PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN TAMAN WISATA ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON
CITRA DEWI NUGRAHENNY
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2016
Citra Dewi Nugrahenny NIM E34100140
ABSTRAK CITRA DEWI NUGRAHENNY. Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon. Dibimbing oleh HARYANTO R. PUTRO dan RESTI MEILANI. Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan kawasan sangat berkaitan dengan partisipasi masyarakat, sehingga penting untuk mengetahui persepsi masyarakat yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sumberdaya hutan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi masyarakat dan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam pengelolaan kawasan TWA TWTP. Hasil penelitian terhadap 100 responden menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan termasuk dalam kategori tinggi (54%), tingkat sikap termasuk dalam kategori sedang (75%), dan tingkat motivasi termasuk kategori tinggi (60%). Uji Statistik Korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan nyata antara pengetahuan dengan tingkat umur (r=0.212) dan motivasi dengan tingkat pendidikan (r=0.309). Hasil pengukuran partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TWA TWTP termasuk kategori sedang (70%). Bentuk partisipasi yang paling banyak adalah menjaga keamanan dan kebersihan kawasan (30%) dan pemandu wisata (24%). Uji Statistik Korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan nyata antara pengetahuan dengan partisipasi (r=0.204), begitu juga motivasi dengan partisipasi (r=0.272). Dengan demikian, persepsi yang baik akan mendorong tingginya partisipasi. Kata kunci : motivasi, persepsi, partisipasi, uji statistik korelasi spearman
ABSTRACT CITRA DEWI NUGRAHENNY. Community’s Perception of Nature Recreation Park Management Telogo Warno Telogo Pengilon. Supervised by HARYANTO R. PUTRO and RESTI MEILANI. Community’s perception of nature recreation park management area is certainly related with community participation, so it is important to know the perception of the community who are directly involved in the utilization of forest resources. This study aimed to analyze perception and participation of the community in relation to the management of TWA TWTP. The study toward 100 respondents indicated that the level of knowledge was in the high category (54%), the level of attitude was in the medium category (75%), and the level of motivation was high category (60%). Spearman correlation test showed a significant relationship between knowledge and the age (r=0.212), as well as motivation and education (r=0.309). People’s participation in management action/efforts was in moderate category (70%). The most recent participation is security and cleanliness (30%) and tour guide (24%). Spearman correlation test showed a significant relationship between knowledge and participation (r=0.204), as well as motivation and participation (r=0.272). Thus, high score of perception could encourage high participation. Keywords: motivation, perception, participation, spearman statistic correlation test
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN TAMAN WISATA ALAM TELOGO WARNO TELOGO PENGILON
CITRA DEWI NUGRAHENNY
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini ialah Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Haryanto R. Putro, MS dan Ibu Resti Meilani, SHut., MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr. Ir. Agus Priyono Kartono, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Endi Suryo Heksianto, Bapak Rodrigo Widyatama, Bapak Anang, dan beberapa staff dari pihak Kantor Resort Konservasi Wilayah Wonosobo, BKSDA Jawa Tengah yang telah memberikan izin untuk menggunakan lokasi penelitian serta masyarakat desa sekitar kawasan TWA Telogo Warno Telogo Pengilon (Pak Sabar, Ibu Atun, Pak Slamet, Pak Tolip, Mas Agung, dan Mas Afifi) yang telah membantu dan membimbing penulis selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis ucapkan terima kasih kepada keluarga besar Nephenthes Rafflesiana 47, Fahutan 47, dan seluruh sahabat-sahabat atas doa dan dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2016 Citra Dewi Nugrahenny
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
1
Kerangka Pemikiran
1
METODE
2
Lokasi dan Waktu Penelitian
2
Instrumen dan Alat Penelitian
3
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
7
Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon
8
Karakteristik Responden
10
Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon 11 Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon 15 SIMPULAN DAN SARAN
17
Simpulan
17
Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
20
DAFTAR TABEL
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Komponen, sumber, dan metode pengumpulan data Kategori pengetahuan, sikap, motivasi, dan partisipasi Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah desa di sekitar kawasan TWATWTP Distribusi responden berdasarkan umur Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Distribusi responden berdasarkan lama tinggal Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Tingkat sikap masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Tingkat motivasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Hubungan antara karakteristik responden dengan tingkat persepsi Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Korelasi antara persepsi dengan partisipasi masyarakat
3 6 8 10 11 11 11 12 13 14 14 16 17
DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kerangka Pemikiran Lokasi Penelitian Pemagaran di sekitar kawasan (a) kondisi toilet TWA TWTP (b) kondisi visitor center TWA TWTP Sarana dan prasarana dalam kawasan TWA TWTP: (a) tempat sampah (b) papan interpretasi Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TWA TWTP
2 2 9 9 10 16
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3.
Daftar pegawai Resort Konservasi Wilayah Wonosobo Uji korelasi rank Spearman terhadap variabel karakteristik responden dengan tingkat persepsi Uji korelasi rank Spearman tingkat persepsi dengan tingkat partisipasi
20 21 24
PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Wisata Alam (TWA) adalah kawasan pelestarian alam yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. TWA Telogo Warno Telogo Pengilon (TWTP) merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia dengan luas 35.9059 Ha yang memiliki potensi sumberdaya wisata berupa telaga dan goa. Pengelolaan TWA TWTP dilaksanakan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah. Tugas utama pengelola tersebut adalah mengorganisasi staf, dana, dan perlengkapan yang tersedia untuk mengelola dan melaksanakan sistem pengelolaan agar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengelola TWA TWTP sudah menyusun rencana pengelolaan, namun saat ini status taman wisata alam ini masih dalam tahap penunjukkan. Proses pengukuhan kawasan saat ini baru sampai tahap penataan batas. Keberadaan masyarakat di sekitar kawasan TWA TWTP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan ekosistemnya. Keberhasilan di dalam pengelolaan kawasan konservasi tidak terlepas dari keberadaan masyarakat sekitarnya. MacKinnon (1985) menyatakan bahwa keberhasilan pengelolaan pelestarian lingkungan banyak tergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, penting untuk diketahui oleh pihak pengelola mengenai persepsi masyarakat yang terlibat langsung dalam pemanfaatan sumberdaya hutan untuk mendukung pengelolaan dan pemanfaatan kawasan konservasi khususnya taman wisata alam. Tujuan Penelitian 1. 2.
Tujuan penelitian ini adalah: Menganalisis persepsi masyarakat dalam pengelolaan kawasan TWA TWTP Menganalisis partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam pengelolaan kawasan TWA TWTP Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi data dan informasi baru bagi pengelola TWA TWTP sebagai data dasar dalam pengelolaan. Kerangka Pemikiran Kawasan TWA TWTP berhubungan erat dengan aktivitas dari pengelola TWA TWTP dan masyarakat. Partisipasi masyarakat akan dipengaruhi oleh persepsi, dan persepsi masyarakat akan dipengaruhi kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat, pola pemanfaatan sumberdaya alam, dan pola pemanfaatan sumberdaya hutan serta aktivitas dari pengelola TWA TWTP. Identifikasi persepsi perlu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek tersebut (Gambar 1).
