PENGEMBANGAN WISATA FLORA DI TAMAN WISATA ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON PROVINSI JAWA TENGAH
SELl ANODA ARISANDI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISAT A FAKULTASKEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MEN GENAl SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK ClPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon, Provinsi Jawa Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015 Seli Anoda Arisandi NIM E341 0002 I
ABSTRAK SELl ANODA ARISANDI. Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo PengiIon, Provinsi Jawa Tengah. Dibimbing oleh RESTI MEILANI dan AGUS HIKMA T. Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon (TWATWTP) merupakan salah satu kawasan konservasi yang memiliki potensi flora yang beragam, dengan manfaat mulai dari kesehatan, ekonomi, dan wisata. Tujuan penelitian ini untuk mengembangkan wisata flora di TWA TWTP. Penelitian ini dilakukan di TWATWTP pada bulan Februari - Maret 2014. Data yang dikumpulkan meliputi potensi flora, sosial, karakteristik pengunjung dan pengelolaan wisata di TWA TWTP. Metode yang digunakan meliputi studi pustaka, wawancara, dan observasi lapang. Penelitian ini ditemukan 93 jenis flora di TWATWTP. Pengelolaan yang dilakukan terbatas pada inventarisasi dan identifikasi flora, patrol kawasan dan pelatihan kebakaran hutan. Pengunjung terbanyak berasal dari Jawa Tengah dengan sumber informasi dari ternan! mulut ke mulu!. dan tingkat pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Pengembangan wisata flora yang direkomendasikan meliputi pengembangan aktivitas, sumberdaya manusia, fasilitas, souvenir, fasilitas promosi dan kerjasama. Kata kunci: flora, pengembangan wisata, TWATWTP.
ABSTRACT SELl ANODA ARISANDI. Flora Tourism Development in Telogo Wamo Telogo Pengilon Nature Recreation Park. Supervised by RESTI MEILANI and AGUS HIKMAT. Telogo Wamo Telogo Pengilon Nature Recreation Park (TWTPNRP) is one of protected areas that has various flora potential, which provides benefits such as health, economic, and tourism. The Purpose of this research was to develop flora tourism in TWTPNRP. This study was conducted in TWTPNRP in February March 2014. Data collected included potential flora, social-economic of surrounding community, visitor characteristics, and tourism management in TWTPNRP. Data was collected using literature study, interview, and field observations. The research found that there were 93 flora species in the location. Management activities were still limited to inventory and identification of flora, patrol, and training on forest fire. Most visitors came from Central Java, with friends as source of information, and high school and college as their educational background. Recommendation of flora tourism development included improvement of tourism activities, human resources, souvenirs, facilities, promotion and cooperation. Keyword: flora, tourism development, TWTPNRP
]
PENGEMBANGAN WISATA FLORA DI TAMAN WISATA ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON PROVINSI JAW A TENGAH
SELl ANODA ARISANDI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISAT A FAKULTASKEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
r
I ! !
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon. Penelitian ini dilaksanakan di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon (TW ATWTP), Provinsi Jawa Tengah pada bulan Februari - Maret 2014. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Resti Meilani, SHut, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF yang telah membimbing dengan sabar dan iklas selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi, serta kepada pihak TWATWTP, BKSDA Jawa Tengah yang telah memberikan izin untuk menggunakan lokasi penelitian dan masyarakat Desa Dieng Wetan (Pak Sabar, Ibu Atun, Pak Keso, Pak Slamet, Pak Tolib), Dieng Kulon dan Jojogan (Mbah Moh dan Mas Afifi) yang telah membantu dan membimbing penulis selama pengumpulan data. Terima kasih kepada Nuning H, Lilis S, Wida A, A Isha, Rini ELG, Kumala A atas masukan-masukannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayahanda dan ibunda tercinta, serta seluruh keluarga atas segala bantuan, do a, dan kasih sayangnya. Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar KSHE, staff TU DKSHE (Bu Evan, Bu Ratna), HIMAKOV A, Kelompok Pemerhati Ekowisata, Nephenthes rajJlesiana 47, IKAMUSI, dan seluruh sahabat-sahabat atas doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2015 Seli Anoda Arisandi
Judul Skripsi Nama NIM
Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon Provinsi Jawa Tengah Seli Anoda Arisandi
E34100021
Disetujui oleh
SHut MSi
Dr Ir Agus Hikmat, MScF
Pembimbipg II
.
.
+(t~{)rDr If 'S ambas Basuni ~a Departemen
Tanggal Lulus:
3 1 MAR 2015
MS
DAFTARISI DAFTAR T ABEL
Vll
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Vll
PENDAHULUAN Latar Belakang
I
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Alat dan Bahan
2
Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Pengelolaan dan Potensi Flora untuk wisata di TWATW'fP
6
Sosial Ekonomi dan Keterlibatan Masyarakat dengan TWATWTP
9
Karakteristik Pengunjung di TWA TWTP
10
Pengembangan Wisata Flora TWATWTP
13
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPlRAN
24
..----
DAFTAR TABEL I 2 3 4
Jenis data dan metode pengambilan data Kelompok kegunaan flora Potensi flora prioritas wisata di TW ATWTP Matriks pengembangan wisata flora di TWATWTP
3 5 8 14
DAFTAR GAMBAR 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lokasi Penelitian Potensi tumbuhan berguna di TWATWTP Sebaran flora di sepanjang jalur wisata TWATWTP JumlahpengunjungTWATWTPtahun2013 Persentase jenis kelamin dan tingkat pendidikan akhir pengunJung TWATWTP Sumber informasi awal dan asal pengunjung TWATWTP Persentase jenis pekeIjaan dan waktu wisata pengunjung ke TWATWTP Persentase jenis pekeIjaan dan tujuan pengunjung ke TWATWTP Spesies flora yang dipergunakan untuk rehabilitasi kawasan: a. Cemara gunung (C.junghuniana) dan b. Puspa (S. wallichii) Lokasi tumbuhan hias di TWATWTP Spesies flora yang dipergunakan untuk kompos: a. Akasia perak (A. decurrens) dan b. Glagah (S. spontaneum) Spesies flora yang dipergunakan untuk obyek wisata fotografi Fasilitas mushola TWATWTP Fasilitas TWATWTP: a. lalan batako b. lalan tanah c. Titik lokasi pembuatan kompos.
2 7 9 10 10 II 12 12 13
l6 16 17 19
.20
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Spesies flora di TWATWTP Rekapitulasi identifikasi flora TWATWTP
21 untuk pengembangan wisata
di 24
PENDAHULUAN Latar Belakang
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara (Undang-Undang No.1 0 Tahun 2009). Hal serupa juga didefinisikan oleh Ditjen PHKA (2003), yaitu kegiatan perjalanan secara keseluruhan atau sebagian dari perjalanan tersebut secara sukarela dilakukan untuk menikmati keunikan alam dan keindahan alam di taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam. Salah satu taman wisata alam yang memiliki keunikan alam dan keindahan alamnya adalah Taman Wisata Alam Telogo Waruo Telogo Pengilon (TWA TWTP) yang merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Dataran Tinggi Dieng wilayah Kabupaten Wonosobo. TWA ini ditunjuk berdasarkan SK Menteri Pertanian No 740/Kpts/Umll1l1978 pada 30 November 1978 dengan luas 39,6 ha. Kawasan TWA ini memiliki dua buah telaga atau danau yang saling berdekatan yakni Telogo Wamo yang memperlihatkan beberapa warna jika terkena cahaya matahari dan Telogo Pengilon yang berkilau seperti cermin (pengilon) jika terkena cahaya matahari. Saat ini kedua telaga tersebut menjadi fokus pengembangan wisata oleh BKSDA Jawa Tengah sebagai pengelola kawasan TWA TWTP, padahal terdapat potensi flora yang belum dieksplorasi keberadaannya sebagai potensi wisata. TWA TWTP memiliki 78 spesies flora (Sudibyakto et al. 2002) salah satunya karika/pepaya gunung (Carica candamarcensi.l) yang merupakan flora khas sekitar kawasan. Flora umumnya memiliki banyak manfaat kesehatan dan ekonomi, serta menjadi bagian dalam membentuk keindahanlkeasrian alamo Potensi flora yang tumbuh secara alamiah di kawasan TWA TWTP merupakan potensi yang menarik untuk dikelola dan dikembangkan sebagai wisata, sehingga dapat menyediakan kesempatan usaha dan lapangan kerja, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek serta meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sekitar kawasan TW ATWTP. Identifikasi potensi objek wisata, pengelolaan obyek wisata dan pemeliharaan fasilitas dan objek wisata merupakan tahap-tahap yang wajib dilakukan untuk membangun dan mengembangkan objek wisata (Gaol 2009), sehingga identifikasi potensi flora menjadi salah satu langkah awal untuk mengembangkan wisata flora di TWATWTP.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan wisata flora di Kawasan TWA TWTP, dengan rincian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi pengelolaan dan potensi flora untuk wisata di TW ATWTP 2. Mengidentifikasi kondisi sosial ekonomi dan keterlibatan masyarakat terkait flora TWA TWTP 3. Mengidentifikasi karakteristik pengunjung TWA TWTP
1
.-:"
2
4,
Menyusun pengembangan wisata flora TWATWTP,
Manfaat Penelitian Hasil penelitian 1m diharapkan dapat dijadikan masukan dalam pengembangan wisata di TWATWTP, sehingga dapat meningkatkan peluang kerja dan usaha masyarakat setempat melalui kegiatan wisata flora di TWATWTP,
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon (Gambar 1), Waktu penelitian pada bulan Februari - Maret 2014, 109'S4'O"E
'!l b
~ r--.
