Pengembangan Teknik Marbling untuk Media Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana Oleh: Aldi Hendrawan Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom Email:
[email protected]
Abstract The Indonesian textile industry is national priorities that still prospective to be developed. With a population of over 230 million people, Indonesia has become a very potential market. But the fact is that textile usage rate in Indonesia is still low, especially when compared with the use of textiles in neighboring countries. To gain respect and awarenes over existing textile products, West Java provincial government has also made efforts to encourage people to make textiles as lifestyle, such as by doing fashion shows like 'Jabar Ngagaya'. It is attracting researchers to undertake the development of a technique in textile production. Techniques that researchers choose to be developed in textile production technique is marbling technique, a technique of Persian decorating paper that in some countries have started to be applied to the textile material. Marbling technique has great potential to be developed, based on the results of a survey that researchers do, the popularity of this technique is still low but the public appreciation of this technique is quite high. In addition to the availability of data, constraints to apply these techniques in Indonesia is the availability of basic materials. Therefore, the research will focus on the use of basic materials adjusted to the conditions and environments of Indonesia, together with the most appropriate procedure in marbling technique with the use of the base material. Literature studies, field surveys and a series of experiments will be doing research on this marbling technique as an exploratory effort to obtain a alternative innovative textile processing techniques and adjust to the conditions and environment of Indonesia, where the study was conducted. The results of these studies are expected to be useful for people and to stimulate the emergence of new ideas on the design of textile products . Keyword: Motifs, marbling technique, textile .
66 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
1. Latar Belakang Berdasarkan WTO (World Trade Organization), angka penggunaan tekstil di Indonesia sebesar 4,3 kilogram per kapita per tahun. Sementara Malaysia sudah mencapai 8 kilogram per kapita pertahun dan Singapura 11 kilogram per kapita per tahun. Kepala Dinas Peridustrian dan Perdagangan Jabar Ferry Sofwan mengatakan bahwa angka penggunaan tekstil di Indonesia masih rendah, karena masyarakat belum melihat tekstil sebagai lifestyle, tapi lebih pada penggunaan barang. Pemerintah Provinsi Jabar pun telah melakukan upaya untuk mendorong masyarakat menjadikan tekstil sebagai lifestyle, diantaranya dengan melakukan pagelaran busana seperti 'Jabar Ngagaya' di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung. Acara 'Jabar Ngagaya' ini bertujuan untuk untuk lebih meningkatkan respek dan awarnes atas produk tekstil yang ada (DetikBandung, Sabtu, 16/07/2010 20:08 WIB) Produk tekstil dibuat menggunakan suatu teknik produksi. Terdapat 2 kategori dalam Teknik produksi tekstil, yaitu reka rakit (structure design) dan reka latar (surface design). Reka rakit adalah teknik produksi tekstil yang pembentukan ragam hiasnya bersamaan dengan proses pembuatan tekstil. Sedangkan reka latar adalah teknik produksi tekstil yang pada pembentukan ragam hiasnya dilakukan setelah tekstil terbentuk. Setiap teknik produksi tekstil memiliki karakteristik dan ciri khas masing-masing, serta memiliki potensi pengembangan yang dapat meningkatkan value suatu produk tekstil. Dari berbagai teknik produksi tekstil yang ada, teknik marbling merupakan salah satu teknik produksi yang memiliki potensi pengembangan yang sangat besar karena belum popular
di masyarakat dan belum banyak dilakukan pengembangan. Teknik marbling atau ebru adalah suatu teknik menghias kertas dari Persia yang prinsip dasar pembentukan motifnya dengan memainkan pewarna yang mengambang diatas permukaan suatu cairan. Terdapat variasi bahan dasar, alat dan metoda pada teknik marbling. Pemilihan material dasar tersebut memiliki keterkaitan erat dengan tempat (negara), waktu, lingkungan dan budaya. Saat ini pengaplikasian dari teknik ini tidak terbatas hanya digunakan sebagai seni dekorasi pada kertas atau sampul buku. Pada perkembangannya saat ini di beberapa negara, teknik ini sudah mulai diterapkan pada material tekstil. Namun, jika teknik marbling tekstil tersebut mengikuti prosedur yang telah ada dan dikaitkan dengan kondisi lingkungan tempat tinggal di Indonesia, peneliti menemukan beberapa kendala yang dihadapi, antara lain : 1. Ketersediaan data Data mengenai teknik marbling pada material tekstil masih minim, sebagian besar data mengenai teknik marbling yang ada saat ini diperuntukkan pada material kertas. Bila diterapkan pada material tekstil belum teruji pada tingkat keberhasilan dalam hal visual maupun kekuatannya. Terlebih jika digunakan untuk material fashion yang harus washable. 2. Ketersediaan bahan Dalam teknik marbling tradisional, bahan yang digunakan untuk pengental/pembuat gel adalah gum tragacanth, yaitu getah yang diperoleh dari batang tanaman berduri yang disebut gaven. Tanaman gaven tersebut tumbuh secara alami di wilayah Persia dan Turki. Selain sulit ditemukan, mempersiapkan larutan dari getah tragacanth telah terbukti merupakan masalah serius.