2 1. Kondisi sosialekonomi budaya 2. Pola pemanfaatan sumberdaya alam 3. Pola pemanfaatan sumberdaya hutan
Pengelola TWA
Aktivitas
Partisipasi Kawasan TWA Telogo Warno Telogo Pengilon
Masyarakat
Persepsi tentang pengelolaan kawasan TWA Telogo Warno Telogo Pengilon Gambar 1 Kerangka Pemikiran
METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di 3 (tiga) desa yang terletak di sekitar TWA TWTP, yaitu Desa Dieng Kulon Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara, Desa Dieng Wetan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, dan Desa Jojogan Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015.
Sumber: BKSDA Jawa Tengah (2013)
Gambar 2 Lokasi Penelitian
3 Instrumen dan Alat Penelitian Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan panduan wawancara. Alat bantu yang digunakan adalah kamera, alat tulis, alat perekam suara serta software Statistical Program for Social Science (SPSS) 16.0. Jenis dan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara menggunakan kuesioner kepada masyarakat sekitar TWA TWTP, wawancara menggunakan panduan wawancara kepada pengelola, serta studi literatur. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik masyarakat, persepsi dan partisipasi masyarakat terkait pengelolaan TWA TWTP, kondisi umum desa dan kawasan serta pengelolaan TWA TWTP (Tabel 1). Tabel 1 Komponen, sumber, dan metode pengumpulan data Metode Pengumpulan Komponen Data Sumber Data Data Karakteristik masyarakat Masyarakat Kuesioner Persepsi masyarakat Kuesioner dan terhadap pengelolaan Masyarakat wawancara TWA TWTP Partisipasi masyarakat Kuesioner dan dalam pengelolaan TWA Masyarakat wawancara TWTP Buku Rencana Kondisi umum desa dan Pengelolaan TWA Studi literatur kawasan TWTP dan monografi desa Pengelolaan TWA Pengelola Wawancara TWTP Data kondisi umum desa dan kawasan meliputi letak dan luas, topografi dan iklim, kondisi biologi, serta sosial ekonomi budaya masyarakat di TWA TWTP. Data kondisi umum kawasan ini diambil dari monografi desa, informasi dari BKSDA, dan studi literatur. Kuesioner Kuesioner yang digunakan disajikan dalam bentuk close ended, yakni dengan menyediakan pilihan jawaban pada setiap pertanyaan/pernyataan yang diajukan dalam lembar kuesioner. Hal ini bertujuan agar jawaban yang diberikan tidak meluas dan fokus pada kegiatan penelitian. Pengukuran pengetahuan masyarakat tentang kawasan dan pengelolaan TWATWTP menggunakan pernyataan benar-salah. Margono (2004) menjelaskan bahwa jawaban benar diberi skor 1, sedangkan untuk jawaban salah diberi skor 0. Pengukuran sikap dan motivasi masyarakat menggunakan tipe pernyataan skala likert dengan 5 respons jawaban, yaitu 1. Sangat tidak setuju, 2. Tidak setuju, 3.
4 Ragu-ragu, 4. Setuju, 5. Sangat setuju (Sugiyono 2009:184). Definisi operasional yang digunakan adalah sebagai berikut: a. Sangat tidak setuju, diartikan tidak sependapat dengan pengelolaan yang terdapat di kawasan tersebut dan mengemukakan pengelolaan yang seharusnya dilakukan. b. Tidak setuju, diartikan tidak sependapat dengan pengelolaan yang terdapat di kawasan tersebut serta tidak mengemukakan pendapat. c. Ragu-ragu, diartikan belum dapat memberikan jawaban (netral). d. Setuju, diartikan sependapat dengan pengelolaan yang terdapat di kawasan tersebut tetapi masih ada pengelolaan yang harus diperbaiki. e. Sangat setuju, diartikan sependapat dengan seluruh pengelolaan yang terdapat di kawasan tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TWATWTP juga diukur dengan menggunakan tipe pernyataan skala likert 1 – 5 (1. Tidak pernah, 2. Jarang, 3. Kadang-kadang, 4. Sering, 5.Selalu). Definisi operasional untuk masing-masing respon adalah sebagai berikut: a. Tidak pernah, diartikan tidak berpartisipasi sama sekali dalam pengelolaan. b. Jarang, diartikan berpartisipasi dalam pengelolaan sekitar sekali sebulan. c. Kadang-kadang, diartikan berpartisipasi dalam pengelolaan sekitar sekali seminggu. d. Sering, diartikan berpartisipasi dalam pengelolaan 2-6 kali suatu minggu. e. Selalu, diartikan setiap hari berpartisipasi dalam pengelolaan. Pemilihan responden masyarakat pada penelitian ini menggunakan metode convenient sampling, yaitu penarikan sampel dengan mencari masyarakat yang bersedia diwawancarai pada saat pengumpulan data dilakukan (Neuman 2006). Wawancara dan penyebaran kuisioner dilakukan kepada masyarakat yang menggarap lahan di sekitar kawasan hutan serta sering masuk ke dalam hutan di masing-masing desa. Desa yang diambil merupakan desa yang berbatasan dengan TWATWTP, yaitu Desa Dieng Kulon Kabupaten Banjarnegara (3 513 warga), Desa Dieng Wetan Kabupaten Wonosobo (2 303 warga), dan Desa Jojogan (1 566 warga). Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Prasetyo dan Jannah 2005) sebagai berikut: n=
N 1 + N(e)2 7 382
n = 1+7 382 (0.1)² = 100, sehingga n = 100 responden Dimana: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi e = Persentase kelonggaran ketidaktelitian (persepsi) pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir (0.1)
karena
kesalahan
Pembagian 100 sampel masyarakat disesuaikan dengan proporsi jumlah warga dari masing-masing desa, yaitu Desa Dieng Kulon 48 warga, Desa Dieng Wetan 31 warga, dan Desa Jojogan 21 warga.