109' 54'40"E
w+,
109'55'20"E
N
Legenda:
'!l
,.,
b
- - Jt\ L AN - - Sl ' N(j AI
o o o o
r--.
T EI A(J,\
_
s
en
TWATWTP
"~.sA Dl E"(; J)1~SAOI L\i li
'!l
b
•
b N
N
,
~
1
KL I.U N
D ~ SA JOJO(ir\ r-.'
r--.
Scli AnOOlI A E)4 lOOU2!
I
tkpanl,.'llu:n KOIIM:rvasi Sum nwda\;} fhllUII diul U ,O\\i!<> ill:l
en b
~ ~
N
~
SUIIlIx',
r--.
.. ,......
~. r~·I.l j:z bn. :(unr;lli. TWA T \\"PTP( UKSD.<\ Ja\\ <1 T{'n£:th)
:'f
Fa)..ullm. 'Kchu tluuul Int'tilUl Pen:mi:ul llol,t11l I.
.
I bl,.l~ ." dn\m.~ tI"3,j I.k~l
CIl:u:1:m (>11 .....11 $Iall""l)
~
I. en
en
N
~ ,r--.
a
b
M
~
1- ,
00.1to .3
0 .6
I"'.AO 109'54'O"E
0.9
1.2 i KM
!
Peta Jawa Tengah
-::..'; ··, r. "~ I"
I ....
-c';
'
~
I·" "
J ~
.
.
..
~-:-
Lokasi Penelilian
109' 54'40"E
109'55'20"E
Gambar 1 Lokasi TWATWTP
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, panduan wawancara, tallysheet, GPS, kamera, laptop, peta kawasan, meteran, plastik, kawat, kardus, serta buku panduan lapang turnbuhan, Bahan yang digunakan
3
adalah bahan pembuatan herbarium, yakni alkohol (70%), air dan koran. Obyek penelitian yakni flora kawasan TWA TWTP.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi potensi wisata flora, kondisi sosial ekonomi, keterlibatan masyarakat, karakteristik pengunjung, serta pengelolaan wisata di TWATWTP. Metode pengumpulan data meliputi studi pustaka, wawancara, dan observasi lapang (Tabel I). Tabel I Jenis dan metode pengumpulan data Jenis Data Metode Rincian Data Kegiatan pengelolaan flora, Wawancara Pengelolaan wisata di sarana prasarana, fasilitas TWATWTP wisata, promosi wisata, kendala serta kebijakan pengelolaan wisata I. Studi Pustaka Mata pencaharian, budaya Kondisi sosial ekonomi masyarakat terkait dan keterlibatan 2. Wawancara 3. Observasi lapang pemanfaatan flora, masyarakat dalam flora keterlibatan masyarakat dan wisata di dalam pengelolaan wisata TWATWTP I. Wawancara Karakteristik pengunjung J enis kelamin, usia, pekeIjaan, pendidikan, di TWATWTP 2. Observasi lapang waktu berkunjung, tujuan wisata, serta keinginan pengembangan wisata I. Studi Pustaka Potensi flora berdasarkan Potensi wisata flora di 2. Wawancara kegunaan, kelangkaan, TWATWTP 3. Observasi lapang keunikan, pemetaan flora dan jalur wisata Studi pustaka Studi ini dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai identifikasi flora, pengelolaan, fasilitas dan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar termasuk mitos yang berguna sebagai data pendukung bagi penelitian ini. Pustaka yang digunakan berasal dari buku, laporan-Iaporan kegiatan, media cetak dan media elektronik. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dan responden (Gulo 2007). Wawancara ini ditujukan kepada pengelola, pengunjung dan masyarakat: I.
Penge10la Wawancara dilakukan dengan key informant dari pihak pengelola
4
TW ATWTP Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Jawa Tengah, yaitu kepala resort Wilayah II Wonosobo dan honorer TW ATWTP. 2.
Pengunjung Wawancara kepada pengunjung dilakukan dengan meng-+gunakan panduan wawancara. Jumlah responden pengunjung ditentukan berdasarkan Guilford dan Fruchter (1978) dan Hasan (2002), yaitu sebanyak 30 responden. Jumlah tersebut telah representasif dan dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar (Guilford & Fruchter 1978), serta merupakan ukuran sampel minimum untuk dapat dianalisis menggunakan analisis statistik (Hasan 2002). Pemilihan responden dilakukan dengan teknik convinient sampling, yaitu dengan mencari pengunjung yang bersedia diwawancarai pada saat pengumpulan data dilakukan, sehingga penentuan sampel dapat dengan mudah dilakukan (Neuman 2006). 3.
Masyarakat Wawancara kepada masyarakat dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 desa yang berbatasan langsung dengan TWATWTP, yaitu Desa Dieng Kulon Kabupaten Banjamegara (3513 warga), dan Desa Jojogan (1496 warga) Kabupaten Wonosobo, serta Desa Dieng Wetan Kabupaten Wonosobo (2061 warga). Penentuan jumlah responden ditentukan dengan menggunakan metode Slovin, yaitu metode untuk menentukan ukuran sampel dari suatu populasi (Sevilla et at. 1993) dengan rumus: n=
n=
N
1
+
N (e)2
7.070 ()' = 1+7.070 0,1
.
100 sampel masyarakat
Keterangan: n : ukuran sampel N : ukuran populasi e : nilai kritis (batas ketelitian ) 10% Pembagian 100 sampel warga disesuaikan dengan persentase dari tiap total masing-masing desa, yaitu desa Dieng Wetan (30 warga), desa Jojogan (20 warga) dan desa Dieng Kulon (50 warga). Responden adalah warga yang letak tempat tinggalnya dekat dengan kawasan dan terlibat dalam wisata TWATWTP. Observasi lapang Observasi lapang dilakukan dengan cara pengamatan, pendokumentasian, serta identifikasi potensi flora, fasilitas dan kegiatan masyarakat dan pengelolaan wisata. Potensi flora di TWATWTP diidentifikasi dengan rapid assesment yakni eksplorasi jenis flora sepanjang kanan kiri jalur wisata TWATWTP, dicatat nama lokal, nama spesies, famili, habitus. Penentuan flora yang dikembangkan sebagai daya tarik wisata alam dilakukan dengan mempertimbangkan faktor status kelangkaan, keunikan dan nilai kegunaan flora (Tabel 2).
5
No I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 2 Kelompok kegunaan flora Kelompok Kegunaan Tumbuhan obat Tumbuhan hias Tumbuhan aromatik Tumbuhan penghasil kayu bakar Tumbuhan pangan Tumbuhan pakan ternak Tumbuhan penghasil warna dan tanin Tumbuhan penghasil bahan bangunan Tumbuhan untuk upacara adat Turnbuhan penghasil pestisida nabati Tumbuhan penghasil tali, anyarnan dan kerajinan Tumbuhan kegunaan lainnya
Sumber: Kartikawati (2004)
Analisis Data
Data hasil studi pustaka, wawancara dan observasi lapang secara umum dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Khusus data . observasi lapang mengenai potensi wisata TWA TWTP yang meliputi data obyek potensi wisata flora dan karakteristik pengunjung dianalisis menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Selain itu dilakukan pula pemetaan jalur dan distribusi penyebaran flora' di sepanjang jalur Wisata TWATWTP. Data kemudian digunakan untuk menyusun rekomendasi pengembangan wisata flora di TWA TWTP.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Vmum Lokasi Penelitian Letak geografis Kawasan TWATWTP berada di Kabupaten Dieng, Provinsi Jawa Tengah. Letak geografis kawasan TWATWTP berada pada posisi 109°54'30" BT 109°55'30" BT dan T13'O" LS - TI2'30" LS. Kawasan TWATWTP secara administratif berada di 3 wilayah desa, dengan batas sebagai berikut: I. Sebelah utara : Desa J ojogan 2. Sebelah selatan : Desa Jojogan 3. Sebelah barat : Desa Dieng Kulon dan Dieng Wetan 4. Sebelah timur : Desa Jojogan Kondisi topografi dan iklim Wilayah TWATWTP berada pada ketinggian 2030 m dpl dan merupakan kawasan datar sampai berbukit dengan kelerengan 40%. Kawasan ini termasuk dalam iklim tipe B, dengan suhu 11 ° - 20°C.