67 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3
Saat ini pengental yang paling banyak digunakan unutk teknik marbling adalah karagenan, tetapi material ini pun sulit ditemukan. Dan kalaupun ada harganya relatif tinggi tinggi, sekitar US$ 35 / kg 3. Kondisi lingkungan Kadar mineral yang terkandung dalam air sumur relatif tinggi. Hal ini berpengaruh pada tingkat keberhasilan teknik marbling, karena pewarna akan tenggelam pada cairan/gel yang mengandung mineral tinggi. Oleh karena itu air yang digunakan untuk pembuatan gel, harus air yang telah mengalami penyulingan. Hal ini menjadi kendala jika memproduksi marbling yang berukuran besar karena membuautuhkan biaya yang besar pula untuk mendapatkan air marbling. Berdasarkan fakta-fakta yang telah didapatkan, peneliti tertarik dan bermaksud untuk melakukan pengembangan terhadap teknik marbling pada tekstil. Studi literatur, survey lapangan dan serangkaian eksperimen akan peneliti lakukan pada teknik marbling ini sebagai upaya eksplorasi untuk mendapatkan suatu alternatif teknik pengolahan tekstil yang inovatif dan sesuaikan dengan kondisi dan lingkungan Indonesia, tempat penelitian dilakukan. Hasil dari penelitian tersebut diharapkan dapat berguna bagi masyarakat dan dapat merangsang munculnya ide-ide baru pada perancangan produk tekstil. 2. Metodologi Penelitian Penelitian ini berjenis penelitian kualitatif bersifat deskriptif dengan metoda pendekatan eksperimentatif. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah inovasi pada teknik pengolahan tekstil, berupa pengembangan pada teknik marbling.
Proses eksperimentasi menitikberatkan pada keahlian dan ketrampilan dalam pengolahan bahan baku yang ada pada suatu lingkungan, untuk dijadikan bendabenda yang bernilai guna maupun estetis bagi lingkungan tersebut. Metodologi penelitian tersebut dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Metododa Penelitian Literatur Dilakukan untuk mendapatkan definisi dan pemahaman utama terhadap suatu objek yang akan diteliti serta teori-teori lain yang dapat mendukung penelitian yang akan dilakukan. 2. Metoda Penelitian Praktis Pengembangan terhadap teknik marbling yang dilakukan lewat serangkaian eksperimen untuk mendapatkan suatu inovasi teknik/metoda pada pengolahan tekstil. Setelah penelitian tersebut dilakukan selanjutnya penulis akan mendatangi para reviewer , para ahli mode/desainer fashion, dan para produsen produk fashion, untuk mendapatkan feedback terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan sebagai acuan dalam melakukan evaluasi. 3. Konsep Eksperimen Prinsip dasar dalam teknik marbling adalah membentuk ragam hias dari pewarna yang mengambang diatas cairan. Formula asli dari marbling yang pertama kali, sudah tidak diketahui lagi. Sejak dahulu telah banyak pengembangan terhadap teknik ini menyesuaikan dengan kondisi tempat dan waktu sehingga terdapat beberapa alternatif cara dan bahan yang digunakan unutk melakukan teknik ini. Konsep dari eksperimen yang peneliti lakukan adalah pengembangan dari teknik marbling yang telah ada,
68 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
disesuai dengan kondisi tempat penilitian yang dilakukan, yaitu bandung dan Jakarta. Bahan-bahan utama yang akan digunakan pada eksperimen ini antara lain cmc teknis dan natrosol untuk pengental cairan serta binder gl dan pigmen sablon sebagai pewarna. Selain mudah untuk didapatkan, bahan-bahan tersebut relatif terjangkau harganya. 3.1 Prosedur Eksperimen Eksperimen yang akan dilakukan pada teknik marbling ini adalah pada penggunaan bahan dasar pewarna, pengental cairan dan juga pada prosedur pengerjaan. Sebelum melakukan eksperimen, terdapat berbagai persyaratan yang perlu diperhatikan agar eksperimen yang hendak dilakukan dapat berjalan dengan baik. Terdapat persyaratan umum yang berlaku untuk semua jenis teknik marbling. Selain persyaratan umum terdapat persyaratan yang dikhususkan pada teknik marbling untuk material tekstil. 1. Persyratan umum : a. Alat dan bahan telah tersedia dengan lengkap b. Ruang yang cukup luas c. Bak penampung yang disesuikan dengan ukuran material yang akan
