²
22.
WC pria = 1,8 m²/unit Urinoir = 0,4 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit WC wanita = 1,8 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit 4% dari luas kantor
23.
Sirkulasi
30% x 330,63 m² = 99,189 m²
99,189 m²
Luasan total + sirkulasi = 330,63 + 99,189 = 429,819 m²
429,819 m²
NAD
30% x luas total
Total
11,52 m²
c. Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian Fasilitas ini berfungsi sebagai wadah pembinaan, pendidikan serta penelitian umat Islam. Yang dimaksud pembinaan disini adalah pembinaan akhlak bagi umat muslim dan juga dilengkapi sarana pendidikan nonformal antara lain: Ilmu Syari’at, Ilmu Fiqih, Seni Tilawah, Tafsir Al-Qur’an, Lab. Bahasa dan Komputer, Kelas Baca dan Tulis, dan lain-lain. Fasilitas ini juga berfungsi sebagai sarana informasi penelitian ke-Islaman yang sekarang sedang mengalami peningkatan. Disamping kedua fungsi tadi, juga dapat berperan sebagai media membantu melatih keterampilan bagi masyarakat.
87
No.
Tabel 3.15 Besaran Ruang Pusat Pembinaan, Pengembangan dan Penelitian Ruang Standard Sumber Perhitungan Luasan
1.
Hall room
Asumsi
2.
R. Kelas
1,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
3.
R. Pengajar
1,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
4.
R. Laboratorium bahasa
1,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
5.
R. Laboratorium komputer
1,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
6.
R. Laboratorium Kajian Al Qur’an
1,8 m² s/d 2 m² per orang
NAD
7.
Auditorium
0,8 m² per orang
NAD
8.
Toilet
WC pria = 1,8 m2/unit Urinoir = 0,4 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit WC wanita = 1,8 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit
NAD
9.
Gudang
10.
Sirkulasi
Asumsi 30% x luas total
Asumsi untuk 100 orang 1 kelas = 20 orang, maka : 1 kelas = 20 x 2 = 40 m² Kebutuhan sebanyak 5 kelas, maka : 5 x 40 = 200 m² Kebutuhan untuk 20 orang, maka : 1 ruang = 20 x 2 = 40 m² Kebutuhan untuk 20 orang, maka : 1 ruang = 20 x 2 = 40 m² Kebutuhan untuk 20 orang, maka : 1 ruang = 20 x 2 = 40 m² Kebutuhan untuk 20 orang, maka : 1 ruang = 20 x 2 = 40 m² Kebutuhan untuk 500 orang, maka : 500 x 0,8 = 40 m² 2 WC pria (2 x 1,8 = 3, 6 m²) 2 urinoir (2 x 0,4 = 0,8 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) 3 WC wanita (3 x 1,8 = 5,4 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) Asumsi untuk 5 orang
150 m²
30% x 941,96 = 282,588 m²
282,588 m²
200 m²
40 m²
40 m²
40 m²
40 m²
400 m²
11,96 m²
20 m²
88
Total
Luasan total + sirkulasi= 941,96+282,588= 1224,548 m²
1224,548 m²
d. Perpustakaan Fasilitas ini sangat dekat hubungannya dengan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan, karena dalam ajaran agama Islam, pendidikan mempunyai nilai yang paling tinggi. Hal ini diperkuat dengan oleh ayat yang pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW pada surat Al-Alaq adalah seruan untuk membaca (belajar dan berilmu pengetahuan). No.
Ruang
1.
Lobby
2.
R. Penitipan
3.
R. Baca
4.
R. Koleksi
5.