6
Aksesibilitas Kawasan TWA TWTP terletak 25 Ian dari ibukota Kabupaten Wonosobo, 120 km dari ibukota Provinsi Jawa Tengah dan 481 Ian dari ibukota Negara Republik Indonesia, Jakarta. Kawasan TW ATWTP dapat ditempuh dengan rute Semarang-Secang-Temanggung-Parakan-Dieng-TW ATWTP. Rute tersebut dapat ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Keanekaragaman biologi Kawasan hutan TWA TWTP merupakan jenis hutan sekunder. Tumbuhan yang mendominasi di TWA ini adalah Akasia perak (Acacia decurrens). Jenis tumbuhan lain yang terdapat di TWATWTP diantaranya Pancawama (Hydrangea macrophylla), dan cemara gunung (Casuarinajunghuniana) (Lampiran 1). Pengelolaan TWATWTP TW ATWTP termasuk ke dalam Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II Pemalang Resort Konservasi Wilayah Wonosobo. Status kawasan TW ATWTP sampai saat ini masih berupa penunjukan. Sampai tahun 2014, tata batas kawasan masih belum diresmikan, serta belum ada pembagian blok perlindungan dan pemanfaatan di dalam kawasan. Kawasan TWATWTP masuk ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029 sebagai bagian dari kawasan pelestarian alam yang harus dilindungi, dan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo tahun 2010-2029 sebagai kawasan taman wisata alam yang berfungsi untuk melestarikan lingkungan dan 'melindungi keanekaragaman biota serta ekosistemnya.
Pengelolaan dan Potensi Flora untuk Wisata di TWA TWTP Pengelolaan wisata Kegiatan pengelolaan yang beIjalan saat ini berupa kegiatan perlindungan hutan yakni berupa patroli hutan, pelatihan kebakaran hutan, pelatihan penembakan, inventarisasi dan identifikasi spesies flora, serta rehabilitasi hutan tahun 2003 dengan penanaman jenis flora yakni puspa (Schima wallichii) dan cemara gunung (Casuarina junghuniana). Namun dalam hal identifikasi flora, pengelola hanya melakukan kegiatan verifikasi sebagian flora yang ada di TWATWTP berdasarkan laporan keberadaannya (TWATWTP 2010). Prioritas kegiatan verifikasi flora hanya dilakukan untuk tingkat pohon sehingga· tidak dapat diketahui secara tepat kekayaan flora yang ada di dalam kawasan TWATWTP. BKSDA Jawa Tengah sebagai pengelola kawasan TWATWTP dalam hal ini juga membuka kesempatan keIjasama bagi para pihak yang ingin mengembangkan usaha wisata di TWATWTP, narnun sampai saat ini belum terbentuk keIjasama dengan pihak manapun. Fasilitas yang disediakan berupa toilet, shelter, mushola, loket, panggung terbuka, dan visitor center. Namun keberadaan fasilitas tersebut belum mendapatkan perawatan dan perbaikan, terkecuali pada toilet. Hal ini
7
dikarenakan kebutuhan pengunjung akan toilet penting berkaitan dengan keadaan TWA TWTP yang bersuhu rendah (dingin). Papan inforrnasi flora juga masih dianggap kurang optimal oleh pengunjung karena hanya terdapat pada obyek wisata Telogo Warno dan gua dalam TWA TWTP saja. Pemeliharaan fasilitas yang telah bekeIjasama dengan masyarakat, dapat menambah pendapatan masyarakat dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan TWATWTP. Potensi flora untuk wisata TWA TWTP memiliki 93 spesies flora yang dapat dikelompokan menjadi 12 kategori tumbuhan berguna (Gambar 2). Kategori flora yang paling dominan ada1ah kegunaan flora untuk obat (93 spesies), antara lain pakis andam (Dicranopteris dichotoma) sebagai obat masuk angin dan kayu manis sebagai obat penghangat (Cinnammomum burmannii), serta tumbuhan hias (30 spesies) seperti tumbuhan pancawarna (Hidrangea macrophylla) dan pakis haji (Cycas rumphii) (Lampiran 2). 93
30
6
14 4
7
13 1
4
7
.. •
I
:3
Gambar 2 Potensi tumbuhan berguna di TWATWTP Potensi flora di TWA TWTP belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga aktivitas wisata yang dapat dilakukan pengunjung masih terbatas pada aktivitas fotografi dan menikmati pemandangan Telogo Wamo di sepanjang jalur wisata (Gambar 3), atau menyaksikan bunga 7 warna, kecubung (Datura mete!) dan pancawarna (Hydrangea macrophylla) dalam event tahunan berupa upacara adat nasional berupa pelarungan rambut gimbal/gembel pada bulan Agustus di dalam kawasan TWATWTP. Penentuan flora yang diprioritaskan dalarn pengembangan wisata flora di TWATWTP didasarkan pada keunikan, nilai kegunaan dan status kelangkaannya, sehingga didapatkan 14 spesies flora antara lain Karika, Pinus, Akasia perak sebanyak 8 spesies flora tercantum dalam IUeN (Tabel 3).
8
No 1 2
3
4 5
6
7
8 9
10
11
12
13 14
Tabel 3 Spesies flora prioritas untuk pengembangan wisata flora Spesies Flora Nama lokal Keterangan Spesies (keunikan, nilai kegunaan dan status IUCN) Pinus merkusii Pinus Obat pencemaan, menambah nafsu makan, status vulnerable (lUCN) Solanum Terong belanda Obat maag dan bisul, pangan, betaceum tumbuhan hias, status Data Deficient (lUCN) Obat batuk, pakan temak, status Saccharum Glagah Least Concern (IUCN) spontaneum Centella asiatica Pegagan Obat wasir dan pembengkakan hati, lalap, status Least Concern (IUeN). Eleusine indica Rumput jampang Obat desentri, status Least Concern (IUeN) Cycas rumphii Pakis haji Tanaman hias, obat, ditemukan sepanjang jalur wisata, status Near Threatened (IUCN). Scirpus Rumput wlingi Tumbuh membentang luas dalam kawasan TWA TWTP, tumbuhan mucronatus hias status Least Concern (lUeN). Obat kanker, status Least Concern Panicum repens Lempuyangan (IUeN) Hydrangea Pancawama Satu tangkai bunga pada setiap macrophylla pokok tanaman, .dengan bentuk bunga membulat yang pada peri ode waktu tertentu memihki wama berbeda-beda, tumbuhan hias. Datura metel Kecubung Obat sakit gigi dan bunga berbentuk terompet, tumbuh
9 Potensi sebaran flora untuk wisata di TWATVVTP
----------" ," / --- ~
(/
I'
",
~ ·t
,."
~
°i' ~ ,~~
"
~
I 'r.",,-,
' '.
. " U t /c_ C.- .;~...,. If":&...
I
~--' o
o O Q ~ OO OO~
000'2
W'"
.f
'S "\...a,.... !:~
- \lMIIfI _~''' C.
-
0
»#'$1
..",
Gambar 3 Sebaran flora di sepanjang jalur wisata TWA TWTP
Sosial Ekonomi dan Keterlibatan Masyarakat dengan TWATWTP
Basil komoditi utama di Dieng adalah kentang dan karika. Namun pertaniannya menimbulkan permasalahan seperti bencana longs or, banjir dan pencemaran lingkungan. Masyarakat sekitar TWA TWTP mengharapkan ad~nya kegiatan dalam mengatasi bene ana tersebut, salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan penanaman pohon di daerah penyangga yang sekaligus dapat dikembangkan menjadi aktivitas wisata di TW ATWTP. Selain itu, pengembangan potensi wisata TWA TWTP dapat menyediakan alternatif mata pencaharian bagi masyarakat sehingga dapat beralih dari petani ken tang ke sektor pariwisata. Saat ini, masyarakat terlibat dalam TWA TWTP di antaranya sebagai pemandu wisata, penyedia homestay, penjaga toilet, ojek wisata, pedagang, penjaga tiket, dan home industry penyedia Karika sebagai oleh-oleh wisatawan. Selain dalam kegiatan wisata, interaksi masyarakat dengan kawasan juga terjadi dalam pemanfaatan sebagian kecil tumbuhan berguna dari dalam kawasan TWATWTP, yaitu S. edule sebagai bahan masakan, C. asiatica sebagai obat, dan H macrophylla sebagai tumbuhan hias. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2011 menyatakan bahwa pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupatenJkota harus memberdayakan masyarakat di sekitar kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya. Salah satu bentuk kegiatan
10 pemberdayaan masyarakat desa sekitar yang telah berkembang adalah Masyarakat Mitra Polhut (MMP) yang dibentuk pada bulan Agustus 2013.