dimarbling, untuk kedalaman gel sekitar 3cm d. Dekat dengan sumber air e. Air yang cukup f. Pencahayaan yang baik (sinar matahari lebih baik) g. Dekat dengan tempat pembuangan dan saluran pembuangan air yang baik 2. Persyaratan khusus : a. Kain putih atau berwarna muda dan terbebas dari zat-zat yang menutupi kain seperti kanji, lilin dll. b. Pewarna yang digunakan harus bersifat washable karena digunakan pada material tekstil unutk produk fashion c. Ruang terbuka yang cukup luas dan cuaca yang baik Dalam teknik marbling terdapat berbagai alternatif prosedur serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukannya. Berdasarkan klasifikasi teknik marbling yang telah peneliti buat pada Bab sebelumnya, perbandingan penggunaan bahan pada teknik marbling tradisional dan teknik marbling alternatif serta rencana penggunaan bahan yang akan peneliti gunakan pada eksperimen teknik marbling untuk tekstil, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1 Perbandingan penggunaan bahan pada teknik marbling tradisional, teknik marbling alternatif dan rencana penggunaan bahan peneliti Bahan Air Pengental cairan Pewarna Campuran pewarna
Marbling tradisional Air yang diambil dari alam Gum Traganacant Pewarna nabati/ochre Empedu sapi
Marbling alternatif
Peneliti
Air yang telah disuling
Air sumur
Badderlock, Irish Moss, karagenan, maizena, dll Cat akrilik Empedu sapi, marbling gall (Gallen Berry)
Cmc teknik, Nitrosol Pigmen sablon Binder gl, cairan pembersih lantai (risol), garam
69 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3
mordan
Tawas (dioleskan pada material yang akan dimarbling)
Teknik marbling tradisional diterapkan pada material kertas yang biasa digunakan sebagai elemen estetis, penjepit, atau sampul buku. Pada perkembangannya saat ini atau pada teknik marbling alternatif, penerapan tidak hanya pada material kertas saja tetapi juga mulai diterapkan pada material tekstil. Sedangkan pada teknik 1. Bak marbling/baki penampung gel 2. lap 3. alat bantu pembentuk motif (tongkat, sisir) Selain penggunaan perlengkapan umum pada teknik marbling, peneliti menggunakan beberapa perlengkapan lain untuk keperluan tertentu, diantaranya : 1. rakel/karet pembersih lantai 2. celemek 3. sarung tangan karet 4. masker Setelah persyaratan, alat dan bahan terpenuhi, proses pemarblingan siap dilakukan. Diawali dengan persiapan bahan yang mencakup pengentalan cairan atau pembentukan gel dan juga peracikan pewarna. Setelah tahap tersebut dilakukan pemarblingan siap dilakukan dengan prosedur dasar sebagai berikut : 1. gel yang sudah tersedia dimasukkan ke dalam bak penampung. Untuk eksperimen berukuran kecil peneliti menggunakan baki plastik, sedangkan untuk marbling yang berukuran besar peneliti membut bak penampung sementara yang disusun dari batu bata lalu ditutupi oleh plastik.
Tawas (dioleskan pada material yang akan dimarbling)
tawas
marbling yang akan peneliti kembangkan, penerapannya dikhususkan pada material tekstil. Perlengkapan dasar yang biasa digunakan dalam teknik marbling tradisional maupun alternatif umumnya sama, perlengkapan yang dibutuhkan tersebut adalah sebagai berikut : 4. pipet atau alat tetes (sikat, kuas) 5. kertas 6. penampung pewarna (mangkuk, botol plastik)
Gambar 1 bak penampung gel
Gambar 2 baki plastik 2. Setelah gel dimasukkan kedalam bak penampung, pewarna dibubuhkan diatas permukaannya dengan cara diteteskan berupa titik, disebarkan berupa garis, dicipratkan dengan kuas atau cara-cara lain sesuai dengan pola yang hendak dicapai.