R. Katalog
Tabel 3.16 Besaran Ruang Perpustakaan Standard Sumber Perhitungan 0,9 m²
NAD
Asumsi
1,92 m²
Asumsi NAD
1 unit komputer = 1 x 1 = 1 m²
Asumsi
Luasan
10% x jumlah pengunjung (ruang baca), maka : 10% x 200 = 20 Sehingga : 20 x 0,9 = 18 m² Asumsi untuk loker 60/1 m² dan petugas 3 orang 200 orang x 1,92 = 384 m²
18 m²
10000 per 50 m² Buku yang dibutuhkan dalam perpustakaan adalah 15000 buku, maka : N = (15000 x 50) / 10000 N = 75 m² Komputer yang dibutuhkan adalah 3, maka : 3 x 1 = 3 m²
75 m²
30 m²
384 m²
3 m²
89
70 – 80 m²
NAD
70 – 80 m² untuk menampung 20 orang Untuk menampung 1015 orang 20 – 25 m² adalah untuk menampung 8 orang
6.
R. Audio visual
7.
R. Diskusi
8.
R. Administrasi
9.
R. Fotokopi
10.
Toilet
WC pria = 1,8 m²/unit Urinoir = 0,4 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit WC wanita = 1,8 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit
NAD
2 WC pria (2 x 1,8 = 3, 6 m²) 4 urinoir (4 x 0,4 = 1,6 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) 3 WC wanita (3 x 1,8 = 5,4 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²)
12,76 m²
11.
Gudang
15 s/d 20 m²
NAD
20 m²
12.
Sirkulasi
30% x luas total
Untuk menampung 2 orang 30%x 651,76 = 195,528 m²
Luas total + sirkulasi = 651,76 + 195,528 = 847,228 m²
847,228 m²
Asumsi
20 – 25 m²
NAD
Asumsi
Total
80 m²
30 m²
25 m²
10 m²
195,528 m²
e. Pusat Konsultasi Ke-Islaman Fasilitas ini bertujuan menyediakan wadah bagi umat Islam yang bersifat sebagai tempat konsultasi ke-Islaman.
90
Tabel 3.17 Besaran Ruang Pusat Konsultasi ke-Islaman Ruang Standard Sumber Perhitungan
No. 1.
R. Ketua
2.
R. Sekretaris
3.
R. Praktek Konsultasi
4.
R. Recepsionis
5.
6.
20 m² s/d 25 m² per orang 10 m²
Luasan
NAD
Untuk 4 orang
25 m²
NAD
Untuk 2 orang
10 m²
Asumsi
Untuk 3 orang
9 m²
0,8 s/d 2 m²
NAD
8 m²
R. Tunggu
0,8 s/d 2 m²
NAD
Sirkulasi
30% x luas total
Untuk 4 orang, maka 4 x 2 = 8m² Untuk 5 orang, maka : 5 x 2 = 10 m² 30% x 62 m² = 18,6 m² Luas total + sirkulasi = 62 + 18,6 = 80,6 m²
80,6 m²
Total
10 m²
18,6 m²
f. Ruang Pertemuan No.
Ruang
1.
Hall
2.
Lobby
3.
Tabel 3.18 Besaran Ruang Pertemuan Standard Sumber Perhitungan Asumsi
NAD
Loket
10% jumlah orang 5 m² per orang
4.
R. Antri loket
5 m² per orang
NAD
5.
Stage/panggung
167,22 m²
NAD
6.
Tribun
0,8 x 1
NAD
Asumsi
Luasan
Untuk 500 orang
300 m²
10% x 1000 = 100 m² Untuk 4 unit, maka : 4 x 5 = 20 m² Untuk 4 unit, maka : 4 x 5 = 20 m²
100 m²
80 s/d 100 orang
167,22 m²
Untuk menampung 500 orang, maka : 500 x (0,8 x 1) = 400 m²
400 m²
20 m²
20 m²
91
7.
R. Ganti
1 m² per orang
Asumsi
50 orang, maka : 50 x 1 = 50 m²
50 m²
8.
R. Kontrol
8 m²
Asumsi
1 unit
8 m²
9.
Gudang instrumen
0,5 m² per unit
30 instrumen, maka : 30 x 0,5 = 15 m²
15 m²
10.
Gudang peralatan panggung
30 m²
R. Staf
5,5 m² per orang
NAD
5 orang, maka : 5 x 5,5 = 27,5 m²
27,5 m²
11.