Karakteristik Pengunjung TW ATWTP
Pengunjung TWA TWTP pada tahun 2013 mencapai jumlah tertinggi pada bulan Agustus, yaitu sebanyak 53.355 orang (Gambar 4). Pada bulan tersebut masyarakat mengadakan kegiatan ritual adat tahunan ruwatan rambut gimbal/gembel, yaitu upacara pemotongan rambut gimballgembel yang dipercaya sebagai titipan dari samudra Kidul, dan pelepasan rambut di Telogo Warno di dalam kawasan TWATWTP. Adanya kegiatan pelepasan rambut gimbal di Telogo Warno tersebut menarik minat pengunjung untuk datang dan menyaksikannya di kawasan TWA TWTP. 60000 50000 ~
gf
"
40000
~ '2
30000
.~ ~
20000
~
5h
10000
o
Gambar4
Jumlah pengunjung TWATWTP tahun 2013 (BKSDA Jawa Tengah 2013)
Sebagian besar pengunjung memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA (46%) dan Perguruan Tinggi (33.2%; Gambar 5). Damanik et at. (2006) menyatakan bahwa kepedulian dan kebutuhan pada lingkungan alam juga menjadi karakteristik penting wisatawan perempuan dan lulusan sekolah lanjutan. 23
23
3.3
~-SD
SMA
SMP
Perguruan Tinggi
Tingkat pendidikan I".J perempuan
.Iaki-Iaki
Gambar 5 Persentase jenis kelamin dan tingkat pendidikan akhir pengunjung
II
Pengunjung TWATWTP sebagian besar (66%) berasal dari Jawa Tengah. Sebesar 40% pengunjung asal Jawa Tengah mendapatkan informasi dari ternan, 20% dari keluarga dan 6.6% dari sekolah (Gambar 6), yang artinya informasi yang didapatkan masih didominasi oleh informasi dari mulut ke mulut. Nasution et al. (2005) menjelaskan bahwa dengan promosi mulut ke mulut, calon wisatawan dapat menggali sebanyak mungkin informasi dan pengalaman wisata rekannya sekaligus memastikan atas informasi yang mungkin diperoleh dari sumber lain. lenis media informasi (elektronik dan nonelektronik) wisata memainkan peranan penting dalam promosi wisata, dengan keunggulan dan efektivitasnya masing-masing yang ditentukan oleh aksesibilitas calon wisatawan terhadap media tersebut (Nasution et at. 2005). Media promosi yang telah dikembangkan oleh pengelola saat ini berupa leaflet. Media terse but dimanfaatkan sebagai sumber informasi oleh pengunjung lokal serta dari lawa Timur, sedangkan pengunjung luar lawa Tengah, yakni Jawa Barat, Jakarta, Banten, Sumatera selatan dan Mancanegara, mendapatkan sumber informasi wisata melalui media berupa televisi, koran dan internet (Gambar 6). lumlah pengunjung dari luar lawa Tengah masih sedikit (34%) dibandingkan pengunjung Jawa Tengah (66%). Ini mengindikasikan bahwa informasi mengenai TWA TWTP belum tersebar secara luas. Kondisi terse but menunjukkan perJunya pengembangan promosi pada kawasan TWA TWTP dalam bentuk media cetak maupun elektronik yang memiliki jangkauan lebih luas. 40
20
6.6 3.3
3.3 3.3
3.3 3.3
--«-.__ . _ljIL_...~__._..__... koran
televisi
leaflet
teman
keluarga
:--~--
internet
sekolah
Sumber informasi awal
o Banten
~
BlJawa TImur
• Sumatera Selatan m Mancanegara
OKI Jakarta
E:l Jawa Barat
~Jawa
Tengah
Gambar 6 Sumber informasi awal dan asal pengunjung TWA TWTP Pengunjung lebih sering datang ke TWATWTP pada hari sabtulminggu (53.3%) dan hari libur nasional (43.3%; Gambar 7). Hal ini disebabkan pada hari terse but sebagian besar orang memiliki waktu luang berwisata dibandingkan waktu kerja. Pengunjung yang datang pada hari kerja (6.6%) merupakan wirausahawan yang berziarah dan pelajar yang melaksanakan kunjungan sekolah (Gambar 7).
12 23 16.5
6.6 3.3
3.3
Jenis pekerjaan E'l
Sabtu-Minggu _ Libur nasional
1:11
Hari kerja
Gambar 7 Persentase jenis pekerjaan dan waktu wisata pengunjung TWA TWTP Tujuan pengunjung datang ke TWA TWTP sebagian besar adalah untuk rekreasi (82.7%), dan kunjungan sekolah/perguruan tinggi (6.6%; Gambar 8). Berdasarkan dominasi tujuan dan pekerjaan pengunjung saat ini (pelajar), dapat dikembangkan suatu kegiatan rekreasi yang juga memberikan nilai pendidikan bagi pengunjung. Hal ini sesuai dengan fungsi Taman Wisata Alam sebagai tempat rekreasi dan pendidikan.
23
"*'"
-"''"" OJ
6.
OJ
>-<
OJ·
'"
pelajar
.~
swasta
3.3
. _JIlU wiraswasta
PNS
BUMN
Ibu RT
petani
3.3
..... nm .. buruh
Jenis pekerjaan • Bisnis/pekerjaan
III kunjungan sekolah/Perguruan Tinggi
lID rekreasi
12 Menganlar keluargaileman
:-:Ziarah
Gambar 8 Persentase jenis pekerjaan dan tujuan pengunjung ke TWA TWTP Setiap pengunjung yang berwisata ke Kawasan TWATWTP memiliki harapan dan keinginan terhadap wisata. Sebagian besar pengunjung (70%) menginginkan pengadaan souvenir khas baik berupa makanan khas, tumbuhan khas, maupun kerajinan tangan. Harapan lainnya adalah pembuatan dan/atau perbaikan fasilitas, perbanyakan papan interpretasi, perbanyakan dan perawatan tempat sampah, serta penyusunan aturan dalam mengatasi vandalisme dan sampah yang ada di TW ATWTP. Selain itu pengunjung juga menginginkan pengembangan pada promosi agar TWATWTP lebih dikenal di Indonesia maupun mancanegara.
I
13
Pengembangan Wisata Flora TWATWTP Potensi flora, karakteristik pengunjung dan masyarakat, serta reneana pengelolaan menjadi dasar pertimbangan dalam mengembangkan wisata flora. Pengembangan wisata flora yang dihasilkan meliputi pengembangan aktivitas, sumberdaya manusia (SDM), souvenir, fasilitas, promosi wisata dan dan kerjasama wisata di TWATWTP (Tabe14).
Aktivitas wisata 1. Wisata konservasi TWATWTP Sesuai dengan visi pengelolaan dan fungsi konservasinya, TWATWTP merupakan tempat perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam, maka kegiatan wisata konservasi yang dapat dikembangkan berupa pengenalan jenis flora yang digunakan untuk rehabilitasi dan pembuatan kerajinan tangan. Spesies flora yang dapat dijadikan obyek wisata rehabilitasi adalah 8 wallichii dan C. junghuniana (Gambar 9) yang merupakan tumbuhan ash kawasan TWATWTP, dan sesuai dengan Reneana Pengelolaan BKSDA Jawa Tengah (2012) dalam mengupayakan rehabilitasi di kawasan TWATWTP .
Gambar 9 Spesies flora yang dipergunakan untuk rehabilitasi kawasan: a. Cemara Gunung (c. junghuniana) dan b. Puspa (8 wallichii) Pelaksanaan kegiatan wisata konservasi berupa rehabilitasi disesuaikan dengan rene ana kegiatan rehabilitasi oleh pengelola. Pengunjung diajak menanam flora pada area rehabilitasi dan dijelaskan kepentingan rehabilitasi bagi kelestarian kawasan, serta pemilihan jenis flora yang ditanam. Dengan demikian, kegiatan ini akan dapat memberikan manfaat rehabilitasi bagi kawasan, sekaligus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengunjung mengenai pentingnya spesies flora yang ditanam bagi pelestarian kawasan. Spesies flora yang dipilih sebagai obyek kerajinan tangan adalah A. decurrens. Pemanfaatan flora tersebut dilakukan sekaligus sebagai upaya untuk menekan keberadaan A. decurrens sebagai tumbuhan invasif di TWATWTP.
1
~
Tabel4 Matriks pengembangan wisata flora di TWATWTP Potensi wisata flora 14 spesies flora yang diprioritaskan dalam pengembangan wisata flora: 1. Pinus merkusii 2. Solanum betaceum 3. Saccharum spontaneum 4. Centella asiatica 5. Eleusina indica 6. Cycas rumphii 7. Scirpus mucronatus 8. Panicum repens 9. Hydrangea macrophylla 10. Asparagus cochinchinensis 11. Casuarina junghuniana 12. Schima wallichii 13. Carica candamarcensis 14. Acacia decurrens
Dasar Penyusunan Pengembangan Wisata Flora Rekomendasi Pengembangan Flora Masyarakat Pengelola Pengunjung 1. Mata pencaharian 1. Pengembangan kegiatan 1. Rencana: 1. Karakteristik: sebagian besar wisata: a. Membuka a. Usia mayoritas remaja (13-19 tahun) masyarakat adalah a. Wisata konservasi peluang pertanian kentang TWATWTP kerjasama b. Jenis kelamin b. Wisata pendidikan perempuan (53%) yang menimbulkan b. Perbaikan TWATWTP fasilitas c. Jenis pekerjaan sebagai ancaman bencana c. Wisata fotografi flora alam (banj ir, tanah 2. Bentuk pelajar/mahasiswa (39,7%) longsor) TWATWTP pemberdayaan 2. Aktivitas masyarakat 2. Pengembangan fasilitas: d. Dominasi pengunjung masyarakat a. Pengadaan sentra asal Jawa Tengah terkait TWA TWTP sekitar berupa pemanfaatan souvemr (40%) TWATWTP air dan lapangan b. Penyediaan demplot yaitu MMP e. Sumber informasi 40% kerja (penyedia pembuatan kompos (Masyarakat berasal dari ternan homestay, pemandu, Mitra Polhut) f. Tingkat pendidikan c. Penyediaan demplot flora prioritas terakhir SMA dan penjaga toilet. penjaga tiket, ojek TWATWTP Perguruan Tinggi home Perbaikan fasilitas wisata, d. 2. Keinginan: TWATWTP a. Pengadaan souvenir industry, serta e. Perawatan dan pedagang), serta kbas pengawasan fasilitas b. Pengadaan kegiatan pemanfaatan TWATWTP wisata tumbuhan: f. Penyediaan papan c. Perbaikan fasilitas I. Labu siam informasi: aturan dan d. Perbanyakan dan (Sechium perawatan tempat flora.
l't .