5
Wawancara Wawancara dilakukan kepada pengelola TWA TWTP dan masyarakat sekitar TWA TWTP untuk mendapatkan data mengenai pengelolaan TWA TWTP. Teknik wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur yaitu membiarkan pihak yang diwawancarai untuk terbuka menjawab pertanyaan dari peneliti dan dibiarkan untuk mengekspresikan dirinya sendiri dengan istilah-istilah yang dimengerti oleh informan tersebut dan peneliti yang akan menyimpulkan hasilnya (Endraswara 2006). Studi literatur Studi literatur dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kondisi umum TWA TWTP yang meliputi letak dan luas, kondisi biotik serta topografi dan iklim, yang diperoleh dari literatur yang ada di BKSDA Jawa Tengah atau kantor pengelola TWA TWTP. Analisis Data Analisis data yang dilakukan meliputi analisis statistik deskriptif, skoring, deskriptif kualitatif, dan Rank Korelasi Spearman. Analisis statistik deskriptif Analisis statistik deskriptif merupakan suatu teknik analisis yang menggambarkan data-data yang telah terkumpul secara deskriptif sehingga tercipta sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Hal tersebut berarti analisis statistik deskriptif mengakumulasikan data secara deskriptif tanpa menguraikan hubungan, menguji hipotesis, bahkan melakukan penarikan kesimpulan (Muhson 2006). Analisis statistik deskriptif yang digunakan berupa penyajian data dalam bentuk tabel sehingga diketahui kecenderungan hasil temuan penelitian yang masuk dalam kategori rendah, sedang, atau tinggi. Analisis skoring Pengukuran pengetahuan, sikap, motivasi, dan partisipasi dikelompokkan dalam tiga kategori skor, yaitu: a. Rendah : Jika skor jawaban responden berada di selang bawah b. Sedang : Jika skor jawaban responden berada di selang tengah c. Tinggi : Jika skor jawaban responden berada di selang atas Penentuan selang dilakukan dengan cara sebagai berikut: ST = (skor minimum +
SK max−SK min 2
) ± SD
SA = nilai skor lebih besar dari ST sampai dengan SK max SB = nilai skor lebih kecil dari ST sampai dengan SK min Keterangan: ST SK min SK max
: Selang tengah : Penjumlahan skor terendah dari semua item jawaban kuesioner : Penjumlahan skor tertinggi dari semua item jawaban kuesioner
6 SA SB SD
: Selang atas : Selang bawah : Standar deviasi/simpangan baku = √𝑠 2 Tabel 2 Kategori pengetahuan, sikap, motivasi, dan partisipasi Kategori Rendah Sedang Tinggi
Pengetahuan <23 23 – 27 >27
Selang Skor Sikap Motivasi <35 <29 35 – 40 29 – 36 >40 >36
Partisipasi <39 39 – 53 >53
Analisis deskriptif kualitatif Penilaian persepsi masyarakat dilakukan dengan menggunakan skoring skala likert sehingga setiap pertanyaan memiliki skor 1 sampai 5. Setiap indikator dari aspek yang dikaji memiliki nilai rataan, dan pengolahan data dilakukan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif untuk menggambarkan persepsi masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap sumberdaya hutan dan taman wisata alam didefinisikan berdasarkan Ngakan (2006), yaitu: a. Persepsi tinggi: apabila mereka memahami dengan baik bahwa sumberdaya hayati hutan sangat penting dalam menopang kebutuhan hidup baik langsung maupun tidak langsung dan mengharapkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara berkelanjutan. b. Persepsi sedang: apabila responden menyadari sumberdaya hayati hutan penting untuk menopang kehidupan, namun tidak memahami bagaimana cara mengelola sumberdaya tersebut agar tersedia secara berkelanjutan. c. Persepsi rendah: apabila responden tidak mengetahui peranan sumberdaya hutan serta tidak bersedia terlibat dalam pelestarian hutan yang ada di sekitarnya. Analisis rank korelasi Spearman Analisis ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel persepsi masyarakat dan partisipasi masyarakat. Uji korelasi “Rank Spearman” dipilih dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa kedua variabel penelitian tingkat pengukurannya adalah ordinal. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan software SPSS ver 16.0. Keeratan hubungan diinterpretasikan dengan menggunakan aturan Guilford (Guilford’s Emprirical Rule) sebagai berikut: 0 → < 0.2 : Slight correlation; almost negligible relationship ≥ 0.2 → < 0.4 : Small correlation: low relationship ≥ 0.4 → < 0.7 : Moderate correlation; substantial relationship ≥ 0.7 → < 0.9 : High correlation; dependable relationship ≥ 0.9 → < 1.0 : Very high correlation; very dependable relationship (Harun Al Rasyid 1996)
7
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Letak dan luas Secara geografis, TWA TWTP terletak diantara 7°12ʹ37ʺ dan 7°13ʹ3ʺ LS serta 109°54ʹ47ʺ dan 109°55ʹ10ʺ BT. Menurut administrasi pemerintahan, kawasan ini termasuk dalam wilayah Desa Jojogan, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan TWA TWTP mempunyai batas-batas sebagai berikut: a. Sebelah Utara berbatasan dengan Tanah Milik, wilayah desa Jojogan b. Sebelah Timur berbatasan dengan Tanah Milik, wilayah desa Jojogan c. Sebelah Selatan berbatasan dengn Tanah Milik, wilayah desa Jojogan d. Sebelah Barat berbatasan dengan Tanah Milik, Petak 9 dan 10 Perum Perhutani, wilayah desa Jojogan Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 740/Kpts/Um/II/1978 tanggal 30 Nopember 1978 kawasan ini mempunyai luas 35.9059 Ha. Lokasi tersebut dapat ditempuh melalui rute Semarang – Temanggung – Wonosobo – Dieng – Lokasi, dengan jarak ± 150 km selama ± 3.5 jam. Topografi dan iklim TWA TWTP berada pada kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan ketinggian ± 2 030 m di atas permukaan laut. Kawasan ini mempunyai topografi datar sampai dengan curam dengan kemiringan mencapai 40% atau lebih. Kawasan ini mempunyai tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 1 713 – 4 255 mm/tahun, suhu 15o-20oC. Kondisi biologi Kawasan hutan TWATWTP merupakan jenis hutan sekunder. Tumbuhan yang mendominasi di kawasan ini adalah Akasia perak (Acacia decurrens). Jenis tumbuhan lain yang terdapat di kawasan ini yaitu pancawarna (Hydrangea macrophylla), dan cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Sosial budaya masyarakat Dieng berasal dari kata-kata Edi tur Aeng. Edi berarti indah dan aeng berarti unik, artinya tanah dieng ini terdapat berbagai macam keindahan alam yang unik. Dieng memiliki banyak sekali tempat-tempat keramat yang mempunyai sejarah pendidikan spiritual. Mayoritas penduduk Dieng beragama Islam sedangkan sisanya beragama Hindu dan menganut tradisi kejawen. Budaya yang berkembang di masyarakat adalah adanya ritual-ritual yang dijalankan masyarakatnya. Ritualritual besar yang sering dilakukan adalah ritual ruwatan rambut gimbal. Anak gimbal itu adalah anak yang ajaib atau aneh yang merupakan titipan dari samudra kidul lewat para leluhur yang ada di Dieng. Salah satu leluhur yang masih dipercaya yaitu Raden Mas Kolo Dete. Setiap kegiatan adat yang dilakukan di Dieng selalu disertai keseniankesenian daerah. Kesenian daerah Dieng sudah ada sejak dulu. Kesenian-kesenian yang ditampilkan hampir sama di setiap desa. Kesenian-kesenian tersebut antara