Toilet
WC pria =1,8 m²/unit Urinoir = 0,4 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit WC wanita = 1,8 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit
NAD
4 WC pria (4 x1,8 = 7,2 m²) 6 urinoir (6 x 0,4 = 2,4 m²) 4 wastafel (4 x 0,54 = 2,16 m²) 8 WC wanita (8 x 1,8 = 14,4 m²) 4 wastafel (4 x 0,54 = 2,16 m²)
28,31 m²
12.
Sirkulasi
30% x luas total
30% x 1166,03 = 349,809 m²
349,809 m²
Luas total + sirkulasi = 1166,03 + 349,809 = 1515,839 m²
1515,839 m²
NAD
Asumsi
Total
30 m2
g. Pujasera No.
Ruang
Tabel 3.19 Besaran Ruang Pujasera Standard Sumber Perhitungan
1.
Hall
0,9 m² per orang
NAD
2.
R. Makan
1,2 m² per orang
NAD
40 orang, maka : 40 x 0,9 = 36 m² 200 orang, maka : 200 x 1,2 = 240 m²
Luasan 36 m²
240 m²
92
3.
Dapur
30% R. Makan
NAD
30% x 240 = 72 m²
72 m²
4.
Pantry
25% R. Makan
NAD
25% x 240 = 60 m²
60 m²
5.
Counter
12% R. Makan
NAD
12% x 240 = 28,8 m²
28,8 m²
6.
Gudang
50% Pantry
NAD
50% x 60 = 30 m²
30 m²
7.
Toilet
WC pria = 1,8 m²/unit Urinoir = 0,4 m²/unit Wastafel = 0,54 m²/unit WC wanita = 1,8 m²/unit Wastafel = 0,54m²/unit
NAD
12,76 m²
8.
Sirkulasi
30% x luas total
2 WC pria (2 x 1,8 = 3, 6 m²) 4 urinoir (4 x 0,4 = 1,6 m2) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) 3 WC wanita (3 x 1,8 = 5,4 m²) 2 wastafel (2 x 0,54 = 1,08 m²) 30% x 479,56 = 143,868 m² Luas total + sirkulasi = 479,56 + 143,868 = 623,428 m²
623,428 m²
Total
143,868 m²
h. Mess No.
Ruang
1.
Lobby
2.
Hall
3.
4.
Tabel 3.20 Besaran Ruang Mess Standard Sumber Perhitungan 10% jumlah orang 0,9 m² per orang
NAD
R. Receptionist
0,8 s/d 2 m²
NAD
R. Kamar (untuk 3 orang)
7,5 m² per orang 3 x 7,5 = 22,5 m²
NAD
NAD
Luasan
10% x 150= 15 m² 40 orang, maka : 40 x 0,9 = 36 m²
15 m²
Untuk 5 orang, maka : 5 x 2 = 10 m² Asumsi pengguna kamar 150 orang. 1 kamar untuk 3 orang, maka 150 / 3 = 50 kamar. Luasan kamar yang dibutuhkan 50 x 22,5 = 1125 m²
10 m²
36 m²
1125 m²
93
5.
Kamar Mandi + Toilet
6.
Dapur
7.
2,5 m² per orang
NAD
50 m²
Asumsi
Jumlah yang dibutuhkan 20, maka : 2,5 x 20 = 50 m² 16 m²
Pantry
Asumsi
10 m²
10 m²
8.
Gudang
Asumsi
Asumsi untuk 5 orang
20 m²
9.
Sirkulasi
30% x 1282 = 384,6 m²
384,6 m²
Luasan total + sirkulasi = 1282 + 384,6 m² = 1666,6 m²
1666,6 m²
30% x luas total
Total
16 m²
i. Pos keamanan No.
Ruang
Tabel 3.21 Besaran Ruang Pos Keamanan Standard Sumber Perhitungan
Luasan
Pos pusat
5 m² per orang
NAD
5 orang, maka : 5 x 5 = 25 m²
25 m²
Pos penjagaan
5 m² per unit
NAD
5 unit, maka : 5 x 5 = 25 m²
25 m²
Sirkulasi
30% x luas total
30%x 50 = 15 m²
15 m²
Luasan total + sirkulasi = 50 + 15 m² = 65 m²
65 m²
Total
j. Servis dan lapangan parkir No.