.I1L-ULtU Ut::l-UI I
~/hJ
perawatan tempat
tlora.
Tabel 4 Matriks pengembangan wisata flora di TWA TWTP (l anjutan) No
Potensi wisata flora
Dasar Penyusunan Pengembangan Wisata Flora Rekomendasi Pengembangan Flora Pengel()la Pengunjung Masyarakat sampah edule) 3. Souvenir: e. Peningkatan 2. Pancawarrna a. Pengadaan kerajinan tangan promosi wisata (Hidrangea b. Makanan: penyediaan karika f. Upaya dalam macraphylla) dan kentang mengatasi 3. Pegagan c. Minuman: teh purwoceng vandalisme (Centella 4. Promosi Wisata asiatica) a. Perbanyakan media wisata (leaflet) 3. Harapan: b. Pembuatan website internet Adanya kegiatan wisata yang TWATWTP mendukung dalam c. Pembuatan dan updating upaya mengatasi Calender of Events dalam bencana alam yang website TWATWTP mengenai segala kegiatan di ada. TWATWTP. 5. Sumberdaya Manusia (Pengelola) Memberikan pemahaman, pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan wisata 6. Kerjasama. Pengelola dengan pihak swasta, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, serta LSM. V>
16 2.
Wisata pendidikan TW ATWTP Wisata pendidikan dikembangkan berdasarkan fungsi TWA sebagai temp at rekreasi dan pendidikan. Wisata pendidikan dibagi menjadi pengenalan tumbuhan dan pemanfaatan tumbuhan. Dalam kegiatan pengenalan tumbuhan, pengunjung diperkenalkan dan dijelaskan tentang tumbuhan TWATWTP mulai dari mengenali aneka ragam jenis tumbuhan, kegunaan, keunikan, serta status kelangkaannya. Pengunjung kemudian diajak berdiskusi mengenai keadaan tumbuhan yang ada, mulai dari bentuk, kegunaan, kelangkaan dan keunikan tumbuhan terse but dengan mengunjungi lokasi tumbuhan hias TW ATWTP (Gambar 10) dan lokasi budidaya tumbuhan TWATWTP. Spesies flora untuk obyek wisata pengenalan tumbuhan adalah tumbuhan berguna obat (E. indica, C. asiatica), tumbuhan langka (P. merkusii, C. rumphii, P. repens), dan tumbuhan unik (S mucronatus, C. candamarcensis).
Gambar 10 Lokasi tumbuhan hias di TWA TWTP Wisata pemanfaatan tumbuhan dilaksanakan dengan memberikan pengalaman langsung kepada pengunjung dalam pemanfaatan serasah untuk kompos. Spesies flora yang menjadi obyek wisata pemanfaatan tumbuhan adalah S spontaneum dan A. decurrens, karena memiliki banyak kegunaan, salah satunya sebagai pupuk hijau (LIPI 1984).
Gambar 11
Spesies flora yang dipergunakan untuk kompos: a. Akasia perak (A. decurrens) b. Gelagah (S spontaneum)
17 Penyelenggaraan wisata pendidikan dapat menjadi penunjang pembelajaran di sekolah, meningkatkan pengetahuan dan skilliketerampilan para pelajar terkait pengelolaan lingkungan. Kamsinah (2008) menyatakan bahwa karya wisata merupakan metode belajar yang dapat meningkatkan keaktifan dan mendorong tercapainya elaborasi teori-teori yang diperoleh peserta didik. 3. Wisata fotografi Sebagian pengunjung TWATWTP (17%) datang dengan tujuan khusus untuk fotografi. Obyek fotografi memberikan pengalaman baru dengan menonjolkan kesan natural atau asli (Santoso et at. 2011), dalam hal ini adalah suasana TWATWTP yang rindang dan sejuk serta flora yang sebelumnya tidak teramati oleh pengunjung. Pengembangan wisata fotografi diharapkan dapat menyalurkan kemampuan dan hobi/minat pengunjung terhadap fotografi, menambah pengalaman, serta diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pengunjung mengenai flora. Pengembangan wisata fotografi oleh pengelola dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan lomba fotografi tumbuhan untuk pengunjung dengan tema berbeda-beda, pada bulan November (terbentuknya TWATWTP). Pemilihan tema wisata flora fotografi berupa "Eksplorasi Keunikan flora khas Dieng", "Tumbuhan berbunga TWATWTP", "Mengenal 93 Tumbuhan obat TWATWTP", "Delapan spesies flora IUCN TWATWTP". Pemilihan tema lomba fotografi dilakukan agar potensi flora TWATWTP dapat dikembangkan sebagai wisata fotografi. Pengunjung mengambil gambar sesuai tema dengan memberikan deskripsi mengenai flora terse but dan kemudian mengirimkannya ke website TWATWTP. Deskripsi flora dapat berupa taksonomi, fungsi serta keunikan flora yang teramati. Selanjutnya pihak pengelola menyeleksi dan menampilkan gambar terbaik di visitor center sebagai display yang diharapkan dapat menambah daya tarik pengunjung datang ke TWA TWTP sekaligus penghargaan kepada pemenang lomba. Selain itu, penghargaan kepada pemenang juga dapat berupa souvenir TWATWTP dan tiket gratis masuk TWATWTP. Flora yang dapat dijadikan obyek wisata fotografi ini berupa tumbuhan berbunga dan tumbuhan unik kawasan TWA TWTP. Spesies tumbuhan berbunga yang dapat dijadikan obyek fotografi yakni H macrophylla, S mucronatus, serta D. metel.
Gambar 12 Spesies flora yang dipergunakan untuk obyek wisata fotografi: a. Pancawama (H macrophylla) b. Rumput Wlingi (S mucronatus) c. Terong belanda (S betaceum)
18
Contoh spesies flora dengan keunikannya sebagai obyek wisata fotografi adalah Scirpus mucronatus, yang tumbuh tersebar luas dalam satu tempat dalam kawasan sehingga menjadi pemandangan indah. Contoh spesies flora dengan keunikan lainnya adalah tumbuhan S. betaceum yang memiliki buah berbentuk telur seperti lampu hias dengan warna hijau sampai keunguan, serta bentuk bunga D. metel yang seperti terompet sehingga disebut juga dengan bunga terompet, menambah daya tarik tumbuhan tersebut bagi pengunjung dalam pengambilan gambar. Meskipun begitu, pemilihan obyek flora wisata fotografi dapat memanfaatkan seluruh potensi spesies flora yang terdapat di TWATWTP, sehingga potensi tumbuhan yang ada dalam kawasan dapat tereksplorasi secara optimal. Sumberdaya manusia Pengembangan SDM perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan fungsi TWA sebagai tempat pariwisata. Pengembangan SDM meliputi pengembangan kuantitas dan kualitas. Pengembangan kuantitas yakni penambahan pegawai untuk menangani keamanan dan keselamatan pengunjung, sehingga dapat mengoptimalkan keamanan dan keselamatan pengunjung di dalam kawasan. Pengembangan kualitas SDM dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dan keterampilan kepada pengelola dan masyarakat terkait pengelolaan wisata. Bentuk kegiatannya dapat berupa pelatihan, pendampingan, dan pengarahan. Secara khusus bagi pengelola, perlu diberikan pelatihan inventarisasi dan identifikasi SDA, interpretasi untuk wisata alam, dan penyuluhan, sehingga pengelola dapat melakukan kegiatan pengelolaan dengan lebih baik, termasuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya melakukan upaya konservasi TW ATWTP. Program peningkatan kapasitas bagi masyarakat berupa pelatihan penanaman serta perawatannya (kegiatan penanaman dapat dilakukan di dalam TW ATWTP atau di sekitamya), pelatihan pengelolaan vegetasi (fokus pada pemeliharaan pohon khususnya A. decurrens yang beresiko patah/tumbang, kemudian hasil kayunya bisa dijadikan souvenir), serta pelatihan pemanduan dan interpretasi bagi kelompok masyarakat yang selama ini melakukan pemanduan. Selain itu penerapan aturan atau kebijakan yang tegas harus diberlakukan baik terhadap pengunjung, masyarakat dan pengelola sehingga semua yang terlibat dalam pengembangan wisata dapat mengoptimalisasikan fungsi pengawetan hutan berdasarkan peraturan TWA yang berlaku. Souvenir wisata Kegiatan wisata sangat berkaitan dengan souvenir/cinderamata. Souvenir merupakan kesan yang tertera dalam ingatan wisatawan tentang apa yang dilihat dan dialaminya dalam kunjungannya ke daya tarik wisata tertentu (Kodhyat 2007). Adanya souvenir yang khas dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk kembali berkunjung ke DTW dan menjadi daya tarik bagi wisatawan lain yang belum mengunjungi DTW terse but. Penyediaan dan penganekaragaman souvenir khas dapat berupa kerajinan tangan dan makanan. Penyediaan souvenir berupa kerajinan tangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan A. decurrens sebagai upaya mengendalikan penyebaran tumbuhan invasif tersebut. Souvenir khas berupa makanan dan
19 minuman yang dapat ditawarkan yakni olahan Karika (C candamarcensis) dan teh Purwoeeng sebagai minuman khas Dieng. Hal tersebut membuka peluang kerjasama pengelola dengan masyarakat sekitar.