70 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
5. Setelah pewarna meresap ke serat-serat kain (sekitar ± 2 menit) kain diangkat lalu sisasisa gel yang menempel di kain dibersihkan dengan menggunakan rakelatau karet pembersih lantai
Gambar 3 pembubuhan pewarna diatas permukaan gel 3. Pembentukan ragam hias dengan menggunakan alat bantu seperti tongkat, sisir dan lain-lain. Gambar 6 pembersihan kain dari sisa gel yang menempel 6. Kain dijemur hingga kering lalu dicuci untuk membersihkan gel dan pewarna yang menempel di permukaan kain. Gambar 4 Pembentukan motif menggunakan tongkat 4. Kain dibentangkan lalu ditaruh diatas permukaan gel yang sudah diberi ragam hias
Gambar 5 penjiplakan motif
Prosedur dari teknik marbling tersebut pada dasarnya terdiri dari 4 bagian, yaitu : 1. persiapan bahan yang mencakup pembersihan kain, pembuatan size/cairan pengental/gel dan peracikan pewarna 2. pembentukan motif 3. penjiplakan motif dari size/cairan pengental/gel ke material tekstil 4. finishing yang mencakup pembersihan dan pengeringan eksperimen akan dilakukan pada komposisi bahan yang digunakan
71 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3
(air, pewarna, pengental cairan/pembentuk gel) dan mencoba berbagai cara dalam pembentukan motif tanpa dan dengan alat bantu (tongkat, sisir, kuas dll). 3.2 Persiapan Bahan Sebelum melakukan praktik teknik marbling langkah pertama yang kita lakukan adalah mempersiapkan bahan. Persiapan ini meliputi pembersihan bahan dan pemberian mordan, pembuatan gel serta peracikan pewarna. 3.3 Pembersihan dan Fiksasi Kain dengan Mordan Pembersihan kain dilakukan untuk mengilangkan zat-zat yang dapat mengganggu atau menghalangi penetrasi zat warna terhadap serat-serat kain, sehingga penyerapan warna oleh seratserat kain akan berjalan dengan baik. Pembersihan kain ini dilakukan dengan cara mencuci kain atau merebusnya dengan air yang ditambahkan teepol jika kain menandung kanji. Perbandingan 1 sendok makan teepol / 1liter air. 3.4 Pembuatan Gel Pada eksperimen ini bahan yang akan digunakan sebagai pengental/pembentuk gel adalah nitrosol dan cmc teknis. Kedua bahan tersebut peneliti pilih karena relatif
mudah ditemukan di Indonesia. Nitrosol adalah bahan yang biasa digunakan unutk pengental cat sedangkan cmc teknik biasa digunakan untuk pembuatan sabun dapat ditemukan di toko-toko kimia. Air yang digunakan pun bukan air suling melainkan air sumur. Cara pembuatan dengan menggunakan bahan nitrosol maupun cmc teknis pada dasarnya sama, pertamatama siapkan air hangat sekitar 40°C dalam tempat penampung (ember dan sejenisnya), taburkan bubuk nitrosol atau cmc teknis keatas air yang diaduk dengan cara diayak. Yang membadakan antara nitrosol dengan cmc teknis adalah lama pelarutannya sampai siap digunakan. Jika pada cmc teknis membutuhkan waktu 12 jam, maka pada nitrosol cukup 2 jam saja. Penggunaan nitrosol sebagai bahan gel memang lebih praktis dan efisien dibandingkan dengan menggunakan cmc teknis, tetapi harga nitrosol 4 x lebih tinggi dibandingkan harga cmc teknis. untuk mencapai kekentalan yang sama, perbandingan nitrosol dengan air membutuhkan jumlah yang lebih sedikit dibandingkan perbandingan cmc teknis dengan air. 35gram/liter air dengan nitrosol = 50gram/liter air dengan cmc teknis. Komposisi tersebut peneliti pilih karena menghasilkan gel dengan kekentalan yang ideal.