Tabel 3.22 Besaran Ruang Servis dan Lapangan Parkir Ruang Standard Sumber Perhitungan
1.
Loading dock
2.
61 m²
Luasan
Asumsi
61 m²
R. Genzet
Asumsi
40 m²
3.
R. Pompa
Asumsi
30 m²
4.
R. Mesin AC
Asumsi
70 m²
5.
R. Trafo listrik
Asumsi
20 m²
94
6.
Tandon air
Asumsi
7.
Gudang
15 s/d 20 m²
NAD
Untuk 2 orang
15 m²
8.
Parkir
Parkir
NAD
1670 m²
9.
Sirkulasi parkir
Sirkulasi parkir
100 mobil, maka 100 x 12,5 = 1250 m² 200 motor, maka : 200 x 2,1 = 420 m² 30% x 1670 = 501 m² Luasan total + sirkulasi = 1670 + 501 m² = 2171 m²
2171 m²
Total
30 m²
501 m²
k. Jumlah keseluruhan luasan kebutuhan ruang Tabel 3.23 Besaran Ruang Total Nama jenis fasilitas
No.
Luasan
1.
Masjid
1477,96 m²
2. 3.
Kantor pengelola Pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian Perpustakaan Pusat Konsultasi ke-Islaman Ruang Pertemuan Pujasera Mess Pos keamanan Servis dan lapangan parkir
429,819 m² 1224,548 m²
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Total
847,228 m² 80,6 m² 1515,839 m² 623,428 m² 1666,6 m² 65 m² 2171 m² 10102,022 m²
Luas site perancangan secara keseluruhan ± 13.778,00 m², sedangkan kebutuhan untuk perancangan adalah 10102,022 m² (dibulatkan menjadi 10.102,022 m²)
10. Konsep Perancangan Massa Bangunan
95
Pertimbangan yang dilakukan dalam menentukan bentuk massa adalah bentuk lahan yang dimiliki, konfigurasi massa agar mendapat view maksimal dan bangunan fungsional antara fungsi bangunan. Fasilitas pada Islamic Center terdapat fasilitas utama berupa masjid yang merupakan pusat dari segala kegiatan yang ada pada Islamic Center ini. Selain itu terdapat fasilitas yang juga merupakan pendukung dari beberapa kegiatan yang ada, yaitu pusat pembinaan, pengembangan dan penelitian, kantor pengelola, pusat konsultasi ke-Islaman, convention hall, wisma tamu dan restoran, serta masih terdapat penunjang lainnya seperti servis dan pos penjagaan.
Gambar 3.30 Konsep Penataan Massa (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
C. Zoning Dalam perancangan ini memiliki banyak aktifitas, fungsi, dan fasilitas sehingga konsep yang digunakan adalah massa banyak yang terbagi menurut jenis kegiatan dan sifat dari tiap-tiap bangunan. Dengan melihat letak dan karakter site yang
memanjang
sangat
menunjang
realisasi
secara
berurutan
dalam
96
perancangannya. Dasar peletakan massa mengacu pada pembagian fase yang telah ada
dengan
menghadirkan
ciri
tersendiri
dalam
bentuknya,
dengan
mengelompokkan beberapa fungsi bangunan yang disesuaikan dengan konsep pendalaman. No 1.
Tabel 3.24 Zoning ruang Kelompok aktivitas Jenis aktivitas Zona pelayanan keagamaan
2.
Zona administrasi
3.
Zona perdagangan dan jasa
4.
Zona pembinaan, pengembangan dan penelitian
5.