Fasilitas wisata Fasilitas yang ada di TWATWTP harus diperhatikan perawatan dan pengawasannya. Perlu adanya perbaikan terutama pada fasilitas mushola (Gambar 13) dan visitor center. Visitor center perlu dilengkapi dengan berbagai media informasi mengenai kawasan dan sumberdaya yang ada di dalamnya. Bentuk media dapat berupa papan interpretasi, poster, dan media audio-visual (film tentang kawasan) .
Gambar 13 Fasilitas Mushola TWATWTP Perbaikan jalan wisata juga harus diperhatikan terutama di sepanjang jalur wisata menuju Telogo Pengilon (Gambar 14b). Kondisi jalan setapak dari tanah dengan lebar jalan kurang dari 30 em dan liein menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengunjung untuk berwisata (Gambar 14b). Perbaikan jalan dapat dijadikan masukan kegiatan Reneana Pengelolaan TWATWTP bagi BKSDA Jawa Tengah dalam pengembangan fasilitas TWATWTP. Upaya mengatasi sampah di TWA TWTP dapat dilakukan dengan penambahan tempat sampah di kawasan TWATWTP, karena tempat sampah selama ini hanya diprioritaskan pada 3 titik di jalan menuju Telogo Warno yang telah diperkeras batako (Gambar 14). Upaya lain dalam mengatasi sampah di kawasan yakni dengan menyediakan papan aturan dan larangan pada titik potensi obyek wisata dan titik tempat berkumpulnya pengunjung di TWATWTP. Pengembangan fasilitas lainnya yakni penyediaan sentra souvenir dan demplot pembuatan kompos, dalam hal ini dengan rnernanfaatkan lahan berupa warung dan loket yang sudah tidak digunakan dalam kawasan TWATWTP (Gambar 14). Lahan tersebut digunakan agar tidak lebih banyak merubah bentang alam di kawasan TWA TWTP. Lokasi tumbuhan hi as yang sudah ada di TWATWTP dapat diperkaya dengan berbagai jenis turnbuhan obat, dan dilengkapi dengan papan-papan interpretasi tentang tumbuhan yang ada, sehingga
20 dapat digunakan juga untuk mendukung kegiatan wisata pendidikan bagi pengunJung.
Fasilitas TWATWTP
Telogo Warno
Telogo Pengilon
.. \
A~E W~y
Legend
S
I
jalan_twtp
ru-u----10."""'ID,'gl.t.
o 0 0 (0) 0006
(lOO !
- - sungai
twtp Loket.
II)
Visitor center
•
• •
~Iusbola
Toilet Temp-ai sampah Plot Kompos Plot Sentra sounrur
Gambar 14 Fasilitas TWATWTP: a. Jalan batako b. Jalan tanah c. Titik lokasi pembuatan kompos.
Promosi wisata Pengembangan promosi yang dapat dilakukan yakni pembuatan dan perbanyakan media leaflet flora dan website khusus TWATWTP. Penyebaran leaflet dapat meliputi BKSDA Jawa Tengah, di pameran wisata Jawa Tengah, serta pada bagian stakeholder yang bekerjasama dengan pengelola dalam wisata flora. Informasi dalam leaflet TWATWTP berupa informasi deskripsi mengenai
21 flora TWA TWTP meliputi sejarah, mitos, aktivitas wisata flora, serta keunikan flora TWATWTP. Pengembangan promosi lainnya adalah situs internet, karen a dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat yang berencana mencari informasi wisata mengenai TWATWTP. Yoeti (2010) menjelaskan bahwa mulai 2010 media elektonik akan lebih canggih dalam pengembangannya sehingga lebih memudahkan mencari informasi melalui internet. Hal ini juga sesuai dengan The Statistic Portal (2015) yang menunjukkan bahwa trend pengguna internet tcrus meningkatkan setiap tahunnya. Informasi internet merupakan penambahan dari leaflet berupa film atau dokumentasi tumbuhan yang terdapat pada kawasan TWATWTP, serta calender of events yang memuat informasi kegiatan yang akan dilakukan di kawasan TW ATWTP, seperti yaitu wisata rehabilitasi TW ATWTP. Kerjasama Pengembangan keIjasama pelu dilakukan dengan masyarakat sekitar, swasta, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan LSM. Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011 menjelaskan bahwa masyarakat perlu diikutsertakan dalam upaya pengelolaan dan pengembangan kawasan konservasi. Pelibatan masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai kegiatan bersama seperti kegiatan gotong royong, patroli kawasan serta kegiatan wisata (seperti pemanduan dan penyediaan souvenir). Pelibatan masyarakat sekaligus akan dapat membangun kerjasama antara pengelola dan masyarakat. KeIjasama dengan swasta dalam hal pengelolaan wisata diterapkan melalui IPP A, namun untuk itu perlu adanya kejelasan pembagian blok dalam kawasan terlebih dahulu. KeIjasama dengan pemerintah daerah khususnya dalam pengembangan ataupun pemeliharaan infrastruktur jalan menuju kawasan, serta pengembangan moda transportasi, dan promosi kawasan TWATWTP. KeIjasama juga dapat dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM dalam pengelolaan wisata TWATWTP serta pelaksanaan upaya konservasi kawasau, baik dengan perguruan tinggi maupun dengan LSM.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.
2.
3.
Pengelolaan flora TWATWTP meliputi patroli hutan, pelatihan kebakaran hutan, latihan penembakan, inventarisasi dan identifikasi flora, serta rehabilitasi hutan. Terdapat 14 spesies flora yang diprioritaskan untuk dikembangkan sebagai obyek wisata flora TW ATWTP. Karakteristik pengunjung didominasi oleh jenis ke1amin perempuan dengan tingkat pendidikan SMA dan Perguruan Tinggi, sebagian besar berasal dari Jawa Tengah, dengan sumber informasi dari ternan (66.6%) dengan tujuan rekreasi. Masyarakat memanfaatkan sebagian keci1 tumbuhan di TWATWTP, yaitu H. macrophylla, S. edule, dan C. asiatica. Keterlibatan masyarakat dalam
... 22
4.
kegiatan wisata di TWATWTP adalah dalam hal penyediaan homestay, pedagang, juru kunci, ojek wisata, penjaga tiket serta pemandu wisata. Pengembangan wisata flora TWA TWTP meliputi pengembangan aktivitas, souvenir, fasilitas, sumberdaya manusia, promosi dan pengembangan kerjasama wisata TWATWTP. Saran
Koordinasi atau kerjasama antar kepentingan diantaranya pemerintah, masyarakat serta stakeholder lainnya harus ditingkatkan dalam pengembangan aktivitas wisata flora, sumberdaya manusia, souvenir, fasilitas dan promosi wisata di TWATWTP, sehingga fungsi konservasi yakni pemanfaatan, pengawetan dan perlindungan serta visi TWATWTP dapat terwujud dengan optimal. Selain itu, perlu segera ditetapkan blok perlindungan dan pemanfaatan, sehingga pengelolaan kawasan dapat lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA Damanik J, Weber H. 2006. Pereneanaan ekowisata. Yogyakarta (ID): Andi Offset. [Ditjen) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam PHKA. 2003. Pedoman Analisis Daerah Operasi Objek Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA). Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi A l a m . · • Gaol HL. 2009. Pengembangan daerah tujuan wisata berbasis ekowisata. Jurnai Kepariwisataan Indonesia. Vol. 4: [hIm. Tidak diketahui). [IUCN) International Union for Conservation of Nature and Natural Resources. 2012. The IUCN Red List of Threatened Species [Intfi!rnet). [diunduh 2014 Maret 12). Tersedia pada: http://www.iuenredlist.org/details/22696019/0. Kamsinah. 2008. Metode dalam Proses pembelajaran: Studi tentang Ragam dan Implementasinya. Lentera Pendidikan XI (J): 101-114 Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah [tesis). Bogor (ID): Program Pascasarjana Pertanian Bogor. Kodhyat H. 2007. Cara mudah Memahami dan Mengembangkan Pariwisata Indonesia. Jakarta (ID): Indonesia Ecotourism Network (INDECON). Nasution S, Nasution MA, Damanik J. 2005. Persepsi Wisatawan Mancanegara terhadap Kualitas Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Sumatera Utara. Jurnal Studi Pembangunan. Vol. I: [hIm. Tidak diketahui). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011. Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. 19 Mei 2011. Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 56. Jakarta (ID) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999. Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. 27 Januari 1999. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 14. Jakarta (ID)
1 23
Silaban STU. 2004. Tanggapan Pengunjung Domestik terhadap Obyek Wisata di Bahorok Taman Nasional Gunung Leuser [skripsi}. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Sudibyakto, Tukidal Y, Bambang AS, Andri K. Pemetaan Kondisi Sumberdaya Alam Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian Fakultas Geograji UGM Tahun 2002. HIm. 88-100. The Statistic Portal. 2015. Number of internet users in selected countries and regions as of May 2014 (in millions). [internet]. [diunduh pada 2015 Maret 16].