8 lain rodat, tari tektek, tari barongsai, tari rampak yakso, tari warok, tari kuda lumping, tari topeng, tari lengger, seni wayang kulit, dan seni sholawat rebana. Kesenian-kesenian yang ada di Dieng masih terus ada karena masyarakat sadar untuk menjaga kelestarian kebudayaan asli Dieng. Tabel 3 Perbandingan jumlah penduduk dan luas wilayah desa di sekitar kawasan TWATWTP Jumlah Penduduk Luas Kepadatan No. Desa Wilayah Laki-Laki Perempuan Penduduk Total 2 (km2) (jiwa/km ) (jiwa) (jiwa) (jiwa) 1. Dieng 28.2 1 186 1 131 2 303 82 Wetan 2. Dieng 3.38 1 826 1 687 3 513 1 039 Kulon 3. Jojogan 1 260 822 744 1 566 1.26 Sumber : Kantor Kepala Desa Dieng Wetan, Dieng Kulon, dan Jojogan, 2015 Desa Dieng Kulon memiliki jumlah penduduk paling padat dibandingkan dengan dua desa lainnya yaitu Desa Jojogan dan Desa Dieng Wetan (Tabel 3). Jumlah penduduk Desa Dieng Kulon sebanyak 3 513 jiwa, terdiri dari 1 826 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1 687 jiwa berjenis kelamin perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Desa Dieng Kulon sebesar 1 039 jiwa/km2. Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Telogo Warno Telogo Pengilon ditetapkan sebagai taman wisata alam berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 740/Kpts/Um/11/1978 tanggal 30 November 1978 tentang Perubahan CA Tlogo Warno/Tlogo Pengilon menjadi Hutan Wisata cq Taman Wisata Alam, Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.359/Menhut-II/2004 tanggal 1 Oktober 2004 tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Konservasi Perairan Provinsi Jawa Tengah, dan Berita Acara Tata Batas Kawasan Hutan TWA TWTP dan Peta Lampirannya tahun 2012. Kawasan ini ditetapkan sebagai taman wisata alam karena memiliki keindahan alam dengan dua telaga di dalamnya dan peninggalan bersejarah (Batu Tulis, Gua Semar, Gua Sumur, dan Gua Jaran) untuk kepentingan pariwisata dan rekreasi alam, pendidikan serta kebudayaan. Saat ini status TWA TWTP masih dalam tahap penunjukkan. Pada tahun 2005 telah dilakukan penataan blok pada kawasan TWA TWTP oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah dan Balai KSDA Jawa Tengah. Proses pengukuhan kawasan saat ini baru sampai tahap penataan batas. Pada tahun 2010 telah dilakukan penataan batas oleh BPKH Wilayah XI Jawa Madura sampai tahap pemancangan batas definitif yang kemudian diresmikan pada tahun 2011 di berita acara tata batas. Pada tahun 2012 terjadi rekonstruksi pal batas bersama BPKH Wilayah XI Jawa Madura dengan melibatkan masyarakat sekitar kawasan (Desa Dieng Wetan, Desa Dieng Kulon, dan Desa Jojogan) yang disahkan pada tahun 2014. Kawasan TWA TWTP masuk ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2029 menjadi bagian dari kawasan pelestarian alam yang harus dilindungi dan RTRW Kabupaten Wonosobo tahun
9 2010-2029 menjadi kawasan taman wisata alam yang berfungsi untuk melestarikan lingkungan dan melindungi keanekaragaman biota serta ekosistem. TWA TWTP berada di SKW (Seksi Konservasi Wilayah) II Pemalang Resort Konservasi Wilayah Wonosobo. Jumlah pegawai Resort Konservasi Wilayah Wonosobo saat ini ada 10 orang (Lampiran 1). Izin Pengusahaan Pariwisata Alam pada TWA TWTP saat ini masih belum ada. Kegiatan pengelolaan yang dilakukan di TWA TWTP adalah patroli hutan, inventarisasi dan identifikasi potensi flora maupun fauna, pelatihan kebakaran hutan setiap tahunnya, pelatihan penembakan dan penyegaran untuk polisi hutan, pelatihan interpreter, pelatihan gps, serta rehabilitasi hutan tahun 2003 dengan penanaman jenis puspa (Schima wallichii) dan cemara gunung (Casuarina junghuhniana). Permasalahan yang terdapat di TWA TWTP adalah banyaknya pohon tumbang, pencurian pohon, pemancing liar di Telogo Pengilon, terbukanya jalan masuk TWA TWTP tanpa pengawasan, penyedotan air dengan mesin penyedot, dan sampah yang berserakan dalam kawasan.
Gambar 3 Pemagaran di sekitar kawasan Pengelola dalam mengatasi permasalahan terbukanya jalan masuk ke TWA TWTP tersebut mengambil tindakan dengan memberi pagar di sekitar kawasan agar pintu masuk terpusat di satu tempat (Gambar 3). Pengelola saat ini juga sudah memperbaiki sebagian fasilitas yang rusak, seperti toilet dan visitor center (Gambar 4). Hal ini dikarenakan pentingnya toilet bagi para pengunjung yang datang dengan keadaan kawasan yang sangat dingin.
(a) (b) Gambar 4 (a) kondisi toilet TWA TWTP (b) kondisi visitor center TWA TWTP Selain itu, pengelola TWA TWTP sudah melakukan penambahan sarana dan prasarana seperti tempat sampah dan papan interpretasi (Gambar 5). Hal ini penting
10 dilakukan untuk meningkatkan kesadaran pengunjung terhadap kawasan untuk tidak membuang sampah sembarangan dan peduli terhadap kawasan TWA TWTP.
(a) (b) Gambar 5 Sarana dan prasarana dalam kawasan TWA TWTP: (a) tempat sampah (b) papan interpretasi Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. SK. 133/IV-SET/2014, TWA TWTP termasuk ke dalam Rayon III. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan, PNBP dari pungutan masuk di TWA TWTP adalah Rp 5 000 untuk wisatawan nusantara dan Rp 100 000 untuk wisatawan mancanegara pada hari biasa, sedangkan pada hari libur 150% dari hari biasa, yaitu Rp 7 500 untuk wisatawan nusantara dan Rp 150 000 untuk wisatawan mancanegara. Karakteristik Responden Umur responden Umur responden di sekitar kawasan TWA TWTP terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden didominasi oleh kelompok umur antara 31 – 40 tahun sebesar 37% (Tabel 4). Tabel 4 Distribusi responden berdasarkan umur Kelompok Umur 11 – 20 tahun 21 – 30 tahun 31 – 40 tahun 41 – 50 tahun >50 tahun
Jumlah 3 30 37 21 9
Responden Persentase (%) 3 30 37 21 9
Tingkat pendidikan responden Pendidikan responden di sekitar kawasan TWA TWTP didominasi oleh masyarakat dengan tingkat pendidikan terakhir SMA sebesar 38% dan SD sebesar 35% (Tabel 5).