Zona penunjang
Aktivitas sholat Aktivitas pengajian Aktivitas kajian keagamaan Aktivitas kesenian Islam Aktivitas pendaftaran anggota Aktivitas perijinan Aktivitas pengurusan penyewaan Aktivitas administrasi keuangan Aktivitas rapat Aktivitas memasak Aktivitas makan Aktivitas pertemuan Aktivitas menginap Aktivitas belajar Aktivitas mengajar Aktivitas pelatihan Aktivitas penelitian Aktivitas penyuluhan Aktivitar pengamanan Aktivitas parkir Aktivitas kontriling
Konsep zoning didapat dengan memperhatikan sirkulasi yang terjadi di luar site dan yang akan terjadi di dalam site, selain itu juga adalah atas pertimbangan hubungan jauh dekatnya bangunan fungsional yang ada. Konsep yang diperoleh adalah Main-enterance pengunjung diletakkan menghadap Jalan Prof. Dr. H. Jhon aryo katili karena pertimbangan aksesibilitas. Bagian publik diletakkan dibagian terdepan paling dekat dengan jalan akses sedangkan untuk bagian yang bersifat privat diletakkan paling jauh dari jalan. Hal
97
itu dilakukan untuk memberikan ketenangan pada masjid sebagai banggunan utama.
Gambar 3.31 Konsep Zoning Ruang (Sumber : Hasil Analisa Pribadi, 2013)
D. Analisisi Sistem Struktur Secara garis besar, konsep struktur pada perancangan Islamic Center ini adalah dapat dibagi menjadi dua sitem struktur, yaitu: a. Sub struktur Adalah struktur pada bagian bawah pada bangunan yang berfungsi sebagai penyalur beban dari struktur ke dalam tanah. Berdasarkan kondisi tanah pada lokasi site perancangan dan beban yang dipikul, maka struktur yang dipilih adalah tiang pancang. Pemilihan tersebut didasarkan pada keuntungan-keuntungan yang diperoleh, yaitu proses pemasangan lebih cepat, dapat menahan beban yang besar dan tidak perlu membuat ditempat.
b. Upper struktur
98
Merupakan struktur pada bagian atas bangunan, mulai dari badan bangunan sampai atap bangunan yang berfungsi menyalurkan beban struktur ke sub struktur. Struktur yang dipilih untuk Islamic Center ini adalah sistem pembalokan rusuk satu arah, dimana plat ditumpu oleh balok rusuk yang jarak antar balok rusuk saling berdekatan.
Gambar 3.32 Struktur Bawah (Tiang Pancang dan Kolom Dilatasi)
1. Konsep Bahan Dasar pemilihan bahan dalam perancangan Islamic Center ini daam mengacu pada prinsip kedaerahan dan aspek kelokalan karena berkaitan langsung dengan tempat perancangan. Pemilihan sangat penting artinya bagi sebuah perancangan karena berkaitan dengan iklim yang ada di site. Maka bahan yang dipilih untuk perancangan Islamic Center ini adalah: a. Lantai Penggunaan lantai berbeda antara satu dengan yang lainnya bergantung pada fungsi dari masing kegiatannya. Untuk bahan-bahan yang dipilih adalah:
Tabel 3.25 Jenis Lantai
99
Jenis Rabat beton
Paving
Keramik
Marmer
Sifat
Kesan
Aplikasi
Tahan lama, kuat menahan beban, tahan gesekan, tidak licin dan mudah dalam perawatan Tahan lama, tahan beban, pemasangan mudah dan warna tidak berubah Tahan lama, indah, tahan goresan, tahan asam, mudah dibersihkan, warna bervariasi
Keras, kaku
Parkir dan Plaza
Keras, kaku dan kuat Formal, bersih
Tahan lama, indah, tahan goresan, tahan asam, mudah dibersihkan, terkstur
Bersih, alami
Areal parkir, pedestrian Ruangruang kelas, kantor, convention hall Masjid
b. Dinding Dinding memiliki peran yang sangat penting pada perancangan Islamic Center ini, karena banyak ruang-ruang yang mebutuhkan untuk sebagai akustik dan ada yang tidak. Adapun cara yang dilakukan untuk memperoleh dinding yang nyaman adalah: Pemberian elemen horizontal dan vertikal yang tidak tembus cahaya. Dinding memakai bahan yang dapat memantulkan sinar matahari sehingga radiasi matahari tidak dapat masuk kedalam ruangan. Sedangkan bahan yang dipilh adalah: Jenis Batu bata
Kaca
Kayu
Cat
c. Plafon
Tabel 3.26 Jenis Dinding Sifat Kesan
Aplikasi
Tidak tembus pandang, berongga, cukup kuat, masif, tahan cuaca dan tahan api Tembus pandang, tembus cahaya, hubungan visual tidak terputus Tidak tembus pandang, bersih, tidak licin, variasi tekstur
Praktis, formal
Dinding bangunan
Bebas, dingin, dinamis Bersih, alami
Masjid
Agak sulit dibersihkan, lebih bervariasi
Dekoratif
Interior convention hall dinding
100
Bahan yang dipilih untuk plafon adalah gypsum, pemilihan ini didasarkan pada sifat dari gypsum itu sendiri. Sifatnya antara lain:
Daya absorbsi untuk suara tinggi
Ringan dan mudah dipasang
Harga relatif terjangkau.