24 Lampiran I Spesies tumbuhan di TWA TWTP No A I
2 3
4 5 6 7
8 9 10 II
12 13
14 15 16 17
18 19 20 B I
2 C I
2 3
4 5 6 D I
2 3
4 5
Nama Famili Pohon Acaciaceae Casuarinaceae Euphorbiaceae Fabaceae Fabaceae Fagaceae Fagaceae Lauraceae Lauraceae Lauraceae Malvaceae Meliaceae Myrtaceae Pinaceae Salicaceae Sapindaceae Solanaceae Symplocaceae Theaceae Theaceae Bambu Poaceae Poaceae Merambat Asteraceae Endogonaceae Marchantiaceae Polytricaceae Thuidiaceae Cucurbi taceae Herba Commelinaceae Nyctaginaceae Apiaceae Asparagaceae Aspleniaceae
Nama Ilmiah
Nama Lokal
Acacia decurrens Casuarina junghuniana Aleurites fordii Derris elliptica Leucaena glauca Quercus lineata Castanopsis argentea Cinnamomum zeylanicum Litsea cubeba Cinnamomum burmannii Urena tri/olia Toona sureni Melaleucae folium Pinus merkusii Salix babylonica Dodonea viscusa Solanum betaceum Symplocos fasciculata Schtma noronhae Eurya japanica
Akasia perak Cemara siukJGunung Umbel-umbelan Luba Kemlandingan Pasang W rakas/Saninten Kayu manis daun besar Krangean Kayu manis daun kecil Urang-urangan Suren Kayu putih Pinus Cemethi Tengsek Terong belanda Jirek Puspa Sadan
Erianthus arundina Bambusa multiplex
Glonggong Bambu Pringgondani
-
Clibedium surinamense Leucoloma molle Marchantia emarginata Pogonatum contortum Claopodium assurgens Sechium edule
Andonjarum Lumut tanduk Lumut hati Lumut daun Lumut kerak Labu siam
Commelina nudiflora Mirabilis jalapa Centella asiatica Asparagus cochinchinensis Asplenium nidus
Aur-aurlbrambangan Bunga pukul empat Rendenglpegagan Asparagus Kadaka
25 Lampiran 2 Spesies tumbuhan di TWATWTP (lanjutan) No Nama Famili Asteraceae 6 7 Asteraeae Asteraceae 8 9 Asteraceae 10 Cannaceae II Caricaceae 12 Caryophyllaceae 13 Cyperaceae 14 Euphorbiaceae IS Fabaceae 16 Lamiaceae 17 Liliaceae 18 Phyllantaceae 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 E 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Poaceae Selaginellaceae Euphorbiaceae Poaceae Perdu Apocynaceae Apocynaceae Araceae Asteraceae Crypteroniaceae Cyatheaceae Cycadaeae Dicksoniaceae Ericaceae Euphorbiaceae Gleicheniaceae Hydrangeaceae Melastomataceae Melastomataceae Myrtaceae
Nama Ilmiah Chrysanthemum indicum Chrysanthemum morifolium Artemisia vulgaris Sonchifolium Canna edulis Carica candamarcensis Drymaria cordata Fimbristylis globulosa Fuchsia speciosa Desmanthus virgatus Orthosiphon grandiflorus Dianella ensifolia Antidesma tetandrum Leersia hexandra Eleusine indica Ottochloa nodosa Pennisetum purpureum Imperata Silindrica Oplismenus burmannii Panicum repens Axonopus compressus Selaginella plana Emilia sonchufolia Saccharum spontaneum Allamanda cathartica Catharanthus roseus Zantedes chiaaethiopica Blumea balsamifera Crypteronia peniculata Cyathea contaminan Cycas rumphii Ciboium barometz Gaultheria fragrantissima Euphorbia pulcherrim Dicranopteris dichotoma Hydrangea macrophylla Melastoma polyanthum Medinilla speciosa Rhodamnia cinerea
Nama Lokal Serunen Kerisan Rumput Sudamala Tempuyung Ganyong KarikaJPepaya Gunung Randa nunut Mendong Anting-anting Asem-aseman Rumput remujung Kerisan 1emes Rumput andamandaman Rumput kalamenta Rumput Jampang Rumput puyengan Rumput Gajah Alang-alang -Jumpang putih Lempuyangan Paitan Paku Cakar ayam • Temu wiyang Glagah Alamanda Tapak darah Kala lili Sembung Palcis jebugljebol Pakis Galar Pakis haji Pakis emas Gandapura Racunan Pakis andam Pancawama Senggani Parijoto Endong
r
'f
26 Lampiran 3 Spesies tumbuhan di TWATWTP (lanjutan) No 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Famili Pteridaceae Phytholacaceae Verbenaceae Polypodiaceae Rubiaceae Araliaceae Saxifragaceae Polypodiceae
24 F I 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rustaceae Semak Asteraceae Euphorbiaceae Asteraceae Asteraceae Asteraceae Cyperaceae Moraceae Rosaceae Rosaceae Solanaceae
II 12
Solanaceae Amaranthaceae
Nama Ilmiah Adiantum cuneatum Pytholaca sp Lantana camara Platycerium bifurcatum Ixora javanica Scheff/era octophylla Astilbe rivularis Cyclophorus nummularifolius Sansevieria trifasciata
Aster multiflorius Euphorbia milli Synedrella nodiflora Taraxacum officinale Eupatorium polasius Scirpus mucronatus Artocarpus elasticus Rosa chinensis . Rubus rejlexus Datura metel Solanum nigrum Celosia cristata
Nama Lokal Suplir Bayam hutan Tembelekan Menjangan Sokajawa Tanganan Ri gorang Picisanipicis Lidah mertua Aster Mahkota duri Campean Jombang Kirinyuh Engong Wlingi Jumpang sindep Mawar Uchen Kecubunglbunga terompet Ranti Jewer KotoklJengger ayam
---
Lampiran 4 Rekapitulasi identifikasi flora di TWA TWTP No Pohon I
Kriteria Pengembangan Wisata Flora Nama Lokal
I
2
3
4
5
6
7
v
v
Akasia
v
v
2
Cemara gunung
v
v
v
3
Umbel-umbelan
v
4 5
Luba Kemlandingan
v v
v
v
6
Saninten
v
v
7 8
v v
v
10
Pasang Kayu manis daun besar Kayu manis daun kecil Krangean
11
Urang-urangan
v
12
Suren
v
9
8
9 v
V
10 v v
v
v
v
v
v,
v
v v
v v
v
II
12 Tumbuhan invasif TWA TWTP, berfungsi mengatasi bencana alam. Kepercayaan masyarakat TWA TWTP sebagai pintu gerbang Samudera Kidul. Pohon keputihanlkeperakkan seperti bertabur tepung, penghasil cat dan rempah-rempah Obat peluruh keringat. Biji seperti petai namun lebih pipih dan kecil. berfungsi mengatasi bencana alam. Kayu bangunan, tumbuhan beracun, buah lonjong bersayap tipis kedua sisi, bawah daun berbulu warna perak. Jenis tumbuhan emergen. Kulit pohon coklat kemerahan dan licin, obat jantung penghangat. Warna kulit kayu coklat tua, obat penghangat. Penghasil minyak atsiri, obat kejang dan penghangat tubuh. Bunga berkhasiat penghilang bisul, diare. dan peluruh dahak. Kulit batang terlihat pecah-pecah, mengandung bahan pengusir serangga (repellant), insectisida.
..., N
,L
N
Lampiran 4 Rekapitulasi identifikasi flora di TWATWTP (lanjutan) No 13
Nama Lokal Sadan
v
14
Tengsek
v
v
15 16
v v
v
17
Jirek Terong belanda Kayu putih
18
Pinus
v
19
Cemethi
v
20 Puspa Bambu 1 Bambu Pringgondani 2 Glonggong Merambat 1 Andonjarum 2 Labu siam 3 Lumut tanduk 4 Lumut hati
v
1
2
3
4
5
v v
v
v
v
Kriteria Pengembangan Wisata Flora 7 8 9 10 11 12 Tumbuhan evergreen, memiliki rasa pedas menyengat, khasiat sebagai obat pilek. Tumbuhan keramat sebagai penjaga/pelindung pemilik rumah. Obat penyakit kulit. v Bentuk buah oval seperti telur,warna kuning muda sampai keunguan v Batang berwarna putih, penghasil minyak, berkhasiat obat penenangiaromaterapi. Kayu furnitur, daun berbentuk jarum, biji terletak pada setiap sisik buahnya. Daun menjuntai ke bawah, tumbuhan dekat dengan v mr. Bagian pucuk pohon berdaun warna merah.