11 Tabel 5 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD SD SMP SMA Perguruan Tinggi
Jumlah 1 35 19 38 7
Responden Persentase (%) 1 35 19 38 7
Pekerjaan responden Pekerjaan responden di sekitar kawasan TWA TWTP didominasi oleh masyarakat yang bekerja sebagai petani sebesar 40% (Tabel 6). Hal ini dikarenakan daerah Dieng terkenal dengan tanaman kentangnya. Tabel 6 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan Responden Pekerjaan Jumlah Persentase (%) Petani 40 40 Pemandu 16 16 Pedagang 12 12 Wiraswasta 14 14 Perangkat Desa 6 6 Tukang Parkir 5 5 Lainnya 7 7 Lama tinggal responden Lama tinggal responden di sekitar kawasan TWA TWTP didominasi oleh masyarakat yang telah tinggal di daerah tersebut selama 20 – 40 tahun sebesar 66% (Tabel 7). Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan lama tinggal Responden Lama Tinggal Jumlah Presentase (%) <20 tahun 7 7 20 – 40 tahun 66 66 >40 tahun 27 27
Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Persepsi masyarakat diukur dari pengetahuan, sikap, dan motivasi masyarakat berkaitan dengan pengelolaan TWA TWTP. Hasil pengukuran pengetahuan masyarakat sekitar kawasan TWA TWTP menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan tentang pengelolaan TWA TWTP yang termasuk dalam kategori tinggi sebesar 54% dan sedang sebesar 44% (Tabel 8). Singarimbun dan Sofian (2011) menjelaskan semakin tinggi skor maka semakin
12 tinggi tingkat variabel. Dengan demikian, semakin tinggi skor maka semakin tinggi tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan masyarakat yang termasuk dalam kategori tinggi menunjukkan bahwa masyarakat memahami pentingnya pengelolaan kawasan demi keberlangsungan kawasan. Namun, ada beberapa kekurangan yaitu masyarakat masih belum memahami bahwa selama ini masyarakat sudah dilibatkan di dalam kegiatan pengelolaan TWA TWTP, dan menganggap bahwa pengelola kurang merangkul masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan pengelolaan TWA TWTP. Padahal pengelola sudah berupaya mengajak masyarakat untuk ambil bagian dalam kegiatan pengelolaan seperti penanaman, pemandu, patroli hutan (MMP), dan penataan batas kawasan. Tabel 8 Tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Responden Nomor Kategori Interval n % 1 Tinggi >27 54 54 2 Sedang 23 – 27 44 44 3 Rendah <23 2 2 Masyarakat beranggapan bahwa pengelola masih kurang memberikan penyuluhan tentang pentingnya kawasan bagi kehidupan masyarakat. Tidak semua masyarakat mengerti akan hal itu dan merasakan manfaat dari adanya TWA TWTP. Perlu adanya penyuluhan, pemberdayaan, dan pembinaan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat, terutama dalam pengambilan air saat musim kemarau yang mengacu pada aturan Peraturan Menteri Nomor 64 tahun 2013 tentang Ijin Pengusahaan Air agar kawasan tidak terlihat kekeringan. Pembangunan hutan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar hutan tidak akan pernah berhasil apabila tidak didukung oleh pemahaman yang benar tentang fungsi dan peranan hutan bagi kehidupan (Everett 2001). Masyarakat pernah berkonflik dengan pengelola mengenai beberapa lahan kawasan TWA TWTP yang dijadikan untuk tanaman kentang, namun sejauh ini permasalahan tersebut sudah diatasi dengan baik antara masyarakat dengan pihak pengelola. Permasalahan tersebut diatasi oleh pengelola TWA TWTP dengan melakukan sosialisasi dan penegakkan aturan mengenai pelarangan menanam tanaman kentang di dalam kawasan melalui para pimpinan desa. Sikap masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP secara keseluruhan baik, ditunjukkan oleh tingginya persentase masyarakat yang mendapatkan skor dengan kategori tinggi sebesar 16% dan sedang sebesar 75% (Tabel 9). Masyarakat sudah mengerti akan peraturan untuk tidak mengambil satwa dan tumbuhan serta tidak mengambil kayu di dalam kawasan TWA TWTP untuk kebutuhan pribadi. Akan tetapi, masih ditemukan hal yang negatif, seperti pengambilan air dari telaga pada saat musim kemarau, yang digunakan untuk menyiram tanaman kentang. Pengambilan air yang tinggi untuk kepentingan pertanian juga mempengaruhi debit air telaga dan ekosistem di dalamnya. Apabila pengambilan air tidak diatasi maka akan menyebabkan penurunan kualitas dan debit air telaga serta mempengaruhi burung air miliwis. Seharusnya pengambilan air pada kawasan tersebut mempertimbangkan persediaan dan efek yang akan terjadi kedepannya. Mengingat sumber air telaga terbatas, apabila tidak terjadi hujan saat musim kemarau, pengambilan air terus-menerus akan mengakibatkan kekeringan dan berdampak
13 pada penurunan daya tarik kegiatan wisata. Pengambilan air ini sebaiknya mengacu pada Peraturan Menteri Nomor 64 tahun 2013 tentang Ijin Pengusahaan Air dimana pengambilan air ini termasuk dalam IPA (Izin Pemanfaatan air) untuk kegiatan non komersial. Di sisi lain, keberadaan tanaman kentang ini dapat menjadi salah satu potensi daya tarik wisata bagi kawasan ini. Namun untuk itu penataan obyek tanaman kentang dan program wisata tanaman kentang perlu dikembangkan bersama oleh pengelola bersama dengan masyarakat. Hasil pengukuran sikap masyarakat sekitar kawasan TWA TWTP menunjukkan bahwa tingkat sikap masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP masuk dalam kategori sedang sebesar 75%. Dengan tingkat sikap masyarakat yang termasuk dalam kategori sedang, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat paham akan pentingnya pengelolaan kawasan tetapi tidak tahu bagaimana cara mengelolanya dengan baik dan benar. Sesuai pernyataan Ngakan (2006), persepsi dikategorikan sedang apabila responden menyadari sumberdaya hayati hutan penting untuk menopang kehidupan, namun tidak memahami bagaimana cara mengelola sumberdaya tersebut agar tersedia secara berkelanjutan. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, keberadaan TWA TWTP dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun, sebagian masyarakat beranggapan bahwa rencana kegiatan pengelolaan masih belum melibatkan masyarakat, hanya dibuat oleh pihak pengelola saja. Masyarakat juga belum memahami cara mengelola sumberdaya air saat musim kemarau agar tetap berkelanjutan. Untuk meningkatkan sikap positif masyarakat, pengelola perlu melibatkan masyarakat dalam berbagai kegiatan pengelolaan, mulai dari tahap perencanaan sampai pelaksanaannya. Masyarakat juga perlu dibekali dengan kemampuan untuk dapat mengelola sumberdaya, misalnya air, sehingga mereka mampu mempertahankan sumberdaya tersebut. Tabel 9 Tingkat sikap masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Responden Nomor Kategori Interval n % 1 Tinggi >40 16 16 2 Sedang 35 – 40 75 75 3 Rendah <35 9 9 Hasil pengukuran motivasi masyarakat sekitar kawasan TWA TWTP menunjukkan bahwa tingkat motivasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP masuk dalam kategori tinggi sebesar 60% (Tabel 10). Masyarakat bersedia berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan jika ada manfaat ekonomi bagi mereka, seperti mau mengikuti kegiatan penanaman pohon jika ada bayaran, mau menjaga keutuhan fasilitas yang ada karena menguntungkan bagi mereka, serta mau menjadi pemandu wisata karena dapat meningkatkan penghasilan tambahan. Dengan tingkat motivasi masyarakat yang termasuk dalam kategori tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki keinginan untuk melestarikan kawasan seperti keinginan untuk mengikuti kegiatan penanaman pohon, patroli, terlibat dalam pengembangan wisata, pemandu wisata, kegiatan penyuluhan atau pelatihan, serta menjaga keamanan, kebersihan, dan keutuhan fasilitas yang ada di dalam kawasan. Namun demikian, motivasi tersebut masih bersifat eksternal, masyarakat mempunyai tujuan terhadap kawasan karena dilatarbelakangi faktor ekonomi.