Sedangkan untuk kesan yang ditimbulkan adalah mewah dan kaku dan dapat diaplikasikan pada semua ruang. d. Atap Atap yang dipilih dalam desain adalah atap miring, karena untuk iklim tropis lembab yang paling memungkinkan adalah atap miring (antara 30o - 45o). 2. Konsep Utilitas a. Sistem Penghawaan Sistem penghawaan yang digunakan adalah penghawaan aktif dan penghawaan pasif, sitem penghawaan pasif terdapat pada tiap massa bangunan dengan memberikan bukaan pada jendela yang dapat di buka-tutup, untuk penghawaan aktif menggunakan sistem AC split pada tiap ruangan. Untuk ruang tertentu AC yang digunakan adalah AC dengan sistem terpusat (AHU), misalnya seperti ruang pertemuan, kantor pengelola dan auditorium. b. Sistem Sanitasi dan Plumbing
Sumber air bersih yang didapat dari PDAM ditampung di reservoir bawah, kemudian dipompa ke reservoir atas masing-masing bangunan. Setelah itu disebar ke tiap-tiap shaft dengan menggunakan gravitasi. Sedangkan untuk air kotor yang
101
ada, dialirkan menuju instalasi pengolahan limbah yang terletak di area servis. Setelah mengalami proses tertentu, air olahan bisa dibuang ke saluran riol kota.
Gambar 3.33 Skema Jalur Air Bersih dan Skema Pembuangan Kotoran
Sistem air kotor dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Air kotor padat Air kotor padat dibuang melalui pipa-pipa yang melewati shaft, kemudian ditampung
ditampung
dalam
tangki-tangki.
Setelah
mengalami
proses
penyaringan dan pengendapan air kotor akan disalurkan ke dalam tangki resapan. 2) Air kotor cair Air kotor cair adalah berasal dari WC dan sebagainya kemudian dialirkan ke shaft melalui pipa-pipa, selanjutnya dilairkan lagi ke tangki resapan sebelum akhirnya dialirkan ke riol kota. 3) Air hujan Pembuangan air hujan adalah melalui saluran kota dengan dilengkapi adanya bak kontrol pada setiap jarak tertentu dan pada persimpangan jalur. Bak kontrol tersebut adalah untuk memudahkan untuk pengecekan bila terjadi kemacetan atu tersumbat pada saluran pembuangan.
102
c. Sistem Kelistrikan Pada siang hari, diutamakan penerangan ruangan diperoleh secara alami sehingga dapat menghemat energi serta biaya. Sumber listrik yang digunakan dalam perancangan Islamic Center ini adalah berasal dari PLN, yang amsuk melalui gardu PLN dan ruang panel utama kemudian diletakkan di area servis. Untuk mengantisipasi terjadinya pemadaman listrik, maka disediakan genset sebagai cadangan.