6
v
v v v v v
00
Tumbuhan herb is ida. v
v v
v
Lampiran 4 Rekapitulasi Identifikasi Flora di TWATWTP
(Jnl1iufnn\
Pakan ternak. Tumbuhan penutup tanah. Mengurangi sariawan dan panas. Tumbuhan perintis. Tumbuhan perintis, berkhasiat penyakit hati.
sebagai
obat
Lampiran 4 Rekapitulasi Identifikasi Flora di TWATWTP (lanjutan) No
I
5
Nama Lokal Lumutkerak
v
6
Lumut daun
v
Herba 1 Rumput kalamenta 2 Rumput Jampang 3 Anting-anting
4
2
3
4
Kriteria Pengembangan Wisata Flora 5 6 7 8 9 10 11
12 Berbentuk datar seperti kerak, berkhasiat antibiotic dan anti kanker. Berkhasiat sebagai obat jantung, menghilangkan toksin gigitan ular.
v
Pakan ternak, pereda demam.
v v
Memiliki minyak atsiri, obat kencing batu. Bunga memanjang membentuk sum bu. Warna merah atau putih hijauan. Sebagai lalap, obat untuk meningkatan daya ingat, bentuk daun seperti otak Memiliki khasiat melancarkan saluran urin, kerajinan, bahan makanan. Bentuk seperti sarang burung, tumbuhan hias. Obat ayan, memiliki rasa pahit, pedas dan hangat. Berbau seperti kambing (jukut berak kambing), berkhasiat menghangat perut. Pupuk hijau, pakan ternak.
v
5
Rendeng /pegagan Asparagus
6
Kadaka
v
7
v
8
Rumput Sudamala Serunen
9
Glagah
v
10
Rumput remujung
v
v
v
v
v
v
v
v
v v
v
Berbunga memanjang seperti kumis (kumis kucing), berkhasiat obat rematik, memperlancar air kemih. tv -.0
.------------'--__ i
'" o Lampiran 4 Rekapitulasi N o Nama lokal 11 Asem-aseman 12 Rumput Kerisan lemes Rumput andam13 andaman 14 CaricaIPepaya Gunung 15 Randanunut 16
Mendong
17
18
Tempuyung Ganyong
19
Rumput Gajah
20
Paku Cakar ayam
21
Rumput pUyengan Auraur/brambangan
22
Identifikasi Flora di TWATWTP (lanjufan) Kriteria Pengembangan Wisata Flora I 2 3 4 5 6 7 8 9 10 II 12 v v Pakan temak, 1alap, penabah nafsu makan. Obat radang saluran kencing, dan akamya ; v v untuk racun tikus. Obat infeksi saluran kencing dan obat v batuk. Makanan khas Dieng, beraneka ragam v v v rasa buah. Pengendali hama dan penyakit pada ikan, v sakit demam. Merupakan tumbuhan insectisida dan v herbisida. Obat penghancur batu ginjal. v Tumbuhan berbunga, Insectisida, obat v hepatitis. Tumbuhan menahun, pakan ternak, v v tumbuhan perintis. Memiliki rasa manis, obat anti kanker, v bentuk seperti cakar ayam dengan sisiksisiknya. Tumbuhan berbunga, obat usus buntu. v v
Berkhasiat memperlancar tumbuhan berbunga.
air
sen!,
Lampiran 4 Rekapitulasi identifikasi flora di TWATWTP (la/yutan) No
23
Nama Lokal Lempuyangan
24 25 26 27
Alang-alang Jumpang putih Paitan Bunga pukul empat 28 Temu wiyang 29 Kerisan Perdu 1 Senggani
1
Bayam hutan Picisanlpicis
v v v
9
Racunan Pakis and am Sembung
v
.-
v v
v
v
v
v v v v
v
v
12 Status least concern (IUeN), sebagai obat demam. Peluruh air seni, obat panas dalam. Berkhasiat sebagai obat jantung. Rumput pakan temak. Tumbuhan berbunga, beraneka wama bunga, obat keputihan. Obat penahan pendarahan. Obat memEeriancar saluran kencing.
v
3 4 5
7 8
Kriteria Pengembangan Wisata Flora 6 10 11 9 8 7
5
v v
v
Gandapura
4
v v v v
Pancawama
6
3
v
2
Menjangan
2
Helai daun bun dar memanjang lonjong, obat keputihan dan sariawan. Bentuk bunga menyatu membentuk bulat, beraneka warna, tumbuhan hias. Obat bisul, pangkal batang berduri. Tumbuhan efipit, sebagai sarang burung. Tumbuhan paku, efipit, obat radang rahim, haid. Obat pernapasan, dan obat penyegar mulut. Peluruh air seni, obat sariawan. Obat masuk angin. Daun berkhasiat sebagai obat demam obat batuk, mengeluarkan keringat. vJ
.
I
Lampiran 4 Rekapitulasi Identifikasi Flora di TWATWTP (lanjutan)
vJ
N
No 10
Nama Lokal Pakis
I v
2
3
4
5
Kriteria Pengembangan Wisata Flora 10 11 12 6 7 8 9 - Obat pencegah kanker hati.
.
jebug/jebol 12 13 14
Pakis Galar Pakis haji Pakis emas Alamanda
v v v v
15
Tapak darah
v
16
Kala lili
v
v
17 18 19
Tembelekkan Tanganan Lidah mertua
v v v
v v
20
Parijoto
v
v
21
Sokajawa
v
v
22
Endong
v
23
SupEr
v
24
Ri gorang
v
11
v v v v
v
v
-
v v
Tumbuhan hias. Seluruh bagian tumbuhannya berbulu, tumbuhan hias. Lalap, obat rematik. Mahkota bunga berbentuk corong, berwarna kuning, bentuk biji segitiga Daun hijau tebal seperti bulat telur, bunga berwama merah keunguan dan putih, obat leukemia. Tumbuhan berbunga, batang terbentuk dari pelepahpelepah daun (batang palsu), obat demam. Obat memar, keracunan makanan, tumbuhan berbunga. Bentuk daun berbilang 6-8, bentuk biji seperti ginjal. Obat untuk diabetes, kaker, wasir, ll1emiliki kemampuan menyerap polusi. kandungan, dipercaya Obat penyubur dapat mell1percantik anak dalam kandungan. Bunga tumbuh mengelompok, fungsi sebagai tanall1an pagar Tumbuhan berbunga, berbuah seperti berry sebagai pakan satwa, obat perawatan kelahiran. Daun membulat dengan spora di bagian bawah daun, tangkai berwarna hitam. Daun berkhasiat obat malaria, tekanan darah tinggi.
Lampiran 4 Rekapitulasi Identifikasi Flora di TWATWTP (lanjutan) No
Nama Lokal Semak Mahkota duri I
2 3
2 3
4 5
Kriteria Pengembangan Wisata Flora 6 7 8 9 10 II
v
v
Uchen Jumpang sindep Engong Wlingi
v v v
v
Kecubung/bun
v
v
8
ga terompet Ranti Kirinyuh Mawar
v v v
9 10
Jewer kotok Aster
4 5 6
7
- v v
v
v
12
Memiliki batang berduri, tumbuhan hias, berkhasiat herbal untuk diare akut, malaria. Obat sariawan, tumbuhan berduri. Daunnya memiliki bulu hal us, buah memiliki tonjolan duri seperti nangka. Tumbuhan berbunga, tumbuh membentang luas dalam kawasan TWATWTP, habitat satwa berupa burung di TWATWTP. Bunga berbentuk terompet, biopestisida, obat asma, beraneka warn a, tumbuhan hias. Buah matang berwarna ungu kehitaman, menurunkan darah tinggi. Tumbuhan eksotik. Seluruh bagian tangkai memiliki duri, bung harum dengan aneka warna,
v v v
Bunga berwarna merah, fungsi obat dan tumbuhan hias. Tumbuhan hias, obat, memiliki warna bung a beragam. v Memiliki banyak rambut/bulu di bagian daun, obat gosok penghilang II Campean rasa sakit dan rematik. Obat hepatitis B, anti kanker, bunga dapat dimakall melltah. v 12 Jombang tumbuhall berbullga. Keterangan: 1. Obat 2. Pangan 3. Tali anyaman, kerajinan 4. Aromatik 5. Bahan bangunan 6. Pewarna dan Tallill 7. Kayu bakar 8. Tolak balak dan upacara adat 9. Pakan ternak 10. Hias 11. Pestisida nabati 12. Keunikall dan kelallgkaan v
.~,
.~,
~
+
34 RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Prabumulih tanggal 19 April 1993 dari pasangan Ayah Sastra Wijaya dan Ibu Lenawati sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Pendidikan menengah atas diselesaikan di SMA Negeri 2 Prabumulih pada tahun 2010. Pada tahun yang sarna penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Kehutanan, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama menjalani pendidikan, penulis mengikuti sejumlah organisasi kemahasiswaan, yaitu sebagai anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA). Penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Baturaden-Cilacap (2012), Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (2013) dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di TWA Telogo Wamo Telogo Pengilon (2014). Penulis menyelesaikan skripsi dengan judul "Pengembangan Wisata Flora di Taman Wisata Alam Telogo Wamo Telogo Pengilon Provinsi Jawa Tengah" untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, dibawah bimbingan Resti Meilani, SHut, MSi dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF.