SALINAN LAMPIRAN I B PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 37 TAHUN 2009 TANGGAL : 31 Desember 2009 PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR 1.
Latar Belakang
Salah satu upaya dalam rangka pengendalian pencemaran air adalah dengan meningkatkan kualitas air, terutama air permukaan seperti sungai dan danau. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan mencegah masuknya limbah (limbah cair dan sampah) yang bersumber dari kegiatan-kegiatan di sepanjang sungai seperti rumah tangga, industri, pertanian dan peternakan yang masuk ke badan air (sungai/danau). Untuk itu dalam rangka pengendalian pencemaran air dilakukan kegiatan pembangunan unit pengolah sampah dengan menerapkan prinsip 3 R (reused, reduced dan recycle), sedangkan untuk mengurangi beban limbah cair yang mencemari sungai, dilakukan pembangunan instalasi pengolah air limbah (IPAL) serta pembangunan teknologi biogas. 2.
Tujuan
Mengurangi beban limbah cair dan sampah rumah tangga yang masuk ke dalam badan air (sungai/danau). 3.
Sasaran
Terbangunnya sarana dan prasarana pengendalian pencemaran air berupa unit pengolah sampah, Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) dan biogas. 4.
Output
a. b. c. d.
Bangunan pengolah sampah berikut alat pengolah sampah; Bangunan IPAL untuk UKM; Bangunan IPAL Medik; Bangunan unit biogas.
5.
Lingkup Kegiatan
a. b. c. d.
Pembangunan unit pengolah sampah dalam rangka penerapan prinsip 3 R; Pembangunan IPAL UKM; Pembangunan IPAL rumah sakit, puskesmas, klinik, laboratorium kesehatan; Pembangunan unit biogas dan genset biogas untuk membantu mengurangi beban pencemaran sungai di kawasan pemukiman, peternakan dan pertanian; Pengadaan mesin biodiesel.
e.
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
12
6.
Rincian Kegiatan
a.
Pembangunan unit pengolah sampah dalam rangka penerapan prinsip 3 R
Pembangunan unit pengolah sampah terutama diarahkan dalam rangka penerapan prinsip 3 R, untuk menanggulangi pencemaran sungai yang disebabkan oleh pembuangan sampah ke badan sungai. Oleh karena itu pembangunan unit pengolah sampah ini diutamakan berada di sekitar badan air (sungai/danau). Unit pengelolaan sampah dimaksud terdiri dari : 1) Pembangunan rumah atap pengolah sampah; 2) Alat pencacah sampah organik; 3) Alat pencacah sampah organik kapasitas 5 m³/jam; 4) Conveyor pemilah; 5) Conveyor input (feeder) untuk composting; 6) Pengayak kompos mekanis minimal 2,5 ton/jam; 7) Mesin briket biomass; 8) Mesin turbo generator biomass; 9) Dryer; 10) Carbon bar furnace; 11) Alat pencacah sampah botol plastic kapasitas minimal 100 kg/jam; 12) Alat pencacah sekaligus pencuci sampah kantong plastik kapasitas minimal 1,5 m³/jam; 13) Mesin decomposing; 14) Tong sampah; 15) Gerobak sampah; 16) Mesin mixer kompos kapasitas minimal 1 ton/jam; 17) Pembangunan mesin pembakar lumpur IPAL; 18) Kendaraan roda 2 (dua) atau 3 (tiga) untuk pengangkut sampah. Dalam rangka pengembangan dan penerapan prinsip 3 R, daerah dapat melakukan pengadaan lebih dari satu unit item komponen unit pengolah sampah (terutama disarankan untuk point 1 sampai 5).
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
13
Gambar I B. 1 Contoh Lay Out Pengelolaan Sampah Organik
Gambar I B. 2 Contoh Bangunan Unit Pengolah Sampah
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
14
b.
Pembuatan biogas;
Penanganan limbah yang baik dapat memperbaiki lingkungan dan menghasilkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, diantaranya adalah para peternak dan petani. Pemanfaatan limbah yang tadinya tidak bermanfaat menjadi berhasil guna merupakan suatu pendidikan dan pembelajaran yang bermanfaat bagi masyarakat. Dalam rangka untuk mengurangi beban pencemaran sungai di kawasan perumahan, peternakan, pertanian dan juga sekaligus dapat mengurangi emisi gas rumah kaca adalah dengan pembuatan teknologi biogas. Teknologi ini dapat menghasilkan energi terbarukan, dimana dulu limbah (kotoran ternak) langsung dimanfaatkan menjadi pupuk (zero waste), saat ini kotoran tersebut dimanfaatkan dahulu menjadi sumber energi (biogas) baru kemudian dimanfaatkan menjadi pupuk. Sumber pencemar yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan biogas antara lain adalah: - kotoran / limbah ternak sapi / kerbau / babi dsb; - enceng gondok; - sisa proses pembuatan tahu / ampas tahu; - kotoran manusia (tinja). Untuk pembuatan teknologi biogas skala rumah tangga, minimal dilakukan 10 unit atau equivalen dengan reduksi emisi Gas Rumah Kaca (CO2) sebesar 35 tCO2/tahun. Dalam pembuatan biogas pertimbangan desain teknis perlu dilakukan. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah pemilihan desain / model instalasi biogas antara lain sebagai berikut : a. Desain sederhana, dalam hal konstruksi, operasional dan perawatan; b. Bahan baku mudah didapat, jenis bahan baku yang dapat digunakan adalah bahan bangunan dan bahan fabrikan (fiber); c. Mudah diperbaiki, aman dan bila memungkinkan mudah dipindahkan. d. Harga terjangkau oleh petani dan peternak, dan umur pemakaiannya lama.
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
15
Gambar I B. 3 Contoh Rencana Desain Biodigiser (Eceng Gondok) Desain Biodigister Tampak Samping dan Atas
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
16
Gambar I B. 4 Contoh Rencana Desain Biodigiser (Kotoran Sapi) Desain Biogas Kotoran Sapi Tampak Samping Dan Atas
Tampak
Tampak
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
17
Gambar I B. 5 Contoh Sketsa Tata Letak Teknologi Biogas
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
18
c. Pembangunan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) Unit Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Pembuatan IPAL UKM dimaksudkan untuk pengurangan beban pencemaran sungai di kawasan perumahan, peternakan dan pertanian. Bentuk dan rancangannya dapat disesuaikan kondisi daerah masing-masing termasuk kapasitasnya. Gambar I B. 6 Contoh Lay Out IPAL UKM
d. Pembangunan IPAL Medik Pembuatan IPAL Medik dimaksudkan untuk pengurangan beban pencemaran sungai di lingkungan rumah sakit. Bentuk dan rancangannya dapat disesuaikan kondisi daerah masing-masing termasuk kapasitasnya. Pembangunan IPAL Medik terdiri dari : 1). IPAL Medik untuk Rumah Sakit; 2). IPAL Medik untuk Puskesmas; 3). IPAL Medik untuk Klinik; 4). IPAL Medik untuk Laboratorium Kesehatan.
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
19
Gambar I B. 7 Contoh Lay Out IPAL Medik
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Ttd. Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS. Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Umum
Dra. Pudjihastuti NIP. 19551203 198210 2 001
Lampiran IB Pemantauan Kualitas Air JUKNIS DAK Bidang LH 2010
20