Gambar 3.34 Konsep Sistem Kelistrikan
d. Sistem Keamanan Pada perancangan Islamic Center ini, untuk menjaga keamanan pengguna saat melakukan aktifitas dalam ruangan perlu diberikan pelayanan keselamatan. Pelayanan keselamatan ini meliputi terhadap bahaya-bahaya yang mungkin timbul. Di antara bahaya-bahaya tersebut adalah bahya terhadap kebakaran, bahaya tindak kriminal dan bahaya terhadap bencana alam. Untuk bahaya terhadap bencana alam yang paling menjadi prioritas adalah bahaya petir, karena lokasi masih sangat terbuka sehingga peluang untuk terkenanya petir sangat besar.
103
1. Bahaya kebakaran Untuk menanngulangi terhadap bahaya kebakaran dibutuhkan alat-alat pemadam kebakaran yang praktis, mudah digunakan dan mudah dijangkau. Alatalat tersebut adalah: 1) Heat detector Suatu alat untuk mendeteksi panas seperti suhu atau temperatur. 2) Smoke detector Suatu alat untuk mendeteksi asap apabila terjadi kebakaran atau pun asap yang timbul dari asap rokok, asap pembakaran kertas, asap pembakaran sampah dan lain sebagainya. 3) Flame detector Suatu alat untuk mendeteksi lidah api seperti terjadinya kebakaran. 4) Titik panggil manual (TPM) TPM adalah suatu alat berupa tombol yang ditekan secara manual jika terjadi suatu kebakaran. 5) Lampu darurat Suatu alat berupa lampu yang akan menyala begitu alarm aktif dengan kata lain sebagai tanda darurat bila terjadi sesuatu. Biasanya pada lampu ini berwarna merah atau kuning. 6) Sistem komunikasi darurat Sistem ini akan mematikan sarana yang ada secara otomatis jika terjadi kebakaran. Contohnya lift tidak akan berfungsi jika sistem mendeteksi terjadi kebakaran.
104
7) Penunjuk arah jalan keluar Penunjuk arah ini dipasang di sepanjang jalur sirkulasi, koridor pintu darurat dan pintu keluar. 8) Sprinkler Alat untuk memadamkan api dengan cara menyemprotkan air atau bahan pemadam lainnya seperti gas tertentu. Radius yang adapt dijangkau adalah 25m2/unit. 9) Hidran kebakaran Radius pelayanan adalah 30m2/unit. 10)
Pemadam ringan
Alat pemadam yang digunakan dengan cara disemprotkan. Dalam alat ini berisi bahan kimia yang dapat memadamkan api bila terjadi kebakaran dan alat ini dapat dibawa berpindah-pindah tempat. 11)
Tangga kebakaran
Tangga ini berfungsi sebagai tempat melarikan diri bila terjadi kebakaran. 2. Bahaya tindak kriminal Untuk mengantisipasi terhadap bahaya tindakan kriminal maka sistem keamanan yang digunakan adalah dengan menyediakan alat-alat keamanan seperti CCTV, alarm dan dengan adanya penjaga yang selalu siaga untuk membantu mengatasi tindakan kriminal. 3. Bahaya petir Untuk mengantisipasi terhadap bahaya petir yang menyambar, maka sistem yang digunakan adalah sistem Franklin/konvensional, yaitu batang yang runcing
105
dari bahan copper spit. Perletakan dari bahan copper spit tersebut di letakkan pada bagian bagian paling tinggi dari bangunan yang kemudian dihubungkan dengan tembaga menuju elektroda dalam tanah. Sedangkan untuk memudahkan pemeriksaan digunakan control box yang terhubung dengan tembaga tersebut. e. Sistem Pergerakan dalam Bangunan Berdasarkan sifat dan fungsi bangunan yang ada, maka sirkulasi yang digunakan dalam tapak adalah menggunakan tangga. Karena selain penghematan, juga didasarkan pada tinggi bangunan yang mempunyai ketinggian maksimal adalah 3 lantai.
Gambar 3.35 Preseden Sirkulasi dalam Bangunan (Tangga)