14 Contohnya adalah masyarakat mau mengikuti kegiatan pengelolaan jika ada bayarannya, menguntungkan bagi mereka, dan dapat meningkatkan penghasilan tambahan, sedikit yang mengatakan bahwa mengikuti kegiatan pengelolaan karena merasa tanggung jawab terhadap kawasan. Tabel 10 Tingkat motivasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Responden Nomor Kategori Interval n % 1 Tinggi >36 60 60 2 Sedang 29 – 36 39 39 3 Rendah <29 1 1 Uji korelasi Rank Spearman dilakukan terhadap variabel karakteristik responden dengan tingkat persepsi masyarakat yang di dapat dari skor pengetahuan, sikap dan motivasi (Tabel 11). Tingkat pengetahuan berkorelasi nyata dengan tingkat umur menghasilkan nilai Correlation Coefficient (Koefisien Korelasi) 0.212. Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan walaupun kecil, dilihat adanya pengaruh dalam perbedaan persepsi yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi tentang manfaat taman wisata alam dan pengelolaan TWA itu sendiri kepada masyarakat. Menurut masyarakat, keindahan alam kawasan TWA TWTP perlu dilestarikan karena keindahan alam merupakan daya tarik utama yang ditonjolkan dari kawasan tersebut. Tabel 11 Hubungan antara karakteristik responden dengan tingkat persepsi Koefisien Korelasi Tingkat Persepsi Masyarakat Karakteristik Responden Pengetahuan Sikap Motivasi Umur 0.212* 0.061 -0.133 Pendidikan -0.079 -0.008 0.309** Lama Tinggal 0.165 -0.016 -0.064 *korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) **korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
Keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta kebudayaan lokal juga perlu dilestarikan agar sumberdaya tersebut tetap terjaga dan lestari. Kegiatan wisata yang menjamin kelestarian kawasan adalah pengenalan jenis tumbuhan karena selain menambah ilmu pengetahuan juga dapat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting akan sadarnya masyarakat menjaga lingkungan. TWA TWTP setiap hari libur mengalami peningkatan jumlah pengunjung yang sangat drastis terutama saat hari Lebaran atau hari besar lainnya. Adanya pembatasan jumlah pengunjung perlu dilakukan untuk kelestarian kawasan. Semakin banyak pengunjung di dalam kawasan dengan luas kawasan yang sedemikian rupa maka kawasan menjadi rusak dan dapat mengganggu kelestarian sumberdaya di dalamnya. Sehingga satwa yang terdapat di kawasan migrasi karena sudah tidak ada ruang lagi untuk berkembangbiak. Menghindari kegiatan yang bersifat merusak merupakan kegiatan wisata yang dapat menjamin kelestarian kawasan TWA TWTP. Masih ada pengunjung dan masyarakat yang membuang sampah di kawasan serta melakukan vandalisme. Melibatkan masyarakat di dalam pengelolaan wisata juga diperlukan agar pihak-pihak yang terkait
15 berkesinambungan. Adanya dukungan pemerintah sebagai fasilitator sangat penting untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kawasan terutama kepentingankepentingan yang mengelola kawasan. Tingkat motivasi juga berkorelasi nyata dengan tingkat pendidikan menghasilkan nilai Correlation Coefficient (Koefisien Korelasi) 0.309. Nilai tersebut menunjukkan adanya hubungan walaupun kecil. Masyarakat yang sebagian besar berpendidikan terakhir SD dan SMA memiliki motivasi untuk melestarikan kawasan dan terlibat dalam pengelolaan, namun lapangan pekerjaan dengan tingkat pendidikan seperti itu kurang banyak tersedia untuk masa sekarang. Dengan demikian, terlihat bahwa adanya kawasan TWA TWTP, masyarakat ingin terlibat dalam pengelolaan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat. Persepsi masyarakat yang diukur dari tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi secara keseluruhan tinggi dilihat dari nilai skor masing-masing persepsi. Tingkat pengetahuan termasuk dalam kategori tinggi dengan nilai skor sebesar 54%, tingkat sikap termasuk dalam kategori sedang dengan nilai skor sebesar 75%, dan tingkat motivasi termasuk kategori tinggi dengan nilai skor sebesar 60%. Hal ini dikarenakan masyarakat sudah paham akan pentingnya sumberdaya hutan dan mereka memandang hutan tidak hanya dari fungsi ekonomi dan sosial dalam kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi fungsi ekologis sebagai habitat satwa dan tumbuhan serta penghasil jasa lingkungan terutama dalam pengambilan air di musim kemarau. Sesuai Ngakan (2006) bahwa persepsi dapat dikatakan tinggi apabila mereka memahami dengan baik bahwa sumberdaya hayati hutan sangat penting dalam menopang kebutuhan hidup baik langsung maupun tidak langsung dan mengharapkan agar sumberdaya tersebut dikelola secara berkelanjutan. Masyarakat masih sangat membutuhkan air pada saat musim kemarau sehingga perlu dikelola secara berkelanjutan dan kelestariannya harus dijaga serta adanya pemahaman kepada masyarakat tentang pemanfaatan air. Pengelolaan yang seharusnya dilakukan adalah adanya kegiatan penanaman pohon, tetap menjaga kelestarian kawasan, menjaga kebersihan kawasan, menjaga keamanan kawasan, memperbaiki drainase dan jalan yang rusak, perbaikan sarana dan fasilitas yang rusak, penambahan tempat sampah serta melibatkan masyarakat di dalam pengelolaan. Secara keseluruhan masyarakat setuju dengan keberadaan TWA TWTP dan menganggap kawasan tersebut berdampak positif bagi hutan dan masyarakat sekitar kawasan.
Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon
Persepsi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP tentunya sangat berkaitan dengan partisipasi masyarakat. Sardjono (2004) mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat merupakan suatu proses dimana masyarakat dilibatkan pada setiap tahap situasi yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka. Partisipasi masyarakat yang dikaji dalam penelitian ini berkaitan dengan keikutsertaan masyarakat dalam upaya pengelolaan kawasan TWA TWTP. Hasil pengukuran partisipasi masyarakat sekitar kawasan TWA TWTP menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP masuk dalam kategori
16 sedang sebesar 70% (Tabel 12). Dengan tingkat partisipasi masyarakat yang termasuk dalam kategori sedang, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat masih berperan serta terhadap kawasan dikarenakan kawasan TWA TWTP penting bagi kehidupan masyarakat, baik dalam aspek ekonomi maupun konservasi. Aspek ekonomi tersebut dapat terlihat dari masyarakat yang terlibat terhadap kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan mencari penghasilan tambahan. Aspek konservasi dapat terlihat dari masyarakat yang menjaga dan melindungi kawasan untuk kelestarian kawasan sekaligus mencegah berbagai bencana alam misalnya banjir dan tanah longsor. Tingkat partisipasi masyarakat yang tergolong rendah sebesar 23% menunjukkan bahwa masyarakat kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pengelolaan, namun masih peduli terhadap kawasan TWA TWTP dengan menjaga kebersihan dan keamanan kawasan TWA TWTP. Tabel 12 Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP Responden Nomor Kategori Interval N % 1 Tinggi >53 7 7 2 Sedang 39 – 53 70 70 3 Rendah <39 23 23 Berdasarkan hasil penelitian, bentuk partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan TWA TWTP, antara lain menjaga toilet dan membersihkan kantor, penanaman pohon, pemandu wisata, pedagang, penyedia homestay, masyarakat mitra polhut, juru kunci, serta menjaga keamanan dan kebersihan kawasan. Bentuk partisipasi masyarakat yang paling banyak adalah menjaga keamanan dan kebersihan kawasan sebesar 30% dan pemandu wisata sebesar 23% (Gambar 6). MMP dan pemandu 1% Juru kunci 2%
Penyedia homestay 4%
Menjaga toilet dan membersihkan kantor 1% Penanaman pohon 14%
Pedagang 11%
MMP 13%
Pemandu 23% Menjaga keamanan dan kebersihan kawasan 30%
Pedagang dan penyedia homestay 1%
Gambar 6 Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengelolaan TWA TWTP
17 Kegiatan dalam menjaga keamanan dan kebersihan kawasan berupa pemeliharaan kawasan dengan tidak lagi menebang kayu, tidak mengambil atau memburu satwa yang terdapat di dalam kawasan, tidak membuang sampah di dalam kawasan, serta tidak menanam tanaman kentang di dalam kawasan. Kegiatan dalam pemandu wisata yaitu sebagai guide saat pengunjung datang ke kawasan TWA TWTP. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman antara tingkat persepsi dengan partisipasi masyarakat memiliki hubungan yang signifikan dilihat dari pengetahuan dengan partisipasi dan motivasi dengan partisipasi (Tabel 13). Tingkat pengetahuan dengan partisipasi memiliki nilai Correlation Coefficient (Koefisien Korelasi) sebesar 0.204, maka nilai ini menandakan adanya hubungan walaupun kecil. Hasil analisis menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan partisipasi artinya apabila tingkat pengetahuan pada masyarakat di naikkan maka tingkat partisipasi juga akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Sudiarditha et al (2012) bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel pengetahuan terhadap partisipasi, apabila tingkat pengetahuan meningkat akan berpengaruh terhadap peningkatan partisipasinya. Begitu juga dengan hasil motivasi dengan partisipasi yang memiliki hubungan signifikan dengan nilai Correlation Coefficient (Koefisien Korelasi) sebesar 0.272. Apabila tingkat motivasi pada masyarakat dinaikkan maka tingkat partisipasi juga akan meningkat. Slamet (2003) menyatakan bahwa salah satu syarat untuk tumbuhnya partisipasi masyarakat adalah adanya motivasi dari masyarakat. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pengetahuan dan motivasi maka semakin tinggi juga tingkat partisipasi. Hal yang sama ditemukan pada penelitian Ayunita (2012), hasil menunjukkan ada hubungan antara persepsi dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah, persepsi yang baik akan mendorong tingginya partisipasi masyarakat. Sikap tidak berhubungan nyata dengan partisipasi karena masyarakat merasa pengelolaan TWA TWTP oleh BKSDA Jawa Tengah memberikan ruang batas kepada masyarakat untuk melakukan aktivitas. Tabel 13 Korelasi antara persepsi dengan partisipasi masyarakat Hubungan Pengetahuan dengan Partisipasi Sikap dengan Partisipasi Motivasi dengan Partisipasi
Koefisien Korelasi 0.204* 0.171 0.272**
*korelasi signifikan pada taraf nyata 0.05 (2-tailed) **korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan 1. Persepsi masyarakat yang diukur dari tingkat pengetahuan, sikap, dan motivasi secara keseluruhan dapat dikatakan tinggi dilihat dari nilai skor masing-masing persepsi. Tingkat pengetahuan responden termasuk kategori tinggi (54% dari
18 total responden), tingkat sikap responden termasuk kategori sedang (75% dari total responden), dan tingkat motivasi responden termasuk kategori tinggi (60% dari total responden). 2. Tingkat partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan TWA TWTP termasuk kategori sedang (70% dari total responden). Bentuk partisipasi masyarakat di dalam pengelolaan TWA TWTP, antara lain menjaga toilet dan membersihkan kantor, penanaman pohon, pemandu wisata, pedagang, penyedia homestay, masyarakat mitra polhut, juru kunci, serta menjaga keamanan dan kebersihan kawasan. Bentuk partisipasi masyarakat yang paling banyak adalah menjaga keamanan dan kebersihan kawasan sebesar 30% dan pemandu wisata sebesar 23%. 3. Tingkat persepsi dan partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumberdaya hutan dan mereka memandang hutan tidak hanya dari fungsi ekonomi dan sosial dalam kebutuhan hidup sehari-hari, tetapi fungsi ekologis sebagai habitat satwa dan tumbuhan serta penghasil jasa lingkungan terutama dalam pengambilan air di musim kemarau.
Saran Pengelola perlu mengadakan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengambilan air saat musim kemarau untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kawasan. Pengelola bekerjasama dengan masyarakat untuk menjadikan tanaman kentang sebagai daya tarik wisata, dengan menata tanaman kentang dan mengembangkan program wisatanya.
DAFTAR PUSTAKA Al-Rasyid H. 1996. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung (ID): Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Ayunita DNND. 2012. Analisis Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Pesisir pada Pengelolaan KKLD Ujungnegoro Kabupaten Batang. SEPA 9 (1): 117-124. Endraswara S. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta (ID): Pustaka Widyatama. Everett Y. 2001. Participatory Research for Adaptive Ecosystem Management: A Case of Nontimber Forest Products, Humbold State University. Harpst Street. Haworth Press. Inc, Journal of Sustainable Forestry. Vol. 3: 35-47. MacKinnon, K. 1985. Alam Asli Indonesia Flora dan Fauna. Jakarta (ID): Gramedia. Margono S. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Muhson A. 2006. Teknik Analisis Data Kuantitatif. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Neuman WL. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approaches. Boston (US): Pearson Education. Ngakan. 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu
19 Utara, Sulawesi Selatan. Bogor (ID): Center for International Forestry Research. Peraturan Menteri Nomor 64 tahun 2013 Tentang Ijin Pengusahaan Air. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan. Prasetyo B, Jannah LM. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo Persada. [RPTWA Telogo Warno Telogo Pengilon]. 2012. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Taman Wisata Alam Telogo Warno Telogo Pengilon Periode 20132022. Semarang (ID): BKSDA Jawa Tengah. Sardjono MA. 2004. Mosaik Sosiologis Kehutanan: Masyarakat Lokal, Politik, dan Kelestarian Sumberdaya. Yogyakarta: Debut Press. Singarimbun M, Sofian E. 2011. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID): LP3ES. Slamet M. 2003. Membentuk Pola Prilaku Manusia Pembangunan. Bogor (ID): IPB Press. Sudiarditha IKR, Saptono A, Widiastuti A. 2012. Pengaruh Pengetahuan Anggota tentang Koperasi dan Kualitas Pelayanan Terhadap Partisipasi Anggota pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Warga Sejahtera, Kelurahan Cipinang Jakarta Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis 1 (1): 71-72. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung (ID): Alfabeta.