Tabel 2 Perbandingan penggunaan berbagai bahan pengental karagenan
nitrosol
cmc teknis
Perbandingan dengan air
70gram/liter
35gram/liter
50gram/liter
Waktu pelarutan
12 jam
2 jam
6 jam
Harga /kg
Rp.400.000,-
Rp.180.000,-
Rp.50.000,-
72 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
3.5 Persiapan Pewarna Pada eksperimen ini peneliti akan menggunakan bahan pewarna pigmen sablon dan juga tinta refill printer. Kedua pewarna tersebut dicampurkan dengan air dan binder gl yang merupakan pengikat warna biasa digunakan pada pasta sablon. Bahan-bahan tersebut penulis gunakan karena mudah didapatkan dan harganyapun terjangkau. Perbandingan komposisi pewarna yang peneliti buat untuk marbling adalah sebagai berikut : 60ml air + 10ml binder gl + pigmen sablon/tinta printer (ukuran disesuaikan dengan intensitas warna yang diinginkan).
nitrosol sebagai pengental/pembentuk gel dan akan memperbandingkan hasil dari penggunaan kedua bahan pengental tersebut.
Gambar 7 pewarna dalam botol plastik yang siap digunakan 3.6 Proses Eksperimen Peda eksperimen-eksperimen yang peneliti lakukan, perlengkapan yang peneliti gunakan pada dasarnya sama, seperti yang telah disebutkan pada rencana penelitian. 3.7 Eksperimen Pada Penggunaan Bahan Pengental Pada teknik marbling, gel adalah media dimana cat mengambang diatasnya lalu dibentuk menjadi ragam hias. Pada eksperimen sebelumnya digunakan cmc teknik sebagai bahan pengental/pembentuk gel, pada eksperimen ini peneliti akan mencoba
Hasil dari penggunaan gel berbahan nitrosol tidak berbeda dengan penggunaan bahan gel cmc teknik. Efisiensi waktu lebih baik karena proses pembentukan gel menggunakan Nitrosol hanya memakan waktu 2-3 jam. (cmc teknik membutuhkan waktu 6 jam sedangkan karagenan 12 jam). kekurangan dari penggunaan Nitrosol dibandingkan dengan penggunaan cmc teknik sebagai bahan penegtal cairan adalah harganya yan relatif tinggi (Rp.220.000,-/kg ; cmc Rp.50.000,-/kg).
73 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3
Tabel 3 Perbandingan hasil marbling tekstil berbahan pengental nitsorol dengan cmc teknik Jenis kain
Nitrosol
Cmc teknis
Katun
3.8 Eksperimen pada Penggunaan Bahan Pewarna Pada komposisi pewarna, bahan tetap yang dipakai adalah air dan binder gl sebagai pengikat warna yang dicampurkan dengan pigmen. Pada eksperimeneksperimen sebelumnya digunakan pigmen sablon, dan pada eksperimen ini akan dicoba pula tinta refill printer sebagai pigmen. Penambahan zat lain seperti risl dan garam pada komposisi pewarna juga akan dilakukan pada eksperimen kali ini.
3.9 Uji Kekuatan/Daya Tempel Pewarna Pada Teknik Marbling Kain marbling dari hasil eksperimen yang telah dilakukan adalah material yang akan ditujukan untuk berbagai produk tekstil khususnya produk fashion. Beberapa syarat penting material produk tekstil adalah washable dan durable. Unutk menguji apakah kain marbling hasil eksperimen memenuhi syarat-syarat tersebut, penulis melakukan uji kekuatan/daya tempel pewarna pada kain
Penambahan risol pada komposisi pewarna menigkatkan penetrasi zat warna diatas permukaan gel, yang menghasilakn efek seperti tanaman merambat.
dengan meggosokan batu kali secara ekstrim pada material kain marbling.