20 Lampiran 1 Daftar pegawai Resort Konservasi Wilayah Wonosobo No Nama 1. Endi Suryo Heksianto, S.Hut NIP. 19730211 199903 1 002 2. Rodrigo Tyas Perwira Widyatama, ST NIP. 19760206 200212 1 006 3. Anang Adri Ansah NIP. 19811017 200012 1 002 4. Agus Baktiawan Hidayat NIP. 19830814 200312 1 006 5. Agus Susilo NIP. 19710907 200801 1 007 6. N.I. Bambang Purbowo NIP. 19591203 198601 1 001 7. Tri Eko Busono NIP. 8. Agus NIP. 9. Idris NIP. 10. Yoga NIP. -
Jabatan Polhut/Kepala Resort PEH/Petugas Pemungut PNBP PEH/Petugas Pemungut PNBP Calon PEH Polhut Pelaksana Pemula Staff Honorer Honorer Honorer Honorer
21 Lampiran 2 Uji korelasi rank Spearman terhadap variabel karakteristik responden dengan tingkat persepsi a. Hasil korelasi antara umur dengan pengetahuan Correlations Umur Spearman's rho
Umur
1.000
.212*
.
.034
100
100
.212*
1.000
Sig. (2-tailed)
.034
.
N
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Pengetahuan
Pengetahuan
Correlation Coefficient
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
b. Hasil korelasi antara umur dengan sikap Correlations Umur Spearman's rho
Umur
Correlation Coefficient
1.000
.061
.
.548
N
100
100
Correlation Coefficient
.061
1.000
Sig. (2-tailed)
.548
.
N
100
100
Sig. (2-tailed)
Sikap
Sikap
c. Hasil korelasi antara umur dengan motivasi Correlations Umur Spearman's rho
Umur
Correlation Coefficient
Motivasi
1.000
-.133
.
.186
100
100
Motivasi Correlation Coefficient
-.133
1.000
Sig. (2-tailed)
.186
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N
22 Lampiran 2 Uji korelasi rank Spearman terhadap variabel karakteristik responden dengan tingkat persepsi (lanjutan) d. Hasil korelasi antara pendidikan dengan pengetahuan Correlations Pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
-.079
.
.434
100
100
-.079
1.000
Sig. (2-tailed)
.434
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N Pengetahuan
Pengetahuan
Correlation Coefficient
e. Hasil korelasi antara pendidikan dengan sikap Correlations Pendidikan Spearman's rho
Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
-.008
.
.937
100
100
-.008
1.000
Sig. (2-tailed)
.937
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N Sikap
Sikap
Correlation Coefficient
f. Hasil korelasi antara pendidikan dengan motivasi Correlations Pendidikan Motivasi Spearman's rho
Pendidikan
1.000
.309**
.
.002
100
100
.309**
1.000
Sig. (2-tailed)
.002
.
N
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Motivasi
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
23 Lampiran 2 Uji korelasi rank Spearman terhadap variabel karakteristik responden dengan tingkat persepsi (lanjutan) g. Hasil korelasi antara lama tinggal dengan pengetahuan Correlations Lama Tinggal Spearman's rho
Lama Tinggal Correlation Coefficient
1.000
.165
.
.101
N
100
100
Correlation Coefficient
.165
1.000
Sig. (2-tailed)
.101
.
N
100
100
Sig. (2-tailed)
Pengetahuan
Pengetahuan
h. Hasil korelasi antara lama tinggal dengan sikap Correlations Lama Tinggal Spearman's rho
Lama Tinggal Correlation Coefficient
1.000
-.016
.
.872
100
100
-.016
1.000
Sig. (2-tailed)
.872
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N Sikap
Sikap
Correlation Coefficient
i. Hasil korelasi antara lama tinggal dengan motivasi Correlations Lama Tinggal Motivasi Spearman's rho
Lama Tinggal Correlation Coefficient
1.000
-.064
.
.524
100
100
-.064
1.000
Sig. (2-tailed)
.524
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N Motivasi
Correlation Coefficient
24 Lampiran 3 Uji korelasi rank Spearman tingkat persepsi dengan tingkat partisipasi a. Hasil korelasi antara pengetahuan dengan sikap Correlations Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.102
.
.311
N
100
100
Correlation Coefficient
.102
1.000
Sig. (2-tailed)
.311
.
N
100
100
Sig. (2-tailed)
Sikap
Sikap
b. Hasil korelasi antara pengetahuan dengan motivasi Correlations Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.178
.
.077
N
100
100
Correlation Coefficient
.178
1.000
Sig. (2-tailed)
.077
.
N
100
100
Sig. (2-tailed)
Motivasi
Motivasi
c. Hasil korelasi antara pengetahuan dengan partisipasi Correlations Pengetahuan Spearman's rho
Pengetahuan
1.000
.204*
.
.042
100
100
.204*
1.000
Sig. (2-tailed)
.042
.
N
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
25 Lampiran 3 Uji korelasi rank Spearman tingkat persepsi dengan tingkat partisipasi (lanjutan) d. Hasil korelasi antara sikap dengan motivasi Correlations Sikap Spearman's rho
Sikap
Correlation Coefficient
Motivasi
1.000
.049
.
.629
100
100
Motivasi Correlation Coefficient
.049
1.000
Sig. (2-tailed)
.629
.
N
100
100
Sig. (2-tailed) N
e. Hasil korelasi antara sikap dengan partisipasi Correlations Sikap Spearman's rho
Sikap
Correlation Coefficient
1.000
.171
.
.089
N
100
100
Correlation Coefficient
.171
1.000
Sig. (2-tailed)
.089
.
N
100
100
Sig. (2-tailed)
Partisipasi
Partisipasi
f. Hasil korelasi antara motivasi dengan partisipasi Correlations Motivasi Spearman's rho
Motivasi
1.000
.272**
.
.006
100
100
.272**
1.000
Sig. (2-tailed)
.006
.
N
100
100
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Partisipasi
Partisipasi
Correlation Coefficient
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
26 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang (Jawa Timur) pada tanggal 20 Juni 1992 dari pasangan Ayah Wahjadi Dyatmiko Djati dan Ibu Nanik Purwanti sebagai anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 9 Jakarta pada tahun 2007-2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai anggota Biro Kekeluargaan (2011-2013), anggota Kelompok Pemerhati Ekowisata Tapak (2011-2013), dan anggota Fotografi Konservasi (2011-2013) dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova). Bersama Himakova, penulis mengikuti kegiatan ekspedisi Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) dan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Wisata Alam Sukawayana dan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (2012); serta Cagar Alam Bojonglarang Jayanti dan Taman Nasional Manusela (2013). Selain itu, penulis juga mengikuti organisasi Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebagai Departemen Pendanaan (20112012), Bendahara Cabang (2012-2013), dan Badan Pemeriksa Keuangan Cabang (2013-2014). Penulis juga pernah menjadi asisten dalam praktikum mata kuliah Rekreasi Alam dan Ekowisata, Interpretasi Alam, dan Pendidikan Konservasi. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Cagar Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweung Sancang tahun 2012, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) tahun 2013, dan Praktek Kerja Lapang (PKL) di Taman Wisata Alam (TWA) Panelokan, Bali tahun 2014. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul Persepsi Masyarakat terhadap Pengelolaan Taman Wisata Alam Telogo warno Telogo Pengilon di bawah bimbingan Ir Haryanto R. Putro, MS dan Resti Meilani, SHut, MSi.