74 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
Gambar 8 Penggosokan kain marbling dengan batu kali untuk menguji tempel pewarna Setelah dilakukan uji kekuatan tersebut, warna/motif yang terdapat pada kain marbling yang telah digosok dengan ekstrim, masih menempel walaupun kondisi kain sudah rusak. Sehingga dapat disimpulkan kekuatan/daya temple pewarna pada teknik marbling, baik dan memenuhi criteria persyaratan washable dan durable. 4. KESIMPULAN Setelah melewati serangkaian eksperimen, peneliti mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Fiksasi dengan cara direbus menggunakan air tawas selama 30 menit tidak bekerja pada marbling tekstil dengan komposisi bahan dasar yang peneliti gunakan. Ragam hias yang menempel pada kain memudar setelah dicuci. 2. Perbedaan jenis material kain yang digunakan memberikan hasil yang berbeda pula pada marbling kain. perbedaan Jenis serat serta teknik pembentukan kain (rajut, tenun) memberikan hasil yang berbeda pula. Pada bahan kaos, hasil yang didapatkan relatif kusam; pada bahan katun dan kanvas penyerapan sangat baik, warna relatif cerah dan garis terlihat tegas; pada bahan satin motif dan warna yang dihasilkan, soft. Untuk mendapatkan intensitas yang sama pada hasil akhir material kain marbling, komposisi pewarna untuk bahan satin harus 2 x lebih pekat dibanding 2 material lainnya.Warna-warna pastel kurang berhasil jika diterapkan pada material satin
3. Komposisi bahan yang peneliti anggap paling menguntungkan adalah 50gram cmc teknis + 100ml air untuk gel dan 50ml air + 10ml binder gl + pigmen sablon untuk pewarna. Selain harga produksi yang jauh lebih murah dibandingkan kompisisi bahan lain, hasilnyapun baik, bahkan lebih baik dibandingkan dengan komposisi bahan karagenan pada gel dan cat akrilik sebagai pewarna (komposisi yang paling banyak digunakan saat ini dalam teknik marbling). 4. Penggunaan air sumur dan air suling memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing dan dapat disesuaikan dengan pola motif yang hendak dicapai. Daya ambang dan penetrasi pewarna diatas permukaan gel sangat baik dengan menggunakan air suling, oleh karena itu penggunaan air suling cocok digunakan untuk mencapai motif bulatan dan pembentukan motif lain yang mengandalkan daya alir/karakteristik air. Tetapi penggunaan air suling kurang berhasil jika diterapkan dengan penggunaan sisir dan tingkat, karena artikulasi garis dan karakter sisir menjadi kurang terasa akibat warna yang menggumpal. 5. Gel marbling dapat digunakan dengan baik sampai dengan 4x pemarblingan. 6. Penaburan suatu zat tertentu memberikan suatu efek pada hasil jika digunakan dalam proses pewarnaan. hal ini ini menjadi potensi dalam pengembangan desain dalam teknik marbling.
75 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3
Keunggulan : a. Didapatkanya suatu metoda teknik marbling yang dikhususkan pada material tekstil, dengan optimalisasi bahan dan alat yang disesuaikan dengan kondis Bandung dan Jakarta b. Dapat dilakukan pada material yang berukuran besar serta telah teruji kekuatannya untuk digunakan sebagai produk tekstil. c. Biaya yang dibuthkan unutuk melakukan teknik tersebut relatif rendah, metoda yang cukup sederhana, dengan alat dan material yang mudah diidapatkan sehingga teknik ini memungkinkan untuk dilakukan oleh semua kalangan Kekurangan : a. Masih sangat tergantung pada kondisi cuaca. b. Sifat unpredictable pada hasil, belum bisa dihilangkan. c. Belum ditemukan suatu zat yang berkarakter seperti empedu sapi atau marbling gall yang berfungsi sebagai pengotrol zat warna diatas permukaan gel
Hottenroth, Friedrich. 2002, L’Art du Costume, Prancis: L’Aventurine. O’Hara, Georgina. 1989. The Encyclopedia of Fashion. London : Thames and Hudson Ltd Poespo, Goet. 2009, A to Z Istilah Fashion. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama http ://ebruevim.blogcu.com/ebru-sanatiebru http://marbleart.us http://kristinlaflamme.com/musings/?p=1 474 http://saralart.com http://about.com/quilting/marbling.
DAFTAR PUSTAKA Wolfe, Richard J. 1990. Marbled paper: its history, techniques, and patterns, University of Pennsylvania Press Grünebaum, Gabriele. 1984. How to marbleize paper: step-by-step instructions for 12 traditional patterns, Dover Craft Bks Other Paper Crafts, Courier Dover Publications. Art of Ebru oleh Cüneyt Taylaner (Researcher and author) dalam Skylife Magazine November '95 Gillow, John & Sentence, Bryan. 1999. World Textiles. London : Thames and Hudson 76 | A l d i H e n d r a w a n : P e n g e m b a n g a n T e k n i k M a r b l i n g u n t u k P r o d u k Tekstil dengan Alat dan Bahan Sederhana
77 | J u r n a l S e n i R u p a & D e s a i n V o l 6 N o 2 2 0 1 3